Penatalaksanaan Komplikasi Bells Palsy

6
Penatalaksanaan Terapi pertama yang harus dilakukan adalah penjelasan kepada penderita bahwa penyakit yang mereka derita bukanlah tanda stroke, hal ini menjadi penting karena penderita dapat mengalami stress yang berat ketika terjadi salah pengertian. 1. Istirahat terutama pada keadaan akut 2. Medikamentosa Selain itu, dari tinjauan terbaru menyimpulkan bahwa pemberian kortikosteroid dalam tujuh hari pertama efektif untuk menangani Bell’s palsy. Pemberian sebaiknya selekas-lekasnya terutama pada kasus bell's palsy yang secara elektrik menunjukkan denervasi. Tujuannya untuk mengurangi udem dan mempercepat reinervasi. Dosis yang dianjurkan 3 mg/kg BB/hari sampai ada perbaikan, kemudian dosis diturunkan bertahap selama 2 minggu. 3. Fisioterapi Sering dikerjakan bersama-sama pemberian prednison, dapat dianjurkan pada stadium akut. Tujuan fisioterapi untuk mempertahankan tonus otot yang lumpuh. 3.a. Penanganan mata Bagian mata juga harus mendapatkan perhatian khusus dan harus dijaga agar tetap lembab, hal tersebut dapat dilakukan dengan

description

Penatalaksanaan Komplikasi Bells Palsy

Transcript of Penatalaksanaan Komplikasi Bells Palsy

Page 1: Penatalaksanaan Komplikasi Bells Palsy

Penatalaksanaan

Terapi pertama yang harus dilakukan adalah penjelasan kepada penderita bahwa penyakit yang

mereka derita bukanlah tanda stroke, hal ini menjadi penting karena penderita dapat mengalami

stress yang berat ketika terjadi salah pengertian.

1. Istirahat terutama pada keadaan akut

2. Medikamentosa

Selain itu, dari tinjauan terbaru menyimpulkan bahwa pemberian kortikosteroid dalam tujuh hari

pertama efektif untuk menangani Bell’s palsy. Pemberian sebaiknya selekas-lekasnya terutama

pada kasus bell's palsy yang secara elektrik menunjukkan denervasi. Tujuannya untuk

mengurangi udem dan mempercepat reinervasi. Dosis yang dianjurkan 3 mg/kg BB/hari sampai

ada perbaikan, kemudian dosis diturunkan bertahap selama 2 minggu.

3. Fisioterapi

Sering dikerjakan bersama-sama pemberian prednison, dapat dianjurkan pada stadium akut.

Tujuan fisioterapi untuk mempertahankan tonus otot yang lumpuh.

3.a. Penanganan mata

Bagian mata juga harus mendapatkan perhatian khusus dan harus dijaga agar tetap lembab, hal

tersebut dapat dilakukan dengan pemberian pelumas mata setiap jam sepanjang hari dan salep

mata harus digunakan setiap malam

3.b. Latihan wajah

Komponen lain yang tidak kalah pentingnya dalam optimalisasi terapi adalah latihan wajah.

Latihan ini dilakukan minimal 2-3 kali sehari, akan tetapi kualitas latihan lebih utama daripada

kuantitasnya. Sehingga latihan wajan ini harus dilakukan sebaik mungkin. Pada fase akut dapat

dimulai dengan kompres hangat dan pemijatan pada wajah, hal ini berguna mengingkatkan aliran

darah pada otot-otot wajah. Kemudian latihan dilanjutkan dengan gerakan-gerakan wajah

Page 2: Penatalaksanaan Komplikasi Bells Palsy

tertentu yang dapat merangsang otak untuk tetap memberi sinyal untuk menggerakkan otot-otot

wajah. Sebaiknya latihan ini dilakukan di depan cermin.

Gerakan yang dapat dilakukan berupa:

• Tersenyum

• Mencucurkan mulut, kemudian bersiul

• Mengatupkan bibir

• Mengerutkan hidung

• Mengerutkan dahi

• Gunakan telunjuk dan ibu jari untuk menarik sudut mulut secara manual

• Mengangkat alis secara manual dengan keempat jari

• Setelah melakukan terapi tersebut sebagian penderita akan sembuh total dan sebagian

akan meninggalkan gejala sisa yang dapat berupa:

1. Kontraktur

Hal ini dapat terlihat dari tertariknya otot, sehingga plika nasolabialis lebih jelas terlihat

dibanding pada sisi yang sehat. Bagi pemeriksa yang belum berpengalaman mungkin bagian

yang sehat ini yang disangkanya lumpuh, sedangkan bagian yang lumpuh disangkanya sehat.

