Prosedur Penapisan Fitokimia

31
Prosedur Penapisan Fitokimia Penapisan fitokimia dilakukan terhadap serbuk simplisia dilakukan untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder yang terkandung disimplisia tersebut. Pengujian ini merupakan pengujian pendahuluan yang biasa dilakukan sebelum dilakukan pengujian- pengujian lanjutan. Adanya pengetahuan mengenai kandungan senyawa metabolit sekunder yang terkandung didalam simplisia, akan memudahkan dalam identifikasi kemungkinan aktivitas dari simplisia yang digunakan. Contohnya adalah golongan Monoterpenoid dan seskuiterpenoid (Minyakl atsiri) biasanya memilki aktivitas sebagai antibakteri, sedangkan golongan Flavonoid bisanya memiliki aktivitas sebagai antikanker. Berikut ini adalah prosedur penapisan fitokimia : Skrining Senyawa Alkaloid Serbuk simplisia dibasakan dengan amonia, kemudian ditambahkan kloroform, digerus kuat-kuat. Lapisan kloroform dipipet sambil disaring, kemudian kedalamnya ditambahkan asam klorida 2 N. Campuran dikocok kuat-kuat hingga terdapat dua lapisan. Lapisan asam dipipet, kemudian dibagi menjadi 3 bagian: Kepada bagian 1 ditambahkan pereaksi Mayer. Terjadinya endapan atau kekeruhan diamati. Bila terjadi kekeruhan atau endapan berwarna putih, berarti dalam simplisia kemungkinan terkandung alkaloid. Kepada bagian 2 ditambahkan pereaksi Dragendorf. Terjadinya endapan atau kekeruhan diamati. Bila terjadi kekeruhan atau endapan berwarna jingga kuning, berarti dalam simplisia kemungkinan terkandung

description

Prosedur Penapisan Fitokimia

Transcript of Prosedur Penapisan Fitokimia

Prosedur Penapisan FitokimiaPenapisan fitokimia dilakukan terhadap serbuk simplisia dilakukan untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder yang terkandung disimplisia tersebut. Pengujian ini merupakan pengujian pendahuluan yang biasa dilakukan sebelum dilakukan pengujian- pengujian lanjutan. Adanya pengetahuan mengenai kandungan senyawa metabolit sekunder yang terkandung didalam simplisia, akan memudahkan dalam identifikasi kemungkinan aktivitas dari simplisia yang digunakan. Contohnya adalah golongan Monoterpenoid dan seskuiterpenoid (Minyakl atsiri) biasanya memilki aktivitas sebagai antibakteri, sedangkan golongan Flavonoid bisanya memiliki aktivitas sebagai antikanker. Berikut ini adalah prosedur penapisan fitokimia :

Skrining Senyawa Alkaloid

Serbuk simplisia dibasakan dengan amonia, kemudian ditambahkan kloroform, digerus kuat-kuat. Lapisan kloroform dipipet sambil disaring, kemudian kedalamnya ditambahkan asam klorida 2 N. Campuran dikocok kuat-kuat hingga terdapat dua lapisan. Lapisan asam dipipet, kemudian dibagi menjadi 3 bagian:

Kepada bagian 1 ditambahkan pereaksi Mayer. Terjadinya endapan atau kekeruhan diamati. Bila terjadi kekeruhan atau endapan berwarna putih, berarti dalam simplisia kemungkinan terkandung alkaloid.

Kepada bagian 2 ditambahkan pereaksi Dragendorf. Terjadinya endapan atau kekeruhan diamati. Bila terjadi kekeruhan atau endapan berwarna jingga kuning, berarti dalam simplisia kemungkinan terkandung alkaloid.

Bagian 3 digunakan sebagai blanko.

Skrining Senyawa Flavonoid

Sejumlah kecil serbuk simplisia dalam tabung reaksi dicampur dengan serbuk magnesium dan asam klorida 2 N. Campuran dipanaskan di atas tangas air, lalu disaring. Kepada filtrat dalam tabung reaksi ditambahkan amil alkohol, lalu dikocok kuat-kuat. Adanya flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna kuning hingga merah yang dapat ditarik oleh amil alkohol.

Skrining Senyawa Polifenolat

Sejumlah kecil serbuk simplisia dalam tabung reaksi dipanaskan di atas tangas air, kemudian disaring. Kepada filtrat ditambahkan larutan pereaksi besi (III) klorida. Adanya senyawa fenolat ditandai dengan terjadinya warna hijau-biru hitam hingga hitam.

Skrining Senyawa Tanin

Sejumlah kecil serbuk simplisia dalam tabung reaksi dipanaskan di atas tangas air, kemudian disaring. Kepada filtrat ditambahkan larutan gelatin 1%. Adanya senyawa tanin ditandai dengan terjadinya endapan berwarna putih.

Skrining Senyawa Monoterpenoid dan Seskuiterpenoid

Serbuk simplisia digerus dengan eter, kemudian dipipet sambil disaring. Filtrat ditempatkan dalam cawan penguap, kemudian dibiarkan menguap hingga kering. Kepada hasil pengeringan filtrat ditambahkan larutan vanillin 10% dalam asam sulfat pekat. Terjadinya warna-warna menunjukkan adanya senyawa mono dan seskuiterpenoid.

Skrining Senyawa Steroid dan Triterpenoid

Serbuk simplisia digerus dengan eter, kemudian dipipet sambil disaring. Filtrat ditempatkan dalam cawan penguap, kemudian dibiarkan menguap hingga kering. Kepada hasil pengeringan filtrat ditambahkan pereaksi Liebermann Burchard. Terjadinya warna ungu menunjukkan adanya senyawa triterpenoid sedangkan adanya warna hijau biru menunjukkan adanya senyawa steroid.

Skrining Senyawa Kuinon

Sejumlah kecil serbuk simplisia dalam tabung reaksi dipanaskan di atas tangas air, kemudian disaring Kepada filtrat ditambahkan larutan KOH 5%. Adanya senyawa kuinon ditandai dengan terjadinya warna kuning hingga merah.

