3. Morfologi Kapang Dan Khamir
-
Upload
widyasetyaningtyas -
Category
Documents
-
view
931 -
download
2
Transcript of 3. Morfologi Kapang Dan Khamir
MORFOLOGI KAPANG DAN KHAMIR
I. TUJUAN
1. Mengamati morfologi dan struktur sel kapang dan khamir secara makroskopik
maupun mikroskopik.
2. Membedakan kapang tingkat tinggi dan rendah.
3. Mengetahui teknik – teknik pengecatan kapang dan khamir.
II. HASIL PENGAMATAN
A. Pengamatan makroskopik kapang dan khamir
Hasil pengamatan dalam bentuk tabel dapat dilihat pada lampiran
B. Pengamatan mikroskopik kapang dan khamir
1. Pengamatan mikroskopik kapang
a. Nama biakan : Penicillium chrysogenum
Umur biakan : 11 hari
Reagen : Laktofenol
Perbesaran : 10 x 40
Keterangan gambar : a.Konidiofor
b.Konidia
b. Nama biakan : Rhizopus oryzae
Umur biakan : 6 hari
1
2
Reagen : Laktofenol
Perbesaran : 10 x 10
Keterangan gambar : a.Kolumela d.Sporangium
b.Apofise e.Sporangiospora
c.Sporangiofor
c. Nama biakan : Aspergillus oryzae
Umur biakan : 6 hari
Reagen : Laktofenol
Perbesaran : 10 x 10
Keterangan gambar : a.Konidiofor c. fialid
b.Konidia
2. Pengamatan mikroskopik khamir
a. Nama biakan : Candida albicans
Umur biakan : 24 jam
Reagen : Methylen blue
Perbesaran : 10 x 40
Keterangan gambar : a.Sel induk
b.Sel anak
c.Budding
III. PEMBAHASAN
A. Pengamatan morfologi kapang
Kapang merupakan fungi berbentuk filamen yang bersifat saprofit atau
parasit dan dapat bereproduksi dengan spora aseksual maupun seksual. Dinding
sel kapang tersusun atas suatu substansi yaitu selulosa. Dinding sel kapang juga
tersusun oleh polimerisasi asetil glukosamin yang dikenal dengan zat kitin
3
(McKane & Kandel 1996 : 135). Jaringan tubuh (thallus) kapang memanjang,
bercabang-cabang dan dapat membentuk filamen seperti benang yang disebut
hifa. Setiap hifa memiliki lebar 5--10 m. Kumpulan dari hifa tersebut
membentuk suatu struktur yang disebut miselium. Keberadaan struktur miselium
membuat kapang lebih mudah untuk dikenali (Volk & Wheeler 1993:185).
Hifa terdiri atas dinding tubular yang tipis, umumnya transparan dan berisi
lapisan protoplasma dengan ketebalan yang bervariasi. Berdasarkan morfologinya
hifa terdiri atas 3 tipe yaitu septate atau coenocytic, septate dengan sel-sel
uninukleat, septate dengan sel- sel multinukleat. Aseptate atau coenocytic
merupakan hifa yang tidak mempunyai septa, hanya tampak seperti sel panjang
yang berisi sitoplasma dan mengandung banyak inti. Septate dengan sel-sel
uninukleat merupakan hifa yang mempunyai septa sehingga membagi hifa
menjadi sel- sel berinti banyak. Septate dengan sel- sel multinukleat merupakan
hifa yang mempunyai sekat sehingga membagi hifa menjadi sel -sel yang berisi
lebih dari satu inti (Alexopoulos dkk. 1996: 30--31). Berdasarkan fungsinya, hifa
dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu hifa steril dan hifa vegetatif. Hifa steril
merupakan hifa yang dapat membentuk sel-sel reproduksi atau tubuh buah.
Biasanya pertumbuhannya ke atas sebagai hifa udara atau hifa aerial. Hifa
vegetatif merupakan hifa yang berfungsi untuk mencari makanan ke dalam
substrat sehingga disebut juga hifa substrat (Alcamo 1998 : 156).
Kapang bereproduksi secara seksual dan aseksual. Spora aseksual
terbentuk dengan cara tunas, pembelahan biner ataupun pembentukan spora dari
badan spora. Spora seksual terbentuk melalui proses plasmogami, kariogami dan
tahap meiosis. Macam spora seksual antara lain Askospora, Basidiospora,
Zigospora, dan Oospora. Macam spora aseksual antara lain Konidiospora,
Sporangiospora, Artrospora, Klamidiospora, dan Blastospora (Pelczar & Chan
2008: 191--192).
