Pemicu 1

4
1.Anatomi Sistem Respirasi (Tortora, G.J., dan Derrickson, B.H., 2009. Principles of Anatomy and Physiology. 12 th ed. Asia: John Wiley and Sons, Inc: 875-876) Secara struktural, sistem respirasi terdiri dari sistem respiratorius bagian atas dan sistem respiratorius bagian bawah. Sistem respiratorius bagian atas terdiri dari hidung, farings dan struktur lainnya yang berkaitan. Sistem respiratorius bagian bawah terdiri dari larings, trakea, bronkus dan paru-paru. Secara fungsional, sistem respirasi terdiri dari dua bagian: (1) zona konduksi, terdiri dari rongga penghubung antara luar dan paru- paru. Yang termasuk zona konduksi ini adalah hidung, farings, larings, trakea, bronkus, bronkiolus dan bronkiolus terminalis. (2) zona respiratorius, terdiri dari jaringan dalam paru-paru dimana terjadi pertukaran gas. Yang termasuk zona respiratorius ini adalah bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, kantong alveolaris dan alveoli. 5. Uji faal paru (1. Alsagaff,., 2005. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press, Surabaya. 2. Blonshine, S. and J.B. Fink, January 2000 "Spirometry: Asthma and COPD Guidelines Creating Opportunities for RTs." AARC Times) Uji faal paru bertujuan untuk mengetahui apakah fungsi paru seseorang individu dalam keadaan normal atau abnormal. Pemeriksaan faal paru biasanya dikerjakan berdasarkan indikasi atau keperluan tertentu, misalnya untuk menegakkan diagnosis penyakit paru tertentu, evaluasi pengobatan asma, evaluasi rehabilitasi penyakit paru, evaluasi fungsi paru bagi seseorang yang akan mengalami pembedahan toraks atau abdomen bagian atas, penderita penyakit paru obstruktif menahun, akan mengalami anestasi umum sedangkan yang bersangkutan menderita penyakit paru atau jantung dan keperluan lainnya. Secara lengkap uji faal paru dilakukan dengan menilai fungsi ventilasi, difusi gas, perfusi darah paru dan transport gas O2 dan CO2 dalam peredaran darah. Fungsi paru disebut normal apabila PaO2 lebih dari 50mmHg dan PaCO2 kurang dari 50mmHg dan disebut gagal napas apabila PaCO2 kurang dari 50mmHg dan PaCO2 lebih dari 50mmHg. Apabila PaO2 lebih dari 50mmHg dan PaCO2 kurang dari 50mmHg, dikatakan bahwa fungsi difusi gas berlangsung normal.

Transcript of Pemicu 1

Page 1: Pemicu 1

1.Anatomi Sistem Respirasi (Tortora, G.J., dan Derrickson, B.H., 2009. Principles of Anatomy and Physiology. 12th ed. Asia: John Wiley and Sons, Inc: 875-876)

Secara struktural, sistem respirasi terdiri dari sistem respiratorius bagian atas dan sistem respiratorius bagian bawah. Sistem respiratorius bagian atas terdiri dari hidung, farings dan struktur lainnya yang berkaitan. Sistem respiratorius bagian bawah terdiri dari larings, trakea, bronkus dan paru-paru.

Secara fungsional, sistem respirasi terdiri dari dua bagian: (1) zona konduksi, terdiri dari rongga penghubung antara luar dan paru-paru. Yang termasuk zona konduksi ini adalah hidung, farings, larings, trakea, bronkus, bronkiolus dan bronkiolus terminalis. (2) zona respiratorius, terdiri dari jaringan dalam paru-paru dimana terjadi pertukaran gas. Yang termasuk zona respiratorius ini adalah bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, kantong alveolaris dan alveoli.

