PENAPISAN KHAMIR UNTUK PRODUKSI BIOETANOL DARI … · 2 Konsentrasi bioetanol rerata (%) yang...

34
PENAPISAN KHAMIR UNTUK PRODUKSI BIOETANOL DARI NIRA Sorghum bicolor L. SITI FEBRIANTI DEPARTEMEN BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017

Transcript of PENAPISAN KHAMIR UNTUK PRODUKSI BIOETANOL DARI … · 2 Konsentrasi bioetanol rerata (%) yang...

PENAPISAN KHAMIR UNTUK PRODUKSI BIOETANOL

DARI NIRA Sorghum bicolor L.

SITI FEBRIANTI

DEPARTEMEN BIOKIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2017

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penapisan Khamir

untuk Produksi Bioetanol dari Nira Sorghum bicolor L. adalah benar karya saya

sebagai bagian dari kegiatan penelitian di Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong, Bogor dengan arahan dari komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi

mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Bogor, Januari 2017

Siti Febrianti

NIM G84120030

ABSTRAK

SITI FEBRIANTI. Penapisan Khamir untuk Produksi Bioetanol dari Nira Sorghum

bicolor L.. Dibimbing oleh DIMAS ANDRIANTO dan ATIT KANTI.

Salah satu upaya dalam mengatasi krisis energi yang terjadi saat ini dilakukan

dengan memanfaatkan energi alternatif terbarukan berupa bioetanol. Bioetanol

tersebut berasal dari bagian pada tumbuhan yang bukan sebagai sumber pangan.

Penelitian ini bertujuan menentukan khamir yang tepat dalam proses fermentasi

gula asal Sorghum bicolor L. untuk menghasilkan konsentrasi bioetanol yang tinggi,

serta melihat potensi sorgum sebagai bahan produksi bioetanol selain sebagai bahan

pangan. Penelitian diawali dengan penapisan sepuluh isolat khamir yang dilakukan

dengan menggunakan media glukosa. Setelah itu dipilih tiga isolat penghasil etanol

tertinggi. Ketiga isolat diuji kemampuan fermentasi pada media nira sorgum.

Khamir yang dapat menghasilkan konsentrasi bioetanol tertinggi dari kesepuluh

isolat ialah Saccharomyces cerevisiae dengan kode isolat JSAT13-2-Y249.

Konsentrasi bioetanol yang dihasilkan dengan menggunakan media nira sorgum

sebesar 4.14% pada hari keenam dengan nilai rerata sebesar 3.93%. Konsentrasi

bioetanol yang dihasilkan dari media nira ditambahkan dengan sumber N ialah

0.76% pada hari keempat dengan nilai rerata sebesar 0.59%.

Kata kunci: bioetanol, khamir, nira, penapisan, sorgum.

ABSTRACT

SITI FEBRIANTI. Yeast Screening for Bioethanol Production from Sorghum

bicolor L. Sap. Supervised by DIMAS ANDRIANTO and ATIT KANTI.

One of the effort in overcoming today’s energy crisis was done by the use of

alternative renewable energy in form of bioethanol. The bioethanol was obtained

from the part of the plant that are not food sources. This study aimed to determine

the appropriate yeast to be used in the fermentation process of sugar origin of

Sorghum bicolor L., in order to produce high levels of bioethanol can be produced,

as well as evaluate the sorghum potential as bioethanol production material other

than food source. The research was started by screening of ten yeast isolates that

was done using glucose medium. Then three isolates were chosen with the highest

ethanol production. All three isolates were tested for their fermentation in sorghum

sap medium. Yeast that produce high levels of bioethanol was Saccharomyces

cerevisiae by isolates code JSAT13-2-Y249. Bioethanol concentration that was

produced using sorghum sap medium was 4.14% on day six with a mean value of

3.93%. Bioethanol concentration that was produced from media sorghum sap was

added to the source of N is 0.76% on the fourth day to an average value of 0.59%.

Keywords: bioethanol, sap, screening, sorghum, yeast.

PENAPISAN KHAMIR UNTUK PRODUKSI BIOETANOL

DARI NIRA Sorghum bicolor L.

SITI FEBRIANTI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains

pada

Departemen Biokimia

DEPARTEMEN BIOKIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2017

Judul Skripsi : Penapisan Khamir untuk Produksi Bioetanol dari Nira Sorghum

bicolor L.

Nama : Siti Febrianti

NIM : G84120030

Disetujui oleh

Dr Dimas Andrianto, SSi MSi Dr Atit Kanti, MSc

Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir I Made Artika, MAppSc.

Ketua Departemen

Tanggal lulus:

ii

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Karya tulis ini merupakan

salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sains pada program studi. Judul

skripsi ini adalah Penapisan Khamir untuk Produksi Bioetanol dari Nira Sorghum

bicolor L.. Penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan. Pelaksanaan penelitian

yaitu bulan Februari s.d Juli 2016. Penelitian dilakukan di Laboratorium Khamir

Indonesian Culture Collection (InaCC)-Pusat Penelitian Biologi LIPI, Cibinong.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr Dimas Andrianto, SSi MSi dan

Dr Atit Kanti, MSc selaku pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan

saran. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada dosen Biokimia atas segala arahan

dan bimbingannya selama ini, terutama kepada Drs Edy Djauhari, PK, Msi (alm)

yang telah membimbing penulis hingga dapat menjalani sidang praktik lapang

dengan baik. Selain itu, terima kasih juga penulis ucapkan pada ayah, ibu, dan

keluarga yang senantiasa mendoakan kelancaran dalam setiap proses, Pak Made

sebagai pembimbing di laboratorium, Bu Yeni yang selalu membantu proses

penelitian di InaCC, Bachtiar yang selalu membantu di laboratorium biologi serta

rekan-rekan Biokimia 49 terutama Navia Belladina dan M Fakhri Ramadhan

sebagai teman seperbimbingan ibu Atit, Anik Setyorini dan Rosliana

Purwaningdyah sebagai teman satu laboratorium, Silviredeta Anindya P dan

Fadlan Fakhrul A yang selalu memberi tumpangan menuju LIPI.

Bogor, Januari 2017

Siti Febrianti

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL iv

DAFTAR GAMBAR iv

DAFTAR LAMPIRAN iv

PENDAHULUAN 1

METODE PENELITIAN 2

Waktu dan Tempat 2

Alat dan Bahan 2

Prosedur Percobaan 3

HASIL 6

Isolat khamir penghasil etanol dengan media glukosa 6

Isolat khamir penghasil etanol tertinggi dengan media nira sorgum 8

PEMBAHASAN 9

Isolat khamir penghasil etanol dengan media glukosa 9

Isolat khamir penghasil etanol tertinggi dengan media nira sorgum 12

SIMPULAN DAN SARAN 14

Simpulan 14

Saran 14

DAFTAR PUSTAKA 14

LAMPIRAN 17

RIWAYAT HIDUP 24

iv

DAFTAR TABEL

1 Isolat khamir dari koleksi InaCC 3

2 Konsentrasi bioetanol rerata (%) yang dihasilkan dalam proses fermentasi

dari tiga isolat pada media sorgum 8

3 Perbandingan komposisi nira sorgum dengan nira tebu 13

DAFTAR GAMBAR

1 Konsentrasi etanol rerata (%) hari keempat hingga ketujuh selama proses

fermentasi dari sepuluh isolat 6

2 Hubungan antara OD 600 dengan konsentrasi sisa glukosa selama

proses fermentasi pada isolat Saccharomyces cerevisiae JSAT13-2-Y249 7 3 Hubungan antara OD 600 dengan konsentrasi etanol selama proses

fermentasi pada isolat Saccharomyces cerevisiae JSAT13-2-Y249 7

4 Konsentrasi bioetanol hari ketiga hingga ketujuh dari ketiga

isolat yang menggunakan media sorgum 8

5 Konsentrasi bioetanol hari ketiga hingga ketujuh dari ketiga

isolat yang menggunakan media sorgum ditambah sumber N 8

6 Mekanisme proses pengubahan glukosa menjadi etanol 10

7 Reaksi antara DNS dengan glukosa 12

DAFTAR LAMPIRAN

1 Diagram alir penelitian

2 Konsentrasi etanol sepuluh isolat

3 Data konsentrasi glukosa, konsentrasi etanol dan OD 600

4 Kurva standar konsentrasi etanol

5 Konsentrasi etanol tiga isolat

19

20

21

22

23

20

PENDAHULUAN

Pertumbuhan populasi dan ekonomi yang terus meningkat disertai dengan

aktivitasnya akan meningkatkan kebutuhan energi. Bahan bakar minyak (BBM)

memegang posisi yang sangat dominan dalam pemenuhan kebutuhan energi

nasional. Komposisi konsumsi energi nasional pada tahun 2015 adalah BBM :

