113343153 Bab 2 Pankreatitis

41
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pankreatitis merupakan proses inflamasi pankreas yang progresif dan menyebabkan kerusakan parenkim pankreas yang irreversibel berupa fibrosis serta mengakibatkan disfungsi eksokrin dan endokrin. Ada dua jenis pancreatitis yaitu akut dan kronis. Pancreatitis akut dibagi menjadi tiga yaitu mild, moderate dan severe. Ada tiga bentuk pankreatitis kronik yaitu : kalsifikasi kronik, obstruksi kronik dan inflamasi kronik. Penyalahgunaan alkohol dan atau malnutrisi merupakan penyebab utama tipe kalsifikasi. Obstruksi duktus pankreatikus mayor dengan fibrosis sekunder pada bagian proksimal dari obstruksi menyebabkan tipe obstruktif. Pankreatitis inflamatori kronik tidak memiliki ciri yang jelas dan banyak pasien dengan pankreatitis kronik tidak diketahui penyebabnya masuk ke dalam tipe ini. Insiden penyakit pankreatitis kronik di negara maju/ industri kira- kira 4-6 per 100.000 penduduk pertahun, dan makin meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data dari rumah sakit di Amerika Serikat, sekitar 87.000 kasus pankreatitis terjadi setiap tahun, dengan tingkat Rawat Inap untuk orang kulit hitam adalah 3 kali lebih tinggi daripada kulit putih , dimana perbandingan laki-laki dan perempuan 6.7 : 3,2 per 100.000 penduduk dan rata-rata usia saat diagnosis adalah 46 tahun. Kejadian tahunan di Eropa Barat sekitar lima kasus baru per 100.000 penduduk. Rasio Laki-laki: wanita 7:1 dan usia rata-rata onset adalah antara 36 tahun dan 55 tahun. Di Asia insiden pankreatitis kronik diperkirakan 14,4 per 100.000 penduduk, dan hanya 18,8 % disebabkan oleh alkohol, dengan perbandingan lakilaki dan perempuan 1,9:1 dimana usia rata rata 33± 13 tahun. Pasien pankreatitis kronik biasanya ditandai nyeri perut, tetapi dapat juga tanpa menimbulkan rasa sakit. Gambaran klinis bervariasi. Intensitas nyeri bisa berkisar dari ringan sampai berat, bahkan pada pasien

description

kiu8ytgbhn

Transcript of 113343153 Bab 2 Pankreatitis

  • 1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Pankreatitis merupakan proses inflamasi pankreas yang progresif

    dan menyebabkan kerusakan parenkim pankreas yang irreversibel berupa

    fibrosis serta mengakibatkan disfungsi eksokrin dan endokrin. Ada dua

    jenis pancreatitis yaitu akut dan kronis. Pancreatitis akut dibagi menjadi

    tiga yaitu mild, moderate dan severe. Ada tiga bentuk pankreatitis kronik

    yaitu : kalsifikasi kronik, obstruksi kronik dan inflamasi kronik.

    Penyalahgunaan alkohol dan atau malnutrisi merupakan penyebab utama

    tipe kalsifikasi. Obstruksi duktus pankreatikus mayor dengan fibrosis

    sekunder pada bagian proksimal dari obstruksi menyebabkan tipe

    obstruktif. Pankreatitis inflamatori kronik tidak memiliki ciri yang jelas

    dan banyak pasien dengan pankreatitis kronik tidak diketahui penyebabnya

    masuk ke dalam tipe ini.

    Insiden penyakit pankreatitis kronik di negara maju/ industri kira-

    kira 4-6 per 100.000 penduduk pertahun, dan makin meningkat setiap

    tahunnya. Berdasarkan data dari rumah sakit di Amerika Serikat, sekitar

    87.000 kasus pankreatitis terjadi setiap tahun, dengan tingkat Rawat Inap

    untuk orang kulit hitam adalah 3 kali lebih tinggi daripada kulit putih ,

    dimana perbandingan laki-laki dan perempuan 6.7 : 3,2 per 100.000

    penduduk dan rata-rata usia saat diagnosis adalah 46 tahun. Kejadian

    tahunan di Eropa Barat sekitar lima kasus baru per 100.000 penduduk.

    Rasio Laki-laki: wanita 7:1 dan usia rata-rata onset adalah antara 36 tahun

    dan 55 tahun. Di Asia insiden pankreatitis kronik diperkirakan 14,4 per

    100.000 penduduk, dan hanya 18,8 % disebabkan oleh alkohol, dengan

    perbandingan lakilaki dan perempuan 1,9:1 dimana usia rata rata 33 13

    tahun.

    Pasien pankreatitis kronik biasanya ditandai nyeri perut, tetapi

    dapat juga tanpa menimbulkan rasa sakit. Gambaran klinis bervariasi.

    Intensitas nyeri bisa berkisar dari ringan sampai berat, bahkan pada pasien

  • 2

    dengan sedikit kelaianan parenkim atau duktus pada pemeriksaan,

    perubahan morfologi kompleks dapat menimbulkan gejala minimal atau

    ekstensif. Diagnosis pasien pankreatitis kronik sangat sulit dilakukan,

    karena dari pemeriksaan klinis tidak ada gejala yang spesifik, terutama

    pada awal pankreatitis kronik. Diperlukan pemeriksaan labor dan

    penunjang serta pemeriksaan canggih untuk menegakkan diagnosis.

    Pankreatitis kronis predisposisi untuk terjadinya kanker pankreas

    dan diagnosis ini harus dipertimbangkan pada pasien dengan eksaserbasi

    nyeri atau berkembangnya ikterus obstruktif. Tujuan penatalaksaan adalah

    untuk menetapkan diagnosis dan untuk mengelola gejala dan komplikasi.

    Masalah keperawatan yang sering muncul adalah nyeri yang

    berhubungan dengan adanya inflamasi dari pankreas, diikuti dengan

    masalah keperawatan lainnya sesuai gejala dan keluhan pada pasien yaitu :

    ketidakseimbangan cairan dan elekrolit berhubungan dengan adanya mual

    dan muntah, pola napas tidak efektif berhubungan dengan adanya PK efusi

    pleura serta gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Diharapkan

    dengan adanya makalah ini, kita dapat membuat dan mengaplikasikan

    asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan pankreatitis.

    1.2 Tujuan

    1.2.1 Tujuan Umum

    Setelah pembelajaran ini diharapkan mahasiswa angkatan 2010

    mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan

    pankreatitis secara komprehensif.

    1.2.2 Tujuan khusus

    1. Menjelaskan definisi pankreatitis.

    2. Menjelaskan etiologi pada pankreatitis.

    3. Menjelaskan mekanisme pankreatitis.

    4. Menjelaskan patofisiologi atau Web of Caution (WOC)

    pankreatitis.

    5. Membuat asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan

    pankreatitis.

  • 3

    1.3 Manfaat

    Mahasiswa mengetahui tentang pankreatitis dan asuhan keperawatannya

    sehingga dapat diaplikasikan secara komprehensif.

  • 4

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Anatomi Pankreas

    Pankreas merupakan suatu organ berupa kelenjar dengan panjang sekitar 12,5

    cm dan tebal 2,5 cm (pada manusia). Pankreas terbentang dari atas sampai

    ke lengkungan besar dari perut dan biasanya dihubungkan oleh dua saluran ke

    duodenum (usus 12 jari), terletak pada dinding posterior abdomen di belakang

    peritoneum sehingga termasuk organ retroperitonial kecuali bagian kecil

    caudanya yang terletak dalam ligamentum lienorenalis. Strukturnya lunak dan

    berlobus.

    2.1.1 Bagian pankreas

    Pankreas dapat dibagi ke dalam :

    a. Caput pancreatis, berbentuk seperti cakram dan terletak di dalam bagian

    cekung duodenum. Sebagian caput meluas di kiri di belakang arteri dan

    vena mesenterica superior serta dinamakan Processus Uncinatus.

    b. Collum Pancreatis, merupakan bagian pancreas yang mengecil dan

    menghubungkan caput dan corpus pancreatis. Collum pancreatis terletak

    di depan pangkal vena portae hepatis dan tempat dipercabangkannya

    arteria mesentrica superior dari aorta.

    c. Corpus pancreatis berjalan ke atas dan kiri, menyilang garis tengah.

    Pada potongan melintang sedikit berbentuk segitiga.

    d. Cauda pancreatis berjalan ke depan menuju ligamentum lienorenalis

    dan mengadakan hubungan dengan hilum lienale.

  • 5

    Gambar 1 : Bagian-bagian Pankreas ( At a Glance Anatomi , tahun 2005, halaman

    42 )

    2.1.2 Hubungan Pankreas dengan Organ-Organ Di sekitarnya

    a. Ke anterior : dari kanan ke kiri : colon tranversum dan perlekatan

    mesocolon transversum, bursa omentalis, dan gaster.

    b. Ke posterior : dari kanan ke kiri : ductus choledochus, vena portae

    hepatis dan vena lienalis, vena cava inferior, aorta, pangkal arteria

    mesenterica superior, musculus psoas major sinistra, glandula

    suprarenalis sinistra, ren sinister dan hilum lienale.

  • 6

    2.1.3 Vaskularisasi

    a. Arteri

    1. Pancreaticoduodenalis superior (cabang A. gastroduodenalis).

    2. Pancreaticaduodenalis inferior (cabang A. mesenterica cranialis).

    3. Pancreatica magna dan A. pancreatica caudalis dan inferior cabang

    A. lienalis.

    b. Vena

    Vena yang sesuai dengan arterinya mengalirkan darah ke sistem porta.

