PEMERIKSAAN ORTHOPEDI BUKU UI.doc

22
PEMERIKSAAN ORTHOPEDI PENDAHULUAN Tugas seorang dokter adalah seperti detektif yaitu untuk menemukan penyakit seseorang. Untuk dapat membuat diagnosis, maka seorang harus dapat melaksanakan pemeriksaan dengan baik. Dalam pembuatan status (catatan medik) parlu dicatat dengan baik hasil pemeriksaan dan kemudian menyimpulkan hasil pemeriksaan tersebut untuk menegakan diagnosis. Pemeriksaan terdiri atas : A. Anamnesa B. Pemeriksaan fisik C. Pemeriksaan penunjang D. Diagnosis E. Diagnosis banding F. Rencana terapi G. Prognosis Hal ini penting agar catatan medik memiliki nilai, apabila diperlukan evaluasi dari hasil terapi serta melihat sejauh mana persoalan yang dihadapi dapat dilaksanakan penyelesaiannya. A. ANAMNESIS Anamnesis terdiri dari Autoanamnesa dan Alloanamnesa. 1. Autoanamnesa

Transcript of PEMERIKSAAN ORTHOPEDI BUKU UI.doc

Page 1: PEMERIKSAAN ORTHOPEDI BUKU UI.doc

PEMERIKSAAN ORTHOPEDI

PENDAHULUANTugas seorang dokter adalah seperti detektif yaitu untuk menemukan penyakit

seseorang. Untuk dapat membuat diagnosis, maka seorang harus dapat melaksanakan

pemeriksaan dengan baik. Dalam pembuatan status (catatan medik) parlu dicatat dengan

baik hasil pemeriksaan dan kemudian menyimpulkan hasil pemeriksaan tersebut untuk

menegakan diagnosis.

Pemeriksaan terdiri atas :

A. Anamnesa

B. Pemeriksaan fisik

C. Pemeriksaan penunjang

D. Diagnosis

E. Diagnosis banding

F. Rencana terapi

G. Prognosis

Hal ini penting agar catatan medik memiliki nilai, apabila diperlukan evaluasi dari hasil

terapi serta melihat sejauh mana persoalan yang dihadapi dapat dilaksanakan

penyelesaiannya.

A. ANAMNESIS

Anamnesis terdiri dari Autoanamnesa dan Alloanamnesa.

1. Autoanamnesa

Merupakan anamnesa yang diambil langsung dari pasien yang memiliki

keluhan. Dicatat tanggal pengambilan anamnesa dari dan oleh siapa. Ditanyakan

persoalan mengapa datang, untuk apa dan kapan dikeluhkan. Biarkan penderita

bercerita tentang keluhan sejak awal dan apa yang dirasakan sebagai

ketidakberesan, bagian apa dari anggota tubuhnya / lokalisasi perlu dipertegas

sebab ada pengertian berbeda, misalnya “sakit di kaki”, yang dimaksud kaki oleh

orang awam adalah anggota gearak bawah dan karenanya tanyakan bagian mana

yang dimaksud, mungkin saja lututnya.

Page 2: PEMERIKSAAN ORTHOPEDI BUKU UI.doc

Kemudian tanyakan gejala suatu penyakit atau beberapa penyakit yang

serupa sebagai pembanding. Untuk dapat melakukan anamnesis yan demikian

diperlukan pengetahuan yang luas tentang penyakit.

Ada beberapa hal yang menyebabkan penderita datang untuk meminta

pertolongan,

a. Sakit / nyeri

b. Kekakuan / kelemahan.

c. Kelainan bentuk / pembengkokan.

a. Sakit / nyeri

Sifat dari sakit / nyeri

Lokasi setempat / meluas / menjalar.

Apa ada penyebabnya. Misalnya Trauma.

Sejak kapan dan apakah sudah pernah mendapat pertolongan.

Bagaimana sifatnya ; pegel / seperti ditusuk – tusuk / rasa panas /

ditarik – tarik.

Intensitasnya ; terus – menerus / hanya waktu bergerak / waktu

istirahat, dst.

