kapang khamir
description
Transcript of kapang khamir
Morfologi Kapang dan Khamir 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang seluruh
seluk-beluk kehidupan mikroorganisme. Peranan
mikroorganisme sudah sejak lama diketahui disegala aspek
kehidupan manusia antara lain di pertanian, perikanan,
kesehatan, farmasi, dan lain-lain. Hingga saat ini ilmu tersebut
telah memberi warna wawasan dan cakrawala baru bagi
kehidupan terutama dalam perkembangan bioteknologi modern
yang melibatkan ilmu mikrobiologi.
Fungi atau cendawan adalah mikroorganisme heterotrofik,
mereka memerlukan senyawa organik untuk nutrisinya. Bila
mereka hidup dari benda organik mati yang terlarut, mereka
disebut saprofit. Saprofit menghancurkan sisa – sisa tumbuhan
dan hewan yang kompleks, menguraikannya menjadi zat – zat
kimia yang lebih sederhana, yang kemudian dikembalikan ke
dalam tanah, dan selanjutnya meningkatkan kesuburannya. Jadi
mereka dapat menguntungkan bagi manusia. Sebaliknya mereka
Nurlela Sundari Z Muh. Ramdan MaramisO1A1 14 034
Morfologi Kapang dan Khamir 2
juga dapat merugikan kita bilamana mereka membusukkan
kayu, makanan, dan bahan – bahan lainnya.
Banyak kapang dan jamur ini digunakan dalam industri
fermentasi, seperti pembuatan asam-asam organik, pembuatan
antibiotika, pembuatan alkohol dan lain sebagainya. Beberapa
kapang dan jamur yang digunakan untuk memberi rasa bagi keju
yang baik, pembuatan bir, minuman anggur, peragian adonan,
dan produksi antibiotika seperti penisilin.
Pada umumnya bahan – bahan yang berasal dari alam mudah
untuk ditumbuhi jamur atau cendawan, misalnya pada buah –
buahan. Jamur atau cendawan tersebut biasanya akan
mengakibatkan rusaknya bahan – bahan tersebut.
Untuk mengetahui nama genus dan spesies suatu biakan
mikroorganisme, maka perlu dilakukan identifiksi, dimana untuk
melakukan identifikasi terlebih dahulu dilakukan pengenalan
terhadap ciri – ciri morfologi mikroorganisme tersebut.
Pengamatan morfologi biasanya dilakukan baik secara
makroskopik maupun mikroskopik secara langsung maupun
tidak langsung.
B. Tujuan Praktikum
Nurlela Sundari Z Muh. Ramdan MaramisO1A1 14 034
Morfologi Kapang dan Khamir 3
Tujuan dari percobaan kali ini adalah untuk mengamati
morfologi kapang dan khamir mikroskopik langsung maupun
mikroskopik tidak langsung.
C. Manfaat Praktikum
Manfaat percobaan dalam praktikum ini yaitu agar mahasiswa
dapat mengetahui bentuk-betuk dari kapang dan khamir yang
tumbuh pada suatu sampel.
Nurlela Sundari Z Muh. Ramdan MaramisO1A1 14 034
Morfologi Kapang dan Khamir 4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Kapang adalah fungi yang tumbuh cepat dan bereproduksi
secara aseksual. Miselium fungi ini tumbuh sebagai saproba
atau parasit pada berbagai jenis substrat. Kapang dapat
mengalami serangkaian tahapan reproduktif yang berbeda.
Pada awal kehidupannya kapang menghasilkan spora asesual.
Kemudian, fungi ini bereproduksi secara seksual, menghasilkan
zigosporagia, askokarpus, atau basidiokarpus. Sedangkan
khamir adalah fungi uniseluler yang mencapai habitat cair dan
lembap, termasuk getah pohon dan jaringan hewan. Khamir
bereproduksi secara aseksual, dengan cara pembelahan sel
sederhana atau dengan cara pelepasan sel tunas dari sel induk.
Beberapa khamir bereproduksi secara seksual, dengan cara
membentuk aski atau basidia, dan dikelompokkan ke dalam
Askomikota atau Basidiomikota (Campbell dkk, 2003).
Kapang atau cendawan merupakan salah satu jenis parasit
yang terdiri atas genus Microsporum, Trichophyton, dan
Epidermophyton. Berbagai spesies dari tiga genus kapang ini
Nurlela Sundari Z Muh. Ramdan MaramisO1A1 14 034
Morfologi Kapang dan Khamir 5
dapat menginfeksi kulit, bulu/rambut dan kuku/tanduk dalam
berbagai intensitas infeksi. Hampir semua jenis hewan dapat
diserangnya, dan penyakit ini secara ekonomis sangat penting
(Adzima dkk, 2013).
Khamir memiliki beberapa enzim penting seperti selulase,
fosfatase, lipase, dan proteinase yang menyebabkan khamir
memegang peran penting dalam dekomposisi senyawa organik
dan dapat digunakan untuk keperluan industri. Disamping peran
ekologi khamir yang menentukan kecepatan dan arah proses
degradasi senyawa organik di dalam tanah, khamir juga telah
lama digunakan untuk proses industri seperti pada pembuatan
minuman beralkohol, fermentasi tape, pembuatan makanan
ternak, kosmetik, dan antibiotik (Kanti, 2004).
Sel khamir dapat berbentuk bulat, oval, silinder, bulat
panjang dengan salah satu ujungnya runcing (ogival), segitiga
melengkung (triangular), bentuk botol atau lemon. Dalam kultur
yang sama, ukuran dan bentuk sel khamir mungkin berbeda
karena pengaruh umur sel dan kondisi lingkungan selama
pertumbuhan (Kusmiati dkk, 2007).
Koloni kapang yang tumbuh selama proses isolasi,
dimurnikan dengan propagasi koloni yaitu dengan cara
Nurlela Sundari Z Muh. Ramdan MaramisO1A1 14 034
Morfologi Kapang dan Khamir 6
memotong dan mentransfer secara aseptik sebagian miselium
kapang ke dalam media kultur. Isolat kapang yang telah murni
diidentifikasi secara makroskopis dan mikroskopis. Identifikasi
kapang dilakukan dengan mengamati beberapa karakter
morfologi baik secara makroskopis maupun secara mikroskopis.
Pengamatan makroskopis meliputi warna dan permukaan koloni
(granular, seperti tepung, menggunung, licin), tekstur, zonasi,
daerah tumbuh, garis-garis radial dan konsentris (khususnya
pada kapang Penicillium), warna balik koloni (reverse color), dan
tetes eksudat (exudate drops). Pengamatan secara mikroskopis
meliputi ada tidaknya septa pada hifa, pigmentasi hifa,
hubungan ketam (clamp connection), bentuk dan omamentasi
spora (vegetatif dan generatif), serta bentuk dan omamentasi
tangkai spora (Ilyas, 2006).
Pemurnian dilakukan pada setiap koloni jamur yang
dianggap berbeda berdasarkan morfologi makroskopis yang
dapat dilihat dari penampakan warna, bentuk, dan pola
persebaran koloni. Masing-masing jamur dipisahkan, diambil
dengan menggunakan jarum ose kemudian ditumbuhkan
kembali pada media PDA baru. Tahapan pembuatan preparat
jamur yaitu jamur diambil dengan menggunakan jarum ose
Nurlela Sundari Z Muh. Ramdan MaramisO1A1 14 034
Morfologi Kapang dan Khamir 7
kemudian diletakkan pada object glass yang telah diberi sedikit
media PDA sebagai media pertumbuhan koloni dan ditutup
dengan cover glass. Preparat kemudian diinkubasi selama 2-3
hari didalam wadah yang telah dialasi dengan tissue lembab
dan ditutup rapat agar tidak terkontaminasi oleh spora jamur
dari udara. Pengamatan makroskopis meliputi warna koloni,
bentuk koloni dalam cawan petri (konsentris dan tidak
konsentris), tekstur koloni dan pertumbuhan koloni (cm/hari).
Pengamatan secara mikroskopis meliputi ada tidaknya septa
pada hifa (bersekat atau tidak bersekat), pertumbuhan hifa
(bercabang atau tidak bercabang), warna hifa dan konidia
(bulat, lonjong, berantai atau tidak beraturan) (Wulandari dkk,
2014).
Identifikasi merupakan suatu kegiatan yang sangat penting
mengingat banyak jenis jamur yang belum diketahui jumlah dan
jenisnya. Jumlah spesies jamur yang sudah diketahui hingga kini
hanya kurang lebih 69.000 dari perkiraan 1.500.000 spesies
yang ada di dunia. Dapat dipastikan bahwa Indonesia yang
sangat kaya akan diversitas tumbuhan dan hewannya juga
memiliki diversitas jamur yang sangat tinggi mengingat
Nurlela Sundari Z Muh. Ramdan MaramisO1A1 14 034
Morfologi Kapang dan Khamir 8
lingkungannya yang lembap dan suhu tropik yang mendukung
pertumbuhan jamur (Purwantisari dkk, 2009).
B. Uraian Bahan
1.Agar (Farmakope Indonesia, edisi III, Hal : 74)
Nama resmi : AGAR
Nama lain : Agar-agar
Pemerian : Berkas potongan memanjang, tipis seperti
selaput dan berlekatan, atau berbentuk
keping, serpih atau butiran; jingga lemah
kekuningan, abu-abu kekuningan sampai
kuning pucat atau tidak berwarna; tidak
berbau atau berbau lemah; rasa berlendir;
jika lembab liat; jika kering rapuh
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, dan larut dalam
air mendidih.
Kegunaan : Sebagai bahan pemadat medium.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
2. Aquades (Farmakope Indonesia, edisi III, Hal : 96)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Sinonim : Aquadest / Air Suling
RM / BM : H2O / 18,02
Rumus struktur : H – O - H
Nurlela Sundari Z Muh. Ramdan MaramisO1A1 14 034
Morfologi Kapang dan Khamir 9
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna. Tidak berasa,
tidak berbau.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai pelarut
3. Dekstrosa (Farmakope Indonesia, edisi III, Hal :67 )
Nama resmi : DEXTROSUM
Sinonim : Dekstrosa
RM / BM : C6H12O6.H2O / 180,16
Pemerian : Hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau
serbuk granul putih, tidak berbau, rasa manis.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sangat mudah larut
dalam air mendidih, larut dalam etanol
mendidih, sukar larut dalam etanol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai komponen pembuat medium PDA
4. Ekstrak Beef (Ditjen POM, 1995: Hal. 1152)
Nama resmi : Beef Extract
Nama lain : Kaldu nabati, kaldu hewani, ekstrak beef
Pemerian : Berbau dan berasa pada lidah. Kaldu daging sapi
konsentrat diperoleh dangan mengekstraksi
daging sapi segar tanpa lemak, dangn cara
merebus dalam air dan menguapkan kaldu pada
suhu rendah dalam hampa udara sampai
terbentuk residu kental berbentuk pasta. Massa
berbentuk pasta, berwarna coklat kekuningan
Nurlela Sundari Z Muh. Ramdan MaramisO1A1 14 034
Morfologi Kapang dan Khamir 10
sampai coklat tua, bau dan rasa seperti daging,
sedikit asam.
Kelarutan : Larut dalam air dingin.
Penyimpanan : Simpan dalam wadah tertutup rapat, tidak
tembus cahaya.
Kegunaan :Sumber protein untuk pertumbuhan
mikroorganisme.
5. Ekstrak Yeast (Farmakope Indonesia, edisi III, Hal : 671)
Nama resmi : EKSTRAK RAGI
Sinonim : Sari ragi
Pemerian : Kuning kemerahan sampai coklat, bau khas
tidak busuk
Kelarutan : Larut dalam air, membentuk larutan kuning
sampai coklat, bereaksi asam lemah, tidak
mengandung karbohidrat
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
6. Etanol ( Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Etanol
RM / BM : C2H5OH / 47,06
Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih muda menguap,
mudahbergerak, bau khas, rasa panas,
mudah terbakar, memberikan nyala biru yang
tak berasap.
Nurlela Sundari Z Muh. Ramdan MaramisO1A1 14 034
Morfologi Kapang dan Khamir 11
Kelarutan : Bercampur dengan air dan praktis bercampur
dengan semua pelarut organik
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya, ditempat sejuk, jauh dari nyala api.
Kegunaan : Sebagai pelarut
7. Pepton (Farmakope Indonesia, edisi III, Hal : 721)
Nama resmi : PEPTON
Pemerian : Serbuk, kuning kemerahan sampai coklat, bau
khas, tapi tidak busuk.
Kelarutan : Larut dalam air; memberikan larutan
berwarna coklat kekuningan yang bereaksi
agak asam; praktis tidak larutan dalam etanol
(95%) P dan dalam eter P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai komponen pembuat medium PDA
8. Gliserol (Ditjen POM Edisi IV, 1995 : Hal 413).
Nama resmi : Gliserin
Sinonim : Glycerolum
RM / BM : CH2OH.CHOH.CH2OH / 92,09
Pemerian : Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna; rasa
manis; hanya boleh berbau khas lemah (tajam
atau tidak enak). Higroskopik; netral terhadap
lakmus.
Nurlela Sundari Z Muh. Ramdan MaramisO1A1 14 034
Morfologi Kapang dan Khamir 12
9. Methylene Blue (Ditjen POM Edisi IV, 1995 : 554).
Nama resmi : Biru metilen
Sinonim : Methylene Blue
RM / BM : C16H18CIN3S / 319,85
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur hijau tua, berkilauan
seperti perunggu, tidak berbau atau praktis
tidak berbau. Stabil di udara; larutan dalam air
dan dalam etanol berwarna biru tua
Kelarutan : Larut dalam air dan dalam kloroform; agak sukar
larut dalam etanol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
10. Asam Tartrat (Ditjen POM Edisi IV, 1995 : 53).
Nama resmi : Asam tartrat
Sinonim : Acidum tartaricum
RM / BM : C4H6O6 / 150,09
Pemerian : Hablur, tidak berwarna atau bening atau serbuk
hablur halus sampai granul, warna putih; tidak
berbau; rasa asam dan stabil di udara
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air; mudah larut dalam
etanol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
C. Uraian Mikro Uji
1.Candida sp. (Dwidjoseputro,2003)
a. klasifikasi
Divisi : Ascomycota
Kelas : saccharomycetes
Bangsa : Saccharomycetales
Suku :Saccahoromycetacea
Marga : Candida
Spesies : Candida sp.
Nurlela Sundari Z Muh. Ramdan MaramisO1A1 14 034
Morfologi Kapang dan Khamir 13
b. Morfologi
Candida sp.merupakan khamir lonjong yang berkembang biak
dengan bertunas yang menghasilkan pseudomiselium baik
dalam biakan maupun dalam jaringan dan eksudat. Khamir ini
merupakan flora normal selaput mukosa saluran pernapasan,
mulut, dan saluran pencernaan dan genitalia wanita. Candida
sp. merupakan fungsi aportunis yang dapat menginfeksi mulut
vagina, atau kulit.
Nurlela Sundari Z Muh. Ramdan MaramisO1A1 14 034
Morfologi Kapang dan Khamir 14
BAB III
METODE PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
a. Autoklaf
b. Batang pengaduk
c. Botol semprot
d. Bunsen
e. Cawan petri
f. Deck gelas
g. Enkas
h. Jarum inokulasi
i. Jarum preparat
j. Kaca objek
k. Labu Erlenmeyer
l. Lap halus
m. Mikroskop
n. Ose bulat
o. Ose lurus
Nurlela Sundari Z Muh. Ramdan MaramisO1A1 14 034
Morfologi Kapang dan Khamir 15
p. Oven
q. Pinset
r. Pipet tetes
s. Spoit 10 ml
t. Tabung reaksi
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
a. Aluminium foil
b. Asam tartrat
c. Gliserin 10%
d. Biakan Jamur Candida sp.
e. Biakan Jamur roti
f. Kapas
g. Kertas
h. Metilen blue
i. PDA (potatoes dextrose agar)
j. Tissue
B. Cara Kerja
1. Pembuatan Bahan Praktikum
a. Disiapkan semua alat yang digunakan
b. Dibuat 5 cawan petri dengan susunan batang v, objek gelas, dek
gelas dan kertas saring pada wadah cawan petri, dan 10 cawan
petri kosong.
Nurlela Sundari Z Muh. Ramdan MaramisO1A1 14 034
Morfologi Kapang dan Khamir 16
c. Dibungkus cawan petri dengan kertas
d. Dimasukkan ke dalam oven untuk disterilkan
2. Pembuatan Medium
a. Ditimbang hasil perhitungan yang sesuai dengan yang
dibutuhkan. Yaitu untuk potato dekstrosa agar (PDA) dengan
bahan kentang, dekstrosa dan agar.
b. Kemudian dicukupkan dengan aquadest sebanyak 1000 ml.
c. Disterilkan dalam autoklaf selama 15 menit pada suhu 121°C.
d. Dimasukkan medium steril ke dalam cawan petri steril
secukupnya, dibiarkan memadat dan diinkubasikanselama 3 x 24
jam pada suhu ruangan.
3. Mengamati Morfologi Koloni Bakteri
a. Secara mikroskopik.
Metode Gores
a) Medium PDA ditambahkan asam tatrat.
b) Didiamkan sampai memadat pada cawan petri.
c) Diambil secukupnya biakan jamur menggunakan ose dengan
metode gores.
d) Digoreskan pada permukaan campuran medium PDA dan
asam tatrat yang telah dibuat.
e) Diinkubasi selama 3-5 x 24 jam pada suhu kamar.
Nurlela Sundari Z Muh. Ramdan MaramisO1A1 14 034
Morfologi Kapang dan Khamir 17
f) Diamati dan digabar bentuk permukaan, warna koloni, bau
khas, radial furrow, zonation, exudates drops dan revers of
coloni.
g) Digambar hasil pengamatan.
b. Mikroskopis secara langsung
a) Diambil biakan jamur 1 ose pada sampel roti.
b) Diletakkan secara perlahan-lahan pada kaca objek.
c) Diberikan 1 tetes metilen blue.
d) Ditutup dengan menggunakan dek gelas.
e) Diamati pada mikroskop berupa miselium, konidia, konidiofor,
spora, kolomela, metula, fialid, vesikel dan rhizoid dimulai
dengan pembesaran terkecil.
f) Digambar hasil pengamatan.
c. Mikroskopis secara tidak langsung (slide culture)
a) Dibuat susunan batang V, objek gelas, dek gelas dan kertas
saring pada wadah cawan petri.
b) Disterilkan.
c) Diambil biakan jamur 1 ose pada sampel roti.
d) Diletakkan perlahan pada objek gelas,
e) Ditambahkan 1 tetes campuran medium PDA dan asam tatrat
pada preparat.
f) Preparat ditutup dengan dek gelas.
g) Diteteskan gliserol 10% pada kertas saring.
Nurlela Sundari Z Muh. Ramdan MaramisO1A1 14 034
Morfologi Kapang dan Khamir 18
h) Cawan petri ditutup.
i) Diinkubasi selama 3-5 x 24 jam pada suhu kamar.
j) Diamati pada mikroskop.
Nurlela Sundari Z Muh. Ramdan MaramisO1A1 14 034
Morfologi Kapang dan Khamir 19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
B. Pembahasan
Fungi adalah mikroorganisme tidak berklorofil, berbentuk
hifa atau sel tunggal, eukariotik, berdinding sel dari kitin atau
selulosa, berproduksi seksual atau aseksual. Dalam dunia
kehidupan fungi merupakan kingdom tersendiri, karena cara
mendapatkan makanannya berbeda dengan organisme
eukariotik lainnya yaitu melalui absorpsi. Sebagian besar tubuh
fungi terdiri dari atas benang – benang yang disebut hifa, yang
saling berhubungan menjalin semacam jala yaitu miselium.