52.50%; gas : 19.04%; batu bara : 21.52%; air : 3.73%; panas bumi: 3.01%; dan

energi baru: 0.2%. Kondisi demikian terjadi sebagai akibat dari kebijakan subsidi

masa lalu terhadap bahan bakar minyak dalam upaya memacu percepatan

pertumbuhan ekonomi (Kholiq 2015). Selama kurun waktu 2000-2013 total

konsumsi BBM meningkat dari 315 juta setara barrel minyak (SBM) pada tahun

2000 menjadi 399 juta SBM pada tahun 2013 atau meningkat rata-rata 1.83% per

tahun (Sugiyono et al. 2015). Meningkatnya penggunaan bahan bakar minyak di

Indonesia, menyebabkan penurunan cadangan energi yang ada (Amin et al. 2012).

Isu krisis energi menjadi ramai diperbincangkan beberapa tahun belakangan

ini. Krisis energi terjadi karena mulai menipisnya cadangan bahan bakar fosil.

Konsumsi energi oleh manusia yang berlebih dan ketergantungannya pada bahan

bakar fosil menyebabkan cadangan bahan bakar tersebut menjadi semakin menipis,

sedangkan untuk pembaharuannya diperlukan waktu ribuan bahkan jutaan tahun.

Bahan bakar berbasis nabati (biofuel) diharapkan dapat mengurangi terjadinya

kelangkaan BBM, sehingga kebutuhan akan bahan bakar dapat terpenuhi. Bahan

bakar berbasis nabati juga dapat mengurangi pencemaran lingkungan, sehingga

lebih ramah lingkungan (Biba 2011).

Biofuel adalah energi yang terbuat dari materi hidup, biasanya berasal dari

tanaman. Terdapat tiga jenis biofuel, yaitu bioetanol, biodiesel dan biogas.

Bioetanol adalah bahan bakar yang merupakan alkohol yang dihasilkan dari

fermentasi gula tanaman berupa jagung, sorgum, kentang, gandum, tebu, bahkan

biomassa seperti batang jagung dan limbah sayuran. Biodiesel merupakan minyak

dari tumbuhan atau hewan yang telah digunakan sebagai alternatif atau dicampur

dengan minyak solar di mobil dan armada industri dengan mesin diesel. Sementara

biogas adalah metana dan karbon dioksida yang merupakan produk sampingan dari

membusuknya tanaman dan hewan limbah lingkungan (Kuncahyo et al. 2013)

Salah satu upaya untuk mengurangi konsumsi masyarakat terhadap Bahan

Bakar Minyak (BBM) adalah dengan memanfaatkan energi alternatif terbarukan

seperti yang tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) Republik Indonesia

Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional, adalah melalui

pengembangan energi terbarukan berbasis nabati atau sering disebut Bahan Bakar

Nabati (BBN). Selain itu, pemerintah juga menargetkan pada tahun 2016

pemanfaatan BBN bisa mencapai angka 5%. Salah satu bahan bakar berbasis nabati

yang ramah lingkungan ialah bioetanol. Saat ini sudah banyak ditemukan

pemanfaatan bioetanol sebagai bahan campuran (aditif) dari bensin yang sering

disebut dengan gasohol E-10. Gasohol E-10 merupakan campuran antara bensin

dengan 10% bioetanol murni. Gasohol E-10 memiliki angka oktan 92 yang hampir

setara dengan pertamax yang memiliki nilai oktan 92-95. Oleh karena itu, sangatlah

mungkin jika bioetanol dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pensubstitusi

BBM yang ramah lingkungan karena hasil pembakarannya hanya menghasilkan

H2O dan CO2 (Azizah et al. 2012). Bioetanol dapat dengan mudah diproduksi dari

2

tanaman-tanaman yang mengandung gula. Tanaman tersebut berupa tetes tebu, nira

bergula, sagu, jagung, singkong dan sorgum (Triyani dan Asngad 2010).

Bioetanol dari biomas sorgum manis (Sorghum bicolor L.) dapat berfungsi

sebagai substitusi BBM bensin dan menjadi alternatif sumber energi terbarukan.

Selama ini bioetanol diproduksi menggunakan tetes tebu dan biji jagung. Namun

ketahanan pangan merupakan kebutuhan yang lebih penting. Pemanfaatan sorgum

manis sebagai bahan baku bioetanol tidak mempengaruhi ketahanan pangan, karena

bijinya digunakan untuk pangan, biomas batang untuk bahan baku bioetanol, daun

dan bahan kering lainnya untuk pakan. Tanaman sorgum manis berpotensi

digunakan sebagai sumber bioetanol yang mungkin lebih murah dan tidak bersaing

dengan bahan pangan (Pabendon et al. 2012).

Kelebihan lainnya pada tanaman sorgum manis ialah mempunyai lingkungan

adaptasi yang luas, membutuhkan jumlah air yang sedikit, tahan kondisi marginal,

umur tanaman pendek, dan biaya produksi relatif rendah sehingga menguntungkan

untuk produksi bioetanol (Efendi et al. 2013). Potensi tanaman sorgum digunakan

sebagai bahan baku pembuatan bioetanol sangat besar karena sumber bahan

bakunya dapat diambil dari pati, nira, dan ampas dari sorgum (Suarni 2004).

Konversi gula dari nira batang sorgum menjadi bioetanol membutuhkan energi

lebih rendah dibanding pati yang membutuhkan banyak energi untuk depolimerisasi

pati (Adelekan 2010). Selain itu, sorgum manis telah diidentifikasi sebagai

komoditas energi karena kandungan gula pada batang tinggi dan mampu

menghasilkan etanol 6000-7000 L/ha, di Indonesia kemampuan tanaman sorgum

menghasilkan bioetanol berkisar antara 3000-6600 L/ha (Pabendon et al. 2012).

Penelitian ini bertujuan menentukan khamir yang tepat yang digunakan

pada proses fermentasi gula asal Sorghum bicolor L., sehingga dapat dihasilkan

konsentrasi bioetanol yang tinggi. Selain itu, penelitian ini bertujuan melihat

potensi sorgum sebagai bahan produksi bioetanol selain sebagai bahan pangan.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat

terkait penggunaan gula yang berasal dari Sorghum bicolor L. sebagai alternatif

bahan dasar produksi bioetanol dalam skala besar, serta dapat memberikan

informasi penggunaan khamir yang tepat dalam proses fermentasi Sorghum bicolor

L. untuk menghasilkan konsentrasi bioetanol optimum.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan. Pelaksanaan penelitian yaitu

bulan Februari s.d Juli 2016. Penelitian dilakukan di Laboratorium Khamir

Indonesian Culture Collection (InaCC)-Pusat Penelitian Biologi LIPI, Cibinong.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan untuk penumbuhan isolat khamir antara lain cawan Petri,

kawat ose, autoklaf, neraca analitik, labu Erlenmeyer, laminar air flow dan stirrer.