    2.1.4 Aliran Limfatik

    Kelenjar limfe terletak di sepanjang arteria yang mendarahi kelenjar.

    Pembuluh aferen akhirnya mengalirkan cairan limfe ke nodi limfe coeliaci

    dan mesenterica superiores.

    2.1.5 Inervasi

    Berasal dari serabut-serabut saraf simpatis (ganglion seliaca) dan

    parasimpatis (vagus).

    2.1.6 Ductus Pancreaticus

    a. Ductus Pancreaticus Mayor

    Mulai dari cauda dan berjalan di sepanjang kelenjar menuju ke

    caput, menerima banyak cabang pada perjalanannya. Ductus ini

    bermuara ke pars desendens dudenum di sekitar pertengahannya

    bergabung dengan ductus choledochus membentuk papilla duodeni

    mayor vateri. Kadang-kadang muara ductus pancreaticus di duodenum

    terpisah dari ductus choledochus.

    b. Ductus Pancreatitis Minor

    Mengalirkan getah pancreas dari bagian atas caput pancreas dan

    kemudian bermuara ke duodenum sedikit di atas muara ductus

    pancreaticus pada papilla duodeni minor.

    c. Ductus Choleochus et Ductus Pancreaticus

    Ductus choledochus bersama dengan ductus pancreaticus bermuara

    ke dalam rongga, yaitu ampulla hepatopancreatica. Ampulla ini terdapat

    di dalam suatu tonjolan tunica mukosa duodenum, yaitu papilla duodeni

  • 7

    major. Pada ujung papilla itu terdapat muara ampulla. ( Richard S. Snell,

    2000).

    Gambar 2 : Duktus Pankreatikus (At a Glance Anatomi , tahun 2005, halaman 42)

    2.2 Histologi Pankreas

    Pankreas berperan sebagai kelenjar eksokrin dan endokrin. Kedua fungsi

    tersebut dilakukan oleh sel-sel yang berbeda.

    1. Bagian eksokrin

    Pankreas dapat digolongkan sebagai kelenjar besar, berlobus dan

    merupakan tubuloasinosa kompleks. Asinus berbentuk tubular, dikelilingi

    lamina basal dan terdiri atas 5-8 sel berbentuk piramid yang tersusun

    mengelilingi lumen sempit. Tidak terdapat sel mioepitel. Diantara asini,

    terdapat jaringan ikat halus mengandung pembuluh darah, pembuluh

    limfe, saraf dan saluran keluar.

    Gambar 3 : Sel-sel asinar pankreas (At a Glance Anatomi , tahun 2005, halaman

    43)

  • 8

    2. Bagian endokrin

    Bagian endokrin pankreas, yaitu pulau langerhans, tersebar di

    seluruh pankreas dan tampak sebagai massa bundar, tidak teratur, terdiri

    atas sel pucat dengan banyak pembuluh darah yang berukuran 76 x 175

    mm dan berdiameter 20 sampai 300 mikron tersebar di seluruh pankreas,

    walaupun lebih banyak ditemukan di ekor daripada kepala dan badan

    pankreas (Derek Punsalam, 2009).

    Pulau ini dipisahkan oleh jaringan retikular tipis dari jaringan

    eksokrin di sekitarnya dengan sedikit serat-serat retikulin di dalam pulau.

    Sel-sel ini membentuk sekitar 1% dari total jaringan pankreas (John

    Gibson, 1981).

    Pada manusia, pulau langerhans terdapat sekitar 1-2 juta pulau.

    Masing-masing memiliki pasokan darah yang besar. Darah dari pulau

    langerhans mengalir ke vena hepatika. Sel-sel dalam pulau dapat dibagi

    menjadi beberapa jenis tergantung pada sifat pewarnaan dan morfologinya

    (Derek Punsalam, 2009).

    Dengan pewarnaan khusus, sel-sel pulau langerhans terdiri dari

    empat macam :

    a. Sel alfa , sebagai penghasil hormon glukagon. Terletak di tepi pulau,

    mengandung gelembung sekretoris dengan ukuran 250 nm, dan batas

    inti kadang tidak teratur.

    b. Sel beta, sebagai penghasil hormon insulin. Sel ini merupakan sel

    terbanyak dan membentuk 60-70% sel dalam pulau. Sel beta terletak

    di bagian lebih dalam atau lebih di pesat pulau, mengandung

    kristaloid romboid atau poligonal di tengah dan mitokondria kecil

    bundar dan banyak.

    c. Sel delta, mensekresikan hormon somatostatin. Terletak di bagian

    mana saja dari pulau, umumnya berdekatan dengan sel A dan

    mengandung gelembung sekretoris ukuran 300-350 nm dengan

    granula homogen.

  • 9

    d. Sel F, mensekresikan polipeptida pankreas. Pulau yang kaya akan sel

    F berasal dari tonjolan pankreas ventral.

    Gambar 4 : Sel-sel Pulau Langerhans (At a Glance Anatomi , tahun 2005,

    halaman 42)

    2.3 Fisiologi Pankreas

    1. Eksokrin

    Getah pankreas mengandung enzim-enzim untuk pencernaan ketiga

    jenis makanan utama : protein, karbohidrat dan lemak. Ia juga

    mengandung ion bikarbonat dalam jumlah besar, yang mememegang

    peranan penting dalam menetralkan kimus asam yang dikeluarkan oleh

    lambung ke dalam duodenum.

    Enzim-enzim proteolitik adalah tripsin, kimotripsin,

    karboksipeptidase, ribonuklease, deoksiribonuklease. Tiga enzim pertama

    memecahkan keseluruhan secara parsial protein yang dicernakan,

    sedangkan neklease memecahkan kedua jenis asam nukleat : asam

    ribonukleat dan deoksinukleat.

    Enzim pencernaan untuk karbohidrat adalah amilase pankreas, yang

    menghidrolisis pati, glikogen dan sebagian besar karbohidrat lain kecuali

    selulosa untuk membentuk karbohidrat, sedangkan enzim-enzim untuk

    pencernaan lemak adalah lipase pankreas, yang menghidrolisis lemak

  • 10

    netral menjadi gliserol, asam lemak dan kolesterol esterase, yang

    menyebabkan hidrolisis ester-ester kolesterol.

    Enzim-enzim proteolitik waktu disintesis dalam sel-sel pankreas

    berada dalam bentuk tidak aktif. Zat-zat ini hanya aktif setelah mereka

    disekresi ke dalam saluran cerna. Tripsinogen diaktifkan oleh suatu enzim

    yang dinamakan enterokinase, yang disekresi oleh mukosa usus kimus

    mengadakan kontak dengan mukosa. Tripsinogen juga dapat diaktifkan

    oleh tripsin yang telah dibentuk. Kimotripsinogen diaktifkan oleh tripsin

    menjedi kimotripsin dan prokarboksipeptidase diaktifkan dengan beberapa

    cara yang sama.

    Penting bagi enzim-enzim proteolitik getah pankreas tidak diaktifkan

    sampai mereka disekresi ke dalam usus halus karena tripsin dan enzim-

    enzim lain akan mencernakan pankreas sendiri. Sel-sel yang sama, yang

    mensekresi enzim-enzim proteolitik ke dalam asinus pankreas serentak

    juga mensekresian tripsin inhibitor. Zat ini disimpan dalam sitoplasma sel-

    sel kelenjar sekitar granula-granula enzim, dan mencegah pengaktifan

    tripsin di dalam sel sekretoris dan dalam asinus dan duktus pankreas.

    Pankreas rusak berat atau bila saluran terhambat, sejumlah besar

    sekret pankreas tertimbun dalam daerah yang rusak dari pankreas. Dalam

    keadaan ini, efek tripsin inhibitor kadang-kadang kewalahan, dan dalam

    keadaan ini sekret pankreas dengan cepat diaktifkan dan secara harfiah

    mencernakan seluruh pankreas dalam beberapa jam, menimbulkan

    pankreatitis akut. Hal ini sering menimbulkan kematian karena sering

    diikuti syok, dan bila tidak mematikan dapat mengakibatkan insufisiensi

    pankreas selama hidup.

    Enzim enzim getah pankreas seluruhnya disekresi oleh asinus

    kelenjar pankreas. Namun dua unsur getah pankreas lainnya, air dan ion

    bikarbonat, terutama disekresi oleh sel-sel epitel duktus-duktus kecil yang

    terletak depan asinus khusus yang berasal dari duktus. Bila pankreas

    dirasang untuk mengsekresi getah pankreas dalam jumlah besar (yaitu air

    dan ion bikarbonat dalam jumlah besar) konsentrasi ion bikarbonat dapat

    meningkat sampai 145 mEq/liter.

  • 11

    Setiap hari pankreas menghasilkan 1200-1500 ml pancreatic juice,

    cairan jernih yang tidak berwarna. Pancreatic juice paling banyak

    mengandung air, beberapa garam, sodium biakrbonat, dan enzim-enzim.

    Sodium bikarbonat memberi sedikit pH alkalin (7,1-8,2) pada pancreatic

    juice sehingga menghentikan gerak pepsin dari lambung dan menciptakan

    lingkungan yang sesuai bagi enzim-enzim dalam usus halus.

