Penatalaksanaan Sinusitis Maksilaris 1

25
Paper PENATALAKSANAAN SINUSITIS MAKSILARIS Oleh, Juliati Siska Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara Pembimbing, Dr. Beresman Sianipar, Sp.THT

Transcript of Penatalaksanaan Sinusitis Maksilaris 1

Page 1: Penatalaksanaan Sinusitis Maksilaris 1

Paper

PENATALAKSANAANSINUSITIS MAKSILARIS

Oleh,

Juliati Siska

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara

Pembimbing,

Dr. Beresman Sianipar, Sp.THT

Bagian Ilmu Penyakit Telinga Hidung TenggorokanRumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan

Nopember 2002

Page 2: Penatalaksanaan Sinusitis Maksilaris 1

Penatalaksanaan Sinusitis Maksilaris Dr. Beresman Sianipar, Sp.THT

PENATALAKSANAAN SINUSITIS MAKSILARIS

1. SINUSITIS MAKSILARIS

Secara umum sinusitis berarti proses radang apapun yang mengenai sinus. Sinusitis

Maksilaris merupakan suatu peradangan pada sinus paranasalis secara anatomi pada sinus

maksila.1,2,3

Yang paling sering terkena sinusitis adalah sinus maksila. Hal ini disebabkan

karena sinus maksila adalah sinus yang terbesar, letak ostiumnya lebih tinggi dari dasar,

dasarnya adalah dasar akar gigi sehingga dapat berasal dari infeksi gigi, dan ostiumnya

terletak di meatus medius di sekitar hiatus semilunaris yang sempit sehingga sering

tersumbat. 1,2,3

1.1 Anatomi Sinus Maksila

Sinus Maksila merupakan sinus paranasal yang terbesar, saat lahir Sinus Maksila

bervolume 6 – 8 ml, sinus kemudian berkembang dengan cepat dan akhirnya mencapai

ukuran maksimal yaitu 15 ml saat dewasa. 1

Sinus maksila berbentuk segitiga. Dinding posteriornya adalah permukaan infra

temporal maksila, dinding medialnya ialah dinding lateral rongga hidung, dinding

superiornya ialah dasar orbita dan dinding inferiornya ialah prosesus alveolaris dan

Kepanitraan Klinik Senior SMF THT RSUPM Juliati Siska

1

Page 3: Penatalaksanaan Sinusitis Maksilaris 1

Penatalaksanaan Sinusitis Maksilaris Dr. Beresman Sianipar, Sp.THT

palatum. Ostium sinus maksila berada di sebelah superior dinding medial sinus dan

bermuara ke hiatus semilunaris melalui infundibulum etmoid. 1,4

Dari segi klinik yang perlu diperhatikan dari anatomi sinus maksila adalah: 1)

Dasar dari anatomi sinus maksila sangat berdekatan dengan akar gigi rahang atas yaitu

premolar (P1 dan P2), molar (M1 dan M2), kadang-kadang gigi taring (C) dan gigi molar

M3. Bahkan akar-akar gigi tersebut dapat menonjol ke dalam sinus, sehingga infeksi gigi

geligi mudah naik ke atas menyebabkan sinusitis. 2) Sinusitis maksilaris dapat

menimbulkan komplikasi orbita. 3) Ostium sinus maksila terletak lebih tinggi dari dasar

sinus, sehingga drainage kurang baik lagipula drainage juga harus melalui infudibulum

yang sempit. Infudibulum adalah bagian sinus etmoid anterior dan pembengkakan akibat

radang atau alergi pada daerah ini dapat menghalangi drainage sinus maksila dan

selanjutnya menyebabkan sinusitis.1,2

Seperti pada mukosa hidung di dalam sinus terhadap mukosa bersilia dan palut

lendir di atasnya. Di dalam sinus silia bergerak secara teratur untuk mengalirkan lendir

menuju ostium yang kemudian dialirkan ke nasofaring di postero superior muara tuba