3

Alat yang digunakan untuk proses fermentasi antara lain tabung reaksi, silikon

penutup, tabung Durham, pipet mikro, autoklaf, neraca analitik, labu Erlenmeyer

dan stirrer. Alat yang digunakan untuk uji 3,5-dinitrosalicylic acid (DNS) antara

lain tabung reaksi, tabung sentrifus, pipet mikro, penangas air, sentrifugasi dan

spektrofotometer MAPADA V-1100D. Alat yang digunakan untuk monitoring

pertumbuhan khamir antara lain, pipet mikro, kuvet dan spektrofotometer

MAPADA V-1100D. Alat yang digunakan untuk mengukur konsentrasi biotanol

antara lain pipet mikro, Eppendorf, dan GCMS-QP 2010.

Bahan yang digunakan untuk penumbuhan isolat khamir antara lain isolat

khamir dari koleksi InaCC (Tabel 2), potato dextrose agar (PDA) (CONDA

1022.00) dan akuades. Bahan yang digunakan untuk proses fermentasi antara lain

glukosa (Merck 1.08337.0250), nira Sorghum bicolor L., isolat khamir, yeast

extract (OXOID LP0021), pepton (OXOID LP0037) dan akuades. Bahan yang

digunakan untuk uji DNS antara lain, glukosa, DNS (SIGMA D055.100G), NaOH

(Merck 1.06498.1000) dan akuades. Bahan yang digunakan untuk mengukur

konsentrasi etanol antara lain akuades dan etanol absolut.

Tabel 1 Isolat khamir dari koleksi InaCC No. Kode Isolat Nama Spesies

1 JSAT13-2-Y002 Saccharomyces cerevisiae

2 JSAT13-2-Y078 Saccharomyces exiguus

3 JSAT13-2-Y082 Saccharomycopsis fibuligera

4 JSAT13-2-Y141 Saccharomyces cerevisiae

5 JSAT13-2-Y175 Saccharomycopsis fibuligera

6 JSAT13-2-Y176 Saccharomycopsis fibuligera

7 JSAT13-2-Y216 Pichia amylophila

8 JSAT13-2-Y247 Pichia amylophila

9 JSAT13-2-Y249 Saccharomyces cerevisiae

10 JSAT13-2-Y251 Pichia novegensis

Prosedur Percobaan

Penumbuhan Isolat Khamir (Dewi et al. 2011)

Sepuluh isolat khamir tersebut ditumbuhkan pada media PDA. Media PDA

dibuat dari 39 g PDA yang dilarutkan dalam 1 L akuades. Sterilisasi media

menggunakan autoklaf pada suhu 121 °C selama 15 menit. Tuang media ke cawan

Petri yang dilakukan di laminar air flow. Goreskan isolat menggunakan kawat ose

ke media. Media yang telah berisi isolat kemudian diinkubasi pada suhu ruang

selama tiga hari. Isolat yang telah ditumbuhkan tersebut dapat digunakan dalam

percobaan.

Uji Fermentasi dengan Substrat Glukosa (Aristya et al. 2013)

Media fermentasi yang terdiri atas 200 mL larutan glukosa 6% dan 400 mL

larutan campuran yeast extract dan pepton (4.5 g yeast extract, 7.5 g pepton dalam

1 L akuades) dituang ke dalam sepuluh tabung reaksi. Perbandingan campuran

larutan tersebut ialah 1:2. Masing-masing tabung reaksi diisikan 20 mL larutan

glukosa 6% dan 40 mL larutan campuran yeast extract dan pepton. Selanjutnya

tabung tersebut ditutup dengan menggunakan silikon penutup. Media tersebut

disterilisasi menggunakan autoklaf pada suhu 121 °C 1 atm selama 15 menit.

4

Kemudian, sepuluh isolat khamir dimasukkan ke dalam masing-masing tabung

reaksi yang berisi media tersebut. Fermentasi dilakukan selama tujuh hari pada

ruang terbuka dengan suhu ruang. Setiap hari selama masa fermentasi dilakukan uji

DNS untuk sisa konsentrasi glukosa dan pengukuran konsentrasi etanol

menggunakan kromatografi gas pada hari keempat hingga ketujuh.

Uji Fermentasi dengan Substrat Nira Sorgum (Aristya et al. 2013)

Masing-masing tabung reaksi diisikan 15 mL nira sorgum. Selanjutnya

tabung tersebut ditutup dengan menggunakan silikon penutup. Media tersebut

disterilisasi menggunakan autoklaf pada suhu 121 °C 1 atm selama 15 menit.

Kemudian, tiga isolat khamir dimasukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi

yang berisi media tersebut. Fermentasi dilakukan selama tujuh hari pada ruang

terbuka dengan suhu ruang. Pengukuran konsentrasi etanol dilakukan pada hari

ketiga hingga ketujuh.

Uji Fermentasi dengan Substrat Nira Sorgum dan Sumber N (Aristya et al.

2013)

Media fermentasi yang terdiri atas 15 mL nira sorgum dan 30 mL larutan

campuran yeast extract dan pepton (4.5 g yeast extract, 7.5 g pepton dalam 1 L

akuades) dituang ke dalam tabung Eppendorf. Masing-masing tabung Eppendorf

diisikan 5 mL nira sorgum dan 10 mL larutan campuran yeast extract dan pepton.

Selanjutnya tabung tersebut ditutup dengan menggunakan penutup. Media tersebut

disterilisasi menggunakan autoklaf pada suhu 121 °C 1 atm selama 15 menit.

Kemudian, tiga isolat khamir dimasukkan ke dalam masing-masing tabung yang

berisi media tersebut. Fermentasi dilakukan selama tujuh hari pada ruang terbuka

dengan suhu ruang. Pengukuran konsentrasi etanol dilakukan pada hari ketiga

hingga ketujuh.

Uji DNS (Oktavia et al. 2014)

Standar glukosa. Sebanyak 1 mL larutan glukosa dengan konsentrasi

masing-masing sebesar 0, 200, 400, 600, 800 dan 1000 ppm dicampurkan dengan

2 mL larutan campuran yeast extract dan pepton (4.5 g yeast extract, 7.5 g pepton

dalam 1 L akuades) pada tabung reaksi. Selanjutnya, 1 mL masing-masing larutan

tersebut dicampurkan dengan 1 mL reagen DNS (2 g NaOH, 1 g DNS yang

dilarutkan dalam 100 mL akuades). Kemudian campuran larutan tersebut ditutup

dengan silikon penutup dan diletakkan pada penangas air yang bersuhu 100 °C

selama 10 menit. Absorbansi masing-masing larutan diukur dengan

spektrofotometer pada panjang gelombang 540 nm. Hasil yang didapat kemudian

dibuat persamaan garis linearnya untuk menentukan konsentrasi gula pereduksi

pada sampel yang diuji.

Uji konsentrasi gula pereduksi. Sebanyak 1.5 mL sampel hari ke-1, 2, 3,

4, 5, 6 dan 7 dimasukkan kedalam tabung sentrifus. Sampel tersebut disentrifus

pada kecepatan 10000 rpm selama 20 menit dengan suhu 4 °C. Supernatan sampel

tersebut diambil sebanyak 1 mL, lalu ditambahkan 1 mL reagen DNS. Campuran

larutan tersebut ditutup dengan silikon penutup dan diletakkan pada penangas air

yang bersuhu 100 °C selama 10 menit. Absorbansi sampel diukur dengan

spektrofotometer pada panjang gelombang 540 nm. Konsentrasi gula pereduksi

5

dapat dihitung dengan menggunakan persamaan garis linear dari kurva standar

glukosa.

