Pemeriksaan-Fisik-Ortopedi

57
PENDAHULUAN Pengkajian kesehatan menyeluruh seorang individu terdiri dari tiga komponen: (1) wawancara dan riwayat kesehatan; (2) pengamatan umum dan pengukuran tanda-tanda vital; dan (3) pemeriksaan fisik, yang meliputi evaluasi diagnostik, interpretasi temuan klinis, diagnosis, terapi dan tindak-lanjut. Pemeriksaan fisik mempunyai arti yang penting dalam menguatkan data-data yang kita temukan dalam anamnesis dan sekaligus memberikan kepada kita pilihan terhadap pemeriksaan-pemeriksaan khusus atau tambahan yang perlu kita lakukan. Tujuan umum pemeriksaan fisik adalah untuk memperoleh informasi mengenai status kesehatan pasien. Tujuan definitif pemeriksaan fisik adalah, pertama, untuk mengidentifikasi status “normal” dan kemudian mengetahui adanya variasi dari keadaan normal tersebut dengan cara memvalidasi keluhan-keluhan dan gejala-gejala pasien, penapisan/skrining keadaan wellbeing pasien, dan pemantauan masalah kesehatan/penyakit pasien saat ini. Pada bidang ilmu bedah ortopedi, pemeriksaan fisik pada dasarnya dibagi atas dua jenis, yaitu: 1. Pemeriksaan fisik umum 2. Pemeriksaan fisik ortopedi a. Pemeriksaan fisisk ortopedi umum b. Pemeriksaan fisik ortopedi regional

Transcript of Pemeriksaan-Fisik-Ortopedi

Page 1: Pemeriksaan-Fisik-Ortopedi

PENDAHULUAN

Pengkajian kesehatan menyeluruh seorang individu terdiri dari tiga komponen:

(1) wawancara dan riwayat kesehatan; (2) pengamatan umum dan pengukuran tanda-

tanda vital; dan (3) pemeriksaan fisik, yang meliputi evaluasi diagnostik, interpretasi

temuan klinis, diagnosis, terapi dan tindak-lanjut.

Pemeriksaan fisik mempunyai arti yang penting dalam menguatkan data-data

yang kita temukan dalam anamnesis dan sekaligus memberikan kepada kita pilihan

terhadap pemeriksaan-pemeriksaan khusus atau tambahan yang perlu kita lakukan.

Tujuan umum pemeriksaan fisik adalah untuk memperoleh informasi

mengenai status kesehatan pasien. Tujuan definitif pemeriksaan fisik adalah, pertama,

untuk mengidentifikasi status “normal” dan kemudian mengetahui adanya variasi dari

keadaan normal tersebut dengan cara memvalidasi keluhan-keluhan dan gejala-gejala

pasien, penapisan/skrining keadaan wellbeing pasien, dan pemantauan masalah

kesehatan/penyakit pasien saat ini.

Pada bidang ilmu bedah ortopedi, pemeriksaan fisik pada dasarnya dibagi atas

dua jenis, yaitu:

1. Pemeriksaan fisik umum

2. Pemeriksaan fisik ortopedi

a. Pemeriksaan fisisk ortopedi umum

b. Pemeriksaan fisik ortopedi regional

Page 2: Pemeriksaan-Fisik-Ortopedi

TINJAUAN PUSTAKA

A. PEMERIKSAAN FISIK UMUM

Pemeriksaan fisik ini dilakukan sebagaimana pemeriksaan fisik bidang

kedokteran lainnya dan bertujuan untuk mengevaluasi keadaan fisik penderita secara

umum serta melihat apakah ada indikasi penyakit lainnya selain kelainan

muskuloskeletal. Pemeriksaan dilakukan secara sistematik karena sebagian penderita

yang datang adalah penderita yang sudah berumur dan biasanya mempunyai kelainan

lain selain kelainan muskuloskeletal yang dikeluhkan.

Pada beberapa penderita kadang-kadang dilakukan tindakan operasi dengan

pembiusan sehingga perlu dipertimbangkan pemeriksaan secara teliti mengenai sistem

kardiovaskuler, pernafasan, saluran kemih dan saluran pencernaan untuk keamanan

dan kelancaran operasi.

B. PEMERIKSAAN FISIK ORTOPEDI

1. Pemeriksaan fisik Ortopedi Umum

Pemeriksaaan fisik pada penderita memerlukan beberapa prinsip pemeriksaan.

Teknik pemeriksaan secara alami bervariasi pada setiap individu, tetapi pada dasarnya

dibutuhkan suatu pemeriksaan yang rutin atau baku, tahap demi tahap agar

pemeriksaan tidak berulang. Pemeriksaan fisik juga disesuaikan dengan keadaan dan

kondisi penderita, misalnya penderita yang memerlukan penanganan darurat maka

pemeriksaan fisik yang dilakukan seperlunya sesuai dengan kebutuhan yang ada.

a. Status generalis

dalam pemeriksaan ortopedi secara umum, saat penderita datang pada kita

sudah merupakan suatu pemeriksaan awal menyeluruh secara sambil lalu

dengan melihat postur dan cara berjalan penderita.

Pemeriksaan fisik ortopedi yang dilakukan meliputi :

Pemeriksaan bagian dengan keluhan utama

Pemeriksaan bagian dengan keluhan utama yang dikeluhkan dilakukan

secar teliti. Tetapi harus diingat bahwa keluhan pada satu tempat

mungkin akibat dari kelainan pada tempat lain, sehingga tidak cukup

hanya dengan memeriksa pada tempat dengan keluhan utama.

Page 3: Pemeriksaan-Fisik-Ortopedi

Pemeriksaan kemungkinan nyeri kiriman dari sumber ditempat lain

( reffered pain )

Untuk pemeriksaan muskuloskeletal diperlukan peralatan-peralatan :

1. Stetoskop 5. Kapas

2. Refleks Hammer 6. Jarum kecil

3. Pensil untuk kulit (marker) 7. Senter saku

4. Meteran 8. Geniometer

Pemeriksaan fisik sebenarnya sudah dimulai ketika penderita datang ke dokter

dengan mengamati penampakan umum penderita, raut muka, cara berjalan, cara

duduk dan cara tidur, proporsi tinggi badan terhadap anggota tubuh lainnya, keadaan

simetris bagian tubuh kiri dan kanan, cara berjalan dan tingkah laku, ekspresi wajah,

kecemasan serta reaksi emosional lainnya untuk melihat aspek-aspek emosional dan

somatis dari penderita.

Pemeriksaan fisik mempunyai nilai yang paling penting dalam memperkuat

penemuan-penemuan yang berhasil kita dapatkan dari riwayat dan anamnesis yang

telah kita buat dan menambah atau mengurangi pilihan diagnosis yang dapat kita

lakukan .

Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Inspeksi (look) Palpasi (feel) Gerak (move)

Bagian distal Bagian utama Bagian lain

Kulit Jaringan lunak Tulang dan sendi

Pembuluh darah, saraf, otot, tendo, ligamen

b. Pemeriksaan Lokalis

Page 4: Pemeriksaan-Fisik-Ortopedi

Pemeriksaan dilakukan secara sitematis dengan urutan-urutan sebagai berikut:

Inspeksi (Look)

Palpasi (Feel)

Kekuatan otot (Power)

Penilaian gerakan sendi baik pergerakan aktif maupun pasif

(Move)

Auskultasi

Uji-uji fisik khusus

Inspeksi (Look)

Inspeksi sebenarnya telah dimulai ketika penderita memasuki ruangan periksa.

Pada inspeksi secara umum diperhatikan raut muka penderita, apakah terlihat

kesakitan. Cara berjalan sekurang-kurangnya 20 langkah, cara duduk dan cara tidur.

Inspeksi dilakukan secara sistematik dan perhatian terutama ditujukan pada :

a. Kulit, meliputi warna kulit dan tekstur kulit.

b. Jaringan lunak yaitu pembuluh darah, saraf, otot, tendo, ligamen, jaringan

lemak, fasia, kelenjar limfe.

c. Tulang dan Sendi

d. Sinus dan jaringan parut

Apakah sinus berasal dari permukaan saja, dari dalam tulang atau

dalam sendi.

Apakah jaringan parut berasal dari luka operasi, trauma atau supurasi.

Palpasi (Feel)

Yang perlu diperhatikan pada palpasi adalah:

a. Suhu kulit, apakah lebih panas/dingin dari biasanya, apakah denyutan arteri

dapat diraba atau tidak.

b. Jaringan lunak; palpasi jaringan lunak dilakukan untuk mengetahui adanya

spasme otot, atrofi otot, keadaan membran sinovial, penebalan membran

jaringan sinovial, adanya tumor dan sifatnya, adanya cairan di dalam/ di luar

sendi atau adanya pembengkakan.

c. Nyeri tekan; perlu diketahui lokalisasi yang tepat dari nyeri, apakah nyeri

setempat atau nyeri yang bersifat kiriman dari tempat lain (referred pain).

d. Tulang; diperhatikan bentuk, permukaan, ketebalan, penonjolan dari tulang

atau adanya gangguan di dalam hubungan yang normal antara tulang yang satu

dengan lainnya.