Skrining Senyawa Saponin

Sejumlah kecil serbuk simplisia dalam tabung reaksi dipanaskan di atas tangas air, kemudian disaring. Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan dikocok kuat secara vertikal selama sekitar 5 menit. Terbentuknya busa yang mantap dan tidak hilang selama 30 menit dengan tinggi busa minimal 1 cm menunjukkan adanya saponin.Ekstraksi

Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu bahan dari campurannya, ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Ekstraksi menggunakan pelarut didasarkan pada kelarutan komponen terhadap komponen lain dalam campuran (Suyitno, 1989).Teknik ekstraksi lainnya misalnya menggunakan air untuk mengambil pigmen alami dari tumbuhan, seperti: daun, dll. Contoh: Ekstraksi pigmen biru dari daun tanaman Baphicacanthus cusia Brem dan Indigofera tintoria Linn (Tanaman asli negeri Gajah Thailand). ekstraksi betasianin pada tanaman suku Amarantaceae dapat dilakukan dengan 2 tahap yaitu ekstraksi dengan menggunakan air kemudian dilanjutkan dengan menggunakan metanol 80%. Namun ekstraksi pewarna alami dengan metanol, diragukan aspek keamanan pangannya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi adalah: Tipe persiapan sampel Waktu ekstraksi Kuantitas pelarut Suhu pelarut Tipe pelarut

Secara umum, terdapat empat situasi dalam menentukan tujuan ekstraksi:1. Senyawa kimia telah diketahui identitasnya untuk diekstraksi dari organisme. Dalam kasus ini, prosedur yang telah dipublikasikan dapat diikuti dan dibuat modifikasi yang sesuai untuk mengembangkan proses atau menyesuaikan dengan kebutuhan pemakai.2. Bahan diperiksa untuk menemukan kelompok senyawa kimia tertentu, misalnya alkaloid, flavanoid atau saponin, meskipun struktur kimia sebetulnya dari senyawa ini bahkan keberadaannya belum diketahui. Dalam situasi seperti ini, metode umum yang dapat digunakan untuk senyawa kimia yang diminati dapat diperoleh dari pustaka. Hal ini diikuti dengan uji kimia atau kromatografik yang sesuai untuk kelompok senyawa kimia tertentu3. Organisme (tanaman atau hewan) digunakan dalam pengobatan tradisional, dan biasanya dibuat dengan cara, misalnya Tradisional Chinese medicine (TCM) seringkali membutuhkan herba yang dididihkan dalam air dan dekok dalam air untuk diberikan sebagai obat. Proses ini harus ditiru sedekat mungkin jika ekstrak akan melalui kajian ilmiah biologi atau kimia lebih lanjut, khususnya jika tujuannya untuk memvalidasi penggunaan obat tradisional.4. Sifat senyawa yang akan diisolasi belum ditentukan sebelumnya dengan cara apapun. Situasi ini (utamanya dalam program skrining) dapat timbul jika tujuannya adalah untuk menguji organisme, baik yang dipilih secara acak atau didasarkan pada penggunaan tradisional untuk mengetahui adanya senyawa dengan aktivitas biologi khusus.Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman yaitu pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organik di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam dan di luar sel.

Prinsip ekstraksi

- Prinsip MaserasiPenyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah ( proses difusi ). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan.Maserasi merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya. Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung komonen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, tiraks dan lilin.Keuntungan dari metode ini adalah peralatannya sederhana. Sedang kerugiannya antara lain waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi sampel cukup lama, cairan penyari yang digunakan lebih banyak, tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur keras seperti benzoin, tiraks dan lilin.

Metode maserasi dapat dilakukan dengan modifikasi sebagai berikut : Modifikasi maserasi melingkar Modifikasi maserasi digesti Modifikasi Maserasi Melingkar Bertingkat Modifikasi remaserasi Modifikasi dengan mesin pengaduk Metode SoxhletasiSoxhletasi merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan penyari dipanaskan sehingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam klongsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati pipa sifon

Keuntungan metode ini adalah:- Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan terhadap pemanasan secara langsung.- Digunakan pelarut yang lebih sedikit- Pemanasannya dapat diatur

Kerugian dari metode ini:- Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di sebelah bawah terus-menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas.- Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya.- Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu tinggi, seperti metanol atau air, karena seluruh alat yang berada di bawah komdensor perlu berada pada temperatur ini untuk pergerakan uap pelarut yang efektif.Metode ini terbatas pada ekstraksi dengan pelarut murni atau campuran azeotropik dan tidak dapat digunakan untuk ekstraksi dengan campuran pelarut, misalnya heksan :diklormetan = 1 : 1, atau pelarut yang diasamkan atau dibasakan, karena uapnya akan mempunyai komposisi yang berbeda dalam pelarut cair di dalam wadah.

- Prinsip PerkolasiPenyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia dimaserasi selama 3 jam, kemudian simplisia dipindahkan ke dalam bejana silinder yang bagian bawahnya diberi sekat berpori, cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui simplisia tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui sampai keadan jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan oleh karena gravitasi, kohesi, dan berat cairan di atas dikurangi gaya kapiler yang menahan gerakan ke bawah. Perkolat yang diperoleh dikumpulkan, lalu dipekatkan.Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi.Keuntungan metode ini adalah tidak memerlukan langkah tambahan yaitu sampel padat (marc) telah terpisah dari ekstrak. Kerugiannya adalah kontak antara sampel padat tidak merata atau terbatas dibandingkan dengan metode refluks, dan pelarut menjadi dingin selama proses perkolasi sehingga tidak melarutkan komponen secara efisien.

- Prinsip SoxhletasiPenarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa, cairan penyari dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan turun kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak berwarna, tidak tampak noda jika di KLT, atau sirkulasi telah mencapai 20-25 kali. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.

- Prinsip RefluksPenarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan penyari terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat, akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas bulat, demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai penyarian sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan. Keuntungan dari metode ini adalah digunakan untuk mengekstraksi sampel-sampel yang mempunyai tekstur kasar dan tahan pemanasan langsung. Sedangkan kerugian metode ini adalah membutuhkan volume total pelarut yang besar dan sejumlah manipulasi dari operator.

