Tingkat Kesadaran Dan Pemeriksaan Neuro

16
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS Penyunting : Faqih Ruhyanudin 1. Menguji tingkat kesadaran a. secara kualitatif 1. ComposMentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya. 2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh. 3. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal. 4. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal. 5. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri. 6. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya). b. Secara Kuantitatif dengan GCS ( Glasgow Coma Scale ) 1. Menilai respon membuka mata (E) (4) : spontan (3) : dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata). (2) : dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan kuku jari) (1) : tidak ada respon 2. Menilai respon Verbal/respon Bicara (V) (5) : orientasi baik (4) : bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-ulang ) disorientasi tempat dan waktu. (3) : kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas, namun tidak dalam satu kalimat. Misalnya “aduh…, bapak…”)

Transcript of Tingkat Kesadaran Dan Pemeriksaan Neuro

Page 1: Tingkat Kesadaran Dan Pemeriksaan Neuro

PEMERIKSAAN NEUROLOGIS

Penyunting : Faqih Ruhyanudin

1. Menguji tingkat kesadaran

a. secara kualitatif

1. ComposMentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya,

dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.

2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan

sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.

3. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu),

memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.

4. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon

psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila

dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu

memberi jawaban verbal.

5. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada

respon terhadap nyeri.

6. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap

rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah,

mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).

b. Secara Kuantitatif dengan GCS ( Glasgow Coma Scale )

1. Menilai respon membuka mata (E)

(4) : spontan

(3) : dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata).

(2) : dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan

kuku jari)

(1) : tidak ada respon

2. Menilai respon Verbal/respon Bicara (V)

(5) : orientasi baik

(4) : bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-ulang )

disorientasi tempat dan waktu.

(3) : kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas, namun

tidak dalam satu kalimat. Misalnya “aduh…, bapak…”)

Page 2: Tingkat Kesadaran Dan Pemeriksaan Neuro

(2) : suara tanpa arti (mengerang)

(1) : tidak ada respon

3. Menilai respon motorik (M)

(6) : mengikuti perintah

(5) : melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi

rangsang nyeri)

(4) : withdraws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh menjauhi

stimulus saat diberi rangsang nyeri)

(3) : flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada &

kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).

(2) : extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh,

dengan jari mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).

(1) : tidak ada respon

Hasil pemeriksaan tingkat kesadaran berdasarkan GCS disajikan dalam

simbol E…V…M… Selanutnya nilai-nilai dijumlahkan. Nilai GCS yang

tertinggi adalah 15 yaitu E4V5M6 dan terendah adalah 3 yaitu E1V1M1

Setelah dilakukan scoring maka dapat diambil kesimpulan :

(Compos Mentis(GCS: 15-14) / Apatis (GCS: 13-12) / Somnolen(11-10) /

Delirium (GCS: 9-7)/ Sporo coma (GCS: 6-4) / Coma (GCS: 3))

2. Memeriksa tanda-tanda rangsangan otak

Adakah Peningkatan suhu tubuh, nyeri kepala, kaku kuduk, mual – muntah,

kejang

a. Pemeriksaan Kaku kuduk

b. Pemeriksaan Kernig

- Posisikan pasien untuk tidur terlentang

- Fleksikan sendi panggul tegak lurus (90°)dengan tubuh, tungkai atas

dan bawah pada posisi tegak lurus pula.

- Setelah itu tungkai bawah diekstensikan pada persendian lutut sampai

membentuk sudut lebih dari 135° terhadap paha.

- Bila teradapat tahanan dan rasa nyeri sebelum atau kurang dari sudut

135°, karena nyeri atau spasme otot hamstring / nyeri sepanjang

Page 3: Tingkat Kesadaran Dan Pemeriksaan Neuro

N.Ischiadicus, sehingga panggul ikut fleksi dan juga bila terjadi fleksi

involuter pada lutut kontralateral maka dikatakan Kernig sign positif.

gambar 3 pemeriksaan Tanda Kernig

c. Pemeriksaan Brudzinski

1. Brudzinski I (Brudzinski’s neck sign)

Pasien berbaring dalam sikap terlentang, tangan kanan ditempatkan

dibawah kepala pasien yang sedang berbaring , tangan pemeriksa yang

satu lagi ditempatkan didada pasien untuk mencegah diangkatnya

badan kemudian kepala pasien difleksikan sehingga dagu menyentuh

dada. Brudzinski I positif bila gerakan fleksi kepala disusul dengan

gerakan fleksi di sendi lutut dan panggul kedua tungkai secara

reflektorik.

Page 4: Tingkat Kesadaran Dan Pemeriksaan Neuro

gambar 4: pemeriksaan tanda brudzinski I

2. Brudzinski II

Pasien berbaring terlentang. Tungkai yang akan dirangsang difleksikan

pada sendi lutut, kemudian tungkai atas diekstensikan pada sendi panggul.

3. Brudzinski III (Brudzinski’s Check Sign)

Pasien tidur terlentang tekan pipi kiri kanan dengan kedua ibu jari

pemeriksa tepat di bawah os ozygomaticum.

4. Brudzinski IV (Brudzinski’s Symphisis Sign)

Pasien tidur terlentang tekan simpisis pubis dengan kebua ibu jari tangan

pemeriksaan.

3. Memeriksa nervus cranialis

Nervus I , Olfaktorius (pembau )

Page 5: Tingkat Kesadaran Dan Pemeriksaan Neuro

Anjurkan klien mengidentifikasi berbagai macam jenis bau-bauan dengan

memejamkan mata, gunakan bahan yang tidak merangsang seperti kopi,

tembakau, parfum atau rempah-rempah

Nervus II, Opticus (penglihatan)

Melakukan pemeriksaan visus, dapat dilakukan dengan:

a. Pemeriksaan penglihatan sentral (visual acuity)

Dengan Kartu snellen, Pada pemeriksaan kartu memerlukan jarak enam

meter antara pasien dengan tabel, jika tidak terdapat ruangan yang cukup

luas, pemeriksaan ini bisa dilakukan dengan cermin. Ketajaman

penglihatan normal bila baris yang bertanda 6 dapat dibaca dengan tepat

oleh setiap mata (visus 6/6)

b. Pemeriksaan Penglihatan Perifer

Pemeriksaan penglihatan perifer dapat menghasilkan informasi tentang

saraf optikus dan lintasan penglihatan mulai dari mata hingga korteks

oksipitalis. Dapat dilakukan dengan:

Tes Konfrontasi, Jarak antara pemeriksa – pasien : 60 – 100 cm, Objek

yang digerakkan harus berada tepat di tengah-tengah jarak tersebut. Objek

yang digunakan (2 jari pemeriksa / ballpoint) di gerakan mulai dari lapang

pandang kanan dan kiri (lateral dan medial), atas dan bawah dimana mata

lain dalam keadaan tertutup dan mata yang diperiksa harus menatap lurus

ke depan dan tidak boleh melirik ke arah objek tersebut. Syarat

pemeriksaan lapang pandang pemeriksa harus normal.

c. Refleks Pupil

i. Respon cahaya langsung

Pakailah senter kecil, arahkan sinar dari samping (sehingga pasien

tidak memfokus pada cahaya dan tidak berakomodasi) ke arah salah

satu pupil untuk melihat reaksinya terhadap cahaya. Inspeksi kedua

pupil dan ulangi prosedur ini pada sisi lainnya. Pada keadaan normal

pupil yang disinari akan mengecil.

ii. Respon cahaya konsensual

Page 6: Tingkat Kesadaran Dan Pemeriksaan Neuro

Jika pada pupil yang satu disinari maka secara serentak pupil lainnya

mengecil dengan ukuran yang sama.

d. Pemeriksaan fundus occuli (fundus kopi)

Digunakan alat oftalmoskop. Putar lensa ke arah O dioptri maka fokus

dapat diarahkan kepada fundus, kekeruhan lensa (katarak) dapat

mengganggu pemeriksaan fundus. Bila retina sudah terfokus carilah

terlebih dahulu diskus optikus. Caranya adalah dengan mengikuti

perjalanan vena retinalis yang besar ke arah diskus. Semua vena-vena ini

keluar dari diskus optikus.

e. Tes warna

Untuk mengetahui adanya polineuropati pada n. optikus.

Nervus III, Oculomotorius

a. Ptosis

Pada keadaan normal bila seseorang melihat ke depan maka batas kelopak

mata atas akan memotong iris pada titik yang sama secara bilateral. Ptosis

dicurigai bila salah satu kelopak mata memotong iris lebih rendah dari

pada mata yang lain, atau bila pasien mendongakkan kepala ke belakang /

ke atas (untuk kompensasi) secara kronik atau mengangkat alis mata

secara kronik pula.

b. Gerakan bola mata

Pasien diminta untuk melihat dan mengikuti gerakan jari atau ballpoint ke

arah medial, atas dan bawah, sekaligus ditanyakan adanya penglihatan

ganda (diplopia) dan dilihat ada tidaknya nistagmus. Sebelum pemeriksaan

gerakan bola mata (pada keadaan diam) sudah dilihat adanya strabismus

(juling) dan deviasi conjugate ke satu sisi.

c. Pemeriksaan pupil meliputi :

i. Bentuk dan ukuran pupil

ii. Perbandingan pupil kanan dan kiri

iii. Refleks pupil, Meliputi pemeriksaan:

Page 7: Tingkat Kesadaran Dan Pemeriksaan Neuro

1. Refleks cahaya langsung (bersama N. II)

2. Refleks cahaya tidak langsung (bersama N. II)

3. Refleks pupil akomodatif atau konvergensi

Nervus IV, Throclearis

Pergerakan bola mata ke bawah dalam, gerak mata ke lateral bawah,

strabismus konvergen, diplopia

Nervus V, Thrigeminus :

- Cabang optalmicus : Memeriksa refleks berkedip klien dengan

menyentuhkan kapas halus saat klien melihat ke atas

- Cabang maxilaris : Memeriksa kepekaan sensasi wajah, lidah dan gigi

- Cabang Mandibularis : Memeriksa pergerakan rahang dan gigi

gambar 1 pemeriksaan nerves trigeminus

Nervus VI, Abdusen

Pergerakan bola mata ke lateral

Nervus VII, Facialis

Pemeriksaan fungsi motorik : mengerutkan dahi (dibagian yang lumpuh

lipatannya tidak dalam), mimik, mengangkat alis, menutup mata (menutup

mata dengan rapat dan coba buka dengan tangan pemeriksa), moncongkan

bibir atau menyengir, memperlihatkan gigi, bersiul (suruh pasien bersiul,

dalam keadaan pipi mengembung tekan kiri dan kanan apakah sama kuat. Bila

ada kelumpuhan maka angin akan keluar kebagian sisi yang lumpuh)

Nervus VIII, Auditorius/vestibulokokhlearis

Page 8: Tingkat Kesadaran Dan Pemeriksaan Neuro

Memeriksa ketajaman pendengaran klien, dengan menggunakan gesekan jari,

detik arloji, dan audiogram. Audiogram digunakan untuk membedakan tuli

saraf dengan tuli konduksi dipakai tes Rinne dan tes Weber.

Nervus IX, Glosopharingeal

Memeriksa gerakan reflek lidah, klien diminta m engucap AH, menguji

kemampuan rasa lidah depan, dan gerakan lidah ke atas, bawah, dan samping.

Pemeriksaan N. IX dan N X. karena secara klinis sulit dipisahkan maka

biasanya dibicarakan bersama-sama, anamnesis meliputi kesedak / keselek

(kelumpuhan palatom), kesulitan menelan dan disartria. Pasien disuruh

membuka mulut dan inspeksi palatum dengan senter perhatikan apakah

terdapat pergeseran uvula, kemudian pasien disuruh menyebut “ah” jika uvula

terletak ke satu sisi maka ini menunjukkan adanya kelumpuhan nervus X

unilateral perhatikan bahwa uvula tertarik kearah sisi yang sehat. Sekarang

lakukan tes refleks muntah dengan lembut (nervus IX adalah komponen

sensorik dan nervus X adalah komponen motorik). Sentuh bagian belakang

faring pada setiap sisi dengan spacula, jangan lupa menanyakan kepada pasien

apakah ia merasakan sentuhan spatula tersebut (N. IX) setiap kali dilakukan.

Dalam keadaaan normal, terjadi kontraksi palatum molle secara refleks. Jika

konraksinya tidak ada dan sensasinya utuh maka ini menunjukkan

kelumpuhan nervus X, kemudian pasien disuruh berbicara agar dapat menilai

adanya suara serak (lesi nervus laringeus rekuren unilateral), kemudian

disuruh batuk , tes juga rasa kecap secara rutin pada posterior lidah (N. IX)

Nervus X, Vagus

Memeriksa sensasi faring, laring, dan gerakan pita suara

Nervus XI, Accessorius

Pemeriksaan saraf asesorius dengan cara meminta pasien mengangkat

bahunya dan kemudian rabalah massa otot trapezius dan usahakan untuk

menekan bahunya ke bawah, kemudian pasien disuruh memutar kepalanya

dengan melawan tahanan (tangan pemeriksa) dan juga raba massa otot

sternokleido mastoideus.

Page 9: Tingkat Kesadaran Dan Pemeriksaan Neuro

Nervus XII, Hypoglosal

Pemeriksaan saraf Hipoglosus dengan cara :Inspeksi lidah dalam keadaan

diam didasar mulut, tentukan adanya atrofi dan fasikulasi (kontraksi otot yang

halus iregular dan tidak ritmik). Pasien diminta menjulurkan lidahnya yang

berdeviasi ke arah sisi yang lemah jika terdapat lesi upper atau lower

motorneuron unilateral.

Lesi UMN dari N XII biasanya bilateral dan menyebabkan lidah imobil dan

kecil. Kombinasi lesi UMN bilateral dari N. IX. X, XII disebut kelumpuhan

pseudobulbar.

5. Memeriksa fungsi motorik

a. pengamatan

Gaya berjalan dan tingkah laku

Simetri tubuh dan extermitas

Kelumpuhan badan dab anggota gerak

b. Gerakan volunter

Yang di periksa adalah pasien atas pemeriksa, misalnya

Mengangkat kedua tangan dan bahu

Fleksi dan extensi artikulus kubiti

Mengepal dan membuka jari tangan

Mengankat kedua tungkai pada sendi panggul

Fleksi dan ekstansi artikulus genu

Plantar fleksi dan dorsal fleksi plantar kaki

Gerakan jari-jari kaki

c. Palpasi

Pengukuran besar otot

Nyeri tekan

Kontraktur

Konsistensi (kekenyalan)

Konsistensi otot yang meningkat : meningitis, kelumpuhan

Konsitensi otot yanag menurun terdapat pada: kelumpuhan akibat lesi,

kelumpuhan akibat denerfasi otot

Page 10: Tingkat Kesadaran Dan Pemeriksaan Neuro

6. Memeriksa fungsi sensorik

Kepekaan saraf perifer. klien diminta memejamkan mata

a. Menguji sensasi nyeri: dengan menggunakan Spatel lidah yang di

patahkan atau ujung kayu aplikator kapasdigoreskan pada beberapa area

kulit, Minta klien untuk bersuara pada saat di rasakan sensasi tumpul atau

tajam.

b. Menguji sensai panas dan dingin: dengan menggunakan Dua tabung tes,

satu berisi air panas dan satu air dingin, Sentuh kulit dengan tabung

tersebut minta klien untuk mengidentifikasi sensasi panas atau dingin.

c. Sentuhan ringan : dengan menggunakan Bola kapas atau lidi kapas, Beri

sentuhan ringan ujung kapas pada titik-titik berbeda sepanjang permukaan

kulit minta klien untuk bersuara jika merasakan sensasi

d. Vibrasi/getaran : dengan garputala, Tempelkan batang garpu tala yang

sedang bergetar di bagian distal sendi interfalang darijari dan

sendiinterfalang dari ibu jari kaki, siku, dan pergelangantangan. Minta

klien untuk bersuara pada saat dan tempat di rasakan vibrasi.

7. Memeriksa reflek kedalaman tendon

1. Reflek fisiologis

a. Reflek bisep:

Posisi:dilakukan dengan pasien duduk, dengan membiarkan

lengan untuk beristirahat di pangkuan pasien, atau membentuk

sudut sedikit lebih dari 90 derajat di siku.

Identifikasi tendon:minta pasien memflexikan di siku

sementara pemeriksa mengamati dan meraba fossa antecubital.

Tendon akan terlihat dan terasa seperti tali tebal.

Cara : ketukan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada

tendon m.biceps brachii, posisi lengan setengah diketuk pada

sendi siku.

Respon : fleksi lengan pada sendi siku

Page 11: Tingkat Kesadaran Dan Pemeriksaan Neuro

gambar 2 reflek bisep

b. Reflek trisep :

- Posisi :dilakukan dengan pasien duduk. dengan Perlahan tarik

lengan keluar dari tubuh pasien, sehingga membentuk sudut kanan

di bahu. atau Lengan bawah harus menjuntai ke bawah langsung di

siku

- Cara : ketukan pada tendon otot triceps, posisi lengan fleksi pada

sendi siku dan sedikit pronasi

- Respon : ekstensi lengan bawah pada sendi siku

Page 12: Tingkat Kesadaran Dan Pemeriksaan Neuro

gambar 3 reflek trisep

c. Reflek brachiradialis

- Posisi: dapat dilakukan dengan duduk. Lengan bawah harus

beristirahat longgar di pangkuan pasien.

- Cara : ketukan pada tendon otot brakioradialis (Tendon melintasi

(sisi ibu jari pada lengan bawah) jari-jari sekitar 10 cm proksimal

pergelangan tangan.

posisi lengan fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi.

- Respons: - flexi pada lengan bawah

- supinasi pada siku dan tangan

Page 13: Tingkat Kesadaran Dan Pemeriksaan Neuro

gambar 4 reflek brachiradialis

d. Reflek patella

- posisi klien: dapat dilakukan dengan duduk atau berbaring

terlentang

- Cara : ketukan pada tendon patella

- Respon : plantar fleksi kaki karena kontraksi m.quadrisep femoris

gambar 5reflek patela

e. Reflek achiles

- Posisi : pasien duduk, kaki menggantung di tepi meja ujian. Atau

dengan berbaring terlentang dengan posisi kaki melintasi diatas

kaki di atas yang lain atau mengatur kaki dalam posisi tipe katak.

- Identifikasi tendon:mintalah pasien untuk plantar flexi.

- Cara : ketukan hammer pada tendon achilles

- Respon : plantar fleksi kaki krena kontraksi m.gastroenemius

Page 14: Tingkat Kesadaran Dan Pemeriksaan Neuro

gambar 6 reflek achiles

2. Reflek Pathologis

Bila dijumpai adanya kelumpuhan ekstremitas pada kasus-kasus

tertentu.

a. Reflek babinski:

- Pesien diposisikan berbaring supinasi dengan kedua kaki

diluruskan.

- Tangan kiri pemeriksa memegang pergelangan kaki pasien agar

kaki tetap pada tempatnya.

- Lakukan penggoresan telapak kaki bagian lateral dari posterior

ke anterior

- Respon : posisitf apabila terdapat gerakan dorsofleksi ibu jari

kaki dan pengembangan jari kaki lainnya

gambar 7 reflek babinski

Page 15: Tingkat Kesadaran Dan Pemeriksaan Neuro

b. Reflek chaddok

- Penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral sekitar maleolus

lateralis dari posterior ke anterior

- Amati ada tidaknya gerakan dorsofleksi ibu jari, disertai

mekarnya (fanning) jari-jari kaki lainnya.

gambar 8 reflek chaddock

c. Reflek schaeffer

- Menekan tendon achilles.

- Amati ada tidaknya gerakan dorso fleksi ibu jari kaki, disertai

mekarnya (fanning) jari-jari kaki lainnya.

gambar 9 reflek schaefer

d. Reflek oppenheim

- Pengurutan dengan cepat krista anterior tibia dari proksiml ke

distal

- Amati ada tidaknya gerakan dorso fleksi ibu jari kaki, disertai

mekarnya (fanning) jari-jari kaki lainnya.

Page 16: Tingkat Kesadaran Dan Pemeriksaan Neuro

gambar 10 reflek oppenheim

a. Reflek Gordon

- menekan pada musculus gastrocnemius (otot betis)

- Amati ada tidaknya gerakan dorsofleksi ibu jari kaki, disertai

mekarnya (fanning) jari-jari kaki lainnya.

gambar 11 reflek gordon

f. Reflek bing

g. Reflek gonda

- Menekan (memfleksikan) jari kaki ke-4, lalu melepaskannya

dengan cepat.

- Amati ada tidaknya gerakan dorso fleksi ibu jari kaki, disertai

mekarnya (fanning) jari-jari kaki lainnya.