pemeriksaan bahu pada orthopedi

33
BAB I PENDAHULUAN Bahu manusia merupakan sendi yang mobilitasnya paling tinggi. Mobilitas ini mendukung ekstremitas atas dengan range of motion (ROM) yang luas seperti gerakan adduksi, abduksi, fleksi, ekstensi, endorotasi, eksorotasi dan perputaran 360 0 pada sumbu sagital. Bahu pun mendukung pergerakan lain seperti protraksi skapula, retraksi, elevasi dan depresi. ROM yang luas dari bahu ini juga membuatnya menjadi tidak stabil. Ketidakstabilan ini dikompensasi oleh otot rotator, tendon, ligamen dan glenoid labrum. 1 Pada tahun 2006, kurang lebih 7.5 juta orang pergi ke dokter dengan masalah pada bahu, termasuk strain dan sprain pada bahu dan lengan atas. Lebih dari 4.1 juta datang dengan masalah pada rotator cuff. 2 Cedera bahu sering terjadi pada atlet dengan intensitas latihan yang sering, berulang, seperti berenang, tennis dan angkat beban. Cedera pada bahu juga dapat terjadi dalam kegiatan sehari-hari seperti membersihkan tembok, memasang tirai dan berkebun. 2

description

orthopedi

Transcript of pemeriksaan bahu pada orthopedi

Page 1: pemeriksaan bahu pada orthopedi

BAB I

PENDAHULUAN

Bahu manusia merupakan sendi yang mobilitasnya paling tinggi. Mobilitas ini mendukung

ekstremitas atas dengan range of motion (ROM) yang luas seperti gerakan adduksi, abduksi,

fleksi, ekstensi, endorotasi, eksorotasi dan perputaran 3600 pada sumbu sagital. Bahu pun

mendukung pergerakan lain seperti protraksi skapula, retraksi, elevasi dan depresi. ROM

yang luas dari bahu ini juga membuatnya menjadi tidak stabil. Ketidakstabilan ini

dikompensasi oleh otot rotator, tendon, ligamen dan glenoid labrum.1

Pada tahun 2006, kurang lebih 7.5 juta orang pergi ke dokter dengan masalah pada bahu,

termasuk strain dan sprain pada bahu dan lengan atas. Lebih dari 4.1 juta datang dengan

masalah pada rotator cuff.2

Cedera bahu sering terjadi pada atlet dengan intensitas latihan yang sering, berulang, seperti

berenang, tennis dan angkat beban. Cedera pada bahu juga dapat terjadi dalam kegiatan

sehari-hari seperti membersihkan tembok, memasang tirai dan berkebun.2

Page 2: pemeriksaan bahu pada orthopedi

BAB II

ANATOMI BAHU

Bahu atau pectoral girdle tersusun dari tulang yang menghubungkan ekstremitas dan tulang

aksial. Bahu tersusun dari 2 tulang yaitu klavikula dan skapula.1

A. OSTEOLOGI

Skapula

Skapula merupakan tulang berbentuk segitiga yang berfungsi sebagai tempat melekatnya

otot. Empat otot rotator cuff yang berorigo pada skapula. Otot-otot tersebut adalah

supraspinatus, infraspinatus, teres minor dan subskapularis.1

Gambar 2.1. Anatomi bahu, penampang lateral

Sumber: Kishner S. Shoulder Joint Anatomy. 2011. Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com.

Tanggal 23 Desember 2012.

Page 3: pemeriksaan bahu pada orthopedi

Trapezius, serratus anterior, rhomboids dan levator skapula berinsersio pada skapula dan

berperan dalam mobilisasi dan stabilitas skapula. Skapula dapat mudah bergerak karena

adanya otot-otot ini. Skapula memiliki 4 tonjolan, spine, akromion, korakoid dan

glenoid. Fossa glenoid terletak pada sudut lateral dari skapula. Fossa glenoid berbentuk

oval tidak beraturan dan dapat disamakan dengan bentuk koma terbalik. Fossa glenoid

berartikulasi dengan kepala humerus membentuk sendi glenohumeral yang merupakan

sendi utama dari bahu.1

Klavikula

Kalvikula merupakan tulang berbentuk huruf S yang terletak pada bagian anterior dari

bahu. Klavikula memiliki 2 artikulasi yaitu sterniklavikular dan akromioklavikular.

Sendi sternoklavikular terbentuk dari sisi medial klavikula yang berartikulasi dengan

manubrium sterni. Ini merupakan satu-satunya hubungan antara tulang aksial dan

ekstremitas atas. Klavikula memberikan perlindungan pada arteri subclavia, vena

subklavia dan pleksus brakialis.1

Gambar 2.2. Anatomi otot bahu, penampang anterior

Sumber: Kishner S. Shoulder Joint Anatomy. 2011. Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com.

Tanggal 23 Desember 2012.

