Pemeriksaan Full Neuro
-
Upload
sinta-sintaa -
Category
Documents
-
view
239 -
download
0
Transcript of Pemeriksaan Full Neuro
-
7/28/2019 Pemeriksaan Full Neuro
1/16
1
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
A. Pemeriksaan Tingkat Kesadaran
1. Secara Kualitatif
Compos Mentis, yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawabsemua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya
Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya,sikapnya acuh tak acuh.
Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak,berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
Somnolen, yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat, mudahtertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi
jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.
Stupor, yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri. Coma, yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun
(tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon
pupil terhadap cahaya).
2. Secara Kuantitatif dengan GCS ( Glasgow Coma Scale )
Menilai respon membuka mata (E)(4) : spontan
(3) : dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata).
(2) : dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan kuku
jari)
(1) : tidak ada respon
Menilai respon Verbal/respon Bicara (V)(5) : orientasi baik
(4) : bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-ulang ) disorientasi
tempat dan waktu.
-
7/28/2019 Pemeriksaan Full Neuro
2/16
2
(3) : kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas, namun tidak
dalam satu kalimat. Misalnya aduh, bapak)
(2) : suara tanpa arti (mengerang)
(1) : tidak ada respon
Menilai respon motorik (M)(6) : mengikuti perintah
(5) : melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi rangsang
nyeri)
(4) : menghindar / menarik extremitas atau tubuh menjauhi stimulus saat diberi
rangsang nyeri
(3) : flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada & kaki
extensi saat diberi rangsang nyeri).
(2) : extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh, dengan jari
mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
(1) : tidak ada respon
Hasil pemeriksaan tingkat kesadaran berdasarkan GCS disajikan dalam simbol EVMSelanjutnya nilai-nilai dijumlahkan. Nilai GCS yang tertinggi adalah 15 yaitu E4V5M6 dan
terendah adalah 3 yaitu E1V1M1.
Setelah dilakukan scoring maka dapat diambil kesimpulan :
Compos Mentis (GCS : 15-14) Apatis (GCS : 13-12) Somnolen(GCS : 11-10)
Delirium (GCS : 9-7) Sporo coma (GCS : 6-4) Coma (GCS : 3)
3. Pittsburgh brain stem score.
Cara ini dapat digunakan untuk menilai refleks brainstem pada pasien koma.
Refleks bulu mata (positif kedua sisi 2, negatif = 1)
Refleks kornea (positif kedua sisi = 2, negatif = 1) Dolls eye movement/ice water calories (positif kedua sisi = 2, negatif = 1)
-
7/28/2019 Pemeriksaan Full Neuro
3/16
3
Reaksi pupil kanan terhadap cahaya (positif = 2, negatif = 1) Reaksi pupil kiri terhadap cahaya (positif =2, negatif = 1) Refleks muntah atau batuk (positif= 2, negatif = 1)
Interpretasi : Nilai minimum : 6
Nilai maksimum : 12 ( nilai /skor makin tinggi makin baik )
B. Pemeriksaan tanda rangsangan meningeal
1. Pemeriksaan Kaku KudukTangan pemeriksa ditempatkan dibawah kepala pasien yang sedang berbaring,
kemudian kepala ditekukan (fleksi) dan diusahakan agar dagu mencapai dada. Selama
penekukan diperhatikan adanya tahanan. Bila terdapat kaku kuduk kita dapatkantahanan dan dagu tidak dapat mencapai dada.
2. Pemeriksaan Kernigs signPosisikan pasien untuk tidur terlentang. Fleksikan sendi panggul tegak lurus (90)
dengan tubuh, tungkai atas dan bawah pada posisi tegak lurus. Setelah itu tungkai
bawah diekstensikan pada persendian lutut sampai membentuk sudut lebih dari 135
terhadap paha. Bila teradapat tahanan dan rasa nyeri sebelum atau kurang dari sudut
135 maka dikatakan Kernigs sign positif.
3. Pemeriksaan Brudzinski Brudzinski I (Brudzinskis neck sign)
Pasien berbaring dalam sikap terlentang, tangan kanan ditempatkan dibawah
kepala pasien yang sedang berbaring, tangan pemeriksa yang satu lagi
ditempatkan didada pasien untuk mencegah diangkatnya badan kemudian kepala
pasien difleksikan sehingga dagu menyentuh dada. Brudzinski I positif bila
gerakan fleksi kepala disusul dengan gerakan fleksi di sendi lutut dan panggul
kedua tungkai secara reflektorik.
-
7/28/2019 Pemeriksaan Full Neuro
4/16
4
Brudzinski IIPasien berbaring terlentang. Tungkai yang akan dirangsang difleksikan pada
sendi lutut, kemudian tungkai atas diekstensikan pada sendi panggul. Bila timbul
gerakan secara reflektorik berupa fleksi tungkai kontralateral pada sendi lutut dan
panggul ini menandakan test ini postif.
Brudzinski IIIPasien tidur terlentang tekan pipi kiri kanan dengan kedua ibu jari pemeriksa
tepat di bawah os ozygomaticum akan disusul oleh gerakan fleksi secara
reflektorik dikedua siku dengan gerakan reflektorik keatas sejenak dari kedualengan.
Brudzinski IVPenekanan pada simfisis pubis akan disusul oleh timbulnya gerakan fleksi secara
reflektorik pada kedua tungkai disendi lutut dan panggul
4. Tanda LasegueUntuk pemeriksaan ini dilakukan pada pasien yang berbaring lalu kedua tungkai
diluruskan (diekstensikan) , kemudian satu tungkai diangkat lurus, dibengkokkan
(fleksi) persendian panggulnya. Tungkai yang satu lagi harus selalu berada dalam
keadaan ekstensi (lurus) . Pada keadaan normal dapat dicapai sudut 70 derajat
sebelum timbul rasa sakit dan tahanan. Bila sudah timbul rasa sakit dan tahanan
sebelum mencapai 70 derajat maka disebut tanda Lasegue positif. Namun pada pasien
yang sudah lanjut usianya diambil patokan 60 derajat.
C. Pemeriksaan fungsi motorik
Bentuk otot Normal, hipertrofi atau hipotrofi ada tidaknya fasikulasi (kedutan)
-
7/28/2019 Pemeriksaan Full Neuro
5/16
5
Tonus ototPasien diminta melemaskan ekstremitas yang hendak diperiksa kemudian ekstremitas
tersebut kita gerak-gerakkan fleksi dan ekstensi pada sendi siku dan lutut . Pada orang
normal terdapat tahanan yang wajar.
Flaccid : tidak ada tahanan sama sekali (dijumpai pada kelumpuhan LMN).
Hipotoni : tahanan berkurang
Spastik : tahanan meningkat dan terdapat pada awal gerakan , ini dijumpai pada
kelumpuhan UMN.
Rigid : tahanan kuat terus menerus selama gerakan misalnya pada Parkinson
Kekuatan ototPemeriksaan ini menilai kekuatan otot, untuk memeriksa kekuatan otot ada dua cara:
1. Pasien disuruh menggerakkan bagian ekstremitas atau badannya dan pemeriksa
menahan gerakan ini.
2. Pemeriksa menggerakkan bagian ekstremitas atau badan pasien dan ia disuruh
menahan
Cara menilai kekuatan otot dengan menggunakan angka dari 0-50 : Tidak didapatkan sedikitpun kontraksi otot, lumpuh total.
1 : Terdapat sedikit kontraksi otot, namun tidak didapatkan gerakan pada
persendiaan yang harus digerakkan oleh otot tersebut.
2 : Didapatkan gerakan,tetapi gerakan ini tidak mampu melawan gaya berat
(gravitasi).
3 : Dapat mengadakan gerakan melawan gaya berat.
4 : Disamping dapat melawan gaya berat ia dapat pula mengatasi sedikit tahanan
yang diberikan.
5 : Tidak ada kelumpuhan (normal)
Gerakan volunterYang diperiksa adalah gerakan pasien atas permintaan pemeriksa, misalnya:
Mengangkat kedua tangan pada sendi bahu. Fleksi dan ekstensi artikulus kubiti. Mengepal dan membuka jari-jari tangan.
-
7/28/2019 Pemeriksaan Full Neuro
6/16
6
Mengangkat kedua tungkai pada sendi panggul. Fleksi dan ekstensi artikulus genu. Plantar fleksi dan dorso fleksi kaki.
Gerakan jari- jari kaki.
Gerakan InvolunterGerakan involunter ditimbulkan oleh gejala pelepasan yang bersifat positif, yaitu
dikeluarkan aktivitas oleh suatu nukleus tertentu dalam susunan ekstrapiramidalis yang
kehilangan kontrol akibat lesi pada nukleus pengontrolnya. Susunan ekstrapiramidal ini
mencakup kortex ekstrapiramidalis, nuklues kaudatus, globus pallidus, putamen, corpus
luysi, substansia nigra, nukleus ruber, nukleus ventrolateralis thalami substansia
retikularis dan serebelum.
Tremor saat istirahat : disebut juga tremol striatal, disebabkan lesi pada corpus striatum
(nukleus kaudatus, putamen, globus pallidus dan lintasan lintasan penghubungnya)
misalnya kerusakan substansia nigra pada sindroma Parkinson.
Tremor saat bergerak (intensional) : disebut juga tremor serebellar, disebabkan
gangguan mekanisme feedback oleh serebellum terhadap aktivitas kortes piramidalis
dan ekstrapiramidal hingga timbulkekacauan gerakan volunter.
Khorea : gerakan involunter pada ekstremitas, biasanya lengan atau tangan,eksplosif, cepat berganti sifat dan arah gerakan secara tidak teratur, yang hanya
terhenti pada waktu tidur. Khorea disebabkan oleh lesi di corpus striataum,
substansia nigra dan corpus subthalamicus.
Athetose : gerakan involenter pada ektremitas, terutama lengan atau tangan atautangan yang agak lambat danmenunjukkan pada gerakan melilit lilit , torsi
ekstensi atau torsi fleksi pada sendi bahu, siku dan pergelangan tangan. Gerakanini dianggap sebagai manifestasi lesi di nukleus kaudatus.
Ballismus : gerakan involunter otot proksimal ekstremitas dan paravertebra,hingga menyerupai gerakan seorang yang melemparkan cakram. Gerkaan ini
dihubungkan dengan lesi di corpus subthalamicus, corpus luysi, area prerubral
dan berkas porel.
Fasikulasi : kontrasi abnormal yang halus dan spontan pada sisa serabut ototyang masih sehat pada otot yang mengalami kerusakan motor neuron. Kontraksinampak sebagai kedutan dibawah kulit.
-
7/28/2019 Pemeriksaan Full Neuro
7/16
7
Myokimia: fasikulasi benigna. Frekuensi keduten tidak secepat fasikulasidanberlangsung lebih lama dari fasikulasi.
Myokloni : gerakan involunter yang bangkit tiba tiba cepat, berlangsungsejenak, aritmik, dapat timbul sekali saja atau berkali kali ditiap bagian ototskelet dan pada setiap waktu, waktu bergerak maupun waktu istirahat.
Fungsi koordinasi.Tujuan pemeriksaan ini untuk menilai aktivitas serebelum. Serebelum adalah pusat
yang paling penting untuk mengintegrasikan aktivitas motorik dari kortex, basal
ganglia, vertibular apparatus dan korda spinalis. Lesi organ akhir sensorik dan lintasan
yang mengirimkan informasi ke serebelum serta lesi pada serebelum dapat
mengakibatkan gangguan fungsi koordinasi atau sering disebut Cerebellar sign .
Macam-macam pemeriksaan Cerebellar sign
Test telunjuk hidung. Test jarijari tangan. Test tumitlutut. Test diadokinesia berupa: pronasisupinasi, tapping jari tangan. Test fenomena rebound. Test mempertahankan sikap. Test nistagmus. Test disgrafia. Test romberg.
Test romberg positif : baik dengan mata terbuka maupun dengan mata tertutup ,
pasien akan jatuh kesisi lesi setelah beberapa saat kehilangan kestabilan
(bergoyanggoyang).
Pasien sulit berjalan pada garis lurus pada tandem walking, dan menunjukkan
gejala jalan yang khas yang disebut celebellar gait
Pasien tidak dapat melakukan gerakan volunter dengan tangan, lengan atau
tungkai dengan halus. Gerakan kaku dan terpatah-patah.
Gait dan StationPemeriksaan ini hanya dilakukan bila keadaan pasein memungkinkan untuk itu. Harus
diperhitungkan adanya kemungkinan kesalahan interpretasi hasil pemeriksaan pada
-
7/28/2019 Pemeriksaan Full Neuro
8/16
8
orang orang tua atau penyandang cacat non neurologis. Pada saat pasien berdiri dan
berjalan perhatikan posture, keseimbangan , ayunan tangan dan gerakan kaki dan
mintalah pasien untuk melakukan :
Jalan diatas tumit.
Jalan diatas jari kaki.
Tandem walking.
Jalan lurus lalu putar.
Jalan mundur.
Hopping.
Berdiri dengan satu kaki.
Macam macam gait (cara berjalan)
Hemiplegik gait : gaya jalan dengan kaki yang lumpuh digerakkan secara
sirkumduksi.
Spastik (scissors gait): gaya jalan dengan sirkumduksi kedua tungkai, misalnya
spastik paraparese.
Tabetic gait: gaya jalan pada pasien tabes dorsalis.
Steppage gait: gaya jalan seperti ayam jago, pada paraparese flaccid atau
paralisis n. Peroneus.
Waddling gait: gaya berjalan dengan pantat dan pinggang bergoyang berlebihan,
khas untuk kelemahan otot tungkai proksimal, misalnya otot gluteus.
Parkinsonian gait: gaya berjalan dengan sikap tubuh agak membungkuk, kedua
tungkai berfleksi sedikit pada sendi lutut dan panggul. Langkah dilakukan
setengah diseret dengan jangkauan yang pendek-pendek.
D. Pemeriksaan fungsi sensorik
Jenis-Jenis pemeriksaan sensorik yang sering digunakan.
1. Sensibilitas eksteroseptif atau protopatik.
Terdiri dari:
rasa nyeriDengan menggunakan spatel lidah yang di patahkan atau ujung kayu aplikator
kapas Atau bisa juga menggunakan jarum, digoreskan pada beberapa area
kulit, Minta klien untuk bersuara pada saat di rasakan sensasi tumpul atau
tajam.
-
7/28/2019 Pemeriksaan Full Neuro
9/16
9
Test untuk membangkitkan rasa nyeri di sendi panggul/sakroiliaka.
o Tes dari PatrickTumit / maleolus tungkai yang sakit diletakkan pada tungkai yang
lain kemudian diadakan penekanan pada lutut yang difleksikan itu
kemudian timbul gerakan fleksi, abduksi, ekso rotasi dan ekstensi dan
ini akan menimbulkan rasa nyeri di sendi panggul yang ada
kelainannya.
o Tes dari Kontra Patrick.Dilakukan tindakan kebalikan dari test Patrick lalu timbul pula rasa
nyeri di sendi sakroiliaka.
rasa suhuDengan menggunakan dua tabung tes, satu berisi air panas (suhu 40-450C) dan
satu air dingin (suhu 10-150C), sentuh kulit dengan tabung tersebut minta klien
untuk mengidentifikasi sensasi panas atau dingin
rasa rabaDengan menggunakan bola kapas atau lidi kapas, Beri sentuhan ringan ujung
kapas pada titik-titik berbeda sepanjang permukaan kulit minta klien untuk
bersuara jika merasakan sensasi
rasa getarDengan garpu tala, tempelkan batang garpu tala yang sedang bergetar di
bagian distal sendi interfalang darijari dan sendiinterfalang dari ibu jari kaki,
siku, dan pergelangan tangan. Minta klien untuk bersuara pada saat dan tempat
di rasakan vibrasi
2. Sensibilitas proprioseptif
rasa raba dalam
3. Sensibilitas diskriminatif
daya untuk mengenal bentuk/ukuran. daya untuk mengenal /mengetahui berat sesuatu benda
-
7/28/2019 Pemeriksaan Full Neuro
10/16
10
Nomenklatur untuk pemeriksaan sensorik.
Rasa eksteroseptif.
Hilangnya rasa raba : ANESTESIA.
Berkurangnya rasa raba : HIPESTESIA.
Berlebihnya rasa raba : HIPERTESIA.
Rasa Nyeri.
Hilangnya rasa nyeri : ANALGESIA.
Berkurangnya rasa nyeri : HIPALGESIA.
Berlebihnya rasa nyeri : HIPERGESIA.
Rasa suhu.
Hilangnya rasa suhu : THERMOANESTHESIA.Berkurangnya rasa suhu : THERMOHIPESTHESIA.
Berlebihnya rasa suhu : THERMOHIPERESTHESIA.
Rasa abnormal dipermukaan tubuh.
kesemuten : PARESTHESIA.
nyeri panas dingin yang tidak keruan : DISESTHESIA
E. Pemeriksaan refleks
Hasil pemeriksaan refleks merupakan informasi penting yang sangat menentukan.
Penilaian refleks selalu berarti penilaian secara banding antara sisi kiri dan sisi kanan.
Respon terhadap suatu perangsangan tentu tergantung pada intensitas. Oleh karena itu
refleks kedua belah tubuh yang dapat dibandingkan harus merupakan hasil perangsangan
yang berintensitas sama.
Refleks fisiologis yang dibangkitkan untuk pemeriksaan klinis meliputi refleks superficial
dan refleks tendon atau periosteum. Pada penderita penyakit syaraf tertentu dapat
dibandingkan refleks patologis atau juga refleks primitif. Dari penilaian terhadap refleks
fisiologis dan patologis ini kita dapat memperkirakan letak / jenis lesi.
1. Refleks Fisiologis
Refleks Superficial Refleks dinding perut :
Stimulus : Goresan dinding perut daerah, epigastrik, supraumbilical, infraUmbilical dari lateral ke medial.
-
7/28/2019 Pemeriksaan Full Neuro
11/16
11
Respons : kontraksi dinding perut
Afferent : n. intercostal T 57 ( epigastrik )
n. intercostal T 79 ( supra umbilical )
n. intercostal T 911 ( umbilica )
n. intercostal T 11L 1 ( infra umbilical )
n. iliohypogastricus
n. ilioinguinalis
Efferent : sama dengan afferent
Refleks cremasterStimulus : goresan pada kulit paha sebelah medial dari atas ke bawah
Respons : elevasi testis Ipsilateral
Afferent : n. ilioinguinal ( L 1-2 )
Efferent : n. Genitofemoralis
Refleks Tendon Refleks biseps (BPR) :
Stimulus : ketokan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada tendon m. biseps
brachii, posisi lengan setengah ditekuk pada sendi siku.
Respons : fleksi lengan pada sendi siku
Afferent : n. musculucutaneus (C 5-6)
Efferenst : sama dengan afferent
Refleks triceps (TPR) :Stimulus : ketukan pada tendon otot triseps brachii, posisi lengan
fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi
Respons : extensi lengan bawah disendi siku
Afferent : n. radialis (C 6-7-8)
Efferenst : sama dengan afferent
Refleks patella (KPR)Stimulus : ketukan pada tendon patella
Respons : ekstensi tungkai bawah karena kontraksi m. quadriceps femoris
Efferent : n. femoralis ( L 2-3-4 )
-
7/28/2019 Pemeriksaan Full Neuro
12/16
12
Afferent : sama dengan afferent
Refleks achilles (APR)Stimulus : ketukan pada tendon achilles
Respons : plantar fleksi kaki karena kontraksi m. gastrocnemius
Efferent : n. tibialis ( L. 5-S, 1-2 )
Afferent : sama dengan afferent
Refleks brachioradialisPosisi: dapat dilakukan dengan duduk. Lengan bawah harus beristirahat longgar
di pangkuan pasien.
Cara : ketukan pada tendon otot brakioradialis (Tendon melintasi (sisi ibu jari
pada lengan bawah) jari-jari sekitar 10 cm proksimal pergelangan tangan. posisi
lengan fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi.