    Enzim enzim dalam pancreatic juice termasuk enzim pencernaan

    karbohidrat bernama pancreatik amilase; beberapa enzim pencernaan

    protein dinamai tripsin, kimotripsin, karboksipeptidase; enzim pencernaan

    lemak yang utama dalam tubuh orang dewasa dinamakan pankreatik

    lipase; enzim pencernaan asam nukleat dinamakan ribonuklease dan

    deoksiribonuklease.

    Seperti pepsin yang diproduksikan dalam perut dengan bentuk

    inaktifnya atau pepsinogen, begitu pula enzim pencernaan protein dari

    pankreas. Hal ini mencegah enzim-enzim dari sel-sel pencernaan

    pankreas.

    Enzim tripsin yang aktif disekresikan dalam bentuk inaktif

    dinamakan tripsinogen. Aktivasinya untuk tripsin diselesaikan dalam usus

    halus oleh suatu enzim yang disekresikan oleh mukosa usus halus ketika

    bubur chyme ini tiba dalam kontak dengan mukosa. Enzim aktivasi

    dinamakan enterokinase. Kimotripsin diaktivasi dalam usus halus oleh

    tripsin dari bentuk inaktifnya, kimotripsinogen. Karboksipeptidase juga

    diaktivasi dalam usus halus oleh tripsin. Bentuk inaktifnya dinamakan

    prokarboksipeptidase.

    2. Endokrin

    Tersebar diantara alveoli pankreas, terdapat kelompok-kelompok

    kecil sel epitelium yang jelas terpisah dan nyata. Kelompok ini adalah

    pulau-pulau kecil/kepulauan langerhans yang bersama-sama membentuk

    organ endokrin. Hormon-hormon yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin

    adalah :

    a. Insulin

    Insulin adalah suatu polipeptida yang mengandung dua rantai asam

    amino yang dihubungkan oleh jembatan disulfida. Terdapat perbedaan

  • 12

    kecil dalam komposisi asam amino molekul dari satu spesies ke spesies

    lain. Perbedaan ini biasanya tidak cukup besar untuk dapat

    mempengaruhi aktivitas biologi suatu insulin pada spesies heterolog

    tetapi cukup besar untuk menyebabkan insulin bersifat antigenik.

    Insulin dibentuk di retikulum endoplasma sel B. Insulin kemudian

    dipindahkan ke aparatus golgi, tempat ia mengalami pengemasan alam

    granula-granula berlapis membran. Granula-granula ini bergerak ke

    dinding sel melalui suatu proses yang melibatkan mikrotubulus dan

    membran granula berfusi dengan membran sel, mengeluarkan insulin ke

    eksterior melalui eksositosis. Insulin kemudian melintasi lamina basalis

    sel B serta kapiler dan endotel kapiler yang berpori mencapai aliran

    darah.

    Waktu paruh insulin dalam sirkulasi pada manusia adalah sekitar 5

    menit. Insulin berikatan dengan reseptor insulin lalu mengalami

    internalisasi. Insulin dirusak dalam endosom yang terbentuk melalui

    proses endositosis. Enzim utama yang berperan adalah insulin protease,

    suatu enzim di membran sel yang mengalami internalisasi bersama

    insulin.

    Efek insulin pada jaringan :

    a. Jaringan adiposa

    1. Meningkatkan masuknya glukosa

    2. Meningkatkan sintesis asam lemak

    3. Meningkatkan sintesis gliserol fospat

    4. Meningkatkan pengendapan trigliserida

    5. Mengaktifkan lipoprotein lipase

    6. Menghambat lipase peka hormone

    7. Meningkatkan ambilan K+

    b. Otot

    1. Meningkatkan masuknya glukosa

    2. Meningkatkan sintesis glikogen

    3. Meningkatkan ambilan asam amino

    4. Meningkatkan sintesis protein di ribosom

  • 13

    5. Menurunkan katabolisme protein

    6. Menurunkan pelepasan asam-asam amino glukoneogenik

    7. Meningkatkan ambilan keton

    8. Meningkatkan ambilan K+

    c. Hati

    1. Menurunkan ketogenesis

    2. Meningkatkan sintesis protein

    3. Meningkatkan sintesis lemak

    4. Menurunkan pengeluaran glukosa akibat penurunan

    glukoneogenesis dan peningkatan sintesis glukosa

    Pada orang normal, pankreas mempunyai kemampuan untuk

    menyesuaikan jumlah insulin yang dihasilkan dengan intake

    karbohidrat, tetapi pada diabetes fungsi pengaturan ini hilang sama

    sekali.

    b. Glukagon

    Molekul glukagon adalah polipeptida rantai lurus yang

    mengandung 29n residu asam amino dan memiliki molekul 3485.

    Glukagon merupakan hasil dari sel-sel alfa, yang mempunyai prinsip

    aktivitas fisiologis meningkatkan kadar glukosa darah. Glukagon

    melakukan hal ini dengan mempercepat konversi dari glikogen dalam

    hati dari nutrisi-nutrisi lain, seperti asam amino, gliserol dan asam

    laktat menjadi glukosa (glukoneogenesis). Kenudian hati mengeluarkan

    glukosa ke dalam darah dan kadar gula darah meningkat.

    Sekresi dari glukagon secara langsung dikontrol oleh kadar

    gula darah melalui sistem feed-back negative. Ketika kadar gula darah

    menurun sampai di bawah normal, sensor-sensor kimia dalam sel-sel

    alfa dari pulau langerhans merangsang sel-sel untuk mensekresikan

    glukagon. Ketika gula darah meningkat, tidak lama lagi sel-sel akan

    dirangsang dan produksinya diperlamnat.

    Jika untuk beberapa alasan perlengkapan regulasi diri gagal

    dan sel-sel alfa mensekresikan glukagon secara berkelanjutan,

  • 14

    hiperglikemia bisa terjadi. Olahraga dan konsumsi makanan yang

    mengandung protein bisa meningkatan kadar asam amino darah juga

    menyebabkan peningkatan sekresi glukagon. Sekresi glukagon

    dihambat oleh GHIH ( somatostatin )

    Glukagon kehilangan aktivitas biologiknya apabila diperfusi

    elewati hati atau apabila diinkubasi dengan ekstrak hati, ginjal atau otot.

    Glukagon juga diinaktifkan oleh inkubasi dengan darah. Indikasinya

    ialah bahwa glukagon dihancurkan oleh sistem enzim yang sama

    dengan sistem yang menghancurkan insulin dan protein-protein lain.

    Gambar 5 : Regulasi Insulin dan Glukagon (At a Glance Anatomi , tahun 2005,

    hlm. 43)

    c. Somatostatin

    Somatostatin dijumpai di sel D pulau langerhans pankreas.

    Somatostatin menghambat sekresi insulin, glukagon , dan polipeptida

    pankreas dan mungkin bekerja lokal di dalam pulau-pulau lagerhans.

    Penderita tumor pankreas somatostatin mengalami hiperglikemia dan

    gejala-gejala diabetes lain yang menghilang setelah tumor diangkat.

    Para pasien tersebut juga mengalami dispepsia akibat lambatnya

    pengosongan lambung dan penurunan sekresi asam lambung, dan batu

    empedu yang tercetus oleh penurunan kontraksi kandung empedu.

  • 15

    Sekresi somatostatin pankreas meningkat oleh beberapa

    rangsangan yang juga merangsangan sekresi insulin, yakni glukosa dan

    asam amino, terutama argini dan leusin. Sekresi juga ditingkatkan oleh

    CCK. Somatostatin dikeluarkan dari pankreas dan saluran cerna ke

    dalam darah perifer.

    d. Polipeptida pankreas

    Polipetida pankreas manusia merupakan suatu polipeptida

    linear yang dibentuk oleh sel F pulau langerhans. Hormon ini berkaitan

    erat dengan polipeptida YY (PYY), yang ditemukan di usus dan

    mungkin hormon saluran cerna; dan neuropeptida Y, yang ditemukan

    di otak dan sistem saraf otonom.

    Sekresi polipeptida ini meningkat oleh makanan yang

    mengandung protein, puasa, olahraga, dan hipoglikemia akut.

    Sekresinya menurun oleh somatostatin dan glukosa intravena.

    Pemberian infus leusin, arginin dan alanin tidak mempengaruhinya,

    sehingga efek stimulasi makanan berprotein mengkin diperantai secara

    tidak langsung. Pada manusia, polipeptida pankreas memperlambat

    penyerapan makanan, dan hormon ini mungkin memperkecil fluktuasi

    dalam penyerapan. Namun, fungsi faal sebenarnya masih belum

    diketahui.

    2.4 Definisi Pankreatitis

    Pankreatitis (inflamasi pankreas) merupakan penyakit yang serius pada

    pankreas dengan intensitas yang dapat berkisar mulai dari kelainan yang

    relatif ringan dan sembuh sendiri hingga penyakit yang berjalan dengan cepat

    dan fatal yang tidak bereaksi terhadap berbagai pengobatan. (Brunner &

    Suddart, 2001; 1338)

    Pankreatitis adalah kondisi inflamasi yang menimbulkan nyeri dimana

    enzim pankreas diaktifasi secara prematur mengakibatkan autodigestif dari

    pankreas. (Doengoes, 2000;558)

  • 16

    Gambar 6 : Pankreatitis (At A Glance Ilmu Bedah, tahun 2007, halaman

    125)

    2.5 Klasifikasi Pankreatitis

    a. Pankreatitis Akut

    Pankreatis akut memiliki keparahan yang berkisar dari kelainan yang

    relatif ringan dan sembuh dengan sendirinya hingga penyakit yang dengan

    cepat menjadi fatal serta tidak responsif terhadap berbagai terapi.

