194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi

100
PEMERIKSAAN FISIK ORTOPEDI Dibuat untuk Memenuhi Syarat Mid Test Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Bedah Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Fakultas Kedokteran Univ. Malahayati, 1) Univ. Baiturrahmah, 2) dan Univ. Islam Sumatera Utara. 3) Oleh, 1. Y a n t o 1) NIM. 96310119 2. Noor Radhiah A. 2) NIM. 95310054 3. Rafni Arfiyanti 2) NIM. 96310029 4. Koko Infana Trg. 3) NIM. 971001072 5. Muna Hasnita Hrp. 3) NIM. 971001095

description

GOUT ANGGA

Transcript of 194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Page 1: 194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi

PEMERIKSAAN FISIK ORTOPEDI

Dibuat untuk Memenuhi Syarat Mid Test Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Bedah Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan

Fakultas Kedokteran Univ. Malahayati,1) Univ. Baiturrahmah,2) dan Univ. Islam Sumatera Utara.3)

Oleh,

1. Y a n t o 1) NIM. 963101192. Noor Radhiah A. 2) NIM. 953100543. Rafni Arfiyanti 2) NIM. 963100294. Koko Infana Trg. 3) NIM. 9710010725. Muna Hasnita Hrp. 3) NIM. 971001095

Pembimbing,

Dr. M. Manan, SpBO.

Bagian Ilmu Bedah Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan

Page 2: 194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Agustus, 2003BAB I. PENDAHULUAN

Pada saat ini bedah ortopedi bertanggungjawab untuk menangani/mengelola kelainan

ortopedi serta trauma muskuloskeletal. Ruang lingkup bedah ortopedi tidak saja terbatas

pada tulang dan sendi, tapi juga pada struktur-struktur yang melekat pada tulang dan sendi,

termasuk di dalamnya otot, tendon, ligamentum, bursa, sinovia, saraf, dan kadang-kadang

pembuluh darah. Saat ini ruang lingkup ortopedi meliputi: 1

1. Kelainan bawaan dan perkembangan

2. Infeksi dan inflamasi

3. Penyakit reumatik, artropati dan artritis metabolik

4. Kelainan metabolik dan endokrin pada tulang

5. Kelainan degeneratif tulang dan sendi

6. Kelainan neuromuskuler

7. Kelainan epifisis dan lempeng epifisis

8. Tumor dan sejenisnya

9. Trauma

10. Rehabilitasi.

Istilah ortopedi pertama kali dipergunakan oleh Nicholas Andry pada tahun 1741.

Professor dalam ilmu kedokteran di Paris, beliau menulis buku yang terjemahannya dalam

bahasa Inggris “Orthopaedia is the Art of correcting and Preventing deformities in

children”. Kata orthopedi berasal dari kata Greek yang berasal dari gabungan kata “orthos”

(lurus/bebas dari deformitas) dan “paes” (anak). Jadi dalam arti sempit pada waktu itu,

Ortopedi adalah seni untuk mencegah dan memperbaiki kelainan bentuk pada anak-anak

dan menganggap bahwa kelainan bentuk pada orang dewasa umumnya berasal dari

kelainan pada waktu anak-anak.

Pada tahun 1960 oleh American Board of Orthopaedic Surgery, Ortopedi

didefinisikan sebagai suatu keahlian atau cabang Ilmu Kedokteran dan tidak lagi sebagai

dari Ilmu Bedah. Definisi yang diajukan adalah: Orthopaedic is medical speciality that

KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 1

Page 3: 194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Pemeriksaan Fisik Ortopedi

includes the investigation, preservation, restoration and development of the form and

function of the extremities, spine and assorted structure by medical, surgical and physical

method. 1,2

Keputusan ini dirasakan penting karena bedah ortopedi mengelola trauma dan

kecelakaan yang pada saat dimana industrialisasi dan transportasi berkembang dengan

cepat, sehingga dibutuhkan suatu disiplin tersendiri untuk mengelola kasus-kasus

kecelakaan yang menempati lebih dari 50% tempat tidur di berbagai rumah sakit. 1

Pengobatan bedah ortopedi hanya dapat berhasil dengan baik bila sebelumnya dapat

ditegakkan suatu diagnosis yang baik. Suatu diagnosis ditegakkan melalui beberapa

tahapan pemeriksaan dan untuk itu seorang dokter dituntut untuk memiliki ilmu

pengetahuan, keterampilan disamping pengalaman yang baik. 1

Dalam paper ini akan diuraikan mengenai pemeriksaan fisik ortopedi, yang bisa

dijadikan pedoman dalam mendiagnosis suatu kasus bedah ortopedi.

KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 2

Minggu III di Stase BedahAgustus 2003

Sore hari sekitar jam 17.00 WIB., di sebuah ruangan yang tidak begitu asing bagi kita, Ruang IX. Jeng…..jreng……………….!Seorang residen masuk ke dalam ruangan melihat pasien, tapi Y & gang cuek aja; tak kenal or tak tertarik, or tau ah Beulebbeuk!Tiba-tiba residen tersebut keluar dari ruangan menghampiri Y & gang dengan wajah merah merana.Residen : “Kalian kenapa nggak ikut aku ke dalam?”, tanyanya dengan alisnya bertaut.

“Apa kerja kalian di sini?” tanyanya lagi dengan suara lembutnya tapi keras menggelegar bak suara halilintar teredam ujan.

Y & gang : “Maaf dok! Kami ngga tau!” Residen : “Coba kamu!” sambil menunjuk ke arah salah satu Y & gang. “Pantas ngga

aku marah?”Y & gang : “Ngga dok!” dengan wajah yang polos D’ menjawab (pikir D’,

residen tsb mau nanya cocok tidak ekspresi mukanya kalau marah)Residen : Terlihat bibir mungilnya menyeringai mau tersenyum tapi kelihatan agak

ditahannya dengan rona wajah bak kepiting rebus yang setengah matang (Kaya gimana yah?)

Y & gang : Sikap kami biasa aja, seperti tidak terjadi apa-apaResiden : “Kalian memang lah!” akhirnya residen tersebut sambil menghampiri Y &

gang. “Sinilah aku bimbing kalian”Setelah Y & gang pikir ternyata residen tsb marah karena tidak didampingi melihat pasien, tapi karena keluguan Y & gang yang tidak menyangka residen tersebut marah dan atau memang tidak cocoklah karakter muka bersahabat dan ramahnya untuk bermarah-marah, maka sikap Y & gang biasa saja. Memang hari itu awal perkenalan yang baik dengan Dr. B.Makasih dokter B! Atas bimbingan dan pemberian semangatnya selama di stase bedah, terutama peminjaman buku-buku keramatnya, yang wal hasil terciptanya paper ini. “MEE..EMANG LAH!”

Page 4: 194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Pemeriksaan Fisik Ortopedi

BAB II. PEMERIKSAAN FISIK ORTOPEDI

Tugas seorang dokter adalah seperti seorang detektif yaitu untuk menemukan

penyakit seseorang. Untuk dapat membuat diagnosis, maka seorang dokter harus dapat

melaksanakan pemeriksaan yang baik. Seperti kasus-kasus lainnya, maka pada pembuatan

status (catatan medik) perlu dicatat dengan baik hasil pemeriksaan dan kemudian

menyimpulkan hasil pemeriksaan tersebut untuk menegakkan diagnosis. 2

Pemeriksaan diawali dengan menanyakan riwayat penderita (anamnesis) dan

dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan-pemeriksaan tertentu berdasarkan

kebutuhan yang diperlukan. Data yang dihasilkan kemudian dipadukan dan dianalisis

sehingga suatu diagnosis yang baik dapat ditegakkan, yang merupakan dasar/tuntunan

dalam melakukan pengobatan pada penderita. 1

2.1. ANAMNESIS

Anamnesis terdiri atas auto anamnesis dan allo anamnesis. Pada auto anamnesis,

dicatat tanggal pengambilan anamnesis dan oleh siapa. Ditanyakan persoalan: mengapa

datang, untuk apa dan kapan dikeluhkan; bagian apa dari anggota tubuh/lokasinya.

Kemudian ditanyakan gejala suatu penyakit atau beberapa penyakit yang serupa sebagai

pembanding. Untuk dapat melakukan anamnesis demikian perlu pengetahuan tentang

penyakit. 2

Ada beberapa hal yang menyebabkan penderita datang untuk minta pertolongan,

yaitu: trauma, nyeri, kekakuan pada sendi, pembengkakkan, deformitas, instabilitas sendi,

kelemahan otot, gangguan sensibilitas, gangguan atau hilangnya fungsi, atau jalan

pincang..1

Allo anamnesis, pada dasarnya sama dengan auto anamnesis, bedanya yang

menceritakan adalah orang lain. Hal ini penting bila kita berhadapan dengan anak

kecil/bayi atau orang tua yang sudah mulai pikun atau penderita yang tidak sadar/sakit

jiwa; oleh karena itu perlu dicatat siapa yang memberikan allo anamnesis, misalnya: allo

anamnesis mengenai bayi adalah dari ibu atau pembantunya; juga pada kecelakaan

KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 3

Page 5: 194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Pemeriksaan Fisik Ortopedi

mungkin saksi dengan pengantar dapat memberikan keterangan lebih baik, terutama bila

yang diantar tidak sadarkan diri. 2

Pada anamnesis juga perlu ditanyakan mengenai riwayat penyakit lainnya, riwayat

sebelum sakit (riwayat penyakit dahulu, riwayat trauma, riwayat pengobatan, riwayat

operasi), riwayat sistem tubuh lainnya, riwayat keluarga, dan latar belakang sosial dan

pekerjaan. 1

Pemeriksaan fisik mempunyai arti yang sangat penting dalam menguatkan data-data

yang kita temukan dalam anamnesis dan sekaligus memberikan kepada kita pilihan

terhadap pemeriksaan-pemeriksaan khusus/tambahan lainnya yang perlu yang kita

lakukan.

Pada bidang ilmu bedah ortopedi, pemeriksaan fisik pada dasarnya dibagi atas dua

jenis, yaitu pemeriksaan fisik umum dan pemeriksaan fisik ortopedi yang terdiri dari

pemeriksaan fisik ortopedi umum dan pemeriksaan ortopedi regional. 1,2

2.2. PEMERIKSAAN FISIK UMUM

Pemeriksaan fisik ini bertujuan untuk mengevaluasi keadaan fisik penderita secara

umum serta melihat apakah ada indikasi penyulit lainnya selain kelainan muskuloskeletal.

Pemeriksaan dilakukan secara sistematik karena sebagian penderita yang datang adalah

penderita yang sudah berumur dan biasanya mempunyai kelainan lain selain kelainan

muskuloskeletal yang dikeluhkan.

Selain itu kadang-kadang tidakan operasi diperlukan pada beberapa penderita yang

berarti tindakan pembiusan diperlukan pula sehingga pemeriksaan secara teliti mengenai

sistem kardiovaskuler, pernapasan, saluran kemih, dan saluran pencernaan dilakukan untuk

keamanan dan kelancaran operasi. 1

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah: 1) Keadaan umum penderita baik atau buruk,

yang dicatat adalah tanda-tanda vital yaitu: kesadaran penderita apatis, soporus, gelisah;

kesakitan; tanda vital seperti tensi, nadi, pernafasan dan suhu. 2) Kemudian secara

sistematik diperiksa dari kepala, leher, dada (toraks), perut (Abdomen: hepar, lien, ginjal),

kelenjar getah bening, serta kelamin. 3) Kemudian anggota gerak atas dan bawah serta

punggung (tulang belakang). 2,3

KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 4

Page 6: 194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Pemeriksaan Fisik Ortopedi

2.3. PEMERIKSAAN FISIK ORTOPEDI

Prinsip-prinsip dasar pemeriksaan: 1,3

Perlu cahaya yang baik atau terang dan bagian tubuh yang diperiksa tidak tertutup

atau telanjang. Anggota gerak yang sehat diperiksa dan harus terbuka.

Berusaha untuk tidak menyakiti pasien dan hadapkan muka pemeriksa ke muka

penderita untuk memberikan kepercayaan.

Selalu menyiapkan perlengkapan pemeriksaan.

Periksa bagian badan secara hati-hati, sistematik dan terarah.

Periksa tempat lain yang mungkin ada hubungannya.

Periksa secara cepat di daerah lain yang mungkin ada hubungannya untuk

menegakkan diagnosis tanpa meninggalkan bagian yang penting.