2. Sinkinesia (associated movement)

Dalam hal ini otot-otot tidak dapat digerakkan satu per satu atau tersendiri, selalu timbul gerakan

bersama. Bila pasien disuruh memejamkan mata, maka otot orbikularis orispun akan akan ikut

berkontraksi dan sudut mulut terngkat. Bila ia disuruh menggembungkan pipi, kelopak mata ikut

merapat.

3. Spasme spontan

Dalam hal ini otot-otot wajah bergerak secara spontan, tidak terkendali. Hal ini disebut juga tic

facialis. akan tetapi tidak semua tic facialis merupakan gejala sisa dari Bell’s palsy

Page 3: Penatalaksanaan Komplikasi Bells Palsy

Tindakan operatif umumnya tidak dianjurkan pada anak-anak karena dapat menimbulkan

komplikasi lokal maupun intracranial.

Tindakan operatif dilakukan apabila :

1. Tidak terdapat penyembuhan spontan

2. Tidak terdapat perbaikan dengan pengobatan prednisone pada pemeriksaan elektrik

terdapat denervasi total.

Beberapa tindakan operatif yang dapat dikerjakan pada bell's palsy antara lain dekompresi n.

fasialis yaitu membuka kanalis fasialis pars piramidalis mulai dari foramen stilomastoideum

nerve graft operasi plastik untuk kosmetik (muscle sling, tarsoraphi).

Pencegahan

Agar Bell's Palsy tidak mengenai kita, cara-cara yang bisa ditempuh adalah :

1. Jika berkendaraan motor, gunakan helm penutup wajah full untuk mencegah angin mengenai

wajah.

2. Jika tidur menggunakan kipas angin, jangan biarkan kipas angin menerpa wajah langsung.

Arahkan kipas angin itu ke arah lain. Jika kipas angin terpasang di langit-langit, jangan tidur

tepat di bawahnya. Dan selalu gunakan kecepatan rendah saat pengoperasian kipas.

3. Kalau sering lembur hingga malam, jangan mandi air dingin di malam hari. Selain tidak bagus

untuk jantung, juga tidak baik untuk kulit dan syaraf.

4. Bagi penggemar naik gunung, gunakan penutup wajah / masker dan pelindung mata. Suhu

rendah, angin kencang, dan tekanan atmosfir yang rendah berpotensi tinggi menyebabkan Anda

menderita Bell's Palsy.

5. Setelah berolah raga berat, jangan langsung mandi atau mencuci wajah dengan air dingin.

Page 4: Penatalaksanaan Komplikasi Bells Palsy

6. Saat menjalankan pengobatan, jangan membiarkan wajah terkena angin langsung. Tutupi

wajah dengan kain atau penutup.

Komplikasi

Kelemahan wajah

Sekitar dua hingga tiga dari sepuluh orang penderita Bell’s palsy akan mengalami

kelemahan wajah permanen. Beberapa anak terlahir dengan lumpuh wajah dan sebagian

lainnya menderita kelemahan wajah setelah mengalami cedera pada saraf wajah.

Gangguan bicara

Kondisi ini muncul sebagai akibat dari kerusakan pada otot-otot wajah penderita Bell’s

palsy.

Mata kering dan ulkus kornea

Ulkus kornea bisa muncul karena kelopak mata terlalu lemah untuk bisa menutup

sepenuhnya. Akibatnya, lapisan pelindung mata menjadi tidak berfungsi dengan baik.

Kondisi ini bisa menyebabkan kebutaan dan infeksi mata.

Indera perasa berkurang atau hilang

Kondisi ini bisa terjadi jika kerusakan saraf tidak bisa kembali pulih dengan baik.

Kontraktur wajah

Kondisi ini terjadi ketika otot-otot wajah mengalami ketegangan secara permanen. Cacat

wajah, mata mengecil, pipi menebal, dan garis antara hidung dan mulut bertambah dalam

sebagai akibat dari kontraktur otot-otot wajah.

Sinkinesis mata dan mulut

Kondisi ini muncul ketika saraf wajah tumbuh kembali dengan cara yang berbeda.

Ketika makan, tertawa, atau tersenyum, mata bisa berkedip. Pada kondisi yang parah,

mata akan tertutup sepenuhnya ketika makan.

Sindrom Ramsay Hunt

Kondisi ini bisa menyebabkan munculnya luka melepuh pada lidah dan juga bagian

dalam telinga. Komplikasi ini berisiko terjadi pada pengidap Bell’s palsy yang

disebabkan oleh virus varisela zoster. Kondisi ini biasanya bisa diatasi dengan kombinasi

steroid dan obat antivirus.