- Prinsip Destilasi Uap AirPenyarian minyak menguap dengan cara simplisia dan air ditempatkan dalam labu berbeda. Air dipanaskan dan akan menguap, uap air akan masuk ke dalam labu sampel sambil mengekstraksi minyak menguap yang terdapat dalam simplisia, uap air dan minyak menguap yang telah terekstraksi menuju kondensor dan akan terkondensasi, lalu akan melewati pipa alonga, campuran air dan minyak menguap akan masuk ke dalam corong pisah, dan akan memisah antara air dan minyak atsiri.Destilasi uap adalah metode yang popular untuk ekstraksi minyak-minyak menguap (esensial) dari sampel tanaman. Metode destilasi uap air diperuntukkan untuk menyari simplisia yang mengandung minyak menguap atau mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih tinggi pada tekanan udara normal.

- Prinsip RotavaporProses pemisahan ekstrak dari cairan penyarinya dengan pemanasan yang dipercepat oleh putaran dari labu alas bulat, cairan penyari dapat menguap 5-10 C di bawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh karena adanya penurunan tekanan. Dengan bantuan pompa vakum, uap larutan penyari akan menguap naik ke kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung.

Fraksinasi

Fraksinasi merupakan suatu prosedur yang digunakan untuk memisahkan golongan utama kandungan yang satu dari kandungan golongan utama yang lainnya. Fraksinasi merupakan prosedur pemisahan komponen-komponen berdasarkan perbedaan kepolaran tergantung dari jenis senyawa yang terkandung dalam tumbuhan.Dalam metode fraksinasi pengetahuan mengenai sifat senyawa yang terdapat dalam ekstrak akan sangat mempengaruhi proses fraksinasi. Oleh karena itu, jika digunakan air sebagai pengekstraksi maka senyawa yang terekstraksi akan bersifat polar, termasuk senyawa yang bermuatan listrik. Jika digunakan pelarut non polar misalnya heksan, maka senyawa yang terekstraksi bersifat non polar dalam ekstrak. Pada prakteknya dalam melakukan fraksinasi digunakan dua metode yaitu dengan menggunakan corong pisah dan kromatografi kolom.

Corong pisah adalah peralatan laboratorium yang digunakan dalam ekstraksi cair-cair untuk memisahkan komponen-komponen dalam suatu campuran antara dua fase pelarut dengan densitas yang berbeda yang tak tercampur.

Umunya salah satu fase berupa larutan air dan yang lainnya berupa organiklipofilik seperti eter, MTBE, diklorometana, kloroforom, ataupun etilasetat. Kebanyakan pelarut organik berada di atas fase air kecuali pelarut yang memiliki atom dari unsur halogen. Pemisahan ini didasarkan pada tiap bobot dari fraksi, fraksi yang lebih berat akan berada pada bagian dasar sementara fraksi yang lebih ringan akan berada di atas. Tujuannya untuk memisahkan golongan utama kandungan yang satu dari kandungan yang lain. Senyawa yang bersifat polar akan masuk ke pelarut polar dan senyawa non polar akan masuk ke pelarut non polar.Corong pemisah berbentuk kerucut yang ditutupi setengah bola, mempunyai penyumbat di atasnya dan di bawahnya. Corong pemisah yang digunakan dalam laboratorium terbuat dari kaca borosilikat dan kerannya terbuat dari kaca ataupun teflon. Ukuran corong pemisah bervariasi antara 50 ml sampai 3 L. Dalam skala industri, corong pemisah bisa berukuran sangat besar dan dipasang sentrifuge.Untuk memakai corong ini, campuran dan dua fase pelarut dimasukkan kedalam corong dari atas dengan corong keran ditutup. Corong ini kemudian ditutup dan digoyang dengan kuat untuk membuat dua fase larutan tercampur. Corong ini kemudian dibalik dan keran dibuka untuk melepaskan tekanan uap yang berlebihan. Corong ini kemudian didiamkan agar pemisahan antara dua fase berlangsung. Penyumbat dan keran corong kemudian dibuka dan dua fase larutan ini dipisahkan dengan mengontrol keran corong.

Kromatografi Kolom

Terjadinya proses pemisahan dapat dengan cara :1. Adsorpsi - Adsorpsi komponen atau senyawa diantara permukaan padatan dengan cairan (solid liquid interface) - Agar terjadi pemisahan dengan baik, maka komponen-komponen tersebut harus mempunyai afinitas yang berbeda terhadap adsorben dan ada interaksi antara komponen dengan adsorben.2. Partisi - Fase diam dan fase gerak berupa cairan yang tidak saling bercampur - Senyawa yang akan dipisahkan akan berpartisi antara fase diam dan fase gerak. Karena fase diam memberikan daerah yang sangat luas bagi fase gerak, maka pemisahan berlangsung lebih baik.

Penyiapan kolom

Pemilihan ukuran kolom a. Tergantung jumlah sampel yang akan dipisahkan, perbandingan adsorben-cuplikan (30:1) b. Perbandingan panjang dengan diameter kolom (10-15:1) c. Untuk sampel yang multikomponen yang mempunyai afinitas yang sama terhadap adsorben maka dipilih kolom yang panjang, sedangkan untuk komponendengan afinitas yang berbeda terhadap adsorben maka dipilih kolom yang pendek.Cara melakukan adsorben ke dalam kolom: 1. Metode kering 2. Metode basah 3. Metode bubur/lumpuran

Penggunaan kolom1. Sebelum dilakukan elusi, kolom dibasahi dulu dengan sejumlah fase gerak yang akan digunakan.2. Sampel dimasukkan ke dalam kolom dalam bentuk padat maupun cair Sampel bentuk padat : Dicampur dengan adsorben sampai merata, kemudian dengan hati-hati dimasukkan ke dalam kolom yang sudah berisi adsorben Pada kromatografipartisi, sampel dilarutkan dalam fase diam, kemudian dicampur dengan bahan penyangga, baru ditempatkan di atas adsorben Sampel bentuk cair : Dilarutkan/dicampur dengan fase gerak, kemudian dengan hati-hati dimasukkan ke dalam kolom yang sudah berisi adsorben.3. Setelah sampel masuk kolom, biasanya dilakukan pencucian terlebih dahulu baru dielusi dengan fase gerak. Untuk mendapatkan hasil elusi yang baik, umunya kecepatan fase gerak diatur 1-5 ml/menit.4. Setelah elusi selesai, kromatogram dapat dideteksi dengan : - Berdasarkan warna sampel, bila yang dielusi berwarna - Dengan sinar UV 366nm - Disemprot dengan larutan/reagen penampak bercakIsolasi preparatif1. Dasar Dasar Metode Isolasi

Diskusi metode kolom isap (suction column&rapid si-gel), metodepress column(flash column) dan metode sentrifugal (chromatotron).Masing-masing kelompok membuat transparansi untuk presentase minimal berisi prinsip alat, gambar & cara penggunaan alat)2. Kromatografi KolomKolom kromatografi adalah metode kromatografi klasik yang sampai saat ini penggunaannya masih banyak digunakan. Kolom kromatografi digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa dalam jumlah banyak. Prinsip dari kromatografi kolom adalah adsorbsi dan partisi.

Kromatografi Kolom3. Kromatografi Vakum Cair

Profil KLT Kolom Cair VakumKromatografi Suction Column atau Kromatografi Cair Vakum adalah bentuk kromatografi kolom yang khususnya berguna untuk fraksinasi kasar yang cepat terhadap suatu ekstrak. Kolom dapat berupa kolom dengan adsorben grade-KLT normal atau fase-terbalik ini relatif bermutu dan fase gerak terhisap dengan adanya penurunan tekanan. Fraksi biasanya dikoleksi dengan alikuot eluen dengan satu kepolaran. Alikuot eluen selanjutnya dapat dirancang untuk menghasilkan elusi gradient bertahap.4. Kromatografi Lapis Tipis Preparatif

Kromatografi Lapis Tipis PreparatifDalam perkembangan selanjutnya metode KLT tidak hanya digunakan untuk mengidentifikasi noda akan tetapi juga untuk mengisolasi ekstrak, metode ini kemudian dikenal sebagai KLT preparatif. Metode ini merupakan salah satu metode yang paling sederhana dan murah untuk mengisolasi komponen kimia dari suatu bahan alam. Prinsip kerjanya yaitu adsorpsi dan partisi, dengan menggunakan lempeng yang besar (20 X 20).

5. Kromatografi Lapis Tipis 2 DimensiSalah satu aplikasi untuk mengetahui kemurnian senyawa hasil isolat dengan metode ini yaitu dengan mengelusi noda pada 2 arah yang berbeda dan menggunakan eluen yang berbeda, isolat dikatakan murni apabila noda yang dinampakkan adalah tunggal.

Isolasi PreparatifPemurnian adalah proses pemisahan senyawa-senyawa yang terdapat dalam minyak yang keberadaannya dapat menurunkan mutu dari minyak tersebut. Proses pemurnian bisa dilakukan dengan menggunakan 2 metode yaitu secara fisika dan kimiawi. Proses pemurnian dengan menggunakan metode fisika yaitu: metode penarikan air, penyaringan, sentrifuse, redistilasi, membran filtrasi, distilasi fraksionasi, dan distilasi molekuler. Proses pemurnian minyak dengan metode kimia , yaitu: flokulasi, adsorbsi, kromatografi kolom, ekstraksi fluida CO2 superkritis.A. Proses Pemurnian Minyak Atsiri secara Fisika Proses pemurnian secara fisika bisa dilakukan dengan mendistilasi ulang minyak atsiri yang dihasilkan (redestillation), distilasi fraksinasi dan destilasi molekuler. Destilasi merupakan suatu proses pemisahan dua atau lebih komponen zat cair berdasarkan pada titik didih. Secara sederhana destilasi dilakukan dengan memanaskan/menguapkan zat cair lalu uap tersebut didinginkan kembali supaya jadi cair dengan bantuan kondensor. Destilasi digunakan untuk memurnikan zat cair, yang didasarkan atas perbedaan titik didih cairan. Pada proses ini cairan berubah menjadi uap (Uap ini adalah zat murni). Kemudian uap ini didinginkan pada pendingin ini, uap mengembun manjadi cairan murni yang disebut destilat. Destilat dapat digunakan untuk memperoleh pelarut murni dari larutan yang mengandung zat terlarut misalnya destilasi air laut menjadi air murni.Beberapa metode Distilasi:a. Destilasi SederhanaDestilasi sederhana adalah salah satu cara pemurnian zat cair yang tercemar oleh zat padat/zat cair lain dengan perbedaan titik didih cukup besar, sehingga zat pencemar/pengotor akan tertinggal sebagai residu. Destilasi ini digunakan untuk memisahkan campuran cair-cair, misalnya air-alkohol, air-aseton, dll. Alat yang digunakan dalam proses destilasi ini antara lain, labu destilasi, penangas, termometer, pendingin/kondensor leibig, konektor/klem, statif, adaptor, penampung, pembakar, kaki tiga dan kasa.

Gambar 1. Destilasi sederhanab. RedestilasiProses redestilasi adalah proses penyulingan kembali minyak atsiri dengan menambahkan air pada perbandingan minyak dan air sekitar 1:5. Hasil penyulingan ulang minyak nilam dengan menggunakan metode redestilasi ternyata dapat meningkatkan nilai transmisi (kejernihan) dari 4% menjadi 83,4 % dan menurunkan kadar Fe dari 509,2 ppm menjadi 19,60 ppm (Purnawati, 2000). c. Destilasi UapDestilasi uap umumnya digunakan untuk memurnikan senyawa organic yang terdestilasi uap (volatile), tidak tercampurkan dengan air, mempunyai tekanan uap yang tinggi pada 100 derajat C dan mengandung pengotor yang tidak atsiri (nonvolatile).Destilasi uap dapat dipertimbangkan untuk menyaring serbuk simplisia yang mengandung komponen atsiri yang mempunyai titik didih tinggi pada tekanan udara normal. Pada pemanasan biasa kemungkinan akan terjadi kerusakan zat aktifnya. Untuk mencegah hal tersebut maka pemurnian dilakukan dengan destilasi uap.Dengan adanya uap air yang masuk, maka tekanan kesetimbangan uap zat kandungan akan diturunkan menjadi sama dengan tekanan bagian didalam suatu sistem, sehingga produk akan terdestilasi dan terbawa oleh uap air yang mengalir.Destilasi uap merupakan suatu proses pemindahan massa kesuatu media massa yang bergerak. Uap jenuh akan membasahi permukaan bahan, melunakkan jaringan dan menembus kedalam melalui dinding sel, dan zat aktif akan pindah ke rongga uap air yang aktif dan selanjutnya akan pindah ke rongga uap yang bergerak melalui antar fasa. Proses ini disebut hidrodifusi.

Gambar 2. Proses Destilasi Uapd. Destilasi bertingkat (destilasi Fraksionasi)Destilasi bertingkat adalah proses pemisahan komponen-komponen minyak ke dalam bagian-bagian destilasi dengan titik didih makin lama makin tinggi yang selanjutnya pemisahan bagian-bagian ini dimaksudkan untuk destilasi ulang. Destilasi bertingkat merupakan proses pemurnian zat/senyawa cair dimana zat pencampurnya berupa senyawa cair yang titik didihnya rendah dan tidak berbeda jauh dengan titik didih senyawa yang akan dimurnikan. Destilasi ini bertujuan untuk memisahkan senyawa-senyawa dari suatu campuran yang komponen-komponennya memiliki perbedaan titik didih relatif kecil. Destilasi ini digunakan untuk memisahkan campuran aseton-metanol, karbon tetra klorida-toluen, dll. Pada proses destilasi bertingkat digunakan kolom fraksinasi yang dipasang pada labu destilasi.Tujuan dari penggunaan kolom ini adalah untuk memisahkan uap campuran senyawa cair yang titik didihnya hampir sama/tidak begitu berbeda. Sebab dengan adanya penghalang dalam kolom fraksinasi menyebabkan uap yang titik didihnya sama akan sama-sama menguap atau senyawa yang titik didihnya rendah akan naik terus hingga akhirnya mengembun dan turun sebagai destilat, sedangkan senyawa yang titik didihnya lebih tinggi, jika belum mencapai harga titik didihnya maka senyawa tersebut akan menetes kembali ke dalam labu destilasi, yang akhirnya jika pemanasan dilanjutkan terus akan mencapai harga titik didihnya. Senyawa tersebut akan menguap, mengembun dan turun/menetes sebagai destilatFungsi Distilasi fraksionasi adalah proses destilasi yang dilakukan untuk memisahkan komponen-komponencair, dua atau lebih, dari suatu larutan berdasarkan perbedaan titik didihnya.Distilasi ini juga dapat digunakan untuk campuran dengan perbedaan titik didih kurang dari 20C dan bekerja padatekanan atmosferatau dengan tekanan rendah. Aplikasi dari distilasi jenis ini digunakan pada industriminyak mentah, untuk memisahkan komponen-komponen dalamminyak mentahPerbedaan distilasi fraksionasi dan distilasi sederhana adalah adanya kolom fraksionasi.Di kolom ini terjadi pemanasan secara bertahap dengansuhuyang berbeda-beda pada setiap platnya. Pemanasan yang berbeda-beda ini bertujuan untuk pemurniandistilatyang lebih dari plat-plat di bawahnya.Semakin ke atas, semakin tidakvolatilcairannya.

Gambar 3. Destilasi bertingkat (Destilasi Fraksionasi)e. Destilasi VakumDistilasi vakum biasanya digunakan jika senyawa yang ingin didistilasi tidak stabil, dengan pengertian dapatterdekomposisisebelum atau mendekati titik didihnya atau campuran yang memiliki titik didih di atas 150C.Metode distilasi ini tidak dapat digunakan pada pelarut dengan titik didih yang rendah jikakondensornyamenggunakan air dingin, karena komponen yang menguap tidak dapat dikondensasi oleh air. Untuk mengurangi tekanan digunakan pompa vakum atauaspirator.Aspiratorberfungsi sebagai penurun tekanan pada sistem distilasi ini.

Gambar 4. Destilasi Vakumf. Destilasi MolekulerDistilasi molekuler adalah proses separasi fraksi-fraksi molekul yang berbeda bobotnya pada suhu serendah mungkin untuk menghindari kerusakan bahan (Lutisan et al. 2001). Distilasi molekuler dicirikan dengan alokasi waktu distilasi yang singkat, koefisien transfer panas tinggi, penghilangan hotspot, aliran operasi kontinyu, tekanan rendah sampai 0,001 mbar dan jarak yang sempit antara kondensor dan evaporator (Shimada 2000; Ibanez 2002).Proses distilasi molekuler bekerja berdasarkan sifat penguapan molekul. Distilasi molekuler terdiri dari pemanas yang dialiri bahan baku (tergantung dari suhunya pemanasannya). Cairan bahan baku kemudian disebar dalam lapisan film tipis dengan memutar wiper pada kecepatan yang telah ditentukan. Lapisan tipis yang terbentuk, dibentuk menjadi aliran turbulen oleh wiper kemudian turun sepanjang pemanas dengan adanya gaya gravitasi dan lubang di dalam wiper.Selama bahan mengalir pada pemanas, terjadi evaporasi yang tergantung pada karakteristik bahan baku dan suhu pemanas. Bahan yang tidak terevaporasi mengalir ke bagian bawah, sedangkan bahan yang terevaporasi dikondensasikan dan dipisahkan.

Gambar 5. Destilasi Molekuler

Distilasi molekuler menggunakan lapisan tipis dilakukan karena beberapa alasan, diantaranya adalah:1. Turbulensi dihasilkan dari pergerakan wiper yang berperan besar pada transmisi panas ke seluruh permukaan evaporator, oleh karena itu dapat menghasilkan suhu yang lebih rendah di dalam evaporator.2. Dihasilkan luas area permukaan pemanasan per unit volume yang maksimum dengan adanya aliran evaporasi.3. Waktu kontak cairan dengan pemanas dapat dikontrol dalam hitungan detik atau kurang. Hal ini meminimasi kerusakan produk karena panas dengan mengontrol kecepatan wiper.4. Bahan baku dengan viskositas tinggi dapat diproses dengan atau tanpa penambahan pelarut.Untuk menunjang lapisan tipis, Pope Science mendesain blade yang dapat meminimasi waktu tinggal dan memastikan bahan yang masuk ke dalam proses seragam. Bermacam-macam kecepatan wiper dengan kemampuan untuk berputar balik, menghasilkan variasi retention time yang sangat beragam pada proses untuk mengalirkan fluida ke evaporator. Blade dapat terbuat dari karbon maupun teflon, stainless steel, hastelloy, titanium, C-20, alumunium alloys dan kaca.B. Proses pemurnian minyak atsiri secara KimiawiProses pemurnian secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan larutan kimia. Proses pemurnian secara kimiawi dilakukan dengan beberapa metode berikut:1. AdsorpsiMetode adsorpsi menggunakan absorben tertentu seperti bentonit, arang aktif dan zeolit2. Pengkelatan/ FlokulasiMetode ini digunakan untuk menghilangkan senyawa yang ada di dalam minyak atsiri misalnya senyawa terpen yang digunakan untuk meningkatkan efek flavouring, sifat kelarutan dalam alkohol encer, kestabilan dan daya simpan minyak atsiri.3. DeterpensiMetode pemurnian ini menggunakan larutan senyawa kimia kompleks. Larutan ini digunakan untuk membentuk senyawa kompleks dalam minyak atsiri seperti asam sitrat dan asam tartarat.

Adsorbsi Adsorpsi atau penyerapan adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida, cairan maupun gas yang terikat kepada suatu padatan atau cairan (zat penyerap atau adsorben) dan akhirnya membentuk suatu lapisan tipis atau film (zat terserap atau adsorbat) pada permukaannya. Berbeda dengan absorpsi yang merupakan penyerapan fluida yang dilakukan oleh fluida lainnya dengan membentuk suatu larutan.Adsorpsi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu adsorpsi fisika (disebabkan oleh gaya Van Der Waals yang ada pada permukaan adsorbens) dan adsorpsi kimia (terjadi reaksi antara zat yang diserap dengan adsorben, banyaknya zat yang teradsorbsi tergantung pada sifat khas zat padatnya yang merupakan fungsi tekanan dan suhu).1. Adsorpsi fisika Berhubungan dengan gaya Van der Waals. Apabila daya tarik menarik antara zat terlarut dengan adsorben lebih besar dari daya tarik menarik antara zat terlarut dengan pelarutnya, maka zat yang terlarut akan diadsorpsi pada permukaan adsorben. Adsorpsi ini mirip dengan proses kondensasi dan biasanya terjadi pada temperatur rendah pada proses ini gaya yang menahan molekul fluida pada permukaan solid relatif lemah, dan besarnya sama dengan gaya kohesi molekul pada fase cair (gaya van der waals) mempunyai derajat yang sama dengan panas kondensasi dari gas menjadi cair, yaitu sekitar 2.19-21.9 kg/mol. Keseimbangan antara permukaan solid dengan molekul fluida biasanya cepat tercapai dan bersifat reversibel.2. Adsorpsi Kimia Reaksi yang terjadi antara zat padat dengan zat terlarut yang teradsorpsi. Adsorpsi ini bersifat spesifik dan melibatkan gaya yang jauh lebih besar daripada Adsorpsi fisika. Panas yang dilibatkan adalah sama dengan panas reaksi kimia. Menurut Langmuir, molekul teradsorpsi ditahan pada permukaan oleh gaya valensi yang tipenya sama dengan yang terjadi antara atom-atom dalam molekul. Karena adanya ikatan kimia maka pada permukaan adsorbent akan terbentuk suatu lapisan atau layer, dimana terbentuknya lapisan tersebut akan menghambat proses penyerapan selanjutnya oleh batuan adsorbent sehingga efektifitasnya berkurang. Seperti halnya kinetika kimia, kinetika adsorpsi juga berhubungan dengan laju reaksi. Hanya saja, kinetika adsorpsi lebih khusus, yang hanya membahas sifat penting dari permukaan zat. Kinetika adsorpsi yaitu laju penyerapan suatu fluida oleh adsorben dalam suatu jangka waktu tertentu. Kinetika adsorpsi suatu zat dapat diketahui dengan mengukur perubahan konsentrasi zat teradsorpsi tersebut, dan menganalisis nilai k (berupa slope/kemiringan) serta memplotkannya pada grafik. Kinetika adsorpsi dipengaruhi oleh kecepatan adsorpsi. Kecepatan adsorpsi dapat didefinisikan sebagai banyaknya zat yang teradsorpsi per satuan waktu. Kecepatan atau besar kecilnya adsorpsi dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya: Macam adsorben, Macam zat yang diadsorpsi (adsorbate), Luas permukaan adsorben, Konsentrasi zat yang diadsorpsi (adsorbate), Temperatur.Mekanisme yang terjadi pada proses adsorpsi yaitu: a. Molekul-molekuladsorben berpindah dari fase bagian terbesar larutan ke permukaan interface, yaitu lapisan film yang melapisi permukaan adsorben atau eksternal. b. Molekul adsorben dipindahkan dari permukaan ke permukaan luar dari adsorben (exterior surface). c. Molekul-molekul adsorbat dipindahkan dari permukaan luar adsorben menyebar menuju pori-pori adsorben. Fase ini disebut dengan difusi pori.d. Molekul adsorbat menempel pada permukaan pori-pori adsorben.Berikut ini adalah beberapa metode yang termasuk ke dalam metode Adsorpsi:1. Pemucatan Pemucatan dilakukan dengan menggunakan adsorben. Adsorben yang digunakan dalam proses pemucatan terdiri dari tipe polar (hidrofilik) dan non polar (hidrofobik). Adsorben polar antara lain silica gel, alumina yang diaktivasi, bentonit, dan beberapa jenis tanah liat (clay). Adsorben tipe ini umumnya digunakan jika zat warna yang akan dihilangkan lebih polar dari cairannya. Adsorben non polar antara lain adalah arang (karbon dan batubara) dan arang aktif, yang biasa digunakan untuk menghilangkan zat warna yang kurang polar. Adsorben tipe polar secara kualitatif sangat mirip satu sama lain dalam hal selektivitas untuk menyerap komponen dari beberapa campuran. Pada saat proses pemucatan dilakukan pengadukan minyak dengan adsorben (bentonit atau arang aktif) selama 20 menit dengan tujuan agar kontak antara minyak dengan adsorben menjadi lebih efektif, sehingga dapat menghasilkan efek adsorbsi yang optimal. Daya penyerapan terhadap warna juga dipengaruhi oleh bobot jenis adsorbennya. Semakin rendah bobot jenis adsorben, maka semakin efektif penyerapan terhadap warna. Selain faktor bobot jenis, keefektifan penyerapan juga dipengaruhi oleh ukuran partikel dan pH adsorben (sebaiknya ukuran partikel tersebut halus dan pH adsorben mendekati netral). Pada keadaan awal bentonit dan arang aktif memiliki kemampuan adsorbs yang rendah. Kapasitas adsorbsi dari bentonit dapat dinaikkan dengan prose aktivasi untuk memberikan sifat yang diinginkan sehubungan dengan penggunaannya. Pengaktifan bentonit dan arang aktif bertujuan untuk menghilangkan senyawa-senyawa selain bentonit dan arang aktif yang tidak mempunyai sifat penyerap dan juga untuk memperluas permukaan melalui pembentukan struktur porous dan berguna untuk mempertinggi daya adsorbsinya. Berdasarkan teori ada dua cara perlakuan untuk meningkatkan daya serap bentonit, yaitu dengan pemanasan dan aktivasi dengan pengasaman. Aktivasi dengan pemanasan bertujuan agar air yang terikat di celah-celah molekul dapat teruap, sehingga porositasnya meningkat. Sementara pengaktifan dengan pengasaman dapat menaikkan angka perbandingan antara SiO2 dan Al2O3. Contoh metode pemucatanMinyak cengkeh yang akan dipucatkan warnanya terlebih dahulu dipanaskan hingga suhunya mencapai 50 oC, setelah suhu minyak mencapai 50 oC barulah bentonit atau arang aktif tersebut dimasukkan ke dalam minyak sambil dilakukan pengadukan selama 20 menit. Suhu minyak dijaga tetap 50 oC, karena jika suhu terus naik maka mutu minyak tersebut akan rusak karena pemanasan dengan suhu yang berlebihan. Hasil yang didapat setelah dilakukan pemucatan dengan adsorben arang aktif menunjukkan nilai rendemen minyak atsiri adalah 85%. Sedangkan dengan menggunakan bentonit menunjukkan hasil rendemen 90,5 %. Hal ini menunjukkan bahwa rendemen yang dihasilkan dari pemucatan dengan bentonit lebih tinggi dibanding yang menggunakan adsorben arang aktif. Hasil yang ditunjukkan juga menunjukkan warna yang menggunakan adsorben bentonit lebih jernih dibanding yang menggunakan arang aktif. Hal ini dikarenankan sifat kepolaran dari zat warna yang akan dihilangkan lebih polar dari cairannya, sehingga kandungan bahan lain seperti zat-zat yang tidak dikehendaki dalam minyak, diantaranya adalah zat-zat yang menyebabkan warna minyak menjadi gelap. Pemucatan dapat berlangsung dengan baik apabila senyawa yang diserap memiliki polaritas yang berdekatan dengan zat warna. Zat warna yang terkandung dalam minyak mudah sekali mengalami oksidasi yang bersumber dari hidroperoksida asam atau dari udara terbuka. Senyawa yang teroksidasi mempunyai sifat sukar diserap oleh adsorben, dan biasanya diatasi dengan peningkatan konsentrasi adsorben namun hasilnya tidak seperti yang diharapkan.2. Penarikan Air Penarikan air ini bertujuan untuk mengambil sejumlah air yang terkandung dalam minyak atsiri agar mutunya dapat meningkat dan warna menjadi lebih jernih. Pada penarikan air ini digunakan Na2SO4 yang berfungsi untuk menarik air dari minyak atsiri. Dengan penambahan Na2SO4 diharapkan kadar air yang terkandung dalam minyak dapat berkurang. Jika dengan penambahan awal Na2SO4 minyak tersebut belum menunjukkan penambahan kejernihan, maka kembali ditambahkan Na2SO4 ke dalam minyak tersebut. Hasil yang didapatnya adalah rendemen minyak atsiri sebesar 90%. Air yang dapat ditarik dengan penambahan Na2SO4 ini kurang banyak. Pemurnian minyak atsiri dengan metode penarikan air merupakan metode yang paling sederhana, ekonomis dan murah dalam pengerjaannya (Guenther, 1987). Metode penarikan air menggunakan Natrium sulfat anhidrat, ini dimaksudkan untuk menarik air yang masih terdapat dalam minyak atsiri dimana air akan ditarik oleh natrium sulfat anhidrat hingga dihasilkan minyak atsiri dengan kemurnian yang tinggi. Pengkelatan/Flokulasi Flokulasi atau pengkelatan adalah pengikatan logam dengan cara menambahkan senyawa pengkelat dan membentuk kompleks logam senyawa pengkelat (Ekholm et al., 2003). Proses pengkelatan dilakukan dengan cara yang sama dengan adsorpsi hanya dengan mengganti adsorben dengan senyawa pengkelat. Senyawa pengkhelat yang cukup dikenal dalam proses pemurnian minyak atsiri, antara lain asam sitrat, asam malat, asam tartarat dan EDTA (Karmelita, 1991; Marwati et al., 2005; Moestafa et al., 1990). Proses pengikatan logam merupakan proses keseimbangan pembentukan kompleks logam dengan senyawa pengkelat. Berarti proses pengkelatan dipengaruhi oleh konsentrasi senyawa yang ada, jenis pengkelat, kecepatan dan cara pengadukan, waktu kontak dan teknik penyaringan (Karmelita, 1991).Bahan pembentuk kompleks yang digunakan adalah EDTA dan minyak yang digunakan adalah minyak cengkeh. EDTA telah lama digunakan dalam tahap pemurnian pada industri minyak. Di beberapa negara di Eropa, pemurnian minyak dilakukan dengan menggunakan EDTA pada tahap bleaching dalam pemurnian kimia minyak. Pemurnian minyak dengan menggunakan EDTA juga dilakukan untuk memperoleh flavor yang baik dan stabilitas oksidasi pada minyak sedangkan asam sitrat mempunyai kemampuan sebagai chelating agent dalam menghilangkan katalis logam, selama pemurnian minyak yang telah dihidrogenasi. Proses pengikatan logam merupakan proses keseimbangan pembentukan kompleks logam dengan senyawa pengkelat. Berarti proses pengkelatan dipengaruhi oleh konsentrasi senyawa yang ada. Secara umum kesembangan reaksinya dapat ditulis sebagai berikut: L-+S- LSL = logam S = senyawa pengkelat LS = kompleks logam-senyawa pengkelat

Senyawa pengkelat yang digunakan adalah EDTA yang bersifat asam dengan ion negatif (-), sedangkan logam yang akan diikat bersifat positif karena adanya perbedaan muatan tersebut menyebabkan logam yang terdapat di dalam minyak atsiri dapat diikat dengan senyawa tersebut, sehingga minyak bebas dari logam. Proses flokulasi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kecepatan pengadukan, jenis flokulan dan banyaknya flokulan yang ditambahkan.Contoh proses pemurnian minyak atsiri dengan metode FlokulasiPada pemucatan minyak lemon, digunakan arang aktif seberat 0,5 gram untuk membuat minyak lemon tersebut menjadi murni. Masa arang aktif yang digunakan diperoleh dari 2% volume minyak atsiri yang digunakan. Karena penambahan arang aktif ini, warna minyak lemon menjadi lebih jernih dari sebelum penambahan arang aktif. Hal ini dikarenakan arang aktif dapat menyerap zat-zat pengkotor minyak atisiri tersebut. Pada penarikan air, digunakan Na2SO4 seberat 1% dari volume minyak atsiri. Dengan penarikan air ini menjadikan minyak lemon tampak lebih jernih. Hal ini disebabkan Na2SO4 dapat menyerap kandungan air yang terdapat di dalam minyak atsiri. Pada proses pengkelatan minyak atsiri digunakan EDTA sebanyak 0,5 ml untuk mengikat logam yang terdapat di dalam minyak lemon sebanyak 25 ml. Dari hasil percobaan pengkelat minyak lemon ini dihasilkan minyak lemon jernih sebesar 18,444 ml. Sehingga logam yang terikat dengan EDTA dapat dihitung dari jumlah minyak ditambah dengan jumlah EDTA dikurangi dengan jumlah minyak jernih yang dihasilkan, sebanyak 7,056 ml. Dengan demikian logam terikat yang diikat oleh EDTA sebanyak 6,556 ml dari minyak lemon. Dengan proses pengkelatan ini menjadikan minyak lemon menjadi lebih jernih dari sebelumnya karena logam yang terkandung didalamnya dapat diserap oleh senyawa-senyawa pengkelat, diantaranya adalah EDTA. Deterpenasi Deterpenasi merupakan teknik pemisahan dengan menggunakan pelarut. Pelarut yang digunakan berupa pelarut organik seperti alkohol, hexan, eter, dan sebagainya. Deterpenasi adalah pemisahan minyak atsiri dengan terpen. Proses ini bertujuan untuk menghasilkan senyawa atau flavor yang lebih kuat. Proses ini sangat berguna dalam menghasilkan minyak essens bermutu tinggi. Proses pemisahan menggunakan prinsip perbedaan massa jenis minyak dengan terpen. Setelah pencampuran dilakukan pemisahan sehingga terbagi menjadi 2 fasa, yaitu fasa polar dan non-polar. Fase ini terdiri atas minyak atsiri yang terlarut dalam senyawa nonpolar, sedangkan terpen terlarut dalam hidrokarbon-O (senyawa polar). Fase polar merupakan terpen yang terbentuk dan tidak diproses lanjut. Fasa yang diambil adalah fase non-polar yang selanjutnya dilakukan evaporasi dengan menggunakan rotary evaporator untuk memisahkan minyak dengan air. Terbentuknya 2 fasa ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Ketaren (1986) karena minyak atsiri pada minyak pala terdiri dari campuran senyawa non-polar (hidrokarbon) dan polar (hidrokarbon-O), maka pelarut yang digunakan terdiri dari kombinasi pelarut-pelarut polar dan non-polar sehingga fraksi hidrokarbon akan terdistribusi di lapisan pelarut non-polar, sedangkan fraksi hidrokarbon-O terdistribusi pada pelarut polar.Metode umum pemisahan atau pengurangan terpen yang digunakan menurut Wakayabashi (1961) dalam Djuanita (1995), yaitu destilasi bertingkat dalam kondisi vakum, ekstraksi secara selektif dengan menggunakan pelarut (cair-cair), dan kromatografi menggunakan gel silica. Namun, yang paling banyak digunakan adalah metode ekstraksi cair-cair atau menggunakan pelarut. Biasanya pelarut yang digunakan adalah pelarut polar dan non polar, dimana fraksi terpen akan terlarut dalam pelarut non polar dan fraksi terpen-o akan terlarut dalam pelarut polar. Metode penghilangan senyawa terpen atau terpenless biasa dilakukan terhadap minyak atsiri yang akan digunakan dalam pemuatan parfum, karena minyak yang dihasilkan akan memberikan aroma yang lebih baik (Hernani et al., 2002; Sait dan Satyaputra, 1995). Ada dua cara penghilangan terpen, yaitu dengan adsorpsi menggunakan kolom alumina menggunakan eluen tertentu dan ekstraksi menggunakan alkohol encer.