Peralatan-peralatan yang diperlukan untuk pemeriksaan muskuloskeletal: 1

Stetoskop

Refleks hammer

Pensil untuk kulit (marker)

Meteran

2.3.1. Pemeriksaan Ortopedi Umum

2.3.1.1. Status Generalis

Pemeriksaan fisik sebenarnya sudah dimulai ketika penderita datang ke dokter

dengan mengamati penampakan umum penderita, raut muka, cara berjalan, cara duduk

dan cara tidur, proporsi tinggi badan terhadap anggota tubuh lainnya, keadaan simetris

bagian tubuh kiri dan kanan, tingkah laku, ekspresi wajah, kecemasan serta reaksi

emosional lainnya untuk melihat aspek-aspek emosional dan somatis dari penderita.

Pemeriksaan ortopedi yang dilakukan meliputi: 1) Pemeriksaan bagian dengan

keluhan utama. Pemeriksaan ini dilakukan dengan teliti, tetapi harus diingat bahwa

keluhan pada suatu tempat mungkin akibat dari kelainan pada tempat lain, sehingga tidak

KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 5

Kapas

Jarum kecil

Senter saku

Goniometer.

Page 7: 194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Pemeriksaan Fisik Ortopedi

cukup hanya dengan memeriksa pada tempat dengan keluhan utama. 2) Pemeriksaan

kemungkinan nyeri kiriman dari sumber di tempat lain (referred pain). 1

2.3.1.2. Status Lokalis

Pemeriksaan fisik ortopedi dilakukan dengan sistematik dengan urutan sebagai

berikut:

Inspeksi (look) 1

Palpasi (feel) 1

Penilaian gerakan sendi baik pergerakan aktif maupun pasif (move) 1

Auskultasi (listen) 1

Pemeriksaan neurologis (neurological examination). 5

Kebanyakan dari kasus, pemeriksaan yang penting adalah cukup dengan pemeriksaan

look, feel dan move.

Gambar 1. Skematis Pemeriksaan Ortopedi. 3

KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 6

Dr Joe & Dr Iq : Can’na……?? Le…epe’lah kalo ampe lupa ame Y & gang mah.!!!!!

Mana Fountain-nya?? Dr. Iq!! Lee…epe’lah !!!

Page 8: 194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Inspeksi (Look)

Inspeksi sebenarnya telah dimulai ketika penderita memasuki ruangan periksa. Pada

inspeksi secara umum diperhatikan raut muka penderita, apakah terlihat kesakitan. Cara

berjalan, cara hendak duduk atau berbaring.

Inspeksi dilakukan secara sistematik dan perhatian terutama ditujukan pada: 1

Kulit, meliputi warna (memerah atau pucat) dan tekstur kulit.

Sinus dan jaringan parut. Apakah sinus berasal dari permukaan saja, mencapai

tulang atau dalam sendi. Apakah jaringan parut berasal dari luka operasi, trauma atau

supurasi.

Jaringan lunak, yaitu pembuluh darah, saraf, otot (atropi atau hipertropi), tendon,

ligamen, jaringan lemak, fasia, dan kelenjar limfe.

Tulang dan sendi (kelainan bentuk atau adanya pemendekkan).

Palpasi (Feel)

Yang perlu diperhatikan pada palpasi adalah: 1

Suhu kulit; apakah lebih panas/dingin dari biasanya

Denyutan arteri dapat diraba atau tidak.

Jaringan lunak; palpasi jaringan lunak dilakukan untuk mengetahui adanya spasme

otot, atrofi otot, keadaan membran sinovia, penebalan jaringan sekitar sinovia,

adanya tumor dan sifat-sifatnya, adanya cairan di dalam/di luar sendi atau adanya

pembengkakkan.

Pembuluh darah; pulsasi yang abnormal atau tidak ada harus diperhatikan.

Aneurisma biasanya bisa digerakkan dari sisi ke sisi dibanding secara longitudinal,

berpulsasi dan bruit bisa didengar dengan auskultasi. Pemeriksaan pembuluh darah

bagian distal dari anggota gerak bisa menunjukan perbedaan warna kulit dan suhu

kulit.

Saraf; kadang-kadang saraf bisa dipalpasi bila terjadi pembesaran. Pada

beberapa kasus saraf bisa lunak setelah trauma. Sama seperti pembuluh darah, saraf

bisa digerakkan dari sisi ke sisi. Hilangnya sensorik, hiperestesia atau paralisis bisa

didapatkan pada bagian distal anggota gerak yang terkena trauma.

KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 7

Page 9: 194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Nyeri tekan; perlu diketahui lokalisasi yang tepat dari nyeri, apakah nyeri

setempat atau nyeri yang bersifat kiriman dari tempat lain.

Tulang; diperhatikan bentuk, permukaan, ketebalan, penonjolan dari tulang atau

adanya gangguan di dalam hubungan yang normal antara tulang yang satu dengan

tulang yang lainnya.

Pengukuran panjang anggota gerak; terutama untuk anggota gerak bawah

dimana adanya perbedaan panjang merupakan suatu hal yang penting untuk

dicermati. Pengukuran juga berguna untuk mengetahui adanya atrofi/pembengkakkan

otot dengan membandingkannya dengan anggota gerak yang sehat.

Penilaian deformitas yang menetap; pemeriksaan ini dilakukan apabila sendi

tidak dapat diletakkan pada posisi anatomis yang normal.

Pergerakan (Move)

Pada pergerakan sendi dikenal dua istilah yaitu pergerakan aktif merupakan

pergerakan sendi yang dilakukan oleh penderita sendiri dan pergerakan pasif yaitu

pergerakan sendi dengan bantuan pemeriksa. Pemeriksaan pergerakan aktif harus terlebih

dahulu dilakukan sebelum pergerakan pasif dan pada anak-anak (untuk membandingkan)

pergerakan harus dimulai dari sisi yang normal. 1,3

Pada pergerakan dapat diperoleh informasi mengenai:

Evaluasi gerakan sendi secara aktif dan pasif. Apakah gerakan ini menimbulkan rasa

sakit, dan apakah gerakan ini disertai dengan adanya krepitasi.

Stabilitas sendi. Terutama ditentukan oleh integritas kedua permukaan sendi dan

keadaan ligamen yang mempertahankan sendi. Pemeriksaan ini dapat dilakukan

dengan memberikan tekanan pada ligamen dan gerakan sendi diamati.

Pemeriksaan ROM (Range of Joint Movement). Pemeriksaan batas gerakan sendi

harus dicatat pada setiap pemeriksaan ortopedi yang meliputi batas gerakan aktif dan

batas gerakan pasif. Setiap sendi mempunyai nilai batas gerakan normal yang

merupakan patokan untuk gerakan abnormal dari sendi. Dikenal beberapa macam

gerakan sendi, yaitu: abduksi, aduksi, ekstensi, fleksi, rotasi eksterna, rotasi interna,

pronasi, supinasi, fleksi lateral, dorsofleksi, plantar fleksi, inversi dan eversi.

KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 8

Page 10: 194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Gerakan sendi sebaiknya dibandingkan dengan mencatat gerakan sendi normal dan

abnormal secara aktif dan pasif.

Setelah melakukan pemeriksaan gerakan aktif dan pasif, kekuatan otot pun harus

dinilai.3 Penilaian dilakukan menurut Medical Research Council dimana kekuatan otot

dibagi dalam lima grade, yaitu: 1,2,3,4,5

Grade 0 : Tidak ditemukan adanya

kontraksi pada otot.

Grade 1 : Kontraksi otot yang

terjadi hanya berupa

perubahan dari tonus

otot yang dapat

diketahui dengan

palpasi dan tidak dapat

menggerakkan sendi.

Grade 2 : Otot hanya mampu

menggerakkan

persendian tetapi

kekuatan tidak dapat

melawan gravitasi.

Grade 3 : Disamping dapat

menggerakkan sendi,

otot juga dapat

melawan pengaruh

gravitiasi tetapi tidak

kuat terhadap tahanan

yang diberikan oleh

pemeriksa.

Grade 4 : Kekuatan otot seperti pada grade 3 disertai dengan kemampuan otot

terhadap tahanan yang ringan.

Grade 5 : Kekuatan otot normal.

KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 9

Gambar 2. Skematis Grade kekuatan otot. 3

Page 11: 194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Auskultasi (Listen)

Pemeriksaan auskultasi pada bidang ortopedi jarang dilakukan dan biasanya

dilakukan bila ada krepitasi, misalnya pada fraktur. 1

Pemeriksaan neurologis (Neurological examination).

Jika didapat tanda-tanda kelemahan otot, inkoordinasi, atau perubahan dalam

sensibilitas maka perlu dilakukan pemeriksaan neurologis. Pemeriksaan dilakukan secara

sistematis, mulai dari pemeriksaan secara umum kemudian menilai fungsi motorik (tonus

otot, kekuatan refleks) dan pemeriksaan sensorik (sensibilitas raba dan tekanan). 4

2.3.2. Pemeriksaan Ortopedi Regional

Pemeriksaan fisik ortopedi regional dapat dikelompokan atas: 1) Pemeriksaan

anggota gerak atas, yang terdiri dari tangan dan pergelangan tangan, siku dan lengan

bawah, bahu dan lengan atas. 2) Pemeriksaan vertebra, terdiri atas vertebra servikalis,

vertebra torakal dan lumbal. 3) Pemeriksaan anggota gerak bawah, terdiri dari cara

berjalan dan waktu berdiri, sendi panggul dan lutut, tungkai, pergelangan kaki dan jari-jari

kaki, serta 4) Pemeriksaan neurologis. 1,3

Bagian-bagian tersebut akan jelaskan dalam bab pemeriksaan ortopedi pada dewasa

dan pada anak.

BAB III. PEMERIKSAAN FISIK ORTOPEDI PADA DEWASA

KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 10

Dr. Adi : Itu sih Om-nya E’. Mi…mi….miiii…… boleh dong jadi omnya kite-kite! Om Ad’ii…iii! Don’t 4-get us!

Dr. Andi : Thank you for being patience with us, and always cool when things were getting hot in the emergency room !….. Kara..au..ukean-nya ditunggu lho! Mu..un’ah-muun’aha…….an…..!!!.

Dr. Hendri: Although your not the cool type of guy (g’g) in the emergency room but you sure are responsible for your duty and your patients, thanks for your smile doc! Iya apa ia? Ia kali ya!

Dr. Januar, Handy and Dr. Hardi: Kapan kita nyanyi bersama lagi. This group is khompax, although they are quiet and loyal to their duty at polyclinic till 2 ‘oclok !!!…. he…he….!

Dr. Syafril : Makasih atas bimbingannya. You are a doctor who cares about your Co-Ass.

Dr. Harry : Tetap “SMILE”! dok!.

Page 12: 194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Pemeriksaan Fisik Ortopedi

3.1. PEMERIKSAAN ANGGOTA GERAK ATAS

3.1.1. Bahu dan Lengan Atas

Semua sendi yang berperan dalam pergerakan bahu yaitu sendi glenohumeral, sendi

akromioklavikular, sendi sternoklavikular dan sendi skapulotorakal. Sendi glenohumeral

memungkinkan untuk gerakan abduksi, fleksi dan rotasi dibawah kontrol otot

skapulohumeral. Sendi lainnya bersama-sama memberikan pergerakan 90 berupa rotasi

skapula terhadap toraks dan sedikit perputaran anteroposterior skapula. 1,4,6

Karena gerakan tersebut sukar untuk diisolasi satu persatu, maka sebaiknya gerakan

diperiksa bersamaan kanan dan kiri; pemeriksa berdiri di depan dan belakang pasien,

kecuali untuk eksorotasi atau bila penderita berbaring, maka pemeriksa ada disamping. 3

Look

Kulit. Perhatikan warna dan tekstur

kulit, adanya jaringan parut atau sinus.

Kontur jaringan lunak. Bandingkan

kedua bahu apakah ada pembengkakkan

setempat satu menyeluruh atau perubahan

massa otot pada bahu terpengaruh.

Pembengkakkan bisa karena infeksi, tumor

atau trauma.