    Berdasarkan pada beratnya proses peradangan dan luasnya nekrosis

    parenkim dapat dibedakan:

    1. Pankreatitis akut tipe intersitial

    Secara makroskopik, pankreas membengkak secara difus dan

    tampak pucat. Tidak didapatkan nekrosis atau perdarahan, atau bila

    ada, minimal sekali. Secara mikroskopik, daerah intersitial melebar

    karena adanya edema ekstraselular, disertai sebaran sel-sel leukosit

    polimorfonuklear (PMN). Saluran pankreas dapat terisi dengan bahan-

    bahan purulen. Tidak didapatkan destruksi asinus. Meskipun bentuk

    ini dianggap sebagai bentuk pankreatitis yang lebih ringan, namun

    pasien berada dalam keadaan sakit yang akut dan berisiko mengalami

    syok, gangguan keseimbangan cairan serta elektrolit dan sepsis.

    2. Pankreatitis akut tipe nekrosis hemoragik

    Secara mikroskopik tampak nekrosis jaringan pankreas disertai

    dengan perdarahan dan inflamasi. Tanda utama adalah adanya

  • 17

    nekrosis lemak pada jaringan-jaringan di tepi pankreas, nekrosis

    parenkim dan pembuluh-pembuluh darah sehingga mengakibatkan

    perdarahan dan dapat mengisi ruangan retroperitoneal. Bila penyakit

    berlanjut, dapat timbul abses atau daerah-daerah nekrosis yang

    berdinding, yang subur untuk timbulnya bakteri sehingga dapat

    menimbulkan abses yang purulen. Gambaran mikroskopis adalah

    adanya nekrosis lemak dan jaringan pankreas, kantong-kantong

    infiltrat yang meradang dan berdarah ditemukan tersebar pada

    jaringan yang rusak dan mati. Pembuluh-pembuluh darah di dalam

    dan di sekitar daerah yang nekrotik menunjukkan kerusakan mulai

    dari inflamasi peri vaskular, vaskulitis yang nyata sampai nekrosis dan

    trombosis pembuluh-pembuluh darah.

    b. Pankreatitis Kronik

    Pankreatitis kronis merupakan proses inflamasi pankreas menahun

    yang progresif dan menyebabkan kerusakan parenkim pankreas yang

    irreversibel berupa fibrosis serta mengakibatkan disfungsi eksokrin dan

    endokrin.

    Ada tiga bentuk pankreatitis kronik yaitu : kalsifikasi kronik,

    obstruksi kronik dan inflamasi kronik. Penyalahgunaan alkohol dan atau

    malnutrisi merupakan penyebab utama tipe kalsifikasi. Obstruksi duktus

    pankreatikus mayor dengan fibrosis sekunder pada bagian proksimal dari

    obstruksi menyebabkan tipe obstruktif. Pankreatitis inflamatori kronik

    tidak memiliki ciri yang jelas dan banyak pasien dengan pankreatitis

    kronik tidak diketahui penyebabnya masuk ke dalam tipe ini.

    Insiden penyakit pankreatitis kronik di negara maju/ industri kira-

    kira 4-6 per 100.000 penduduk pertahun, dan makin meningkat setiap

    tahunnya. Berdasarkan data dari rumah sakit di Amerika Serikat, sekitar

    87.000 kasus pankreatitis terjadi setiap tahun, dengan tingkat Rawat Inap

    untuk orang kulit hitam adalah 3 kali lebih tinggi daripada kulit putih ,

    dimana perbandingan laki-laki dan perempuan 6.7 : 3,2 per 100.000

    penduduk dan rata-rata usia saat diagnosis adalah 46 tahun. Kejadian

    tahunan di Eropa Barat sekitar lima kasus baru per 100.000 penduduk.

  • 18

    Rasio Laki-laki: wanita 7:1 dan usia rata-rata onset adalah antara 36 tahun

    dan 55 tahun.

    Di Asia insiden pankreatitis kronik diperkirakan 14,4 per 100.000

    penduduk, dan hanya 18,8 % disebabkan oleh alkohol, dengan

    perbandingan lakilaki dan perempuan 1,9:1 dimana usia rata rata 33 13

    tahun.

    Pasien pankreatitis kronik biasanya ditandai nyeri perut, tetapi dapat

    juga tanpa menimbulkan rasa sakit. Gambaran klinis bervariasi. Intensitas

    nyeri bisa berkisar dari ringan sampai berat, bahkan pada pasien dengan

    sedikit kelaianan parenkim atau duktus pada pemeriksaan, perubahan

    morfologi kompleks dapat menimbulkan gejala minimal atau ekstensif.

    Diagnosis pasien pankreatitis kronik sangat sulit dilakukan, karena

    dari pemeriksaan klinis tidak ada gejala yang spesifik, terutama pada awal

    pankreatitis kronik. Diperlukan pemeriksaan labor dan penunjang serta

    pemeriksaan canggih untuk menegakkan diagnosis.

    Pankreatitis kronis predisposisi untuk terjadinya kanker pankreas dan

    diagnosis ini harus dipertimbangkan pada pasien dengan eksaserbasi nyeri

    atau berkembangnya ikterus obstruktif. Tujuan penatalaksanaan adalah

    untuk menetapkan diagnosis dan untuk mengelola gejala dan komplikasi.

    2.6 Etiologi Pankreatitis

    Banyak hal yang dapat menyebabkan timbulnya pancreatitis, antara

    lain: alkoholisme, penyakit saluran empedu, hiperelipidemia, trauma,

    hiperparatiroidisme, hiperkalsemia, infeksi, kelainan vascular, truma

    abdomen atas, dan lain lain.

    1. Alkoholisme

    Mekanisme dari alkoholisme dan penyakit saluran empedu sebagai factor

    predisposisi pancreatitis akut masih belum jelas.

    2. Penyakit pada saluran empedu

    Adanya kelainan antara lain obstruksi, dapat menyebabkan terjadinya

    inflamasi.Timbulnya batu yang lokasinya di ampula vateri, sfingter oddi,

    dapat menyebabkan terjadi sumbatan pada pankreatikus yang

  • 19

    menyebabkan sumbatan pengeluaran getah pancreas yang menimbulkan

    kenaikan tekanan dan juga akan menambah sekresi enzim tersebut

    kedalam cairan intertisial. Bilamana tekanan duktus biliaris naik

    melampaui tekanan duktus pankreatikus, maka enzim tersebut akan

    mengaktivasi refles bilier dan timbulah muntah.

    3. Trauma

    Hal ini jarang terjadi, misalnya pada laserasi, miserasi dan devaskularisasi

    pancreas, akan dapat menyebabkan timbulnya komplikasi pancreatitis.

    4. Infeksi

    Beberapa bakteri yang diduga menyebabkan pancreatitis ialah: proteus

    vulgaris. Aerobacter, Aaerogenes, Streptococcuspyogenes,

    Pseudomonasaeruginosa. Dengan penyuntikan eschericha coli atau

    mengadakan irgasi ductus pancreaticus dapat menimbulkan nekrosis

    pancreatitis akut. Infeksi virus menyebabkan pancreatitis akut.

    2.7 Patofisiologi Pankreatitis

    Pankreatitis dapat terjadi akibat penyumbatan duktus pankreatikus,

    biasanya disebabkan batu empedu di duktus biliaris komunis. Hiperlipidemia

    adalah faktor resiko untuk perkembangan pankreatitis. Hiperlipidemia dapat

    menstimulasi secara berlebihan pelepasan enzim enzim pankreas, atau

    berperan menyebabkan terbentuknya batu empedu. Alkoholisme kronis juga

    berkaitan dengan pankreatitis, mungkin akibat stimulasi pelepasan enzim

    pankreas atau akibat kerusakan pada sfingter oddi di usus halus.

    Patogenesis pankreatitis akut sampai sekarang masih menjadi

    masalah kontroversi. Berbagai faktor dikemukakan sebagai faktor penyebab.

    Sumbatan pada saluran pankreas akan menyebabkan ekstravasasi dari enzim

    ke jaringan parenkim pankreas. Refluks empedu ke duktus pankreas sebagai

    penyebab pankreatitis akut hemoragika. Virus dan obat-obatan tertentu

    disebut-sebut juga sebagai penyebab pankreatitis.

    Pankreatitis akut merupakan penyakit seistemik yang terdiri dari

    dua fase. Pertama, fase awal yang disebabkan efek sistemik

    pelepasan mediator inflamasi, disebut sindrom respons inflamasi

  • 20

    sistemik atau systemic inflamatory response syndrome (SIRS) yang

    berlangsung sekitar 72 jam. Gambaran klinisnya menyerupai sepsis, tetapi

    tidak ada bukti-bukti infeksi. Kedua, fase lanjut merupakan kegagalan sistem

    pertahanan tubuh alami yang menyebabkan keterlibatan sampai

    kegagalan multiorgan, yang biasanya dimulai pada awal minggu kedua.

    Kegagalan fungsi salah satu organ merupakan penanda beratnya penyakit dan

    buruknya faktor prognosis.