5. Uji faal paru (1. Alsagaff,., 2005. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press, Surabaya. 2. Blonshine, S. and J.B. Fink, January 2000 "Spirometry: Asthma and COPD Guidelines Creating Opportunities for RTs." AARC Times)

Uji faal paru bertujuan untuk mengetahui apakah fungsi paru seseorang individu dalam keadaan normal atau abnormal. Pemeriksaan faal paru biasanya dikerjakan berdasarkan indikasi atau keperluan tertentu, misalnya untuk menegakkan diagnosis penyakit paru tertentu, evaluasi pengobatan asma, evaluasi rehabilitasi penyakit paru, evaluasi fungsi paru bagi seseorang yang akan mengalami pembedahan toraks atau abdomen bagian atas, penderita penyakit paru obstruktif menahun, akan mengalami anestasi umum sedangkan yang bersangkutan menderita penyakit paru atau jantung dan keperluan lainnya.

Secara lengkap uji faal paru dilakukan dengan menilai fungsi ventilasi, difusi gas, perfusi darah paru dan transport gas O2 dan CO2 dalam peredaran darah. Fungsi paru disebut normal apabila PaO2 lebih dari 50mmHg dan PaCO2 kurang dari 50mmHg dan disebut gagal napas apabila PaCO2 kurang dari 50mmHg dan PaCO2 lebih dari 50mmHg. Apabila PaO2 lebih dari 50mmHg dan PaCO2 kurang dari 50mmHg, dikatakan bahwa fungsi difusi gas berlangsung normal.

Untuk keperluan praktis dan uji skrining, biasanya penilian faal paru seseorang cukup dengan melakukan uji fungsi ventilasi paru. Apabila fungsi ventilasi nilainya baik, dapat mewakili keseluruhan fungsi paru dan biasanya fungsi-fungsi paru lainnya juga baik. Penilaian fungsi ventilasi berkaitan erat dengan penilaian mekanika pernapasan. Untuk menilai fungsi ventilasi digunakan spirometer untuk mencatat grafik pernapasan berdasarkan jumlah dan kecepatan udara yang keluar atau masuk ke dalam spirometer.

- Spirometri

Spirometri merupakan suatu metode sederhana yang dapat mengukur sebagian terbesar volume dan kapasitas paru-paru. Spirometri merekam secara grafis atau digital volume ekspirasi paksa dan kapasitas vital paksa. Volume Ekspirasi Paksa (VEP) atau Forced Expiratory Volume (FEV) adalah volume dari udara yang dihembuskan dari paru-paru setelah inspirasi maksimum dengan usaha paksa minimum, diukur pada jangka waktu tertentu. Biasanya diukur dalam 1 detik (VEP1). Kapasitas Vital paksa atau Forced Vital Capacity (FVC) adalah volume total dari udara yg dihembuskan dari paru-paru setelah inspirasi maksimum yang diikuti oleh ekspirasi paksa minimum.

Page 2: Pemicu 1

Pemeriksaan dengan spirometer ini penting untuk pengkajian fungsi ventilasi paru secara lebih mendalam. Jenis gangguan fungsi paru dapat digolongkan menjadi dua yaitu gangguan fungsi paru obstruktif (hambatan aliran udara) dan restriktif (hambatan pengembangan paru). Seseorang dianggap mempunyai gangguan fungsi paru obstruktif bila nilai VEP1/KVP kurang dari 70% dan menderita gangguan fungsi paru restriktif bila nilai kapasitas vital kurang dari 80% dibanding dengan nilai standar.1

Prosedur yang paling umum digunakan adalah subyek menarik nafas secara maksimal dan menghembuskannya secepat dan selengkap mungkin dan Nilai KVP dibandingkan terhadap nilai normal dan nilai prediksi berdasarkan usia, tinggi badan dan jenis kelamin. Spirometer menggunakan prinsip salah satu hukum dalam fisika yaitu hukum Archimedes. Hal ini tercermin pada saat spirometer ditiup, ketika itu tabung yang berisi udara akan naik turun karena adanya gaya dorong ke atas akibat adanya tekanan dari udara yang masuk ke spirometer. Spirometer juga menggunakan hukum newton yang diterapkan dalam sebuah katrol. Bandul ini kemudian dihubungkan lagi dengan alat pencatat yang bergerak diatas silinder berputar. Pemeriksaan dengan spirometer ini penting untuk pengkajian fungsi ventilasi paru secara lebih mendalam. Melalui spirometri ini, bisa diketahui gangguan obstruksi ,sumbatan dan restriksi atau pengembangan paru.2

