PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …
Embed Size (px)
Transcript of PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

i
i
PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP
PADA GLI-DYNABEADS SECARA ULTRA FAST LIQUID
CHROMATOGRAPHY (UFLC) DARI EKSTRAK METANOL
BEBERAPA TANAMAN SUKU LAMIACEAE DAN
PIPERACEAE
DEFI LIESTIAWATI PHINHAER N111 08 305
PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2013

ii
ii
PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA GLI-
DYNABEADS SECARA ULTRA FAST LIQUID CHROMATOGRAPHY
(UFLC) DARI EKSTRAK METANOL BEBERAPA TANAMAN SUKU
LAMIACEAE DAN PIPERACEAE
SKRIPSI
Untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar sarjana
DEFI LIESTIAWATI PHINHAER
N111 08 305
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2013

iii
iii
PERSETUJUAN
PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA GLI-
DYNABEADS SECARA ULTRA FAST LIQUID CHROMATOGRAPHY
(UFLC) DARI EKSTRAK METANOL BEBERAPA TANAMAN SUKU
LAMIACEAE DAN PIPERACEAE
DEFI LIESTIAWATI PHINHAER
N111 08 305
Disetujui oleh :
Pembimbing Utama,
Yusnita Rifai, S.Si., M.Pharm., Ph.D.,Apt. NIP. 19751117 200012 2 001
Pembimbing Pertama,
Subehan, S.Si.,M.Pharm.Sc., Ph.D., Apt. NIP. 19750925 200112 1 002
Pada tanggal, 2013

iv
iv
PENGESAHAN
PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA GLI-
DYNABEADS SECARA ULTRA FAST LIQUID CHROMATOGRAPHY
(UFLC) DARI EKSTRAK METANOL BEBERAPA TANAMAN SUKU
LAMIACEAE DAN PIPERACEAE
Oleh :
DEFI LIESTIAWATI PHINHAER
N111 08 305
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin
Pada Tanggal 2013
Panitia Penguji Skripsi
1. Ketua
Prof.Dr.Hj.Asnah Marzuki, M.Si., Apt. :………………..
2. Sekretaris
Dr.Hj.Latifah Rahman, DESS., Apt. : ……………….
3. Ex Officio
Yusnita Rifai, S.Si., M.Pharm., Ph.D., Apt. : ……………….
4. Ex Officio
Subehan, S.Si.,M.Pharm.Sc., Ph.D., Apt. : ……………….
5. Anggota
Abdul Rahim, S.Si., M.Si., Apt. : ……………….
Mengetahui :
Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Hasanuddin
Prof. Dr. Elly Wahyudin, DEA., Apt. NIP. 19560114 198601 2 001

v
v
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah karya saya
sendiri, tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh
gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan
saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti bahwa pernyataan saya ini tidak
benar, maka skripsi dan gelar yang diperoleh, batal demi hukum.
Makassar, 2013
Penyusun,
DEFI LIESTIAWATI P.

vi
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Subhanallahu Wal Hamdulillahu Wa Laa Ilaaha Illallahu Wallahu
Akbar. Tiada kata terindah yang patut keluar dari lisan penulis, selain kata
“syukur” ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta‟ala yang telah melimpahkan rahmat
dan inayah-Nya kepada penulis sehingga skripsi ini bisa terselesaikan. Shalawat
serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita, Nabiyullah Muhammad
Shallallahu „alaihi Wasallam, khataamul ‘anbiyaa dan Rasul pembawa panji-panji
Islam yang selalu menjadi semangat perjuangan kita dalam setiap langkah kita
menuju ke kehidupan yang lebih bermakna kedepannya.
Tulisan ini dipersembahkan special untuk keluarga tercinta dan Terima
kasihku terucap dari hati yang paling dalam, serta rasa sayang penulis haturkan
kepada ayahanda Drs.H.Darpin,M.Si dan ibunda Hj.Haeriah yang tidak pernah
bosan memberi semangat, motivasi dan senantiasa selalu berdoa yang terbaik
untuk anak tercinta. Hal ini sangat berarti kepada penulis karena dengan motivasi
dan doa yang diberikan, penulis bisa melewati kendala dalam penyelesaian
skripsi ini.
Kepada Saudara penulis Muh.Agus Phinhaer,S.Km dan kakak ipar
beserta ponakanku tercinta Khanza Azka Maulidina yang selalu membuat
penulis tersenyum manis serta seluruh keluarga yang telah memberiku
semangat untuk menggapai asa dan cita demi keberhasilanku di dunia, penulis
haturkan terima kasih. Tak luput pula penulis mengucapkan terimakasih yang
tulus kepada :

vii
vii
1. Kepada Ibu Yusnita Rifai, S.Si., M.Pharm., Ph.D., Apt dan Bapak
Subehan S.Si., M.Pharm.Sc., Ph.D., Apt. sebagai pembimbing utama dan
sebagai pembimbing pertama penulis yang telah penulis anggap sebagai
orang tua kedua penulis yang telah begitu banyak memberikan bimbingan
serta motivasi dan pengalaman yang sangat berharga buat penulis
kedepannya serta telah meluangkan waktu dalam memberi petunjuk
motivasi dan nasehat-nasehat dalam membimbing mulai saat
perencanaan penelitian sampai selesainya penulisan skripsi ini. Penulis
menyadari karya kecil ini mungkin tidak terselesaikan secepat ini tanpa
bantuan beliau.
2. Kepada Dekan Fakultas Farmasi, Prof. Dr. Elly Wahyuddin, DEA., Apt.,
dan Dra. Ermina Pakki., M.Si.,Apt selaku penasehat akademik penulis
yang telah memberikan masukan dan arahan selama proses perkuliahan
hingga memperoleh gelar sarjana.
3. Kepada Ibu Prof.Hj. Asnah Marzuki, M.Si, Apt., Dr.Hj. Latifah Rahman,
DESS, Apt., dan Bapak Abdul Rahim, S.Si, M.Si, Apt. selaku dosen
penguji yang telah memberikan kritk dan saran kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
4. Kepada Prof. Dr. Gemini Alam, M.Si., Apt. selaku Wakil Dekan I, Prof. Dr.
rer-nat. Marianti A. Manggau, Apt. selaku Wakil Dekan II, dan Drs. Abd.
Muzakkir Rewa, M.Si., Apt selaku Wakil Dekan III, serta seluruh Pegawai
Akademik dan staff pegawai Fakultas Farmasi UNHAS serta para laboran
disetiap laboratorium yang telah banyak membantu penulis dalam dunia
kampus ini.

viii
viii
5. Kepada Arie Rhoedyat Swardhani,S.Ked terimakasih untuk kesabaran
dan kesetian dalam memahami penulis selama ini.
6. Kepada sahabat-sahabatku ”EP” Nur Hasanah, Ramdhayani, Hartanti
Probo Rini, S.Si, Fitri R.amelia, S.Si, Amirah Pratiwi, S.Si, Sri
Wahyuningsih, S.Si terima kasih telah menjadi sahabat yang setia
membantu dan kompak didalam masa perkuliahan dan terkhusus kepada
Sazidha F.Abay, S.Si terimakasih telah menjadi partner yang setia
menemani penulis dalam suka dan duka selama penelitian mulai dari
awal hingga terlaksananya penelitian.
7. Kepada sahabat sepanjang masa Defan‟s; Ade Rahmayani,S.ked, Fitri
Oktovina,S.Ked, Nurul Vidya, S.Km, Pransiska Archivianti, S.T,
Hermalasary,S.P, Secilia Wahyuni terima kasih telah memberi dukungan
didalam penyelesaian skripsi ini.
8. Untuk teman-teman steroid angkatan 2008 terima kasih telah
memberikan banyak kecerian, dukungan dan kebersamaan kalian selama
penulis menempuh masa perkuliahan di Fakultas Farmasi
Unhas,terkhusus kepada Ferliem, S.Si terima kasih atas bantuan dan
bimbingannya pada proses pengerjaan penelitian.
9. Jajaran Laboratorium Biofarmaka. Terimakasih untuk Kanda Ismail, S.Si.,
Apt., Ibu Beti Sapada, Kak Eci yang berperan dalam membantu penulis
hingga memperoleh hasil yang sesuai dalam pelaksanaan penelitian.
10. Kepada pihak yang tidak sempat disebut namanya, penulis mohon maaf
dan semoga Allah membalas semua kebaikan kalian selama ini.
Penulis sangat menyadari, dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari bentuk kesempurnaan, sehingga saran, dan kritik yang

ix
ix
membangun sangat diharapkan oleh penulis kedepannya. Akhir kata semoga
apa yang penulis persembahkan ini dapat memberikan manfaat bagi ilmu
pengetahuan kedepannya. Amin
Makassar, 2013
Penulis,
DEFI LIESTIAWATI P.

x
x
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang penapisan senyawa-senyawa
yang terjerap pada gli-dynabeads secara ultra fast liquid chromatography
(UFLC) dari ekstrak metanol beberapa tanaman suku lamiaceae dan
piperaceae. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan penapisan tanaman
suku Lamiaceae dan Piperaceae yang aktif pada protein GLI. Penelitian ini
diawali dengan penyiapan dan pangaktifan GLI-Dynabeads. Sampel yang
aktif terhadap protein GLI di analisis menggunakan alat UFLC. Sampel
sebanyak 20 µL diambil diinjeksikan pada alat UFLC dengan kolom Shim-
pack VP-ODS 150x4,6 mml.D, detektor UV-Diode Array (PDA), fase
gerak metanol, kecepatan alir 1,000 mL/ menit, suhu kolom 30ºC, waktu
pengoperasian 5 menit tiap sampel. Parameter yang digunakan dalam
penelitian ini adalah adanya endapan ketika suspensi GLI-dynabeads
dicampurkan dengan ekstrak tanaman Lamiaceae dan Piperaceae dan
kesamaan waktu retensi (tR). Hasil analisis menunjukkan ada satu
tanaman suku Lamiaceae yaitu Selasih (Ocinum basillicum L.) dan dua
tanaman suku Piperaceae yaitu Lada (Piper nigrum L) dan Cabe Jawa
(Piper retrofractum Vahl) yang positif aktif pada protein GLI. Masing-
masing kromatogram pada UV 254 dan UV 366 dari ketiga sampel
terdapat 6 puncak yang memiliki kemiripan dilihat dari waktu retensi.