Eustachius. Inilah sebabnya pada sinusitis didapati sekret pasca nasal (post nasal drip)

tetapi belum tentu ada sekret dirongga hidung. 1

Kepanitraan Klinik Senior SMF THT RSUPM Juliati Siska

2

Page 4: Penatalaksanaan Sinusitis Maksilaris 1

Penatalaksanaan Sinusitis Maksilaris Dr. Beresman Sianipar, Sp.THT

1.2 Etiologi dan Faktor Predisposisi

Penyebab sinusitis maksilaris dapat virus, bakteri, dan jamur. Menurut Gluckman

kuman penyebab sinusitis tersering adalah streptococcus pneumoniae dan haemophilus

influenzae yang ditemukan pada 70% kasus. 5

Dapat disebabkan rinitis akut, infeksi faring seperti faringitis, adenoiditis, tonsilitis

akut. Berenang dan menyelam, trauma (dapat menyebabkan perdarahan mukosa sinus

paranasal) dan barotrauma (dapat menyebabkan nekrosis mukosa). 1,5

Sinusitis maksilaris dapat juga disebabkan oleh periodontitis atau abses apikal gigi

(infeksi gigi rahang atas M1, M2, M3 serta P1 dan P2).1,5,6 Penyakit gigi bertanggung jawab

pada 10% kasus sinusitis. 2

Faktor predisposisi sinusitis maksilaris adalah: obstruksi mekanik seperti deviasi

septum, benda asing di hidung, tumor atau polip, rinitis alergi, rinitis kronis, polusi

lingkungan, dan udara dingin atau kering. 1,5

1.3 Patofisiologi

Bila terjadi edema di kompleks ostiomeatal, mukosa yang letaknya berhadapan

akan saling bertemu, sehingga silia tidak dapat bergerak dan lendir tidak dapat dialirkan

maka terjadi gangguan drainage dan ventilasi di dalam sinus, sehingga silia menjadi

kurang aktif dan lendir yang diproduksi mukosa sinus menjadi lebih kental dan merupakan

media yang baik untuk tumbuhnya bakteri patogen. 1

Kepanitraan Klinik Senior SMF THT RSUPM Juliati Siska

3

Page 5: Penatalaksanaan Sinusitis Maksilaris 1

Penatalaksanaan Sinusitis Maksilaris Dr. Beresman Sianipar, Sp.THT

Bila sumbatan berlangsung terus, akan terjadi hipoksia dan retensi lendir, sehingga

timbul infeksi oleh bakteri anaerob. Selanjutnya terjadi perubahan jaringan menjadi

hipertrofi. 1

1.4 Klasifikasi

Klasifikasi sinusitis berdasarkan gejala klinis berguna dalam penatalaksanaan

pasien. Secara kasar sinusitis akut merupakan suatu proses infeksi di dalam sinus yang

berlangsung dari satu hari sampai 4 minggu; sinusitis sub akut bila berlangsung dari 4

minggu sampai 3 bulan; dan sinusitis kronis bila berlangsung lebih dari 3 bulan. 1

Perubahan epitel di dalam sinus biasanya reversibel pada fase akut dan sub akut.

Biasanya perubahan tak reversibel timbul setelah 3 bulan (sinusitis kronis). 3

1.5 Gejala Klinis dan Diagnosis

1.5.1 Gejala Subyektif

Gejala subyektif dibagi dalam gejala sistemik dan gejala lokal gejala sistemik

berupa demam dan rasa lesu. Gejala lokal pada hidung yaitu terdapat ingus kental yang

kadang-kadang berbau dan dirasakan mengalir ke nasofaring. Dirasakan hidung tersumbat,

rasa nyeri di daerah sinus yang terkena serta kadang-kadang dirasakan juga di tempat lain

karena nyeri alih (reffered pain). Rasa nyeri timbul di bawah kelopak mata dan kadang-

kadang menyebar ke alveolus, sehingga terasa nyeri di gigi. Nyeri alih dirasakan di dahi

dan depan telinga. Pada sinuusitis maksilaris kronis, rasa nyeri tersebut biasanya tidak

ditemui. 1,3,4

Kepanitraan Klinik Senior SMF THT RSUPM Juliati Siska

4

Page 6: Penatalaksanaan Sinusitis Maksilaris 1

Penatalaksanaan Sinusitis Maksilaris Dr. Beresman Sianipar, Sp.THT

1.5.2 Gejala Objektf

Pada pemeriksaan sinusitis akut akan tampak pembengkakan di daerah muka

pembengkakan pada sinusitis maksila terlihat di pipi dan kelopak mata bawah. Pada