Page 4: pemeriksaan bahu pada orthopedi

Kepala Humerus

Bagian proksimal dari humerus disebut sebagai kepala humerus. Kepala humerus

berartikulasi dengan fossa glenoid. Hanya 25% dari kepala humerus yang bersinggungan

dengan fossa glenoid. Glenoid labrum adalah cincin fibrokartilaginosa yang melekat

pada lingkar luar fossa glenoid, berperan dalam memberikan kedalaman dan stabilitas.1

B. ARTIKULATIO

Sendi Sternoklavikula

Sendi sternoklavikular merupakan satu-satunya hubungan antara tulang aksial dengan

ekstremitas atas. Sendi sternoklavikular memberikan gerakan elevasi ke atas 30-350,

pergerakan anteroposterior 350 dan rotasi 44-500 dengan klavikula sebagai sumbu.1

Sendi Akromioklavikular

Sendi akromioklavikular (AC) merupakan satu-satunya hubungan antara klavikula dan

skapula. Terbentuk dari bagian distal klavikula yang berartikulasi dengan akromion.

Sendi AC terbungkus oleh kapsul sendi diartrodial yang menyatukan kapsul sendi dan

ligamen caracoakromial: ligamen trapezoid dan konoid.1

Sendi Glenohumeral

Sendi glenohumeral adalah artikulasi utama dari sendi bahu. Merupakan ball-and-socket

joint terbentuk dari permukaan fossa glenoid dan kepala humerus. Kedalaman fossa

glenoid bertambah dengan lingkaran fibrokartilago. Lingkaran fibrokartilago disebut

glenoid labrum.1

C. LABRUM

Glenoid labrum adalah sebuah cincin yang tersusun dari jaringan fibrosa yang padat.

Kedalamannya rata-rata 2.5 mm, tapi labrum menambah kedalamannya. Walaupun

labrum meningkatkan kedalaman dan volume dari fossa glenoid, tetapi ini tidak

menignkatkan stabilitas dari sendi glenohumeral.1

Page 5: pemeriksaan bahu pada orthopedi

D. LIGAMEN

Korakoklavikular

Ligamen konoid dan trapezoid menyusun ligamen korakoklavikula (CCL). Fungsinya

untuk mempertahankan artikulasi dari klavikula dengan tonjolan dari skapula.1

Gambar 2.3. Sendi bahu, penampang anterior

Sumber: Kishner S. Shoulder Joint Anatomy. 2011. Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com.

Tanggal 23 Desember 2012.

Glenohumeral

Tiga ligamen glenohumeral terdiri dari:

1. Ligamen glenohumeral superior (SGHL)

2. Ligamen glenohumeral tengah (MGHL)

3. Ligamen glenohumeral inferior (IGHL)

SGHL memiliki origo dan insersio yang bervariasi pada humerus dekat dengan

tuberkulum minor; ligamen ini mempertahankan bagian inferior dari kepala humerus

Page 6: pemeriksaan bahu pada orthopedi

pada bahu yang adduksi. MGHL berorigo pada labrum dan berinsersio pada medial

humerus dari tuberkulum minor; ligamen ini mempertahankan bagian inferior pada bahu

yang adduksi dan eksorotasi. IGHL berorigo pada labrum dan berdekatan dengan leher

glenoid, insersio pada leher anatomis humerus dan mempertahankan kepala humerus

anterior dan posterior.1

Korakohumeral

Ligamen korakohumeral (CHL) berorigo pada batas bawah dan lateral dari processus

korakoid dari skapula dan berinsersio pada tuberkulum mayor. Fungsi biomekanik dari

ligamen ini belum terlalu dipahami, tetapi sepertinya memiliki fungsi sebagai suspensi

dari kepala humerus.1

E. ROTATOR CUFF

Otot supraspinatus, infraspinatus, teres minor dan subskapularis menyusun rotator cuff.

Otot dan tendon dari rotator cuff membentuk sambungan disekeliling anterior, superior

dan posterior dari kepala humerus dan fossa glenoid dari bahu dengan menekan sendi

glenohumeral.1

Tabel 1.1. Origo, insersio, gerakan dan nervus pada rotator cuff

Otot Origo Insersio Gerakan Nervus

Supraspinatus Fossa

supraspinatus

Tuberkulum

mayor humerus

Abduksi lengan

300

Nervus

supraskapula

Infraspinatus Fossa

infraspinatus

Tuberkulum

mayor humerus

Eksorotasi

lengan

Nervus

supraskapula

Teres minor 2/3 atas batas

lateral skapula

Tuberkulum

mayor humerus

Eksorotasi

lengan

Nervus

aksillaris

Subskapularis Fossa

subskapularis

pada permukaan

anterior skapula

Tuberkulum

minor humerus

Endorotasi

lengan

Nervus

subskapularis

atas dan bawah

Sumber: Kishner S. Shoulder Joint Anatomy. 2011. Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com.

Tanggal 23 Desember 2012.

Page 7: pemeriksaan bahu pada orthopedi

F. BURSA SUBAKROMIAL/SUBDELTOID

Bursa subakromial terletak pada penampang superior dari tendon supraspinatus. Bursa

berperan sebagai bantalan dan mengurangi gesekan pada gerakan antara akromion dan

otot-otot rotator cuff. Terkadang bursa subakromial memanjang ke lateral dan

membentuk bursa subdeltoid.1

Gambar 2.4. Anatomi bahu, penampang posterior

Sumber: Kishner S. Shoulder Joint Anatomy. 2011. Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com.

