3. Morfologi Kapang Dan Khamir

23
MORFOLOGI KAPANG DAN KHAMIR I. TUJUAN 1. Mengamati morfologi dan struktur sel kapang dan khamir secara makroskopik maupun mikroskopik. 2. Membedakan kapang tingkat tinggi dan rendah. 3. Mengetahui teknik – teknik pengecatan kapang dan khamir. II. HASIL PENGAMATAN A. Pengamatan makroskopik kapang dan khamir Hasil pengamatan dalam bentuk tabel dapat dilihat pada lampiran B. Pengamatan mikroskopik kapang dan khamir 1. Pengamatan mikroskopik kapang a. Nama biakan : Penicillium chrysogenum Umur biakan : 11 hari Reagen : Laktofenol 1

Transcript of 3. Morfologi Kapang Dan Khamir

Page 1: 3. Morfologi Kapang Dan Khamir

MORFOLOGI KAPANG DAN KHAMIR

I. TUJUAN

1. Mengamati morfologi dan struktur sel kapang dan khamir secara makroskopik

maupun mikroskopik.

2. Membedakan kapang tingkat tinggi dan rendah.

3. Mengetahui teknik – teknik pengecatan kapang dan khamir.

II. HASIL PENGAMATAN

A. Pengamatan makroskopik kapang dan khamir

Hasil pengamatan dalam bentuk tabel dapat dilihat pada lampiran

B. Pengamatan mikroskopik kapang dan khamir

1. Pengamatan mikroskopik kapang

a. Nama biakan : Penicillium chrysogenum

Umur biakan : 11 hari

Reagen : Laktofenol

Perbesaran : 10 x 40

Keterangan gambar : a.Konidiofor

b.Konidia

b. Nama biakan : Rhizopus oryzae

Umur biakan : 6 hari

1

Page 2: 3. Morfologi Kapang Dan Khamir

2

Reagen : Laktofenol

Perbesaran : 10 x 10

Keterangan gambar : a.Kolumela d.Sporangium

b.Apofise e.Sporangiospora

c.Sporangiofor

c. Nama biakan : Aspergillus oryzae

Umur biakan : 6 hari

Reagen : Laktofenol

Perbesaran : 10 x 10

Keterangan gambar : a.Konidiofor c. fialid

b.Konidia

2. Pengamatan mikroskopik khamir

a. Nama biakan : Candida albicans

Umur biakan : 24 jam

Reagen : Methylen blue

Perbesaran : 10 x 40

Keterangan gambar : a.Sel induk

b.Sel anak

c.Budding

III. PEMBAHASAN

A. Pengamatan morfologi kapang

Kapang merupakan fungi berbentuk filamen yang bersifat saprofit atau

parasit dan dapat bereproduksi dengan spora aseksual maupun seksual. Dinding

sel kapang tersusun atas suatu substansi yaitu selulosa. Dinding sel kapang juga

tersusun oleh polimerisasi asetil glukosamin yang dikenal dengan zat kitin

Page 3: 3. Morfologi Kapang Dan Khamir

3

(McKane & Kandel 1996 : 135). Jaringan tubuh (thallus) kapang memanjang,

bercabang-cabang dan dapat membentuk filamen seperti benang yang disebut

hifa. Setiap hifa memiliki lebar 5--10 m. Kumpulan dari hifa tersebut

membentuk suatu struktur yang disebut miselium. Keberadaan struktur miselium

membuat kapang lebih mudah untuk dikenali (Volk & Wheeler 1993:185).