Page 5: Pemeriksaan-Fisik-Ortopedi

e. Pengukuran panjang anggota gerak; terutama untuk anggota gerak bawah

dimana adanya perbedaan panjang merupakan suatu hal yang penting untuk

dicermati. Pengukuran juga berguna untuk mengetahui adanya

atrofi/pembengkakan otot dengan membandingkan dengan anggota gerak yang

sehat.

f. Penilaian deformitas yang menetap;pemeriksaan ini dilakukan apabila sendi

tidak dapat diletakkan pada posisi anatomis yang normal.

Kekuatan Otot (Power)

Pemeriksaan kekuatan otot penting artinya untuk diagnosis, tindakan,

prognosis serta hasil terapi. Penilaian dilakukan menurut Medical Research Council

dimana kekuatan otot dibagi dalam grade 0-5, yaitu:

Grade 0

Tidak ditemukan adanya kontraksi otot.

Grade 1

Kontraksi otot yang terjadi hanya berupa perubahan dari tonus otot yang dapat

diketahui dengan palpasi dan tidak dapat menggerakkan sendi.

Grade 2

Otot hanya mampu menggerakkan persendian tetapi kekuatannya tidak dapat

melawan pengaruh gravitasi.

Grade 3

Disamping dapat menggerakkan sendi, otot juga dapat melawan pengaruh gravitasi

tetapi tidak kuat terhadap tahanan yang diberikan oleh pemeriksa.

Grade 4

Kekuatan otot seperti pada grade 3 disertai dengan kemampuan otot terhadap tahanan

yang ringan.

Grade 5

Kekuatan otot normal.

Pergerakan (Move)

Pada pergerakan sendi dikenal dua istilah pergerakan yang aktif merupakan

pergerakan sendi yang dilakukan oleh penderita sendiri dan pergerakan pasif yaitu

pergerakan sendi dengan bantuan pemeriksa.

Pada pergerakan dapat diperoleh informasi mengenai:

a. Evaluasi gerakan sendi secara aktif dan pasif

Apakah gerakan ini menimbulkan rasa sakit

Page 6: Pemeriksaan-Fisik-Ortopedi

Apakah gerakan ini disertai dengan adanya krepitasi

b. Stabilitas sendi

Terutama ditentukan oleh integritas kedua permukaan sendi dan keadaan ligamen

yang mempertahankan sendi. Pemeriksaan stabilitas sendi dapat dilakukan dengan

memberikan tekanan pada ligamen dan gerakan sendi diamati.

c. Pemeriksaan ROM (Range of Join Movement)

Pemeriksaan batas gerakan sendi harus dicatat pada setiap pemeriksaan ortopedi

yang meliputi batas gerakan aktif dan batas gerakan pasif.

Setiap sendi mempunyai nilai batas gerakan normal yang merupakan patokan

untuk gerakan abnormal dari sendi. Dikenal beberapa macam gerakan pada sendi,

yaitu : abduksi, adduksi, ekstensi, fleksi, rotasi eksterna, rotasi interna, pronasi,

supinasi, fleksi lateral, dorso fleksi, plantar fleksi, inversi dan eversi.

Auskultasi

Pemeriksaan auskultasi pada bidang bedah ortopedi jarang dilakukan dan

biasanya dilakukan bila ada krepitasi misalnya pada fraktur atau mendengar bising

fistula arteriovenosa.

2. Pemeriksaan Fisik Ortopedi Regional

Untuk memudahkan pemahaman maka sebelum pemeriksaan regional

ortopedi dibahas, akan dijelaskan terlebih dahulu beberapa terminologi yang sering

digunakan dalam bidang ilmu bedah ortopedi, yaitu:

1. Terminologi dari gerakan sendi

ROM merupakan istilah baku untuk menyatakan batas/besarnya gerakan sendi

dan sebagai dasar untuk menetapkan adanya kelainan atau menyatakan besarnya

gerakan sendi yang abnormal. Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, dikenal

gerakan sendi aktif dan pasif sehingga penilaian ROM juga terbagi dua yaitu

ROM pada gerakan sendi aktif dan ROM pada gerakan sendi pasif.

2. Terminologi klinik yang berpasangan dalam bedah ortopedi

Abduksi dan Adduksi

Gerakan abduksi dan adduksi dapat ditemukan pada sendi bahu, panggul, sendi

metakarpo-falangeal dan metatarso-falangeal. Abduksi adalah gerakan yang

menjauhi garis tengah tubuh. Adduksi adalah gerakan yang mendekati garis

tengah tubuh. Pada tangan dan kaki, garis tengah terletak pada jari tengah tangan

dan kaki.

Page 7: Pemeriksaan-Fisik-Ortopedi

Dorso Fleksi dan Plantar/palmar Fleksi

Dorso fleksi adalah gerakan dari jari-jari kaki atau ibu jari kaki dengan arah

permukaan ke dorsal sedangkan gerakan dorso fleksi pada jari-jari tangan dan

pergelangan tangan juga terhadap permukaan dorsal. Plantar fleksi adalah gerakan

pada jari kaki dan ibu jari kaki ke arah permukaan plantar kaki. Palmar fleksi

adalah gerakan pada jari tangan ke arah permukaan palmar.

Inversi dan Eversi

Gerakan eversi dan inversi terjadi secara simultan pada sendi subtalar dan

midtarsal kaki. Eversi adalah gerakan berputar permukaan plantar kaki ke arah

luar terhadap tungkai bawah. Inversi adalah gerakan berputar permukaan plantar

kaki ke arah dalam terhadap tungkai bawah.

Rotasi Interna dan Rotasi Eksterna

Rotasi interna/rotasi media dan rotasi eksterna/lateral dapat terjadi pada sendi

bahu, panggul dan sedikit pada lutut. Rotasi interna adalah gerakan berputar dari

Page 8: Pemeriksaan-Fisik-Ortopedi

permukaan depan anggota gerak ke dalam/ ke medial. Rotasi eksterna adalah

gerakan berputar dari permukaan anggota gerak ke arah luar/lateral.

Pronasi dan Supinasi

Gerakan pronasi dan supinasi terjadi pada anggota gerak lengan bawah melalui

sendi siku dan sendi pergelangan tangan serta pada kaki depan (forefoot) melalui

sendi midtarsal.

Beberapa terminologi deformitas

yang biasa dipergunakan di klinik

pada deformitas sendi adalah:

Deformitas Postural

Page 9: Pemeriksaan-Fisik-Ortopedi

Deformitas postural adalah suatu deformitas yang terjadi karena kebiasaan

sikap/posisi tubuh. Deformitas ini dapat dikoreksi oleh aksi dari otot penderita

sendiri. Deformitas dinamik terjadi oleh karena aksi dari otot penderita sendiri dan

biasanya terjadi akibat ketidakseimbangan otot. Deformitas terfiksasi atau

struktural adalah deformitas yang tidak dapat dikoreksi dengan bantuan secara

pasif.

Kalkaneus dan Ekuinus

Deformitas ini hanya terjadi pada pergelangan kaki. Kalkaneus adalah deformitas

pada kaki dimana telapak kaki dalam posisi dorso fleksi sehingga beban tubuh

(weight bearing) hanya ditopang oleh tumit sewaktu menapak pada lantai.

Sedangkan ekuinus adalah deformitas pada kaki dalam keadaan fleksi plantar

sehingga beban tubuh hanya ditopang oleh kaki bagian depan sewaktu menapak

pada lantai.

Kavus dan Planus

Deformitas ini hanya terjadi pada kaki yang disebut sebagai pes kavus dan pes

planus. Pes kavus adalah lengkung telapak kaki meninggi dibandingkan dengan

yang normal. Kombinasi antara kalkaneus dan kavus disebut kalkaneokavus. Pes

planus adalah hilangnya arkus kaki menjadi rata sehingga membentuk kaki yang

disebut kaki ceper.

Torsi Interna dan Torsi Eksterna

Deformitas ini menunjukkan adanya perputaran aksis longitudinal dari tulang dan

biasanya ditemukan pada femur dan tibia. Pada torsi interna, aspek anterior dari

bagian distal tulang berputar ke arah dalam/medial terhadap aspek anterior dari

tulang proksimal misalnya torsi tibia interna atau torsi femoral interna.