Rinoskopi anterior tampak mukosa konka hiperemis dan oedema. Pada sinusitis maksila

tampak mukosa atau nanah di meatus media. Pada Rinoskopi posterior tampak mukopus di

nasofaring (post nasal drip). 1,3,4

1.6 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Transiluminasi: Pada pemeriksaan transiluminasi sinus yang sakit

akan menjadi suram atau gelap. Pemeriksaan transluminasi bermakna bila salah satu sisi

sinus yang sakit, sehingga tampak lebih suram dibandingkan dengan sisi yang normal. 1,3

Pemeriksaan Radiologik: Pada pemeriksaan radiologi akan tampak perselubungan

atau penebalan mukosa atau batas cairan-udara (air fluid level) pada sinus yang sakit.1,2

Empat posisi dasar yang digunakan dalam pemeriksaan radiologi: Caldwell, Waters,

Lateral, Submentovertikal. 7

Pemeriksaan Mikrobiologik: Pada pemeriksaan mikrobiologik diambil sekret dari

meatus medius atau meatus superior mungkin ditemukan bermacam-macam bakteri yang

merupakan flora normal di hidung atau kuman patogen, seperti pneumokokus,

streptokokus, stafilokokus dan Haemophilus influenzae. Selain itu mungkin ditemukan

juga virus atau jamur.1,3

Kepanitraan Klinik Senior SMF THT RSUPM Juliati Siska

5

Page 7: Penatalaksanaan Sinusitis Maksilaris 1

Penatalaksanaan Sinusitis Maksilaris Dr. Beresman Sianipar, Sp.THT

Pemeriksaan Tomografi: Indikasi tomografi ini adalah jika perluasan proses

patologi tidak dapat dipastikan dengan teknik konvensional atau jika daerah sinus kurang

jelas karena tumpang tindih dengan struktur lain. 7

Pemeriksaan Sinoskopi: Pada pemeriksaan sinoskopi dapat dilihat antrum (sinus

maksila) secara langsung sehingga dapat diketahui adanya perubahan mukosa (reversible

atau tidak). 1

1.7 Komplikasi

Sinusitis maxilaris kronis dapat meluas ke orbita, pipi, rahang atas, mulut dan sinus

etmoid.4 Komplikasi ini telah menurun secara nyata sejak ditemukannya antibiotik,

komplikasi biasanya terjadi pada sinusitis akut atau pada sinusitis kronis dengan

eksaserbasi akut, komplikasi yang dapat terjadi ialah: 1

Osteomielitis dan abses subperiostal (jarang). Osteomielitis sinus maksila dapat timbul

fistula oroantral.

Kelainan Orbita. Kelainan berupa oedem palpebra, selulitis orbita, abses subperiostal,

abses orbita dan selanjutnya dapat terjadi trombosis sinus kavernosus. Penyebaran

infeksi terjadi melalui tromboflebitis dan perkontinuitatum.

Kelainan Intrakranial. Kelainan dapat berupa meningitis, abses ekstradural atau

subdural, abses otak dan trombosis sinus kavernosus.

Kelainan Paru. Kelainan dapat berupa Bronkitis kronis (Sino Bronkitis), Bronkiektasis

dan asma bronkial.

Kepanitraan Klinik Senior SMF THT RSUPM Juliati Siska

6

Page 8: Penatalaksanaan Sinusitis Maksilaris 1

Penatalaksanaan Sinusitis Maksilaris Dr. Beresman Sianipar, Sp.THT

2. PENATALAKSANAAN

2.1 Penatalaksanaan Medikamentosa

Karena sebagian besar sinusitis disebabkan oleh organisme gram-positif, sebagian

besar Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus, Streptokokus (group A, B, dan

D), dan Haemophillus influenzae (gram- negatif) disertai hospes organisme anaerob, maka

terapi terpilihnya penisilin-G. Penisilin-G juga merupakan pilihan yang terbaik sebagai

terapi awal dan definitif untuk kokus gram-negatif, basil gram-positif dan gram-negatif. Ini

kunci utama penatalaksanaan medis pada sinusitis akut. Untuk Haemophillus influenzae,

diindikasikan pemberian ampisilin. Untuk mengetahui antibiotika yang digunakan, dapat

dilihat pada Tabel 2.1. 3

Terpai antibiotika harus diteruskan minimal 1 minggu setelah gejala terkontrol.