Hifa terdiri atas dinding tubular yang tipis, umumnya transparan dan berisi

lapisan protoplasma dengan ketebalan yang bervariasi. Berdasarkan morfologinya

hifa terdiri atas 3 tipe yaitu septate atau coenocytic, septate dengan sel-sel

uninukleat, septate dengan sel- sel multinukleat. Aseptate atau coenocytic

merupakan hifa yang tidak mempunyai septa, hanya tampak seperti sel panjang

yang berisi sitoplasma dan mengandung banyak inti. Septate dengan sel-sel

uninukleat merupakan hifa yang mempunyai septa sehingga membagi hifa

menjadi sel- sel berinti banyak. Septate dengan sel- sel multinukleat merupakan

hifa yang mempunyai sekat sehingga membagi hifa menjadi sel -sel yang berisi

lebih dari satu inti (Alexopoulos dkk. 1996: 30--31). Berdasarkan fungsinya, hifa

dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu hifa steril dan hifa vegetatif. Hifa steril

merupakan hifa yang dapat membentuk sel-sel reproduksi atau tubuh buah.

Biasanya pertumbuhannya ke atas sebagai hifa udara atau hifa aerial. Hifa

vegetatif merupakan hifa yang berfungsi untuk mencari makanan ke dalam

substrat sehingga disebut juga hifa substrat (Alcamo 1998 : 156).

Kapang bereproduksi secara seksual dan aseksual. Spora aseksual

terbentuk dengan cara tunas, pembelahan biner ataupun pembentukan spora dari

badan spora. Spora seksual terbentuk melalui proses plasmogami, kariogami dan

tahap meiosis. Macam spora seksual antara lain Askospora, Basidiospora,

Zigospora, dan Oospora. Macam spora aseksual antara lain Konidiospora,

Sporangiospora, Artrospora, Klamidiospora, dan Blastospora (Pelczar & Chan

2008: 191--192).

Kapang dapat dibedakan menjadi kapang tingkat tinggi (higher fungi) dan

kapang tingkat rendah (lower fungi). Kapang tingkat tinggi memiliki satu inti

(monositik), memiliki septa hingga berkompartemen, reproduksi aseksual berupa

spora, dan seksual berupa konidia. Contoh dari kapang tingkat tinggi yaitu

Penicillium chrysogenum dan Aspergillus oryzae. Kapang tingkat rendah

Page 4: 3. Morfologi Kapang Dan Khamir

4

memiliki ciri coenositik, tidak bersepta, tidak berkompartemen, reproduksi

seksual dan aseksual berupa spora. Contoh dari kapang tingkat rendah adalah

Rhizopus oryzae (Brock & Madigan 1991: 819).

Kapang yang digunakan dalam pengamatan yaitu Penicillium

chrysogenum, Aspergillus oryzae, dan Rhizopus oryzae. Genus Penicillium

berasal dari bahasa Latin yaitu Penicillus yang berarti kuas seniman. Hal tersebut

menunjuk pada percabangan konidiofor yang merupakan tempat dihasilkannya

rangkaian konidia. Konidia ditunjang oleh fialid yang tumbuh pada ujung

konidiofor, terdapat pula metula yang menunjang fialid. Percabangan konidiofor

dapat berupa simetri atau tidak beraturan. Penicillium sangat umum terdapat pada

aneka produk pangan. Penicillium seringkali diisolasi dari lingkungan seperti di

dalam rumah, tanah gurun, tanah hutan, tambang uranium, sungai yang terpolusi,

rhizosfer kacang tanah dan tomat (Carlile & Watkinson 1995: 50).

Aspergillus berasal dari bahasa Latin yaitu aspergillum, yang menunjuk

pada adanya konidiospora yang berfungsi sebagai alat sporulasi aseksual. Konidia

tumbuh dari hifa substrat dan di ujungnya terjadi pembengkakan membentuk

suatu vesikel. Sejumlah hifa tumbuh dari vesikel. Hifa-hifa tersebut dapat berisi

konidia yang disebut fialid atau bercabang-cabang lagi menghasilkan suatu

struktur yang menunjang fialid yang disebut metula (Dwidjoseputro 1998: 151).

Rhizopus oryzae mempunyai miselium seperti kapas yang tidak bersepta

(coenositik) dengan sporangiofor muncul pada nodus tempat rhizoid berada.

Kolumela berbentuk hemispherical, tidak bulat, silindris atau berbentuk pir. Dasar

sporangium atau apofise berbentuk cangkir yang merupakan perluasan

sporangiofor. Spora dapat berbentuk bulat telur, polygonal, atau melintang.