Monitoring Pertumbuhan Khamir pada Media (Arianto et al. 2013)

Analisis pertumbuhan mikroba dilakukan dengan mengukur nilai Optical

Density (OD) pada panjang gelombang 600 nm menggunakan spektrofotometer

MAPADA V-1100D. Sampel diambil sebanyak 300 µL tiap harinya selama tujuh

hari untuk pengukuran OD. Pengukuran dilakukan dengan mengukur nilai

absorbansi sampel sebagai hasil Optical Density.

Pengukuran Konsentrasi Etanol dengan Kromatografi Gas (Karta et al. 2015) Konsentrasi etanol sampel diukur dengan menggunakan kromatografi gas.

Sampel diambil sebanyak 1 mL kemudian disentrifugasi pada kecepatan 10000 rpm.

Ambil supernatan dan diukur dengan menggunakan kromatografi gas. Penentuan

konsentrasi etanol dilakukan dengan pendekatan luas area yang dibandingkan dengan

luas area standar. Standar etanol yang digunakan untuk penentuan konsentrasi etanol

hasil fermentasi yaitu standar etanol dehidrasi 99.8 %. Kemudian konsentrasi etanol

masing-masing sampel yang dihitung dengan persamaan berikut.

konsentrasi etanol sampel (%) = luas area sampel

luas area standar × konsentrasi standar (%)

Selain itu, pengukuran konsentrasi etanol dengan menggunakan kurva standar

etanol. Standar etanol dibuat dengan berbagai konsentrasi yaitu, 1%, 5%, 10% dan

20%. Setelah itu, masing-masing larutan diukur konsentrasi etanol dengan

menggunakan kromatografi gas. Luas area yang dihasilkan merupakan sumbu y dan

konsentrasi etanol merupakan sumbu x. Luas area pada sampel dimasukkan ke

perhitungan dengan menggunakan persamaan garis linier yang dihasilkan oleh

kurva standar untuk mengetahui persentase konsentrasi etanol pada sampel.

6

HASIL

Isolat khamir penghasil etanol dengan media glukosa

Sepuluh isolat khamir yang berasal dari koleksi InaCC ditumbuhkan pada

media PDA. Isolat tersebut terdiri atas Saccharomycopsis fibuligera dengan kode

strain 82, 175, 176; Saccharomyces cerevisiae dengan kode strain 02, 141, 249;

Pichia amylophila dengan kode strain 216, 247; Pichia norvegensis dan

Saccharomyces exiguus. Setelah selama tiga hari ditumbuhkan pada media PDA,

isolat tersebut diuji kemampuan fermentasinya pada media tumbuh yang

mengandung 2% konsentrasi glukosa. Proses fermentasi ialah proses pengubahan

glukosa menjadi etanol. Hasil fermentasi tersebut berupa etanol yang

konsentrasinya diketahui dengan pengukuran menggunakan kromatografi gas

(Gambar 1). Berdasarkan konsentrasi etanol dapat diketahui isolat khamir yang

memiliki kemampuan terbaik dalam proses fermentasi. Hasil pengukuran

konsentrasi etanol menunjukkan bahwa isolat Saccharomyces cerevisiae, Pichia

amylophila dan Saccharomycopsis fibuligera merupakan tiga isolat teratas yang

menghasilkan konsentrasi etanol tertinggi dari kesepuluh isolat.

Gambar 1 Konsentrasi etanol rerata (%) hari keempat hingga ketujuh selama proses

fermentasi dari sepuluh isolat; Saccharomycopsis fibuligera : JSAT13-2-

Y082, JSAT13-2-Y175, JSAT13-2-Y176; Saccharomyces cerevisiae :

JSAT13-2-Y002, JSAT13-2-Y141, JSAT13-2-Y249; Pichia

amylophila : JSAT13-2-Y216, JSAT13-2-Y247; Pichia norvegensis :

JSAT13-2-Y251; Saccharomyces exiguus : JSAT13-2-Y078

Terdapat proses lain yang terjadi selama proses fermentasi berlangsung.

Proses tersebut ialah pertumbuhan isolat dan perubahan konsentrasi sisa glukosa.

Pertumbuhan isolat dapat dilihat dengan menggunakan spektrofotometer pada

panjang gelombang 600 nm atau sering disebut Optical Density (OD) 600 nm.

Pengukuran nilai OD 600 nm dilakukan setiap harinya pada hari pertama hingga

hari ketujuh. Sementara pengukuran konsentrasi sisa glukosa yang terdapat di

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

0,7

0,8

0,9

isolat khamir

konse

ntr

asi et

anol

(%) 0.75 0.74

0.64

0.800.75

0.81

0.700.78

0.510.55

7

dalam sampel menggunakan metode DNS. Pengukuran ini juga dilakukan selama

tujuh hari berturut-turut selama masa fermentasi berlangsung. Hubungan antara OD

dengan konsentrasi sisa glukosa dapat dilihat pada Gambar 2. Pada Gambar 2

terlihat bahwa semakin meningkatnya nilai OD, maka konsentrasi sisa glukosa

semakin menurun. Hal ini dipengaruhi oleh proses pertumbuhan isolat dan proses

fermentasi yang dilakukan isolat. Isolat memerlukan sumber karbon untuk terus

tumbuh. Sumber karbon tersebut dapat diperoleh dari glukosa. Alasan inilah yang

menyebabkan hubungan OD dengan konsentrasi sisa glukosa berbanding terbalik.

Selain itu, pada keadaan anaerobik isolat yang telah tumbuh akan melakukan proses

fermentasi. Gambar 3 menunjukkan selama fase pertumbuhan isolat terjadi proses

fermentasi. Konsentrasi etanol tertinggi dihasilkan pada fase logaritmik.

Gambar 2 Hubungan antara OD 600 dengan konsentrasi sisa glukosa selama proses

fermentasi pada isolat Saccharomyces cerevisiae JSAT13-2-Y249;

keterangan : (■) adalah OD 600, (▲) adalah konsentrasi gula (ppm).

Gambar 3 Hubungan antara OD 600 dengan konsentrasi etanol selama proses

fermentasi pada isolat Saccharomyces cerevisiae JSAT13-2-Y249;

keterangan : (■) adalah OD 600, (▲) adalah konsentrasi etanol (%).

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

9000

0

1

2

3

4

5

6

0 2 4 6 8

OD

600

ko

nsen

trasi gula (p

pm

)

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

0,7

0,8

0,9

1

0

1

2

3

4

5

6

0 2 4 6 8

OD

60

0

kon

sentrasi

etano

l (%)

8

Isolat khamir penghasil etanol tertinggi dengan media nira sorgum

Setelah tiga isolat terpilih, selanjutnya dilakukan penapisan dari ketiga isolat

tersebut dengan mengganti media glukosa menjadi media sorgum. Pada penapisan

media sorgum kali ini dilakukan pada dua kondisi dimana terdapat kondisi

menggunakan media sorgum dan media sorgum ditambah dengan media tumbuh.

Media tumbuh tersebut berasal dari campuran antara yeast extract dan pepton yang

merupakan sumber nitrogen (N) bagi pertumbuhan isolat. Grafik konsentrasi

bioetanol hari ketiga sampai hari ketujuh dapat dilihat pada Gambar 4 dan Gambar

5. Hasil perhitungan konsentrasi bioetanol rerata antara ketiga isolat dapat dilihat

pada Tabel 2.