Lama terapi rata-rata 10 hari. Dalam terapi perlu mempertahankan kadar antibiotika yang

adekuat; bila tidak, mungkin terjadi sinusitis kronis. Disamping mengacu pada organisme

yang terlibat, penting mempermudah drainase dan mengurangi edema sekitar ostium.

Dekongestan per oral dan obat semprot dan/atau obat tetes dekongestan nasal topikal

sangat penting untuk mempermudah drainase.

Analgetika penting untuk mengontrol nyeri, dan pelembapan dapat bermanfaat di

waktu tidur. Bagian penatalaksanaan medis lainnya yang bermanfaat adalah mendiskusikan

kelainan tersebut dan rencana penatalaksanaannya dengan pasien. Pasien memahami

bahwa penatalaksanaan medikamentosa hanya merupakan bagian penatalaksanaan dan

bahwa tidakan bedah mungkin diperlukan nantinya di ruang praktek maupun di ruang

Kepanitraan Klinik Senior SMF THT RSUPM Juliati Siska

7

Page 9: Penatalaksanaan Sinusitis Maksilaris 1

Penatalaksanaan Sinusitis Maksilaris Dr. Beresman Sianipar, Sp.THT

operasi. Pasien harus pula diberitahu bahwa perlu usaha ini untuk menentukan faktor-

faktor etiologi predisposisi; dan faktor-faktor tersebut harus dikontrol, mungkin diperlukan

pembedahan. 3

Tabel 2.1. Dosis Antibiotika 3

ANTIBIOTIKADOSIS

INTRAVENA INTRAMUSKULAR ORALKristal penisilin G 1 - 5 juta satuan

q 4 - 6 jam---------------- ----------------

Prokain penisilin G ---------------- 0,3 - 1,2 juta satuan q 6 - 12 jam

----------------

Fenoksimetil penisilin V ---------------- ----------------0,25 - 1 gr q 6 jam

Benzatin penisilin ---------------- 12 juta satuan q 2 - 4 mgg ----------------

Metisilin 1 - 2 gr q 4 - 6 jam 1 - 2 gr q 4 – 6 jam ----------------Ampisilin 0,5 - 2 gr q 4 - 6 jam 0,5 - 2 gr q 6 jam 0,25 - 1 gr q 6 jamAmoksisilin ---------------- ---------------- 0,25 - 1 gr q 8 jamEritromisin 0,5 - 1 gr q 6 jam 0,2 gr q 4 - 6 jam 0,25 - 1 gr q 6 jamKlindamisin 0,6 - 2,7 gr/hari dlm

2 - 4 dosis300 mg q 6 - 8 jam

150 - 300 mg q 6 jam

Vankomisin 0,5 gr q 6 jam ---------------- ----------------Streptomisin ---------------- 0,5 - 1 gr q 12 jam ----------------Kanamisin 15 mg/kg/hari dlm 2

dosis15 mg/kg/hari dlm 2 dosis

----------------

Gentamisin 1 - 2 mg/kg q 8 jam 1 - 2 mg/kg q 8 jam ----------------Tetrasiklin 0,25 gr q 6 jam ---------------- 0,25 - 1 gr q 6 jamKloramfenikol 0,5 - 1 g q 6 jam ---------------- 0,25 - 1 gr q 6 jamAmfoterisin B 0,25 - 1 mg/kg/hai dlm 1

dosis---------------- ----------------

2.2 Penatalaksanaan Bedah

Harus dipertimbangkan penatalaksanaan bedah untuk mempermudah drainase sinus

yang terkena serta mengeluarkan mukosa yang sakit. Hal ini diperlukan (1) bila terancam

komplikasi, (2) untuk menghilangkan nyeri hebat, dan (3) bila pasien tidak berespon