Anggota genus Rhizopus biasanya berwarna abu-abu, sporangia besar dan

berwarna hitam. Genus Rhizopus menghasilkan kumpulan mirip akar yang

melekat dengan kuat disebut dengan rhizoid (Pelczar & Chan 2008: 300--301).

Usia biakan kapang yang digunakan dalam pengamatan berbeda-beda.

Usia biakan Penicillium chrysogenum 11 hari, Rhizopus oryzae 6 hari, dan

Aspergillus oryzae 6 hari. Usia biakan kapang dalam pengamatan berbeda-beda

dikarenakan tidak semua jenis kapang membutuhkan waktu yang sama untuk

membentuk struktur yang sempurna. Pertumbuhan dan proses metabolisme yang

Page 5: 3. Morfologi Kapang Dan Khamir

5

dilakukan setiap kapang berbeda-beda. Kapang Penicillium chrysogenum dapat

tumbuh optimal dalam waktu kurang lebih 10 hari. Kapang Rhizopus oryzae dan

Aspergillus oryzae dapat tumbuh optimal dalam waktu kurang lebih 5 hari.

(McKane & Kandel 1996: 134 --139).

Tahap pertama untuk melakukan identifikasi kapang dan khamir ialah

pengenalan ciri-ciri morfologi. Pengamatan morfologi biasanya dilakukan secara

makroskopis (dengan mata telanjang) maupun mikroskopis. Untuk

mengidentifikasi kelompok kapang dan khamir di samping ciri morfologinya,

masih perlu dilengkapi dengan sifat fisiologi dan biokimianya (Gandjar dkk. 1992:

25). Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam pengamatan mikroskopik kapang

yaitu hifa, spora seksual, spora aseksual, badan buah, dasar badan buah, tangkai

badan buah, struktur khusus. Hifa bersepta atau tidak, transparan atau keruh,

berwarna atau tidak. Spora seksual ditentukan bentuknya, spora aseksual

ditentukan bentuk dan warnanya. Badan buah ditentukan bentuk, warna, ukuran,

letaknya. Dasar badan buah berupa kolumela atau vesikula. Tangkai badan buah

berupa sporangiospora atau konidiospora, bercabang atau tidak. Adanya bentuk

khusus seperti apofisa, stolon, rhizome (Pelczar dkk. 1993: 887--890).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengamatan makroskopik kapang

ialah warna koloni, tekstur koloni, zonasi, radial furrow, exudate drop, reverse

colony, dan growing zone. Tekstur koloni dari kapang umumnya granular

(bergranul), velvety (beludru), floccose, dan wooly (seperti kapas). Zonasi

merupakan daerah pertumbuhan kapang , yaitu pertumbuhan hifa aerial dan hifa

substrat secara bergantian. Zonasi berupa lingkaran-lingkaran yang menunjukkan

perbedaan warna (terang dan gelap) sebagai akibat pertumbuhan vegetatif dan

generatif secara bergantian. Radial furrow merupakan garis radial yang

merupakan perpanjangan stolon dari koloni kapang. Exudate drop merupakan

hasil metabolit sekunder yang umumnya berupa titik-titik cairan. Reverse colony

merupakan warna bagian bawah kapang, yang dapat diamati dengan melihat

bagian bawah cawan petri. Growing zone merupakan daerah pertumbuhan yang

sejajar dengan tepi luar, umumnya berwarna putih karena miselium sedang tidak

bersporulasi (Pelczar dkk. 1993: 886 & 902).

Page 6: 3. Morfologi Kapang Dan Khamir

6

Pengamatan makroskopik Penicillium chrysogenum yang berumur 11 hari

memperlihatkan front koloni berwarna biru kehijauan. Tekstur permukaan koloni

seperti beludru (velvety). Diameter koloni 6,7 cm, terlihat memiliki zonasi dan

growing zone. Tidak memiliki radial furrow dan exudate drop. Reverse koloni

berwarna hialin, terlihat memiliki zonasi dan growing zone namun tidak memiliki

radial furrow. Berdasarkan literatur, Penicillium chrysogenum memiliki warna

koloni biru kehijauan, reverse koloni berwarna hialin terkadang kuning.