Apakah keluhan ini untuk pertama kali atau sering hilanh timbul

b. Kekakuan / kelemahan.

Kekakuan ; Pada umumnya mengenai persendian. Apakah hanya

kaku atau disertai nyeri sehingga pergerakan terganggu.

Kelemahan ; Apakah yang dimaksud dengan Instability atau

kekuatan otot menurun / melemah / kelumpuhan.

c. Kelainan bentuk / pembengkokan

Angulasi / rotasi / discrepancy (pemendekan / selisih panjang).

Benjolan atau karena ada pembengkakan.

Dari hasil anamnesa yang baik secara aktif oleh penderita maupun aktif

(ditanya oleh pemeriksa) dipikirkan kemungkinan yang diderita oleh pasien,

sehingga apa yang didapat dari anamnesis dapat dicocokan pada pemeriksaan

fisik kemudian.

Page 3: PEMERIKSAAN ORTHOPEDI BUKU UI.doc

2. Alloanamnesa

Pada dasarnya sama dengan autoanamnesa, tetapi alloanamnesa didapat dari

orang lain selain penderita. Hal ini penting bila berhubungan dengan anak kecil /

bayi, orang tua yang sudah mulai demensia (pikun) atau penderita yang tidak

sadar / sakit jiwa.

B. PEMERIKSAAN FISIK

Dibagi menjadi dua, yaitu ;

1. Pemeriksaan umum (Status Generalisata).

2. Pemeriksaan setempat (Status Lokalis).

1. Pemeriksaan Umum (Status Generalisata)

Perlu menyebutkan ;

a. Keadaan umum (KU) ; baik / buruk

Yang dicatat adalah tanda – tanda vital, yaitu :

Kesadaran penderita ; compos mentis / delirium / soporus / coma.

Kesakitan

Tanda vital ; tensi, nadi, pernafasan dan suhu.

b. Periksa dari mulai kepala, leher, dada (thorax), perut (abdomen ; hati, lien),

kelenjar getah bening serta kelamin.

c. Ekstremitas atas dan bawah serta punggung (tulang belakang).

2. Pemeriksaan Setempat (Status Lokalis)

Harus dipertimbangkan keadaan proksimal serta bagian distal dari anggota

tubuh terutama mengenai status neurovaskuler. Pada pemeriksaan orthopedi /

musculoskeletal yang penting adalah (appley) :

a. Look (Inspeksi)

b. Feel (Palpasi)

c. Move ( pergerakan, terutama mengenai lingkup gerak)

Disamping gerak perlu dilakukan pengukuran bagian yang penting untuk

membuat kesimpulan kelainan, apakah suatu pembengkakan atau atrofi, serta

melihat adanya selisih panjang (discrepancy).

Page 4: PEMERIKSAAN ORTHOPEDI BUKU UI.doc

a. Look (Inspeksi)

Perhatikan apa yang dapat dilihat, antara lain :

Sikatrik (jaringan parut, baik yang alamiah maupun yang buatan

(bekas pembedahan))

Café au lait spot (birth mark)

Fistulae

Warna (kemerahan / kebiruan (livide) / hiperpigmentasi)

Benjolan / pembengkakan / cekukan dengan hal – hal yang tidak biasa,

misalnya adanya rambut diatasnya, dst.

Posisi serta bentuk dari ekstremitas (deformitas).

Jalan pasien (gait, waktu masuk kamar periksa)

b. Feel ( Palpasi)

Pada waktu ingin palpasi, terlebih dahulu posisi penderita diperbaiki

agar dimulai dari posisi netral / posisi anatomi. Pada dasarnya ini merupakan

pemeriksaan yang memberikan informasi dua arah, baik bagi pemeriksa

maupun bagi penderita. Karena itu perlu selalu diperhatikan wajah penderita

atau menanyakan perasaan penderita.

Yang dicatat adalah :

Perubahan suhu terhadap sekitarnya serta kelembaban kulit.

Apabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi atau hanya

oedema, terutama daerah persendian.

Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, catat letak kelainannya (1/3

proksimal / medial / distal)

Otot, tonus pada waktu relaksasi atau kontraksi.