    Konsumsi alkohol dalam masyarakat barat dan malnutrisi yang

    terdapat di seluruh dunia merupakan penyebab pankreatitis kronis. Pada

    alkoholisme, insiden pankreatitis 50 kali lebih tinggi dibandingkan

    insidens dalam populasi bukan peminum. Konsumsi alkohol dalam

    waktu lama menyebabkan hipersekresi protein dalam sekret pankreas.

    Akibatnya akan terbentuk sumbat protein dan batu (kalkuli) dalam duktus

    pankreas. Alkohol juga memiliki efek toksik yang langsung pada sel-sel

    pankreas. Kemungkinan terjadinya kerusakan sel-sel ini akan lebih parah

    pada pasien - pasien yang kandungan protein dalam makanannya buruk

    atau yang kandungan lemaknya terlampau tinggi atau rendah.

    Sebagai kontras adanya berbagai faktor etiologi yang menyertai

    pankreatitis akut, terdapat rangkaian kejadian patofisiologis yang

    uniform yang terjadi pada timbulnya penyakit ini. Kejadian ini

    didasarkan pada aktivasi enzim di dalam pankreas yang kemudian

    mengakibatkan autodigesti organ.

    Dalam keadaan normal pankreas pankreas terlindung dari

    efek enzimatik enzim digestinya sendiri. Enzim ini disintesis sebagai

    imogen yang inaktif dan diaktivasi dengan pemecahan rantai peptid

    secara enzimatik.

    Selain itu terdapat inhibitor di dalam jaringan pankreas, cairan

    pankreas dan serum sehingga dapat menginaktivasi protease yang

    diaktivasi terlalu dini. Dalam proses aktivasi di dalam pankreas,

    peran penting terletak pada tripsin yang mengaktivasi semua

    zimogen pankreas yang terlihat dapam proses autodigesti

    (kimotripsin, proelastase, fosfolipase A).

  • 21

    Hanya lipase yang aktif yang tidak terganting pada tripsin. Aktivasi

    zimogen secara normal dimulai oleh enterokinase di duodenum. Ini

    mengakibatkan mulanya aktivasi tripsin yang kemudian mengaktivasi

    zimogen yang lain. Jadi diduga bahwa aktivasi dini tripsinogen menjadi

    tripsin adalah pemicu bagi kaskade enzim dan autodigesti pankreas.

    Gambar 7 : Faktor etologik dan patologik pada pankreatitis akut ( Buku saku

    patofisiologi, tahun 2001, halaman 517-518 )

    Adapun mekanisme yang memulai aktivasi enzim antara lain adalah

    refluks isi duodenum dan refluks cairan empedu, aktivasi sistem komplemen,

    stimulasi, sekresi enzim yang berlebihan. Isis duodenum merupakan

    campuran enzim pankreas yang aktif, asam empedu, lisolesitin dan

    lemak yang telah mengalami emulsifikasi; semuanya ini mampu

    menginduksi pankreatitis akut. Asam empedu mempunyai efek detergen pada

    sel pankreas, meningkatkan aktivasi lipase dan fosfolipase A, memecah

    lesitin menjadi lisolesitin dan asam lemak dan menginduksi spontan

    sejumlah kecil proenzim pankreas yang lain. Selanjutnya perfusi asam

    empedu ke dalam duktus pankreatikus yang utama menambah

    permeabilitas sehingga mengakibatkan perubahan struktural yang jelas.

  • 22

    Perfusi 16,16 dimetil prostaglandin E2 mengubah penemuan histologik

    pankrataitis tipe edema ke tipe hemoragik.

    Gambar 8 : Efek Cairan Empedu Pada Pankreas

    Kelainan histologis utama yang ditemukan pada

    pankreatitis akut adalah nekrosis keoagulasi parenkim dan poknosis inti

    atau kariolisis yang cepat diikut oleh degradasi asini yang nekrotik dan

    absopsi debris yang timbul. Adanya edema, perdarahan dan trombosis

    menunjukkan kerusakan vaskular yang terjadi bersamaan.

    2.8 Manifestasi klinis Pankreatitis

    a. Nyeri

    Hampir setiap penderita mengalami nyeri yang hebat di perut atas

    bagian tengah, di bawah tulang dada (sternum).

    Nyeri sering menjalar ke punggung. Kadang nyeri pertama bisa

    dirasakan di perut bagian bawah. Nyeri ini biasanya timbul secara tiba-

    tiba dan mencapai intensitas maksimumnya dalam beberapa menit. Nyeri

    biasanya berat dan menetap selama berhari-hari. Bahkan dosis besar dari

    suntikan narkotik pun sering tidak dapat mengurangi rasa nyeri ini. Batuk,

    gerakan yang kasar dan pernafasan yang dalam, bisa membuat nyeri

    semakin memburuk. Duduk tegak dan bersandar ke depan bisa membantu

    meringankan rasa nyeri.

  • 23

    b. Mual dan muntah

    Sebagian besar penderita merasakan mual dan ingin muntah. Penderita

    pankreatitis akut karena alkoholisme, bisa tidak menunjukkan gejala

    lainnya, selain nyeri yang tidak terlalu hebat. Sedangkan penderita lainnya

    akan terlihat sangat sakit, berkeringat.

    c. Denyut nadinya cepat (100-140 denyut per menit) dan pernafasannya

    cepat dan dangkal.

    d. Pada awalnya, suhu tubuh bisa normal, namun meningkat dalam

    beberapa jam sampai 37,8-38,8 Celsius.

    e. Tekanan darah bisa tinggi atau rendah, namun cenderung turun jika orang

    tersebut berdiri dan bisa menyebabkan pingsan.

    f. Kadang-kadang bagian putih mata (sklera) tampak kekuningan.

    g. 20% penderita pankreatitis akut mengalami beberapa pembengkakan

    pada perut bagian atas. Pembengkakan ini bisa terjadi karena terhentinya

    pergerakan isi lambung dan usus (keadaan yang disebut ileus

    gastrointestina atau karena pankreas yang meradang tersebut membesar

    dan mendorong lambung ke depan.

    h. Bisa juga terjadi pengumpulan cairan dalam rongga perut (asites). Pada

    pankreatitis akut yang berat (pankreatitis nekrotisasi), tekanan darah bisa

    turun, mungkin menyebabkan syok. Pankreatitis akut yang berat bisa

    berakibat fatal.

    2.9 WOC

    ( terlampir)

    2.10 Komplikasi Pankreatitis

    a. Komplikasi akut :

    1. Shock,

    2. Hipokalsemia (kalsium darah rendah),

    3. Glukosa darah yang tinggi,

  • 24

    4. Dehidrasi, dan gagal ginjal (yang dihasilkan dari volume darah

    yang tidak memadai yang, pada gilirannya, dapat hasil dari

    kombinasi dari kehilangan cairan dari muntah, perdarahan internal,

    atau mengalir cairan dari sirkulasi ke dalam rongga perut dalam

    menanggapi peradangan pankreas, sebuah fenomena dikenal

    sebagai Penjarangan Ketiga).

    5. Komplikasi pernapasan sering terjadi dan merupakan kontributor

    utama kematian pankreatitis. Beberapa tingkat efusi pleura hampir

    mana-mana di pankreatitis. Beberapa atau semua paru-paru bisa

    kolaps (atelektasis) sebagai hasil dari pernapasan dangkal yang

    terjadi karena rasa sakit perut. Pneumonitis dapat terjadi sebagai

    akibat dari enzim pankreas secara langsung merusak paru-paru,

    atau hanya sebagai respon jalur akhir yang umum untuk setiap

    penghinaan besar untuk tubuh (yaitu ARDS atau Sindrom

    Pernapasan Akut Distress).

    6. Demikian juga, SIRS (sindrom respon inflamasi sistemik) mungkin

    terjadi.

    7. Infeksi pankreas meradang dapat terjadi setiap saat selama

    perjalanan penyakit. Bahkan, dalam kasus-kasus pankreatitis

    hemoragik berat, antibiotik harus diberikan profilaksis.

    b. Komplikasi kronik:

    Komplikasi kronik termasuk pankreatitis berulang dan

    pengembangan pseudocysts pankreas. Sebuah pseudokista pankreas

    pada dasarnya adalah sebuah koleksi sekresi pankreas yang telah off

    berdinding oleh bekas luka dan jaringan inflamasi. Pseudocysts dapat

    menyebabkan rasa sakit, dapat menjadi terinfeksi, dapat pecah dan

    perdarahan, bisa menekan dan blok struktur seperti saluran empedu,

    sehingga mengarah ke penyakit kuning, dan bahkan dapat bermigrasi di

    sekitar perut.

    2.11 Prognosis Pankreatitis

    Prognosis pankreatitis akut dapat diramalkan berdasarkan tanda pada

    waktu pemeriksaan pertama dan 48 jam kemudian menurut kriteria Ranson.

  • 25

    Dengan tabel kriteria Ranson dapat dipastikan derajat kegawatan

    pankreatitis akut.