xi
xi
ABSTRACT
The experimental study to screen Lamiaceae and Piperaceae methanol extracts on GLI-Dynabeads has been done. The aim of study was to screen plant of Lamiaceae and Piperaceae that active to GLI protein. The first step in this study was the preparation and activation GLI-Dynabeads. The active sample to GLI-dynabaeds was analyzed by UFLC. Sample of 20 µL was injected into UFLC by colom Shim-pack VP-ODS 150x4,6 mml.D, detector by UV-Diode Array (PDA), mobile phase of methanol, flow rate of 1,000 mL/minute, column temperature of 30°C, operational duration of 5 minute per sample. The parameters used in this study were precipitated when GLI-Dynabeads suspension was mixed with Lamiaceae and Piperaceae extract and identical retention time (tR). The result of present study indicated that one plants of Lamiaceae Selasih (Ocinum basillicum L.) and two plants of Piperaceae Lada (Piper nigrum L) and Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl) active to GLI protein. Both the chromatogram UV 254 and UV 366 had six identical peaks by retention time (tR).

xii
xii
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ v
UCAPAN TERIMA KASIH .......................................................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................... x
ABSTRACT ................................................................................................ xi
DAFTAR ISI .............................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xviii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 5
II.1 Uraian Tanaman .................................................................................. 5
II.1.1 Kemangi ........................................................................................... 5
II.1.1.1 Klasifikasi ....................................................................................... 5
II.1.1.2 Nama daerah ................................................................................. 5
II.1.1.3 Morfologi ....................................................................................... 5
II.1.1.4 Kandungan ................................................................................... 6
II.1.2 Lavender ........................................................................................... 6
II.1.2.1 Klasifikasi ....................................................................................... 6

xiii
xiii
II.1.2.2 Nama daerah ............................................................................... 6
II.1.2.3 Morfologi ....................................................................................... 6
II.1.2.4 Kandungan ..................................................................................... 7
II.1.3 Daun Selasih ..................................................................................... 7
II.1.3.1 Klasifikasi ....................................................................................... 7
II.1.3.2 Nama daerah ................................................................................. 7
II.1.3.3 Morfologi ........................................................................................ 7
II.1.3.4 Kandungan ..................................................................................... 8
II.1.4 Lada .................................................................................................. 8
II.1.4.1 Klasifikasi ....................................................................................... 8
II.1.4.2 Nama daerah ................................................................................. 9
II.1.4.3 Morfologi ....................................................................................... 9
II.1.4.4 Kandungan ..................................................................................... 9
II.1.5 Sirih ................................................................................................. 10
II.1.5.1 Klasifikasi ..................................................................................... 10
II.1.5.2 Nama daerah .............................................................................. 10
II.1.5.3 Morfologi ..................................................................................... 10
II.1.5.4 Kandungan ................................................................................... 11
II.1.6 Cabe Jawa ...................................................................................... 11
II.1.6.1 Klasifikasi ..................................................................................... 11
II.1.6.2 Morfologi ..................................................................................... 11
II.1.6.3 Kandungan ................................................................................... 12
II.1.7 Kemukus ......................................................................................... 12

xiv
xiv
II.1.7.1 Klasifikasi ..................................................................................... 12
II.1.7.2 Morfologi ..................................................................................... 13
II.1.7.3 Kandungan ................................................................................... 13
II.2 Metode Ekstraksi Bahan Alam ........................................................... 13
II.2.1 Definisi Ekstrak ............................................................................... 13
II.2.2 Definisi Ekstaksi .............................................................................. 14
II.2.3 Tujuan Ekstraksi ............................................................................. 14
II.2.4 Metode Ekstraksi Secara Maserasi ................................................. 15
II.3 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) ........................................... 16
II.3.1 Pengertian KCKT/UFLC .................................................................. 16
II.3.2 Prinsip Kerja KCKT ......................................................................... 17
II.3.3 Penggunaan Metode KCKT ........................................................... 18
II.3.4 Fase Gerak ..................................................................................... 25
II.4 Kanker................................................................................................ 26
II.5 Signal Hedgehog ............................................................................... 26
II.6 Dynabeads®
...................................................................................... 27
II.7 Penapisan/Skrining………………………………………………………. 28
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN .................................................... 30
III.1 Alat dan Bahan ................................................................................. 30
III.2 Penyiapan Sampel ........................................................................... 30
III.2.1 Pengambilan Sampel .................................................................... 30
III.3 Penyiapan dan Pengaktifan GLI-Dynabeads .................................... 31
III.4 Penapisan Ekstrak Menggunakan UFLC .......................................... 31

xv
xv
III.5 Analisis Data,Pembahasan dan Kesimpulan .................................... 32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 33
BAB IV.1 Hasil Penelitian ......................................................................... 33
BAB IV.2 Pembahasan ............................................................................ 34
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 38
BAB V.1 Kesimpulan ................................................................................ 38
BAB V.2 Saran ......................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 39
LAMPIRAN............................................................................................... 43

xvi
xvi
DAFTAR TABEL
TABEL halaman
1. Jenis kolom kromatografi cair kinerja tinggi berdasarkan
ukurannya ..................................................................................... 23
2. Data hasil sampel yang aktif terhadap GLI-Dynabeads ................ 35
3. Data kromatogram UFLC Lada Hitam pada UV 254 ..................... 45
4. Data kromatogram UFLC Lada Hitam pada UV 366 ..................... 46
5. Data kromatogram UFLC Cabe Jawa pada UV 254 ..................... 47
6. Data kromatogram UFLC Cabe Jawa pada UV 366 ..................... 48
7. Data kromatogram UFLC Selasih pada UV 254 ............................ 48
8. Data kromatogram UFLC Selasih pada UV 366 ............................ 49

xvii
xvii
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR halaman
1. Diagram blok sistem KCKT secara umum ..................................... 20
2. Kromatogram UFLC Lada Hitam pada UV 254 ............................. 45
3. Kromatogram UFLC Lada Hitam pada UV 366 ............................. 46
4. Kromatogram UFLC Cabe Jawa pada UV 254 ............................. 46
5. Kromatogram UFLC Cabe Jawa pada UV 366 ............................. 47
6. Kromatogram UFLC Selasih pada UV 254 .................................... 48
7. Kromatogram UFLC Selasih pada UV 366 .................................... 49
8. Sampel yang aktif pada GLI-Dynabeads ...................................... 50
9. Sampel yang tidak aktif pada GLI-Dynabeads .............................. 50
10. KLT pada UV 255 nm ................................................................... 51
11. KLT pada UV 366 nm .................................................................... 51
12. Penyemprotan H2SO4 ................................................................... 51
13. Alat KCKT jenis UFLC .................................................................. 52
14. Methanol Pro-UFLC dan syringe .................................................. 52
15. Gambar tanaman Lada Hitam ...................................................... 53
16. Gambar tanaman Cabe Jawa ....................................................... 53
17. Gambar tanaman Sirih .................................................................. 54
18. Gambar tanaman Kemukus .......................................................... 54

xviii
xviii
19. Gambar tanaman Selasih .............................................................. 54
20. Gambar tanaman Kemangi ........................................................... 55
21. Gambar tanaman Lavender .......................................................... 55

xix
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran halaman I. SKEMA KERJA ............................................................................ 43
II. ISI TIAP BUFFER UNTUK PENYIAPAN GLI-Dynabeads ............ 44
III. HASIL KROMATOGRAM KCKT.................................................... 45
IV. FOTO PELAKSANAAN PENELITIAN .......................................... 50

BAB I
PENDAHULUAN
Keanekaragaman hayati Indonesia sangat berpotensi dalam
penemuan senyawa baru yang berkhasiat sebagai antikanker. Salah
satunya tanaman yang digunakan adalah genus Piper. Spesies tanaman
piper banyak digunakan pada pengobatan seperti Piper nigrum L., Piper
cubeba L., Piper retrofraktum Vahl., dan Piper bettle L.(1).
Komponen yang menimbulkan efek toksik pada tanaman piper
adalah piperin. Piperin digunakan dalam pengobatan colic, diarroea,
cholera, scarlatina, chronic gonorrhea dan tinea capitis (1). Piperin juga
digunakan dalam pengobatan tradisional dan sebagai insektisida (2).
Piperidin yang terdapat dalam piperin merupakan salah satu senyawa
yang memiliki aktivitas sebagai antikanker (3) dan pada saat ini, banyak
penelitian yang menunjukkan bahwa tanaman piper dapat digunakan
sebagai obat antikanker.
Suku Lamiaceae (Labiatae), yang terdiri dari 3500 spesies berpusat
terutama di daerah Mediterania, meskipun beberapa kelompok kecil
memiliki distribusi lokal di Australia, Selatan-Asia Barat dan Amerika
Selatan. Memiliki beberapa kandungan seperti alkaloid acridone,
caumarines, Minyak esensial, flavonoid, dan furoquinoline. Selain itu,
berfungsi sebagai fungisida, dani nsecticidal terhadap beberapa serangga
(4).