Gambar 4 Konsentrasi bioetanol hari ketiga hingga ketujuh dari ketiga isolat yang

menggunakan media sorgum; keterangan : (■) Saccharomyces cerevisiae

JSAT13-2-Y249, (▲) Saccharomycopsis fibuligera JSAT13-2-Y082,

() Pichia amylophila JSAT13-2-Y247

Gambar 5 Konsentrasi bioetanol hari ketiga hingga ketujuh dari ketiga isolat yang

menggunakan media sorgum ditambah sumber N; keterangan : (■)

Saccharomyces cerevisiae JSAT13-2-Y249, (▲) Saccharomycopsis

fibuligera JSAT13-2-Y082, () Pichia amylophila JSAT13-2-Y247

Tabel 2 Konsentrasi bioetanol rerata (%) yang dihasilkan dalam proses fermentasi

dari tiga isolat pada media sorgum

Isolat khamir Konsentrasi bioetanol (%)

Media sorgum Media sorgum + sumber N

Saccharomycopsis fibuligera 3.78 0.40

Pichia amylophila 3.84 0.43

Saccharomyces cerevisiae 3.93 0.59

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

4

4,5

3 4 5 6 7

konse

ntr

asi et

ano

l (%

)

hari ke-

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

3 4 5 6 7

konse

ntr

asi et

anol

(%)

hari ke-

9

PEMBAHASAN

Isolat khamir penghasil etanol dengan media glukosa

Hasil pengukuran konsentrasi etanol dengan menggunakan kromatografi gas

menunjukkan dari sepuluh isolat yang diuji terdapat tiga spesies yang menghasilkan

konsentrasi etanol tertinggi (Gambar 1). Ketiga isolat tersebut ialah Saccharomyces

cerevisiae dengan kode strain 249, Pichia amylophila dengan kode strain 247,

Saccharomycopsis fibuligera dengan kode strain 82. Masing-masing isolat

menghasilkan 0.81%, 0.78%, 0.75% konsentrasi etanol. Hasil ini didapat dari

membagi luas area sampel dengan luas area standar dan hasilnya dikalikan dengan

konsentrasi standar. Standar yang digunakan ialah etanol absolut. Perhitungan ini

dilakukan terhadap hasil pengukuran konsentrasi etanol dari hari keempat sampai

hari ketujuh. Setelah itu, untuk menentukan hasil tertinggi dengan menghitung

konsentrasi etanol rerata (Karta et al. 2015).

Konsentrasi etanol hasil fermentasi oleh khamir dapat diketahui dengan

pengukuran menggunakan kromatografi gas. Kromatografi gas adalah teknik

pemisahan yang didasarkan atas sampel di antara suatu fase gerak yang bisa berupa

gas dan fase diam yang juga bisa berupa cairan ataupun suatu padatan. Fase gerak

yaitu berupa gas inert yang bersifat folatil atau mudah menguap umumnya helium,

nitrogen dan hidrogen. Sementara fase diam yaitu berupa padatan yang disebut

kolom. Prinsip utama pemisahan dalam kromatografi gas adalah berdasarkan

perbedaan laju migrasi masing-masing komponen fase gerak dalam melalui kolom.

Komponen-komponen yang terelusi dikenali dari nilai waktu retensinya. Secara

sederhana prinsip kromatografi gas adalah udara dilewatkan melalui nyala hidrogen

selanjutnya uap organik tersebut akan terionisasi dan menginduksi terjadinya aliran

listrik pada detektor, kuantitas aliran listrik sebanding dengan ion (Suaniti 2015).

Mikroorganisme yang berperan dalam proses fermentasi ialah khamir.

Khamir merupakan organisme uniselular yang memiliki ukuran sel dengan panjang

sekitar 2-50 µm dan lebarnya sekitar 1-10 µm. Sel khamir mempunyai berbagai

bentuk, ukuran, dan warna yang bervariasi. Struktur dinding sel pada khamir terdiri

atas polisakarida, protein, dan beberapa lipid serta fosfat anorganik (Kavanagh

2011). Khamir termasuk organisme uniseluler namun memiliki ukuran yang lebih

besar dari pada bakteri. Khamir dapat membentuk miselium palsu sehingga disebut

sebagai pseudomiselium. Berdasarkan alat perkembangbiakannya, khamir dibagi

menjadi khamir sejati dan khamir palsu. Khamir sejati dapat berkembang biak

dengan spora dan tidak membentuk spora. Khamir palsu dapat berkembang biak

dengan pertunasan, pembelahan atau kombinasi pertunasan dan pembelahan

(Fardiaz 1992).

Khamir seperti kebanyakan jamur, melakukan respirasi secara aerobik, tetapi

tanpa udara mereka memperoleh energi dengan fermentasi gula dan karbohidrat

untuk memproduksi etanol dan karbon dioksida. Ketika khamir diberi asupan gula

dan oksigen, koloni tumbuh hingga dua puluh kali lebih cepat melalui pembelahan

sel daripada tanpa oksigen (Fardiaz 1992). Pada kondisi anaerob, khamir

memproduksi etanol, berdasarkan persamaan Gay-Lussac:

C6H12O6 2 C2H5OH + 2 CO2 + 2 ATP

Berdasarkan reaksi fermentasi diatas, 1 molekul glukosa yang di fermentasi

akan menghasilkan 2 molekul etanol dan karbondioksida. Berdasarkan bobotnya

10

secara teoritis 1 gram glukosa akan menghasilkan 0,51 gram etanol. Karena

sebagian sumber karbon digunakan untuk pembentukan biomassa, sehingga yield

etanol sebenarnya berkisar 90–95 % dari teoritis. Mekanisme pembentukan etanol

oleh kamir melalui jalur Embden-Meyerhof-Parnas Pathway (EMP) atau glikolisis

dapat dilihat pada Gambar 6. Hasil dari EMP adalah memecah glukosa menjadi 2

molekul piruvat. Setelah melalui tahap glikolisis, piruvat yang terbentuk kemudian

diubah menjadi asetaldehid dan CO2 oleh enzim piruvat dekarboksilase.

Asetaldehid kemudian diubah menjadi etanol oleh enzim alkohol dehidrogenase

(Ullman’s 2003).

Gambar 6 Mekanisme proses pengubahan glukosa menjadi etanol

(Tjokroadikoesoemo 1986)

11

Terdapat proses lain yang terjadi selama proses fermentasi berlangsung.

Proses tersebut ialah pertumbuhan isolat dan perubahan konsentrasi sisa glukosa.

Pertumbuhan isolat dapat dilihat dengan menggunakan spektrofotometer pada

panjang gelombang 600 nm atau sering disebut Optical Density (OD) 600 nm.

Sementara pengukuran konsentrasi sisa glukosa yang terdapat di dalam sampel

menggunakan metode DNS. Hubungan antara OD dengan konsentrasi sisa glukosa

dapat dilihat pada Gambar 2. Pada Gambar 2 terlihat bahwa semakin meningkatnya

nilai OD, maka konsentrasi sisa glukosa semakin menurun. Hal ini dipengaruhi oleh

proses pertumbuhan isolat dan proses fermentasi yang dilakukan isolat. Isolat

memerlukan sumber karbon untuk terus tumbuh. Sumber karbon tersebut dapat

diperoleh dari glukosa. Selain itu, isolat yang telah tumbuh akan melakukan proses

fermentasi yang mengubah glukosa menjadi etanol pada keadaan anaerobik. Alasan

tersebut yang menyebabkan hubungan OD dengan konsentrasi sisa glukosa

berbanding terbalik (Asngad dan Triyani 2010).

Gambar 3 menunjukkan hubungan antara kurva pertumbuhan isolat

Saccharomyces cerevisiae dengan konsentrasi etanol yang dihasilkan selama masa

fermentasi. Kurva pertumbuhan tersebut berupa fase adaptasi, fase logaritmik, fase

stasioner dan fase kematian. Fase adaptasi digambarkan dengan garis kurva dari

keadaan nol kemudian sedikit ada kenaikan. Pada fase ini khamir mengalami masa

adaptasi dengan lingkungan. Gambar 3 menunjukkan konsentrasi etanol tertinggi

dihasilkan pada fase logaritmik. Fase logaritmik yang digambarkan dengan garis

kurva yang mulai menunjukkan adanya peningkatan yang tajam. Pada fase ini

khamir mengalami pertumbuhan yang sangat cepat. Terjadi pemecahan gula secara

besar-besaran guna memenuhi kebutuhan pertumbuhan khamir. Hasil pemecahan

gula oleh khamir dalam kondisi anaerob menghasilkan alkohol. Fase stasioner

digambarkan dengan garis kurva mendatar yang menunjukkan jumlah khamir yang

hidup sebanding dengan jumlah yang mati. Konsentrasi etanol yang dihasilkan juga

semakin lama semakin berkurang. Fase kematian digambarkan dengan penurunan

garis kurva. Pada fase ini jumlah khamir yang mati lebih banyak sampai akhirnya

semua mati dan etanol sudah tidak diproduksi lagi (Azizah et al. 2012).