Kapang dapat dibedakan menjadi kapang tingkat tinggi (higher fungi) dan
kapang tingkat rendah (lower fungi). Kapang tingkat tinggi memiliki satu inti
(monositik), memiliki septa hingga berkompartemen, reproduksi aseksual berupa
spora, dan seksual berupa konidia. Contoh dari kapang tingkat tinggi yaitu
Penicillium chrysogenum dan Aspergillus oryzae. Kapang tingkat rendah
4
memiliki ciri coenositik, tidak bersepta, tidak berkompartemen, reproduksi
seksual dan aseksual berupa spora. Contoh dari kapang tingkat rendah adalah
Rhizopus oryzae (Brock & Madigan 1991: 819).
Kapang yang digunakan dalam pengamatan yaitu Penicillium
chrysogenum, Aspergillus oryzae, dan Rhizopus oryzae. Genus Penicillium
berasal dari bahasa Latin yaitu Penicillus yang berarti kuas seniman. Hal tersebut
menunjuk pada percabangan konidiofor yang merupakan tempat dihasilkannya
rangkaian konidia. Konidia ditunjang oleh fialid yang tumbuh pada ujung
konidiofor, terdapat pula metula yang menunjang fialid. Percabangan konidiofor
dapat berupa simetri atau tidak beraturan. Penicillium sangat umum terdapat pada
aneka produk pangan. Penicillium seringkali diisolasi dari lingkungan seperti di
dalam rumah, tanah gurun, tanah hutan, tambang uranium, sungai yang terpolusi,
rhizosfer kacang tanah dan tomat (Carlile & Watkinson 1995: 50).
Aspergillus berasal dari bahasa Latin yaitu aspergillum, yang menunjuk
pada adanya konidiospora yang berfungsi sebagai alat sporulasi aseksual. Konidia
tumbuh dari hifa substrat dan di ujungnya terjadi pembengkakan membentuk
suatu vesikel. Sejumlah hifa tumbuh dari vesikel. Hifa-hifa tersebut dapat berisi
konidia yang disebut fialid atau bercabang-cabang lagi menghasilkan suatu
struktur yang menunjang fialid yang disebut metula (Dwidjoseputro 1998: 151).
Rhizopus oryzae mempunyai miselium seperti kapas yang tidak bersepta
(coenositik) dengan sporangiofor muncul pada nodus tempat rhizoid berada.
Kolumela berbentuk hemispherical, tidak bulat, silindris atau berbentuk pir. Dasar
sporangium atau apofise berbentuk cangkir yang merupakan perluasan
sporangiofor. Spora dapat berbentuk bulat telur, polygonal, atau melintang.
Anggota genus Rhizopus biasanya berwarna abu-abu, sporangia besar dan
berwarna hitam. Genus Rhizopus menghasilkan kumpulan mirip akar yang
melekat dengan kuat disebut dengan rhizoid (Pelczar & Chan 2008: 300--301).
Usia biakan kapang yang digunakan dalam pengamatan berbeda-beda.
Usia biakan Penicillium chrysogenum 11 hari, Rhizopus oryzae 6 hari, dan
Aspergillus oryzae 6 hari. Usia biakan kapang dalam pengamatan berbeda-beda
dikarenakan tidak semua jenis kapang membutuhkan waktu yang sama untuk
membentuk struktur yang sempurna. Pertumbuhan dan proses metabolisme yang
5
dilakukan setiap kapang berbeda-beda. Kapang Penicillium chrysogenum dapat
tumbuh optimal dalam waktu kurang lebih 10 hari. Kapang Rhizopus oryzae dan
Aspergillus oryzae dapat tumbuh optimal dalam waktu kurang lebih 5 hari.
(McKane & Kandel 1996: 134 --139).