2
Berdasarkan penelitian-penelitian yang dilakukan terhadap suku
Lamiaceae berkhasiat sebagai analgesik, anti-amnesik dan nootropic,
anthelmintik, antibakterial, anti katarak, anti fertilitas, anti hiperlipidemi,
anti inflamasi, anti lipidperosidatif, anti oksidan, anti stres, anti thyroid,
antitusif, anti ulkus, kemoprotektif imunomodulator, adioprotektif, aktivitas
hipoglikemik, aktivitas hipotensif, dan anti kanker (5).
Kanker merupakan pertumbuhan sel yang tidak terkontrol dan
diikuti proses invasi ke jaringan sekitar serta penyebarannya (metastasis)
ke bagian tubuh yang lain. Sifat utama sel kanker ditandai dengan
hilangnya kontrol pertumbuhan dan perkembangan sel kanker tersebut
(6).
Beberapa penyebab kanker adalah sel DNA dan beberapa signal,
diantaranya TNF-related apoptosis-inducing ligand (TRAIL), dan
hedgehog. Signal hedgehod ditemukan pada Drosophila pada ligan
polipeptidanya. Hh terlibat dalam membangun embrio dan sangat
berperan penting pada tahap akhir dari embriogenesis dan metamorfosis
(7).
Yang mengatur perkembangan embrio dan pemeliharaan jaringan
otot dewasa adalah signal dalam poliferase kanker hedgehog.
Kekurangan signal Hedgehog dapat menyebabkan cacat lahir
bawaan,dan jika kelebihan signal Hh maka akan menyebabkan kanker (8).
Ligan protein Hh diikat oleh signal pada membran reseptor patched
(PTCH), sehingga terjadi penekanan aktivitas proto-oncogen-smoothed

3
(SMO) dan terjadi pelepasan gen GLI. Kelebihan GLI dapat memicu
terjadinya karsinoma, medula blasoma, kanker pankreas, kanker prostat
(9). Sehingga GLI dapat digunakan untuk penemuan obat anti kanker.
Penarikan senyawa aktif dari ekstrak metanol dari tanaman agar
terjerap pada target protein yang diinginkan, digunakan Magnetic beads
yang bermanfaat sebagai magnet yang akan menarik senyawa-senyawa
aktif dari ekstrak metanol dari beberapa suku tanaman untuk terjerap
pada target protein terimobilisasi yang diinginkan. Senyawa-senyawa aktif
yang telah terimobilisasi pada target protein GLI selanjutnya dianalisis
menggunakan alat kromatografi cair kinerja tinggi jenis UFLC (Ultra Fast
Liquid Chromatography). Isolasi ekstrak metanol yang aktif akan
menghasilkan bahan baku obat anti kanker yang bekerja spesifik pada
protein GLI (10).
Sudah ditemukan penanda Hedgehog (Hh) dari penelitian-
penelitian sebelumnya yaitu identifikasi 6 glikosida dan flavanoid dari
ekstrak metanol Excoeceria agallocha (11), Acoschimperoside P, 2‟-
acetate dari tanaman Vallaris glabra, dan mengidentifikasi terpenoid,
flavonoid, glycosida pada Acacia pennata (12,13).
Berdasarkan uraian diatas Penelitian ini dimaksudkan untuk
mengetahui tanaman-tanaman dari suku Lamiaceae dan Piperaceae yang
aktif pada protein GLI. Tujuan penelitian ini adalah melakukan penapisan
dan melihat waktu retensi dari ekstrak metanol tanaman suku Lamiaceae

4
dan Piperaceae pada GLI-Dynabeads secara UFLC (Ultra Fast Liquid
Chromatography).

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Uraian Tanaman
II.1.1 Kemangi (Ocimum citriodorum)
II.1.1.1 Klasifikasi (14)
Dunia : Plantae
Anak dunia : Tracheobionta
Divisi : Spermatophyta
Anak divisi : Magnoliophyta
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Lamiales
Suku : Lamiaceae
Marga : Ocimum
Jenis : Ocimum citriodorum
II.1.1.2 Nama daerah (14)
Sunda : surawung (sunda)
II.1.1.3 Morfologi (14)
Terna, tinggi 60-70 cm, batang halus dengan daun pada setiap
ruas, daun berwarna hijau muda, bentuk oval. 3-4 cm panjang, berambut
halus di permukaan bagian bawah, bunganya berwarna putih, kurang
menarik, tersusun dalam tandan, bila dibiarkan berbunga, maka
pertumbuhan daun lebih sedikit dan tanaman cenderung cepat menua

6
dan mati. Aroma daunnya khas, kuat namun lembut dengan sentuhan
aroma limau.
II.1.1.4 Kandungan (14)
Daun minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, kalsium, magnesium, fosfor,
besi, sulfur, betakaroten, arginin. Biji saponin, flavonoid, polifenol. Bunga
mengandung minyak atsiri sitral yang aromatic.
II.1.2 Lavender (Lavandula angustifolia Mill)
II.1.2.1 Klasifikasi Tumbuhan (14)
Dunia : Plantae
Anak dunia : Tracheobionta
Divisi : Spermatophyta
Anak divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Lamiales
Suku : Lamiaceae
Marga : Lavandula
Jenis : Lavandula angustifolia Mill
II.1.2.2 Nama Daerah (14)
Jawa : Lavender
II.1.2.3 Morfologi Tumbuhan (14)
Berbentuk semak, Daun bertulang sejajar, Bunga berwarna ungu
kebiruan, Daun berwarna hijau dan tumbuh diujung batang bunga.

7
II.1.2.4 Kandungan Kimia (14)
Minyak atsiri yang mengandung linalool dan linaool asetat
II.1.3 Selasih (Ocimum basillicum L.)
II.1.3.1 Klasifikasi Tumbuhan (14)
Dunia : Plantae
Anak dunia : Tracheobionta
Divisi : Spermatophyta
Anak divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Lamiales
Suku : Lamiaceae
Marga : Ocimum
Jenis : Ocimum basillicum L
II.1.3.2 Nama Daerah (14)
Melayu : Selasen
Sunda : Solanis
Jawa Tengah : Selasih
Minahasa : Amping
II.1.3.3 Morfologi (14)
Merupakan herba tegak, sangat harum, tinggi 0,6–1,6m. Batang
cokelat, segi empat. Daun tunggal berhadapan, bertangkai, panjang 0,5–2
cm, bulat telur, ujung dan pangkal agak meruncing, permukaan daun agak
halus dan bintik-bintik kelenjar tulang daun menyirip, 3,5-7,5 cm, lebar 1,5-

8
2,5 cm, warna hijaun tua. Bunga berwarna putih atau lembayung, kelopak
sisi luar berambut, bulat telur terbalik dengan tepi mengecil sepanjang
tabung. Biji keras, cokelat tua, bila dimasukkan dalam air akan
mengembung.
II.1.3.4 Kandungan Kimia (14)
Bagian daun, bunga dan biji mengandung eugenol, metal eugenol,
geraniol dan linalool. Rendamen minyak pada daun masih sangat sedikit
yaitu, 0,5-1%. Daun selasih juga mengandung saponin, flavanoid dan
tannin, sedangkan bijinya mengandung zat lain yaitu saponin, flavonoid
dan polifenol.
II.1.4 Lada (Piper nigrum L.)
II.1.4.1 Klasifikasi (14)
Dunia : Plantae
Anak dunia : Tracheobionta
Divisi : Spermatophyta
Anak divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Piperales
Suku : Piperaceae
Marga : Piper
Jenis : Piper nigrum L

9
II.1.4.2 Nama Daerah (14)
Sumatera : Koro-koro
Aceh : Lada
Sunda : Pedes
Jawa : Merica
Bengkulu : Lada kecik
Madura : Sakang
Makassar : Marica
II.1.4.3 Morfologi Tumbuhan (14)
Herba, tahunan, memanjat. Batang : Bulat, beruas, bercabang,
mempunyai akar pelekat, hijau kotor. Daun : Tunggal, bulat telur, pangkal
bentuk jantung, ujung runcing, tepi rata, panjang 5-8 cm, lebar 2-5 cm,
bertangkai, duduk berseling atau tersebar, bekas dudukan daun nampak
jelas, pertulangan menyirip, hijau. Bunga : Majemuk, bentuk bulir,
menggantung, panjang bulir 3,5-22 cm, kepala putik 2-5, tangkai sari 0,5-1
mm, putih, hijau. Buah : Buni, bulat, masih muda hijau setelah tua merah.
Biji : Bulat, putih kehitaman. Akar : tunggang, putih kotor.
II.1.4.4 Kandungan kimia (14)
Minyak atsiri, pipena, kariofilena, limonene, filandrena, alkaloid
piperina, kavisina, piperitina, piperidina, dan minyak lemak. Buah
mengandung saponin dan flavonoida, disamping minyak atsiri.

