Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Angka Kapang Khamir

12
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI FARMASI PRAKTIKUM XI UJI ANGKA KAPANG/KHAMIR Penyusun : 1. Annisa Nilamsari Utami 14/362870/FA/10026 (……) 2. Muhammad Faishal Mahdi 14/362873/FA/10029 (……) 3. Agung Wiranto Setyabudi 14/362876/FA/10032 (……) 4. Cinantya Talia Paramita 14/362879/FA/10035 (……) Kelas : A Golongan / Kelompok : II / 2 Hari, Tanggal Praktikum : Rabu, 13 Mei 2015 Dosen Jaga : Dr. rer.nat. Yosi Bayu Murti, M.Si., Apt. Asisten Jaga : Dita dan Ika Asisten Koreksi : LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASI BAGIAN BIOLOGI FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS GADJAH MADA

description

menentukan jumlah cemaran jamur dalam sediaan farmasi; obat, makanan, minuman, kosmetika

Transcript of Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Angka Kapang Khamir

LAPORAN RESMIPRAKTIKUM MIKROBIOLOGI FARMASIPRAKTIKUM XIUJI ANGKA KAPANG/KHAMIR

Penyusun :1. Annisa Nilamsari Utami14/362870/FA/10026 ()2. Muhammad Faishal Mahdi14/362873/FA/10029 ()3. Agung Wiranto Setyabudi14/362876/FA/10032 ()4. Cinantya Talia Paramita14/362879/FA/10035 ()Kelas : AGolongan / Kelompok: II / 2Hari, Tanggal Praktikum: Rabu, 13 Mei 2015Dosen Jaga: Dr. rer.nat. Yosi Bayu Murti, M.Si., Apt.Asisten Jaga: Dita dan IkaAsisten Koreksi:LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASIBAGIAN BIOLOGI FARMASIFAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS GADJAH MADAYOGYAKARTA2015

PRAKTIKUM XIUJI ANGKA KAPANG/KHAMIR

I. TujuanMenetapkan adanya cemaran kapang/khamir dalam sediaan makanan, minuman, kosmetika dan obat tradisional.

II. Dasar TeoriJamur atau fungi ialah organisme heterotrof yang tidak memiliki klorofil dan memerlukan senyawa organic sebgai nutrisinya. Fungi mempunyai sifat dimorfisme, yaitu memiliki dua bentuk pertumbuhan yang bergantung pada kondisi lingkungan. Kedua bentuk pertumbuhan tersebut adalah kapang (molds) dan khamir (yeast) (Jawetz dkk., 1995)Kapang merupakan fungi yang membentuk hifa. Anggota-anggotanya tersebar dalam filum Glomeromycota, Ascomycota dan Basidiomycota. Kapang bereproduksi dan menyebar menggunakan spora. Spora kapang terdiri atas dua jenis yaitu spora seksual dan spora aseksual. Spora aseksual umumnya memiliki ukuran yang kecil (diameternya 1-10m) dan ringan, sehingga umumnya tersebar secara pasif menggunakan aliran udara. Apabila terhirup dalam jumlah tertentu, spora kapang dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada manusia (Hibbett dkk., 2007).Khamir merupakan fungi bersel satu yang mikroskopik dan tidak memiliki flagella. Beberapa membentuk filament (pseudomiselium). Cara hidupnya sebagai saprofit dan parasite. Hidup di dalam tanah atau debu di udara, daun-daun, nectar bunga, permukaan buha-buahan, di tubuh serangga dan cairan yang mengandung gula. Anggota-anggotanya tersebar dalam filum Zygomycota, Ascomycota dan Basidiomycota. Khamir umumnya berkembang biak secara seksual maupun aseksual. Cara aseksual yaitu dengan difusi (penggabungan) dua sel dengan tipe perkawinan yang berbeda. Zigot hasil difusi ini akan membentuk 4 hingga 8 spora yang kemudian menyebar (Pratiwi, 2008).Baik kapang maupun khamir memiliki kecepatan reproduksi yang cukup tinggi; Adanya cemaran dalam sediaan makanan, minuman, kosmetika maupun obat-obatan harus dihindari sedini mungkin. Salah satu cara untuk mengidentifikasi keberadaan cemaran kapang dan khamir dalam sediaan adalah dengan melakukan uji angka kapang/khamir. Departemen Kesehatan (sekarang Kementerian Kesehatan) Republik Indonesia telah menetapkan batas angka kapang/khamir tertentu yang masih dianggap aman untuk dikonsumsi, yaitu < 104 koloni per ml (Anonim, 1992).