Tahap pertama untuk melakukan identifikasi kapang dan khamir ialah
pengenalan ciri-ciri morfologi. Pengamatan morfologi biasanya dilakukan secara
makroskopis (dengan mata telanjang) maupun mikroskopis. Untuk
mengidentifikasi kelompok kapang dan khamir di samping ciri morfologinya,
masih perlu dilengkapi dengan sifat fisiologi dan biokimianya (Gandjar dkk. 1992:
25). Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam pengamatan mikroskopik kapang
yaitu hifa, spora seksual, spora aseksual, badan buah, dasar badan buah, tangkai
badan buah, struktur khusus. Hifa bersepta atau tidak, transparan atau keruh,
berwarna atau tidak. Spora seksual ditentukan bentuknya, spora aseksual
ditentukan bentuk dan warnanya. Badan buah ditentukan bentuk, warna, ukuran,
letaknya. Dasar badan buah berupa kolumela atau vesikula. Tangkai badan buah
berupa sporangiospora atau konidiospora, bercabang atau tidak. Adanya bentuk
khusus seperti apofisa, stolon, rhizome (Pelczar dkk. 1993: 887--890).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengamatan makroskopik kapang
ialah warna koloni, tekstur koloni, zonasi, radial furrow, exudate drop, reverse
colony, dan growing zone. Tekstur koloni dari kapang umumnya granular
(bergranul), velvety (beludru), floccose, dan wooly (seperti kapas). Zonasi
merupakan daerah pertumbuhan kapang , yaitu pertumbuhan hifa aerial dan hifa
substrat secara bergantian. Zonasi berupa lingkaran-lingkaran yang menunjukkan
perbedaan warna (terang dan gelap) sebagai akibat pertumbuhan vegetatif dan
generatif secara bergantian. Radial furrow merupakan garis radial yang
merupakan perpanjangan stolon dari koloni kapang. Exudate drop merupakan
hasil metabolit sekunder yang umumnya berupa titik-titik cairan. Reverse colony
merupakan warna bagian bawah kapang, yang dapat diamati dengan melihat
bagian bawah cawan petri. Growing zone merupakan daerah pertumbuhan yang
sejajar dengan tepi luar, umumnya berwarna putih karena miselium sedang tidak
bersporulasi (Pelczar dkk. 1993: 886 & 902).
6
Pengamatan makroskopik Penicillium chrysogenum yang berumur 11 hari
memperlihatkan front koloni berwarna biru kehijauan. Tekstur permukaan koloni
seperti beludru (velvety). Diameter koloni 6,7 cm, terlihat memiliki zonasi dan
growing zone. Tidak memiliki radial furrow dan exudate drop. Reverse koloni
berwarna hialin, terlihat memiliki zonasi dan growing zone namun tidak memiliki
radial furrow. Berdasarkan literatur, Penicillium chrysogenum memiliki warna
koloni biru kehijauan, reverse koloni berwarna hialin terkadang kuning.
Permukaan koloni seperti terdapat rambut-rambut halus seperti beludru (Fardiaz
1992 : 201).
Pengamatan makroskopik Aspergillus oryzae yang berumur 6 hari
memperlihatkan front koloni berwarna hijau kecoklatan. Tekstur permukaan
koloni yaitu butiran (granular). Diameter koloni 7 cm, terlihat memiliki zonasi
dan growing zone. Tidak memiliki radial furrow dan exudate drop. Reverse
koloni berwarna hialin, terlihat memiliki zonasi dan radial furrow. Berdasarkan
literatur koloni Aspergillus oryzae mempunyai tekstur granular berwarna hijau
sampai kecoklatan. Koloni Aspergillus oryzae memperlihatkan adanya, growing
zone, radial furrow, dan zonasi. Koloni tersebut tidak menunjukkan adanya
exudate drop (Fardiaz 1992 : 204).
Pengamatan makroskopik Rhizopus oryzae yang berumur 6 hari
memperlihatkan front koloni berwarna abu-abu. Tekstur permukaan koloni yaitu
seperti kapas (wooly). Diameter koloni 9 cm, tidak memiliki zonasi, growing
zone, radial furrow maupun exudate drop. Reverse koloni berwarna kuning,
terlihat memiliki radial furrow namun tidak memiliki zonasi. Berdasarkan
literatur, Rhizopus oryzae memiliki struktur yang lengkap dalam waktu kurang
lebih 5 hari dan bertekstur seperti kapas (wooly) (Madigan dkk. 2011: 604).
Pengamatan mikroskopis Penicillium chrysogenum dengan perbesaran 10
x 40 memperlihatkan adanya percabangan konidiofor. Percabangan tersebut juga
dikenal sebagai branch. Hasil pengamatan juga menunjukkan adanya konidia
berbentuk bulat. Bagian fialid, metula, dan tipe percabangan tidak terlihat dengan
jelas pada hasil pengamatan. Berdasarkan literatur, percabangan konidiofor
Penicillium chrysogenum dapat berupa simetri atau tidak beraturan. Tipe
percabangan Penicillium chrysogenum yaitu biverticillata karena memiliki dua
7
percabangan (Carlile & Watkinson 1995: 50). Reproduksi aseksual Penicillium
chrysogenum yaitu dengan konidia, oleh karena itu Penicillium chrysogenum
tergolong kapang tingkat tinggi (higher fungi) (Brock & Madigan 1991: 819).
Pengamatan mikroskopis Aspergillus oryzae dengan perbesaran 10 x 10
memperlihatkan adanya percabangan konidiofor. Hasil pengamatan menunjukkan
bahwa konidia berbentuk bulat. Struktur lain yang terlihat oleh praktikan hanya
fialid, sedangkan struktur metula dan vesikel tidak terlihat dengan jelas.
Berdasarkan literatur, Aspergillus oryzae memiliki beberapa bagian yaitu fialid,
metula, vesikel, konidiofor, dan konidia. Konidia tumbuh dari hifa substrat dan di
ujungnya terjadi pembengkakan membentuk suatu vesikel. Sejumlah hifa tumbuh
dari vesikel. Hifa-hifa tersebut dapat berisi konidia yang disebut fialid atau
bercabang-cabang lagi menghasilkan suatu struktur yang menunjang fialid yang
disebut metula (Dwidjoseputro 1998: 151). Reproduksi aseksual Aspergillus
oryzae yaitu dengan konidia, oleh karena itu Aspergillus oryzae tergolong kapang
tingkat tinggi (higher fungi) (Brock & Madigan 1991: 819).
Pengamatan secara mikroskopik Rhizopus oryzae dengan perbesaran 10 x
10 memperlihatkan adanya percabangan sporangiofor. Selain itu, terlihat adanya
bagian yang membulat disebut dengan sporangium. Sporangiospora pada
Rhizopus oryzae tidak langsung berhubungan dengan udara, tetapi tampak berada
dalam suatu kantung (sporangium). Terdapat pula bagian membulat yang tidak
berisi sporangiospora dinamakan kolumela. Dibagian bawah kolumela terdapat
struktur agak cekung disebut dengan apofise. Berdasarkan literatur, Rhizopus
oryzae memperlihatkan ciri khas yang dapat membedakan dengan kapang lainnya
yaitu adanya struktur rhizoid (struktur mirip akar) yang mampu berfungsi sebagai
akar (Dwidjoseputro 1998: 152 & 153). Hasil pengamatan tidak memperlihatkan
adanya struktur rhizoid. Hal tersebut dikarenakan dalam pembuatan preparat
Rhizopus oryzae kurang dilakukan dengan benar. Reproduksi aseksual Rhizopus
oryzae yaitu dengan sporangispora, oleh karena itu Aspergillus oryzae tergolong
kapang tingkat rendah (lower fungi) (Brock & Madigan 1991: 819).
Larutan yang digunakan dalam pembuatan preparat kapang yaitu
laktofenol. Laktofenol berfungsi untuk mencegah penguapan dan pengerutan sel
kapang, sehingga sel mudah diamati. Organisme yang tersuspensikan ke dalam
8
larutan laktofenol akan mati akibat phenol yang terdapat di dalamnya.
Konsentrasi fenol yang tinggi membuat enzim yang terdapat di dalam sel
terdeaktifasi tanpa menyebabkan terjadinya lisis. Laktofenol tidak mudah
menguap seperti akuades sehingga preparat tidak cepat kering dan sel kapang
tidak cepat rusak. Kerugian dari penggunaan laktofenol yaitu apabila dipakai
terlalu lama laktofenol dapat mengubah bentuk sel (Fardiaz 1992 : 210).
B. Pengamatan morfologi khamir
Khamir atau yeast merupakan fungi uniseluler yang melakukan reproduksi
aseksual dengan cara cell division atau budding. Khamir atau yeast terdapat
sebagai sel bebas yang sederhana. Sel tersebut berbentuk bundar atau lonjong,
tetapi dapat juga ditemukan dalam bentuk lain. Sel khamir berbeda dengan sel
bakteri karena khamir adalah sel eukariot sehingga ukurannya lebih besar
daripada rata-rata ukuran sel bakteri. Khamir tersebar luas di alam, terdapat dalam
air, tanah dan debu serta umum terdapat pada banyak buah-buahan dan sayuran.
Khamir dapat tumbuh baik secara aerob maupun fakultatif (Volk & Wheeler
1993: 189).
Khamir dapat berkembang biak secara aseksual melalui pembelahan sel
(cell division) atau budding. Cell division merupakan pembelahan sederhana dari
sebuah sel menjadi sel anak yang identik dengan sel induk melalui penyempitan
dinding sel. Nukleus dari sel induk terbagi secara mitosis dan satu nukleus akan
berpindah ke tunas pada saat pembentukan tunas (budding). Rantai dari tunas-
tunas tersebut dapat membentuk miselium pendek disebut sebagai
pseudomiselium (Alexopoulos dkk. 1996: 49--50).
Terdapat beberapa karakter yang harus diperhatikan pada pengamatan
makroskopik khamir, seperti warna, tekstur, permukaan koloni, profil dan tepi
koloni. Warna koloni berbeda-beda sesuai dengan pigmen warna yang terdapat
pada sel khamir itu sendiri. Tekstur khamir dapat seperti mucoid (berlendir) dan
butyrous (seperti mentega). Permukaan koloni dapat tampak kusam dan
mengkilat. Profil koloni bisa rata, menggunung, dan cekung. Tepi koloni terbagi
9
menjadi entire (rata), undulate (bergelombang), filiform, curled, dan lobate
(Alcamo 1998 : 161--167).
Biakan yang digunakan dalam pengamatan morfologi khamir ialah
Candida albicans yang berumur 24 jam. Candida albicans termasuk ke dalam
kelas Ascomycetes dengan ciri-ciri mempunyai siklus hidup yang belum lengkap
(imperfecti), belum diketahui adanya fase seksual, hifa bersepta dan reproduksi
aseksualnya dengan cara pertunasan (budding). Biakan yang digunakan berusia 24
jam karena pada waktu tersebut Candida albicans strukturnya sudah sempurna
dan kemungkinan terjadinya budding lebih besar (Volk & Wheeler 1993: 187--
189). Pengamatan makroskopik khamir yaitu dengan mengamati karakter warna,
tekstur koloni, permukaan koloni, profil koloni, dan tepi koloni. Hasil pengamatan
makroskopik dari khamir menunjukan warna koloni dari Candida albicans ialah
putih, tekstur koloni butyrous (seperti mentega), permukaan koloni mengkilap,
profil dan tepi koloni rata (entire) (Dwidjoseputro 1998: 51 & 52).
Hasil pengamatan mikroskopik sel khamir Candida albicans dengan
perbesaran 10 x 40 terlihat sel berbentuk oval atau lonjong berwarna biru. Terlihat
adanya sel vegetatif dari Candida albicans, tetapi ada pula pula yang sedang
melakukan pertunasan (budding). Sel yang sedang mengalami pertunasan terdiri
dari sel induk dan sel anak. Hal tersebut sesuai dengan literatur yang menyatakan
bahwa mayoritas sel berbentuk bulat telur, tetapi ada juga yang memanjang dan
berbentuk elips. Beberapa variasi bentuk dan ukuran khamir tergantung dari umur
dan kondisi lingkungan (Pelczar dkk. 1993: 149--150).
Pengamatan mikroskopik khamir menggunakan pewarna methylen
blue. .Methylen blue berfungsi sebagai pewarna agar sel khamir dapat teramati.
Pewarna tersebut memiliki muatan positif, sehingga akan terikat secara kuat
dengan komponen sel bermuatan negatif. Sel khamir cenderung bermuatan negatif
sehingga pewarna tersebut berafinitas tinggi dengan permukaan sel (Madigan dkk.
2011: 26).
10
IV. KESIMPULAN
1. Hal-hal yang diperhatikan dalam pengamatan makroskopik kapang ialah warna
koloni, tekstur koloni, zonasi, radial furrow, exudate drop, reverse colony, dan
growing zone. Hal- hal yang diperhatikan dalam pengamatan mikroskopik kapang
ialah hifa, spora seksual, spora aseksual, badan buah, dasar badan buah, tangkai
badan buah, struktur khusus. Hal-hal yang diperhatikan pada pengamatan
makroskopik khamir ialah warna, tekstur, permukaan koloni, profil dan tepi
koloni.
2. Penicillium chrysogenum dan Aspergillus oryzae termasuk kapang tingkat
tinggi (higher fungi) karena reproduksi aseksual menggunakan konidiospora.
Rhizopus oryzae termasuk kapang tingkat rendah (lower fungi) karena reproduksi
aseksual menggunakan sporangiospora.