Permukaan koloni seperti terdapat rambut-rambut halus seperti beludru (Fardiaz

1992 : 201).

Pengamatan makroskopik Aspergillus oryzae yang berumur 6 hari

memperlihatkan front koloni berwarna hijau kecoklatan. Tekstur permukaan

koloni yaitu butiran (granular). Diameter koloni 7 cm, terlihat memiliki zonasi

dan growing zone. Tidak memiliki radial furrow dan exudate drop. Reverse

koloni berwarna hialin, terlihat memiliki zonasi dan radial furrow. Berdasarkan

literatur koloni Aspergillus oryzae mempunyai tekstur granular berwarna hijau

sampai kecoklatan. Koloni Aspergillus oryzae memperlihatkan adanya, growing

zone, radial furrow, dan zonasi. Koloni tersebut tidak menunjukkan adanya

exudate drop (Fardiaz 1992 : 204).

Pengamatan makroskopik Rhizopus oryzae yang berumur 6 hari

memperlihatkan front koloni berwarna abu-abu. Tekstur permukaan koloni yaitu

seperti kapas (wooly). Diameter koloni 9 cm, tidak memiliki zonasi, growing

zone, radial furrow maupun exudate drop. Reverse koloni berwarna kuning,

terlihat memiliki radial furrow namun tidak memiliki zonasi. Berdasarkan

literatur, Rhizopus oryzae memiliki struktur yang lengkap dalam waktu kurang

lebih 5 hari dan bertekstur seperti kapas (wooly) (Madigan dkk. 2011: 604).

Pengamatan mikroskopis Penicillium chrysogenum dengan perbesaran 10

x 40 memperlihatkan adanya percabangan konidiofor. Percabangan tersebut juga

dikenal sebagai branch. Hasil pengamatan juga menunjukkan adanya konidia

berbentuk bulat. Bagian fialid, metula, dan tipe percabangan tidak terlihat dengan

jelas pada hasil pengamatan. Berdasarkan literatur, percabangan konidiofor

Penicillium chrysogenum dapat berupa simetri atau tidak beraturan. Tipe

percabangan Penicillium chrysogenum yaitu biverticillata karena memiliki dua

Page 7: 3. Morfologi Kapang Dan Khamir

7

percabangan (Carlile & Watkinson 1995: 50). Reproduksi aseksual Penicillium

chrysogenum yaitu dengan konidia, oleh karena itu Penicillium chrysogenum

tergolong kapang tingkat tinggi (higher fungi) (Brock & Madigan 1991: 819).

Pengamatan mikroskopis Aspergillus oryzae dengan perbesaran 10 x 10

memperlihatkan adanya percabangan konidiofor. Hasil pengamatan menunjukkan

bahwa konidia berbentuk bulat. Struktur lain yang terlihat oleh praktikan hanya

fialid, sedangkan struktur metula dan vesikel tidak terlihat dengan jelas.

Berdasarkan literatur, Aspergillus oryzae memiliki beberapa bagian yaitu fialid,

metula, vesikel, konidiofor, dan konidia. Konidia tumbuh dari hifa substrat dan di

ujungnya terjadi pembengkakan membentuk suatu vesikel. Sejumlah hifa tumbuh

dari vesikel. Hifa-hifa tersebut dapat berisi konidia yang disebut fialid atau

bercabang-cabang lagi menghasilkan suatu struktur yang menunjang fialid yang

disebut metula (Dwidjoseputro 1998: 151). Reproduksi aseksual Aspergillus

oryzae yaitu dengan konidia, oleh karena itu Aspergillus oryzae tergolong kapang

tingkat tinggi (higher fungi) (Brock & Madigan 1991: 819).