Tanggal 23 Desember 2012.

Page 8: pemeriksaan bahu pada orthopedi

BAB III

PEMERIKSAAN FISIK ORTOPEDI UMUM

Pemeriksaaan fisik pada penderita memerlukan beberapa prinsip pemeriksaan. Teknik

pemeriksaan secara alami bervariasi pada setiap individu, tetapi pada dasarnya dibutuhkan

suatu pemeriksaan yang rutin atau baku, tahap demi tahap agar pemeriksaan tidak

berulang. Pemeriksaan fisik juga disesuaikan dengan keadaan dan kondisi penderita,

misalnya penderita yang memerlukan penanganan darurat maka pemeriksaan fisik yang

dilakukan seperlunya sesuai dengan kebutuhan yang ada.4

A. ANAMNESIS

Anamnesis terdiri dari:

a. Autoanamnesis

Dicatat tanggal saat melakukan anamnesis dari dan oleh siapa. Ditanyakan

persoalan: mengapa datang, untuk apa dan kapan dikeluhkan; biarkan penderita

berceritera tentang keluhan sejak awal dan apa yang dirasakan sebagai

ketidakberesan; bagian apa dari anggotanya/lokalisasi perlu dipertegas sebab ada

pengertian yang berbeda misalnya “…sakit di kaki…”, yang dimaksud kaki oleh

orang awam adalah anggota gerak bawah dan karenanya tanyakan bagian mana yang

dimaksud, mungkin saja lututnya.4

Kemudian ditanyakan gejala suatu penyakit atau beberapa penyakit yang serupa

sebagai pembanding. Untuk dapat melakukan anamnesis demikian perlu

pengetahuan tentang penyakit.4

Ada beberapa hal yang menyebabkan penderita datang untuk minta pertolongan:4

1. Sakit atau nyeri

Sifat dari sakit atau nyeri:

- Lokasi setempat atau meluas atau menjalar

- Apa ada penyebabnya; misalnya trauma

- Sejak kapan dan apa sudah mendapat pertolongan

- Bagaimana sifatnya: pegel atau seperti ditusuk-tusuk atau rasa panas atau

ditarik-tarik, terus-menerus atau hanya waktu bergerak atau istirahat dan

seterusnya

- Apakah keluhan ini untuk pertama kali atau sering hilang timbul

2. Kekakuan atau kelemahan

Page 9: pemeriksaan bahu pada orthopedi

Kekakuan pada umumnya mengenai persendian. Apakah hanya kaku atau

disertai nyeri, sehingga pergerakan terganggu? Apakah yang dimaksud

kelemahan berupa instability atau kekuatan otot menurun atau melemah atau

kelumpuhan?

3. Kelainan bentuk atau pembengkokan

Angulasi atau rotasi atau discrepancy (pemendekan atau selisih panjang).

Benjolan atau karena ada pembengkakan.

b. Allo anamnesis

Pada dasarnya sama dengan auto anamnesis, bedanya yang menderitakan adalah

orang lain. Hal ini penting bila kita berhadapan dengan anak kecil atau bayi atau

orang tua yang sudah mulai demensia (pikun) atau penderita yang tidak sadar atau

sakit jiwa; oleh karena itu perlu dicatat siapa yang memberikan alloanamnesis,

misalnya:4

- Allo anamnesis mengenai bayi tentunya dari ibu lebih cocok daripada ayahnya

- Atau mungkin pada saat ini karena kesibukan orang tua, maka pembantu rumah

tangga dapat memberikan keterangan yang lebih baik

- Juga pada kecelakaan mungkin saksi dengan pengantar dapat memberikan

keterangan yang lebih baik, terutama bila yang diantar tidak sadarkan diri

B. PEMERIKSAAN FISIK

Dibagi menjadi dua yaitu pemeriksaan umum (status generalisata) untuk mendapatkan

gambaran umum dan pemeriksaan setempat (status lokalis). Hal ini perlu untuk dapat

melakukan Total Care karena ada kecenderungan dimana spesialisasi hanya

memperhatikan daerah yang lebih sempit tetapi lebih mendalam.4

a. Gambaran umum

Perlu menyebutkan:4,5

1. Keadaan umum (K.U): baik atau buruk, yang dicatat adalah tanda-tanda vital

yaitu:

- Kesadaran penderita; apatis, soporus, koma, gelisah

- Kesakitan

- Tanda vital seperti tensi, nadi, pernapasan dan suhu

2. Kemudian secara sistematik diperiksa dari kepala, leher, dada (toraks), perut

(abdomen: hepar, lien), kelenjar getah bening serta kelamin.