Page 10: Pemeriksaan-Fisik-Ortopedi

Pada torsi eksterna, aspek anterior dari bagian distal tulang panjang berputar

keluar/lateral terhadap aspek anterior bagian proksimal ini, misalnya torsi femoral

eksterna dan torsi tibial eksterna.

Anteversi dan Retroversi

Deformitas ini menjelaskan hubungan antara leher dan batang femur. Disebut

anteversi femoral bila lutut menghadap ke depan dan leher femur mengarah ke

depan dalam derajat tertentu.

Disebut retroversi femoral bila lutut menghadap ke depan dan leher femur

mengarah ke posterior dalam derajat tertentu.

Varus dan Valgus

Istilah varus dan valgus dipergunakan untuk angulasi abnormal dari anggota

gerak. Deformitas ini biasanya terjadi pada sendi atau tulang dekat sendi.

Varus adalah angulasi secara imajiner yang menunjukkan lingkaran imajiner

dimana penderita berada.

Koksa vara adalah berkurangnya sudut leher femur dan batang femur dari

normal misalnya sudutnya 90° (normal = 130°).

Kubitus varus adalah berkurangnya sudut normal dari sendi siku.

Genu varum (bow legs) adalah lutut berjauhan apabila kaki berdekatan

Talipes ekuinovarus, deformitas ini terjadi bersama dengan deformitas

plantar plantar fleksi dari pergelangan kaki. Kombinasi ini misalnya pada

ekuinus varus bawaan.

Metatarsus varus (metatarsus adduktus), deformitas adduksi dari kaki

depan terhadap kaki belakang .

Haluks varus, adalah deformitas adduksi dari ibu jari kaki terhadap sendi

metatarsofalangeal.

Valgus adalah angulasi secara imajiner yang tidak ada hubungannya dengan

lingkaran imajiner dimana penderita ditempatkan.

Kubitus valgus, adalah bertambahnya carrying angle dari sendi siku.

Koksa valga, adalah bertambahnya sudut leher dan batang femur melebihi

normal (130°) misalnya 170°.

Genu valgum (knock knees), adalah bila lutut didekatkan maka kaki akan

berjauhan .

Metatarsus abduktus, adalah deformitas adduksi dari kaki depan terhadap

kaki belakang.

Page 11: Pemeriksaan-Fisik-Ortopedi

Hip valgus, adalah bertambahnya sudut antara aksis dari tungkai dan tumit

dalam posisi eversi.

Talipes kalkaneovalgus, adalah deformitas eversi pada kaki disertai

dengan kalkaneus atau deformitas dorsofleksi dari pergelangan kaki.

Haluks valgus, adalah deformitas abduksi dari ibu jari kaki terhadap

metarsofalangeal.

A. Pemeriksaaan Tulang Belakang

1. Pemeriksaan leher dan vertebra cervikalis

Kelainan yang paling sering ditemukan pada leher ditemukan pada leher

adalah degenerasi vertebra servikalis dan osteoartritis sekunder pada diskus

intervertebra servikalis yang dapat mengakibatkan prolapsus dari diskus dan

spondilosis servikal. Kelainan pada vertebra servikalis sering disertai dengan kelainan

pada pangkal pleksus brakialis yang menyebabkan nyeri, kelemahan otot atau

gangguan sensibilitas pada anggota gerak yang bersangkutan.

Pemeriksaan klinik rutin pada kelainan di daerah leher

1. Pemeriksaan lokal leher disertai pemeriksaan neurologik dan survei vaskuler dari

anggota gerak atas.

Inspeksi

Kontur tulang apakah terjadi

deformitas

Kontur jaringan lunak

Warna dan tekstur kulit

Ada jaringan parut atau sinus

Palpasi

Suhu kulit

Kontur tulang

Kontur jaringan lunak

Status vaskuler anggota gerak

atas

Warna

Suhu

Nadi

Pergerakan

Fleksi-ekstensi 130°

Fleksi lateral 45°

Rotasi 80°

-Apakah ada rasa nyeri pada

saat digerakkan

-Apakah ada krepitasi bila

digerakkan

Status neurologik anggota gerak

atas

Sistem muskuler

Sistem sensoris

Keringat

Refleks

Page 12: Pemeriksaan-Fisik-Ortopedi

2. Pemeriksaan gejala yang bersifat simptomatik pada leher

Gangguan pada leher dapat berasal dari kelainan pada telinga atau tenggorokan.

Gejala pada anggota gerak atas melibatkan pleksus brakialis berupa gangguan

pada bahu, siku atau saraf torakal bagian perifer.

3. Pemeriksaan umum

Pemeriksaan daerah bagian tubuh lainnya juga perlu dilakukan. Gangguan pada

leher bisa akibat manifestasi klinis dari suatu penyakit sistemik.

Anamnesis

Yang perlu diltanyakan pada anamnesis adalah :

Adakah hubungan antara gejala sekarang dengan keluhan pada leher sebelumnya

Apakah ada trauma pada leher

Apakah ada gejala kekakuan pada leher yang merupakan gejala awal prolapsus

diskus intervertebra servikalis

Page 13: Pemeriksaan-Fisik-Ortopedi

Nyeri pada anggota gerak atas harus diketahui sumbernya. Tekanan saraf pada

daerah servikal memberikan gambaran klinis sesuai dengan distribusi sarafnya.

Nyeri ini menjalar ke lengan atas dan bawah pada satu jari atau lebih. Gejala saraf

bisa berupa parestesia, rasa kram atau rasa seperti tertusuk jarum di tangan.

Pemeriksaan

Pada pemeriksaan leher, baju harus dibuka dan harus terlihat jelas bagian leher secara

keseluruhan. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dalam keadaan penderita berdiri

ataupun duduk.

Deformitas

Kolumna vertebra servikalis biasanya sedikit lordosis ke depan. Perubahan kurva ini

menjadi lurus atau melengkung ke belakang (kifosis) merupakan tanda adanya

kelainan yang mencurigakan. Juga diperhatikan deformitas vertebra ke lateral atau

rotasi.

Pergerakan

Gerakan pada leher yang diperiksa meliputi rotasi, fleksi lateral ke kanan/ ke kiri,

fleksi ekstensi. Gerakan fleksi dan ekstensi maksimal terjadi pada sendi oksipito-

atlantoid.

Pemeriksaan neurologik anggota gerak atas

Pemeriksaan neurologik perlu dilakukan pada kelainan di daerah leher karena lesi

pada daerah servikal sering menyebabkan gangguan pada pleksus brakialis.

Sistem muskuler. Otot bahu, lengan atas, lengan bawah dan tangan harus diperiksa

apakah ada kelemahan atau fasikulasi otot. Pemeriksaan meliputi tonus dan

kekuatan dari setiap otot dan membandingkannya dengan anggota gerak yang

berlawanan.

Sistem sensoris. Pemeriksaan sensibiltas penderita meliputi rasa raba dan tusuk.

Pada kasus tertentu juga dilakukan uji sensibilitas stimulus yang dalam, posisi

sendi, vibrasi, rasa panas dan dingin. Daerah lesi sesuai dengan distribusi saraf

yang mengalami gangguan sehingga bila terdapat gangguan sensori pada daerah

tertentu, maka kita dapat memperkirakan lesi terjadi pada saraf yang mana sesuai

dengan percabangan / distribusi dari saraf yang mengalami gangguan.

Kelenjar keringat. Keringat timbul bila terjadi hubungan serabut saraf sudomotor.

Refleks. Pemeriksaan refleks otot dilakukan dengan membandingkan refleks

biseps (C6), triseps (C7) dan brakioradialis (C6) dari lengan kiri dan kanan.

Refleks yang ditemukan menentukan apakah ada gangguan neurologis dan jika

Page 14: Pemeriksaan-Fisik-Ortopedi

ada apakah jenis upper motor neuron atau lower motor neuron dan asal dari akar

atau cabang saraf.

Pemeriksaan vaskuler anggota gerak atas

Kadang-kadang kelainan pada leher terjadi akibat gangguan pada arteri subklavia.

Sistem sirkulasi yang efisien dari tiap anggota gerak atas diperhatikan, dibandingkan

warna dan rasa hangat pada kedua sisi lengan, tangan dan jari, denyut radialis kiri dan

kanan dimana pemeriksaan pertama-tama pada saat anggota gerak dalam keadaan

diam, kemudian bahu ditekan dan dilakukan rotasi pada kaput anggota gerak yang

diperiksa.

Gangguan ekstrinsik yang menyebabkan gangguan pada leher

Kadang-kadang gangguan pada daerah sekitar leher misalnya pada telinga,

tenggorokan dapat menyebabkan rasa nyeri pad leher dan disebut nyeri kiriman

(reffered pain). Untuk itu pemeriksaan daerah sekitar leher dilakukan sebagai

pemeriksaan rutin bila ditemukan kelainan pada leher. Gangguan pada anggota gerak

atas juga dapat bermanifestasi pada leher yang melibatkan pleksus brakialis.