Benjolan yang terdapat dipermukaan tulang atau melekat pada tulang.

Sifat benjolan perlu dideskripsikan permukaannya, konsistensinya dan

pergerakan terhadap permukaan atau dasar, nyeri atau tidak dan

ukurannya.

c. Move / Gerak

Setelah memeriksa feel, pemeriksaan diteruskan dengan menggerakan

anggota gerak dan dicatat apakah terdapat keluhan nyeri pada pergerakan.

Page 5: PEMERIKSAAN ORTHOPEDI BUKU UI.doc

Pada pemeriksaan Move, periksalah bagian tubuh yang normal terlebih

dahulu, selain untuk mendapatkan kooperasi dari penderita, juga untuk

mengetahui gerakan normal penderita.

Apabila ada fraktur, tentunya akan terdapat gerakan yang abnormal

didaerah fraktur (kecuali fraktur incomplete).

Gerakan sendi dicatat dengan ukuran derajat gerakan dari tiap arah

pergerakan, mulai dari titik 0 (posisi netral) atau dengan ukuran

metric. Pencatatan ini penting untuk mengetahui apakah ada gangguan

gerak.

Kekakuan sendi disebut ankylosis dan hal ini dapat disebabkan oleh

factor intraarticuler atau ekstraarticuler.

Pergerakan yang perlu dilihat adalah gerakan aktif (apabila penderita

sendiri yang menggerakan karena disuruh oleh pemeriksa) dan gerak

pasif (bila pemeriksa yang menggerakan).

Selain pencatatan pemeriksaan penting untuk mengetahui gangguan gerak, hal ini

juga penting untuk melihat kemajuan / kemunduran pengobatan.

Dibedakan istilah Contraction dan Contracture. Contraction adalah apabila

perubahan fisiologis dan contracture adalah apabila sudah ada perubahan

anatomis.

Pada pemeriksaan selain penderita duduk atau berbaring, juga perlu dilihat waktu

berdiri dan berjalan. Pada pemeriksaan jalan, perlu dinilai untuk mengetahui

apakah adanya pincang atau tidak. Pincang dapat disebabkan oleh karena

instability, nyeri, discrepancy atau fixed deformity.

Anggota Gerak Atas

1. Sendi Bahu

Merupakan sendi yang bergerak seperti bumi (Global

Joint). Ada beberapa sendi yang mempengaruhi gerak sendi bahu,

yaitu :

Gerak tulang belakang

Gerak sendi stenoclavicula

Gerak sendi acromioclavicula

Page 6: PEMERIKSAAN ORTHOPEDI BUKU UI.doc

Gerak sendi gleno humeral

Gerak sendi scapulo thoracal (floating joint)

Karena gerakan tersebut sukar untuk di isolasi satu persatu,

maka sebaiknya gerakan diperiksa bersamaan kanan dan kiri.

Pemeriksa berdiri dibelakang pasien, kecuali untuk eksorotasi atau

bila penderita berbaring, maka pemeriksa ada disamping pasien.

2. Sendi Siku

Gerak flexi ekstensi adalah gerakan ulna humeral

(olecranon terhadap humerus).

Gerak pronasi dan supinasi adalah gerakan dari antebrachii

dengan sumbu ulna. Hal ini diperiksa pada posisi siku 90˚

untuk menghindari gerak rotasi dari sendi bahu.

3. Sendi Pergelangan Tangan

Untuk memeriksa pergerakan ini, perlu dilakukan fixasi

dan gerakan bagian lain kaki dengan memegang tumit dan

dilakukan flexi (plantar flexi) dan extensi (dorso flexi).

Abduksi dan adduksi merupakan sebagian gerakan subtalar

(Talo calcaneal).

