Pemeriksaan Sebelum Bedah Endodontik
-
Upload
arisa-masthuroh-afgani -
Category
Documents
-
view
108 -
download
6
description
Transcript of Pemeriksaan Sebelum Bedah Endodontik
4. Pemeriksaan sebelum bedah endodontik
Prognosis pembedahan tergantung dari pemeriksaan pasien yang baik, diagnosis, dan
perawatan yang akan diambil. Prosedur untuk meminimalkan kecemasan pasien sangat
diperlukan. Pasien dengan kelainan sistemik memerlukan konsultasi medis. Kelainan
sistemik tersebut diantaranya hipertensi, stable angina, endokarditis infektif, asma, epilepsi,
insufisiensi adrenal, transplantasi organ, penyakit atheroskerotik coronary, infarction
myokardial, pulmonari obstruktif kronis, diabetes, terapi steroid, kerusakan fungsi ginjal dan
hati.
Faktor lokal pasien difokuskan pada penanganan jaringan keras dan lunak. Faktor ini
mencakup keperluan untuk mengambil restorasi yang gagal. Banyak keberhasilan bedah
didapat saat sistem saluran akar dibuat lagi sebelum bedah.
Komunikasi dengan pasien tentang keperluan bedah , gambaran bedah, antisipasi
kesulitan dan masalah, prognosis, perawatan sebelum pembedahan atau obat kumur,
perawatan setelah bedah dan pemeriksaan jangka panjang adalah penting.
Perawatan prabedah berikut ini sangat disarankan:
- Pemeriksaan periodontal harus dilakukan sebelum pembedahan untuk memeriksa
poket periodontal dan atau traktus sinus. Scaling dan atau root planning mungkin
diperlukan. Oral hygiene pasien harus diperiksa dan harus dijaga dengan baik.
- Pasien menggunakan obat kumur 0,12% chlorhexidine yang bertujuan untuk
mengurangi mikroorganisme. Obat kumur ini digunakan satu hari sebelum
pembedahan, segera sesaat sebelum pembedahan, dan harus dilanjutkan 2-3 hari
setelah pembedahan.
- Pasien dapat mulai mengkonsumsi antiinflamasi nonsteroid sehari sebelum
pembedahan atau setidaknya 1 jam sebelum pembedahan.
- Pasien harus berhenti sementara dari merokok.
- Jika sedasi digunakan, pasien harus membawa orang yang menemani, dimana
dapat menemani pasien pulang dan dapat memperhatikan instruksi untuk pasien.
5.Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan sebelum
tindakan bedah dan penting untuk melihat hal-hal yang tidak dapat dilihat secara klinis.
Pemeriksaan radiologis dapat memberikan informasi yang menunjang penilaian yang
akurat terhadap kondisi gigi yang dicurigai. Rontgen foto yang digunakan untuk
gambaran yang lebih detail adalah foto periapikal, hal ini dapat membantu untuk
keperluan diagnostik.
Pada beberapa kondisi tertentu kadang diperlukan lebih dari satu radiograf
dengan sudut pandang yang berbeda, terutama pada gigi berakar jamak atau pada gigi
yang dicurigai mengalami perforasi karena pasak. Foto rontgen harus melibatkan
daerah minimal sekitar 3 mm sekeliling apeks. Jika dicurigai terdapat lesi periradikular
yang besar, maka diperlukan panoramic foto.
Pemeriksaan radiologis ini juga dilakukan untuk melengkapi pemeriksaan
klinis dengan menyediakan informasi tentang keadaan jaringan periradikular serta
jaringan keras marginal disekeliling gigi, seperti ukuran lesi periradikular, termasuk
panjang, jumlah dan bentuk dari akar gigi yang dicurigai serta gigi-gigi sebelahnya.
Jika ditemui adanya fistula/sinus tract, diperlukan rontgen foto dengan
guttapercha point yang dimasukkan kedalam fistula untuk mendapatkan gambaran
ukuran serta arah saluran fistulanya.
Faktor penting dalam pengambilan keputusan pada penentuan prosedur bedah
yang akan dilakukan adalah landmark anatomi seperti struktur dasar hidung, sinus
maksilaris, foramen mentale serta inferior dental canal. Pada rontgen dapat dilihat :
1. Panjang akar gigi
Pada pemeriksaan dapat diketahui apakah panjang akar memenuhi syarat untuk
dilakukan apikoektomi. Pada akar pendek, tidak dapat dilakukan apikoektomi
karena akar akan menjadi lebih pendek sehingga kurang memberi dukungan.
2. Saluran akar gigi
Saluran akar bisa dilihat apakah kecil, besar, lurus, bengkok, atau ada penyumbatan
pada saluran akarnya, misalnya batu pulpa pada sepertiga apical maka ini
merupakan indikasi untuk dilakukan apikoektomi. Juga dapat dilihat adanya
saluran tambahan pada saluran akar tersebut.