10
II.1.5 Sirih (Piper bettle L.)
II.1.5.1 Klasifikasi (14)
Dunia : Plantae
Anak dunia : Tracheobionta
Divisi : Spermatophyta
Anak divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Piperales
Suku : Piperaceae
Marga : Piper
Jenis : Piper bettle L
II.1.5.2 Nama Daerah (14)
Sunda : Seureuh
Jawa tengah : Suruh
Gorontalo : Donile
Makassar : Gamanjeng
II.1.5.3 Morfologi (14)
Habitus : Perdu, merambat. Batang : Berkayu, bulat, berbuku-
buku,beralur,hijau.Daun : Tunggal, bulat panjang, pangkalbentuk jantung,
ujung meruncing, tepi rata, panjang 5-8 cm, lebar 2-5 cm,bertangkai,
permukaan halus, pertuangan menyirip,hijau.Bunga : Majemuk, bentuk
bulir, daun pelindung ± 1 mm, bentuk bulat panjang, bulir jantang panjang
1,5-3 cm, benang saridua, pendek, bulir betina 1,5-6 cm, keiapa pulik tiga

11
sampai lima, putih,hijau kekuningan. Buah : Buni, bulat, hiaju keabu-
abuan. Akar : tunggang,bulat,coklat kekuningan.
II.1.5.4 Kandungan (14)
Daun mengandung senyawa yang mudah menguap diantaranya,
katekol, kavikol, kadinen, karvakrol, kariofilen, kavibetol, kavikol, 1,8-
sineol, estragol , eugenol, pirokatekin, terpinil asetat, alkaloid, piperin,
saponin, flavonoida, polifenol, karoten, tiamin, riboflavin, asam nikotinat,
vitamin C, tanin gula, pati, dan asam amino.
II.1.6 Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl.)
II.1.6.1 Klasifikasi (14)
Dunia : Plantae
Anak dunia : Tracheobionta
Divisi : Spermatophyta
Anak divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Piperales
Suku : Piperaceae
Marga : Piper
Jenis : Piper retrofractum Vahl
II.1.6.2 Morfologi (14)
Habitus : Semak, menjalar, panjang 12 m. Batang bulat, berkayu,
membelit, beratur, beruas, hijau. Daun tunggal, lonjong, pangkal tumpul,
ujung runcing, tepi rata, pertulangan menyirip, permukaan atas licin,

12
permukaan bawah berbintik-bintik, panjang 8,5-20 cm, lebar 3-7 cm,
hijau. Bunga majemuk, bentuk bulir, tangkai panjang 0,5-2 cm, benang
sari dua kadang tiga, pendek, kuning, putih 2-3 buah, hijau kekuningan.
Buah lonjong, masih muda hijau setelah tua merah. Biji bulat pipih,
cokelat keputih-putihan. Akar tunggang, putih pucat.
II.1.6.3 Kandungan kimia (14)
Buah mengandung zat pedas piperine, chavicine, palmtic acids,
tetrahydropiperic acids, 1-undecylenyl-3,4-methylenedioxy benzene,
piperidin, minyak atsiri, isobutyideka-trans-2-trans-4-dienamida, dan
sesamin. Akar mengandung piperine, piplartine, dan piperlonguniinine.
Senyawa lain protein, karbohidrat, gliserida, tannin, dan minyak atsiri,
dammar. Buah, daun dan batang : alkaloida, saponin dan polifenol,
buahnya juga mengandung minyak atsiri.
II.1.7 Kemukus (Piper cubeba L.)
II.1.7.1 Klasifikasi (14)
Dunia : Plantae
Anak Dunia : Tracheobionta
Divisi : Spermatophyta
Anak divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Piperales
Suku : Piperaceae
Marga : Piper

13
Jenis : Piper cubeba L.
II.1.7.2 Morfologi (14)
Habitus Herba, tahunan, membelit. Batang tidak berkayu, lunak,
beruas, pecabangan simpodial, permukaan licin, diameter 5-15 mm,
mempunyai akar rata, berseling atau tersebar, bekas dudukan daun
Nampak jelas, panjang 8,5-15,5 cm, lebar 3-9,5 cm, hijau. Bunga
Majemuk, bentuk bulir, panjang 3-10 cm, tangkai 6-2-mm, hijau. Daun
pelindung elips, melekat pada tangkai bulir, benang sari tiga, putik tiga
sampai lima, putih, kuning kehijauan. Buah bulat, bertangkai, diameter 6-
8 mm, tangkai panjang 2-5 mm, coklat kehitaman. Biji Kecil, lanset, putih
kecoklatan. Akar : Serabut, Kuning, kecoklatan
II.1.7.3 Kandungan kimia (14)
Buah dan bunga mengandung saponin dan flovonoida, disamping
minyak atrisi, Terena, d-sabinena, dipentena, sineol, dterpeneol,
kadinena, kadinol, derivate seskuiterpena, sesqcuiterpena, asam kubebat,
zat pahit kubebin, piperina, pipenidina, za pati, gom, resina.
II.2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
II.2.1 Definisi Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan
mengekstraksi simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok,
diluar pengaruh cahaya matahari langsung (15).

14
II.2.2 Definisi Ekstraksi
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari
bagian tanaman obat, hewan dan beberapa jenis ikan dan termasuk biota
laut. Zat-zat aktif tersebut berada di dalam sel, namun sel tanaman dan
hewan berbeda demikian pula ketebalannya, sehingga diperlukan metode
ekstraksi dan pelarut tertentu dalam mengekstraksinya.
Umumnya, zat aktif yang terkandung dalam tanaman maupun hewan
lebih larut dalan pelarut organik. Proses terekstraksinya zat aktif dalam
tanaman adalah pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk
ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan terlarut
sehingga terjadi perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam
sel dan pelarut organik diluar sel. Maka larutan terpekat akan berdifusi ke
luar sel, dan proses ini berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara
konsentrasi zat aktif di dalam sel dan di luar sel (15,16).
II.2.3 Tujuan Ekstraksi
Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik komponen kimia yang
terdapat dalam bahan alam baik dari tumbuhan, hewan dan biota laut
dengan pelarut organik tertentu. Proses ekstraksi ini berdasarkan pada
kemampuan pelarut organik untuk menembus dinding sel dan masuk
dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut dalam
pelarut organik dan karena adanya perbedaan antara konsentrasi di
dalam dan konsentrasi diluar sel, mengakibatkan terjadinya difusi pelarut
organik yang mengandung zat aktif keluar sel. Proses ini berlangsung

15
terus menerus sampai terjadi keseimbangan konsentrasi zat aktif di dalam
dan di luar sel (15).
II.2.4 Metode Ekstraksi secara Maserasi
Proses ekstraksi dapat dilakukan secara panas dan secara kering.
Ekstraksi secara panas yaitu dengan metode refluks, infusa dektrosa dan
destilasi uap air, sedangkan ekstraksi dingin yaitu dengan maserasi,
perkolasi dan soxhletasi (15).
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi
dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari.
Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga
sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya
perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang
di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut
berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar
sel dan di dalam sel.
Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat
aktif yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat yang
mudah mengembang dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin,
stirak dan lain-lain.
Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol
atau pelarut lain. Bila cairan penyari digunakan air maka untuk mencegah
timbulnya kapang, dapat ditambahkan bahan pengawet, yang diberikan
pada awal penyarian.

16
Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara
pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah di
usahakan. Kerugian cara maserasi adalah pengerjaanya lama dan
penyariannya kurang sempurna.
Pada penyarian dengan cara maserasi, perlu dilakukan pengadukan.
Pengadukan diperlukan untuk meratakan konsentrasi larutan di luar butir
serbuk simplisia, sehingga dengan pengadukan tersebut tetap terjaga
adanya derajat perbedaan konsentrasi yang sekecil-kecilnya antara
larutan di dalam sel dengan larutan di luar sel. Hasil penyarian dengan
cara maserasi perlu dibiarkan selama waktu tertentu. Waktu tersebut
diperlukan untuk mengendapkan zat-zat yang tidak diperlukan tetapi ikut
terlarut dalam cairan penyari seperti malam dan lain-lain (15).
II.3 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)
II.3.1 Pengertian KCKT/UFLC
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) jenis Ultra Fast Liquid
Chromatography (UFLC) merupakan metode yang tidak destruktif dan
dapat digunakan baik untuk analisis kualitatif dan kuantitatif. KCKT paling
sering digunakan untuk menetapkan kadar senyawa-senyawa tertentu
seperti asam-asam amino, asam-asam nukleat, dan protein-protein dalam
cairan fisiologis, menetukan kadar senyawa-senyawa aktif obat, produk
hasil samping proses sintesis, atau produk-produk degradasi dalam
sediaan farmasi (17).

17
Kromatografi cair kinerja tinggi modern merupakan jenis
kromatografi yang khusus dari kromatografi kolom (18).
Kalau ditinjau dari sistem peralatannya, maka KCKT termasuk
kromatografi kolom, karena fase diamnya diisikan atau ter ”packing” di
dalam kolom (17).
II.3.2 Prinsip Kerja KCKT
Prinsip kerja KCKT sebenarnya tidak berbeda dengan prinsip-
prinsip kromatografi yang lain, yaitu pemisahan komponen-komponen
sampel dengan cara melewatkan sampel pada suatu kolom, yang
selanjutnya dilakukan pengukuran kadar masing-masing komponen-
komponen tersebut dengan suatu detektor. Kerja detektor bermacam-
macam, tetapi pada dasarnya membandingkan respon dari komponen
sampel dengan respon dari larutan standar (19).
Dengan kata lain, penentuan kadar pada dasarnya adalah
membandingkan respon sampel dengan respon standar. Untuk analisis
dengan KCKT diperlukan standar yang betul-betul murni, biasanya disebut
KCKT grade. Untuk mendapatkan hasil analisis yang tepat, juga
diperlukan fase gerak dengan kemurnian tinggi (19).
Kromatografi merupakan teknik yang mana solut atau zat-zat
terlarut terpisah oleh perbedaan kecepatan elusi, dikarenakan solut-solut
ini melewati suatu kolom kromatografi. Pemisahan solut-solut ini diatur
oleh distribusi solut dalam fase gerak dan fase diam. Penggunaan
kromatografi cair secara sukses terhadap suatu masalah yang dihadapi

18
membutuhkan penggabungan secara tepat dari berbagai macam kondisi
operasional seperti jenis kolom, fase gerak, panjang dan diameter kolom,
kecepatan alir fase gerak, suhu kolom, dan ukuran sampel. Untuk tujuan
memilih kombinasi kondisi kromatografi yang terbaik, maka dibutuhkan
pemahaman yang mendasar tentang berbagai macam faktor yang
mempengaruhi pemisahan pada kromatografi cair (20).
II.3.3 Penggunaan Metode KCKT
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) merupakan suatu metode
pemisahan canggih dalam analisis farmasi yang dapat digunakan sebagai
uji identitas, uji kemumian dan penetapan kadar. Banyak senyawa yang
dapat dianalisis dengan KCKT, mulai dari senyawa ion anorganik sampai
senyawa organik makromolekul. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dapat
digunakan untuk analisis sebagian besar senyawa yang bersifat tidak
atsiri dan senyawa berbobot molekul tinggi, juga untuk senyawa
anorganik, yang sebagian besar tidak atsiri (tidak mudah menguap) (17).
Beberapa keunggulan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)
seperti (19,21) :
1. KCKT dapat menangani senyawa-senyawa yang stabilitasnya
terhadap suhu terbatas, begitu juga volatilitasnya bila tanpa
menggunakan derivatisasi. Sebagai contoh misalnya analisis
beberapa jenis gula dapat dikerjakan dengan KCKT tanpa proses
derivatisasi dulu.