2. Pemeriksaan Thorak dan Lumbal

Nyeri pada punggung terutama punggung bawah merupakan kelainan yang

sering ditemukan dalam praktek bedah ortopedi sehari-hari. Sebagian dari kelainan ini

gambarannya jelas sehingga penyebab diagnosis dan pengobatan yang tepat dapat

dilakukan. Sebagian lagi tidak dapat diketahui dengan jelas penyebabnya baik melalui

pemeriksaan fisik maupun radiologis sehingga hasil pemeriksaan tidak jelas. Dalam

kelompok ini termasuk chronic ligamentous strain atau postural back pain. Nyeri

punggung bawah sering disertai penjalaran nyeri ke bokong, tungkai atas dan tungkai

bawah baik unilateral maupun bilateral. Nyeri yang bersifat menjalar ini disebut

skiatika.

Anamnesis

Perhatian terutama harus ditujukan pada onset penyakit, apakah bersifat periodik atau

menetap, bertambah buruk atau bertambah baik dan hal-hal apa yang dapat

menyebabkan nyeri bertambah/berkurang. Lokalisasi dari nyeri punggung serta sifat-

sifatnya juga harus ditentukan secara jelas.

Pemeriksaan klinik rutin gangguan pada punggung

1. Pemeriksaan lokal punggung dan survei neurologis anggota gerak bawah

Page 15: Pemeriksaan-Fisik-Ortopedi

Penderita berdiri:

Inspeksi

Kontur tulang

Kontur jaringan lunak

Warna dan tekstur kulit

Adanya jaringan parut atau

sinus

Palpasi

Suhu kulit

Kontur tulang

Kontur jaringan lunak

Nyeri lokal

Pergerakan

Sendi spinal :

Fleksi 80°

Ekstensi 30°

Fleksi lateral 35°

Rotasi 45° :

1. Nyeri pada pergerakan

2. Spasme otot

Sendi kostovertebral

-Jarak indikasi ekspansi

dada

Sendi sakroiliaka

-Nyeri pada pergerakan

Penderita berbaring

Palpasi fossa iliaka

- Pemeriksaan khusus abses atau adanya massa

Status neurologis anggota gerak bawah

Uji Straight Leg Raising (SLR)

Pemeriksaan sistem muskuler

Pemeriksaan sistem sensoris

Pemeriksaan refleks

2. Pemeriksaan ekstrinsik punggung dan skiatika

Hal ini perlu bila tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan lokal.

Pemeriksaan meliputi :

Pemeriksaan abdomen

Pemeriksaan pelvis

Pemeriksaan anggota gerak bawah

Pemeriksaan sistem vaskuler perifer

3. Pemeriksaan umum

Pemeriksaan umum bagian-bagian tubuh yang lain. Gejala lokal dapat merupakan

salah satu manifestasi klinis dari suatu penyakit sistemik.

Page 16: Pemeriksaan-Fisik-Ortopedi

Tanda-tanda skiatika

Nyeri skiatika ditandai dengan penjalaran nyeri sepanjang persarafan nervus skiatika

pada tungkai bawah. Ada dua jenis skiatika yang diketahui. Apabila nyerinya hebat

dan menjalar dengan arah dan lokalisasi yang jelas pada kulit, apalagi bila disertai

kelainan motoris, sensoris dan refleks, maka hampir pasti ini merupakan kelainan

mekanik yang memberikan gangguan dari serabut saraf pleksus lumvalis atau sakralis.

Jenis skiatika lain berupa rasa nyeri yang samar-samar disertai distribusi nyeri yang

tidak jelas dan lebih menyerupai suatu nyeri kiriman akibat kelainan sendi/ligamen.

Penilaian deformitas

Setiap kelainan bentuk yang ditemukan baik pada inspeksi maupun palpasi harus

dicatat dengan baik. Deformitas tulang belakang dapat berbentuk kifosis, lordosis atau

skoliosis.

Page 17: Pemeriksaan-Fisik-Ortopedi

B. Pemeriksaan Sendi Bahu

Sendi bahu merupakan suatu sendi yang secara mekanik sangat kompleks dan

terdiri atas tiga komponen persendian yaitu sendi glenohumeral, sendi

akromioklavikular, sendi sternoklavikular. Sendi glenohumeral memungkinkan untuk

gerakan abduksi, fleksi dan rotasi di bawah kontrol otot skapulohumeral. Kedua sendi

lainnya bersama-sama memberikan pergerakan 90° berupa rotasi skapula terhadap

toraks dan sedikit perputaran anteroposterior skapula. Nyeri pada bahu dan lengan

harus dibedakan dengan seksama apakah kelainan ini berasal dari bahu sendiri atau

nyeri yang berasal dari vertebra servikalis atau toraks.

Pemeriksaan klinik rutin gangguan pada sendi bahu

1. Pemeriksaan lokal sendi bahu

Inspeksi

Kontur tulang

Kontur jaringan lunak

Warna dan tekstur kulit

Adanya jaringan parut atau sinus

Palpasi

Suhu kulit

Kontur tulang

Kontur jaringan lunak

Nyeri lokal

Page 18: Pemeriksaan-Fisik-Ortopedi

Pergerakan

Membedakan pergerakan antara sendi glenohumeral dan sendi skapula pada

gerakan abduksi, fleksi, ekstensi, rotasi lateral dan rotasi medial.

Nyeri pada saat pergerakan

Spasme otot

Krepitasi pada saat pergerakan

Kekuatan

Kekuatan otot servikoskapula dan otot torakoskapula

Uji elevasi skapula, retraksi skapula, abduksi-rotasi skapula

Otot skapulo-humeral (mengontrol pergerakan sendi glenohumeral) yaitu

pergerakan abduksi 180°, adduksi 75°, fleksi 180°, ekstensi 60°, rotasi lateral 80°,

rotasi medial 80°.

Sendi akromioklavikular

Pemeriksaaan pembengkakan, rasa panas, nyeri, nyeri bila digerakkan dan stabilitas.

Sendi sternoklavikula

Pemerikasaan pembengkakan, rasa panas, nyeri, nyeri bila digerakkan dan stabilitas.

2. Pemeriksaan gejala yang kemungkinan merupakan faktor ekstrinsik pada sendi

bahu.

Pemeriksaan ini penting untuk menerangkan gejala yang tidak ditemukan pada

pemeriksaan lokal.

Pemeriksaan meliputi :

Pemeriksaan leher dengan pleksus brakialis

Toraks, jantung dan pleura

Abdomen dan lesi subdiafragma

3. Pemeriksaan umum

Pemeriksaan umum bagian tubuh lainnya.

Anamnesis

Pada nyeri bahu harus ditentukan dengan jelas lokasi dan distribusi nyeri. Nyeri

biasanya berasal dari ujung akromion menjalar ke bawah pada lengan atas sampai

pada insersi otot deltoid. Jarang sekali nyeri pada bahu yang menjalar melewati sendi

siku.

Nyeri kiriman pada daerah bahu

Nyeri kiriman biasanya berupa iritasi dari pleksus brakialis, menjalar dari leher pada

bagian atas dari bahu kemudian ke lengan.

Page 19: Pemeriksaan-Fisik-Ortopedi

Gerakan sendi bahu

Pada pemerikasaan sendi bahu sangat penting diketahui berapa besar gerakan yang

terjadi pada sendi glenohumeral dan berapa besar gerakan rotasi skapula. Untuk

membedakannya maka pemeriksa perlu memegang atau memfiksasi bagian bawah

skapula. Dalam keadaan normal gerakan sendi bahu berupa abduksi yang terjadi dari

sebagian sendi glenohumeral dan sebagian dari rotasi sendi skapula sendiri. Kelainan

pada sendi bahu akan memberikan hambatan pada gerakan sendi glenohumeral tetapi

tidak pada gerakan skapula.

Estimasi kekuatan otot

Untuk memperkirakan besarnya kekuatan ada dua kelompok otot pada daerah bahu

yang harus dibedakan yaitu:

1. Otot servikoskapula dan otot torakoskapula

Otot servikoskapula dan otot torakoskapula mengontrol gerakan skapula. Fungsi

otot ini untuk gerakan elevasi skapula yaitu levator skapula dan bagian atas dari

otot trapezius.

Retraktor dari skapula yaitu otot rhomboid dan bagian tengah dari otot trapezius.

Abduktor rotator dari skapula yaitu otot seratus anterior, bagian tengah dan bagian

bawah dari otot trapezius. Untuk menguji perlu dilakukan pemeriksaan fungsi dan

kekuatan otot dengan pemeriksaan khusus.