3. Keadaan akar gigi
Pada pemeriksaan keadaan akar gigi kemungkinan-kemungkinan yang dapat dilihat
adalah akar bengkok, akar belum terbentuk sempurna, adanya eksponasi waktu
melakukan “reaming” dan resorbsi akar.
4. Keadaan membran periodontal
Harus dilihat apakah membran periodontal sudah terkena peradangan atau belum.
Apabila gambaran radiologis berbeda dengan normal, maka kemungkinan sudah
terjadi suatu proses patologis.
5. Kelainan-kelainan periapikal
Secara radiologis kelainan periapikal ini bisa dilihat sebagai adanya daerah
“rarefaction” di daerah periapikal. Untuk itu harus dibedakan apakah itu suatu
kista, granuloma, atau abses.
Teknik Radiografik Untuk Endodonsia
Radiograf adalah satu-satunya cara visual untuk mendapatkan pengetahuan
klinis tentang gigi dan jaringan periapikal. Untuk itu, radiograf diperlukan bagi praktek
endodonsia. Radiograf sangat diperlukan dalam diagnosis dan prognosis kasus
endodontik dan merupakan cara yang paling dapat dipercaya untuk memonitor
perawatan endodontik.
Penempatan dan stabilisasi film radiografik yang tepat pada waktu prosedur
endodontik mengalami kesukaran karena gangguan penjepit isolator karet yang
menonjol atau instrument saluran akar atau bahan obturasi yang keluar dari kavitas
jalan masuk. Visualisasi gigi tersebut untuk penempatan film dan angulasi (angulation)
konus yang tepat terhalang oleh adanya isolator karet, membuat proses ini menjadi
suatu masalah.
Syarat-Syarat Teknik Radiografik
1. Gambaran gigi yang sedang dievaluasi atau menjalani terapi endodontik harus di
pusat radiograf.
2. Radiograf harus menunjukkan paling sedikit 5 mm tulang di sekitar apeks gigi
yang sedang dievaluasi atau menjalani terapi endodontik.
3. Bila lesi periapikal terlalu besar untuk dilihat dengan sebuah film periapikal, harus
dibuat radiograf diagnostik tambahan.
4. Sebuah radiograf tunggal yang diambil dari satu arah saja mungkin tidak mem-
berikan cukup informasi diagnostik bila gigi dengan akar banyak atau dengan akar
bengkok terlibat secara endodontik; dalam keadaan ini, harus dipertimbangkan un-
tuk membuat sekurang-kurangnya 2 radiograf periapikal guna membantu mendap-
atkan suatu perspektif 3 dimensional. Satu radiograf sebaiknya diambil pada angu-
lasi vertical dan horizontal normal, yang lain dengan perubahan 20o pada sudut
horizontal dari arah mesial atau distal.
Gambar A, Angulasi vertical dan horizontal untuk menyinari (exposing) radiograf
periapikal dari gigi premolar pertama atas. Gambar B, Radiograf pada perubahan
sudut horizontal 200.
5. Bila terdapat fistula, harus dibuat suatu radiograf pelacakan (tracing radiograph).
Prosedur ini dikerjakan dengan menyusupkan secara hati-hati kerucut gutta-perca
no.40 ke dalam fistula dan membuat radiograf untuk mengidentifikasi asal fistula.
Teknik ini juga berguna untuk menentukan lokasi dan menilai kedalaman
kerusakan periodontal tertentu.
6. Pengolahan film radiograf secara tepat adalah penting untuk menilai keberhasilan
atau kegagalan kasus pada kunjungan berikut.
Untuk radiograf endodontik pra- dan pasca- operatif, teknik paralleling konus
panjang (long-cone paralleling) lebih disukai daripada teknik sudut bagi konus pendek
(short-cone bisecting-angle) karena distorsi dimensional lebih sedikit, gambar lebih
tajam, dan angulasi yang sama mudah ditiru. Teknik paraleling dapat dikerjakan dengan
bantuan instrument Rinn XCP.
Gambar A sampai C, Teknik radiografik paralleling, Penempatan instrumen XCP untuk
menyinari radiograf gigi insisivus lateral rahang atas. Gambar D sampai F,
Penempatan instrumen XCP untuk menyinari radiograf gigi-gigi premolar rahang
bawah.
Untuk mengatasi kendala pembuatan radiograf pada waktu prosedur
endodontik, dimodifikasi suatu instrument penahan film Rinn Eezee Grip. Instrument
yang dimodifikasi ini memudahkan masalah penempatan dan stabilisasi film
radiografik, dan juga penempatan dan angulasi kepala tabung sinar-x dan kerucut
dengan teknik paralleling konus panjang untuk radiograf kerja endodontik.
Gambar A sampai C, Instrumen penahan film yang dimodifikasi.