19
2. KCKT mampu memisahkan senyawa yang sangat serupa dengan
resolusi yang baik.
3. Waktu pemisahan dengan KCKT biasanya singkat, sering hanya
dalam waktu 5-10 menit, bahkan kadang-kadang kurang dari 5
menit untuk senyawa yang sederhana.
4. KCKT dapat digunakan untuk analisis kuantitatif dengan presisi
yang tinggi dengan koefisien variasi dapat kurang dari 1%.
5. KCKT juga merupakan teknik analisis yang peka.
6. Kolom dapat dipakai kembali. Berbeda dengan kromatografi cair
klasik, kolom KCKT dapat dipakai kembali. Banyak analisis dapat
dilakukan pada kolom yang sama sebelum kolom itu harus diganti.
7. Ideal untuk molekul besar dan ion. Secara khusus senyawa jenis ini
tidak dapat dipisahkan dengan kromatografi gas, karena
keatsiriannya rendah.
8. Mudah memperoleh cuplikan kembali. Sebagian besar detektor
yang dipakai pada KCKT tidak merusak, sehingga komponen
cuplikan dapat dikumpulkan dengan mudah ketika melewati
detektor.
Kelebihan KCKT dibandingkan kromatografi gas cair adalah
keleluasaan pemilihan pelarut pengembang atau pelarut pengembang
campuran. Namun demikian, pelaksanaan pemakaian pelarut
pengembang atau pelarut campur harus memperhatikan beberapa
kendala yang meliputi (19):

20
- Tetapan fisika dan kimia
- Pernyataan serta peringatan badan-badan resmi
Keterbatasan metode KCKT adalah tidak dapat
mengidentifikasi senyawa, kecuali jika KCKT dihubungkan dengan
spektrometer massa (MS). Keterbatasan lainnya adalah jika sampelnya
sangat kompleks, maka resolusi yang baik sulit diperoleh (22).
Diagram blok untuk sistem KCKT ditunjukkan oleh gambar berikut (20):
Gambar 1. Diagram blok sistem KCKT secara umum (Sumber : Settle F. Handbook of instrumantal Techniques for Analytical Chemistry. Prentice Hall PTR. New Jersey. 1997)
1. Tandon (reservoir)
Reservoir terbuat dari gelas atau stainless steel. Jumlahnya bisa satu,
dua atau lebih. Reservoir yang baik disertai degassing system yang
berfungsi untuk mengusir gas-gas terlarut dalam solvent (pelarut). Gas
terlarut tersebut antara lain oksigen. Degassing dilakukan dengan

21
mengalirkan gas inert degan kelarutan yang sangat kecil, misalnya
Helium. Sistem yang lebih lengkap disertai penyaring debu (19).
Wadah fase gerak harus bersih dan lembam (inert). Wadah ini
biasanya dapat menampung fase gerak antara 1 sampai 2 liter pelarut.
Fase gerak sebelum digunakan harus dilakukan degassing
(penghilangan gas) yang ada pada fase gerak, sebab adanya gas
akan berkumpul dengan komponen lain terutama di pompa dan
detektor, sehingga akan mengacaukan analisis. Pada saat membuat
pelarut untuk fase gerak, maka sangat dianjurkan untuk menggunakan
pelarut, bufer, dan reagen dengan kemurnian yang tinggi, dan lebih
terpilih lagi jika pelarut-pelarut yang akan digunakan untuk KCKT
berderajat KCKT. Adanya pengotor dalam reagen dapat menyebabkan
gangguan pada sistem kromatografi. Karenanya, fase gerak sebelum
digunakan harus disaring terlebih dahulu untuk menghindari partikel-
partikel kecil ini (22).
2. Pompa
Pompa diperlukan untuk mengalirkan pelarut sebagai fase gerak
dengan kecepatan dan tekanan yang tetap. Fungsi pompa adalah
untuk memompa fase gerak (solvent) ke dalam kolom dengan aliran
yang konstan dan reproduksibel. Pompa harus memenuhi persyaratan
(23):
a. Dapat memberikan tekanan sampai 6000 psi (360 atm)
b. Tekanan yang dihasilkan bebas pulsa

22
c. Dapat mengalirkan fase gerak dengan kecepatan 0,1 sampai 10
ml/menit
d. Dapat mengalirkan fase gerak dengan reproduksibiltas yang tinggi
e. Tahan terhadap korosi (biasanya terbuat dari baja atau teflon).
Tujuan penggunaan pompa atau sistem penghantaran fase gerak
adalah untuk menjamin proses penghantaran fase gerak berlangsung
secara tepat, reproduksibel, konstan, dan bebas dari gangguan. Ada 2
jenis pompa dalam KCKT yaitu pompa dengan tekanan konstan, dan
pompa dengan aliran fase gerak yang konstan sejauh ini lebih umum
dibandingkan dengan tipe pompa dengan tekanan konstan (22).
3. Katup injektor
Bagian ini merupakan tempat dimana sampel diinjeksikan untuk
selanjutnya dibawa oleh fase gerak ke dalam kolom. Ada tiga jenis
dasar injektor, yaitu :
a) Aliran-henti : aliran dihentikan, penyuntikan dilakukan pada
tekanan atmosfer, sistem ditutup dan aliran dilanjutkan lagi. Cara
ini dapat dipakai karena difusi di dalam zat cair kecil.
b) Septum : ini adalah injektor langsung pada aliran, yang sama
dengan injector yang lazim dipakai pada kromatografi gas. Injektor
tersebut dapat dipakai pada tekanan sampai 60-70 atmosfer.
c) Katup jalan-kitar : jenis injektor ini biasanya dipakai untuk
menyuntikkan volume yang lebih besar dari 10 µl dan sekarang
dipakai dalam system yang diotomatiskan (21).

23
4. Kolom
Kolom merupakan jantung KCKT. Keberhasilan atau kegagalan
analisis bergantung pada pilihan kolom dan kondisi kerja yang tepat
(22). Kolom dapat dibagi menjadi dua kelompok :
a. Kolom analitik : garis tengah dalam 2-6 mm. Panjang bergantung
pada jenis kemasan, untuk kemasan felikel biasanya panjang
kolom 50-100 cm, sedangkan untuk kemasan mikropartikel berpori
biasanya 10-30 cm.
b. Kolom preparatif : umumnya bergaris tengah 6 mm atau lebih
besar dan panjang 25 - 100 cm.
Kolom pada Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dibuat lurus (tidak
melingkar sebagaimana kolom pada kromatografi, gas ataupun bentuk U).
Hal ini dimaksudkan untuk efisiensi kolom (24).
Kolom kromatografi cair kinerja tinggi terbuat dari:
- bahan metal anti korosif dan tahan zat kimia
- bahan gelas tahan zat kimia
- bahan gelas yang dilapisi bahan metal
Ditinjau dari ukurannya (panjang dan diameternya), kolom kromatografi
cair kinerja tinggi terbagi atas:
Tabel 1. Jenis kolom Kromatografi Cair Kinerja Tinggi berdasarkan ukurannya.
Jenis Kolom Panjang (cm) Diameter (mm) dp (µm)
Konvensional 10-20 4,5 10
Microbone 10 2,4 5
High Speed 6 4,6 3

24
Keterangan : dp = diameter rata-rata partikel fase diam
Diameter dibuat sangat kecil (kolom mikro) dengan tujuan agar:
- Kepekaan menjadi lebih teliti
- Menghemat larutan pengembang
- Memperluas kemampuan detektor
- Sampel yang dianalisis sedikit
Kolom dibuat pendek agar :
- Menghasilkan resolusi yang baik
- Memperkecil harga diameter rata-rata partikel fase diam
- Waktu retensi (tR) singkat (mengurangi pengaruh bagian
instrumentasi kromatografi cair kinerja tinggi terhadap hasil
pemisahan)
Dilihat dari jenis fase diam dan fase gerak, maka kromatografi cair
kinerja tinggi (kolomnya) dibedakan atas (24) :
a. Kolom fase normal
Kromatografi dengan kolom konvensional, dimana fase diamnya
normal, bersifat polar, misalnya silica gel, sedangkan fase geraknya
bersifat non polar.
b. Kolom fase terbalik
Kromatografi dengan kolom yang fase diamnya bersifat non polar,
sedangkan fase geraknya bersifat polar, kebalikan fase normal.