Kontur tulang dan sendi. Lihat bahu

bagian depan dan belakang untuk mengetahui

kesimetrisan, ukuran, dan posisi dari klavikula

serta skapula. Perhatikan adanya

pembengkakkan pada bagian anteriomedial

bahu yang menandakan adanya dislokasi

anterior. 3 Kalau lengan tertahan pada rotasi

internal, pikirkan dislokasi posterior pada bahu. 7 Penonjolan dari ujung lateral klavikula

menandakan adanya subluksasi atau dislokasi dari sendi akromioklavikula. 3

KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 11

Gambar 3. Skematis inspeksi pada pemeriksaan bahu dan lengan atas. 3

Page 13: 194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Feel

Setelah bahu diinspeksi kemudian

dipalpasi secara sistematis. Pasien terlebih

dahulu diberitahu apa yang akan dilakukan.

Pemeriksa merasakan suhu kulit dengan

menggunakan punggung jari-jari tangan,

perubahan warna kulit ditandai yang kemudian

dibandingkan dengan bahu sebelahnya. 3

Sensasi pada bahu sangat penting,

terutama sensasi pada insersi* deltoid pada

keadaan terjadinya dislokasi atau fraktur.

Jaringan lunak dan ujung tulang dipalpasi

dengan hati-hati, dengan mengikuti gambaran

anatomisnya. Pemeriksaan dimulai dari sendi

sternoklavikular, kemudian mengikuti

klavikula ke bagian lateral menuju sendi

akromioklavikular, dan kemudian ke tepi anterior akromion dan sekitar akromion menuju

bagian belakang sendi. 7

Pembengkakkan harus dipalpasi secara lembut untuk mengetahui konsistensi dan

fluktuasi serta batas pembengkakkan harus dirasakan secara pelan. Pada kasus-kasus

infeksi atau keganasan, kelenjar limfe regional harus diperiksa pada leher dan kedua ketiak

(axilla). 3

Move

Gerakan pasif dilakukan setelah dilakukannya gerakan aktif. Tiga gerakan yang

paling penting adalah: 1) Abduksi, 2) Rotasi eksternal, dan 3) Rotasi internal. Fleksi ke

arah depan dan ekstensi ke arah belakang juga harus dinilai. 3

KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 12

Gambar 4. Skematis palpasi pada pemeriksaan bahu dan lengan atas. 3

* Insersi: Perlekatan dari otot ke tulang yang digerakannya.8

Page 14: 194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Abduksi. Biasanya abduksi 90o terjadi pada sendi glenohumerus dan 90o pada

skapulotorakal dengan total 180o. Sangat penting untuk menilai berapa banyak gerakan

yang bisa dilakukan untuk gerakan pada setiap persendian.3 Untuk membedakannya maka

pemeriksa perlu memegang atau memfiksasi bagian bawah skapula. 1

Batas derajat gerakan dari glenohumeral

diketahui saat mulai dirasakan gerakan pada

skapula yang difiksasi/distabilisasi pada

pinggirnya dengan tangan. Gerakan selanjut-

nya adalah gerakan sendi skapulotorakal. 3,7

Rotasi. Siku-siku diletakkan secara

rapat pada sisinya, fleksi pada isi kanan

dengan tangan menghadap ke depan, posisi

ini adalah netral. Derajat rotasi eksterna dan

interna kemudian bisa dinilai dengan

membandingkan kedua sisi seperti yang

digambarkan. 3

Metode penilaian rotasi internal dibuat

dengan membandingkan kedua sisi, dengan

cara meminta pasien untuk meletakkan

punggung tangan mendekati bahu sisi yang

berlawanan dan melihat seberapa jauh tangan bisa diangkat. 3,4

Rotasi eksterna pada 90o abduksi dinilai dengan meminta pasien untuk meletakkan

kedua telapak tangan di belakang kepala. Gerakan ini biasanya terbatas pada dislokasi.

Pemeriksaan tersebut harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari dislokasi.

Fleksi ke depan (forward flexion) dan ekstensi ke belakang (backward flexion).

Fleksi dan ekstensi diperiksa dengan meminta pasien mengangkat lengan ke depan dan

kemudian ke belakang. Batas normal fleksi 165º dan ekstensi 60º. 5

Gerakan harus dibandingkan dengan arah yang berlawanan dan gerakan pasif dan

aktif harus dinilai untuk melihat adanya keterbatasan. Range dari ekstensi dari garis tubuh

harus dibandingkan dengan sisi yang berlawanan. 3

KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 13

Gambar 5. Skematis pemeriksaan gerakan pada pemeriksaan bahu dan lengan atas. 3

Page 15: 194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Kelainan-kelainan pada Bahu dan Lengan Atas

3.1.2. Siku dan Lengan Bawah

Look

Kulit. Perhatikan warna dan tekstur kulit, adanya jaringan parut atau sinus.

Kontur jaringan lunak. Perhatikan adanya pembengkakkan, apakah pembengkak-

kan terlokalisir atau keseluruhan. Pembengkakkan yang terlokalisir dapat terjadi karena

pembesaran bursa* olecranon, nodul rheumatoid, tophi gout atau penonjolan dari tulang di

bawahnya. Pembengkakkan yang keseluruhan dapat terjadi akibat infeksi atau trauma..

Kontur tulang dan sendi. Perhatikan apakah ada deformitas, termasuk juga adanya

penonjolan tulang, hilangnya bagian dari tulang, malalignment** atau dislokasi posterior

dari olecranon, juga menilai sudut olecranon. 3

KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 14

Gambar 6. Contoh kelainan pada bahu dan lengan atas. 3

* Bursa: Kantung yang berisi cairan atau ruang seperti kantung yang terletak ditempat-tempat dalam jaringan yang mudah terjadi pergesekan.8

** Malalignment: Pergeseran dari garis normal. 8

Page 16: 194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Feel

Bagian belakang sendi harus dipalpasi untuk mengetahui kehangatan, nodul

subkutan, penebalan dan cairan sinovial (fluktuasi pada tiap sisi olekranon); bagian

belakang dari sisi sendi diraba untuk mengetahui adanya nyeri dan untuk menentukan

apakah ujung tulang terletak pada tempat yang tepat. 7

Pembengkakkan atau deformitas harus dipalpasi secara lembut untuk memastikan

konsistensinya dan apakah merupakan suatu jaringan lunak atau tulang yang terdapat pada

daerah tersebut. Semua pembengkakkan jaringan lunak harus di transluminasi, terutama

jika sangat lunak seperti ganglion dan lipoma biasanya transluminasi positif. 3

Nervus ulnaris cukup dangkal di belakang kondilus medialis dan disini nervus ulnaris

dapat diraba dengan jari untuk merasakan saraf itu menebal atau hipersensitif. 7

KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 15

Gambar 8. Skematis palpasi pada siku dan lengan bawah. 3

Gambar 7. Skematis inspeksi pada siku dan lengan bawah. 3

Page 17: 194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Move

Gerakan-gerakan pada siku yang harus

diperiksa adalah: 1) fleksi, 2) ekstensi, dan 3)

rotasi.

Fleksi. Fleksi penuh harus tepat 150o –

160o dan jika ada keterbatasan dalam fleksi

maka harus dibandingkan dengan sisi yang

berlawanan.

Ekstensi, Ekstensi penuh 0o, biasanya

terjadi hiperekstensi pada siku-siku.

Rotasi. Untuk menilai rotasi lengan

atas dengan cara kedua siku dirapatkan ke sisi

badan dengan ibu jari menghadap ke atas dan

siku-siku fleksi sebesar 90o. Pronasi dan

supinasi dari kedua sisi dibandingkan, nilai

normal biasanya 90o pronasi dan 90o supinasi.

Keterbatasan untuk melakukan rotasi

bukan hanya terjadi pada kondisi dimana

terdapat kelainan pada siku-siku tersebut misalnya artritis, infeksi dan trauma tetapi dapat

juga disebabkan oleh trauma pada sendi yang terletak di bawahnya yaitu sendi

radioulnaris, deformitas akibat fraktur radioulnaris, penyakit paget’s. 3

KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 16

Gambar 9. Skematis pemeriksaan gerakan pada siku dan lengan bawah. 3

Semasa kami mengerjakan paper ini, disela-sela waktu jaga, kadang-kadang datang silih berganti di antara rasa “kerajinan” kami rasa “bete”, yang pada akhirnya pada penghujung minggu jaga kami melakukan B’B’. Y’ & D’ : Yuk nonoton yuk!,M’ & E’ : Yuk!, gimana caranyaY’ : Ya pergiM” : Ke mana?D’ : Deli, Ko! Nonton yuk!.

K’ : Waduh, aku mendingan menyentuh Tuhan aja di asbed

Y’ : Gimana ?All : OK!E’ : Tapi bajuku ketat nihD’ : Udah pake baju Co-Ass ajaE’ : OK deh PD aja lagi, tapi jangan

bilang-bilang yah.Sesampai di Deli. Wadduh Dr. H !!!!, seru kami. He…hee…he… Mau kemana dok? Selanjutnya RAHASIA LA YAH.

Page 18: 194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Kelainan-kelainan pada Siku dan Lengan Bawah

3.1.3. Pergelangan Tangan dan Tangan

Look

Kulit. Perhatikan warna dan tekstur kulit, adanya jaringan parut atau sinus, juga

diamati adanya clubbing fingers*, pitting oedema atau deformitas lainnya

Kontur jaringan lunak. Suatu kontraktur akan tampak sebagai penebalan dari fasia

palmar. Bentuk yang abnormal dapat terjadi akibat kongenital, atau trauma pada tulang,

trauma saraf ataupun otot. Jika ada pembengkakkan, perhatikan apakah bengkak itu

tersebar atau terlokalisir pada pergelangan tangan dan tangan.

Kontur tulang dan sendi. Melihat adanya pembengkakkan pergelangan tangan,

metacarpals, phalang dan interphalang. Pada rheumatoid artritis yang terlibat adalah

pergelangan tangan, persendian metacarpophalangeal, dan proksimal interphalangeal.

Sedangkan pada osteoartritis biasanya persendian distal interphalang yang terlibat.

Ganglion yang terdapat pada pergelangan tangan akan tampak masa padat, licin dan sedikit

KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 17

Gambar 10. Contoh kelainan pada siku dan lengan bawah. 3

* Clubbing: Ploriferasi pada jaringan lunak disekitar falang, terminal jari tangan atau jari kaki tanpa perubahan oseosa.8

Page 19: 194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Pemeriksaan Fisik Ortopedi

mobile. Pembengkakkan yang keras dapat mengindikasikan suatu fraktur yang baru atau

yang lama dan juga suatu tumor. 3

Feel

Perhatikan suhu dan kelembaban kulit dan raba nadinya. Kalau terasa ada nodul,

tendon yang mendasari harus digerakkan untuk memastikan apakah nodul itu melekat atau

tidak. Pembengkakkan atau penebalan dapat terjadi pada jaringan subkutan, sarung tendon,

sendi atau salah satu tulang. Nyeri harus dilokalisasi secara tepat pada salah satu struktur

ini..3,7 Hubungan antara pembengkakkan dan persendian harus diketahui, apakah

pembengkakkan dapat hilang atau berubah ukuran sesuai dengan gerakan pada persendian

tersebut, seperti pada ganglion. 3

Tangan dan pergelangan tangan harus dirasakan apakah ada tanda-tanda vaskuler

atau gangguan neurologis. 3

KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 18

Gambar 12. Skematis palpasi pada pergelangan tangan dan tangan. 3

Gambar 11. Skematis inspeksi pada pergelangan tangan dan tangan. 3

Page 20: 194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Move

Pergerakan pergelangan tangan. Pergelangan tangan mempunyai dua komponen

utama yaitu sendi radiokarpal (termasuk interkarpal yang memungkinkan gerakan fleksi,

ekstensi, abduksi/deviasi radial, adduksi/deviasi ulnar) dan sendi radioulnar inferior yang

memungkinkan gerakan supinasi dan pronasi. Untuk melakukan pemeriksaan secara akurat

terhadap kedua gerakan ini maka sendi siku difleksikan 90 untuk menghilangkan rotasi

pada sendi bahu. 1

Pergerakan jari-jari dan ibu jari. Pergerakan ibu jari dilakukan secara bersamaan

atau secara tersendiri jika diperlukan. Untuk medapatkan kekuatan, pasien diminta

mengenggam jari pemeriksa atau mengepal. Hilangnya tenaga mungkin akibat rasa sakit,

tendon yang pecah, atau kelemahan otot. 3,7

Sendi karpometakarpal ibu jari terdapat gerakan fleksi, ekstensi, abduksi, dan

aduksi. Sendi metakarpofalangeal ibu jari dan jari-jari terdapat gerakan fleksi dan gerakan

KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 19

Gambar 14. Skematis pemeriksaan gerakan pada tangan. 3

Gambar 13. Skematis pemeriksaan gerakan pada pergelangan tangan. 3

Page 21: 194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Pemeriksaan Fisik Ortopedi

ekstensi sebesar 90. Pada sendi interfalangeal ibu jari dan jari-jari hanya terdapat gerakan

fleksi dan gerakan ekstensi. 1

Kelainan-kelainan pada Pergelangan Tangan dan Tangan

3.2. PEMERIKSAAN TULANG BELAKANG

KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 20

Gambar 15. Contoh kelainan pada pergelangan tangan dan tangan. 3

Page 22: 194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Pemeriksaan tulang belakang dapat kita bagi atas pemeriksaan vertebra servikalis,

vertebra torakalis, dan vertebra lumbalis. Normal, vertebra servikalis mempunyai lengkung

lordosis ke arah depan, vertebra toralakis sedikit melengkung ke belakang (kifosis),

sedangkan vertebra lumbalis melengkung ke depan (lordosis). 3,6

Pada pemeriksaan ini, baju harus dibuka dan harus terlihat jelas bagian-bagiannya

secara keseluruhan. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dalam keadaan penderita berdiri

ataupun duduk. 6

3.2.1. Pemeriksaan Vertebra Servikalis

Look

Kulit. Perhatikan warna dan tekstur kulit, adanya

jaringan parut atau sinus.