Pengujian angka kapang/khamir dapat dilakukan dengan salah satu dari kedua metode berikut:1. Teknik cawan tuang (Pour plate)Metode ini dilakukan dengan menuangkan suspensi sampel yang akan diperiksa ke dalam cawan petri, kemudian media cair dimasukkan, lalu digoyang-goyangkan agar merata ketika media memadat. Keuntungan metode ini antara lain: lebih homogen, tidak membuuhkan keahlian tertentu dan dapat digunakan untuk deteksi mikroba pada konsentrasi rendah. Kerugiannya, metode ini hanya sesuai untuk mikroba yang tahan terhadap panas.2. Teknik sebaran (Spread plate)Metode ini dilakukan dengan cara menuangkan media terlebih dahulu; setelah memadat, suspensi sampel yang akan diperiksa dimasukkan lalu diratakan dengan spreader glass. Metode ini hanya membutuhkan sedikit sampel dan cocok untuk segala jenis mikroba, namun perlu keahlian khusus dalam perataan sampel agar media tidak rusak.

III. Alat dan BahanA. Alat1. Kotak aseptis2. Tabung reaksi (8 buah)3. Cawan petri (10 buah)4. Gelas ukur 10 mL (1 buah)5. Mikropipet dan blue tip6. VortexB. Bahan1. Sampel uji, berupa isi dari kapsul ekstrak kulit Manggis (Garcinia mangostana)2. Pelarut ASA (Air Suling Agar) 0,05%3. Media PDA (Potato Dextrose Agar) mengandung kloramfenikol 100 mL/L

IV. Cara KerjaDitimbang 1 gram sampel yang akan diperiksa, dicampur dengan 10 mL larutan pengencer (ASA 0,05%)

Di-vortex campuran sampel dan larutan pengencer hingga homogen

Dilakukan pengenceran seri hingga 10-4, direplikasi sebanyak satu kali

Dicairkan media PDA, dituangkan ke seluruh cawan petri masing-masing sebanyak 10 mL, dibiarkan memadat

Dipipet 0,5 mL dari masing-masing pengenceran, dituangkan pada permukaan media padat PDA, diratakan

Dibuat kontrol media (tidak ditambahkan apapun pada media padat PDA) dan kontrol pelarut (dituang 0,5 mL pelarut ASA pada permukaan media padat PDA, diratakan)

Diinkubasi seluruh cawan petri pada suhu 20-25C

Diamati pada hari ketiga sampai kelima, dihitung jumlah koloni yang tumbuh

V. Hasil PengamatanPengamatan dilakukan setelah sampel diinkubasi selama 5 x 24 jam.

Gambar 1. Sampel uji dengan pengenceran 10-1 setelah diinkubasi selama 5 x 24 jam. Jumlah koloni pada seri pengenceran pertama (kiri) adalah 34 dan pada seri pengenceran kedua (kanan) adalah 10

Gambar 2. Sampel uji dengan pengenceran 10-2 setelah diinkubasi selama 5 x 24 jam. Jumlah koloni pada seri pengenceran pertama adalah 32 dan pada seri pengenceran kedua adalah 25

Gambar 3. Sampel uji dengan pengenceran 10-3 setelah diinkubasi selama 5 x 24 jam. Jumlah koloni pada seri pengenceran pertama adalah 80 dan pada seri pengenceran kedua adalah 10

Gambar 4. Sampel uji dengan pengenceran 10-4 setelah diinkubasi selama 5 x 24 jam. Jumlah koloni pada seri pengenceran pertama adalah 32 dan pada seri pengenceran kedua adalah 16

Gambar 5. Kontrol media (kanan) dan kontrol pelarut (kiri) setelah diinkubasi selama 5 x 24 jam. Jumlah koloni pada kontrol media adalah 65 dan pada kontrol pelarut adalah 13

Data jumlah koloni dan angka kapang/khamir (AKK) dari kedua seri pengenceran, diurutkan dari yang tertinggi hingga terendah tercantum dalam tabel di bawah ini.