Pengamatan secara mikroskopik Rhizopus oryzae dengan perbesaran 10 x

10 memperlihatkan adanya percabangan sporangiofor. Selain itu, terlihat adanya

bagian yang membulat disebut dengan sporangium. Sporangiospora pada

Rhizopus oryzae tidak langsung berhubungan dengan udara, tetapi tampak berada

dalam suatu kantung (sporangium). Terdapat pula bagian membulat yang tidak

berisi sporangiospora dinamakan kolumela. Dibagian bawah kolumela terdapat

struktur agak cekung disebut dengan apofise. Berdasarkan literatur, Rhizopus

oryzae memperlihatkan ciri khas yang dapat membedakan dengan kapang lainnya

yaitu adanya struktur rhizoid (struktur mirip akar) yang mampu berfungsi sebagai

akar (Dwidjoseputro 1998: 152 & 153). Hasil pengamatan tidak memperlihatkan

adanya struktur rhizoid. Hal tersebut dikarenakan dalam pembuatan preparat

Rhizopus oryzae kurang dilakukan dengan benar. Reproduksi aseksual Rhizopus

oryzae yaitu dengan sporangispora, oleh karena itu Aspergillus oryzae tergolong

kapang tingkat rendah (lower fungi) (Brock & Madigan 1991: 819).

Larutan yang digunakan dalam pembuatan preparat kapang yaitu

laktofenol. Laktofenol berfungsi untuk mencegah penguapan dan pengerutan sel

kapang, sehingga sel mudah diamati. Organisme yang tersuspensikan ke dalam

Page 8: 3. Morfologi Kapang Dan Khamir

8

larutan laktofenol akan mati akibat phenol yang terdapat di dalamnya.

Konsentrasi fenol yang tinggi membuat enzim yang terdapat di dalam sel

terdeaktifasi tanpa menyebabkan terjadinya lisis. Laktofenol tidak mudah

menguap seperti akuades sehingga preparat tidak cepat kering dan sel kapang

tidak cepat rusak. Kerugian dari penggunaan laktofenol yaitu apabila dipakai

terlalu lama laktofenol dapat mengubah bentuk sel (Fardiaz 1992 : 210).

B. Pengamatan morfologi khamir

Khamir atau yeast merupakan fungi uniseluler yang melakukan reproduksi

aseksual dengan cara cell division atau budding. Khamir atau yeast terdapat

sebagai sel bebas yang sederhana. Sel tersebut berbentuk bundar atau lonjong,

tetapi dapat juga ditemukan dalam bentuk lain. Sel khamir berbeda dengan sel

bakteri karena khamir adalah sel eukariot sehingga ukurannya lebih besar

daripada rata-rata ukuran sel bakteri. Khamir tersebar luas di alam, terdapat dalam

air, tanah dan debu serta umum terdapat pada banyak buah-buahan dan sayuran.

Khamir dapat tumbuh baik secara aerob maupun fakultatif (Volk & Wheeler

1993: 189).

Khamir dapat berkembang biak secara aseksual melalui pembelahan sel

(cell division) atau budding. Cell division merupakan pembelahan sederhana dari

sebuah sel menjadi sel anak yang identik dengan sel induk melalui penyempitan

dinding sel. Nukleus dari sel induk terbagi secara mitosis dan satu nukleus akan

berpindah ke tunas pada saat pembentukan tunas (budding). Rantai dari tunas-

tunas tersebut dapat membentuk miselium pendek disebut sebagai

pseudomiselium (Alexopoulos dkk. 1996: 49--50).

Terdapat beberapa karakter yang harus diperhatikan pada pengamatan

makroskopik khamir, seperti warna, tekstur, permukaan koloni, profil dan tepi

koloni. Warna koloni berbeda-beda sesuai dengan pigmen warna yang terdapat

pada sel khamir itu sendiri. Tekstur khamir dapat seperti mucoid (berlendir) dan

butyrous (seperti mentega). Permukaan koloni dapat tampak kusam dan

mengkilat. Profil koloni bisa rata, menggunung, dan cekung. Tepi koloni terbagi

Page 9: 3. Morfologi Kapang Dan Khamir

9

menjadi entire (rata), undulate (bergelombang), filiform, curled, dan lobate

(Alcamo 1998 : 161--167).