2. Otot skapulohumeral

Kelompok otot ini mengontrol sendi glenohumeral yaitu gerakan yang berfungsi

untuk abduksi, adduksi, fleksi, ekstensi, rotasi lateral, rotasi medial.

Sendi akromioklavikular dan sternoklavikular

Klavikula merupakan suatu jembatan yang menghubungkan skapula dan sternum.

Gerakan sendi akromioklavikular dan sternoklavikular terjadi pada umumnya setelah

elevasi dari lengan atas sebesar 90° dan gerakan sendi bahu ke belakang atau ke

depan.

Page 20: Pemeriksaan-Fisik-Ortopedi

C. Pemeriksaan Lengan Atas dan Sendi Siku

Kelainan yang biasa ditemukan pada humerus adalah trauma, infeksi pada tulang,

tumor tulang terutama oleh karena metastasis. Sedangkan pada sendi siku biasanya

berupa artritits. Kelainan lain yang biasa ditemukan adalah osteoarthritis disekans dan

bergesernya sendi siku dan beberapa kelainan akibat jepitan pada saraf.

Anamnesis

Harus diketahui dengan tepat lokasilisasi, distribusi dan asal dari nyeri. Nyeri pada

lengan atas mungkin merupakan nyeri yang berasal dari bahu. Pada sendi siku

sebaiknya ditanyakan adanya riwayat trauma sebelumnya misalnya trauma masih

kanak-kanak.

Gerakan sendi siku

Pada sendi siku terdapat dua komponen persendian yaitu antara humerus dengan ulna

dan antara ulna dengan radius yang memberikan kemungkinan gerakan fleksi dan

ekstensi serta rotasi pada lengan bawah. Gerakan fleksi dan ekstensi bervariasi antara

0-150 serta pronasi dan supinasi masing-masing sebesar 0-90 . gambar 4.23

Tahap-tahap pemeriksaan rutin kelainan lengan atas dan sendi siku

Pemeriksaan lokal dan sendi siku

Inspeksi kontur tulang

Page 21: Pemeriksaan-Fisik-Ortopedi

kontur jaringan

lunak

warna dan tekstur

kulit

adanya jaringan atau

sinus

Palpasi

suhu kulit

kontur tulang

kontur jaringan

lunak

nyeri lokal

Pergerakan ( aktif dan pasif )

sendi humero-ulnar

- fleksi 150

- ekstensi 0

sendi radio-ulnar

- supinasi 80

- pronasi 90

nyeri pada

pergerakan

krepitasi pada

pergerakan

Kekuatan

fleksi 150

ekstensi 0

supinasi 80

pronasi 90

Stabilitas

ligamentum lateral

ligamentum medial

Nervus medianus

funfsi sensoris

fungsi motoris

( gerakan oponen )

kelenjar keringat

Nervus radialis

fungsi sensoris

fungsi motoris

(ekstensi pergelangan tangan, ibu jari, dan jari-jari)

Nervus ulnaris

fungsi sensoris

fungsi motoris

kelenjar keringat.

1. Pemeriksaan nyeri lengan yang disebabkan oleh faktor ekstrinsik.

Page 22: Pemeriksaan-Fisik-Ortopedi

Pemeriksaan ini penting untuk menerangkan gejala yang tidak ditemukan

pada pemeriksaan lokal, meliputi :

- leher dan pleksus brakialis

- pemeriksaan bahu

2. Pemeriksaan umum

Pemeriksaan pada bagian tubuh lainnya. Gejala lokal yang terjadi

mungkin merupakan manifestasi dari penyakit lain.

D. Pemeriksaan lengan bawah, pergelengan tangan dan jari-jari

Dalam kehidupan sehari-hari suatu pekerjaan sangat tergantung dari efisiensi

fungsi tangan dan akan memberikan implikasi ekonomi apabila terjadi kecacatan pada

tangan baik akibat trauma ataupun akibat penyakit. Bedah tangan merupakan suatu

seni dan ilmu tersendiri yang pada saat ini merupakan suatu spesialisasi khusus dalam

ilmu bedah ortopedi dimana pengetahuan dan pengalaman ortopedi, bedah plastik dan

rekonstruksi, bedah mikrovaskuler dan bedah saraf memegang peranan yang sangat

penting. Pengobatan pada kelainan ini terutama ditujukan untuk melakukan

pemulihan/ restorasi fungsi tangan semaksimal mungkin.

Page 23: Pemeriksaan-Fisik-Ortopedi

Pergelangan tangan mempunyai dua komponen utama yaitu sendi

radiokarpal ( termasuk sendi interkarpal yang memungkinkan fleksi 80, ekstensi 90

abduksi / deviasi radial 25, adduksi / deviasi ulnar 30 ) dan sendi radioulnar inferior

yang memungkinkan gerakan supinasi 90 dan pronasi 90. Untuk melakukan

pemeriksaan secara akurat terhadap kedua gerakan ini maka sendi siku difleksikan 90

untuk menghilangkan rotasi pada sendi bahu.

Gerakan pada jari-jari dibagi dalam tiga kelompok sendi, yaitu ;

1. Sendi karpometakarpal ibu jari

Pada sendi karpometakarpal ibu jari terdapat lima macam gerakan yaitu fleksi,

ekstensi, abduksi, adduksi dan oposisi.

Pemeriksaan klinik rutin gangguan lengan bawah, pergelangan tangan dan jari-

jari

Pemeriksaan local lengan bawah,pergelangan tangan dan jari-jari

Inspeksi : kontur tulang Palpasi : suhu kulit

Kontur jaringan lunak kontur tulang

Warna dan tekstur kulit kontur jaringan lunak

Adanya jaringan parut dan sinus nyeri local

Pergerakan ( aktif dan pasif )

- pergelangan tangan :

sendi radiokarpal : fleksi-ekstensi, adduksi-abduksi

sendi radioulnar inferior : supinasi dan pronasi

- tangan

sendi karpometakarpal ibu jari : fleksi-ekstensi, adduksi-abduksi,

oposisi

sendi metakarpofalangeal : fleksi-ekstensi, adduksi-abduksi

sendi interfalangeal : fleksi-ekstensi

Kekuatan

kekuatan tiap kelompok dikontrol oleh :

- pergerakan pergelangan tangan

- pergerakan ibu jari dan jari-jari

stabilitas : uji untuk pergerakan abnormal

Fungsi saraf : uji fungsi sensoris, fungsi motoris dan kelenjar keringat pada

bagian medial saraf ulna dan radius.

Page 24: Pemeriksaan-Fisik-Ortopedi

Sirkulasi : denyut arteri, warna dan rasa hangat, pengisian kembali kapiler,

sensibilitas kulit.

Pemeriksaan bagian yang kemungkinan dapat merupakan faktor ekstrinsik

gangguan pada lengan bawah, pergelangan tangan dan jari-jari. Pemeriksaan

ini penting untuk menerangkan gejala yang tidak ditemukan pada

pemeriksaan lokal. Pemeriksaan ini meliputi :

pemeriksaan leher dan toraks

pemeriksaan lengan atas secara tersendiri

pemeroksaan siku secara tersendiri

Pemeriksaan umum

Pemeriksaan umum pada bagian-bagian tubuh lainnya. Gejala pada tangan

mungkin hanya merupakan salah satu manifestasi klinis dari penyakit lain.

2. Sendi metakarpopalangeal

Pada sendi metakarpopalangeal ibu jari dan jari-jari terdapat gerakan fleksi

dan gerakan ekstensi sebesar 90.

3. Sendi interfalangeal

Pada sendi interfalangeal ibu jari dan jari-jari hanya terdapat gerakan fleksi

dan gerakan ekstensi.

Kekuatan otot

Pemeriksaan kekuatan otot tangan perlu dilakukan secara teliti dan sabar. Untuk

setiap kelompok otot harus dilakukan uji secara tersendiri. Pemeriksaan otot-otot ibu

jari meliputi pemeriksaan otot abduktor, addutor, ekstensor ( longus dan brevis ),

fleksor ( longus dan brevis ) serta otot-otot oponens. Sementara pada jari-jari

dilakukan pemeriksaan otot fleksor profundus dan superficial, ekstensor digitorum,

ekstensor indisis, otot interosseus dan otot lumbrikal.

Kekuatan pegangan otot

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan pegangan yang merupakan

kombinasi gerakan otot fleksor dan ekstensor pergelangan tangan serta fleksor jari-jari

dan ibu jari.

Fungsi saraf

Pemeriksaan fungsi ketiga saraf yaitu n.ulnaris, n.medianus, n.radialis harus dilakukan

secara tersendiri baik fungsi motoris, sensoris serta fungsi keringat.

Sirkulasi

Page 25: Pemeriksaan-Fisik-Ortopedi

Sirkulasi pada jari diamati melalui pemeriksaan denyutan nadi pada arteri, suhu dan

warna jari-jari.