Pengukuran konsentrasi glukosa dilakukan dengan menggunakan metode

DNS. Metode DNS merupakan metode yang paling banyak digunakan untuk

menentukan konsentrasi gula reduksi. Pereaksi yang digunakan pada metode DNS

ialah pereaksi dinitrosalisilat. Prinsip dasar pada metode DNS ialah DNS yang

merupakan senyawa aromatis dapat bereaksi dengan gula reduksi membentuk asam

3-amino-5-nitrosalisilat. Senyawa yang terbentuk mampu menyerap radiasi

gelombang elektromagnetik pada panjang gelombang maksimum 540 nm. Semakin

tinggi konsentrasi gula reduksi yang terdapat dalam sampel, maka akan semakin

banyak pula molekul asam 3-amino-5-nitrosalisilat yang terbentuk, sehingga

absorbansi sampel akan semakin tinggi. Persamaan reaksi antara DNS dengan gula

reduksi dapat dilihat pada Gambar 7. Reaksi antara gula reduksi dengan DNS

merupakan reaksi redoks pada gugus aldehid gula dan teroksidasi menjadi gugus

karboksil. Sementara itu, DNS sebagai oksidator tereduksi membentuk asam 3-

amino-5- nitrosalisilat. Reaksi ini berlangsung dalam suasana basa dan suhu tinggi

sekitar 90-100 °C. Bila terdapat gula reduksi pada sampel, maka larutan DNS yang

awalnya berwarna kuning akan bereaksi dengan gula reduksi sehingga

menimbulkan warna jingga kemerahan (Oktavia et al. 2014).

12

Gambar 7 Reaksi antara DNS dengan glukosa (Oktavia et al. 2014)

Penurunan glukosa terjadi karena adanya penggunaan glukosa oleh khamir

untuk metabolisme. Glukosa digunakan sebagai sumber nutrisi untuk pertumbuhan

khamir dan pembentukan alkohol sebagai produk fermentasi, semakin besar jumlah

pengurangan glukosa maka alkohol yang terbentuk pun juga akan semakin tinggi.

Pengurangan konsentrasi total glukosa di dalam medium fermentasi terjadi akibat

adanya penggunaan sumber karbon oleh khamir. Khamir mengkonversi glukosa

melalui siklus glikolisis menjadi etanol dan karbondioksida. Berdasarkan teori yang

dikemukakan Gay-Lussac, setiap 180 g fermentasi glukosa oleh khamir akan

menghasilkan 92 g etanol. Hanya dua ATP yang dihasilkan per mol glukosa yang

dimetabolisme, dan khamir memanfaatkan energi tersebut untuk pertumbuhannya.

Selama fermentasi sebagian substrat digunakan untuk memproduksi lebih banyak

sel. Dengan demikian selama fermentasi, gula sebagai sumber karbon akan

digunakan untuk memperbanyak sel kemudian gula akan dikonversi oleh sel

menjadi etanol (Hawusiwa et al. 2015).

Isolat khamir penghasil etanol tertinggi dengan media nira sorgum

Pengukuran konsentrasi bioetanol yang dilakukan sama halnya dengan

pengukuran terhadap etanol dari media glukosa. Namun terdapat perbedaan pada

pengukuran persentase konsentrasi etanol. Contoh perhitungan dapat dilihat pada

Lampiran 5. Pengukuran persentase menggunakan kurva standar etanol dengan

persamaan y = 2(108)x + 2(106) (Lampiran 4). Masing-masing isolat menghasilkan

konsentrasi bioetanol rerata sebesar, untuk Saccharomyces cerevisiae 3.93%,

Pichia amylophila 3.84% dan Saccharomycopsis fibuligera 3.78%. Hasil

pengukuran pada media sorgum (Gambar 4 dan Tabel 2) menunjukkan bahwa isolat

Saccharomyces cerevisiae menghasilkan konsentrasi etanol tertinggi dengan nilai

4.14% pada hari keenam dan rerata sebesar 3.93%. Bila dilihat pada Gambar 4

semakin lama proses fermentasi yang dilakukan dengan menggunakan media

sorgum maka konsentrasi bioetanol yang dihasilkan semakin besar. Namun, bila

melebihi batas optimum maka konsentrasi etanol akan mengalami penurunan. Hal

ini dikarenakan fermentasi yang terlalu lama menyebabkan nutrisi dalam substrat

akan habis dan khamir tidak lagi dapat memfermentasi glukosa, sehingga

kekurangan makanan yang mengakibatkan kinerjanya menurun dan mengakibatkan

konsentrasi bioetanol yang dihasilkan akan menurun juga. Selain itu, hal ini juga

disebabkan konsentrasi gula yang semakin berkurang dan pembentukan bioetanol

produk dari fermentasi dapat menghambat pertumbuhan khamir, serta adanya

reaksi lanjut dari bioetanol yang teroksidasi menjadi asam asetat (Azizah et al.

2012).

13

Hasil pengukuran konsentrasi bioetanol yang berasal dari campuran nira

sorgum dan sumber N (Gambar 5 dan Tabel 2) menunjukan bahwa nilai tertinggi

dihasilkan oleh isolat Saccharomyces cerevisiae dengan nilai 0.76% pada hari

keempat dan rerata sebesar 0.59%. Nilai konsentrasi bioetanol yang dihasilkan

lebih kecil dari pada hanya menggunakan media sorgum saja. Hal ini karena sumber

N menyebabkan pertumbuhan khamir semakin meningkat karena adanya nutrisi

yang berlimpah. Pertumbuhan khamir yang tinggi diiringi oleh peningkatan

kebutuhan sumber karbon (C). Sehingga sumber C yang berasal dari nira sorgum

digunakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, setelah itu barulah proses fermentasi

dilakukan (Asngad dan Triyani 2010).

Penapisan dari ketiga isolat tersebut menggunakan media sorgum. Media

sorgum tersebut berasal dari nira batang sorgum. Jenis sorgum yang digunakan

ialah sorgum manis. Sorgum manis (Sorgum bicolor L.) merupakan tanaman

serealia yang termasuk tanaman C4. Pada penyinaran tinggi dan suhu panas mampu

berfotosintesis lebih cepat sehingga menghasilkan biomassa yang lebih banyak

dibandingkan dengan tanaman C3. Sebagai tanaman C4, produktivitas sorgum

tergolong tinggi dan memiliki lapisan lilin pada permukaan daun yang dapat

mengurangi laju evapotranspirasi, dan sistem perakarannya ekstensif. Kedua faktor

ini menjadikan sorgum sangat efisien dalam pemanfaatan air, sehingga

produktivitas biomassanya lebih tinggi dibandingkan dengan jagung atau tebu yang

sama-sama tanaman C4 (Subagio dan Aqil 2014). Sorgum yang mempunyai

konsentrasi gula brix tinggi pada batang digolongkan sebagai sorgum manis (Reddy

dan Sanjana 2003).