Page 10: pemeriksaan bahu pada orthopedi

3. Kemudian: ekstremitas atas dan bawah serta punggung (tulang belakang)

b. Keadaan lokal

Harus dipertimbangkan keadaan proksimal serta bagian distal dari anggota terutama

mengenai status neurovaskular. Pada pemeriksaan ortopedi atau muskuloskeletal

yang penting adalah (Apley):4,5

1. Look (inspeksi)

Perhatikan apa yang dapat dilihat antara lain:4,5

- Cicatrix (jaringan parut baik yang alamiah maupun yang buatan; bekas

pembedahan)

- Café au lait spot (birth mark)

- Fistula

- Warna kemerahan atau kebiruan (livide) atau hiperpigmentasi

- Benjol atau pembengkakan atau cekungan dengan hal-hal yang tidak biasa,

misalnya rambut di atasnya

- Posisi serta bentuk dari ekstremitas (deformitas)

- Jalannya (gait, waktu masuk kamar periksa)

2. Feel (palpasi)

Pada waktu mau meraba, terlebih dulu posisi penderita diperbaiki agar dimulai

dari posisi netral atau posisi anatomi. Pada dasarnya ini merupakan pemeriksaan

yang memberikan informasi dua arah, baik si pemeriksa maupun si pasien,

kerena itu perlu selalu diperhatikan wajah pasien atau menanyakan perasaan si

pasien.4,5

Yang dicatat adalah:4

- Perubahan suhu terhadap sekitarnya serta kelembaban kulit

- Apabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi atau hanya edema,

terutama daerah persendian

- Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, cacat letak kelainannya (1/3 proksimal

atau tengah atau distal)

Otot: tonus pada waktu relaksasi atau kontraksi; benjolan yang terdapat di

permukaan tulang atau melekat pada tulang. Selain itu juga diperiksa status

neurovaskular. Apabila ada benjolan, maka sifat benjolan itu perlu dideskripsi

(tentukan) permukaannya, konsistensinya dan pergerakan terhadap permukaan

atau dasar, nyeri atau tidak dan ukurannya.4,5

Page 11: pemeriksaan bahu pada orthopedi

3. Move (pergerakan terutama mengenai lingkup gerak)

Setelah memeriksa feel pemeriksaan diteruskan dengan menggerakkan anggota

gerak dan dicatat apakah terdapat keluhan nyeri pada pergerakan.4

Pada anak periksalah bagian yang tidak sakit dulu, selain untuk mendapatkan

kooperasi anak pada waktu pemeriksaan, juga untuk mengetahui gerakan normal

si penderita. Pencatatan lingkup gerak ini perlu, agar kita dapat berkomunikasi

dengan sejawat dan evaluasi keadaan sebelum dan sesudahnya.4

Apabila terdapat fraktur tentunya akan terdapat gerakan yang abnormal di daerah

fraktur (kecuali pada incomplete fraktur).4

Gerakan sendi dicatat dengan ukuran derajat gerakan dari setiap arah pergerakan

mulai dari titik 0 (posisi netral) atau dengan ukuran metrik.4,5

Pencatatan ini penting untuk mengetahui apakah ada gangguan gerak.4

Kekakuan sendi disebut ankilosis dan hal ini dapat disebabkan oleh faktor intra

artikuler atau ekstra artikuler.4

- Intra artikuler: kelainan atau kerusakan dari tulang rawan yang menyebabkan

kerusakan tulang subkondral; juga didapat oleh karena kelainan: ligamen dan

kapsul (simpai) sendi.

- Ekstra artikuler: oleh karena otot atau kulit.

Pergerakan yang perlu dilihat adalah gerakan aktif (apabila penderita sendiri disuruh

menggerakkan) dan pasif (dilakukan oleh pemeriksa).4,5

Selain pencatatan pemeriksaan penting untuk mengetahui gangguan gerak, hal ini juga

penting untuk melihat kemajuan atau kemunduran pengobatan.4

Dibedakan istilah contraction dan contructure:4

- Contraction: apabila ada perubahan fisiologis

- Contructure: apabila sudah ada perubahan anatomis

Selain diperiksa pada posisi duduk dan berbaring juga perlu dilihat waktu berdiri dan

jalan. Jalan perlu dinilai untku mengetahui apakah pincang disebabkan karena:4

- Instability

- Nyeri

- Discrepancy

- Fixed deformity

Page 12: pemeriksaan bahu pada orthopedi

BAB IV

PEMERIKSAAN FISIK BAHU

A. GEJALA

Nyeri adalah gejala yang paling sering dikeluhkan. Tetapi nyeri pada daerah bahu bukan

berarti nyeri bahu. Jika pasien menunjuk pada bagian atas bahu pikirkan mungkin

kelainan terletak pada sendi akromioklavikular atau nyeri alih dari leher. Nyeri pada

sendi bahu dan rotator cuff, biasanya pada aspek depan dan luar dari sendi, terkadang

sampai bagian tengah lengan atas.5

Hati-hati terhadap kemungkinan nyeri alih. Kelainan pada mediastinum, seperti cardiac

ischemia memiliki gejala nyeri pada bahu. 5

Kelemahan mungkin dapat timbul sebagai hilangnya kekuatan, pikirkan ke arah kelainan