Kontur jaringan lunak. Amati adanya

pembengkakkan atau deformitas dari depan, samping

dan belakang, atau kemungkinan pasien merasakan

nyeri. Amati otot-otot dari adanya spasme atau

pemendekkan. Pemendekkan dari otot sternokleido-

mastoideus bisa akibat dari spasme, trauma atau

kongenital. Suatu pembesaran kelenjar limfe di leher dan

adanya suatu abses bisa terlihat.

Kontur tulang dan sendi. Bentuk yang abnormal

dari leher bisa terjadi akibat fraktur vertebra atau dari

trauma osteomielitis atau tumor sekunder. Leher juga

bisa dalam posisi abnormal akibat prolaps diskus atau

artritis rematoid. 3

Feel

Leher diperiksa untuk mencari daerah yang sakit atau membengkak. Spasme otot

dapat terasa. Struktur anterior (trakea, tiroid, esofagus) harus diraba dengan teliti. 7

KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 21

Gambar 16. Skematis inspeksi pada leher dan vertebra servikalis. 3

Page 23: 194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Move

Gerakan pada leher yang diperiksa meliputi rotasi, fleksi dan ekstensi, serta fleksi

lateral ke kanan atau ke kiri. 1,3,7

Rotasi. Rotasi harus sama antara ke kanan dan ke kiri, kira-kira 70 - 90. Pada

pemeriksaan, leher harus lurus tanpa fleksi atau ekstensi dan pasien disuruh melihat ke satu

sisi sejauh mungkin secara bergantian.

Fleksi dan ekstensi. Fleksi penuh didapatkan jika dagu menyentuh dada dan ekstensi

penuh 30.

Fleksi lateral. Membentuk sudut 40 pada setiap sisinya. Bermula dengan posisi

netral, leher dimiringkan ke satu sisi kemudian ke sisi lainnya. 3

KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 22

Gambar 17. Skematis palpasi pada vertebra servikalis. 3

Gambar 18. Skematis pemeriksaan gerakan vertebra servikalis. 3

Page 24: 194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Kelainan-kelainan pada Vertebra Servikalis

3.2.2. Pemeriksaan Vertebra Torakalis dan Lumbalis

Look

Kulit. Perhatikan adanya suatu kelainan dengan memperhatikan dari depan, samping

dan belakang. Perhatikan adanya jaringan parut, sinus, perubahan warna atau penonjolan

pada vertebra yang mungkin mengidentifikasi suatu spina bifida.

Kontur jaringan lunak. Perhatikan apakah terdapat pembengkakkan yang bisa

disebabkan oleh infeksi trauma atau tumor. 3

Kontur tulang dan sendi. Adanya deformitas tulang belakang dapat berupa kifosis,

lordosis, atau skoliosis. 1

KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 23

Gambar 19. Contoh kelainan pada vertebra servikalis. 3

Page 25: 194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Feel

Prosesus spinosus dan ligamentum di antara

tulang belakang dipalpasi; perhatikan setiap

penonjolan. Rasa nyeri harus ditentukan

tempatnya pada struktur tulang, jaringan antara

vertebra, atau otot yang mengelilinginya. 7

Jika ada rasa nyeri yang hebat atau spasme

otot jangan letakkan pasien pada posisi duduk,

sebaiknya pasien dimiringkan pada suatu sisi

untuk melakukan pemeriksaan.

Pasien diletakkan posisi supine untuk

melakukan pemeriksaan neurologis. Pemeriksaan

rectal harus dilakukan pada semua pasien low

back pain dan gangguan nervus skiatika, hal ini

KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 24

Gambar 20. Skematis inspeksi pada vertebra torakalis dan lumbalis. 3

Gambar 21. Skematis palpasi pada vertebra torakalis dan lumbalis. 3

Page 26: 194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Pemeriksaan Fisik Ortopedi

untuk menyingkirkan adanya low back pain yang disebabkan oleh kelainan pada pelvis

berupa carcinoma rectum, kandung kemih, prostate atau uterus. 3

Move

Terdapat tiga gerakan utama pada vertebra torakalis dan lumbalis yaitu: 1) Rotasi, 2)

Fleksi lateral, dan 3) Fleksi serta ekstensi.

Rotasi. Diperiksa dengan meminta pasien untuk memutar badannya ke kedua sisi,

sementara panggulnya difiksasi oleh tangan pemeriksa. Gerakan ini pada dasarnya adalah

suatu pergerakan toraks dan tidak terbatas pada penyakit lumbosakral. Bisanya gerakan

terbatas atau nyeri jika ada trauma, infeksi tumor atau proses degeneratif. Nyeri pada saat

rotasi harus ditandai tepat dimana nyeri berada dan juga keterbatasan rotasi pada satu sisi

atau sisi lainnya.

Fleksi lateral. Bisanya pada daerah lumbal, pasien diminta untuk mencondongkan

badannya ke samping (kanan atau kiri), dengan meluncurkan tangannya ke bawah

KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 25

Gambar 22. Skematis pemeriksaan gerakan pada vertebra torakalis dan lumbalis. 3

Page 27: 194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Pemeriksaan Fisik Ortopedi

melewati sisi luar paha sampai menyuntuh sisi lateral lutut; kedua sisi kemudian

dibandingkan. 5,7

Lateral fleksi terbatas pada kondisi seperti low back pain, prolaps diskus pada lumbal

atau lumbosacral. Pada kasus tersebut biasanya lateral fleksi lebih terbatas pada satu sisi

dibandingkan sebelahnya. Pada kondisi ankylosing* spondylitis, infeksi, atau fraktur semua

gerakan terbatas. 3

Fleksi dan ekstensi, biasanya pada regio lumbal dan panggul tetapi lebih sering pada

panggul. Fleksi dan ekstensi yang terbatas ditemukan pada prolaps diskus intervertebra,

degeneratif, akifitas berlebih pada vertebra dan penyakit lainnya. 3

Gerakan fleksi ini dinilai dengan meminta pasien untuk berdiri dengan lutut dan kaki

dirapatkan, kemudian pasien diminta untuk mencoba menyentuh ibu jari kakinya. Pada

keadaan normal gerakan ini dilakukan secara luwes. Untuk menguji ekstensi mintalah

pasien mencondongkan badannya ke belakang; bila tulang belakang kaku, ia menipu

dengan membengkokan lututnya. 5,6,7

Kelainan-kelainan pada Vertebra Torakalis dan Lumbalis

KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 26

Gambar 23. Contoh kelainan pada vertebra torakalis dan lumbalis. 3

* Ankylosis: Imobilitas dan konsolidasi sebuah sendi yang disebabkan oleh penyakit, cidera atau tindakan bedah.8

Page 28: 194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Pemeriksaan Fisik Ortopedi

3.3. PEMERIKSAAN ANGGOTA GERAK BAWAH

3.3.1. Pemeriksaan Cara Berjalan dan Waktu Berdiri

Gait (cara berjalan) perlu diperhatikan pada waktu penderita berdiri dan berjalan.

Apabila penderita mengalami nyeri pada panggul atau panggul yang tidak stabil, biasanya

penderita menggunakan tongkat/penyangga. 1,7

Ada beberapa jenis karakteristik cara berjalan:

1. Cara berjalan antalgik (antalgic gait)

2. Cara berjalan kaki pendek (Short leg gait)

3. Cara berjalan paralitik (paralytic gait)

4. Cara berjalan Trendelenburg (Trendelenburg gait)

5. Cara berjalan kaki kaku (stiff leg gait) 3

Antalgic Gait. Cara berjalan ini berhubungan dengan nyeri pada tungkai atau kaki.

Pasien akan berjalan dengan menumpu berat yang minimum pada sisi yang sakit dengan

menampung berat yang berlebih pada sisi yang normal. Pasien menyeringai saat berat

badan ditumpukan pada sisi yang sakit. 3

Short Leg Gait. Pada cara berjalan ini pasien akan condong pada kaki yang pendek

pada saat menumpu berat badan pada kaki yang terdapat kelainan. 3

Paralytic Gait. Cara berjalan ini satu atau kedua tungkai paralisis, tipe paralisis bisa

spastic* atau flaccid**. Spastic gait bisa terjadi pada kondisi cerebral palsy, stroke, tumor

otak, fraktur tengkorak atau infeksi pada otak, vertebra servikalis atau torakalis. Factor

yang paling sering adalah trauma upper motor neuron (UMN), pasien sering berjalan

dengan fleksi panggul, lutut dan pergelangan kaki.

Pada flaccid gait terdapat beberapa derajat kelemahan antara sendi dan otot. Tidak

seperti spastic gait dimana seluruh dari satu atau kedua anggota gerak bawah bisa

cendrung paralisis secara merata.

KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 27

* Spastic: Mempunyai sifat atau ciri spasme. Hipertonik; sehingga otot menjadi kaku dan gerakan kaku.8

** Flaccid: Lemah, kendur dan lunak.8

*** Foot drop: Terkulainya kaki dari lesi peroneal atau tibial yang mengakibatkan paralisis otot-otot anterior tungkai bawah. Kaki tidak bisa didorsofleksi dan eversikan.8

Page 29: 194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Flaccid gait akibat foot drop***, seperti pada common peroneal dan paralisis otot tibia

anterior, pasien akan menyeret jari kaki atau melangkah tinggi untuk mencegah jari-jari

kaki menyentuh lantai sambil tungkai mengayaun ke depan. Pada kasus-kasus dimana

ekstensor lutut paralisis, seperi poliomyelitis, pasien menahan lutut untuk

mengkompensasikan lemahnya ekstensor lutut dan mencegah leg buckling*. 3

Trendelenburg Gait. Jika panggul nyeri, lemah, dislokasi atau fraktur, stabilitasnya

akan terganggu, akibatnya panggul akan miring ke bawah ke arah sisi yang berlawanan

dari pada miring ke atas saat berjalan, karena penyangga dari sendi yang mengalami

kelainan atau tonus otot diatas sendi tidak kuat untuk menstabilisasikan berat tubuh melalui

sendi panggul. 3

Stiff Leg Gait. Cara berjalan kaki kaku ini terjadi apabila panggul atau lutut telah

arthrodesed atau tidak bisa dibengkokkan karena nyeri, gerakan terbatas atau pemasangan

bidai. Seluruh tungkai diayunkan kedepan menyentuh lantai untuk mengkompensasi

panggul atau lutut yang tidak dibengkokan. 3

KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 28

Gambar 23. Skematis pemeriksaan cara berjalan. 3

* Leg buckling: Tungkai bawah mengalami proses atau keadaan menjadi berkerut atau dibengkokan.8

Page 30: 194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Pemeriksaan Stabilitas Postur

Uji Trendelenburg digunakan untuk menilai stabilitas panggul terutama kemampuan

otot abduktor panggul (otot gluteus medius dan minimus) dalam menstabilkan panggul

terhadap femur. 1,7

Pasien diminta untuk berdiri, satu tungkai diangkat dalam keadaan fleksi 90 sambil

berdiri di atas kaki yang lain. Panggul akan ditahan oleh otot panggul yaitu muskulus

gluteus medius dan minimus. Jika otot-otot ini tidak berfungsi maka pada inspeksi panggul

miring/jatuh ke sisi kaki yang diangkat, dengan kata lain otot-otot panggul tidak mampu

menstabilisasi panggul dan disebut uji Trendelenburg positif. Sebaliknya disebut uji

Trendelenburg negatif apabila otot-otot abduktor dapat bekerja secara normal mengangkat

pelvis ke atas apabila tungkai yang lain diangkat.

KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 29

Gambar 24. Skematis Uji Trendelenburg. 3 Gambar 25. Skematis keadaan uji Tendelenburg positif. 3

Page 31: 194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Uji Trendelenburg positif ditemukan pada: 1) dislokasi atau subluksasi panggul, 2)

kelemahan otot abduktor, 3) pemendekkan leher femur/tidak adanya kaput atau leher

femur, 4) setiap penyakit yang menyebabkan nyeri pada panggul. 3,7

Pemendekkan Tungkai

True shortening (real shortening). Adalah pemendekkan yang sebenarnya antara

panjang kedua tungkai..3 Secara ideal pengukuran dilakukan pada aksis gerakan panggul,

yaitu pada titik tengah kaput femur. Tetapi secara klinis hal ini sulit dilakukan, sehingga

titik ukur diambil dari titik yang paling mendekati yaitu spina iliaka anterior superior. True

shortening diukur dari spina iliaka anterior superior sampai ke pinggir bawah maleolus

lateralis atau pinggir maleolus medialis (pengukuran panjang sebenarnya/panjang

klinis/true leg length). 1

Hasil pengukuran ini dibandingkan antara kiri dan kanan, apabila ditemukan adanya

pemendekkan maka harus ditentukan lokasinya (site of shortening), apakah di atas lutut (di

atas atau di bawah trokanter), dibawah lutut (tibia), atau juga ditemukan pada kaki. 1,3

Perbedaan panjang tungkai yang besarnya 6 mm atau kurang masih dianggap normal. 6

Pemendekkan di atas lutut, untuk menentukan di atas trokanter atau di bawah

trokanter bisa melalui pengukuran segitiga Bryant atau garis dari Nelaton. 1,3 Pengukuran

segitiga Bryant dilakukan dengan menarik garis antara spina iliaka anterior superior

sampai ke ujung dari trokanter mayor, kemudian dibuat garis horizontal melalui titik spina

iliaka anterior superior, dan garis vertikal melalui ujung dari trokanter mayor. Garis dari

titik pertemuan garis vertikal dengan garis horizontal menuju ujung trokanter ini

menunjukan jumlah displacement* ke atas atau ke bawah dari panggul dibandingkan

dengan sisi yang normal. 3

Pengukuran garis Nelaton dilakukan dengan menarik garis dari spina iliaka anterior

superior sampai ke tuberositas ischiadikcum. Garis ini biasanya melewati bagian atas dari

trokanter mayor. Bila garis tersebut di atas trokanter mayor berarti terjadi pemendekkan di

atas trokanter mayor. Pemendekkan di bawah lutut, yaitu pada tibia dan kaki bisa dilihat

pada Gambar 29. 3

KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 30

* Displacement: Perpindahan dari posisi atau tempat yang abnormal.8

Page 32: 194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Pemeriksaan Fisik Ortopedi

KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 31

Gambar 26. Skematis site of shortening. 3

Gambar 28. Skematis pemendekkan di atas lutut dengan pengukuran segitiga Bryant dan garis Nelaton. 3

Gambar 27. Skematis true (real) shortening dan Apparent shortening. 3

Page 33: 194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Apparent shortening. Adalah pemendekkan yang tampak pada pasien..3 Kadang-

kadang ditemukan kaki tampak panjang sebelah tapi sebenarnya adalah sama, keadaan ini

biasanya disebabkan oleh karena panggul miring

dimana koreksi sepenuhnya tidak dapat dilakukan. 1

Panggul miring umumnya disebabkan oleh

deformitas adduksi yang menetap yang membuat sisi

tersebut seakan lebih pendek atau oleh deformitas

abduksi yang menetap sehingga kaki tersebut terlihat

lebih panjang. 1

Pada keadaan ini pemeriksaan diukur dari titik

di garis tengah tubuh yaitu dari xiphisternum, dari

pusat atau dari pubis ke maleolus medialis

(pengukuran panjang tampak/palsu/apparent leg

length)..1

Cara lain yaitu dengan meletakkan kedua

tungkai sedekat mungkin pada garis tubuh.

Kemiringan dari pelvis atau fleksi dari lutut

diabaikan, kemudian perbedaan dari ketinggian

kedua telapak kaki dinilai..3

3.3.2. Pemeriksaan Lutut dan Tungkai

Bawah

Look

Kulit. Perhatikan warna kulit dari lutut,

paha tungkai dan bandingkan kedua sisi dan

perhatikan apakah ada tanda asimetris atau

deformitas, luka, jaringan parut atau sinus

didepan, samping atau belakang.

Kontur jaringan lunak. Perhatikan

adanya pembengkakkan pada seluruh sisi

KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 32

Gambar 29. Skematis pemendekan di bawah lutut. 3

Gambar 34. Skematis inspeksi pada lutut dan tungkai bawah. 3

Page 34: 194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Pemeriksaan Fisik Ortopedi

lutut. Pembengkakkan diatas bagian depan lutut bisa merupakan suatu pembesaran bursa

suprapatella. Di bawah lutut dapat dijumpai suatu pembesaran infrapatella (Clergyman’s

knee) dan di depan patella pembesaran patella (Housemaid’s knee). Pembengkakkan pada

fossa poplitea menandakan suatu Baker’s Cyst atau Aneurysma poplitea, pembengkakkan

betis akibat suatu Baker’s Cyst yang ruptur atau trombosis vena. Perhatikan adanya atrofi

dari kuadriseps dan otot gastroknemius. 3

Kontur tulang dan sendi. Posisi lutut dapat terletak pada valgus atau varus,

berfleksi sebagian atau berhiperekstensi. Posisi patela harus diperhatikan.7

Feel

Meningkatnya rasa hangat dideteksi dengan membandingkan kedua lutut.

Pembengkakkan pada lutut dapat diketahui dengan mudah dengan jalan membandingkan

kedua lutut. Pemeriksaan dilakukan dengan posisi ekstensi dan kemudian fleksi 90. 7

Pembengkakkan pada lutut terutama disebabkan oleh tiga hal, yaitu: 1) Penebalan

tulang. Penebalan tulang dapat diketahui dengan palpasi pada daerah yang sakit, lalu

dibandingkan dengan yang normal. Penebalan dapat disebabkan oleh infeksi, tumor, atau

kista tulang; 2) Efusi sendi. Efusi sendi bisa karena penimbunan cairan serosa, pus atau

oleh darah. Cairan dalam sendi diketahui dengan melakukan pemeriksaan yang disebut uji

fluktuasi. Cairan di dalam sendi dapat pula dideteksi dengan cara aspirasi; 3) Penebalan

membran sinovia. Diperiksa sambil menempatkan lutut dalam ekstensi, pemeriksa

menggenggam tepi patela dalam jepitan ibu jari dan jari tengah, dan mencoba mengangkat

patela ke depan; biasanya tulang dapat dipegang amat erat, tetapi kalau sinovia menebal

jari-jari hanya akan tergelincir dari tepi patella. 1,7

KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 33

Gambar 35. Skematis palpasi pada lutut dan tungkai bawah. 3

Page 35: 194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Move

Pada pemeriksaan perlu diketahui apakah

gerakan disertai nyeri atau krepitasi. Secara

normal gerakan fleksi pada sendi lutut sebesar

120-125 dan ekstensi 0.

Uji stabilitas sendi lutut: 1)

Pemeriksaan ligamentum medial dan lateral.

Robekan ligamentum medial dapat diperiksa

melalui uji abduction stress dan pada

ligamentum lateral melalui uji adduction stress.

Pada pemeriksaan ini sendi lutut dalam keadaan ekstensi penuh, satu tangan pemeriksa

memegang pergelangan kaki dan satunya memegang lutut. Dengan kedua tangan dilakukan

abduksi untuk menguji ligamentum medial dan adduksi untuk menguji ligamentum lateral.

Apabila ada robekan pada ligamentum maka dapat dirasakan sendi bergerak melebihi batas

normal. 1

2) Pemeriksaan ligamentum krusiatum anterior dan posterior. Kedua ligamentum

ini berfungsi untuk stabilisasi sendi lutut ke arah depan dan belakang. Ligamentum

krusiatum anterior berfungsi untuk mencegah tibia tergelincir ke depan femur. Sedangkan

ligamentum krusiatum posterior pada arah sebaliknya. Cara pemeriksaan: Uji Drawer.

Lutut difleksikan 90 dan pemeriksa duduk pada kaki penderita untuk mencegah gerakan

kaki dengan meletakkan kedua tangan ke depan tibia bagian proksimal dan kedua ibu jari

pada kondilus femur, kemudian dilakukan tarikan pada tibia ke depan dan ke belakang.

Kecurigaan adanya robekan pada ligamentum krusiatum apabila ada gerakan yang

abnormal, baik ke depan maupun ke belakang (bandingkan dengan yang normal). 1

Uji Lachman. Pada pemeriksaan ini lutut difleksikan 15-20. Satu tangan memegang

tungkai atas pada kondilus femur, sedangkan tangan lainnya memegang tibia proksimal.

Kedua tangan kemudian digerakkan kedepan dan kebelakang antara tibia proksimal dan

femur. 1

KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 34

Page 36: 194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Pemeriksaan Fisik Ortopedi

3) Uji Rotasi. Uji rotasi dilakukan untuk mengetahui adanya robekan meniskus dan

dikenal sebagai uji McMurray. Pada pemeriksaan ini lutut di ekstensikan kemudian

dilakukan eksorotasi maksimal untuk memeriksa meniskus medial atau dengan endorotasi

maksimal untuk memeriksa meniskus lateral. Penderita berbaring terlentang, tungkai

bawah dipegang, lutut difleksikan 90 dan dilakukan eksorotasi maksimal dan kemudian

tungkai diluruskan sambil mempertahankan eksorotasi. Pada kerusakan meniskus, maka

penderita merasa nyeri, mungkin dapat diraba adanya krepitasi atau terdengar suara “klik”

dari tanduk depan/ belakang atau bagian dari meniskus yang lompat keluar dari antara

kondilus femur. Pemeriksaan meniskus medial dilakukan dengan endorotasi maksimal dan

mempunyai prinsip dan prosedur pemeriksaan yang sama dengan pemeriksaan ekorotasi

maksimal. 1

KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 35

Gambar 36. Skematis pemeriksaan gerakan pada lutut dan tungkai bawah. Uji Drawer, Uji Lachman, Uji McMurray. 3

Page 37: 194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Kelainan-kelainan pada Lutut dan Tungkai Bawah

KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 36

Gambar 37. Contoh kelainan pada lutut dan tungkai bawah. 3

Page 38: 194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Pemeriksaan Fisik Ortopedi

3.3.3. Pemeriksaan Pergelangan Kaki dan Kaki

Look

Kulit. Pergelangan kaki, kaki dan jari-jari

kaki diperiksa secara sistematis. Kemudian

bandingkan kanan dan kiri. Hal yang perlu

diperhatikan adalah warna kulit, apakah ada

asimetris atau deformitas, luka-luka, jaringan

parut, luka atau ulkus. 1,3

Kontur jaringan lunak. Adanya

pembengkakkan bisa disebabkan oleh gouty

tophi pada persendian metatarsofalangeal I,

nodul rheumatoid pada tendon achilles,

pembengkakkan akibat trauma, infeksi atau

ganglion. 3

Kontur tulang dan sendi. Pada saat

kedua kaki menginjak diperhatikan arkus

longitudinalis apakah bentuknya normal atau

ceper, apakah ada pes kavus, pes planus, pes

valgus atau pes varus. 1

Feel

Suhu kulit dinilai dan nadi diraba. Jika terdapat rasa nyeri pada kaki, rasa nyeri harus

dilokalisasi, karena tempat nyeri itu sering mengarah ke diagnosis. Setiap pembengkakkan,

edema atau benjolan harus diperiksa dan apakah ada fluktuasi. Sensasi harus diperiksa;

distribusi perubahan sensorik perlu dicari kemudian bandingkan dengan yang

normal/sebelahnya. 7

Pemeriksaan telapak kaki bisa menunjukkan suatu nyeri yang terlokalisasi dibawah

digiti 2 dan 3 metatarsal atau kadang-kadang pada metatarsal lainnya. Ini disebut sebagai

metatarsalgia anterior.

KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 37

Gambar 38. Skematis inspeksi pada pergelangan kaki dan kaki. 3

Page 39: 194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Nyeri diantara metatarsal digiti 1 dan 2, 2 dan 3, atau 3 dan 4, menandakan suatu

neuroma* dari nervus digiti pada rongga ini yang tumbuh akibat iritasi kronik. Rasa nyeri

akan bertambah dengan menekan forefoot di antara digiti metatarsal 1 dan 5 karena akan

menekan nervus yang membesar dan meradang yang terdapat diantara metatarsal. Juga

bisa terdapat parastesia diantara jari-jari kaki yang terpengaruh oleh neuroma.

Nyeri pada dorsum metatarsal menandakan suatu march** fracture. Ini adalah

stress fracture akibat berdiri atau berjalan yang

berlebihan. Nyeri di bawah arkus longitudinal,

biasanya akibat suatu strain pada kaki, terutama

pada pasien dengan berat badan berlebih dan otot-

otot yang lemas. 3

Move

Sendi pergelangan kaki. Gerakan utama dari pergelangan kaki adalah plantar flexi

dan dorsoflexi. Kedua sisi harus dibandingkan secara teliti. Plantar flexi kaki normal

adalah 40 – 500 dan dorsoflexi 20 – 300 dari posisi netral. Posisi netral jika kaki 900 ke

tibia. 3

Sendi subtalar dan midtarsal. Inversi dan eversi biasanya terjadi pada subtalar dan

sendi midtarsal, sekalipun ada gerakkan sedikit plantar fleksi sendi pergelangan kaki.

Sendi subtalar lebih baik diperiksa dengan pergelangan kaki terkunci pada posisi

dorsofleksi. Ini akan memastikan suatu gerakan yang terjadi pada subtalar atau sendi-sendi

KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 38

Gambar 39. Skematis palpasi pada pergelangan kaki dan kaki serta lokalisasi nyeri yang mengarah ke diagnosis. 3

* Neuroma: Tumor yang tumbuh dari saraf atau sebagian besar terdiri dari sel dan serabut saraf.8

** Marsh: Kemajuan aktifitas elektrik melalui korteks motorik.8

Page 40: 194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Pemeriksaan Fisik Ortopedi

midtarsal atau lebih kedepan forefoot,

dibanding pada pergelangan kaki.

Inversi 600 dan 30 – 400 eversi dari kaki

biasanya pada sendi midtarsal. Pada kondisi

terdapat kelainan pada sendi subtalar atau

midtarsal, seperti infeksi, gerakan ini akan

terbatas atau tidak ada. 3

Forefoot dan jari-jari kaki. Ketiga

gerakan tersebut mempengaruhi forefoot dan

jari-jari kaki. Inversi dan eversi yang lebih

lanjut bisa didapatkan pada forefoot. Adduksi

dan abduksi dengan derajat minimal bisa

terjadi.

Deformitas seperti hallux valgus dengan

terbatasnya gerakan dari jari-jari kaki bisa

tampak. Trauma pada sendi digiti I

metatarsophalangeal bisa mengakibatkan suatu

kekakuan pada sendi ini. Biasanya deformitas fleksi terjadi pada sendi distal interphalang

yang mengakibatkan bagian daging dari ibu jari kaki menekan pada telapak sepatu dan

menyebabkan kalus pada ujung jari. Ini disebut sebagai mallet toe*. 3

Stabilitas. Dinilai dengan menggerakkan sendi-sendi melintasi bidang-bidang

fisiologis yang normal. Pada cedera ligamen yang belum lama terjadi, peregangan pasif

menimbulkan rasa nyeri. 7

Kekuatan otot. Diuji dengan menahan pergerakan aktif dalam tiap arah. Masing-

masing tendon dapat dipalpasi untuk mengetahui apakah tendon utuh dan berfungsi. 7

Sepatu. Tidak boleh diabaikan, kecuali kalau masih baru, karena sepatu dapat

memberikan bukti yang berharga mengenai ada tidaknya kelainan dalam sikap berdiri atau

gaya berjalan. 7

KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 39

Gambar 40. Skematis pemeriksaan gerak pada pergelangan kaki dan kaki. 3

* Mallet toe: Fleksi abnormal pada jari kaki oleh ruptur tendon..8

Page 41: 194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Kelainan-kelainan pada Pergelangan Kaki dan Kaki

KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 40

Gambar 41. Contoh kelainan pada pergelangan kaki dan kaki. 3

Page 42: 194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Pemeriksaan Fisik Ortopedi

3.4. PEMERIKSAAN NEUROLOGIS

Pada penderita kelainan bedah ortopedi perlu dilakukan pemeriksaan neurologis

lengkap apabila ditemukan adanya gangguan yang berupa kelemahan otot, gangguan

koordinasi serta perubahan sensibilitas.

Pemeriksaan neurologis disesuaikan dengan kelainan yang didapatkan atau dicurigai

seperti kelemahan otot anggota gerak atas pada spondilosis servikal atau

tetraparesis/tetraplegi setelah suatu trauma pada tulang belakang servikal.

Pemeriksaan yang sama misalnya pada paraparesis/paraplegi oleh karena adanya

kelainan pada tulang belakang torakal atau lumbal. Juga harus diperiksa adanya gambaran

kelainan pada anggota gerak atas misalya claw hand*, drop foot, atau adanya atropi otot

pada daerah tertentu. 1

Fungsi Motoris (Pemeriksaan tonus dan kekuatan otot)

Pemeriksaan tonus kelompok otot secara individual dilakukan dengan menggerakkan

sendi-sendi. Pada pemeriksaan ini dapat diketahui adanya spastisitas atau kelemahan otot.

Disamping itu perlu dilakukan dan dicatat pemeriksaan kekuatan otot (grade 0 – 5). 1

Fungsi Sensoris (Pemeriksaan sensibilitas)

Pemeriksaan sensibilitas dilakukan dengan melihat apakah ada kelainan dalam

sensibilitas pada daerah tertentu misalnya hiperastesia, hiposastesia atau anestesia. Salah

satu pemeriksaan sensibilitas misalnya pemeriksaan Tinel untuk mengetahui distribusi

nervus medianus pada pergelangan tangan.

Pada pemeriksaan sensibilitas perlu dibuat gambar kelainan dan daerah yang

mengalami perubahan sensibilitas. 1

Pemeriksaan Refleks

Pemeriksaan refleks baik refleks fisiologis seperti refleks patela, refleks achilles

maupun refleks patologis seperti refleks Babinski berguna untuk mengetahui adanya

kelainan neurologis misalnya pada suatu hernia nukleus pulposus. 1

3.4.1. Pemeriksaan Neurologis Anggota Gerak Atas

KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 41

Lesi Pleksus Brakialis

1. Complete (C5 – T1)2. Upper (C5, 6)3. Lower (C7,8, T1)

Lesi Saraf Perifer

1. Nervus aksilaris2. Nervus medianus3. Nervus ulnaris4. Nervus radialis

Penilaian Neurologis

1. Look2. Feel Sensasi3. Move Tonus

KekuatanRefleksKoordinasi

* Claw hand: Sendi metakarpofalangealhiperekstensi dan midle dan distal falang hiperfleksi.8

Page 43: 194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Look

Inspeksi ditujukan untuk mencari pengecilan otot, postur dan deformitas. Gerakan

involunter anggota gerak atas dengan posisi fleksi dapat mengindikasikan suatu paralisis

spastik atau kontraktur, jika ada fasikulasi otot harus ditandai sebagai suatu lesi lower

motor neuron, kurang berkeringat atau kehilangan rambut harus diamati.

Feel

Berubahnya kontur otot dan

temperatur harus di palpasi pada

kedua sisi anggota gerak.

Sensasi. Dermatom dari

anggota gerak atas seperti yang

digambarkan harus diketahui bahwa

bisa terjadi suatu sensory overlap.

Pemeriksaan sensorik disini

termasuk raba ringan, tusuk jarum

(nyeri), getaran dan propioseptik

minimal harus dilakukan pada

semua pasien dengan kemungkinan

lesi neurologis. 3,6

Pemeriksaan raba ringan

dapat dilakukan dengan menyuruh pasien menutup kedua matanya dan segera mengatakan

”teraba” pada setiap rangsangan dengan sebuah untingan kapas atau ujung jari pemeriksa

KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 42

Gambar 42. Skematis upper limb dermatomes. 3

Page 44: 194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Pemeriksaan Fisik Ortopedi

yang dapat dirasakannya. Ubahlah irama rangsangan untuk menambah validitas laporan.

Pemeriksa juga dapat menanyakan kepada pasien bagian tubuh mana yang disentuh. 6

Sensasi tusukan jarum (perasaan nyeri) dapat kita periksa dengan menggunakan

jarum yang lurus, peniti atau jarum jahit. Suruh penderita membedakan bukan hanya

rangsangan tajam dan tumpul, tetapi juga membedakan jenis rangsangan yang sama pada

berbagai tempat pada anggota gerak atas. 6

Rasa getar harus diperiksa dengan mempergunakan garpu tala (yang bergetar dengan

kecepatan 128 siklus perdetik). Pengujian dilakukan pada sendi distal jari tangan.

Tanyakan pada pasien saat getaran tidak dirasakan lagi, pada saat itu pemeriksa

mengontrol getaran tadi pada jari tangan pemeriksa (jari tangan pemeriksa harus normal). 6

Propioseptik, atau sensasi posisi diperiksa

dengan memegang sisi-sisi jari tangan pasien,

kemudian jarinya kita gerakan ke atas atau ke

bawah (pasien dalam keadaan mata tertutup),

tanyakan apakah jarinya digerakkan ke atas atau

ke bawah.

Pemeriksaan sensorik ini harus selalu

dibandingkan dengan sisi yang berlawanan yaitu

anggota gerak yang normal. 3,6

Move

Tonus. Waktu kita melakukan pemeriksaan

tonus otot, berarti kita melakukan pemeriksaan

resistensi terhadap gerakan pasif, suruh pasien

untuk santai pada posisi duduk atau berbaring.

Pegang lengan pasien dan secara bergantian

lakukan gerakan fleksi dan ekstensi sementara

pasien disuruh melakukan sebaliknya. Rasakan

resistensi yang diberikan oleh anggota gerak dan

bandingkan antar anggota gerak. Tonus bisa normal, meningkat atau menurun. Hipertonus

KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 43

Gambar 43. Skematis uji kekuatan otot. 3

Page 45: 194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Pemeriksaan Fisik Ortopedi

bisa tampak pada lesi upper motor neuron (UMN), dan hipotonus bisa terjadi pada lesi

sereberal atau lesi lower motor neuron (LMN). 1,3,6

Kekuatan otot (muscle power) oleh Medical Research Councel Scale dibagi menjadi

lima grade (dari nol sampai lima): 3,4

0 = Paralisis complete

1 = Gerakan sedikit

2 = Hanya bisa bergerak jika gravitasi dihilangkan

3 = Hanya bisa bergerak melawan gravitasi

4 = Mampu melawan gravitasi dengan tahanan

5 = Normal

Menambah ("1/2" atau "+") menandakan kekuatan di antara dua grade. Adanya

defisit sensoris harus dipadukan dengan uji kekuatan otot (motoris) untuk memperkirakan

kemungkinan adanya defisit neurologis dan untuk menentukan lokasinya. 3

Refleks. Refleks dalam (deep) yang dilakukan pada anggota gerak atas adalah

refleks biseps (C6), triseps (C7), brakioradialis (C6), pronator (C7-8), dan refleks fleksor

jari (C6-8). Suatu refleks tendon didapatkan dengan cara meregangkan tendon dengan kuat

pada insersinya, kemudian mengetukkan refleks hammer pada tendon tersebut. Dengan

membandingkan kedua sisi kita bisa mendapatkan perbedaan refleks yang menunjukkan

bahwa refleks tersebut bertambah, berkurang atau bahkan tidak ada sama sekali. 4,6

Refleks biseps; Pasien diperiksa dalam posisi duduk atau berbaring, lengan pasien

dalam keadaan fleksi, letakkan ibu jari tangan di atas tendon muskulus biseps pada fossa

anteikubiti dan ketuklah.