Inversi dan eversi merupakan gerakan seperti supinasi dan

pronasi dan merupakan gerakan dari kaki / tarsalia,

sedangkan jari – jari kaki seperti juga gerakan jari tangan

(MTP, PIP, DIP)

4. Tulang Belakang

Bagian yang cukup mobile adalah daerah leher dan

pinggang. Pencatatan rotasi mungkin masih mudah dicatat dengan

derajat, tetapi flexi extensi biasanya selain dengan derajat, dicatat

dengan metric jarak dari dua titik tertentu. Pertambahan panjang

ukuran metric pada waktu bergerak flexi atau extensi dari dua titik

yang prominen, atau garis yang menghubungkan kanan dan kiri

yang memotong garis tegak pada ketinggian tertentu.

Page 7: PEMERIKSAAN ORTHOPEDI BUKU UI.doc

Ukuran panjang dengan lingkaran (diameter) ekstremitas perlu

diukur.

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah pencitraan

menggunakan sinar roentgen (X-ray). Untuk mendapatkan gambaran 3 dimensi

keadaan dan kedudukan tulang sulit, oleh karena itu minimal diperlukan 2

proyeksi tambahan (khusus) atas indikasi khusus untuk memperlihatkan patologi

yang dicari, karena adanya superposisi. Perlu disadari bahwa permintaan X-ray

harus atas dasar indikasi kegunaan pemeriksaan penunjang tersebut dan hasilnya

dibaca sesuai dengan permintaan, misalnya :

Untuk fraktur baru, indikasi X-ray adalah untuk melihat jenis dan

kedudukan fraktur dan karenanya perlu tampak seluruh bagian tulang

(kedua ujung persendian) karena kemungkinan terjadinya fraktur dan

dislokasi pada jenis fraktur tertentu, seperti :

Monteggeia

Galeazzi

Fraktur segmental femur dengan atau tanpa dislokasi sendi

panggul yan sering meleset diagnosisnya karena discrepancy

yang terjadi bukan saja oleh frakturnya melainkan juga karena

adanya dislokasi.

Kelainan tulang belakang, karena adanya super imposed dari iga dan sendi bahu

seperti darah cervico-thoracal atau pada fraktur acetabulum diperlukan proyeksi

oblique.

Hal yang perlu dibaca pada X-ray adalah :

Bayangan jaringan lunak

Tipis tebalnya cortex sebagai akibat reaksi periost atau karena akibat

biomekanik (Wolff’s Law) atau rotasi.

Trabukulasi ada tidaknya rare fraction.

Sela sendi serta bentuk arsitektur sendi.

Selain foto polos X-ray (plane X-ray) mungkin perlu teknik khusus :

Tomografi

Page 8: PEMERIKSAAN ORTHOPEDI BUKU UI.doc

Tomografi telah berkembang lebih maju dengan adanya CT

(Computerised Tomografy) yang dapat membuat selain potongan

longitudinal juga potongan tranversal / axial.

Atau dengan contrast, seperti :

o Myelografy

o Arthrografy

o Fistulografy

Scintigrafy menggunakan radioisotope untuk mengetahui penyebaran

(metastasis).

MRI / NMR (Magnectic Resonance Imaging atau Nuclear Magnectic

Resonance)

Pemeriksaan penunjang lainnya adalah untuk mengetahui tempat berapa jauh dari

patologi musculo skeletal diakibatkan / mengakibatkan gangguan saraf, yaitu

pemeriksaan :

EEG

EMG

MMT

Untuk membedakan kekuatan otot (0 – 5) dan sensoris / sensible deficit

dengan pemeriksaan neurologist yang baik.

Biofeedback terhadap response stimulasi walaupun klinis secara kasar dapat

dibedakan antara kelainan :

UMN

LMN

Pemeriksaan laboratorium penunjang lainnya adalah :

Pemeriksaan darah rutin untuk mengetahui keadaan umum, infeksi akut /

menahun.

Atas indikasi tertentu, diperlukan pemeriksaan :

Kimia darah

Reaksi imunologi

Fungsi hati / ginjal

Bahkan kalau perlu dilakukan pemeriksaan Bone Marrow

Page 9: PEMERIKSAAN ORTHOPEDI BUKU UI.doc

Pemeriksaan urin rutin (+Esbach, Bence jones)

Pemeriksaan micro organism kultur dan sensitivity test.