3. Pengamatan mikroskopik kapang menggunakan reagen laktofenol, sedangkan
pengamatan mikroskopik khamir menggunakan reagen methylen blue.
V. DAFTAR ACUAN
Alexopoulos, C. J., C. W. Mims, & M. Blackwell. 1996. Introductory mycology.
Ed. Ke-4. John Wiley & Sons, Inc., New York: vi +868 hlm.
Alcamo, I.E. 1998. Microbiology. McGraw-Hill, New York : vi + 409 hlm.
Brock, T.D. & M.T. Madigan. 1991. Biology of microorganisms. 6th ed. Prentice-
Hall, Inc., Englewood Cliffs: xix + 874 hlm
Carlile, M. J. & S. C. Watkinson.1995. The fungi. Academic Press, London: xiii +
482 hlm.
Dwidjoseputro, D. 1998. Pengantar mikologi. Ed. Ke-2. Penerbit Alumni,
Bandung: xvi + 321 hlm.
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi pangan 1. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta: xii +
308 hlm.
Gandjar, I., I.R. Koentjoro, W. Mangunwardoyo, & L. Soebagya. 1992. Pedoman
praktikum mikrobiologi dasar. Biologi FMIPA UI, Depok: vii + 87 hlm.
11
McKane, L. & J. Kandel. 1996. Microbiology: Essentials and application.
Ed. ke-2. McGraw-Hill, Inc., New York: xxviii + 843 hlm.
Madigan, M.T, J.M. Martinko, D.A. Stahl, & D.P. Clark. 2011. Brock biology of
microorganisms. 13th ed. Benjamin Cummings, San Francisco: xxviii +
1043 hlm.
Pelczar, M.J. & E.C.S Chan. 2008. Dasar-dasar mikrobiology. Terj. dari Elements
of microbiology oleh Hadioetomo, R.S., T. Imas, S.S. Tjitrosomo, & S.L.
Angka. UI-Press. Jakarta: viii + 442 hlm.
Pelczar, M.J., E.C.S. Chan & R.D. Reid. 1993. Microbiology. 4th ed. McGraw-
Hill Publishing Company Ltd., New Delhi: vii + 952 hlm.
Volk, W.A. & M.F. Wheeler. 1993. Mikrobiologi dasar. Ed ke 5. Terj.dari Basic
microbiology. Oleh Adisoemarto, S. Erlangga: xii +396 hlm.
VI. LAMPIRAN
Tabel 1. Hasil pengamatan makroskopik khamir
Karakteristik Candida albicans
Warna Putih
Tekstur koloni Butyrous (seperti mentega)
Permukaan koloni Mengkilap
Profil Rata
Tepi koloni Rata
Umur biakan 24 jam
12
Tabel 2. Hasil pengamatan makroskopik kapang
Karakteristik
Front colony
Rhizopus oryzae Aspergillus
oryzae
Penicillium
chrysogenum
Warna Abu-abu Hijau
kecoklatan
Biru kehijauan
Tekstur koloni Wooly (seperti
kapas)
Granular Velvety (seperti
beludru)
Zonasi Tidak ada Ada Ada
Radial furrow Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Exudate drop Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Growing zone Tidak ada Ada Ada
Karakteristik
Reverse colony
Rhizopus oryzae Aspergillus
oryzae
Penicillium
chrysogenum
Warna Kuning Hialin Hialin
Zonasi Tidak ada Ada Ada
Radial furrow Ada Ada Tidak ada
Gambar 1. Makroskopik kapang Penicillium chrysogenum
[Sumber : Dokumentasi pribadi]
13
Gambar 2. Makroskopik kapang Aspergillus oryzae
[Sumber : Dokumentasi pribadi]
Gambar 3. Makroskopik kapang Rhizopus oryzae
[Sumber : Dokumentasi pribadi]
14
Gambar 4. Makroskopik khamir Candida albicans
[Sumber : Dokumentasi pribadi]
Gambar 4. Mikroskopik kapang Penicillium chrysogenum
[Sumber : Dokumentasi pribadi]
Gambar 5. Mikroskopik kapang Aspergillus oryzae
[Sumber : Dokumentasi pribadi]
15
Gambar 6. Mikroskopik kapang Rhizopus oryzae
[Sumber : Dokumentasi pribadi]
Gambar 7. Mikroskopik khamir Candida albicans
[Sumber : Dokumentasi pribadi]