Refleks triseps; Tariklah lengan pasien yang difleksikan melintasi bagian depan

tubuh ke sisi yang berlawanan, sehingga tendon muskulus triseps meregang, kemudian

ketuklah tendon tersebut tepat di atas siku, atau topang lengan yang berada dalam keadaan

abduksi, dengan lengan bawah yang tergantung bebas, kemudian ketuklah.

Refleks brakioradialis; Pasien dalam posisi duduk dengan lengan yang difleksikan,

peganglah pergelangan tangannya, angkat sedikit lengan bawahnya dan ketuklah di atas

tendon muskulus brakioradialis, pada permukaan medial lengan bawah, pada pertengahan

antara siku dan pergelangan tangan.

KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 44

Page 46: 194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Refleks pronator; Pasien duduk, lengan difleksikan serta sedikit dalam kedudukan

pronasi. Ketuklah tonjolan radialis yang terdapat pada permukaan palmaris, sambil

memegang tangan pasien, rasakan dan perhatikan pronasi yang terjadi.

Refleks fleksor jari; Pasien duduk, lengan dalam kedudukan fleksi dan supinasi, jari-

jari sedikit difleksikan, letakkan salah satu jari pemeriksa secara horizontal di permukaan

palmaris jari-jari yang sedikit difleksikan, kemudian ketuk sambil merasakan dan

memperhatikan jari-jari yang melakukan fleksi.6

Refleks Hoffman; Dorsofleksikan pergelangan tangan pasien yang sedang santai dan

dengan jari-jari tangan pasien yang berada dalam posisi fleksi, sentil jari tengah pasien

dengan ujung ibu jari tangan pemeriksa. Perhatikan apakah terjadi gerakan menyentik

aduktif pada ibu jari tangan, jari telunjuk atau keduanya. Bila gerakan ini positif, maka

tanda ini memberikan petunjuk adanya penyakit pada traktus piramidalis. 6

Selain itu juga terdapat refleks permukaan (superfisial) dengan menggores kulit

pada beberapa tempat untuk mendapatkan kontraksi otot yang spesifik, seperti pada refleks

abdominal (Th 7-12), refleks kremaster (L1-2) dan refleks anal (S4-5). 6

Secara klinik, aktivitas refleks dapat dibagi atas: 3

0 = Tidak ada

1+ = Hiporefleksi

2+ = Normal

3+ = Hiperrefleks

4+ = Hiperrefleks disertai klonus sementara

5+ = Hiperrefleks disertai klonus menetap.

Hiperrefleks dan clonus bisa mengindikasikan suatu lesi UMN dan hiporefleks pada

lesi LMN. 6

Koordinasi. Test koordinasi pada anggota gerak atas termasuk finger-to-nose test

dengan melihat adanya tremor dan titik tunjuk serta kemampuan untuk menggerakkan

tangan secara kuat dan cepat atau tidak sama sekali yang disebut sebagai

dysdiadochokynesia. 3

Lesi pada Pleksus Brakialis

KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 45

Page 47: 194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Kerusakan pada pleksus brakialis biasanya akibat kecelakaan yang hebat misalnya

jatuh atau benturan yang keras pada bahu atau trauma saat lahir, terutama pada bayi besar,

lahir dengan forcep atau bayi lahir sungsang.

Jika bagian atas (upper) (C5, 6) dari pleksus brakialis terpengaruhi (tertarik atau

tertekan), akan terjadi kelumpuhan atau kelemahan bahu dan lengan atas. Biasanya lengan

dalam posisi extensi dan rotasi internal yang disebut sebagai paralisis Erbs.

Lesi pleksus brakialis bawah (lower) (C7,

8 dan T1) bisa mengakibatkan paralisis dari

triceps, lengan bawah dan otot-otot kecil pada

tangan. Ini disebut sebagai paralisis Klumpke

dan jarang ditemui. 1,3

Pada paralisis yang komplit (complete)

(C5–T1), seluruh lengan bisa paralisis dan

gerakkan yang dapat dilakukan adalah hanya

mengerakkan bahu ke atas oleh muskulus

trapezius. Pada trauma pleksus brakialis total

dijumpai gangguan sensorik. Lesi letak tinggi

pada pleksus brakialis kemungkinan bisa

mempengaruhi saraf simpatis cervical yang

ditandai dengan Horners Syndrome. Ditandai

sebagai berikut (yang mana selalu bersifat

ipsilateral terhadap lesi), ptosis (penurunan

kelopak mata), miosis (konstriksi pupil),

anhidrosis (keringat inadekuat) dan enopthalmus. 3

Lesi pada Saraf Perifer

Nervus aksilaris. Kerusakan pada nervus aksilaris (C5-6) bisa terjadi akibat putaran

saraf pada collum humerus oleh fraktur atau dislokasi dari bahu. Pada muskulus deltoideus

bisa terjadi paralisis atau parestesia pada bagian insersi dari deltoideus. Pada umumnya lesi

nervus aksilaris dapat pulih secara spontan. 1,3

KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 46

Gambar 44. Skematis lesi pleksus brakialis. 3

Page 48: 194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Nervus medianus. Nervus medianus biasanya

mengalami trauma pada daerah prgelangan tangan atau

lebih tinggi yaitu pada lengan bawah. Lesi letak rendah

dapat disebabkan oleh trauma tajam pada pergelangan

tangan atau dislokasi karpal.

Metode yang paling mudah untuk memeriksa

nervus medianus tersebut adalah dengan menyuruh

pasien untuk abduksikan ibu jari pada derajat sudut yang

tepat kearah palmar, kemudian kekuatan dinilai dan

dibandingkan dari sisi yang berlawanan. Biasanya pasien

tidak dapat melakukan abduksi dan hilangnya sensasi 3½

daerah radial jari-jari. 1,3

Biasanya paralisis parsial dari nervus medianus

ditemukan pada Carpal Tunnel Syndrome dimana terjadi

edema seperti pada kehamilan dan rheumatoid arthritis.

Penyempitan (narrowing) dari carpal tunnel bisa terjadi

pada fraktur pergelangan tangan seperti pada fraktur

Colles atau dislokasi dari lunate. 3

Nervus ulnaris. Trauma nervus ulnaris dapat terjadi di dekat pergelangan tangan

atau dekat sendi siku, tetapi dapat pula terjadi di tempat lain karena luka tikam. 1 Test untuk

fungsi nervus ulnaris yaitu memeriksa ketidakmampuan dari jari kelingking untuk abduksi

terhadap tahanan dan tidak ada kemampuan untuk memegang kartu diantara jari kelingking

dan jari manis, merupakan akibat dari paralisis muskulus interosseus dan lumbricals.

Froment's sign adalah suatu test pada adductor pollicis. Sebuah kartu diletakkan di

antara jari telunjuk dan ibu jari pada kedua tangan, pemeriksa menarik kartu tersebut dari

pasien sementara pasien berusaha menahan. Jika nervus ulnaris paralisis sendi

interphalangeal ibu jari akan flexi maksimal untuk memegang kartu, sedangkan sisi

berlawanan dari sendi interphalangeal ibu jari diekstensikan. Dan juga terdapat pengecilan

dari adductor pollicis dan interossei pada web space diantara metacarpal I dan II. Jika

KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 47

Gambar 45. Skematis lesi nervus medianus. 3

Page 49: 194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Pemeriksaan Fisik Ortopedi

pasien tidak bisa memegang kartu diantara kedua jari tersebut, berarti juga ada kelemahan

atau paralisis komplit dari jari yang abduksi. 3

Pada lesi letak rendah terdapat rasa tebal pada daerah ulnar 1½ jari-jari, kelainan

berupa claw hand. Disamping itu ditemukan pula adanya atrofi otot hipotenar dan otot

interoseus serta hilangnya sensasi jari kelingking. 1

KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 48

Gambar 46. Skematis lesi nervus ulnaris. 3

Gambar 47. Skematis lesi nervus radialis. 3

Page 50: 194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Nervus radialis. Nervus radialis pada daerah sendi siku, lengan atas atau aksila

dapat terkena trauma. Cara yang tercepat untuk pemeriksaan paralisis nervus radialis

adalah menilai kekuatan extensi ibu jari tangan. Pemeriksaan lainnya yang kurang akurat

adalah extensi pergelangan tangan terhadap tahanan (resistance). Gangguan sensorik pada

trauma nevus radialis terletak pada daerah kecil dibasis ibu jari dan ini bisa meluas

kebelakang tangan. 3

3.4.2. Pemeriksaan Neurologis Anggota Gerak Bawah

Penurunan aktifitas neurologik anggota gerak bawah merupakan penampakan adanya

lesi pada otak, tulang belakang atau lesi pada saraf perifer. Pemeriksaan neurologik

anggota gerak bawah harus mencakup tonus, kekuatan otot, refleks, sensasi dan

koordinasi..3

Look

Dilakukan inspeksi anggota gerak bawah untuk menyingkirkan adanya deformitas,

kontraktur, dan pemendekkan. Perubahan warna kulit, luka-luka, atau kehilangan rambut

anggota gerak setempat mungkin menandakan kelainan vaskuler atau kelainan neurologik.

Postur anggota gerak bawah dapat memperlihatkan etiologi paralisis yang mungkin

terjadi. Ini termasuk kelainan adduksi anggota gerak bawah pada pasien-pasien dengan

diplegia spastik, dan biasanya oleh karena pergerakan atetosis atau fasikulasi.

Pemendekkan dari anggota gerak bawah memperlihatkan kelainan neurologis yang diderita

sejak lahir atau anak-anak, seperti pada spina bifida atau poliomyelitis. Sisi anggota gerak

berlawanan yang masih normal digunakan sebagai pembanding. 3

KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 49

Penilaian Neurologis

1. Look2. Feel Sensasi3. Move Tonus

KekuatanRefleksKoordinasi

Lesi Nervus Perifer

1. Nervus kutaneus femoralis lateralis2. Nervus femoralis3. Nervus skiatika4. Nervus peroneal5. Nervus tibialis

Page 51: 194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Feel

Berubahnya kontur otot serta perubahan suhu harus

palpasi pada kedua sisi anggota gerak. Kandung kencing

diraba untuk melihat adanya pembesaran yang

disebabkan retensio urine atau kesulitan miksi.

Sensasi. Dilihat sesuai dermatom saraf anggota

gerak bawah. Test sensorik pada pasien dengan

kemungkinan lesi neurologik harus dilakukan minimal

pemeriksaan sensasi raba ringan, tusuk jarum (nyeri),

getaran dan propioseptik. 3 Prinsip cara pemeriksaannya

sama seperti yang telah dijelaskan pada pemeriksaan

neurologis anggota gerak atas.

Move

Tonus. Anggota gerak bawah digerakkan secara

pasif melewati seluruh range of motion dengan variasi

kecepatan yang berbeda. Tonus bisa normal, meningkat

atau melemah. 3 Prinsip pemeriksaannya sama seperti

yang telah dijelaskan pada pemeriksaan neurologis

anggota gerak atas.