Page 10: PEMERIKSAAN ORTHOPEDI BUKU UI.doc

PEMERIKSAAN ORTHOPEDI PADA BAYI

(ORTHOPEDIC CHECK LIST)

Tujuan pemeriksaan orthopedic check list ini adalah :

Menemukan kalainan bawaan sedini mungkin

Penanganan dan perencanaan terapi yang memerlukan tindakan segera dan lama

(sampai selesai pertumbuhan ± 16 – 17 tahun), serta berencana.

Genetic councelling untuk menyatakan apakah keadaan kelainan tersebut

dominant atau resesive / mutasi atau herediter.

Dalam kaitan kemungkinan mempunyai anak berikutnya.

Apabila dapat dideteksi dini, maka banyak kelainan bawaan yang memberi akibat buruk

di usia lanjut dapat dihindari, seperti misalnya CTEV atau apada keturunannya seperti

muscular distrofi progressive. Dalam kata lain, pencegahan kelainan bentuk pada keadaan

dewasa terletak pada perbaikan, pengaturan perkembangan anak secara baik.

Untuk dapat mengenal keadaan abnormal, penting mengetahui apa yang disebut “dalam

batas normal”, sehingga apabila dalam pemeriksaan diragukan normal atau tidak,

pemeriksaan perlu di ulang pada jangka waktu tertentu secara periodic. Hal ini

disebabkan karena definisi kelainan bawaan adalah “kelainan bentuk dan fungsi yang

didapat sejak lahir” (Salter).

Orthopedic Check List

Untuk dapat membuat diagnosis perlu

A.Anamnesa yang baik

B. Pemeriksaan fisik : look – feel – move (Appley)

C. Pemeriksaan penunjang, terutama X-ray / Laboratorium lainnya.

Disebut orthopedic checc list, karena pemeriksaan dilakukan secara teratur dari cranial

turun ke kaudal, dimulai dari kepala sampai ujing jari kaki, untuk mencari kelainan

musculo skeletal.

A. Anamnesa

Keadaan kehamilan ibu (masa dalm kandungan)

Riwayat persalinan

Langsung menangis atau tidak

Berat badan dan panjang badan

Page 11: PEMERIKSAAN ORTHOPEDI BUKU UI.doc

Adanya riwayat penyakit yang menurun, baik dari pihak ayah atau ibu

(pedigree / silsilah / keturunan)

Perkembangan anak.

B. Pemeriksaan Fisik

1. Look

Memperlihatkan keadaan anatomi, perhatikan anak dalm posisi

pasif, bayi tiduran telanjang dimeja operasi, dilihat mulai dari kepala

sampai dengan anggota bawah (kaki).

a. Kepala

Mata : juling, biru (blue sclerae)

Mulut : terbelah (schiziis), terbuka (open bite / menganga).

Bentuk / perbandingan kepala – badan : kecil

(microcephal), besar (macrocephal).

b. Leher

Bayi yang batu lahir, yang tiduran telentang, tak terlihat

leher bagian depan, oleh karena itu tidak banyak dapat dilihat

kecuali memperhatikan posisi kepala.

c. Anggota gerak atas

Perlu diperhatikan lengkap atau tidak, bentuk dan gerakannya.

d. Anggota gerak bawah

Juga seperti anggota gerak atas, lihat juga perbedaan

panjang dan bentuk serta gerakan – gerakan aktif. Adakah

perbedaan kulit antara sisi kanan dan kiri, bila terdapat selisih

panjang.

e. Bagian punggung, dilihat ketika pasien dibalik.

2. Feel

Diperiksa sekaligus untuk melihat fungsi. Raba benjolan yang ada.

3. Move

a. Kepala

Periksa apakah ubun – ubun masih terbuka (pada

microcephal, ubun – ubun cepat menutup.

Page 12: PEMERIKSAAN ORTHOPEDI BUKU UI.doc

b. Lehar

Kalau melihat posisi kepala terpaku, (fixed) pada sutu

jurusan, maka perlu dilihat dan diperhatikan apakah betul

gerakannya terhambat.