6. Olahraga Aerobik1,2,3,4

Olahraga aerobik adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang melibatkan otot-otot besar dan dilakukan dalam intensitas yang cukup rendah serta dalam waktu yang cukup lama. Menurut Dorland’s Medical Dictionary (2007), olahraga aerobik adalah aktivitas fisik yang dirancang utnuk meningkatkan konsumsi oksigen dan meningkatkan fungsi sistem respirasi dan sistem kardiovaskular.

Latihan aerobik dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan ketahanan kardiovaskular dan untuk menurunkan berat badan. Olahraga jenis ini sangat dianjurkan pada orang yang mengalami obesitas atau overweight . Olahraga aerobik atau yang biasa disebut latihan kardiovaskular meningkatkan fungsi kerja paru, jantung dan melancarkan sirkulasi darah, sehingga tubuh mendapatkan dan menggunakan oksigen lebih baik untuk metabolisme sel. Oksigen berfungsi dalam pembentukan sumber energi tubuh yaitu adenosin trifosfat (ATP) dengan menggunakan siklus asam sitrat sebagai jalur metabolisme utama.

Page 3: Pemicu 1

Aktivitas fisik yang termasuk olahraga aerobik adalah jalan cepat, jogging atau lari-lari kecil, renang, dansa, atau bersepeda. Intensitas dalam setiap olahraga aerobik berbeda-beda. Intenitas adalah usaha yang diberikan setiap orang dalam mengerjakan aktivitas fisik. AHA menganjurkan, setidaknya dilakukan aktivitas fisik dengan intensitas sedang, yaitu di mana Target Heart Rate (THR) atau detak jantung yang diinginkan adalah 60-80% dari perkiraan detak jantung maksimal. Perkiraan detak jantung maksimal adalah 220 dikurang dengan umur saat ini. AHA juga menganjurkan olahraga aerobik dilakukan dalam 20-30 menit perharinya untuk mengurangi risiko terkena penyakit jantung koroner. Frekuensi atau jumlah hari untuk olahraga dalam seminggu yang dianjurkan adalah 3-7 hari perminggu.

Menurut salah satu institusi kesehatan jantung dan toraks terbesar di Amerika Serikat, Cleveland Clinic (2011), olahraga aerobik memiliki tiga bagian yang utama, yaitu:

a. Warm-upPada bagian warm-up atau biasa disebut pemanasan, dilakukan latihan gerakan-gerakan

dengan intensitas rendah selama 3-5 menit.b. ConditioningPada bagian ini dilakukan latihan aerobik dalam durasi 30-45 menit sampai mencapai THR

yang diinginkan.c. Cool-downBagian ini memerlukan waktu selama 3-5 menit dengan latihan intensitas rendah untuk

menurunkan detak jantung secara perlahan dan mengurangi risiko kecelakaan.

Dafpus no 6:

1. Sherwood, Lauralee, 2001. Keseimbangan Energi dan Pengaturan Suhu. In:Beatricia I. Santoso. ed. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. Ed II. Jakarta: EGC. 590-608.

2. CDC. 2011. Healthy Weight - it's not a diet, it's a lifestyle! Available from: http://www.cdc.gov/healthyweight/physical_activity/index.html [Accesed 20 Maret 2011]

3. Cleaveland Clinic, 2011. Exercise and Weight Control. Available from: http://my.clevelandclinic.org/heart/prevention/exercise/ex_wtcontrol.aspx [Accesed 10 April 2011]

4. AHA, 2011. Obesity Information. Available from: http://www.heart.org/HEARTORG/GettingHealthy/WeightManagement/Obesity/Obesity-Information_UCM_307908_Article.jsp [Accesed 26 April 2011]