Faktor ekstrinsik pada lengan bawah dan jari-jari

Seringkali sulit dibedakan apakah gejala dan tanda klinis lengan bawah atau jari-jari

merupakan gangguan lokal atau bukan. Untuk itu harus dilakukan pemeriksaan

dengan baik agar dapat membedakannya dengan jelas.

E. Pemeriksaan Sendi Panggul

Pemeriksaan sendi panggul merupakan pemeriksaan yang penting dalam

ortopedi oleh karena trauma/penyakit pada panggul akan menyebabkan gangguan

yang berkepanjangan dan mungkin memberikan kecacatan yang serius atau lebih

parah lagi menyebabkan ketidakmampuan untuk bekerja sehingga memberikan

dampak ekonomis dalam kehidupan. Daerah panggul ini merupakan suatu daerah

yang penting oleh karena sendi panggul merupakan sendi yang sangat kompleks, sulit

diperiksa secara akurat.

Anamnesis

Karakteristik nyeri daerah panggul adalah nyeri tidak selamanya dari panggul itu

sendiri tapi mungkin berasal dari tulang belakang yang sama sekali tidak ada

Page 26: Pemeriksaan-Fisik-Ortopedi

hubungannya dengan panggul, sehingga harus diperiksa kemungkinan adanya faktor-

faktor ekstrinsik. Nyeri pada sendi panggul biasanya dikeluhkan pada daerah lipat

paha bagian depan. Sering nyeri ini dirasakan pada daerah lutut dan kadangkala

merupakan nyeri yang dominan paa kelainan sendi panggul. Nyeri pada panggul

sendiri biasanya akan bertambah berat apabila penderita berjalan atau menggerakkan

sendi panggul.

Pengukuran panjang anggota gerak dan ukuran-ukurannya

Secara ideal pengukuran dilakukan pada aksis gerakan panggul, yaitu pada titik

tengah kaput femur. Tetapi secara klinik hal ini sulit dilakukan, sehingga titik ukur

diambil dari titik yang paling mendekati yaitu spina iliaka anterior superior.

1. Pengukuran panjang klinik (panjang sebenarnya=true leg length)

Panjang klinik diukur dari spina iliaka anterior superior sampai pinggir bawah

maleolus lateralis atau pinggir maaleolus medialis. Dengan pengukuran ini

dibandingkan antara kiri dan kanan.

Apabila ditemukan adanya pemendekan maka harus ditentukan apakah

ditemukan:

Diatas trokanter, melalui pengukuran segitiga dari Bryant, garis dari

Nelaton, garis dari Schoemaker.

Dibawah trokanter.

2. Pengukuran panjang tampak (palsu=apparent leg length)

Kadang-kadang ditemukan tungkai bawah tampak panjang sebelah tapi

sebenarnya ukurannya sama. Pada keadaan ini pemeriksaan diukur dari titik di

garis tengah tubuh yaitu xiphisternum, dari pusat atau dari pubis ke maleolus

medialis. Pemendekan yang palsu dari panjang tungkai biasanya disebabkan oleh

karena panggul miring dimana koreksi sepenuhnya tidak dapat dilakukan. Panggul

miring umumnya disebabkan oleh deformitas adduksi yang menetap yang

membuat sisi tersebut seakan lebih pendek atau oleh deformitas abduksi yang

menetap sehingga tungkai bawah tersebut terlihat lebih panjang.

Pemeriksaan klinik rutin gangguan pada panggul

1. Pemeriksaan lokasi sendi panggul

a. Penderita berbaring

Penderita berbaring dan membentuk sudut terhadap tungkai bila mungkin

Inspeksi

Kontur tulang

Page 27: Pemeriksaan-Fisik-Ortopedi

Kontur jaringan lunak

Warna dan tekstur kulit

Adanya jaringan parut

atau sinus

Palpasi

Suhu kulit

Kontur tulang

Kontur jaringan lunak

Nyeri lokal

Pergerakan (aktif dan pasif)

Fleksi

Abduksi saat fleksi

Rotasi medial (interna)

Rotasi lateral (eksterna)

Pemeriksaan adanya deformitas

Dilakukan uji Thomas untuk mendeteksi dan mengukur deformitas pada posisi

fleksi

Kekuatan (dilakukan uji yang berlawanan dengan tahanan pemeriksa)

Estimasi kekuatan pada kelompok otot fleksor, ekstensor, abduktor, adduktor

dan rotator

Pengukuran panjang tungkai

Panjang klinik (true/real length)

Panjang yang tampak (apparent length)

Pemeriksaan pergerakan abnormal

Uji pergerakan longitudinal (teleskopik)

Uji klik (pada bayi baru lahir)

2. Pemeriksaan faktor ekstrinsik yang mungkin memberikan gejala pada

panggul

Pemeriksaan ini penting untuk menerangkan gejala yang tidak ditemukan pada

pemeriksaan lokal, meliputi :

Pemeriksaan sendi sakroiliaka

Pemeriksaan abdomen dan pelvis

Pemeriksaan pembuluh darah besar (sirkulasi arteri)

3. Pemeriksaan Umum

Pemeriksaan terhadap bagian tubuh lainnya untuk mencari kemungkinan gangguan

merupakan manifestasi dari suatu penyakit sistemik pada tubuh.

Page 28: Pemeriksaan-Fisik-Ortopedi

Pemeriksaan deformitas rotasi yang menetap

Adanya deformitas rotasi dapat dinilai dari posisi patela yang dalam keadaan

normal merupakan satu garis lurs dari spina iliaka anterior superior, pertengahan

patela dan jari kedua. Apabila terdapat rotasi baik ke dalam maupun keluar maka

konfigurasi garis ini berubah.

Pemeriksaan adanya deformitas menetap

Deformitas adduksi yang menetap. Deformitas ini dapat diketahui dengan

menilai hubungan antara pelvis dan panggul. Apabila terdapat kelainan maka

aksis tranversal panggul yaitu garis yang menghubungkan kedua spina iliaka

anterior superior tidak dapat diletakkan dalam garis tegak lurus terhadap

anggota gerak yang terkena.

Deformitas abduksi yang menetap. Sama dengan diatas, tetapi sudut antara

pelvis dan tungkai melebihi 90°

Deformitas fleksi yang menetap. Deformitas ini dapat diketahui melalui uji

Thomas.

Prinsip pelaksanaan uji Thomas :

Bilamana penderita mengalami deformitas fleksi menetap pada panggul, maka

penderita berusaha mengkompensasikannya sehingga terjadi lordosis pada tulang

belakang. Untuk mengukur derajat deformitas ini, penderita dalam keadaan berbaring

dan lordosis dihilangkan dengan melakukan fleksi pada tungkai. Sudut antara tungkai

atas dan garis horisontal yang terbentuk merupakan derajat besarnya deformitas

fleksi.

Page 29: Pemeriksaan-Fisik-Ortopedi

Pergerakan pada sendi panggul

1. Fleksi, pergerakan fleksi pada sendi panggul sebaiknya dilakukan bersama-

sama dengan fleksi pada lutut. Nilai normal gerakan ini besarnya 120°.

2. Ekstensi, dengan meluruskan kaki. Dalam keadaan ini didapat nilai 0°.

3. Abduksi dilakukan dengan cara satu tangan berada di antara spina iliaka

anterior superior kiri dan kanan dari tangan yang satu melakukan abduksi.

Normal dilakukan abduksi 30-40° aksial.

4. Adduksi, dilakukan dengan menyilangkan kedua kaki. Dalam keadaan normal

didapatkan besarnya adduksi 30°.

5. Rotasi lateral dan medial masing-masing diperkirakan melalui garis imajiner

pada patela, yang normalnya sebesar 40°.

Pemeriksaan stabilitas postural

Pemeriksaan ini untuk menentukan stabilitas panggul terutama kemampuan

oto abduktor panggul (otot gluteus medius dan minimus) dalam menstabilisasi

panggul terhadap femur. Pemeriksaan ini dilakukan menurut uji Duschene-

Trendelenburg.

Cara pemeriksaannya:

Satu tungkai diangkat dalam keadaan fleksi 90° sambil berdiri di atas kaki yang lain.

Panggul akan ditahan oleh otot panggul yaitu muskulus gluteus medius dan minimus.

Page 30: Pemeriksaan-Fisik-Ortopedi

Jika otot-otot ini tidak berfungsi maka pada inspeksi panggul miring/jatuh ke sisi kaki

yang diangkat, dengan kata lain otot-otot panggul tidak mampu menstabilisasi

panggul dan disebut uji Trendelenburg positif. Sebaliknya disebut uji Trendelenburg

negatif apabila otot-otot abduktor dapat bekerja secara normal mengankat pelvis ke

atas apabila tungkai yang lain diangakat.