Apabila tampak pendek dan gerakan terbatas, maka

perhatian khusus pada pemeriksaan otot sternocleidomastoideus.

Untuk itu, maka bayi diangkat dengan mengangkat punggung,

sehingga kepala menengadah.

Perhatikan kembali kelainan yang tampak, benjolan yang

fusiform di otot sternocleidomastoideus disebut spindle like tumor.

Selain itu raba ketegangan otot, kemudian gerakan kepala ke

kanan, kekiri dan rotasi. Kelainan yang ada didaerah ini pada

umumnya perlu diperkirakan untuk diagnosis banding dari keadaan

leher pendek (brevii collis).

c. Anggota gerak atas

Dimiulai dengan meraba daerah klavicula

1. Absen klavicula (agenesis / aplasia clavicula)

2. Craniocleido disostosis

3. Fraktur klavicula

4. Bahu biasanya tak banyak kelainan, kecuali bila ada

kelumpuhan.

5. Siku

Bayi baru lahir biasanya posisi siku flexi, akibat kedudukan

dalam rahim (foetal position), sehingga ekstensi tak pernah

maksimal, tetapi pronasi dan supinasi dapat penuh.

6. Antebrachii (lengan bawah)

Kelainan yang tampak adalah keadaan aplasia

atau displasia dari radius, sehingga tampak

tangan deviasi kearah radius, tau disebut radial

club hand, yaitu suatu inkomplite / partial

Page 13: PEMERIKSAAN ORTHOPEDI BUKU UI.doc

amputasi, agenesis / aplasia tulang radius

sebagian atau keseluruhan.

Madellung Deformity, adalah suatu keadaan

congenital dislokasi sendi radioulnar distal.

7. Tangan

Palydactyli

Syndactyli

X-ray

Yang penting pada pemeriksaan tangan adalah

memperhatikan ibu jari yang pada waktu jari – jari

di ekstensi selalu dalam keadaan fleksi, perlu dicoba

untuk ekstensi.

d. Tulang Belakang

Untuk memeriksa tulang belakang, bayi perlu dibalik,

caranya adalah dengan memegang leher bayi dari depan dan

dibalik, dimana kedua anggota gerak bawah disisi radius atau ulna

lengan bawah pemeriksa.

Pemeriksan :

1. Look

Letak scapula / leher pendek

Apakah tulang belakang lurus

Benjolan

Daerah hiperpigmentasi, café au lait spot

Daerah berambut

2. Feel

Raba kelainan yang ada.

3. Move

Gerakan tulang belakang.

Untuk mengetahui keadaan tulang belakang, perlu X-ray

untuk dapat melihat anatomi tulang belakang lebih jelas.

e. Anggota Gerak Bawah

Page 14: PEMERIKSAAN ORTHOPEDI BUKU UI.doc

Pada waktu bayi telungkup (prone) sekaligus perhatikan

keadaan sendi panggul dengan memperhatikan daerah :

Bokong dan perineum (simetri / jarak melebar)

Lipatan kulit paha.

Panjang kedua ekstremitas

1. Panggul

Diperiksa bersama kanan dan kiri untuk

membandingkan gerak kanan dan kiri dengan memegang paha

bayi.

2. Paha

3. Lutut

Seperti pada siku, posisi normal adalah flexi dan tidak

bisa ekstensi maksimal.

4. Cruris

Perhatikan,

Lipatan kulit

Tungkai bawah

Perlu pembuatan X-ray

5. Pergelangan kaki

Kelainan congenital yang sering ditemukan di Indonesia adalah

CTEV (Congenital Talipes Equino Varus)

Kelainan pada posisi lainnya, seperti

Calcaneus foot

Planovalgus

Ibu jari kaki yang varus disebut pigeon toe.

Demikianlah pemeriksaan orthopedic check list yang perlu dilakukan pada

pemeriksaan musculoskeletal bayi dan anak kelainan bawaan, trauma kelahiran atau

kelainan akibat perkembangan anak secara dini dan kemudian dapt merencanakan

tindakan yang diperlukan dengan baik untuk mendapatkan keadaan dewasa yang baik.