neurologis, atau pada ketidakmampuan untuk mengabduksikan bahu secara mendadak –

mungkin saja terdapat ruptur tendon. Tetapi ada juga kelemahan pada beberapa gerakan

dan kelemahan karena nyeri. 5

Instabilitas mungkin sangat jelas (‘bahu saya seperti keluar dari sendinya saat saya

mengangkat tangan saya’); atau mungkin bunyi klik saat mengangkat lengan, atau

sensasi ‘dead arm’ seperti pada pemain tenis saat akan melakukan servis. 5

Kekakuan mungkin bersifat progresif dan berat; ‘frozen shoulder’. 5

Bengkak mungkin melibatkan sendi, otot atau mungkin tulang; pasien tidak akan

mengetahui perbedaannya. 5

Deformitas mungkin melibatkan pengecilan otot, prominensia sendi akromioklavikular,

winging skapula atau posisi lengan menjadi tidak normal. 5

Kehilangan fungsi biasanya dikaitkan kesulitan saat berpakaian dan berdandan, atau

ketidakmampuan mengangkat benda. 5

Tabel 4.1. Nyeri pada Daerah Bahu

Nyeri alihan

- Spondilosis servikal

- Kelainan mediastinum

- Cardiac ischemia

Kelainan rotator cuff

- Tendinitis

- Ruptur

- Frozen shoulder

Kelainan sendi

- Artritis glenohumeral

Instabilitas

- Dislokasi

Page 13: pemeriksaan bahu pada orthopedi

- Artritis akromioklavikular - Subluksasi

Lesi tulang

- Infeksi

- Tumor

Cedera saraf

- Terjepitnya nervus supraskapula

Sumber: Solomon L, et al. Apley`s System of Orthopaedics and Fractures. Ninth Edition.

Hodder Arnold: London. 2010: p.337.

B. TANDA

Pasien harus diperiksa secara keseluruhan dari depan dan belakang. Kedua ekstremitas

superior, leher, gambaran skapula dan dada bagian anterior harus terlihat. 5

1. Inspeksi (Look) 5

Kulit. Lihat apakah terdapat luka, jangan lupa periksa bagian aksila.

Bentuk. Kedua ekstremitas harus dibandingkan. Bahu yang tidak simetris, winging

skapula, pengecilan otot deltoid, supraspinatus dan infrapsinatus, dan dislokasi

akromioklavikula paling baik dilihat dari belakang; bengkak pada sendi

akromioklavikular atau sternoklavikular atau pengecilan dari otot pectoralis paling

baik dilihat dari depan. Efusi dari sendi menyebabkan bengkak ke bagian anterior dan

biasanya terlihat di aksila. Pengecilan dari otot deltoid mungkin terjadi karena ada

lesi pada nervus dan pengecilan dari otot supraspinatus mungkin terjadi karena ada

cedera yang luas atau lesi pada nervus supraskapula. Tonjolan khas ‘Popeye’ dari

ruptur otot bisep dapat dilihat dengan mudah bila sendi siku difleksikan.

Posisi. Jika lengan tertahan pada posisi endorotasi, pikirkan dislokasi posterior pada

bahu.

2. Palpasi (Feel) 5

Kulit. Inflamasi dari sendi akan mempengaruhi suhu disekitarnya.

Tulang dan jaringan lunak. Struktur yang dalam dipalpasi dengan hati-hati, mengikuti

anatomi permukaan yang ada. Dimulai dari sendi sternoklavikular, menyusuri

klavikula ke arah lateral menuju sendi akromioklavikular, dan meraba bagian anterior

dari akromion serta bagian atasnya. Batas anterior dan posterior dari gleniod harus

dipalpasi. Dengan bahu ditahan dalam posisi ekstensi, tendon dari supraspinatus

dapat diidentifikasi tepat di bawah segmen anterior dari akromion. Krepitasi pada

tendon supraspinatus saat bergerak menunjukkan adanya tendinitis atau robekan.

Page 14: pemeriksaan bahu pada orthopedi

3. Pergerakan (Move) 5

Gambar 4.1. Pemeriksaan sendi bahu. Pemeriksaan gerak aktif paling baik dari belakang

pasien, perhatikan baik-baik simetrisitas dan koordinasi dari pergerakan skapulo-thorak dan

gleno-humeral. (a) Abduksi; (b) Batas dari abduksi gleno-humeral; (c) Abduksi penuh dan

elevasi, kombinasi dari pergerakan skapulo-thorak dan gleno-humeral. (d) Batas pergerakan

dari gleno-humeral sesungguhnya didapatkan dengan membatasi pergerakan dari skapula

dengan meletakkan tangan pada bagian atas dari skapula. (e) Eksorotasi. (f,g) Pergerakan

yang lebih rumit meliputi abduksi, rotasi, fleksi atau ekstensi dari bahu. (h) Memeriksa ada

atau tidaknya kelemahan pada otot serratus anterior. (i) Memeriksa ada atau tidaknya nyeri

pada supraspinatus.