Ada tiga kelainan yang dapat menyebabkan uji Trendelenburg positi, yaitu:

1. Paralisis otot abduktor misalnya pada poliomielitis.

2. Origo dan insersi otot-otot abduktor terlalu berdekatan sehingga daya

kontraksinya hilang. Keadaan ini dapat terjadi pada semua kelainan yang

menyebabkan trokanter letak tinggi.

3. Hilangnya stabilitas pada komponen sendi panggul, misalnya fraktur leher

femur yang tidak menyambung.

Cara berjalan (gait)

Gait perlu diperhatikan pada waktu penderita berdiri dan berjalan. Apabila penderita

mengalami nyeri pada panggul atau panggul tidak stabil, biasanya penderita

menggunakan tongkat pada sisi yang sebaliknya.

Ada beberapa jenis karakteristik cara berjalan:

1. Cara berjalan antalgik, yaitu cara berjalan dengan berupaya mengurangi berat

untuk mengurangi nyeri

2. Cara berjalan kaki pendek

3. Cara berjalanTrendelenburg

Page 31: Pemeriksaan-Fisik-Ortopedi

Faktor intrinsik yang menyebabkan nyeri pada panggul

Pemeriksaan yang teliti dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan nyeri

panggul berasal dari tempat lain terutama yang berasal dari tulang belakang dan sendi

sakroiliaka. Pemeriksaan yang perlu dilakukan meliputi pemeriksaan neurologis dari

anggota gerak bawah, juga pemeriksaan abdomen dan panggul pemeriksaan rektal

dan pemeriksaan bimanual serta pemeriksaan sistem vaskuler.

Pemeriksaan Lutut

Stabilitas lutut sangat ditentukan oleh ligamentum dan otot kuadrisep. Otot

kuadrisep yang kuat dapat mengontrol stabilitas lutut walupun terdapat keregangan

dari ligamen.

Lutut sangat mudah mengalami trauma dan berbagai jenis artritis. Daerah lutut

juga termasuk daerah dimana terjadi pertumbuhan anggota gerak bawah (daerah yang

aktif) dan ini mungkin sebagai salah satu sebab daerah metafisis dari lutut sering

mengalami infeksi osteomielitis atau tumor-tumor ganas primer. Pemeriksaan

artroskopi belakangan ini memegang peranan dan merupakan pemeriksaan rutin yang

sering dilakukan dalam menegakkan diagnosis kelainan-kelainan lutut. Pembedahan

dengan teknik artroskopi digunakan sebagai prosedur rutin pada robekan meniskus

dan adanya benda asing dalam sendi. Keuntungan pembedahan dengan teknik ini

Page 32: Pemeriksaan-Fisik-Ortopedi

adalah tidak dilakukan operasi terbuka pada lutut, penyembuhan lebih baik dan masa

pemulihan serta perawatan diperpendek.

Anamnesis

Anamnesis sangat penting dalam menegakkan diagnosis sendi lutut misalnya pada

robekan meniskus. Dalam anamnesis harus ditanyakan kapan terjadinya trauma, hal-

hal yang terjadi sesudahnya serta mekanisme dari trauma. Keadaan yang perlu

ditanyakan yaitu apakah dapat menyelesaikan pertandingan waktu itu, apakah dapat

berjalan, dapat meluruskan atan membengkokkan lutut. Beberapa penderita dapat

dengan jelas mengutarakan lututnya menjadi terkunci(locking).

Menentukan kausa pembengkakan pada sendi

Pembengkakan yang difus pada lutut dapat diketahui dengan mudah dengan jalan

membandingkan kedua lutut.

Pembengkakan pada lutut terutama disebabkan oleh tiga hal, yaitu:

1. Penebalan tulang; penebalan tulang dapat diketahui dengan palpasi pada daerah

yang sakit lalu dibandingkan dengan yang normal. Penebalan dapat disebabkan

oleh infeksi, tumor atau kista tulang.

2. Efusi sendi; Efusi sendi bisa karena penimbunan cairan serosa, pus atau darah.

Cairan dalam sendi diketahui dengan melakukan pemeriksaan yang disebut uji

fluktuasi. Pada pemeriksaan ini telapak tangan diletakkan di atas femur distal di

bagian atas dari patela pada daerah kantung supra-patelar sementara tangan

lainnya diletakkan pada sisi sebaliknya dimana ibu jari dan jari telunjuk pada

pinggir patela. Tekanan dilakukan oleh tangan yang di proksimal kantung supra-

patelar sehingga cairan terdorong ke dalam kantung persendian. Efusi yang terjadi

dapat dengan mudah dideteksi karena adanya impuls hidraulik pada jari-jari dan

ibu jari yang distal. Cairan di dalam sendi dapat pula dideteksi dengan cara

aspirasi.

3. Penebalan membran sinovia; Penebalan membran sinovia merupakan suatu

gambaran artritis inflamasi kronik. Penebalan membran umumnya terjadi di atas

patela dan dapat diraba pada palpasi dan biasanya lutut juga terasa hangat oleh

karena proses inflamasi yang ada.

Pemeriksaan rutin kelainan pada lutut

1. Pemeriksaan lokal pada lutut

Inspeksi

Kontur tulang

Kontur jaringan lunak

Warna dan tekstur kulit

Page 33: Pemeriksaan-Fisik-Ortopedi

Adanya jaringan parut atau

sinus

Palpasi

suhu kulit

Kontur tulang

Kontur jaringan lunak

Nyeri lokal

Pergerakan (aktif dan pasif dan dibandingkan dengan lutut yang normal)

Fleksi

Ekstensi

Nyeri bila digerakkan

Krepitasi bila digerakkan

Kekuatan (membandingkan dengan tahanan dari pemeriksa)

Fleksi

Ekstensi

Uji rotasi Mc Murray

Cara berjalan (gait)

Stabilitas

Ligamentum medial

Ligamentum lateral

Ligamentum krusiatum

anterior

Uji drawer; uji Lachman;

uji pivot shift lateral

Ligamentum krusiatum

posterior

2. Pemeriksaan gejala yang mungkin merupakan akibat faktor ekstrinsik.

Pemeriksaan ini penting bila tidak ditemukan kelainan lokal pada pemeriksaan.

Pemeriksaan meliputi pemeriksaan tulang belakang dan panggul.

3. Pemeriksaan Umum

Pemeriksaan umum pada setiap anggota tubuh. Gejala lokal pada lutut dapat

ditimbulkan oleh adanya penyakit sistemik.

Gerakan sendi lutut

Pemeriksaan gerakan sendi lutut sangat penting oleh karena setiap kelainan pada lutut.

Pada pemeriksaan perlu diketahui apakah gerakan disertai nyeri atau krepitasi. Secara

normal gerakan fleksi pada sendi lutut sebesar 120-145° dan gerakan ekstensi 0° dan

mungkin dapat ditemukan hiperekstensi sebesar 10°.

1. Pemeriksaan ligamentum medial dan lateral. Robekan pada ligamentum medial

dapat diperiksa melalui uji abduction stress dan pada ligamentum lateral

adduction stress. Pada pemeriksaan ini sendi lutut dalam keadaan ekstensi penuh,

satu tangan pemeriksa memegang pergelangan kaki dan satunya pada lutut.

Dengan kedua tangan dilakukan abduksi untuk menguji ligamentum medial dan

adduksi untuk menguji ligamentum lateral. Apabila ada robekan ligamentum

maka dapat dirasakan sendi bergerak melebihi batas normal.

Page 34: Pemeriksaan-Fisik-Ortopedi

2. Pemeriksaan ligamentum krusiatum anterior dan posterior. Kedua ligamentum ini

berfungsi untuk stabilisasi sendi lutut ke arah depan dan belakang. Ligamentum

krusiatum anterior berfungsi untuk mencegah tibia tergelincir ke depan femur.

Sedangkan ligamentum krusiatum posterior pada arah sebaliknya.

Uji Drawer. Lutut difleksikan 90° dan pemeriksa duduk pada kaki

penderita untuk mencegah gerakan kaki. Dengan meletakkan kedua

tangan di belakang tibia bagian proksimal dan kedua ibu jari pada

kondilus femur, kemudian dilakukan tarikan pada tibia ke depan dan

ke belakang. Kecurigaan adanya robekan pada ligamentum krusiatum

apabila ada gerakan yang abnormal, baik ke depan ataupun ke

belakang.

Uji Lachman. Pada pemeriksaan ini lutut difleksi 15-20°. Satu tangan

memegang tungkai atas pada kondilus femur, sedangkan tangan

lainnya memgang tibia proksimal. Kedua tangan kemudian digerakkan

ke depan dan ke belakang antara tibia proksima dan femur.