Biakan yang digunakan dalam pengamatan morfologi khamir ialah

Candida albicans yang berumur 24 jam. Candida albicans termasuk ke dalam

kelas Ascomycetes dengan ciri-ciri mempunyai siklus hidup yang belum lengkap

(imperfecti), belum diketahui adanya fase seksual, hifa bersepta dan reproduksi

aseksualnya dengan cara pertunasan (budding). Biakan yang digunakan berusia 24

jam karena pada waktu tersebut Candida albicans strukturnya sudah sempurna

dan kemungkinan terjadinya budding lebih besar (Volk & Wheeler 1993: 187--

189). Pengamatan makroskopik khamir yaitu dengan mengamati karakter warna,

tekstur koloni, permukaan koloni, profil koloni, dan tepi koloni. Hasil pengamatan

makroskopik dari khamir menunjukan warna koloni dari Candida albicans ialah

putih, tekstur koloni butyrous (seperti mentega), permukaan koloni mengkilap,

profil dan tepi koloni rata (entire) (Dwidjoseputro 1998: 51 & 52).

Hasil pengamatan mikroskopik sel khamir Candida albicans dengan

perbesaran 10 x 40 terlihat sel berbentuk oval atau lonjong berwarna biru. Terlihat

adanya sel vegetatif dari Candida albicans, tetapi ada pula pula yang sedang

melakukan pertunasan (budding). Sel yang sedang mengalami pertunasan terdiri

dari sel induk dan sel anak. Hal tersebut sesuai dengan literatur yang menyatakan

bahwa mayoritas sel berbentuk bulat telur, tetapi ada juga yang memanjang dan

berbentuk elips. Beberapa variasi bentuk dan ukuran khamir tergantung dari umur

dan kondisi lingkungan (Pelczar dkk. 1993: 149--150).

Pengamatan mikroskopik khamir menggunakan pewarna methylen

blue. .Methylen blue berfungsi sebagai pewarna agar sel khamir dapat teramati.

Pewarna tersebut memiliki muatan positif, sehingga akan terikat secara kuat

dengan komponen sel bermuatan negatif. Sel khamir cenderung bermuatan negatif

sehingga pewarna tersebut berafinitas tinggi dengan permukaan sel (Madigan dkk.

2011: 26).

Page 10: 3. Morfologi Kapang Dan Khamir

10

IV. KESIMPULAN

1. Hal-hal yang diperhatikan dalam pengamatan makroskopik kapang ialah warna

koloni, tekstur koloni, zonasi, radial furrow, exudate drop, reverse colony, dan

growing zone. Hal- hal yang diperhatikan dalam pengamatan mikroskopik kapang

ialah hifa, spora seksual, spora aseksual, badan buah, dasar badan buah, tangkai

badan buah, struktur khusus. Hal-hal yang diperhatikan pada pengamatan

makroskopik khamir ialah warna, tekstur, permukaan koloni, profil dan tepi

koloni.

2. Penicillium chrysogenum dan Aspergillus oryzae termasuk kapang tingkat

tinggi (higher fungi) karena reproduksi aseksual menggunakan konidiospora.

Rhizopus oryzae termasuk kapang tingkat rendah (lower fungi) karena reproduksi

aseksual menggunakan sporangiospora.

3. Pengamatan mikroskopik kapang menggunakan reagen laktofenol, sedangkan

pengamatan mikroskopik khamir menggunakan reagen methylen blue.

V. DAFTAR ACUAN

Alexopoulos, C. J., C. W. Mims, & M. Blackwell. 1996. Introductory mycology.

Ed. Ke-4. John Wiley & Sons, Inc., New York: vi +868 hlm.

Alcamo, I.E. 1998. Microbiology. McGraw-Hill, New York : vi + 409 hlm.

Brock, T.D. & M.T. Madigan. 1991. Biology of microorganisms. 6th ed. Prentice-

Hall, Inc., Englewood Cliffs: xix + 874 hlm

Carlile, M. J. & S. C. Watkinson.1995. The fungi. Academic Press, London: xiii +

482 hlm.