Sumber: Solomon L, et al. Apley`s System of Orthopaedics and Fractures. Ninth Edition.

Hodder Arnold: London. 2010: p.338.

Gerakan aktif. Gerakan diamati pertama dari depan kemudian dari belakang, dengan

posisi pasien berdiri atau duduk. Abduksi bersumbu pada coronal plane dan fleksi-

ekstensi pada sagital plane.

Abduksi dimulai dari 00; pada fase awal pergerakan semuanya bertumpu pada sendi

glenohumeral, semakin lengan diangkat skapula mulai berotasi pada toraks dan pada

600 terakhir gerakan murni skapulo-toraks (karenanya gerakan kesamping yang

melebihi 900 lebih sering disebut ‘elevasi’ daripada ‘abduksi’). Transisi dari gleno-

Page 15: pemeriksaan bahu pada orthopedi

humeral ke skapulo-toraks dapat terganggu dengan kelainan pada sendi atau disfungsi

dari stabilitas tendon disekitar sendi. Pada keadaan ini abduksi mungkin (1) sulit

dilakukan, (2) lingkup gerak terbatas atau (3) gangguan pada ritmik, skapula bergerak

terlalu awal dan membuat efek seperti mengangkat bahu. Jika gerakan terlalu

menyakitkan, pusat dari sakitnya harus diidentifikasi; nyeri saat ditengah abduksi

pikirkan tendinitis pada rotator cuff minor atau suprapsinatus; nyeri saat akhir

abduksi sering kali karena artritis dari akromioklavikular.

Gambar 4.2. Ritme skapulo-humeral. (a-c) Fase awal abduksi, pusat dari gerakan ada pada

sendi gleno-humeral. Semakin tinggi terangkat, skapula mulai berotasi pada toraks. (c) Pada

fase akhir abduksi, gerakan makin didominasi oleh skapulo-toraks (d)

Sumber: Solomon L, et al. Apley`s System of Orthopaedics and Fractures. Ninth Edition.

Hodder Arnold: London. 2010: p.339

Fleksi dan ekstensi diperiksa dengan meminta pasien mengangkat lengannya kedepan

kemudian ke belakang. Normalnya adalah 1800 pada fleksi dan 400 pada ekstensi.

Gambar 4.3. Lingkup gerak normal bahu. (a) Abduksi dari 00 sampai 1600 (atau bahkan 1800),

tetapi hanya 900 yang berpusat pada sendi gleno-humeral; sisanya adalah dari pergerakan

Page 16: pemeriksaan bahu pada orthopedi

skapula. (b) Eksorotasi biasanya 800 dan endorotasi biasanya lebih rendah karena terhalang oleh

tubuh. (c) Dengan lengan pada posisi abduksi yang tepat, endorotasi dapat dilakukan tanpa

terhalang oleh tubuh.

Sumber: Solomon L, et al. Apley`s System of Orthopaedics and Fractures. Ninth Edition.

Hodder Arnold: London. 2010: p.339

Gerakan pasif. Untuk memeriksa lingkup gerak gleno-humeral skapula harus ditahan;

hal ini dapat dilakukan dengan pemeriksa menekan secara lembut pada bagian atas

bahu dengan satu tangan dan tangan yang lainnya menggerakkan lengan.

Kekuatan. Untuk memeriksa serratus anterior (long thoracic nerve, C5, 6, 7) pasien

diminta melakukan gerakan mendorong tembok; jika ototnya lemah maka skapula

tidak akan terfiksir pada toraks dan akan menonjol (winged scapula). Pectoralis

mayor diperiksa dengan menyuruh pasien melakukan gerakan bertolak pinggang.

Pemeriksaan sistem lainnya. Pemeriksaan tulang belakang bagian servikal (sumber

paling sering dari nyeri alih), pemeriksaan untuk mencari adanya kelemahan sendi

dan pemeriksaan neurologis.

Pemeriksaan Fisik Bahu

Pemeriksaan Saraf Terjepit

Page 17: pemeriksaan bahu pada orthopedi

Pemeriksaan Neer

- Posisi: pasien duduk atau berdiri dan pemeriksa dalam posisi berdiri.- Fiksasi: skapula ipsilateral untuk mencegah protraksi.- Pemeriksaan: elevasi secara pasif ke depan dari lengan.- Perhatian khusus: nyeri pada bahu. Nyeri dapat diatasi dengan injeksi 10 ml lidokain di

bawah akromion sapek anterior.- Latar belakang: penjepitan tuberkulum mayor, degenerasi supraspinatus dan bursa

subakromial terhadap akromion.

Pemeriksaan Hawkins-Kennedy

- Posisi: duduk atau berdiri, dengan lengan pada posisi 900 elevasi ke depan pada sumbu skapula.

- Fiksasi: stabilisasi skapula untuk meminimalisasi rotasi ke depan saat melakukan manuver endorotasi.

- Pemeriksaan: endorotasi pasif pada bahu sampai nyeri timbul.- Perhatian khusus: nyeri pada endorotasi paksa.- Latar belakang: tuberkulum mayor memaksa tendon supraspinatus terhadap ligamen

korakoakromial.