Tanaman sorgum toleran terhadap kekeringan dan genangan air, dapat

berproduksi pada lahan marginal, serta relatif tahan terhadap gangguan hama atau

penyakit. Batang sorgum apabila diperas akan menghasilkan nira yang rasanya

manis. Konsentrasi air dalam batang sorgum kurang lebih 70% yang artinya

kandungan niranya kurang lebih sebesar itu. Batang sorgum yang menghasilkan

nira biasanya hanya digunakan sebagai pakan ternak dan belum memiliki nilai

ekonomis yang tinggi. Padahal kandungan gula pada nira sorgum tidak jauh

berbeda dengan nira tebu. Perbandingan konsentrasi gula antara tanaman sorgum

dan tebu disajikan pada Tabel 3 (Endah et al. 2009).

Tabel 3 Perbandingan komposisi nira sorgum dengan nira tebu (Endah et al. 2009) Komposisi Nira Sorgum Nira Tebu

Brix (%) 13.60-18.40 12-19

Sukrosa (%) 10.00-14.40 9-17

Gula reduksi (%) 0.75-1.35 0.48-1.52

Gula total (%) 11.00-16.00 10-18

Amilum (ppm) 209-1764 1.50-95

Asam akonitat (%) 0.56 0.25

Abu (%) 1.28-1.57 0.40-0.70

14

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Nira sorgum dapat digunakan sebagai substrat penghasil bioetanol. Khamir

yang dapat menghasilkan konsentrasi bioetanol tertinggi dari kesepuluh isolat ialah

Saccharomyces cerevisiae dengan kode isolat JSAT13-2-Y249. Konsentrasi

bioetanol yang dihasilkan dengan menggunakan media nira sorgum sebesar 4.14%

pada hari keenam dengan nilai rerata sebesar 3.93%. Konsentrasi bioetanol yang

dihasilkan dari media nira ditambahkan dengan sumber N ialah 0.76% pada hari

keempat dengan nilai rerata sebesar 0.59%.

Saran

Penelitian lebih lanjut mengenai optimasi produksi bioetanol dari nira sorgum

perlu dilakukan. Optimasi dapat dilakukan dengan mencari kondisi pH, suhu,

persentase konsentrasi isolat yang dimasukkan serta efisiensi jumlah minimum nira

sorgum yang digunakan.

DAFTAR PUSTAKA

Amin MNG, Hidayati D, Indarto C. 2012. Optimasi variabel proses terhadap

produksi etanol dari biji sorghum (Sorghum bicolor L.). Jurnal

Teknologi Pertanian. 13(3): 213-220.

Adelekan BA. 2010. Investigation of ethanol productivity of cassava crop as a

sustainable source of biofuel in tropical countries. African Journal of

Biotechnology. 9(35): 5643-5650.

Arianto DJ, Paramastri HP, Soetrisnanto D. 2013. Potensi air dadih (whey) tahu

sebagai nutrien dalam kultivasi Chlorella sp. untuk bahan baku pembuatan

biodisel. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri. 2(4): 233-242.

Aristya AL, Legowo AM, Al-Baarri AN. 2013. Karakteristik fisik, kimia dan

mikrobiologis kefir susu kambing dengan penambahan jenis dan konsentrasi

gula yang berbeda. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan. 2(3): 139-143.

Asngad A, Triyani. 2010. Kadar bioetanol limbah tapioka padat kering dengan

penambahan ragi dan H2SO4 pada lama fermentasi yang berbeda. Jurnal

Penelitian Sains & Teknologi. 11(2): 156-166.

Azizah N, Al-Baari N, Mulyani S. 2012. Pengaruh lama fermentasi terhadap kadar

alkohol, pH dan produksi gas pada proses fermentasi bioetanol dari whey

dengan substitusi kulit nanas. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan. 1(2): 1-6.

Biba. 2011. Pemanfaatan tanaman sorgum. Iptek Tanaman Pangan. 6(2): 257-269.

Dewi R, Nursanty R, Yulvizar C. 2011. The effect of storage time on total of fungi

in kanji pedah. Jurnal Natural. 11(2): 74-78.

15

Efendi R, Aqil M, Pabendon M. 2013. Evaluasi genotipe sorgum manis (Sorghum

bicolor (L.) Moench) produksi biomas dan daya ratun tinggi. Penelitian

Pertanian Tanaman Pangan. 32(2): 116-125.

Endah RD, Enny KA, Fadilah. 2009. Studi awal reaksi simultan sakarifikasi dan

fermentasi tepung soghum (Sorghum bicolor L. Moench) dengan katalis

enzim glukoamilase dan yeast (Saccharomyces cereviseae).

EKUILIBRIUM. 8(2):7-11.

Fardiaz S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.

Hawusiwa ES, Wardani AK, Ningtyas DW. 2015. Pengaruh konsentrasi pasta

singkong (Manihot esculenta) dan lama fermentasi pada proses pembuatan

minuman wine singkong. Jurnal Pangan dan Agroindustri. 3(1): 147-155.

Karta IW, Puspawati NM, Ciawi Y. 2015. Pembuatan bioetanol dari alga Codium

geppiorum dan pemanfaatan batu kapur nusa penida teraktivasi untuk

meningkatkan kualitas bioetanol. Cakra Kimia. 3(12): 23-31.

Kavanagh K. 2011. Fungi: Biology and applications. New Delhi (IND): Aptara Inc.

Kholiq I. 2015. Pemanfaatan energi alternatif sebagai energi terbarukan untuk

mendukung substitusi BBM. Jurnal IPTEK. 19(2): 75-91.

Kuncahyo P, Fathallah AZM, Semin. 2013. Analisa prediksi potensi bahan baku

biodiesel sebagai suplemen bahan bakar motor diesel di Indonesia. JURNAL

TEKNIK POMITS. 2(1): 62-66.

Oktavia FI, Argo BD, Lutfi M. 2014. Hidrolisis enzimatik ampas tebu (bagasse)

memanfaatkan enzim selulase dari mikrofungi Trichoderma reseei dan

Aspergillus niger sebagai kataniraor dengan pretreatment microwave.

Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem. 2(3): 256-262.

Pabendon MB, Sarungallo RS, Mas’ud S. 2012. Pemanfaatan nira batang, bagas

dan biji sorgum manis sebagai bahan baku bioetanol. Penelitian Pertanian

Tanaman Pangan. 31(3): 180-187.

Reddy BVS, Sanjana RP. 2003. Sweet sorghum: characteristics and potential.

International Sorghum and Millets Newsletter. 44: 26-28.

Suaniti NM. 2015. Kadar etanol dalam tape sebagai hasil fermentasi beras ketan

(Oryza sativa glutinosa) dengan Saccaromyces cerevisiae. Jurnal Virgin.

1(1): 16-19.

Suarni. 2004. Pemanfaatan tepung sorgum untuk produk olahan. Jurnal Litbang

Pertanian. 4(23): 38-39.

Subagio H, Aqil M. 2014. Perakitan dan pengembangan varietas unggul sorgum

untuk pangan, pakan, dan bioenergi. Iptek Tanaman Pangan. 9(1): 39-50.

Sugiyono A, Anindhita, Boedoyo MS, Adiarso. 2015. Outlook Energi Indonesia

2015. Jakarta (ID): BPPT

Triyani dan Asngad A. 2010. Kadar bioetanol limbah tapioka padat kering dengan

penambahan ragi dan H2SO4 pada lama fermentasi yang berbeda. Jurnal

Penelitiam Sains & Teknologi. 11(2): 156-166

16

Tjokroadikoesoemo PS. 1986. HFS dan Industri Ubi Kayu Lainnya. Jakarta (ID):

Gramedia

Ullmann’s. 2003. Encyclopedia of Industrial Chemistry.Vol. 12. Ed. 6. Weinheim

(US): Wiley-VCH Verlag GmbH & Co FgaA.