Dwidjoseputro, D. 1998. Pengantar mikologi. Ed. Ke-2. Penerbit Alumni,

Bandung: xvi + 321 hlm.

Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi pangan 1. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta: xii +

308 hlm.

Gandjar, I., I.R. Koentjoro, W. Mangunwardoyo, & L. Soebagya. 1992. Pedoman

praktikum mikrobiologi dasar. Biologi FMIPA UI, Depok: vii + 87 hlm.

Page 11: 3. Morfologi Kapang Dan Khamir

11

McKane, L. & J. Kandel. 1996. Microbiology: Essentials and application.

Ed. ke-2. McGraw-Hill, Inc., New York: xxviii + 843 hlm.

Madigan, M.T, J.M. Martinko, D.A. Stahl, & D.P. Clark. 2011. Brock biology of

microorganisms. 13th ed. Benjamin Cummings, San Francisco: xxviii +

1043 hlm.

Pelczar, M.J. & E.C.S Chan. 2008. Dasar-dasar mikrobiology. Terj. dari Elements

of microbiology oleh Hadioetomo, R.S., T. Imas, S.S. Tjitrosomo, & S.L.

Angka. UI-Press. Jakarta: viii + 442 hlm.

Pelczar, M.J., E.C.S. Chan & R.D. Reid. 1993. Microbiology. 4th ed. McGraw-

Hill Publishing Company Ltd., New Delhi: vii + 952 hlm.

Volk, W.A. & M.F. Wheeler. 1993. Mikrobiologi dasar. Ed ke 5. Terj.dari Basic

microbiology. Oleh Adisoemarto, S. Erlangga: xii +396 hlm.

VI. LAMPIRAN

Tabel 1. Hasil pengamatan makroskopik khamir

Karakteristik Candida albicans

Warna Putih

Tekstur koloni Butyrous (seperti mentega)

Permukaan koloni Mengkilap

Profil Rata

Tepi koloni Rata

Umur biakan 24 jam

Page 12: 3. Morfologi Kapang Dan Khamir

12

Tabel 2. Hasil pengamatan makroskopik kapang

Karakteristik

Front colony

Rhizopus oryzae Aspergillus

oryzae

Penicillium

chrysogenum

Warna Abu-abu Hijau

kecoklatan

Biru kehijauan

Tekstur koloni Wooly (seperti

kapas)

Granular Velvety (seperti

beludru)

Zonasi Tidak ada Ada Ada

Radial furrow Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Exudate drop Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Growing zone Tidak ada Ada Ada

Karakteristik

Reverse colony

Rhizopus oryzae Aspergillus

oryzae

Penicillium

chrysogenum

Warna Kuning Hialin Hialin

Zonasi Tidak ada Ada Ada

Radial furrow Ada Ada Tidak ada

Gambar 1. Makroskopik kapang Penicillium chrysogenum

[Sumber : Dokumentasi pribadi]

Page 13: 3. Morfologi Kapang Dan Khamir

13

Gambar 2. Makroskopik kapang Aspergillus oryzae

[Sumber : Dokumentasi pribadi]

Gambar 3. Makroskopik kapang Rhizopus oryzae

[Sumber : Dokumentasi pribadi]

Page 14: 3. Morfologi Kapang Dan Khamir

14

Gambar 4. Makroskopik khamir Candida albicans

[Sumber : Dokumentasi pribadi]

Gambar 4. Mikroskopik kapang Penicillium chrysogenum

[Sumber : Dokumentasi pribadi]

Gambar 5. Mikroskopik kapang Aspergillus oryzae

[Sumber : Dokumentasi pribadi]

Page 15: 3. Morfologi Kapang Dan Khamir

15

Gambar 6. Mikroskopik kapang Rhizopus oryzae

[Sumber : Dokumentasi pribadi]

Gambar 7. Mikroskopik khamir Candida albicans

[Sumber : Dokumentasi pribadi]