Pemeriksaan Empty can

Page 18: pemeriksaan bahu pada orthopedi

- Posisi: duduk atau berdiri, bahu abduksi 900, adduksi horizontal 300 dan endorotasi penuh.

- Fiksasi: pemeriksa meletakkan tangan pada bagian atas lengan atas.- Pemeriksaan: pasien mempertahankan posisi ini sambil diberikan tahanan ke bawah.- Perhatian khusus: kelemahan otot, jangan lupakan nyeri.- Latar belakang: pemeriksaan kekuatan otot supraspinatus. Subskapularis, infraspinatus

dan teres minor tidak bergerak pada posisi ini.

Komentar untuk pemeriksaan saraf terjepit

Pemeriksaan Neer dan Hawkins-Kennedy dapat digunakan sebagai skrining, dan pemeriksaan empty can dapat digunakan sebagai konfirmasi pada kelainan bahu.

Pemeriksaan rotator cuff

External rotation lag sign

- Posisi: duduk dengan memungungi pemeriksa. Bahu pada posisi abduksi 200, siku pada posisi fleksi 900 dan maksimal eksorotasi -50 untuk mencegah terjadinya elsatik rekoil pada bahu.

- Fiksasi: pemeriksa menahan siku dan pergelangan tangan pada posisi di atas.- Pemeriksaan: pasien diminta menahan posisi ini sambil pemeriksa melepas pergelangan

tangan.- Perhatian khusus: kemampuan pasien untuk menahan lengan diposisi yang sama. Saat

tangan terjatuh (lag sign), hasilnya berarti positif.- Latar belakang: lag sign lebih dari 50 menjurus pada (parsial) robekan tendon

infrapsinatus atau supraspinatus.

Page 19: pemeriksaan bahu pada orthopedi

Drop arm test

- Posisi: telentang atau duduk dengan lengan direntangkan ke samping.- Fiksasi: tidak perlu fiksasi.- Pemeriksaan: pasien diminta mengabduksikan lengan ke samping. Kemudian minta

pasien meurunkan lengannya secara perlahan.- Perhatian khusus: saat pasien menurunkan lengan secara perlahan, jika terdapat kelainan

maka lengan pasien akan jatuh dengan cepat.- Latar belakang: pada awalnya pemeriksaan ini digunakan untuk mengetahui adanya

robekan pada tendon supraspinatus. Tetapi belakangan digunakan juga untuk mengetahui adanya robekan pada tendon infraspinatus.

Supine impingement test

- Posisi: pasien telentang dengan lengan berada di atas meja periksa.- Fiksasi: pemeriksa mengelevasi lengan sampai maksimal.- Pemeriksaan: tangan pada posisi supinasi dan lengan di adduksikan ke telinga. Maka

lengan akan berada pada posisi endorotasi.- Perhatian khusus: hasil positif jika didapatkan rasa nyeri yang bertambah.- Latar belakang: pemeriksaan ditujukan untuk mengetahui adanya robekan pada rotator

cuff. Nyeri timbul akibat penyempitan dan penekanan pada celah subakromial.

Page 20: pemeriksaan bahu pada orthopedi

Belly press test

- Posisi: pasien duduk dengan tangan (yang akan diperiksa) pada perut.- Fiksasi: tidak perlu fiksasi.- Pemeriksaan: pasien diminta menekan perut menggunakan tangan sampai terjadi

endorotasi maksimal.- Perhatian khusus: pasien merasakan kelemahan dan tidak dapat melakukan endorotasi

maksimal. Siku terjatuh ke belakang dan endorotasi tidak terjadi. Gerakan menekan tersebut terjadi karena adanya ekstensi dari bahu dan fleksi pergelangan tangan.

- Latar belakang: untuk mengetahui penurunan fungsi dari endorotasi pada bahu.

Komentar untuk pemeriksaan rotator cuff:

External rotation lag test merupakan pemeriksaan yang spesifik untuk otot infraspinatus dan supraspinatus. Prosedur drop arm test dapat menghasilkan positif palsu untuk pemeriksaan pada otot supraspinatus dan infraspinatus. Supine impingement test dapat digunakan untuk mengetahui adanya robekan parsial atau komplit pada rotator cuff. Bell press test merupakan pemeriksaan yang spesifik untuk robekan subskapular.

Pemeriksaan untuk lesi anterior ke posterior pada labrum superior

Anterior slide test

- Posisi: berdiri atau duduk, tangan pada pinggang dengan ibu jari ke arah belakang.- Fiksasi: pemeriksa meletakkan satu tangannya pada bahu dari posterior dengan jari

telunjuk di atas aspek anterior dari akromion. Dan tangan yang satu lagi di belakang siku.

- Pemeriksaan: tahanan diberikan ke arah depan dan atas pada siku dan lengan atas. Pasien diminta untuk menahan tahanan ini.