Pemeriksaan pivot shift lateral. Pemeriksaan ini merupakan

pemeriksaan tambahan untuk mengetahui defisiensi pada ligamentum

krusiatum anterior. Caranya kaki yang mengalami kelainan diangkat

oleh pemeriksa, dimana kaki kanan diangkat oleh tangan kanan dan

kiri diangkat oleh tanagn kiri dan lutut dalam keadaan ekstensi

maksimal. Dengan satu tangan pemeriksa memutar dari arah luar

tungkai bawah persis di sebelah bawah lutut sehingga terjadi tekanan

valgus. Pada saat yang bersamaan tibia dirotasi ke medial. Selanjutnya

lutut difleksi secara perlahan-lahan dari posisi ekstensi. Pemeriksaan

positif apabila kondilus lateralis tibia terelokasi secara spontan pada

kondilus femur ketika fleksi mencapai 30-35°.

Uji Rotasi. Uji rotasi dilakukan untuk mengetahui adanya robekan

meniskus dan dikenal sebagai uji Mc Murray. Pada pemeriksaan ini

lutut di ekstensikan kemudian dilakukan eksorotasi maksimal untuk

memeriksa meniskus medial atau dengan endorotasi maksimal untuk

memeriksa meniskus lateral. Penderita berbaring terlentang , tungkai

bawah dipegang, lutut difleksikan 90° dan dilakukan eksorotasi

maksimal dan kemudian tungkai diluruskan sambil mempertahankan

eksorotasi. Pada kerusakan meniskus, maka penderita merasa nyeri,

Page 35: Pemeriksaan-Fisik-Ortopedi

mungkin dapat diraba adanya krepitasi atau terdengar suara klik dari

tanduk depan/belakang atau bagian dari meniskus yang lompat keluar

dari antara kondilus femur. Pemeriksaan meniskus medial dilakukan

dengan endorotasi maksimal dan mempunyai prinsip serta prosedur

pemeriksaan yang sama dengan pemeriksaan eksorotasi maksimal.

Faktor eksterna penyebab nyeri lutut

Nyeri pada lutut tidak selalu oleh karena kelainan pada lutut itu sendiri tapi

juga mungkin oleh karena kelainan pada panggul atau daerah lain misalnya nyeri

skiatika oleh karena adanya prolapsus diskus intervertebralis.

Pemeriksaan radiologis

Pemeriksaan radiologis rutin pada kelainan sendi lutut yaitu foto polos AP dan lateral

dimana bagian dari femur dan tibia harus terlihat. Pemeriksaan lain adalah Sky line

atau pemeriksaan tangensial yang berguna untuk mengetahui osteoartritis patelo

femoral. Pemeriksaan radiologis dengan kontras yaitu artrografi kadangkala

bermanfaat pada kelainan-kelainan yang tidak jelas pada sendi lutut. Pemeriksaan

lainnya yaitu radioisotope scanning.

Pemeriksaan Tungkai bawah, Pergelangan Kaki dan Jari-jari Kaki

Page 36: Pemeriksaan-Fisik-Ortopedi

Kelainan pada kaki menempati frekuensi yang kedua setelah kelainan

punggung dalam kasus bedah ortopedi.

Beberapa penyebab kelainan pada kaki yaitu:

Faktor herediter. Kaki merupakan bagian dari badan yang relatif cepat berevolusi

sebagai konsekuensi untuk menunjang dan menopang tubuh yang tegak. Oleh

karena itu struktur dan bentuk kaki cenderung bervariasi dan mungkin terjadi

gangguan dalam efisiensinya.

Tekanan postural. Beban tubuh yang berlebihan menyebabkan beban yang harus

ditanggung oleh kaki bertambah dan dapat menimbulkan kelainan pada kaki.

Pemakaian alas kaki. Pemakaian alas kaki terutama pada wanita seperti

pemakaian sepatu dengan bentuk dan posisi yang tidak sesuai akan mempengaruhi

secara mekanik pada kaki.

Anamnesis

Pada anamnesis harus ditanyakan secara jelas distribusi nyeri yang terjadi, di samping

riwayat pekerjaan, kebiasaan penderita, riwayat trauma sebelumnya serta gangguan

yang terjadi pada saat berdiri dan berjalan.

Pemeriksaan klinik pada tungkai bawah, pergelangan kaki dan kaki.

1. Pemeriksaan lokal tungkai bawah, pergelangan kaki dan kaki.

Inspeksi

Kontur tulang

Kontur jaringan lunak

Warna dan tekstur kulit

Adanya jaringan parut atau

sinus

Palpasi

suhu kulit

Kontur tulang

Kontur jaringan lunak

Nyeri lokal

Pergerakan (aktif dan pasif dan dibandingkan dengan sisi yang normal)

Pergelangan kaki

- Plantar fleksi

- Ekstensi (dorsofeksi)

Sendi subtalar

- Inversi-adduksi

- Eversi-abduksi

Sendi midtarsal

- Inversi-adduksi

- Eversi-abduksi

Jari kaki

- Fleksi

- Ekstensi

Kekuatan

Setiap otot harus diuji dan dibandingkan dengan sisi yang sebelah.

Stabilitas

Page 37: Pemeriksaan-Fisik-Ortopedi

Integritas ligamen khususnya ligamentum lateral dari pergelangan kaki

Cara berjalan (gait)

Keadaan alas kaki (sepatu)

Bandingkan dengan sisi yang sebelah

Sirkulasi perifer

Denyut a.dorsalis pedis

Denyut a.tibialis posterior

Denyut a.poplitea

Denyut a.femoral

Pemeriksaan adanya

sianosis pada kaki

Penapakan kaki saat berdiri

Bentuk arkus longitudinal

Bentuk kaki

Efisiensi jari kaki

Efisiensi otot betis

2. Pemeriksaan umum

Pemeriksaan anggota tubuh lainnya untuk menentukan apakah gejala yang terjadi

merupakan manifestasi dari suatu penyakit sistemik tubuh.

Evaluasi status perifer

Evaluasi klinik yang dilakukan meliputi keadaan kulit dari kaki, kuku,

perubahan warna, suhu, denyutan arteri dan toleransi latihan.

Pencatatan tekanan sistolik. Bila terdapat iskemik, maka kulit menipis dan

tidak elastis. Kuku menjadi buram, menebal dan ireguler. Kaki lebih dingin,

berwarna merah bata atau kebiruan (sianotik) pada uji Buerger.

Pencatatan volume denyut

Pemeriksaan aliran darah kaki dengan menggunakan prinsip teknik Doppler

Arteriografi. Struktur arterial serta adanya penyumbatan vaskuler dapat

terlihat melalui pemeriksaan radiologis setelah penyuntikan zat kontras.

Page 38: Pemeriksaan-Fisik-Ortopedi

Pemeriksaan gerakan pada pergelangan kaki dan sendi tarsal

Secara normal pergerakan pergelangan kaki ke arah ekstensi atau dorso fleksi

sebesar 15-20° dan plantar fleksi sebesar 40-50°

Pergerakan sendi subtalar dan midtarsal. Gerakan pada sendi subtalar dan

midtarsal terjadi secara bersama-sama sebagai satu unit kesatuan. Gerakan ini

meliputi :

- Kombinasi gerakan inversi dan adduksi (supinasi) sebesar 5°.

- Kombinasi gerakan eversi dan abduksi (pronasi) sebesar 5°.

Pada saat kedua kaki menginjak diperhatikan arkus longitudinalis apakah

bentuknya normal atau ceper, apakah ada pes kavus, pes planus, pes valgus dan

pes varus.

Pemakaian alas kaki. Pemeriksaan pada kaki tidak lengkap tanpa disertai dengan

pemeriksaan alas kaki yang dipakai , apakah ada tekanan-tekanan tertentu pada

alas kaki atau alas kaki tidak sesuai/sempit.

Page 39: Pemeriksaan-Fisik-Ortopedi

DAFTAR PUSTAKA

1)McRae R. 2004. Clinical orthopaedic examination. Churcil Livingstone. Fifthedition, New York2) Reksoprodjo, S. 1995. Pemeriksaan Orthopaedi. dalam Reksoprodjo S. et al.Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Bagian Bedah Staf Pengajar Fakultas KedokteranUniversitas Indonesia. Binarupa Aksara. Jakarta. Hal 453-643) Sercant C, Purkiss S. 2002. Examination schemes in general surgery andorthopaedics. First edition. Ashord Coluur Press. London4) Thompson JC. 2002.Concise Atlas of Orthopaedic Anatomy. First edition. IconLearning system. USA5) Barkauskas V, Stoltenberg-Allen K, Baumann L, et al. Health and Physical Assessment, 3rd ed.St. Louis: Mosby-Year Book, 2002.