    Kriteria pankreatitis akut menurut Ranson :

    a. Pemeriksaan pertama :

    1. Umur > 55 tahun

    2. sel leukosit > 15.000/mm3

    3. kadar glukosa > 200 mg/dl

    4. LDH (lakto dehidrogenase) > 35 U/I

    5. SGOT > 250 unit/dl

    b. Pemeriksaan setelah 48 jam :

    1. hematokrit turun > 10%

    2. ureum darah > 5 mg/dl

    3. kalsium < 8 mg/dl

    4. saturasi darah arteri O2 turun

    5. defisit basa > 4 meq/l

    6. sekuestrasi cairan > 6 l

    Mortalitas pankreatitis akut sangat bergantung pada gambaran klinik

    dan berkisar antara 1 sampai 75 persen. Pada setiap kriteria Ranson

    diberikan angka 1. Angka kematian untuk pasien yang negatif pada tiga

    kriteria kira-kira 5 persen, sedangkan pasien dengan lima atau lebih kriteria

    positif adalah di atas 50 persen. Dengan mengenal stadium permulaan dari

    perjalanan serangan pankreatitis berat akan dapat dilakukan pengelolaan

    yang rasional dalam pengobatan pankreatitis tersebut.

    2.12 Pemeriksaan Diagnostik Pankreatitis

    Pemeriksaan penunjang pakreatitis antara lain :

    1. Scan-CT : menentukan luasnya edema dan nekrosis

    2. Ultrasound abdomen: dapat digunakan untuk mengidentifikasi

    inflamasi pankreas, abses, pseudositis, karsinoma dan obstruksi

    traktus bilier.

  • 26

    3. Endoskopi : penggambaran duktus pankreas berguna untuk diagnosa

    fistula, penyakit obstruksi bilier dan striktur/anomali duktus pankreas.

    Catatan : prosedur ini dikontra indikasikan pada fase akut.

    4. Aspirasi jarum penunjuk CT : dilakukan untuk menentukan adanya

    infeksi.

    5. Foto abdomen : dapat menunjukkan dilatasi lubang usus besar

    berbatasan dengan pankreas atau faktor pencetus intra abdomen yang

    lain, adanya udara bebas intra peritoneal disebabkan oleh perforasi

    atau pembekuan abses, kalsifikasi pankreas.

    6. Pemeriksaan seri GI atas : sering menunjukkan bukti pembesaran

    pankreas/inflamasi.

    7. Amilase serum : meningkat karena obstruksi aliran normal enzim

    pankreas (kadar normal tidak menyingkirkan penyakit).

    8. Amilase urine : meningkat dalam 2-3 hari setelah serangan.

    9. Lipase serum : biasanya meningkat bersama amilase, tetapi tetap

    tinggi lebih lama.

    10. Bilirubin serum : terjadi pengikatan umum (mungkin disebabkan oleh

    penyakit hati alkoholik atau penekanan duktus koledokus).

    11. Fosfatase Alkaline : biasanya meningkat bila pankreatitis disertai oleh

    penyakit bilier.

    12. Albumin dan protein serum dapat meningkat (meningkatkan

    permeabilitas kapiler dan transudasi cairan ke area ekstrasel).

    13. Kalsium serum : hipokalsemi dapat terlihat dalam 2-3 hari setelah

    timbul penyakit (biasanya menunjukkan nekrosis lemak dan dapat

    disertai nekrosis pankreas).

    14. Kalium : hipokalemia dapat terjadi karena kehilangan dari gaster;

    hiperkalemia dapat terjadi sekunder terhadap nekrosis jaringan,

    asidosis, insufisiensi ginjal.

    15. Trigliserida : kadar dapat melebihi 1700 mg/dl dan mungkin agen

    penyebab pankreatitis akut.

    16. LDH/AST (SGOT) : mungkin meningkat lebih dari 15x normal

    karena gangguan bilier dalam hati.

  • 27

    17. Darah lengkap : SDM 10.000-25.000 terjadi pada 80% pasien. Hb

    mungkin menurun karena perdarahan. Ht biasanya meningkat

    (hemokonsentrasi) sehubungan dengan muntah atau dari efusi cairan

    ke dalam pankreas atau area retroperitoneal.

    18. Glukosa serum : meningkat sementara umum terjadi khususnya

    selama serangan awal atau akut. Hiperglikemi lanjut menunjukkan

    adanya kerusakan sel beta dan nekrosis pankreas dan tanda aprognosis

    buruk. Urine analisa; amilase, mioglobin, hematuria dan proteinuria

    mungkin ada (kerusakan glomerolus).

    19. Feses : peningkatan kandungan lemak (seatoreal) menunjukkan gagal

    pencernaan lemak dan protein (Dongoes, 2000).

    2.13 Penatalaksanaan Pankreatitis

    a. Penatalaksanaan pankreatitis berdasar klasifikasi

    1. Penatalaksanaan yang dianjurkan pada penderita pankretitis akut

    antara lain:

    a. Pengobatan yang bersifat simptomatik seperti pemberian

    analgetik, contohnya meperidil untuk mengurangi nyeri

    penderita, pemberian obat antiemetik untuk mengurangi mual

    dan muntah.

    b. Semua asupan oral harus dihentikan karena dapat

    mempengaruhi sekresi pada gaster dan pankreas dimana sekresi

    itu akan naik apabila ada bahan makanan yang

    masuk.Pemberian makanan melalui Total Parenteral Nutrition

    (TPN)

    c. Pemasangan NGT disertai dengan pengisapan. Tindakan ini

    bertujuan untuk mengurangi volume sekrsi yan ada pada gaster,

    juga untuk mengurangi mual dan muntah

    d. Pemberian preparat yang dapat mengurangi sekresi gaster

    seperti simetidin

    e. Pemberian cairan parenteral untuk mengatasi defisit cairan

    dalam tubuh

    f. Pemberian insulin (bila terdapat hiperglikemia yang berat)

  • 28

    g. Drainase billier. Tindakan ini bertujuan untuk mengurangi

    timbunan sekresi pada pankreas dan akan melancarkan aliran

    pada pankreas.

    2. Penatalaksanaan yang dianjurkan pada penderita pankreatitis kronik

    antara lain:

    a. Menghindarkan pasien dari konsumsi alkohol. Tindakan ini

    untuk mengurangi kerusakan lebih lanjut pada pankreas dan

    timbulnya serangan pankreatitis.

    b. Menganjurkan pasien untuk mengkonsumsi diet dan minumam

    yang merangsang sekresi gaster dan pankreas seperti makanan

    pedas, minuman bersoda dan berkaffein.

    c. Terapi obat-obatan antara lain:

    I. Obat-obatan analgetik nonopium ( seperti tramadol) yan

    digunakan untuk mengurangi nyeri abdomen. Tindakan ini

    sangat perlu dikombinasi dengan pencegahan pasien

    mengkonsumsi alkohol

    II. Pengganti enzim pankreas (tripis dan lipase). Enzim ini

    membantu proses metabolisme protein dan lemak sehinggga

    hasil akhir buangan (feses) diharapkan tidak banyak

    mengandung lemak

    III. Pemberian insulin bagi penderita yang ditemukan nilai kadar

    gula darahnya tinggi (>150mg/ dl)

    IV. Tindakan pembedahan.

    Tindakan pembedahan, bertujuan untuk:

    1. Mengurangi nyeri abdomen

    Nyeri pada pankreatitis kronik dapat diakibatkan oleh

    obstruksi duktus pankreatikus yang mengakibatkan hasil

    sekresi mengalami penumpukan di lumen duktus sehingga

    berdampak pada peningkatan tekanan intra lumen duktus.

    Dengan pembedahan penumpukan hasil sekresi penkreas

    dapat dikurangi sehingga rasa nyeri abdomen diharapkan

    dapat berkurang.

  • 29

    2. Memperbaiki drainase pankreas. Akibat obstruksi maka

    hasil kelenjar prankeas tidak dapat disalurkan ke jejunum.

    Dengan pembedahan diharapkan aliran hasil sekresi itu

    dapat berjalan dengan baik.

    3. Mengurangi frekwensi serangan pankreas. Meskipun

    pembedahan tidak daat 100% menghilangkan kelainan

    pada pankreatitis kronik setidaknya frekwensi serangan

    akan dapat dikurangi frekwensinya.

    Adapun tindakan pembedahannya antara lain:

    a. Pankreatik jejunustomi. Tindakan pembedahan ini

    adalah dengan membuat sambungan antara duktus

    pankreatikus dengan jejunum, sehingga hasil sekresi

    yang tadinya terambat penyalurannya dapat teratasi.

    Tindakan ini dapat mengurangi nyeri selama kurang

    lebih 3 bulan.

    b. Perbaikan spinter ampulla Vater. Tindakan ini

    bertujuan untuk memperbaiki tingkat sekresi pada

    pancreas.

    c. Drainase internal yaitu dengan mengalirkan sekresi

    pankreas ke lambung.

    d. Pengangkatan pankreas. Tindakan ini akan berdampak

    pada hilangnya sekresi pankreas sehingga penderita

    mungkin sangat tergantung dengan enzim atau hormon

    dari luar.

    e. Otot transplantasi atau implantasi sel-sel pulau

    Langerhans yang berasal dari sel diri pasien sendiri

    b. Penatalaksanaan pankreatitis secara umum

    Penatalaksanaan pankreatitis bersifat simtomatik dan ditujukan

    untuk mencegah atau mengatasi komplikasi. Semua asupan per oral

    harus dihentikan untuk menghambat stimulasi dan sekresi pankreas.

    Pelaksanaan TPN (total parental nutrition) pada pankreatitis akut

    biasanya menjadi bagian terapi yang penting, khusus pada pasien

  • 30

    dengan keadaan umum yang buruk, sebagai akibat dari stres metabolik

    yang menyertai pankreatitis akut. Pemasangan NGT dengan pengisapan

    (suction) isi lambung dapat dilakukan untuk meredakan gejala mual dan

    muntah, mengurangi distensi abdomen yang nyeri dan ileus paralitik

    serta untuk mengeluarkan asam klorida.