- Perhatian khusus: nyeri atau bunyi “klik” pada bahu yang diperiksa.- Latar belakang: pergeseran kepala humerus anterior dan superior memberikan tekanan

pada labrum superior. Gerakan ke atas menyebabkan traksi dari tendon bisep dan meregangkan kompleks labral.

Page 21: pemeriksaan bahu pada orthopedi

Biceps load II test

- Posisi: telentang dengan lengan diabduksikan 1200 dan eksorotasi maksimal, siku 900

dan lengan bawah supinasi.- Fiksasi: pemeriksa memegang siku dan pergelangan tangan pasien.- Pemeriksaan: pasien diminta memfleksikan sikunya sambil ditahan oleh pemeriksa.- Perhatian khusus: nyeri atau nyeri yang bertambah saat dilakukan tahanan pada fleksi

siku.- Latar belakang: labrum superior terlepas dari glenoid dan membuat nyeri bertambah.

Komentar untuk pemeriksaan untuk lesi anterior ke posterior pada labrum superior

Karena spesifisitasnya yang tinggi, anterior slide test dapat digunakan dalam mengkonfirmasi lesi superior labrum anterior to posterior (SLAP). Biceps load II test sebagai diagnostik untuk lesi SLAP.

Pemeriksaan Instabilitas

Apprehension test

- Posisi: telentang atau duduk, abduksi 900 dan maksimal eksorotasi.- Fiksasi: pemeriksa memegan pergelangan tangan pasien dengan satu tangan. Tangan

yang satu lagi memegang aspek posterior dari kepala humerus.

Page 22: pemeriksaan bahu pada orthopedi

- Pemeriksaan: maksimal eksorotasi pada aspek posterior dari kepala humerus sekaligus memberikan dorongan ke depan.

- Perhatian khusus: tahanan yang mendadak akan terasa pada bahu dan nyeri.- Latar belakang: kombinasi gerakan dan dorongan ke anterior menyebabkan bahu

menjadi subluksasi.

Relocation test

- Posisi: pasien telentang, lengan abduksi 900 dan siku fleksi 900.- Fiksasi: dengan satu tangan, pemeriksa menahan lengan bawah dan tangan yang satu

lagi pada kepala humerus.- Pemeriksaan: pemeriksan menggerakkan bahu secara eksorotasi dan lengan bawah

diayunkan seperti tuas dengan satu tangan. Tangan yang satu lagi memberikan gaya ke arah posterior pada kepala humerus.

- Perhatian khusus: nyeri yang meredan dan pasien dapat melakukan gerakan eksorotasi.- Latar belakang: pemberian gaya ke arah posterior membuat kepala humerus kembali ke

posisinya.

Anterior release test

- Posisi: pasien dalam posisi telentang, lengan abduksi 900 dan siku fleksi 900.

Page 23: pemeriksaan bahu pada orthopedi

- Fiksasi: dengan satu tangan menahan lengan bawah dan tangan yang lain pada kepala humerus.

- Pemeriksaan: pemeriksa memberikan tekanan ke posterior pada kepala humerus dalam posisi lengan pada eksorotasi maksimal. Kemudian kepala humerus dilepas.

- Perhatian khusus: nyeri yang timbul mendadak, nyeri yang bertambah atau perasaan seperti terlepas.

- Latar belakang: melepaskan tekanan ke arah posterior membuat kepala humerus subluksasi ke anterior.

Komentar mengenai pemeriksaan instabilitas

Apprehension, relocation dan anterior release test digunakan sebagai alat diagnostik pada instabilitas anterior, terutama saat apprehension test positif.

Pemeriksaan akromioklavikular

O`brien test

- Posisi: pasien berdiri dan pemeriksa berada di belakang pasien. Lengan pasien fleksi 900 ke depan, adduksi 10-150 dan maksimal endorotasi.

- Fiksasi: pemeriksa memegang lengan bawah pasien.- Pemeriksaan: pemeriksa memberikan tahanan ke arah bawah dan pasien diminta untuk

menahan tahanan tersebut. Setelahnya telapak tangan pasien dalam posisi supinasi, dan ulangi pemeriksaan.

- Perhatian khusus: nyeri pada sendi akromioklavikular, lebih terlihat pada endorotasi paksa.

- Latar belakang: dengan pemeriksaan ini, akromion didorong ke tuberkulum mayor dan menekan sendi akromioklavikular.

Page 24: pemeriksaan bahu pada orthopedi

Acromioclavicular joint tenderness test (pemeriksaan nyeri pada sendi akromioklavikular)

- Prosedur: tidak dijelaskan oleh Walton dkk, tetapi tertulis bahwa dilakukan palpasi pada sendi akromioklavikular. Hasil positif bila saat palpasi pasien merasa nyeri.

Komentar untuk pemeriskaan akromioklavikular

O`brien test dapat digunakan untuk konfirmasi karena spesifisitasnya yang tinggi. Palpasi sendi akromioklavikular dapat digunakan pada semua keluhan pada sendi akromioklavikular dengan O`brien test negatif, karena sensitivitas pemeriksaan ini cukup tinggi.