terhadap terapi medikamentosa. 3,4

Kepanitraan Klinik Senior SMF THT RSUPM Juliati Siska

8

Page 10: Penatalaksanaan Sinusitis Maksilaris 1

Penatalaksanaan Sinusitis Maksilaris Dr. Beresman Sianipar, Sp.THT

2.2.1 Tindakan Bedah Minor

Irigasi Sinus. Indikasi utama irigasi (lavase) sinus maksilaris adalah adanya materi

mukopurulen pada sinusitis subakut atau kronis, seperti yang digambarkan oleh anamnesa

dan foto rontgen abnormal karena adanya batas cairan atau adanya sinus yang opak. Irigasi

sinus maksilaris terutama bertujuan mengeluarkan materi mukopurulen dari sinus yang

terlibat. 3

Sekret hasil levase harus dikirim untuk pemeriksaan sitologi bagi penyingkiran

keganasan. Bila pemeriksaan tersebut negatif dan diduga ada keganasan, diindikasikan

eksplorasi bedah atas sinus tersebut. Jadi, bilas sinus bisa juga membantu diagnosis. 3

Sebelum memulai lavase, pasien disuruh duduk tegak di kursi. Peralatan lavase

meliputi kain alas atau apron plastik untuk pasien, kaleng pengumpul, trokar, anestesi lokal

dan topikal serta semprot 100 ml dengan larutan ‘salin’ normal yang hangat. 3

Lavase sinus maksilaris terbaik dilakukan melalui regio fossa kanina. Setelah

dioleskan anestesi ke mukosa, disuntikan 2 – 3 ml lidokain 1% melalui jarum gigi 3,75 cm

ukuran 27 ke lipatan bukogingival 1 cm di atas gigi premolar kedua di fossa kanina.

Kemudian dipasang trokar ke dalam dinding anterior sinus maksilaris, 1 cm di atas gigi

premolar kedua. Foto rontgen sinus penting dibuat sebelum punksi dan lavase dikerjakan.

Beberapa tusukan dangkaldengan palu sudah mencukupi untuk memasang trokar ke dalam

sinus maksilaris. Dengan pelan-pelan dimasukan sedikit solusio ‘saline’ hangat (50 ml) ke

dalam sinus (beberapa kali) dan akan keluar kembali bila pasien membungkuk ke depan.

Apapun material yang mengalir ke dalam kaleng pengumpul steril tersebut, harus dikirim

untuk kultur bagi bakteri umu, basil tahan asam, jamur anaerob bila diindikasikan. 3

Kepanitraan Klinik Senior SMF THT RSUPM Juliati Siska

9

Page 11: Penatalaksanaan Sinusitis Maksilaris 1

Penatalaksanaan Sinusitis Maksilaris Dr. Beresman Sianipar, Sp.THT

Irigasi sinus maksilaris melalui ostium. Hal ini dilaksanakan melalui ostium antrum

yang normal dengan mempergunakan kanula antrum dari Pierce. 4

Irigasi sinus maksilaris dengan fungsi melalui meatus inferior. Jika irigasi melalui

ostium asli sulit atau ada iritasi jaringan yang berlebihan, dapat dibuat jalan lain. Paling

mudah melalui meatus inferior. Digunakan trokar lurus atau bengkok. 4

Irigasi sinus maksilaris melalui prosesus alveolar. Metode ini dikemukakan hanya

untuk dikecam, kecuali jika lubang alveolar dapat ditutup sebelum terjadi epitelialisasi

kedalamnya, kalau tidak maka akan terjadi fistel kronis dengan reinfeksi antrum yang

menetap. Metode ini dapat digunakan pada kasus infeksi antrum yang terjadi akibat infeksi

akar gigi dan mengakibatkan abses yang telah menyebabkan fistulasi melalui dasar

antrum.4

Tampon Argyrol. Tampon argyrol dapat dimasukan ke dalam sinus setelah

didekongesti dengan fenilefrin 1%. Argyrol suatu astrigent yang meningkatkan drainase

sinus. Tampon dapat dimasukan setelah pasien duduk di kursi dan ditutupi dengan plastik

penutup atau kain duk yang sesuai. Kemudian pasien membungkukan badannya ke depan

sambil memegang kaleng penampung atau panci yang terbuat dari logam. 3

Setelah tampon dipasang di regio meatus medius mengelilingi sisi hidung atau di

sisi sinus yang terlibat, pasien harus menunggu sekitar 20 menit. Setelah tampon argyrol

dilepaskan, dapat dilakukan pemberian tekanan negatif intermiten secara hati-hati dengan

menggunakan aspirator berujung bola. Kemudian pasien disuruh mengucapkan, “kitty,

kitty, kitty”. Ini akan membuka dan menutup nasofaring, sehingga tekanan negatif dapat