    I. Tindakan pada penatalaksanaan :

    (a) Penanganan Nyeri.

    Pemberian obat pereda nyeri yang adekuat merupakan tindakan

    yang esensial dalam perjalanan penyakit pankreatitis akut karena

    akan mengurangi rasa nyeri dan kegelisahan yang dapat

    menstimulasi sekresi pankreas.

    (b) Perawatan Intensif.

    Koreksi terhadap kehilangan cairan serta darah dan kadar

    albumin yang rendah diperlukan untuk mempertahankan volume

    cairan serta mencegah gagal ginjal akut.

    (c) Perawatan Respiratorius.

    Perawatan respiratorius yang agresif diperlukan karena risiko

    untuk terjadinya elevasi diafragma, infiltrasi serta efusi dalam

    paru dan atelektasis cenderung tinggi.

    (d) Drainase Bilier.

    Pemasangan drainase bilier dalam duktus pankreatikus melalui

    endoskopi telah dilakukan dengan keberhasilan yang terbatas.

    Terapi ini akan membentuk kembali aliran pankreas dan

    akibatnya, akan mengurangi rasa sakit serta menaikkan berat

    badan.

    (e) Penatalaksanaan Pasca-Akut.

    Antasid dapat diberikan ketika gejala akut pankreatitis mulai

    menghilang. Pemberian makanan makanan per oral yang rendah

    lemak dan protein dimulai secara bertahap. Kafein dan alkohol

    tidak boleh terdapat dalam makanan pasien.

  • 31

    (f) Pertimbangan Gerontik.

    Pankreatitis akut dapat mengenai segala usia; meskipun

    demikian, angka mortalitas pankreatitis akut meningkat

    bersamaan dengan pertambahan usia.

    II. Tindakan Bedah

    Tindakan segera untuk eksplorasi bedah pada umumnya tidak

    dilakukan, kecuali pada kasus-kasus berat di mana terdapat :

    (a) Perburukan sirkulasi dan fungsi paru sesudah beberapa hari

    terapi intensif.

    (b) Pada kasus pankreatitis hemoragik nekrosis yang disertai dengan

    rejatan yang sukar diatasi.

    (c) Timbulnya sepsis.

    (d) Gangguan fungsi ginjal yang progresif.

    (e) Tanda-tanda peritonitis.

    (f) Bendungan dari infeksi saluran empedu.

    (g) Perdarahan intestinal yang berat.

    Tindakan bedah juga dapat dilakukan sesudah penyakit berjalan

    beberapa waktu (kebanyakan sesudah 2-3 minggu perawatan

    intensif) bilamana timbul penyulit seperti pembentukan pseudokista

    atau abses, pembentukan fistel, ileus karena obstruksi pada

    duodenum atau kolon, pada perdarahan hebat retroperitoneal atau

    intestinal.

  • 32

    BAB 3

    ASUHAN KEPERAWATAN

    3.1 Pengkajian

    3.1.1 Identitas

    a. Usia

    Pankreatitis sering mucul pada pasien yang pecandu alkohol

    yang berumur lebih dari 40 tahun. Tetapi bisa muncul pula pada usia

    muda sebagai akibat pecandu berat alkohol.

    b. Pendidikan dan pekerjaan

    Pada orang berpendapatan tinggi dan rentan stres, cenderung

    untuk mengkonsumsi makanan cepat saji dan minum-minuman yang

    mengandung alkohol sebagai pelarian untuk mengurangi stres

    psikologinya. Oleh karena itu, penyakit ini biasanya banyak dialami

    oleh pekerja dengan gaji lembur yang tinggi dan rendah nilai

    agamanya.

    3.1.2 Keluhan Utama

    Penderita biasanya mengeluh perut terasa sakit dan panas terbakar

    pada abdomen sampai tembus ke punggung, terutama daerah epigastrik

    3.1.3 Riwayat Penyakit

    Perjalanan penyakit ini biasanya dimulai dari rasa tidak enak di

    perut, rasa perih sehingga kadang orang awam menganggapnya sebagai

    gangguan lambung. Rasa perih itu kemudian berubah cepat menjadi

    rasa terbakar dan sakit pada abdomen terutama epigastrik.

    3.1.4 Riwayat Kesehatan Dahulu

    Riwayat terbayak penderita adalah pecandu alkohol disusul

    kemudian adanya infeksi oleh bakteri dan virus pada pankreas.

    Biasanya jika terjadi infeksi disertai dengan gejala rasa tidak enak

    diseluruh badan dan kenaikan suhu tubuh. Kelainan yang bisa memicu

    pankreatitis yaitu :

    a. Trauma abdomen terutama pada kuadran tengah

  • 33

    b. Riwayat kelebihan lemak

    c. Riwayat pembuluh darah dan sirkulasi yang jelek

    d. Penyakit ulkus peptikum yang lama

    e. Pemberian obat-obatan seperti kotikosteroid dan diuretik dalam

    jangka lama.

    3.1.5 Riwayat Kesehatan Keluarga

    Penyakit ini memungkinkan ditularkan dari satu anggota ke

    anggota yang lain melalui pemakaian alat makan bersama-sama dalam

    jangka waktu yang lama.

    3.1.6 Pemeriksaan Fisik

    a. Status penampilan kesehatan: yang sering muncul adalah rasa

    kesakitan yang hebat pada abdomen

    b. Tingkat kesadaran: compos mentis, letargi, stupor, koma

    (tergantung kondisi fisiologi untuk melakukan kompensasi

    terhadap kelainan eksokrin pankreas)

    c. Observasi TTV:

    i. Frekuensi nadi dan tekanan darah: takikardi (karena terjadi

    kompensasi terhadap nyeri), hipertensi (karena peningkatan

    rangsangan persyarafan akibat nyeri)

    ii. Frekuensi pernapasan: takipneu (sebagai kompensasi untuk

    meningkatkan produksi energi aerob untuk mencukupi energi

    pafa fase nyeri aktif)

    iii. Suhu tubuh: sering muncul hipertemi karena efek peradangan

    d. Pada leher biasanya terdapat pembesaran kelenjar limfe leher

    apabila ada infeksi sistemik.

    e. Pada aksila terdapat pembesaran limfe.

    f. Pada abdomen, terlihat distensi abdomen karena pembengkakan

    pankreas. Auskultasi bising usus mungkin meningkat sebagai

    respon mekanik terhadap peradangan pankreas. Jika di palpasi

    terdapat nyeri takan pada epigastrik.

    g. Pada keadaan dehidrasi, kulit dan mukosa bibir terasa kering.

  • 34

    3.1.7 Pemeriksaan Penunjang

    1. Scan-CT: menentukan luasnya edema dan nekrosis

    2. Ultrasound abdomen: dapat digunakan untuk mengidentifikasi

    inflamasi pankreas, abses, pseudositis, karsinoma dan obstruksi

    traktus bilier.

    3. Endoskopi: penggambaran duktus pankreas berguna untuk diagnosa

    fistula, penyakit obstruksibilier dan striktur/anomali duktus

    pankreas. Catatan: prosedur ini dikontra indikasikan pada fase akut.

    4. Aspirasi jarum penunjuk CT: dilakukan untuk menentukan adanya

    infeksi.

    5. Foto abdomen: dapat menunjukkan dilatasi lubang usus besar

    berbatasan dengan pankreas atau faktor pencetus intra abdomen yang

    lain, adanya udara bebas intra peritoneal disebabkan oleh perforasi

    atau pembekuan abses, kalsifikasi pankreas.

    6. Pemeriksaan seri GI atas: sering menunjukkan bukti pembesaran

    pankreas/inflamasi.

    7. Amilase serum: meningkat karena obstruksi aliran normal enzim

    pankreas (kadar normal tidak menyingkirkan penyakit).

    8. Amilase urine: meningkat dalam 2-3 hari setelah serangan.

    Lipase serum: biasanya meningkat bersama amilase, tetapi tetap

    tinggi lebih lama.

    9. Bilirubin serum: terjadi pengikatan umum (mungkin disebabkan oleh

    penyakit hati alkoholik atau penekanan duktus koledokus).

    10. Fosfatase Alkaline: biasanya meningkat bila pankreatitis disertai

    oleh penyakit bilier.

    11. Albumin dan protein serum dapat meningkat (meningkatkan

    permeabilitas kapiler dan transudasi cairan kearea ekstrasel).

    12. Kalsium serum: hipokalsemi dapat terlihat dalam 2-3 hari setelah

    timbul penyakit (biasanya menunjukkan nekrosis lemak dan dapat

    disertai nekrosis pankreas).

  • 35

    13. Kalium: hipokalemia dapat terjadi karena kehilangan dari gaster;

    hiperkalemia dapat terjadi sekunder terhadap nekrosis jaringan,

    asidosis, insufisiensi ginjal.

    14. Trigliserida: kadar dapat melebihi 1700 mg/dl dan mungkin agen

    penyebab pankreatitis akut.

    15. LDH/AST (SGOT): mungkin meningkat lebih dari 15x normal

    karena gangguan bilier dalam hati.