25
5. Detektor
Detektor diperlukan untuk mengindera adanya komponen cuplikan di
dalam eluen kolom dan mengukur jumlahnya. Detektor yang baik
sangat peka, tidak banyak berderau, rentang tanggapan linearnya
lebar, dan menanggapi semua jenis senyawa. Detektor yang
merupakan tulang punggung kromatografi cair kecepatan tinggi
modern (KCKT) ialah detektor UV 254 nm. Detektor UV-VIS dengan
panjang gelombang yang berubah-ubah sekarang mejadi popular
karena dapat dipakai untuk mendeteksi senyawa dalam lingkup lebih
luas (25).
II.3.4 Fase Gerak
Pada kromatografi cair, susunan pelarut atau fase gerak
merupakan salah satu yang mempengaruhi pemisahan. Berbagai pelarut
dipakai dalam semua ragam KCKT, tetapi ada beberapa sifat yang
diinginkan yang berlaku umum. Fase gerak haruslah (21):
a. Murni, tanpa cemaran
b. Tidak beraksi dengan kemasan
c. Sesuai dengan detektor
d. Dapat melarutkan cuplikan
e. Mempunyai viskositas yang rendah
f. Memungkinkan memperoleh kembali cuplikan dengan mudah jika
diperlukan.
g. Harganya wajar

26
II.4 Kanker
Kanker merupakan pertumbuhan sel yang tidak terkontrol dan
diikuti proses invasi ke jaringan sekitar serta penyebarannya (metastasis)
ke bagian tubuh yang lain. Sifat utama sel kanker ditandai dengan
hilangnya kontrol pertumbuhan dan perkembangan sel kanker tersebut
(6).
Kanker atau neoplasma ganas adalah penyakit yang ditandai
dengan kelainan siklus sel khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk
tumbuh tidak terkendali (pembelahan sel melebihi batas normal),
menyerang jaringan biologis di dekatnya, bermigrasi kejaringan tubuh
yang lain melalui sirkulasi darah atau sistem limfatik, disebut metastasis.
(26)
II.5 Signal Hedgehog
Jalur signal Hedgehog (Hh) adalah salah satu signal yang
berperan dalam mekanisme penyebab kanker. Penelitian terbaru
mengarah keperan signal Hh dalam mengatur sel induk dewasa yang
terlibat dalam pemeliharaan dan regenerasi jaringan. Obat yang secara
khusus menggunakan target Hh sebagai antikanker sedang aktif
dikembangkan oleh sejumlah perusahaan farmasi (7).
Jalur signal Hedgehog (Hh) sangat penting untuk pertumbuhan sel
dan pemeliharaan sel induk. kerusakan pada komponen inti yang penting
dari jalur Hh sering mengakibatkan cacat lahir bawaan sedangkan jalur
yang menyimpang Hh akan menyebabkan kanker. Dalam sel kancer,

27
Signal mula-mula mengikat ligan protein Hh pada membran reseptor
patched (PTCH). Ikatan ini akan menekan aktivitas proto-oncogen-
smoothed (SMO) dan memicu pelepasan gen glioma (GLI). Kelebihan
GLI mengakibatkan terjadinya karsinoma, medula blasoma, kanker
pankreas, kanker prostat. Jadi penting menggunakan protein GLI sebagai
target untuk penemuan obat anti kanker (8,9).
Dalam laporan terbaru, tiga situs telah ditujukan untuk
mengidentifikasi Jalur signal Hedgehog (Hh) yaitu : Elective protein,
protein Gli dan ligan Hh. Beberapa studi telah menyarankan bahwa GLI
adalah salah satu efektor transkripsi kritis terkait dengan pembentukan
tumor dengan pengikatan spesifik di wilayah promotor dari gen target (11).
II.6 Dynabeads®
Magnetic beads sangat berguna untuk imobilisasi protein sebagai
senyawa-senyawa dapat dengan mudah dipisahkan dari komponen larut
lainnya dengan menggunakan magnet, dan sangat kompatibel dengan
aplikasi penyaringan yang tinggi.
Magnetic beads bermanfaat sebagai magnet yang akan menarik
senyawa-senyawa aktif dari ekstrak metanol tanaman untuk terjerap pada
target protein terimobilisasi yang diinginkan. Immobalisasi target protein
GLI pada magnetic beads selanjutnya digunakan menjerap cepat
senyawa-senyawa murni.

28
Magnetic beads yang dipakai adalah jenis Dynabeads®
M-270
Carboxylic Acid (Asam karboksilat) mengandung polistrene yang bersifat
superparamagnet, dimana setiap pori-porinya terdapat partikel dengan
kekuatan magnet yang sangat besar. Partikel-partikel tersebut disalut oleh
lapisan hidrofilik glisidil eter, dan asam karboksilat berada pada lapisa luar
atau pada permukaan dynabeads (10).
GLI-dynabeads diaktifkan karena asam karboksilat yang dikandung
oleh dynabeads bersifat labil dan sangat mudah terhidrolisis. Fungsi dari
buffer dalam pengaktifan GLI-dynabeads antara lain :
- Buffer MES : melekatkan dan memudahkan pelekatan
dynabeads dan rekombinan protein GLI
- Buffer PBS : untuk mencuci GLI-dynabeads dari zat-zat
pengotor dan logam-logam yang bersifat spesifik.
- Buffer HCL : untuk mencegah aktivasi non reaktif dari
asam karboksilat dynabeads.
- Buffer Net N : sebagai buffer penstabil,dapat digantikan
dengan tween 20 atau triton X-100. Buffer ini juga
menyebabakan GLI-dynabeads dapat disimpan beberapa bulan
jika suhu penyimpanan berkisar pada 2-8°C.
II.7 Penapisan/Skrining
Skrining atau sering disebut juga dengan istilah penapisan adalah
penggunaan tes atau metode diagnosis lain untuk mengidentifikasi obat
maupun tanaman dengan fungsi tertentu.

29
Beberapa pendekatan yang dilakukan pada penapisan bahan alam
yaitu :
1. Pemilihan secara acak yang diikuti skrining kimia
2. Pemilihan secara acak yang diikuti dengan satu atau lebih uji biologi
3. Menindaklanjuti berbagai aktivitas biologi yang telah diketahui
4. Menindaklanjuti pemanfaatan tumbuhan secara etnomedisin
(pengobatan tradisional) .
Dalam penelitian dan pengembangan bahan baku obat, beberapa
tahap biasanya dilakukan. Mulai dari tahap kegiatan awal (primary stage),
pre-klinis, dan klinis. Dalam tahap kegiatan awal (primary stage), dimulai
dengan kajian pustaka mengenai apa yang akan dikembangkan, pasar
dan sebagainya, penentuan target yang dituju, pengembangan senyawa
pengarah melalui desain obat baru dan sintesa serta penapisan bahan
alam bioaktif, evaluasi aktivitas biologi dan farmakologi dasar, penentuan
metode evaluasi, dan pemilihan kandidat obat baru (27).

30
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
III.1 Penyiapan Alat dan Bahan Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat
alat KCKT jenis UFLC, alat sentrifuge, komputer, timbangan analitik,
kamera, alat maserasi dan alat-alat gelas yang biasa digunakan di
laboratorium.
Bahan yang digunakan adalah air suling, ekstrak methanol
tanaman suku Lamiaceae yaitu Kemangi (Ocinum citriodorum), Lavender
(Lavandula afficinalis), Selasih (Ocinum basillicum L) dan suku Piperaceae
yaitu Lada (Piper nigrum L), Sirih (Piper betle L), Cabe jawa (Piper
retrofractum Vahl), Kemukus (Piper cubeba), metanol, Dynabeads®
M-270
Carboxylic Acid.
III.2 Penyiapan Sampel Penelitian
III.2.1 Pengambilan Sampel
Koleksi serbuk simplisia tanaman suku Lamiaceae dan Piperaceae
diambil dan dideterminasi oleh UPT Materia Medica, kota Batu, Jawa
Timur. Proses pengerjaan koleksi simplisia dan ekstraksinya dilakukan
oleh tenaga Laboratorium pada Balai UPT Materia Medica (November
2012).

31
III.3 Penyiapan dan Pengaktifan Gli-Dynabeads
Rekombinan GLI-Gluthatione Sepharose (GST) bersama dari kultur
sel E.colli diperoleh dari H.sasaki (Riken japan). Dynabeads M-270 asam
kaboksilat dicuci berturut-turut 150 ml N-hydroxy succinimide; 150 ml 1
ethyl-3-(3 dimethyl aminopropyl) carbodiimide hydroclorida, dan dalam 33
ml buffer MES selama 30 menit pada suhu kamar. Rekombinan GLI GST
dalam 400 ml larutan PBS (Phosphate Buffer Saline) ditambahkan untuk
mengaktifkan magnetic beads. Pencampuran dilakukan pada suhu 40°C
dan diamkan 30 menit. Bead direndam dalam 400 ml buffer HCL
sebanyak empat kali sebelum beads disuspensikan 225 ml buffer Net N.
Larutan suspensi ini selanjutnya menjadi GLI magnetic beads. Penyiapan
dan pengaktifan GLI ini dilakukan oleh Rifai,Y, et al.
III.4 Penapisan ekstrak menggunakan UFLC (Ultra Fast Liquid
Chromatography)
Sebanyak 1 gram dari masing-masing ekstrak suku Lamiaceae dan
Piperaceae, ditambahkan dengan 2 mL suspensi GLI-dynabeads. Larutan
disentrifugasi dengan kecepatan 5000rpm pada suhu -4°C selama 10
menit. Terdapat satu sampel dari suku Lamiaceae dan dua sampel dari
suku Piperaceae yang aktif berikatan dengan GLI-dynabeads, ditandai
dengan adanya endapan yaitu pada sampel Selasih (Ocinum basillicum L)
Lada Hitam (Piper nigrum L), dan Cabe jawa (Piper retrofractum Vahl).
Selanjutnya hasil yang diperoleh diambil sebanyak 20 µl dengan spoit
khusus KCKT, lalu diinjeksikan pada alat KCKT menggunakan kolom

32
Shim-pack VP-ODS 150x4,6 mml.D, dengan fase gerak metanol,
kecepatan alir 1,000 ml/ menit, suhu kolom 300C, waktu pengoperasian
diatur selama 5 menit tiap sampel dan kecepatan mencatat alat
kromatopac 3 cm/ menit.
III.5 Analisa Data, Pembahasan, dan Kesimpulan
Data berupa waktu peak (puncak), retensi (tR) dan luas area dari
kromatogram masing-masing sampel yang dihasilkan oleh alat KCKT
dikumpulkan, kemudian dianalisis.