Seri pengenceranKonsentrasiJumlah koloniAKK (CFU/mL)

I10-380800.000

I10-134340.000

I10-232320.000

I10-432320.000

II10-225250.000

II10-416160.000

II10-110100.000

II10-110100.000

AKK yang tertera dalam tabel dihitung dengan rumus berikut:

Berdasarkan data yang terdapat dalam tabel tersebut, sampel uji yang diperiksa memiliki AKK lebih besar/kecil daripada yang ditetapkan oleh Departemen/Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yaitu 104 CFU/mL, melebihi/tidak ambang batas konsumsi.

VI. PembahasanPraktikum ini bertujuan untuk menetapkan adanya cemaran kapang/khamir dalam sediaan makanan, minuman, kosmetika dan obat tradisional, sehingga dapat diketahui apakah produk-produk tersebut aman atau tidak untuk dikonsumsi. Parameter yang digunakan untuk menentukan keamanan tersebut adalah Angka Kapang/Khamir (AKK), yaitu jumlah koloni kapang/khamir dikalikan faktor pengenceran per bobot sampel dalam gram. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia, suatu sediaan dianggap aman untuk dikonsumsi jika AKK-nya kurang dari 104 CFU/mL (Anonim, 1992).Sampel yang diuji dalam praktikum kali ini adalah kapsul ekstrak Kulit Manggis. Metode yang digunakan untuk menentukan AKK-nya adalah spread plate, yaitu teknik menanam dengan menyebarkan suspensi mikroba di atas permukaan suatu media untuk memperoleh kultur murni (Leboffe & Pierce, 2010). Percobaan dilakukan secara aseptis, seluruh alat yang dipakai harus disterilkan terlebih dahulu.Langkah pertama adalah menimbang 1 gram sampel yang akan diuji, yaitu isi dari kapsul ekstrak Kulit Manggis, kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi 10 mL larutan pengencer ASA (Air Suling Agar 0,05%) dan di-vortex agar kedua bahan tersebut tercampur secara homogen. Campuran dalam tabung reaksi pertama ini memiliki konsentrasi 10-1.Langkah selanjutnya adalah pengenceran seri yang bertujuan untuk memudahkan pengamatan, mengontrol serta meminimalisasi kesalahan dalam percobaan ini. Diambil 1 mL campuran dalam tabung reaksi pertama, lalu dipindahkan ke dalam tabung kedua sehingga konsentrasinya menjadi 10-2; selanjutnya diambil 1 mL campuran dalam tabung reaksi kedua, lalu dipindahkan ke dalam tabung ketiga sehingga konsentrasinya menjadi 10-3; terakhir, diambil 1 mL campuran dalam tabung reaksi ketiga, lalu dipindahkan ke dalam tabung keempat sehingga konsentrasinya menjadi 10-4. Prosedur ini direplikasi sebanyak satu kali.Berikutnya dipanaskan media PDA (Potato Dextrose Agar) yang nantinya akan digunakan untuk menumbuhkan kapang/khamir serta untuk enumerasi kapang/khamir tersebut dalam sampel yang akan diperiksa. PDA mengandung 20% ekstrak kentang dan 2% dekstrosa (Harley & Prescott, 2001); merupakan sumber karbohidrat yang cukup untuk pertumbuhan kapang/khamir. Dalam percobaan ini media PDA ditambahkan Kloramfenikol sebanyak 100 ml/L, hal ini dimaksudkan untuk membunuh bakteri sehingga hanya fungi yang akan tumbuh pada media. Setelah mencair, dituangkan media PDA ke dalam seluruh cawan petri, masing-masing sebanyak 10 mL, lalu dibiarkan hingga media memadat.Setelah media memadat, diambil 0,5 mL sampel dari masing-masing tabung reaksi, dituangkan di permukaan media kemudian diratakan dengan spreader glass yang disterilkan dengan membakarnya di atas bunsen sebelum dan sesudah sampel diratakan. Sebagai pembanding, dibuat kontrol media yang hanya berisi media PDA tanpa penambahan apapun serta kontrol pelarut dengan menambahkan 0,5 mL pelarut ASA di permukaan media. Tujuan pembuatan kontrol ini adalah untuk mengetahui apakah koloni fungi yang tumbuh hanya berasal dari sampel ataukah juga terdapat dalam media dan pelarutnya.Langkah terakhir, diinkubasi seluruh cawan petri pada suhu 20-25C untuk diamati pada hari ketiga sampai kelima setelah percobaan dilakukan. Alasan dipilih suhu 20-25C karena kapang dan khamir tumbuh dan berkembang biak lebih optimal dalam suhu tersebut. Sementara alasan mengapa inkubasi dilakukan selama 3-5 hari adalah pertumbuhan fungi yang membutuhkan waktu relatif lebih lama dibandingkan dengan pertumbuhan, meskipun dalam rentang waktu tersebut ada kemungkinan kapang dan khamir tumbuh secara tumpang tindih sehingga menyulitkan perhitungan koloninya.Praktikan melakukan pengamatan pada hari ke-5 inkubasi, dan hasilnya terdapat satu sampel yang jumlah koloninya lebih dari 40, yaitu sampel dari seri pengenceran pertama dengan konsentrasi 10-3, yang AKKnya bernilai 800.000 CFU/mL, melebihi aturan jumlah AKK yang dipersyaratkan oleh Departemen Kesehatan RI. Sampel lainnya dari seri pengenceran pertama jumlah koloninya mendekati 40; sedangkan dari seri pengenceran kedua jumlah koloninya lebih rendah, berkisar antara 10-25. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan sampel yang diuji tidak aman untuk dikonsumsi.Namun hasil pengujian tersebut dapat dipengaruhi oleh kondisi media dan pelarut yang ternyata tidak steril, terbukti dari pertumbuhan koloni yang cukup banyak dalam medianya sendiri sebanyak 650.000 CFU/mL dan pada pelarut sebanyak 130.000 CFU/mL.