    16. Darah lengkap: SDM 10.000-25.000 terjadi pada 80% pasien. Hb

    mungkin menurun karenaperdarahan. Ht biasanya meningkat

    (hemokonsentrasi) sehubungan dengan muntah atau dariefusi cairan

    kedalam pankreas atau area retroperitoneal.

    17. Glukosa serum: meningkat sementara umum terjadi khususnya

    selama serangan awal atau akut.Hiperglikemi lanjut menunjukkan

    adanya kerusakan sel beta dan nekrosis pankreas dan

    tandaaprognosis buruk. Urine analisa; amilase, mioglobin, hematuria

    dan proteinuria mungkin ada (kerusakan glomerolus).

    18. Feses: peningkatan kandungan lemak (seatoreal) menunjukkan gagal

    pencernaan lemak dan protein

    3.2 Diagnosa dan Intervensi Keperawatan

    a. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi pankreas

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama 3x24jam nyeri

    teradaptasi

    Kriteria Hasil : a. Pasien mengatakan nyeri berkurang

    b. Skala nyeri turun

    c. Wajah pasien tampak rileks

    No Intervensi Rasional

    1. Kolaborasi pemberian analgesik,

    antibiotika, dan anti inflamasi

    sesuai indikasi

    Dapat mengurangi nyeri, membunuh kuman dan

    mengurangi peradangan sehingga mempercepat

    penyembuhan

    2. Berikan posisi yang nyaman Mengurangi nyeri

  • 36

    3. Evaluasi ulang skala nyeri,

    lokasi, intensitas dan frekuensi

    Mengetahui ketidakefektifan intervensi

    b. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan intake

    yang tidak adekuat dan output cair yang berlebih ( mual dan muntah ).

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama 1x24jam keseimbangan

    cairan

    Kriteria Hasil : a. Jumlah intake dan output cairan seimbang

    b. Turgor baik, mukosa lembab

    c. Nadi normal (60-100x/menit)

    No Intervensi Rasional

    1.

    2.

    3.

    4.

    Berikan cairan tambahan IV

    sesuai indikasi.

    Pantau tanda-tanda vital,

    evaluasi turgor kulit, pengisian

    kapiler dan membran mukosa.

    Kolaborasi pemberian

    cimetidine dan ranitidine

    evaluasi intake dan output

    cairan tiap 4 jam

    Mengganti kehilangan cairan dan memperbaiki

    keseimbangan cairan dalam fase segera.

    Menunjukkan status dehidrasi atau

    kemungkinan kebutuhan untuk peningkatan

    penggantian cairan.

    Cimetidine dan ranitidine berfungsi untuk

    menghambat sekresi asam lambung

    Mengoreksi keseimbangan cairan

    c. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan respon sistemik peradangan

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam

    Kriteria Hasil : a. Suhu tubuh dalam rentang normal (360-37

    0C)

    b. Kulit tidak teraba hangat

    c. Wajah tidak tampak merah

    No Intervensi Rasional

    1. Kolaborasi dengan pemberian

    antipiretik

    Untuk menurunkan panas

    2. Ukur suhu tiap 4-8 jam Untuk mengetahui perkembangan klien

  • 37

    3. Ajarkan komprest dan banyak

    minum

    Untuk menurunkan panas tubuh dan mengganti

    cairan tubuh yang hilang

    4. Evaluasi cairan input dan output Untuk mengetahui balance cairan pasien

    d. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan pendesakan organ paru

    akibat asites

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam

    pola nafas efektif

    Kriteria Hasil : a. RR normal (16-24x/menit)

    b. Irama nafas reguler

    No Intervensi Rasional

    1. Pertahankan posisi semi fowler Menurukan tekanan paru oleh diafragma

    sehingga ekspansi paru maksimal.

    2. Dorong pasien untuk melakukan

    nafas dalam dan batuk tiap jam.

    Membersihkan saluran nafas dan mencegah

    atelektasis

    3. Anjur pasien untuk membatasi

    aktivitas

    Aktivitas berlebih akann meningkatkan

    rangsangan sekresi gaster yang dapat

    menambahh distensi abdomen

    4.

    5.

    Evaluasi status pernapasan

    (irama, frekuensi) dan gas darah

    Ajarkan relaksasi nafas dalam

    Untuk menentukan intervensi selanjutnya.

    Untuk meningkatkan optimal pernafasan

    e. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan kekakuan otot jantung

    Tujuan : Dalam waktu 2 x 24 jam tidak terjadi penurunan curah

    jantung

    Kriteria Hasil : a. Stabilitas hemodinamik baik

    b. Urine > 600 ml/hari

    No Intervensi Rasional

    1. Pantau tekanan darah.

    Bandingkan kedua lengan, ukur

    Hipotensi dapat terjadi karena disfungsi

    ventrikel. Hipertensi juga fenomena umum

  • 38

    dalam keadaan berbaring, duduk

    atau berdiri (bila

    memungkinkan)

    berhubungan dengan nyeri cemas, sehingga

    terjadi pengeluaran katekolamin

    2.

    3.

    Evaluasi kualitas dan kesamaan

    nadi

    Pantau frekuensi jantung dan

    irama

    Kolaborasi

    Penurunan curah jantung mengakibatkan

    penurunan kekuatan nadi

    Perubahan frekuensi dan irama jantung

    menunjukkan komplikasi disritmia

    1. Pertahankan cara masuk heparin

    (IV) sesuai indikasi

    Pantau data laboratorium enzim

    jantung, GDA dan elektrolit

    Jalur yang paten penting untuk pemberian obat

    darurat

    Enzim memamntau perluasan infark, elektrolit

    berpengaruh terhadap irama jantung

    f. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam

    tidak terjadi resiko nutrisi kurang dari kebutuhan.

    Kriteria Hasil : a. Porsi makan habis

    b. Berat badan normal

    c. Albumin = 3,4 4,8 gr/dl

    No Intervensi Rasional

    1. Kolaborasikan pemberian

    trigliserida rantai sedang

    (contoh : MCT, portagen)

    Memberikan nutrisi tambahan yang tidak

    menggunakan enzim pankreas untuk

    mencernanya

    2. Berikan perawatan oral higiene Menurunkan rangsang mual muntah

  • 39

    3.

    4.

    Anjurkan pasien untuk selalu

    menghabiskan porsi makan

    Evaluasi tingkat pemenuhan

    nutrisi dan metabolisme

    Memenuhi nutisi sesui kebutuhan

    Membantu pemenuhan nutrisi sesuai kebutuhan

    g. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan gerakan tonik sekunder akibat

    kejang

    Tujuan : Pasien menyatakan cedera lebih sedikit dan rasa takut

    cedera berkurang

    Kriteria Hasil : Pasien tidak mengalami cedera

    No Intervensi Rasional

    1. Orientasikan setiap pasien baru

    terhadap sekeliling

    Untuk mengenalkan lingkungan

    sekitar, sehingga bisa beradaptasi

    2. Pertahankan tempat tidur pada

    ketinggian yang paling rendah

    Mengurangi resiko jatuh dari tempat

    tidur

    3.

    4.

    Singkirkan benda-benda yang

    menonjol (misalkan rak baju)

    HE : anjurkan keluarga selalu

    mendampingi pasien

    Mengurangi resiko cedera

    Meminimalisir resiko cedera

  • 40

    BAB IV

    PENUTUP

    4.1 Kesimpulan

    Pankreas merupakan organ yang istimewa karena mempunyai dua

    fungsi sekaligus yaitu eksokrin dan endokrin. Kerusakan yang diawali pada sel

    asini unit eksokrin mengakibatkan terjadinya pankreatitis baik akut yang dapat

    normal kembali fungsi pankreasnya maupun pankreatitis kronik dengan

    kerusakan permanen.

    Dalam penatalaksanaannya yang penting untuk pankreatitis akut

    adalah mengatasi nyeri perut, manajemen penggantian cairan, dan pemberian

    nutrisi pendukung. Selain itu Juga diberikan antibiotika untuk profilaksis pada

    pankreatitis nekrosis. Terapi intervensi dengan endoskopi maupun bedah juga

    perlu dilakukan pada kondisi tertentu. Pada pankreatitis kronik tritmen

    ditujukan untuk mengatasi nyeri kronik, malabsorpsi, dan diabetes.

    4.2 Saran

    Seseorang dengan pankreatitis dapat mengalami komplikasi atau

    membawa sesorang dalam kondisi kronik, dimana terdapat keadaan dehidrasi,

    hipokalsemia dan shock. Oleh karena itu harus cepat dilakukan tindakan

    penatalaksanan baik medik maupun keperawatan. Makalah ini dapat dijadikan

    sebagai salah satu referensi sebagai pedoman untuk mengetahun manifestasi

    klinis dan penatalaksanaannya. Apabila ada kekurangan dalam makalah ini

    mohon maaf dan silahkan disampaikan.

  • 41

    DAFTAR PUSTAKA

    Delmann, H.D. 1993. Textbook of Veterinary Histology. Lea and Fiebiger:

    Philadelphia

    Faiz, Omar, dkk. 2004. At a Glance Anatomi. Erlangga: Jakarta

    Getty, R. 1975. Sisson and Grossman's The Anatomy of the Domestic Animals.

    Vol.1. W.B. Saunders Company: Philadelphia. London. Toronto.

    Gibson, John. 1981. Modern Physiology and Anatomy for Nurses. Blackwell

    Science Limited: Oxford

    Riyadi S., Sukarmin. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan

    Eksokrin dan Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta : Graha Ilmu

    Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC

    dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC