Konseling dan penapisan kb
-
Upload
operator-warnet-vast-raha -
Category
Education
-
view
2.413 -
download
2
Transcript of Konseling dan penapisan kb
KONSELING DAN PENAPISAN KB
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pelayanan Keluarga
Berencana
Kelas 6A
Disusun Oleh :
Suci Lestari 130103100001
Edvina Risma M 130103100006
Lina Lydia 130103100013
Conita Maolaya 130103100023
Meila Linggawati 130103100039
Rizma F. Lasari 130103100042
PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2012
KONSELING DAN PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS
Maksud dari konseling dan persetujuan tindakan medik adalah untuk mengenali
kebutuhan klien, membantu klien membuat pilihan yang sesuai dan memahami
tujuan dan risiko prosedur klinik terpilih.
KONSELING
Konseling merupakan proses pemberian informasi obyektif dan lengkap,
dilakukan secara sistematik dengan panduan komunikasi interpersonal, teknik
bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik yang bertujuan untuk
membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang
dihadapi, dan menentukan jalan keluar atau upaya mengatasi masalah tersebut.
(Saefudin, Abdul Bari : 2002).
Proses pemberian bantuan seseorang kepada orang lain dalam membuat suatu
keputusan atau memecahkan suatu masalah melalui pemahaman terhadap
fakta-fakta, harapan, kebutuhan dan perasaan-perasaan klien.
Proses melalui satu orang membantu orang lain dengan komunikasi, dalam
kondisi saling pengertian bertujuan untuk membangun hubungan, orang yang
mendapat konseling dapat mengekspresikan pikiran& perasaannya dengan
cara tertentu sesuai dengan situasi, melalui pengalaman baru, mamandang
kesulitan objektif sehingga dapat menghadapi masalah dengan tidak terlalu
cemas dan tegang.( SCA.C STEERING COOMUTE, 1996).
Jadi konseling kebidanan adalah bantuan kepada orang lain dalam bentuk
wawancara yang menuntut adanya komunikasi, interaksi yang mendalam dan
usaha bersama antara konselor (bidan) dengan konseli (klien) untuk mencapai
tujuan konseling yang dapat berupa pemecahan masalah, pemenuhan
kebutuhan ataupun perubahan tingkah laku/ sikap dalam ruang lingkup
pelayanan kebidanan”.
Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan Keluarga
Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi (KR). Dengan melakukan
konseling berarti petugas membantu klien dalam memilih dan memutuskan
jenis kontrasepsi yang akan digunakan sesuai dengan pilihannya.
Konseling adalah proses pertukaran informasi dan interaksi positif
antara klien-petugas untuk membantu klien mengenali kebutuhannya, memilih
solusi terbaik dan membuat keputusan yang paling sesuai dengan kondisi yang
sedang dihadapi.
Di samping itu dapat membuat klien merasa lebih puas. Konseling yang baik
juga akan membantu klien dalam menggunakan kontrasepsinya lebih lama
dan meningkatkan keberhasilan KB. Konseling juga akan mempengaruhi
interaksi antara petugas dan klien karena dapat meningkatkan hubungan dan
kepercayaan yang sudah ada.
Seringkali konseling diabaikan dan tidak dilaksanakan dengan baik karena
petugas tidak mempunyai waktu dan tidak menyadari pentingnya konseling.
Padahal dengan konseling klien akan lebih mudah mengikuti nasihat provider.
Konseling adalah proses yang berjalan dan menyatu dengan semua aspek
pelayanan Keluarga Berencana dan bukan hanya informasi yang diberikan
dan dibicarakan pada satu kesempatan yakni pada saat pemberian pelayanan.
Teknik konseling yang baik dan informasi yang memadai harus diterapkan
dan dibicarakan secara interaktif sepanjang kunjungan klien dengan cara yang
sesuai dengan budaya yang ada. Selanjutnya dengan informasi yang lengkap
dan cukup akan memberikan keleluasaan pada klien dalam memutuskan
untuk memilih kontrasepsi (Informed Choice) yang akan digunakannya.
1. Tujuan konseling KB
Konseling KB bertujuan membantu klien dalam hal:
Menyampaikan informasi dari pilihan pola reproduksi.
Memilih metode KB yang diyakini.
Menggunakan metode KB yang dipilih secara aman dan efektif.
Memulai dan melanjutkan KB.
Mempelajari tujuan, ketidakjelasan informasi tentang metode KB yang
tersedia.
2. Prinsip Konseling KB
Prinsip konseling KB meliputi: percaya diri / confidentiality; Tidak
memaksa / voluntary choice; Informed consent; Hak klien / clien’t
rights dan Kewenangan / empowerment.
3. Keuntungan Konseling KB
Konseling KB yang diberikan pada klien memberikan keuntungan kepada
pelaksana kesehatan maupunpenerima layanan KB.Adapunkeuntungannya
adalah:
Klien dapat memilih metode kontrasepsi yang sesuai dengan
kebutuhannya.
Puas terhadap pilihannya dan mengurangi keluhan atau penyesalan.
Cara dan lama penggunaan yang sesuai serta efektif.
Membangun rasa saling percaya.
Mengormati hak klien dan petugas.
Menambah dukungan terhadap pelayanan KB.
Menghilangkan rumor dan konsep yang salah.
4. Hak Pasien
Pasien sebagai calon maupun akseptor KB mempunyai hak sebagai
berikut:
Terjaga harga diri dan martabatnya.
Dilayani secara pribadi (privasi) dan terpeliharanya kerahasiaan.
Memperoleh informasitentang kondisi dan tindakan yang akan
dilaksanakan.
Mendapat kenyamanan dan pelayanan terbaik.
Menerima atau menolak pelayanan atau tindakan yang akan dilakukan.
Kebebasan dalam memilih metode yang akan digunakan.
5. Bagaimana sikap petugas kesehatan dalam melakukan konseling yang
baik terutama bagi calon klien KB baru?
Memperlakukan klien dengan baik
Petugas bersikap sabar, memperlihatkan sikap menghargai setiap klien, dan
menciptakan suatu rasa percaya diri sehingga klien dapat berbicara secara
terbuka dalam segala hal termasuk masalah-masalah pribadi sekalipun.
Petugas meyakinkan klien bahwa ia tidak akan mendiskusikan rahasia klien
dengan orang lain.
Interaksi antara petugas dan klien
Petugas harus mendengarkan , mempelajari dan menanggapi keadaan klien
karena setiap klien mempunyai kebutuhan dan tujuan reproduksi yang
berbeda. Bantuan terbaik seorang petugas adalah dengan cara memahami
bahwa klien adalah manusia yang membutuhkan perhatian dan bantuan. Oleh
karena itu , petugas harus mendorong agar klien berani berbicara dan
bertanya.
Memberikan informasi yang baik dan benar kepada klien
Dengan mendengarkan apa yang disampaikan klien berarti petugas belajar
mendengarkan informasi apa saja yang dibutuhkan oleh setiap klien. Sebagai
contoh pasangan muda yang baru menikah mungkin menginginkan lebih
banyak informasi mengenai masalah penjarangan kelahiran . Bagi perempuan
dengan usia dan jumlah anak cukup mungkin lebih menghendaki informasi
mengenai metode operasi (tubektomi dan vasektomi) . Sedangkan bagi
pasangan muda yang belum menikah mungkin yang dikehendaki adalah
informasi mengenai infeksi menular seksual (IMS). Dalam memberikan
informasi petugas harus menggunakan bahasa yang mudah dimengerti klien
dan hendaknya menggunakan alat bantu visual (ABPK).
Menghindari pemberian informasi yang berlebihan
Klien membutuhkan penjelasan yang cukup dan tepat untuk menentukan
pilihan (Informed Choice). Namun tidak semua klien dapat menangkap semua
informasi tentang berbagai jenis kontrasepsi. Terlalu banyak informasi yang
diberikan akan menyebabkan kesulitan bagi klien dalam mengingat informasi
yang penting. Hal ini disebut kelebihan informasi. Pada waktu memberikan
waktu bagi klien untuk berdiskusi, bertanya , dan mengajukan pendapat.
Membahas metode yang diingini klien
Apakah klien sudah mengerti mengenai jenis kontrasepsi , termasuk
keuntungan dan kerugiannya serta bagaimana cara penggunaannya.
Konseling mengenai kontrasepsi yang dipilih dimulai dengan mengenalkan
berbagai jenis kontrasepsi dalam program Keluarga Berencana. Petugas
mendorong klien untuk membuat suatu pilihan (informed choice). Jika tidak
ada halangan dalam bidang kesehatan sebaiknya klien mempunyai pilihan
kontrasepsi sesuai dengan yang dipilihnya, klien akan menggunakan
kontrasepsi tersebut lebih lama dan lebih efektif.
Membantu klien untuk mengerti dan mengingat
Petugas memberi contoh alat kontrasepsi dan menjelaskan pada klien agar
memahaminya dengan memperlihatkan bagaimana cara-cara penggunaannya.
Petugas juga memperlihatkan dan menjelaskan dengan flip charts, poster,
pamflet, atau halaman bergambar. Petugas juga perlu melakukan penilaian
bahwa klien telah mengerti. Jika memungkinkan, klien dapat membawa
bahan-bahan tersebut ke rumah. Ini akan membantu klien mengingat apa yang
harus dilakukan juga dapat memberi tahu kepada orang lain.
6. Peran Konselor KB
Proses konseling dalampraktik pelayanan kebidanan terutamapada pelayanan
keluarga berencana, tidak terlepas dari peran konselor.
Tugas seorang konselor adalah sebagai berikut:
⁻ Sahabat, pembimbing dan memberdayakan klien untuk membuat
pilihan yang paling sesuai dengan kebutuhannya.
⁻ Memberi informasi yang obyektif, lengkap, jujur dan akurat tentang
berbagai metode kontrasepsi yang tersedia.
⁻ Membangun rasa saling percaya, termasuk dalam proses pembuatan
Persetujuan Tindakan Medik.
7. Ciri Konselor Efektif
⁻ Memperlakukan klien dengan baik.
⁻ Berinteraksi positif dalam posisi seimbang.
⁻ Memberikan informasi obyektif, mudah dimengerti dan diingat serta
tidak berlebihan.
⁻ Mampu menjelaskan berbagai mekanisme dan ketersediaan metode
konstrasepsi.
⁻ Membantu klien mengenali kebutuhannya dan membuat pilihan yang
sesuai dengan kondisinya.
8. Jenis Konseling
Jenis konseling terbagi menjadi tiga, yaitu:
a. Konseling umum
Konseling umum dapat dilakukan oleh petugas lapangan keluarga
berencana atau PLKB. Konseling umum meliputi penjelasan umum dari
berbagai metode kontrasepsi untuk mengenalkan kaitan antara kontrasepsi,
tujuan dan fungsi reproduksi keluarga.
b. Konseling spesifik
Konseling spesifik dapat dilakukan oleh dokter / bidan /
konselor. Konseling spesifik berisi penjelasan spesifik tentang metode
yang diinginkan, alternatif, keuntungan-keterbatasan, akses, dan fasilitas
layanan.
c. Konseling pra dan pasca tindakan
Konseling pra dan pasca tindakan dapat dilakukan oleh operator / konselor
/ dokter / bidan. Konseling ini meliputi penjelasan spesifik tentang
prosedur yang akan dilaksanakan (pra, selama dan pasca) serta penjelasan
lisan / instruksi tertulis asuhan mandiri.
9. Faktor Penghambat Konseling
Faktor penghambat dalam konseling antara lain :
1. Faktor individual
Keterikatan budaya merupakan faktor individual yang dibawa seseorang
dalam melakukan interaksi. Orientasi ini merupakan gabungan dari :
a. faktor fisik atau kepekaan panca indera, usia dan seks;
b. sudut pandang terhadap nilai-nilai;
c. faktor sosial pada sejarah keluarga dan relasi, jaringan sosial, peran
dalam masyarakat, status sosial;
d. bahasa.
2. Faktor yang berkaitan dengan interaksi
a. tujuan dan harapan terhadap komunikasi;
b. sikap terhadap interaksi;
c. pembawaan diri terhadap orang lain;
d. sejarah hubungan.
3. Faktor situasional
Kompetensi dalam melakukan percakapan : Komunikasi dikatakan efektif
bila ada sikap perilaku kompeten dari kedua belah pihak. Keadaan yang
dapat menyebabkan putusnya komunikasi adalah :
a. kegagalan informasi penting;
b. perpindahan topik bicara;
c. tidak lancar;
d. salah pengertian.
10. Langkah-Langkah Konseling KB (SATU TUJU)
Teknik Konseling Gallen dan Leitenmaier, 1987
Teknik konseling menurut Gallen dan Leitenmaier (1987), lebih dikenal
dengan GATHER yaitu:
G : Greet respectully
A : Ask, Assess needs
T : Tell information
H : Help choose
E : Explain dan demonstrate
R : Refer or Return visit
Dalam bahasa Indonesia, juga lebih dikenal dengan SATU TUJU yang
meliputi:
Sa : Salam
T : Tanya
U : Uraikan
Tu : Bantu
J : Jelaskan
U : Kunjungan ulang atau rujuk
Dalam memberikan konseling, khususnya bagi calon klien KB yang baru,
hendaknya dapat diterapkan enam langkah yang sudah dikenal dengan kata
kunci SATU TUJU. Penerapan SATU TUJU tersebut tidak perlu dilakukan
secara berturut-turut karena petugas harus menyesuaikan diri dengan
kebutuhan klien. Beberapa klien membutuhkan lebih banyak perhatian pada
langkah yang satu dibanding dengan langkah yang lainnya. Kata kunci SATU
TUJU adalah sebagai berikut.
SA: SApa dan Salam kepada klien secara terbuka dan sopan. Berikan
perhatian sepenuhnya kepada mereka dan berbicara di tempat yang
nyaman serta terjamin privasinya. Yakinlah klien untuk membangun rasa
percaya diri. Tanyakan kepada klien apa yang perlu dibantu serta jelaskan
pelayanan apa yang dapat diperolehnya.
T: Tanyakan pada klien informasi tentang dirinya. Bantu klien untuk
berbicara mengenai pengalaman Keluarga Berencana dan Kesehatan
Reproduksi, tujuan, kepentingan, harapan , serta keadaan kesehatan dan
kehidupan keluarganya. Tanyakan kontrasepsi yang diinginkan oleh klien.
Berikan perhatian kepada klien apa yang disampaikan klien sesuai dengan
kata-kata, gerak isyarat dan caranya. Coba tempatkan diri kita di dalam
hati klien . Perlihatkan bahwa kita memahami. Dengan memahami
pengetahuan, kebutuhan dan keinginan klien, kita dapat membantunya.
U: Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa pilihan
reproduksi yang paling mungkin, termasuk pilihan beberapa jenis
kontrasepsi. Bantulah klien pada jenis kontrasepsi yang paling dia ingini,
serta jelaskan pula jenis-jenis kontrasepsi lain yang ada. Juga jelaskan
alternatif kontrasepsi lain yang mungkin diingini oleh klien. Uraikan juga
mengenai risiko penularan HIV AIDS dan pilihan metode ganda.
TU: BanTUlah klien menentukan pilihannya. Bantulah klien berfikir
mengenai apa yang paling sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya.
Doronglah klien untuk menunjukkan keinginannya dan mengajukan
pertanyaan. Tanggapilah secara terbuka. Petugas membantu klien
mempertimbangkan kriteria dan keinginan klien terhadap setiap jenis
kontrasepsi. Tanyakan juga apakah pasangannya akan memberikan
dukungan dengan pilihan tersebut. Jika memungkinkan diskusikan
mengenai pilihan tersebut kepada pasangannya. Pada akhirnya yakinlah
bahwa klien telah membuat suatu keputusan yang tepat. Petugas dapat
menanyakan apakah Anda sudah memutuskan pilihan jenis kontrasepsi?
Atau apa jenis kontrasepsi terpilihh yang akan digunakan?
J:Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi pilihannya
. Setelah klien memilih jenis kontrasepsinya, jika diperlukan, perlihatkan
alat/obat kontrasepsinya. Jelaskan alat / obat kontrasepsi tersebut
digunakan dan bagaiamana cara penggunaannya. Sekali lagi doronglah
klien untuk bertanya dan petugas menjawab secara jelas dan terbuka. Beri
penjelasan juga tentang manfaat ganda metode kontrasepsi, misalnya
kondom yang dapat mencegah infeksi menular seksual (IMS). Cek
pengetahuan klien tentang penggunaan kontrasepsi pilihannya dan puji
klien apabila dapat menjawab dengan benar.
U: Perlunya dilakukan kunjungan Ulang. Bicarakan dan buatlah perjanjian
kapan klien akan kembali untuk melakukan pemeriksaan lanjutan atau
permintaan kontrasepsi jika dibutuhkan. Perlu juga selalu mengingatkan
klien untuk kembali apabila terjadi suatu masalah.
11. Di Mana dan Siapa yang Harus Memberikan Informasi dan
Konseling
Kenyataan yang ada di lapangan adalah tidak semua sarana kesehatan dapat
dijangkau oleh klien. Oleh karena itu tempat pelayanan konseling untuk
melayani masyarakat yang membutuhkannya dapat dilakukan pada 2 (dua)
jenis tempat pelayanan konseling, yaitu:
Konseling KB di Lapangan (nonklinik)
Dilaksanakan oleh para petugas di lapangan yaitu PPLKB, PLKB,
PKB, PPKBD, Sub PPKBD, dan kader yang sudah mendapatkan
pelatihan konseling yang standar. Tugas utama dipusatkan pada
pemberian informasi KB, baik dalam kelompok kecil maupun secara
perseorangan. Adapun informasi yang diberikan mencakup:
⁻ Pengertian manfaat perencanaan keluarga
⁻ Proses terjadinya kehamilan/reproduksi sehat
⁻ Informasi berbagai kontrasepsi yang benar dan lengkap
Konseling KB di klinik
Dilaksanakan oleh petugas medis dan paramedis terlatih di klinik yaitu
dokter, bidan, perawat serta bidan di desa. Pelayanan konseling yang
dilakukan di klinik diupayakan agar diberikan secara perseorangan di
ruangan khusus.
Pelayanan konseling di klinik dilakukan untuk melengkapi dan sebagai
pemantapan hasil konseling di lapangan, mencakup hal-hal berikut:
⁻ Memberikan informasi KB yang lebih rinci sesuai dengan
kebutuhan klien.
⁻ Memastikan klien memilih kontrasepsi lain seandainya yang
dipilih ternyata tidak sesuai dengan kondisi kesehatannya.
⁻ Merujuk klien seandainya kontrasepsi yang dipilih tidak tersedia di
klinik atau jika klien membutuhkan bantuan medis dari ahli
seandainya dalam pemeriksaan ditemui masalah kesehatan lain.
⁻ Memberikan konseling pada kunjungan ulang untuk memastikan
bahwa klien tidak mengalami keluhan dalam penggunaan
kontrasepsi pilihannya.
12. Konseling KB dan Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal dalam pelayanan kesehatan menggunakan :
a. Motivasi
Motivasi pada pasien KB meliputi:
⁻ Berfokus untuk mewujudkan permintaan, bukan pada kebutuhan
individuklien;
⁻ Menggunakan komunikasi satu arah;
⁻ Menggunakan komunikasi individu, kelompok atau massa.
b. Pendidikan KB
Pelayanan KB yang diberikan pada pasien
mengandung unsur pendidikan sebagai berikut:
⁻ Menyediakan seluruh informasi metode yang tersedia;
⁻ Menyediakan informasi terkini dan isu;
⁻ Menggunakan komunikasisatu arah atau dua arah;
⁻ Dapat melalui komunikasi individu, kelompok atau massa;
⁻ Menghilangkan rumor dan konsep yang salah.
c. Konseling KB
Konseling KB antara lain:
⁻ Mendorong klien untuk mengajukan pertanyaan;
⁻ Menjadi pendengar aktif;
⁻ Menjamin klien penuh informasi;
⁻ Membantu klien membuat pilihan sendiri.
13. Mengapa Informed Choice Penting
Informed choice merupakan bentuk persetujuan pilihan tentang:
Metode kontrasepsi yang dipilih oleh klien setelah memahami
kebutuhan reproduksi yang paling sesuai dengan dirinya / keluarganya;
Pilihan tersebut merupakan hasil bimbingan dan pemberian informasi yang
obyektif, akurat dan mudah dimengerti olehklien; Pilihan yang diambil
merupakan yang terbaik dari berbagai alternatif yang tersedia.
Klien yang informed choice akan lebih baik dalam menggunakan KB, karena:
Informed choice adalah suatu kondisi peserta/calon peserta KB yang
memilih kontrasepsi didasari oleh pengetahuan yang cukup setelah
mendapat informasi yang lengkap melalui KIP/K.
Memberdayakan para klien untuk melakukan informed choice adalah
kunci yang baik menuju pelayanan KB yang berkualitas.
Bagi calon peserta KB baru, informed choice merupakan proses
memahami kontrasepsi yang akan dipakainya.
Bagi peserta KB apabila mengalami gangguan efek samping, komplokasi
dan kegagalan tidak terkejut karena sudah mengerti tentang kontrasepsi
yang akan dipilihnya.
Bagi peserta KB tidak akan terpengaruh oleh rumor yang timbul di
kalangan masyarakat.
Bagi peserta KB apabila mengalami gangguan efek samping, komplikasi
akan cepat berobat ke tempat pelayanan.
Bagi peserta KB yang informed choice berarti akan terjaga kelangsungan
pemakaian kontrasepsinya.
14. Alat Bantu Pengambilan Keputusan
Saat ini sudah tersedia Lembar Balik yang dikembangkan WHO dan telah
diadaptasi untuk Indonesia oleh STARH untuk digunakan dalam konseling.
ABPK membantu petugas melakukan konseling sesuai standar dengan adanya
tanda pengingat mengenai keterampilan konseling yang perlu dilakukan dan
informasi apa yang perlu diberikan yang disesuaikan dengan kebutuhan klien.
ABPK sekaligus mengajak klien bersikap lebih partisipatif dan membantu
klien untuk mengambil keputusan.
15. Persetujuan Tindakan Medis (Informed Consent)
Pemberian Informasi yang Lengkap
Informed consent adalah bukti tertulis tentang persetujuan terhadap prosedur
klinik suatu metode kontrasepsi yang akan dilakukan pada klien.
Harus ditandatangani oleh klien sendiri atau walinya apabila akibat kondisi
tertentu klien tidak dapat melakukan hal tersebut.
Persetujuan diminta apabila prosedur klinik mengandung risiko terhadap
keselamatan klien (baik yang terduga atau tak terduga sebelumnya).
Persetujuan tindakan medik (Informed Consent) berisi tentang
kebutuhan reproduksi klien, informed choice, dan prosedur klinik yang akan
dilakukan; ada penjelasan tentang risiko dalam melakukan prosedur klinik
tersebut; standar prosedur yang akan dilakukan dan upaya untuk
menghindarkan risiko; klien menyatakan mengerti tentang
semua informasi tersebut diatas dan secara sadar memberikan persetujuannya.
Informed consent juga dilakukan pada pasangannya dengan alasan sebagai
berikut :
Aspek hukum, hanya saksi yang mengetahui bahwa pasangannya secara sadar
telah memberikan persetujuan terhadap tindakan medik.
Suami tidak dapat menggantikan posisi istrinya untuk memberikan
persetujuan (atau sebaliknya) kecuali pada kondisi khusus / tertentu.
Secara kultural (Indonesia) suami selalu menjadi penentu dalam memberikan
persetujuan tetapi secarahukum, hal tersebut hanya merupakan persetujuan
terhadap konsekuensi biaya dan pemahaman risiko (yang telah dijelaskan
sebelumnya) yang mungkin timbul dari prosedur klinik yang akan dilakukan.
Setiap pemakaian kontrasepsi harus memperhatikan hak-hak reproduksi
individu dan pasangannya, sehingga harus diawali dengan pemberian
informasi yang lengkap . Informasi yang diberikan kepada klien / calon klien
KB tersebut harus disampaikan selengkap-lengkapnya, jujur dan benar
tentang metode kontrasepsi yang akan digunakan oleh calon/klien KB
tersebut. Dalam memberikan informasi ini penting sekali adanya komunikasi
verbal antara bidan dan klien. Ada anggapan banyak klien sering melupakan
informasi lisan yang telah diberikan oleh dokter/bidan . oleh sebab itu, untuk
mencegah hal tersebut perlu diberikan pula informasi tertulis dan jika perlu,
dibacakan kembali.
16. Pengertian Persetujuan Tindakan Medis
Jika kontrasepsi yang dipilih klien memerlukan tindakan medis, surat
Persetujuan Tindakan Medis (Informed Consent) diperlukan. Yang
dimaksud dengan informed consent adalah persetujuan yang diberikan
oleh klien atau keluarganya atas dasar informasi dan penjelasan mengenai
tindakan medis yang akan dilakukan terhadap klien tersebut.
Setiap tindakan medis mengandung risiko harus dengan persetujuan
tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak memberikan persetujuan ,
yaitu klien yang bersangkutan dalam keadaan sadar dan sehat mental.
17. Persetujuan Tindakan Medis oleh Pasangan Suami Istri
Dengan dilakukannya tindakan medis termasuk kontrasepsi mantap, maka
pengaruhnya terhadap lembaga perkawinan itu sendiri cukup besar sehingga
izin harus dari kedua belah pihak. Hal ini berbeda dengan tindakan medis
lainnya yang tidak menyangkut organ reproduksi yang izinnya terutama
diberikan oleh pihak yang akan mengalami tindakan tersebut.
18. Daftar Tilik untuk Petugas
Pada halaman belakang lembar persetujuan tindakan medis terdapat daftar tilik
untuk petugas yang digunakan untuk mengingatkan petugas adanya beberapa
aspek yang harus dijelaskan kepada klien melalui beberapa pertanyaan yang
berkaitan dengan metode kontrasepsi mantap pria/perempuan, implan , dan
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) (cara kerja, kontra indikasi, efek
samping, komplikasi, kegagalan, keuntungan / kerugian, jadual/tempat
kunjungan ulang, persyaratan kontap pria/perempuan dan rekanalisasi serta
keberhasilannya, risiko pencabutan AKDR/implan dan jadual pencabutannya,
serta kategori pencabutan AKDR/implan). Pertanyaan tersebut harus dijawab
sendiri oleh petugas dalam mengisi kode pada kotak yang sesuai.
19. Catatan Tindakan dan Pernyataan
Sesudah calon peserta dan pasangannya menandatangani informed consent
pelayanan kontrasepsi baru dilakukan. Pada halaman belakang Lembar
Persetujuan Tindakan Medis terdapat catatan tindakan dan pernyataan tersebut
memuat catatan tindakan yang dilakukan yaitu metode, keberhasilan tindakan ,
waktu, serta, pernyataan dari petugas bahwa pelayanan yang diberikan sudah
sesuai dengan standar.
PENAPISAN
Upaya untuk melakukan telaah dan kajian tentang kondisi kesehatan klien
dengan kesesuaian penggunaan metode kontrasepsi yang diinginkan.
Tujuan Sesi
Mengetahui mekanisme kerja alat kontrasepsi dan pengaruhnya terhadap
fungsi normal tubuh
Menyelaraskan metode yang diinginkan dengan kondisi kesehatan klien
Menentukan kondisi kesehatan klien yang paling memungkinkan untuk
satu metode terpilih atau berbagai alternatif yang ada
Tujuan Penapisan Klien
Untuk menentukan:
Apakah ada masalah medik, kondisi biologik sebagai penyulit teknis, tidak
terpenuhinya syarat teknis-medik yang dapat menghalangi penggunaan
metode KB tertentu.
Apakah perlu dilakukan penilaian/pengelolaan lanjut terhadap masalah
medik yang ditemukan agar penggunaan kontrasepsi memungkinkan.
Perencanaan Keluarga Dan Penapisan Klien
Seorang perempuan telah dapat melahirkan, segera setelah ia mendapat
haid yang pertama (menarche)
Keseburan seoramg perempuan akan terus berlangsung sampai
berhentinya haid (menopuse)
Kehamilan dan kelahiran terbaik, artinya resiko rendah untuk ibu dan anak
adalah antara 20-35 tahun.
Persalinan pertama dan kedua paling rendah resikonya
Jarak antara 2 kelahiran sebaiknya 2-4 tahun.
Penapisan klien
Tujuan utama penapisan klie sebelum pemberian suatu kontrasepsi adalah untuk
menentukan apakah ada :
Kehamilan
Keadaan yang membutuhkan perhatian khusus
Masalah (misalnya diabetes atau tekanan darah tinggi) yang membuuhkan
pengamatan dan pengelolaan lanjut.
Penapisan Klien
(alasan untuk tidak melakukan pemeriksaan dalam atau laboratorium)
Kecuali untuk AKDR dan kontrasepsi mantap, pada umumnya tidak diperlukan
pemeriksaan dalam atau laboratorium karena:
Sebagian besar klien berusia diantara 16-35 tahun dan sehat
Insidensi keganasan atau tumor genitalia jarang terjadi pada golongan
usia di atas
Kandungan hormon pada alat kontrasepsi masa kini, berkualitas baik
dan efektif pada dosis rendah sehingga jarang menimbulkan efek
samping atau komplikasi serius
Klien tidak hamil apabila:
Tidak sanggama sejak haid terakhir
Sedang menggunakan alat kontrasepsi efektif secara baik dan benar
Dalam 7 hari pertama haid terakhir
Dalam 4 minggu pascapersalinan
Dalam 7 hari pascakeguguran
Memberi ASI eksklusif dan belum haid
Bagaimana bila klien mungkinhamil?
Pemeriksaan bimanual hanya dapat mendeteksi kehamilan di atas 6
minggu
Uji kehamilan tidak selalu memberikan kepastian kecuali bila
menggunakan jenis yang sangat sensitif
Jika tidak tersedia uji kehamilan, anjurkan memakai kondom hingga
haid berikut atau observasi kepastian hamil
Penapisan Untuk Semua Metode
Untuk AKDR
Riwayat hubungan seksual selain dengan pasangannya
PMS/STI lainnya pada 3 bulan kebelakang
Infeksi Pelvik atau KET (dalam 3 bulan terakhir)
Menometroragia
Haid berkepanjangan (>8 hari)
Dismenore berat (perlu analgesik atau istirahat)
Metroragia atau perdarahan bercak setelah menggunakan kontrasepsi
Penyakit katup jantung simptomatik
Maka apabila terdapat tanda-tanda seperti di atas klien tidak dapat menggunakan
AKDR yang mengandung progestin
Penapisan Klien KB suntik dan Pil
Tujuan utama penapisan klien sebelum pemberian metode suntik dan pil
adalah untu menentukan:
1. Adanya keadaa yang membutuhkan perhatian khusus
2. Adanya masalah yang membutuhkan perhatian khusus
Daftar Tilik Penapisan Kliaen Suntik dan Pil
No Keadaan Klien YA TIDAK
1 Hari pertama Haid terakhir 7 hari yang lalu atau lebih
2 Menyusui dan kurang dari 6 minggu pasca persalinan¹⁾²⁾
3 Perdarahan/ perdarahan bercak antara haid setelah
senggama
4 Ikterus pada kulit atau mata
5 Nyeri kepala hebat/ gangguan visual
6 Nyeri hebat pada betis,paha,dada,atau tungkak bengkak
(edema)
7 Tekanan darah diatas 150 mmHg(sistolik) atau 90
mmHg(diastolik)
8 Massa atau benjolan pada payudara
9 Sedang minum (mengkonsumsi) obat-obatan anti
kejang(epilepsi)³⁾
Keterangan :
a. apabila klien menyusui dari 6 minggu pasca persalinan maka pil
kombinasi adalah metode pilihan terakhir.
b. tidak cocok untuk pil progestin (mini pil), suntikan (DMPA NET-ET)
c. Tidak cocok untuk suntikan progestin (DMPA atau NET-ET)
Jika semua jawaban diatas adalah “Tidak” dan tidak dicurigai adanya kehamilan
dapat diteruskan dengan konseling khusus. Bila respon banyak yang “Ya” berarti
klien perlu dievaluasi sebelum keputusan akhir dibuat.
Catatan : klien tidak selalu memberikan informasi yang benar tentang kondisi
diatas. Namun, petugas harus mengetahui bagaimana keadaan klien sebenarnya.
Bila diperlukan petugas dapat mengulang pertanyaan dengan cara yang berbeda.
Juga perlu diperhitungkan masalah social, budaya, atau agama yang mungkin
berpengaruh terhadap espon klien tersebut ( dan pasangannya).
Bagaimana menyakini klien tidak dalam keadaan hamil, yaitu apabila:
a) Tidak senggama sejak haid terakhir
b) Sedang memakai metode efektif secara baik dan benar
c) Sekarang di dalam 7 hari pertama haid terakhir
d) Didalam 4 minggu pasca persalinan
e) Dalam 7 pasca keguguran
f) Menyusui dan tidak haid (MAL)
Daftar tilik penapisan klien
Metode Hormonal (Pil Kombinasi, Pil Progestin,
Suntikan Dan Susuk)Ya Tidak
Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu atau
lebih?
Apakah menyusui dan < 6 minggu pascapersalinan? 1,2
Apakah mengalami perdarahan pervaginam bercak
antara haid setelah senggama?
Apakah pernah ikterus pada kulit atau mata?
Apakah pernah nyeri kepala hebat atau gangguan
visual?
Apakah pernah nyeri hebat pada betis, paha atau dada,
atau tungkai bengkak (edema)?
Apakah pernah mengalami tekanan darah > 160 mmhg
(sistolik) atau ? 90 mmhg (diastolik)?
Apakah ada masa atau benjolan payudara?
Apakah klien sedang mengkonsumsi obat-obatan anti
kejang (epilepsi)? 3
AKDR (Semua Jenis Pelepas Tembaga dan Progestin)
Apakah klien (pasangan) mempunyai pasangan lain?
Apakh pernah mengalami IMS?
Apakah pernah mengalami kehamilan ektopik atau
radang panggul?
Apakah pernah mengalami haid banyak ( >1-2 pembalut
setiap 4 jam)?
Apakah pernah mengalami haid lama ( > 8 hari )?
Apakah pernah mengalami dismenorea berat yang
membutuhkan analgetikadan atau ibtirahat baring?
Apakah pernah mengalami perdarahan/perdarahan
bercak antra haid atau detelah senggama?
Apakah pernah mengalami penyakit jantung vaskular
atau kongital?
1. Apabila klien menyusui dan kurang dari 6 minggu pascapersalinan muda
pil kombinasi adalah metode pilihan akhir.
2. Tidak cocok untuk pil progestin ( minipil ), suntikan ( DMPA atau NET-
ET ) atau susuk
3. Tidak cocok untuk suntikan progestin ( DMPA atau NET-ET )
Selain itu, dahulu tenaga kesehatan cenderung menggunakan syarat pemakaian
metode kontrasepsi secara berlebihan sehingga mempengaruhi pemilihan metode
kontrasepsi dari klien. Akibatnya, banyak permintaan pemeriksaan laboratorium
yang sebenarnya tidak diperlukan ( misalnya pemeriksaan kolesterol, fungsi hati,
glukosa atau pap smear ).
Walaupun permintaan menjadi klien keluarga berencana meningkat, kemampuan
pelayanan terbatas karena tidak tersedianya laboratorium untuk pemeriksaan yang
diminta. Keadaan ini merupakan hambatan terhadap pemilihan kontrasepsi dan
pelaksanaan pelayanan. Karena itu agar klien dapatb memperoleh cara kontrasepsi
yang terbaik sesuai dengan pilihannya, penilaian calon klien harus dibatasi pada
prosedur yang diperlukan untuk semua klien pada setiap tatanan.
Jika semua keadaan diatas adalah “ tidak “ (negatif) dan tidak dicurigai adanya
kehamilan, maka dapat diteruskan dengan konseling metode khusus. Bila respon
banyak yang “ ya “ (positif), berarti klien perlu dievaluasi sebelum keputusan
akhir dibuat.
Catatan :
Klien tidak selalu memberikan informasi yang benar tentang kondisi diatas.
Namun,petugas kesehatan hams mengetahui bagaimana keadaan klien sebenarnya.
Bila diperlukan, petugas dapat mengulangi pertanyaan dengan cara yang berbeda.
Juga perlu diperhatikan masalah sosial, budaya atau agama yang mungkin
berpengaruh terhadap respon klien tersebut ( dan pasangannya ).
Tabel 2-2 : Daftar Penapisan Klien. Metode Operasi ( Tubektomi )
Keadaan klien Dapat dilakukan pada
fasilitas rawat jalan
Dilakukan difasilitas
rujukan
Keadaan umum
( anamnesa dan
Keadaan umum baik,
tidak ada tanda-tanda
Diabetes tidak terkontrol,
riwayat gangguan
pemeriksaan fisik ) penyakit jantung, paru
atau ginjal
pembekuan darah, ada
tanda-tanda penyakit
jantung, paru atau ginjal
Keadaan emosional Tenang Cemas, takut
Tekanan darah < 160/100 mmhg 160/100mmhg
Berat badan 35-85 kg >85 kg ; >35 kg
Riwayat operasi
abdomen/ panggul
Bekas secsio sesarea
( tanpa perlekatan )
Operasi abbdomen
lainnya, perlekatan atau
terdapat kelainan pada
pemeriksaan panggul
Riwayat radang panggul,
hamil ektopik, apendisitis
Pemeriksaan dalam
normal
Pemeriksaan dalam ada
kelainan
anemia Hb 8 g% Hb < 8 g%
Tabel 2-3 : daftar Tilik Penapisan Klien. Metode Operasi ( Vasektomi )
Keadaan klien Dapat dilakukan pada
fasilitas rawat jalan
Dilakukan di fasilitas
rujukan
Keadaan umum
( anamnesis dan
pemeriksaan fisik )
Keadaan umum baik ,
tidak ada tanda-tanda
penyakit jantung, paru
atau ginjal
Diabetes tidak terkontrol,
riwayat gangguan
pembekuan darah, ada
tanda-tanda penyakit
jantung, paru atau ginjal
Keadaan emosional tenang Cemas, takut
Tekanan darah < 160/100 mmhg 160/100mmhg
Infeksi atau kelainan
skrotum/ inguinal
normal Tanda-tanda infeksi atau
ada kelainan
Anemia Hb 8 g% Hb < 8 g%
Bagaimana meyakini bahwa klien tidak hamil
Klien tidak hamil apabila :
1. Tidak senggama sejak haid terakhir
2. Sedang memakai metode efektif secara baik dan benar
3. Sekarang didalam 7 hari pertama haid terakhir
4. Didalam 4 minggu pascapersalinan
5. Dalam 7 hari pasca keguguran
6. Menyusui dan tidak haid ( lihat bawah )
Pemeriksaan fisik jarang dibutuhkan , kecuali untuk menyingkirkan kehamilan
yang lebih dari 6-8 minggu.
Laboratorium
Uji kehamilan yang biasa tidak selalu menolong, kecuali tersedia uji kehamilan
yang lebih sensitif. Jika tidak tersedia tes kehamilan yang sensitif, klien
dianjurkan memakai kontrasepsi barier sampai haid berikutnya.
Amenorea Laktasi sebagai Andalan Cara Kontrasepsi
Metode Amenorea Laktasi ( MAL ) sangat efektif mencegah kehamilan
( pencegahan 98% jika dilaksanakan secara benar pada 6 bulan pertama
pascapersalinan;ekslusif ASI ( lebih daari 8x sehari ) ; pencegahan 93% jika
dilaksanakan sampai 12 bulan pascapersalinan).
Pada perpanjangan mamsa menyusui petugas kesehatan dapat meyakinkan bahwa
wanita tersebut tidak akan hamil bila sampai 6 bulan pascapersalinan
melaksanakan MAL dengan baik.
Untuk klien yang akan memakai kontrasepsi jangka panjang ( suntikan, Norplant
atau AKDR ) dan sudah lebih 6 bulan pascapersalinan disarankan untuk dilakukan
pemeriksaan dalam guna menyingkirkan kehamilan.
Prosedur penapisan klien
Prosedur
KBA
atau
MAL
Metode
barier
Metode
Hormonal (Pil
Kombinasi, Pil
Progestin/Suntik
/ Implan)
AKDRKontap
Wanita
Penapisan
reproduksiTidak Tidak Ya (lihat daftar)1
Ya (lihat
daftar)
Ya (lihat
daftar)2
Seleksi
ISR/IMS
resiko tinggi
Tidak Tidak Tidak Ya Ya
Pemeriksaan Tidak Tidak Tidak 3 ya -
Wanita umum - - Tidak - Ya
Abdomen - - Tidak Ya Ya
Pemeriksaan
spekulum- Tidak Tidak Ya Ya
Pemeriksan
dalam- Ya Tidak Ya Ya
Pria (lipat
paha, penis,
testis skrotum)
- Tidak - - Ya
1. Metode hormonal
2. Oklusi tba dan vasektomi
3. Bila ceklis penapisan benar semua “tidak” pemeriksaan tidak diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA
1. BKKBN. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
2. Hartanto.2003. Buku Acuan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : ISBN
3. Hanafi. 2001. Buku Acuan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : ISBN
4. Di akses dari : http://www.bkkbn.go.id/artikel/Pages/Alat-Bantu-
Komunikasi-Interpersonal-atauKonseling-KB.aspx
5. Di akses dari :
http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com/2011/03/makalah-tentang-
mempraktekkan-program.html
6. Di akses dari: http://www.scribd.com/doc/80551669/Advokasi-Dan-
Kie
7. Di akses dari: http://www.scribd.com/doc/77418456/KB