33
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Penelitian
Data hasil analisis kromatogram menggunakan alat KCKT jenis
UFLC (Ultra Fast Liquid Chromatography) pada panjang gelombang 254
terhadap suku Piperaceae yaitu pada Lada Hitam (Piper nigrum L),
terdapat 11 puncak dengan waktu retensi 1,062, 1,639, 1,785, 2,160,
2,720, 3,248, 3,581, 3,962, 4,333, 4,921, 5,393 menit. Pada Cabe jawa
(Piper retrofractum Vahl), terdapat 15 puncak dengan waktu retensi 1,771,
2,166, 2,385, 2,470, 2,720, 3,040, 3,162, 3,589, 4,222, 4,409, 4,840,
5,312, 5,882, 6,144, 6,716 menit dan suku Lamiaceae yaitu pada Selasih
(Ocinum basillicum L) terdapat 7 puncak dengan waktu retensi 1,059,
1,620, 1,963, 2,152, 2,746, 4,197, 6,562 menit.
Untuk panjang gelombang 366 terhadap suku Piperaceae yaitu
pada Lada Hitam (Piper nigrum L),terdapat 6 puncak dengan waktu
retensi 1,059, 1,617, 1,954, 2,160, 3,268, 6,649 menit. Pada Cabe jawa
(Piper retrofractum Vahl), terdapat 2 puncak dengan waktu retensi 1,718,
2,166 menit dan suku Lamiaceae yaitu pada Selasih (Ocinum basillicum L)
terdapat 6 puncak dengan waktu retensi 1,622, 1,717, 2,150, 3,260,
3,979, 4,143 menit.

34
IV.2 Pembahasan Pada penelitian ini di gunakan kolom Shim-pack VP-ODS 150x4,6
mml.D. dan detektor yang digunakan adalah UV-DIODE Array (PDA).
Detektor ini merupakan jenis detektor yang paling sering digunakan dalam
KCKT, karena mempunyai kepekaan yang cukup tinggi dan hampir semua
senyawa organik mempunyai serapan pada daerah UV atau visibel.
Parameter atau pendekatan yang diigunakan adalah waktu retensi (tR) dan
luas area dalam kondisi alat yang sama atau stabil, tetapi dalam penelitian
ini parameter yang digunakan hanya sebatas melihat jumlah peak atau
puncak maupun kemiripan senyawa yang terkandung di dalam satu
tanaman suku Lamiaceae yaitu Selasih (Ocinum basillicum L.) dan dua
tanaman suku Piperaceae yaitu Lada (Piper nigrum L) dan Cabe Jawa
(Piper retrofractum Vahl) tersebut.
Sampel penelitian ini terdiri dari tiga tanaman suku Lamiaceae yaitu
Kemangi (Ocinum citriodorum), Lavender (Lavandula afficinalis), selasih
(Ocinum basillicum L.) dan empat tanaman suku Piperaceae yaitu Lada
(Piper nigrum L), Sirih (Piper betle L), Cabe jawa (Piper retrofractum Vahl),
Kemukus (Piper cubeba). Sebelum pengerjaan sampel, dilakukan
penyiapan dan pengaktifan GLI-dynabeads. Terlebih dahulu dilakukan
pencampuran GLI dan GST sehingga menjadi GLI-GST karena jika GLI
tdk dicampur dengan GST maka akan susah untuk berikatan dengan
magnetic beads, membentuk suspensi Gli-dynabeads. Hanya terdapat

35
satu tanaman suku Lamiaceae dan dua tanaman suku Piperaceae yang
terjerap terhadap GLI-dynabeads yaitu selasih (Ocinum basillicum L),
Lada (Piper nigrum L), Cabe jawa (Piper retrofractum Vahl), karena hanya
ketiga tanaman ini menunjukkan adanya endapan. Hasil skirining /
penapisan tersebut selanjutnya di analisis menggunakan alat KCKT jenis
UFLC. Tiga sampel yang di analisis di encerkan dengan metanol pro
UFLC sehingga dapat dengan mudah melalui kolom KCKT.
Sebelum dilakukan penginjeksian pada alat KCKT, Ketiga tanaman
tersebut dilakukan KLT (Kromatografi Lapis Tipis) identifikasi masing-
masing sampel tanaman Lada hitam (Piper nigrum L), Cabe jawa (Piper
retrofractum Vahl), dan selasih (Ocinum basillicum L), menunjukkan noda
dengan nilai Rf yang tidak berbeda jauh. Dimana tiap sampel ditotolkan
masing - masing pada lempeng KLT dan sebagai fase gerak digunakan
n-heksan : etil asetat (2:1), dengan penampak bercak sinar UV dengan
panjang gelombang 254 dan 366 nm.
Tabel 2. Data hasil tanaman yang aktif pada GLI-Dynabeads
No Simplisia Endapan Warna supernatant
Warna endapan
1 Lada Hitam (+) Kuning muda Coklat
2 Selasih (+) Hijau Coklat
3 Cabe Jawa (+) Bening Coklat
+ rekombinan GLI

36
Mekanisme terjadinya endapan terhadap tanaman yang aktif pada
suspensi GLI-dynabeads yaitu gula basa pada GLI-GST ketika
ditambahkan dengan dynabeads yang mengandung asam karboksilat
akan menghasilkan garam yang berbentuk endapan. Jika endapannya
dicuci dengan buffer MES, buffer PBS, buffer HCl dan buffer Net N, GLI
akan keluar sehingga yang tersisa hanyalah endapan ekstrak (10).
Berdasarkan hasil penelitian atau hasil analisis kromatogram pada
tanaman Lada Hitam (Piper nigrum L) pendeteksian pada panjang
gelombang UV-254 terdapat 11 puncak dan pada UV-366 terdapat 6
puncak dan ada 1 puncak yang khas yaitu pada waktu retensi 2 menit 16
detik. Puncak ini dikatakan khas karena waktu retensi pada puncak
tersebut identik dengan waktu retensi yang dimiliki oleh tanaman Cabe
Jawa (Piper retrofractum Vahl) 2 menit 16 detik dan selasih (Ocinum
basillicum L) 2 menit 15 detik.
Pada tanaman Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl) pendeteksian
pada panjang gelombang UV-254 terdapat 15 puncak dan pada UV-366
terdapat 2 puncak dan memiliki 1 puncak yang khas yaitu terdapat pada
waktu retensi 2 menit 16 detik. Dimana puncak ini identik dengan puncak
tanaman Lada hitam (Piper nigrum L) 2 menit 16 detik dan selasih
(Ocinum basillicum L) 2 menit 15 detik.
Pada tanaman Selasih (Ocinum basillicum L). pendeteksian pada
panjang gelombang UV-254 terdapat 7 puncak dan pada UV-366 terdapat
6 puncak dan memiliki 1 puncak yang khas yaitu terdapat pada waktu

37
retensi 2 menit 15 detik. Dimana puncak ini identik dengan puncak
tanaman Lada hitam (Piper nigrum L) 2 menit 16 detik, dan cabe jawa
(Piper retrofractum Vahl) 2 menit 16 detik.
Berdasarkan hasil, terlihat bahwa dari ketiga tanaman diatas
diantaranya Lada hitam (Piper nigrum L), Cabe jawa (Piper retrofractum
Vahl), dan selasih (Ocinum basillicum L), terdapat komponen senyawa
yang identik dimana dilihat dari kedekatan waktu retensinya (5-10%).

38
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan :
1. Terdapat dua tanaman dari Suku Piperaceae yaitu Lada Hitam
(Piper nigrum L), Cabe jawa (Piper retrofractum Vahl), dan satu
tanaman dari Suku Lamiaceae yaitu selasih (Ocinum basillicum L)
yang aktif pada GLI-dynabeads yang ditandai dengan terbentuknya
endapan.
2. Terdapat satu puncak yang identik dari masing-masing Suku
tanaman dilihat dari waktu retensi yaitu Piperaceae pada Lada
Hitam (Piper nigrum L) 2 menit 16 detik, dan Cabe Jawa (Piper
retrofractum Vahl) 2 menit 16 detik. Lamiaceae pada Selasih
(Ocinum basillicum L) 2 menit 15 detik.
3. V.2 Saran
Disarankan untuk melakukan analisis menggunakan Sepacore®
dan NMR, untuk pemisahan dan pengumpulan fraksi sehingga
didapatkan senyawa murni.