Kepanitraan Klinik Senior SMF THT RSUPM Juliati Siska

10

Page 12: Penatalaksanaan Sinusitis Maksilaris 1

Penatalaksanaan Sinusitis Maksilaris Dr. Beresman Sianipar, Sp.THT

mencapai sinus dan memudahkan pengeluaran sekresi mukopurulen apapun tanpa

membutuhkan tusukan ke dalam sinus yang terkena. 3

2.2.2 Tindakan Bedah Mayor

Tujuan dan prinsip utama bedah sinus adalah mengeluarkan mukosa yang sakit dan

menjamin drainase ke dalam hidung (tanpa merusak fisiologi intranasal). Hal ini dicapai

dengan menghilangkan onstruksi dan menciptakan hubungan kontinu dari sinus yang

terlibat ke dalam ruang intranasal. 3,4

Jendela Nasoantral. Tindakan membuat jendela nasoantral biasanya diindikasikan

untuk penderita rinosinusitis berulang dan sinusitis kronis atau persisten dengan atau tanpa

perubahan polipoid atau hipertrofi. Jendela ini dibuat di dalam hidung di bawah konka

nasalis inferior di meatus inferior. Jendela nasoantral juga memberikan jalan pada waktu

pembedahan untuk mengangkat mukosa sinus yang sakit. 3

Caldwel-luc. Yaitu sinusotomi maksila yang dilakukan melalui irisan pada daerah

fosa kanina tulang dinding anterior sinus maksilaris direseksi melalui mulut untuk

mencapai sinus guna mengeluarkan mukosa yang terinfeksi, kista, serta debris efitel.

Pembedahan ini tidak boleh dilakukan pada anak karena dapat merusak gigi primordial. 6

Pembedahan Tidak Radikal. Akhir-akhir ini dikembangkan metoda operasi sinus

paranasal dengan menggunakan endoskop yang disebut Bedah sinus endoskopik

fungsional (BSEF). Prinsipnya ialah membuka dan membersihkan daerah kompleks ostio-

meatal yang menjadi sumber penyumbatan & infeksi, sehingga ventilasi dan drainage sinus

lancar kembali melalui ostium alami. Dengan demikian mukosa sinus akan kembali

normal. 1

Kepanitraan Klinik Senior SMF THT RSUPM Juliati Siska

11

Page 13: Penatalaksanaan Sinusitis Maksilaris 1

Penatalaksanaan Sinusitis Maksilaris Dr. Beresman Sianipar, Sp.THT

3. KESIMPULAN

Sinusitis maksilaris merupakan peradangan sinus paranasal, secara anatomi pada

sinus maksilaris yang merupakan sinusitis yang paling sering terjadi dibandingkan sinusitis

jenis lainnya. Dengan pemeriksaan yang cermat, kita dapat memahami gejala-gejala

sinusitis maksilaris dan mengetahui penatalaksanaannya sehingga sinusitis maksilaris dapat

kita obati secara dini.

Penatalaksanaan sinusitis maksilaris dapat secara medikamentosa maupun tindakan

bedah. Untuk sinusitis maksilaris akut biasanya dengan pemberian medikamentosa dapat

diatasi, tapi bila sudah menjadi kronis pemberian medikamentosa saja tidak cukup, harus

dibarengi dengan tindakan bedah. Tindakan bedah terdiri dari bedah minor (lavage,

tampon argyrol) dan bedah mayor (jendela nasoantral, Cadwell-Luc) yang bersifat radikal.

Kepanitraan Klinik Senior SMF THT RSUPM Juliati Siska

12

Page 14: Penatalaksanaan Sinusitis Maksilaris 1

Penatalaksanaan Sinusitis Maksilaris Dr. Beresman Sianipar, Sp.THT

DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardi AE, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok, FK UI, Jakarta,

Edisi ke-5, Cetakan 1, 2001; 115- 124.