Respons: flexi pada lengan bawah, supinasi pada siku dan tangan
2. Refleks Patologis
Refleks babinskiPesien diposisikan berbaring supinasi dengan kedua kaki diluruskan.
Tangan kiri pemeriksa memegang pergelangan kaki pasien agar kaki tetap pada
tempatnya.
Lakukan penggoresan telapak kaki bagian lateral dari posterior ke anterior.
Respon : posisitf apabila terdapat gerakan dorsofleksi ibu jari kaki dan
pengembangan jari kaki lainnya
Refleks chaddokPenggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral sekitar maleolus lateralis dari
posterior ke anterior
-
7/28/2019 Pemeriksaan Full Neuro
13/16
13
Amati ada tidaknya gerakan dorsofleksi ibu jari, disertai mekarnya (fanning)
jari-jari kaki lainnya.
Refleks schaefferMenekan tendon achilles.
Amati ada tidaknya gerakan dorso fleksi ibu jari kaki, disertai mekarnya
(fanning) jari-jari kaki lainnya.
Reflek oppenheimPengurutan dengan cepat krista anterior tibia dari proksiml ke distal
Amati ada tidaknya gerakan dorso fleksi ibu jari kaki, disertai mekarnya
(fanning) jari-jari kaki lainnya.
Reflek GordonMenekan pada musculus gastrocnemius (otot betis)
Amati ada tidaknya gerakan dorsofleksi ibu jari kaki, disertai mekarnya
(fanning) jari-jari kaki lainnya.
Reflek gondaMenekan (memfleksikan) jari kaki ke-4, lalu melepaskannya dengan cepat.
Amati ada tidaknya gerakan dorso fleksi ibu jari kaki, disertai mekarnya
(fanning) jari-jari kaki lainnya.
Hoffman TromnerStimulus : goresan pada kuku jari tengah pasien
Respons : ibu jari, telunjuk dan jarijari lainnya berefleksi
StranskyStimulus : penekukan (lateral) maksimal jari kaki kelima
Respons: seperti babinski
-
7/28/2019 Pemeriksaan Full Neuro
14/16
14
RossolimoStimulus : pengetukan pada telapak kaki
Respons: fleksi jarijari kaki pada sendi interphalangealnya
Mendel - BechterewStimulus : pengetukan dorsum pedis pada daerah os cuboideum
Respons : seperti rossolimo
LeriStimulus : fleksi maksimal tangan pada pergelangan tangan sikap lengan
diluruskan dengan bagian ventral menghadap keatas
Respons : tidak terjadi fleksi di sendi siku
MayerStimulus : fleksi maksimal jari tengah pasien kearah telapak tangan.
Respons : tidak terjadi oposisi ibu jari.
Klonus kakiPada lesi piramidal (UMN) sering didapatkan klonus di pergelangan kaki, lutut,
dan tangan.
Stimulus : dorsofleksikan kaki secara maksimal, posisi tungkai fleksi di sendi
lutut.
Respons : kontraksi reflektorik otot betis selama stimulus berlangsung
3. Refleks Primitif
Sucking refleksStimulus : sentuhan pada bibir
Respons : gerakan bibir, lidah dan rahang bawah seolah-olah menyusu
Snout refleksStimulus : ketukan pada bibir atas
Respons : kontraksi otototot disekitar bibir / dibawah hidung (menyusu)
-
7/28/2019 Pemeriksaan Full Neuro
15/16
15
Graps refleksStimulus : penekanan / penempatan jari si pemeriksa pada telapak tangan
pasien.
Respons : tangan pasien mengepal
Palmomental refleksStimulus : goresan ujung pena terhadap kulit telapak tangan bagian thenar.
Respons : kontraksi otot mentalis dan orbicularis oris ipsilateral.
-
7/28/2019 Pemeriksaan Full Neuro
16/16
16
DAFTAR PUSTAKA
Bickley S. Lynn. Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates. Edisi 5.
Jakarta : EGC. 2008
Campbell, William W. DeJongs The Neurologic Examination 6th Edition. Lippincott
Williams & Wilkins. 2005
Lumbantobing, S.M. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2011