Fungi dibedakan menjadi dua golongan yaitu kapang (mold)
dan khamir(yeast). Kapang merupakan fungi yang berfilamen
atau mempunyai miselium, sedangkan khamir merupakan fungi
bersel tunggal dan tidak berfilamen. Kapang merupakan fungi
yang morfologinya multiseluler atau kapang mempunyai
miselium atau filament dan pertumbuhannya dalam bahan
makanan mudah sekali dilihat, yakni seperti kapas. Pertumbuhan
Nurlela Sundari Z Muh. Ramdan MaramisO1A1 14 034
Morfologi Kapang dan Khamir 20
fungi mula – mula berwarna putih, tetapi bila tidak memproduksi
spora maka akan terbentuk berbagai warna tergantung Dari
jenis kapang. Sifat – sifat kapang baik penampakan mikroskopis
ataupun makroskopik digunakan untuk identifikasi dan klasifikasi
kapang.
Perbedaan utama dari kapang dan khamir adalah khamir
merupakan sel tunggal (Uniseluler) sedangkan kapang bersel
ganda (Multiseluler). Perbedaan lainnya yaitu kapang
mempunyai filamen yang berbentuk benang dan merupakan
suatu bentuk pertumbuhan, apabila organisme tersebut
merupakan saprofit dalam tanah atau dalam medium lainnya.
Nurlela Sundari Z Muh. Ramdan MaramisO1A1 14 034
Morfologi Kapang dan Khamir 21
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah :
B. Saran
Disarankan dalam praktikum mengenai pembuatan
medium selanjutnya terlebih dahulu diberikan pembekalan
materi kepada para praktikan sehingga praktikan berul-betul
tahu dan mengerti tekhnik-tekhnik yang diperlukan sehingga
dapat lebih mengefisiensikan waktu dan juga untuk
menghindari adanya miss-communication baik antara sesama
praktikan maupun dengan para asisten praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Adzima, V., Faisal, J., dan Mahdi, A., 2013, Isolasi dan Identifikasi Kapang Penyebab Dermatofitosis pada Anjing di Kecamatan
Nurlela Sundari Z Muh. Ramdan MaramisO1A1 14 034
Morfologi Kapang dan Khamir 22
Syiah Kuala Banda Aceh, Jurnal Medika Veterinaria Vol. 7 No. 1, 2013.
Campbell, N., A., Jane, B., Lawrence, G., M., 2003, Biologi, Jakarta: Erlangga, 2003.
Ilyas, M., 2006, Isolasi dan Identifikasi Kapang pada Relung Rizosfir Tanaman di Kawasan Cagar Alam Gunung Mutis, Nusa
Tenggara Timur, Jurnal Biodiversitas Vol. 7 No. 3, 2006.
Kanti, A., 2004, Identifikasi Jenis Khamir yang Diisolasi dari Tanah Gambut Taman Nasional Bukit Duabelas, Jambi, Jurnal
BioSMART Vol. 6 No. 1, 2004.
Kusmiati, Swasono, R., T., S., N., dan Nita, I., 2007, Produksi dan Penetapan Kadar β-glukan dari Tiga Galur Saccharomyces cerevisiae dalam Media Mengandung Molase, Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia Vol. 5 No. 1, 2007.
Purwantisari, S., dan Rini, B., T., 2009, Isolasi dan Identifikasi Jamur Indigenous Rhizosfer Tanaman Kentang dari Lahan Pertanian Kentang Organik di Desa Pakis, Magelang, Jurnal Bioma Vol.
11 No. 2, 2009.
Wulandari, D., Liliek, S., dan Anton, M., 2014, Keanekaragaman Jamur Endofit pada Tanaman Tomat (Lycopercium esculentum Mill.) dan Kemampuan Antagonisnya, Jurnal HPT Vol. 2 No. 1, 2014.
Nurlela Sundari Z Muh. Ramdan MaramisO1A1 14 034