VII. Kesimpulan1. Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diuji tercemar kapang/khamir lebih dari ambang batas konsumsi yang telah ditetapkan oleh Departemen/Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yaitu 104 CFU/mL.2. Angka Kapang/Khamir (AKK) dinyatakan sebagai jumlah koloni kapang/khamir dikalikan faktor pengenceran per bobot sampel dalam gram.3. Metode penentuan AKK yang diaplikasikan dalam praktikum ini adalah metode spread plate (teknik sebaran)4. Kapsul ekstrak kulit Manggis yang diuji memiliki nilai AKK sebesar 8 x 105, melebihi 104 CFU/mL, sehingga kapsul tersebut tidak aman untuk dikonsumsi.

VIII. Daftar PustakaAnonim, 1992, Prosedur Operasional Baku Pengujian Mikrobiologi, Pusat Pemeriksaan Obat dan Makanan Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.Harley, J.P. & Prescott, L.M., 2001, Laboratory Exercise in Microbiology, 5th ed., McGraw-Hill, New York.Hibbett, D.S. dkk., 2007, A higher-level phylogenetic classification of the Fungi, Mycol Res 111(5):509-47.Jawetz, E., Melnick, J.L., Adelberg, E.A., Brooks, G.F., Butel, J.S. & Ornston, L.N., 1995, Mikrobiologi Kedokteran, edisi keduapuluh, diterjemahkan oleh Nugroho & R.F. Maulany, EGC, Jakarta.Leboffe, M.J. & Pierce, B.E., 2010, Microbiology: Laboratory Theory & Application, 3rd ed., Morton Publishing, Colorado.Pratiwi, S.T., 2008, Buku Ajar Mikrobiologi Farmasi, Erlangga, Jakarta.

Yogyakarta, 19 Mei 2015Praktikan, 1. Annisa Nilamsari Utami(10026) ()2. Muhammad Faishal Mahdi(10029) ()3. Agung Wiranto Setyabudi(10032) ()4. Cinantya Talia Paramita(10035) ()