2. Adams Boies Higler, Buku Ajar Penyakit THT, EGC, Jakarta, Edisi ke-6, Cetakan I,

1994; 240 – 260.

3. Cody DTR, Kern EB, Pearson BW. Alih Bahasa Andrianto P, Samsudin S. Penyakit

Telinga, Hidung dan Tenggorokan. Jakarta. EGC. 1993; 112-13.

4. John Jacob Ballenger, Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher,

Jakarta, Edisi – 13, Jilid I, Cetakan I, 1994; 1-13, 233 – 281.

5. Kapita Selekta, Kedokteran, Media Aesculapius, FK UI, Jakarta, Edisi ke-3, Jilid 1;

102 – 106.

6. Sjamsuhidajat.R, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta, Edisi Revisi, Cetakan I, 1997;

482 – 484.

7. John Jacob Ballenger, Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher,

Jakarta, Edisi – 13, Jilid 2, Cetakan I, 1997; 1 – 17.

Kepanitraan Klinik Senior SMF THT RSUPM Juliati Siska

13

Page 15: Penatalaksanaan Sinusitis Maksilaris 1

Penatalaksanaan Sinusitis Maksilaris Dr. Beresman Sianipar, Sp.THT

DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………….…………….………….……. i

Daptar Isi …………………………..……………………………………….………….... ii

1. Sinuitis Maksilaris...........................................................................................................1

1.1 Anatomi Sinus Maksilaris......................................................................................1

1.2 Etiologi dan Faktor Predisposisi............................................................................2

1.3 Patofisiologi...........................................................................................................3

1.4 Klasifikasi..............................................................................................................4

1.5 Gejala Klinis dan Diagnosis..................................................................................4

1.5.1 Gejala Subyektif.........................................................................................4

1.5.2 Gejala Objektf............................................................................................4

1.6 Pemeriksaan Penunjang.........................................................................................5

1.7 Komplikasi.............................................................................................................6

2. Penatalaksanaan ..............................................................................................................7

2.1 Penatalaksanaan Medikamentosa...........................................................................7

2.2 Penatalaksanaan Bedah..........................................................................................8

2.2.1 Tindakan Bedah Minor..............................................................................9

2.2.2 Tindakan Bedah Mayor............................................................................11

3. Kesimpulan ...................................................................................................................12

Daftar Pustaka .....................................................................................................................13

Kepanitraan Klinik Senior SMF THT RSUPM Juliati Siska

14

Page 16: Penatalaksanaan Sinusitis Maksilaris 1

Penatalaksanaan Sinusitis Maksilaris Dr. Beresman Sianipar, Sp.THT

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Pengasih

atas selesainya tugas ini. Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi persyaratan bagi

mahasiswa-mahasiswi yang menjalani kepaniteraan klinik senior dibagian Telinga Hidung

Tenggorak Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan.

Penulis sadar Makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam isi

maupun penyusunan kata-katanya. Dalam hal ini penulis sangat mengharapkan saran-saran

dan koreksi-koreksi yang perlu dari Dokter Pembimbing dan teman-teman. Karena penulis

menyadari bahwa tulisan ini hasilnya jauh dari apa yang diharapkan karena pengalaman

penulis masih terlalu dangkal.

Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Beresman Sianipar,

Sp.THT yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama

menjalani kepaniteraan klinik senior.

Dan terima kasih juga penulis ucapkan kepada dokter-dokter di bagian Telinga

Hidung Tenggorok RSU Dr. Pirngadi Medan yang telah membimbing dalam menjalankan

Kepaniteraan Klinik Senior.

Akhir kata semoga makalah/paper ini sedikit banyak ada manfaat bagi kita semua.

Medan, Nopember 2002

Kepanitraan Klinik Senior SMF THT RSUPM Juliati Siska

15

Page 17: Penatalaksanaan Sinusitis Maksilaris 1

Penatalaksanaan Sinusitis Maksilaris Dr. Beresman Sianipar, Sp.THT

Penulis

Kepanitraan Klinik Senior SMF THT RSUPM Juliati Siska

16