17

LAMPIRAN

18

19

Lampiran 1 Diagram alir penelitian

Penumbuhan isolat khamir

Fermentasi

dengan substrat

sorgum

Uji DNS dan

penentuan

konsentrasi etanol

Penapisan isolat, dipilih

tiga terbaik

Fermentasi

dengan substrat

glukosa

Uji DNS dan

penentuan

konsentrasi

etanol

Monitoring

pertumbuhan

khamir

Preparasi sampel

Analisis data

20

Lampiran 2 Konsentrasi etanol sepuluh isolat

Kode isolat

Luas area Konsentrasi etanol (%) Konsentrasi etanol

rerata (%) Hari ke- Hari ke-

4 5 6 7 4 5 6 7

082 143988 113396 98758 92851 0.9760 0.7686 0.6694 0.6294 0.7470

216 134684 97564 93738 104374 0.9130 0.6614 0.6354 0.7075 0.7024

175 144048 108504 96776 98326 0.9765 0.7355 0.6560 0.6665 0.7377

078 98972 83601 69948 82899 0.6709 0.5667 0.4741 0.5619 0.5524

247 116132 120110 121701 89592 0.7872 0.8142 0.8249 0.6073 0.7788

002 145417 120285 110498 96854 0.9857 0.8154 0.7490 0.6565 0.7952

141 138974 119836 88705 103992 0.9420 0.8123 0.6013 0.7049 0.7457

176 104917 97716 85448 91394 0.7112 0.6624 0.5792 0.6195 0.6357

249 134908 122198 116873 99917 0.9145 0.8283 0.7922 0.6773 0.8055

251 46514 54829 91824 107206 0.3153 0.3716 0.6224 0.7267 0.5051

Contoh perhitungan :

1. Pengukuran konsentrasi etanol

konsentrasi etanol sampel (%) = luas area sampel

luas area standar × konsentrasi standar (%)

konsentrasi etanol sampel (%) = 143988

14722293 × 99,8 (%)

= 0.976071

2. Perhitungan nilai konsentrasi etanol rerata

konsentrasi etanol rerata = ((0.9760+0.7686)/2) + ((0.7686+0.6694)/2) + ((0.6694+0.6294)/2)

3

= 0.7470

21

Lampiran 3 Data konsentrasi glukosa, konsentrasi etanol dan OD 600

Kode isolat

Konsentrasi glukosa (ppm) OD 600 Konsentrasi etanol (%)

Hari ke- Hari ke- Hari ke-

1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4

082 10199 7624 3339.6 185.6 61.29 45.4 26.7 3.03 3.69 4.29 4.72 4.92 4.92 4.67 1,00 0,74 0,68 0,65

216 8149 2008 254.38 645.8 484.8 32 10.3 2.82 4.08 4.75 4.90 4.91 4.96 4.90 0,94 0,64 0,64 0,73

175 10255 7261 3525.5 1080 298.3 43.7 14.6 2.60 3.71 4.61 4.33 4.72 5.17 5.04 1,00 0,70 0,67 0,69

078 37.44 167.3 198.38 166.9 41.86 11.6 1.69 2.93 3.44 4.23 4.43 4.66 4.44 5.09 0,69 0,54 0,48 0,58

247 9557 2165 281.25 186.4 78.07 37.2 17.2 3.09 4.22 4.30 4.53 4.61 4.70 4.83 0,81 0,78 0,84 0,62

002 3390 245.8 282.38 230 87.75 45.5 22 2.73 3.53 4.05 4.81 4.90 4.92 5.08 1,01 0,78 0,76 0,68

141 7868 3483 313.94 243.8 72.36 37.2 59.9 2.48 3.50 4.05 4.56 4.45 4.62 4.79 0,97 0,78 0,61 0,72

176 9806 7547 3897.4 1409 29.14 56.6 27.7 2.51 3.66 4.55 4.69 5.13 4.94 4.80 0,73 0,64 0,59 0,64

249 8339 1401 315.38 241.3 111.6 55.9 33 2.49 3.58 3.47 4.42 4.88 5.29 5.03 0,94 0,80 0,81 0,70

251 13565 14172 11697 12166 3900 2552 6423 2.68 3.67 4.47 4.80 5.08 5.51 5.18 0,32 0,36 0,63 0,75

Contoh pembuatan grafik (JSAT13-12-Y249):

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

9000

0

1

2

3

4

5

6

0 2 4 6 8

OD

60

0

kon

sentrasi g

ula (p

pm

)

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

0,7

0,8

0,9

1

0

1

2

3

4

5

6

0 2 4 6 8

OD

60

0

ko

nsen

trasietan

ol (%

)

22

Lampiran 4 Kurva standar konsentrasi etanol

Konsentrasi Luas area

0% 0

1% 2606609

5% 12727181

10% 21256296

20% 35283789

y = 2E+08x + 2E+06

R² = 0,982

0

5000000

10000000

15000000

20000000

25000000

30000000

35000000

40000000

0% 5% 10% 15% 20% 25%

luas

are

a

konsentrasi etanol

23

Lampiran 5 Konsentrasi etanol tiga isolat

Kode isolat

Luas area Konsentrasi etanol (%) Konsentrasi

etanol

rerata (%)

Hari ke- Hari ke-

3 4 5 6 7 3 4 5 6 7

082a 8581163 10199319 9406477 10408541 9936417 3.27 3.93 3.59 3.99 3.90 3.78

247a 9192138 9236732 10386090 10302294 9941259 3.04 3.78 4.07 4.07 3.85 3.84

249a 9286037 9914711 9994382 10793697 10140006 3.52 3.93 3.93 4.14 3.89 3.93

082b 3039025 3510131 3205454 1721125 799729 0.59 0.65 0.54 0.11 0 0.40

247b 2570828 3539618 3461989 1529405 1058968 0.50 0.74 0.72 0 0 0.43

249b 3154591 3563168 3384049 2826863 2577285 0.66 0.76 0.69 0.42 0.26 0.59

Keteranga: (a) media nira sorgum, (b) media nira sorgum ditambah sumber N

1. Contoh perhitungan konsentrasi etanol

Persamaan garis linier kurva standar etanol

y = 2(108)x + 2(106)

konsentrasi etanol = 2(108) luas area sampel + 2(106)

= 2(108) 8581163 + 2(106)

= 0,0327 x 100%

= 3.27 %

2. Perhitungan nilai konsentrasi etanol rerata

Contoh perhitungan :

konsentrasi etanol rerata = ((3.27+3.93)/2) + ((3.93+3.59)/2) + ((3.59+3.99)/2) + ((3.99+3.90)/2)

3

= 3.78

24

RIWAYAT HIDUP

Siti Febrianti dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 27 Februari 1995.

Merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Hamdi dan

Permaisari (alm). Penulis lulus dari SMA Negeri 3 Bandar lampung pada tahun

2012, pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswi Institut Pertanian

Bogor di Departemen Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

melalui jalur SNMPTN atau jalur undangan, serta menjadi penerima beasiswa

Bidikmisi dari Dikti dan Hana Nanum Foundation.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi mahasiswa dan

kepanitiaan seperti menjadi Sekretaris Badan Pengawas CREBs 2013-2015,

anggota divisi hubungan masyarakat (humas) pada IPB Goes to Village, anggota

divisi humas pada Semarak Bidik Misi 2013, kepala divisi dana dan usaha pada

Siang Keakraban Biokimia 2016. Penulis juga aktif mengikuti berbagai ajang

perlombaan di IPB. Salah satunya mengikuti lomba drama musikal bersama rekan-

rekan biokimia 49 dan menjadi juara satu pada acara SPIRIT yang diselenggarakan

BEM FMIPA.

Penulis pernah melaksanakan Praktik Lapang (PL) di Laboratorium QC

Liquid Organic Biofertilizer (LOB) Plant, PT Great Giant Pineapple, Lampung

Tengah. Laporan PL yang dibuat penulis berjudul “Analisis LOB (Liquid Organic

Biofertilizer) dan Manfaatnya Pada Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung (Zea

mays L.)”.