39
DAFTAR PUSTAKA
1. Harvey Wickes Felter, M.D.,dan John Uri Lloyd, Phr.M.,Ph.D. King‟s
American Dispensatory, 1898.
2. Manoharan S, Balakrishnan S, Menon VP. Alias LM, Reena AR.
Chemopreventive efficacy of curcumin and piperin. Singapore Med
J. 2009.
3. Kintzios S.,Barberaki M., Drossopoulos JB, Turgelis P, Konstas J,
Makri O (2003) Effect of medium composition and axplant type on
the distributiin profiles of selected micronutrients in mistletoe tissue
cultures. J. Plant Nutrition 26 hal 369-397.
4. Karousou R.,Kokkini S. 2003. The genus origanum L. (Labiatae) in
crete : distribution and essential oils-Bocconea 16:717-721
5. Cantino, P.D, Harley, R.M dan Wagstaff, S.S. 1992.Genera of
Lamiaceae : status and classification. In R.M Harley & T.Reynolds,
Advances in Labiate Science : 511-522. Royal Botanic Gardens,
Kew.
6. Bustan, M.N. “Epidemologi Penyakit Tidak Menular”. Rikena Cipta.
Jakarta. 1999.hal 234
7. Ingham, Philip W, Nakano, Yoshiro, Seger, Claudia. "Mekanisme
dan fungsi signaling Hedgehog di metazoa" alam Ulasan Genetika.
2011. hal 393-406.
8. McMahon, A.P, Ingham, P.W, Tabin, C. “Developmental Roles and
Clinical Significance of Headgehoh Signaling”. J. Curr. Top. Dev.
Biol. 2003;vol.53 hal 1.

40
9. Rubin L.L, de Sauvage, F. “Novel Headgehog Pathway Targets
Agains Basal Cell Carcinoma”. J. Nat. Rev. Drug Disc. 2006;Vol.5:
hal 1026.
10. Arai, M.A, E. Kobatake, T. Koyano, T. Kowithayakorn, S. Kato, M.
Ishibashi. Development of Novel Magnetic nano-carriers for High
Performance Affinity Purification. Chemistry an Asian Journal. Vol
4. 2009..hal 1802-1808.
11. Rifai Y, Midori A. Arai, Samir K. Sadhu, Firoj A, Masami I. “New
hedgehog/GLI signaling inhibitor from Excoecaria agallocha”.
Bioorganic & Medical Chemistry Letters.2010; hal 718-722.
12. Rifai Y., Midori A, Takashi K, Thaworn K, Masami I.
“Acoschimperoside P,2‟-acetate: a headgehog signaling inhibitory
constituent from Vallaris glabra”. J.Nat med 2011;vol.65 hal 629-
632.
13. Rifai Y., Midori A, Takashi K, Thaworn K, Masami I. “Terpenoid and
a Flavanoid Glycoside from Acacia pennata Leaves as
Headgehog/GLI-Mediated transpcriptional Inhibitors”. J. Nat.Prod
2010; hal 995-997.
14. Anonim. Determinasi Tanaman. Kota batu. UPT Materia Medica
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur. 2012
15. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan., Farmakope
Indonesia. Edisi III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta. 1979, 9.

41
16. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Sediaan
Galenik. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. jakarta.
1986, 2,7, 10, 32.
17. Gritter RJ et al. Pengantar kromatografi. Terjemahan oleh Kosasih
PK. Penerbit ITB. Bandung. 1991. hal 64.
18. Rooth H & Blaskchke G. Analisis Farmasi. Terjemahan oleh Kisman
S & Ibrahim S. Airlangga University Press.Yogyakarta.1988. hal.
431.
19. Adnan M. Teknik Kromatografi untuk Analisis Bahan Makanan.
Penerbit ANDI. Yogyakarta 1997. hal. 36, 38.
20. Settle F. Handbook of instrumantal Techniques for Analytical
Chemistry. Prentice Hall PTR. New Jersey. 1997. Available as PDF
file.
21. Jhonson L & Stevenson R. Dasar Kromatografi Cair. Terjemahan
oleh Padmawinata S 1991. Institut Teknologi Bandung. Bandung.
1978. hal.8, 9, 213.
22. Gandjar IB & Rohman A. Kimia Analisis Farmasi. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta. 2008. hal.378-394.
23. Kimia Laboratorium Pusat MIPA UNS. Majalah info Lab. Modul
Instrumen Sub Lab. [accessed januari 2007]. Available from:
http://www.iptek.net.id/majalah Info Lab/index.
24. Mulja M & Suharman. Analisis Instrumental. Airlangga University
Press. Surabaya. 1995. hal. 236-241.

42
25. Wahyuni T. HPLC Prinsip Dasar dan Peralatan. Puslitkimia. LIPI.
2003.
26. Kufe, Donald W.; Pollock, Raphael E.; Weichselbaum, Ralph R.;
Bast, Robert C., Jr.; Gansler, Ted S.; Holland, James F.; Frei III,
Emil. (2003). Holland-Frei Cancer medicine - What Makes a Cancer
Cell a Cancer Cell (edisi ke-6). Hamilton on BC Decker
Inc.,. ISBN 1-55009-213-8. Diakses pada 20 desember 2012
27. Kardono, L.B.S. 2004. Developing Drugs and Pharmaceutical Small
and Medium Scale Enterprises. An Indonesian Case Study, 2nd
International Symposium on Current Trend on Drug Discovery
Research, Lucknow, India, 17-20 February.

43
LAMPIRAN I
Skema Kerja Skrining Suku Lamiaceae dan Piperaceae
Dibersihkan, dipotong kecil-kecil, dan dikeringkan
Sentrifuge selama 10 menit
Sampel Suku Lamiaceae dan Piperaceae
Simplisia
Koleksi Serbuk yang telah diekstraksi
Penyiapan dan pengaktifan GLI- dynabeads
ekstrak metanol+ suspensi GLI-dynabeds
Skrining menggunakan UFLC
Hasil
Kesimpulan
Filtrat + metanol
Analisis data

44
LAMPIRAN II
1. PBS ( 0,1 m PBS, PH 7,4 )
Na2HPO4 10,9 gram
NaH2PO4 3,2 gram
NaCl 90 gram
Aquadest 1000 ml
Diukur PH sampai 7,4 dan disimpan pada suhu -20°C
2. MES (2- (N-morpholino) ethanesulfonic asam)
Dibuat dalam 1 L dari 100 ml, PH 6 :
195,2 MES dilarutkan dalam 500 ml air, diukur PH sampai 4 dan
ditambahkan 10 N NaOH pada PH 6
3. Net N ( Nonidet P40)
100 mM NaCl
20 mM Tris.Cl Ph 80
0,5 EDTA
0,5 % ( v/v ) nonidet P-40 (NP-40)

45
LAMPIRAN III
KROMATOGRAM HASIL UFLC
Gambar 2 : Kromatogram UFLC Lada Hitam (Piper nigrum L) pada UV 254
Tabel 3. Data kromatogram UFLC Lada Hitam (Piper nigrum L) pada UV-254

46
Gambar 3 : Kromatogram UFLC Lada Hitam (Piper nigrum L) pada UV 366
Tabel 4. Data kromatogram UFLC Lada Hitam (Piper nigrum L) pada UV-366
Gambar 4 : Kromatogram UFLC Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl) pada UV-254

47
Tabel 5. Data kromatogram UFLC Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl) pada UV-254
Gambar 5 : Kromatogram UFLC Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl) pada UV-366

48
Tabel 6. Data kromatogram UFLC Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl) pada UV-366
Gambar 6 : Kromatogram UFLC Selasih (Ocimum bassilicum L) pada UV-254
Tabel 7. Data kromatogram UFLC Selasih (Ocimum basillicum L) pada UV-254

49
Gambar 7 : Kromatogram UFLC Selasih (Ocimum bassilicum L) pada UV-366
Tabel 8. Data kromatogram UFLC Selasih (Ocimum basillicum L) pada UV-366

50
LAMPIRAN IV
FOTO PELAKSANAAN PENELITIAN
Gambar 8. Sampel yang terjerap pada GLI-dynabeads Keterangan : 1. FU-DS = Daun Selasih 3. FU-LH = Lada Hitam 2. FU-CJ = Cabe Jawa FU = Farmasi Unhas A. Supernatan B. Endapan
Gambar 9. Sampel yang tidak terjerap pada GLI-dynabeads Keterangan : 1. FU-SH = Sirih, 3. FU-KG = Kemangi 2. FU-KS = Kemukus, 4. FU-LV = Lavender A. Supernatan
A
B
1 2
1 2 3
3
4
A

51
2
Gambar 10. KLT UV 254 nm Gambar 11. KLT UV 366nm
Keterangan : Keterangan :
1. PR : Piper retrofractum Vahl 1. PR : Piper retrofractum Vahl
2. PN : Piper nigrum 2. PN : Piper nigrum
3. OCB : Ocinum basillicum 3. OCB : Ocinum basillicum
Gambar 12. Penyemprotan H2SO4
Keterangan :
1. PR : Piper retrofractum Vahl 2. PN : Piper nigrum 3. OCB : Ocinum basillicum
1
1
1
3 1 2 3
1 2 3

52
Gambar 13. Alat UFLC
Gambar 14. Metanol Pro-UFLC dan Syringe

53
Gambar 15. Gambar tanaman Lada Hitam
( Sumber : Koleksi Pribadi Kebun Lada Hitam di Sulawesi Tenggara)
Gambar 16. Cabe jawa (Piper retrofractum Vahl.)
(Sumber Uruyakorn, Chansang. Journal of Vector Ecology. Thailand)

54
Gambar 17. Gambar tanaman Sirih ( Sumber : koleksi tanaman Herbal di Panaikang)
Gambar 18. Gambar tanaman Kemukus ( Sumber : www.Plantamor.com)
Gambar 19. Gambar tanaman Selasih
( Sumber : www.Plantamor.com)

55
Gambar 20. Gambar tanaman Kemangi
( Sumber : Koleksi tanaman Herbal di Panaikang)
Gambar 21. Gambar tanaman Lavender
( Sumber : www.Plantamor.com)