Refleks. Refleks tendon dalam (deep) minimal

yang harus dinilai pada anggota gerak bawah adalah

refleks patela (L2, 3, 4) dan refleks Achilles (S1, 2). 3

Refleks patela (refleks quadriseps). Pasien duduk

atau berbaring; ketuklah di bawah atau di atas patela

(suprapatellar), sementara tangan pemeriksa diletakkan

KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 50

Gambar 48. Skematis Dermatomes lower limb. 3

Gambar 49. Skematis pemeriksaan kekuatan otot anggota gerak bawah. 3

Page 52: 194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Pemeriksaan Fisik Ortopedi

pada paha bagian bawah untuk merasakan dan memperhatikan kontraksi muskulus

quadriseps, dan tungkai bawah ekstensi. 6

Refleks Achilles. Pasien dalam posisi duduk atau berbaring; secara parsial fleksikan

pergelangan kaki pasien ke arah dorsal dengan mempergunakan satu tangan, ketuklah

tendon Achilles, rasakan dan perhatikan pergerakan refleks yang terjadi. 6

Hiperrefleks dan clonus mengindikasikan suatu lesi UMN. Tanda Babinsky (refleks

superficial) yang didapatkan dengan menggores bagian lateral volar dari kaki,

mengindikasikan suatu lesi UMN jika ibu jari kaki ekstensi (dengan atau tanpa

pengembangan jari-jari lainnya). Fleksi dari ibu jari (dan jari-jari lainnya) bisa

menandakan normal. 3

Koordinasi. Pemeriksaan koordinasi pada anggota gerak bawah seperti mengetok

telapak kaki pada tangan pemeriksa. Kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan cepat

dan terarah dari kaki diamati. 3

Lesi pada Saraf Perifer

Nervus kutaneus femoralis lateral. Merupakan cabang saraf sensoris dari ramus

L2-3, saraf ini berada di intraabdominal dan ekstraperitoneal. Nervus ini berada di

belakang fasia iliaka dan kemudian bersama fasia ini keluar di bawah paha di sebelah

bawah dari ligamentum inguinal tepat di bagian medial spina iliaka anterior superior.

Gejalanya berupa rasa tebal, nyeri yang bersifat tumpul dan terbakar terutama pada aspek

anterolateral tungkai atas. Pada pemeriksaan penekanan sekitar spina iliaka anterior

superior akan menyebabkan gejala bertambah berat. 1

Nervus femoralis. Kerusakan pada nervus femoralis pada paha bagian atas bisa

menyebabkan paralisis dari otot-otot kuadriceps. Iritasi dari nervus femoralis bisa dinilai

dengan memfleksikan tutut dengan posisi pasien telungkup dan paha diekstensikan, ini

akan menyebabkan rasa nyeri pada paha bagian depan. Pemeriksaan ini disebut sebagi Test

penegangan nervus femoralis. 3

Nervus skiatika. Lesi pada nervus skiatika biasanya diakibatkan oleh prolaps diskus

vertebra pada batas L4, 5 atau L5, S1. Pada lesi L5 akan tampak kelemahan pada kaki yang

didorsofleksikan dan refleks tendon Achilles yang tidak ada, bersamaan dengan lemahnya

dari plantar fleksi pada lesi S1. Pemeriksaan lain yaitu lutut diekstensikan dan paha

KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 51

Page 53: 194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Pemeriksaan Fisik Ortopedi

difleksikan sejauh mungkin, dorsofleksi secara pasif pada kaki (laseques test) akan

meregangkan nervus sciatic lebih lanjut dengan menghasilkan nyeri dan spasme otot. 3 Efek

ini juga bisa diperoleh dengan fleksi pada leher ke arah dada, saat tungkai diangkat dengan

lutut diekstensikan penuh. 3

Nervus peroneus komunis. Biasanya

akibat dislokasi dari lutut dengan ruptur

ligamentum lateralis kolateral dari lutut atau

fraktur dari fibula bagian atas (nervus

paroneus komunis mengelilingi leher fibula).

Lesi pada saraf ini mengakibatkan

kelumpuhan motorik berupa drop foot disertai

hilangnya eversi kaki dengan tingkat paralisis

nervus tibialis anterior serta otot-otot

ekstensor halusis longus, peroneus dan

ekstensor digitorum brevis. Gangguan sensoris

dapat ditemukan pada aspek lateral kaki dan

tungkai bawah dekat pergelangan kaki. 1

Nervus tibialis. Kerusakan pada nervus

medialis poplitea biasanya akibat dislokasi

dari lutut dan mengarahkan ke paralisis yang

bervariasi dari plantar fleksi kaki dan jari-jari.

Dan juga ditemukan parestesia pada tumit dan

bagian telapak kaki, bagian lateral dari kaki

dan bagian posterior tungkai. Nyeri dapat ditemukan pada penekanan sepanjang distribusi

nervus tibialis, misalnya pada bagian bawah maleolus medialis atau diberikan gerakan

valgus pada tumit. 1,3

KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 52

Gambar 50. Skematis lesi saraf perifer pada anggota gerak bawah. 3

Page 54: 194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Pemeriksaan Fisik Ortopedi

BAB IV. PEMERIKSAAN FISIK ORTOPEDI PADA ANAK

Umumnya pemeriksaan ortopedi pada bayi/anak tidak jauh berbeda dengan

pemeriksaan ortopedi pada orang dewasa. Pada anak pemeriksaan dilakukan untuk

mendiagnosis kelainan bawaan, trauma kelahiran, atau kelainan akibat perkembangan anak

secara dini dan kemudian dapat merencanakan tindakan yang diperlukan dengan baik

untuk mendapatkan keadaan dewasa yang baik. 2

Trauma kelahiran biasanya terjadi pada persalinan-persalinan yang sulit seperti pada

persalinan letak sungsang. Bila pada pemeriksaan di temukan kelaiana bawaan, dianjurkan

untuk memeriksa secara teratur bayi tersebut sampai dengan umur satu tahun dan bila di

perlukan, dilakukan koreksi yang lebih dini. 1

Data-data tentang riwayat kelahiran, riwayat kehamilan ibu, riwayat keturunan dan

perkembangan anak sangat diperlukan dalam membantu mengarahkan diagnosis. 2

Pemeriksaan fisik dilakukan seperti halnya pada orang dewasa. Pemeriksaan sebaiknya

dimulai dari bagian yang tidak mengalami kelainan.

4.1. PEMERIKSAAN PADA BAYI

Menurut Siffert, Orthopaedic Check List (pemeriksaan neuromuskuloskeletal pada

bayi yang baru lahir untuk mencari/menemukan kelainan bawaan secara dini) merupakan

standar pemeriksaan ortopedi pada bayi yang terdiri atas pemeriksaan umum dan

pemeriksaan regional: 1,2

Pemeriksaan Umum

Pemeriksaan pergerakan sendi pada bayi dilakukuan dengan mengamati gerakan

spontan bayi atau gerakan pasif bayi melalui suatu stimulasi. Pada pemeriksaan

diperhatikan pula sikap berbaring bayi yang merupakan gambaran sikap intra uterinnya,

dan ini memberikan perkiraan besar jangkauan pergerakan sendinya. Kedudukan normal

intra uterin janin adalah tungkai bawah menyilang dengan posisi rotasi eksterna dimana

pada posisi ini diharapkan bayi mempunyai gerakan abduksi penuh pada kedua tungkai.

KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 53

Page 55: 194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Secara normal sendi panggul, serta siku pada bayi tidak dapat diekstensikan secara penuh

dan ini bisanya berlangsung beberapa minggu. 1

Pemeriksaan Regional

Pemeriksaan regional dilakukan secara sistematis, dengan urutan pemeriksaan

sebagai berikut: Pemeriksaan leher, bahu, siku dan tangan, tulang belakang, sendi panggul,

sendi lutut dan tungkai bawah. 1

4.1.1. Pemeriksaan leher

Look. Pemeriksaan leher pada posisi telentang biasanya sulit dilakukan karena pada

keadaan fleksi kepala atau karena halangan dari lemak pada dagu dan dada. Untuk

mengatasi keadaan ini satu tangan pemeriksa di punggung bagian atas bayi hingga kepala

dalam keadaan ekstensi dan sekaligus mnyebabkan bahu dan dada lebih menonjol. 1

Feel. Dada, klavikula, bahu dan leher dipalpasi dengan tangan serta leher digerakan

ke seluruh jurusan. Melalui pemeriksaan ini dapat ditemukan fraktur klavikula akibat

trauma kelahiran, tortikolis (kontraktur otot sternokleidomastoideus), sidroma Klippel-Feil

(kegagalan segmentasi vertebra servikalis), deformitas Sprengel (skapula letak tinggi) serta

kelainan-kelainan lainnya. 1

Move. Pada saat yang bersamaan waktu mengekstensikan kepala diamati pergerakan

kepala dan anggota gerak atas bayi karena pada tindakan ini bayi akan menggerakan kedua

anggota gerak atas sebagai reaksi perlawanan. 1

Kalau melihat posisi kepala terpaku (fixed) pada satu jurusan, maka perlu dilihat dan

perhatikan apakah bentuk gerakannya terhambat. Apabila tampak pendek dan gerakan

terbatas, maka perhatian khusus pada pemeriksaan otot sternokleidomastoideus. Untuk ini

maka bayi diangkat dengan mengangkat punggung, sehingga kepala menengadah.

Perhatikan kembali kelainan yang tampak, benjolan yang fusiform di otot

sternokleidomastoideus yang disebut Spindle like tumor. Selain itu raba ketegangan otot;

kemudian gerakan kepala ke kanan, ke kiri dan rotasi. Kelainan yang ada di daerah ini

pada umumnya perlu diperkirakan untuk diagnosis banding dari keadaan leher pendek

(brevi collis). 2

KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 54

Page 56: 194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Congenital Muscular Torticollis. Akibat dari kelainan otot sternokleidomastoideus

yang pendek dan tegang, apabila yang terkena sisi kanan, maka kepala menengok ke kiri

dan kepala miring ke kanan. Keadaan demikian menyebabkan ganggunan gerak rotasi ke

kanan dan fleksi lateral ke kiri.

Posisi leher miring ini juga bisa karena kongenital skoliosis yang untuk diagnosisnya

perlu pemeriksaan X-ray, yaitu tampak adanya hemivertebra.

Syndroma Klieppel Feil. Selain leher pendek terdapat juga hambatan gerak

fleksiekstensi sebagai akibat kegagalan segmentasi tulang belakang, tetapi gerak rotasi

tetap baik, karena gerakan rotasi ini adalah gerakan atlantoaksial yang biasanya tidak

terganggu (C1-C2).

Sprengel disease. Kelainan ini adalah akibat terjadinya arrest pertumbuhan skapula,

sehingga skapula tetap kecil dan letaknya tinggi mengakibatkan leher tampak pendek

(jarak batas rambut-bahu pendek). 2

4.1.2. Pemeriksaan Anggota Gerak Atas

Look.

Perlu diperhatikan lengkap atau tidak, bentuk dan gerakannya. Anggota gerak yang

kurang gerak, biasanya sebagai akibat trauma yang dapat menimbulkan kelumpuhan dan

perlu diperhatikan pada waktu pemeriksaan berikutnya (feel & move). Adanya

pembengkakkan serta deformitas pada bayi mengarah kecurigaan pada suatu fraktur

humerus. Pada tangan, kelainan-kelainan yang dapat diamati misalnya jari picu (trigger

thumb), sindaktili dan polidaktili. 1,2

Feel. Diperiksa sekaligus untuk melihat fungsi. Raba benjolan yang ada. 1

Move. Klavikula. Pemeriksaan dimulai dengan meraba daerah klavikula. Absen clavicula

(aganesis/aplasia klavikula). Tidak teraba adanya klavikula, Gerakan bahu berlebihan yaitu

dapat dilipat dan dipertemukan kedua bahu kanan-kiri digaris tengah depan.

Craniocleido disostosis. Suatu keadaan kongenital pseudoarthrosis klavikula. Serupa

dengan fraktur klavikula tetapi biasanya bilateral, terdapat kelainan di rahang yang disebut

open bite. Perlu pemeriksaan X-ray. Fraktur klavikula dapat terjadi akibat proses

KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 55

Page 57: 194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Pemeriksaan Fisik Ortopedi

persalinan; sengaja dipatahkan pada keadaan persalinan shoulder distosia (kesukaran

melahirkan bayi karena bahu yang lebar). Biasanya pada fraktur klavikula disertai dengan

pseudoparalisis seperti lesi pleksus brakialis. Kelumpuhan ini dapat dilihat bila pada

pemeriksaan mengangkat tangan dan kemudian dilepas, ekstremitas akan jatuh tanpa

tahanan. Perlu dipikirkan juga kemungkinan kelumpuhan seperti: Erb’s Duchene palsy,

Klumpke paralyse, plexus branchialis palsy partial/total.

Bahu. Biasanya tak banyak kelainan, kecuali bila ada kelumpuhan.

Siku. Bayi baru lahir biasanya posisi siku fleksi, akibat kedudukan dalam rahim

(foetal position), sehingga ekstensi tak pernah maksimal, tetapi pronasi dan supinasi dapat

penuh. Apabila kedudukan siku ekstensi, maka harus dipikirkan kemungkinan keadaan

abnormal seperti pada arthrogryposis multiplex congenital. Apabila gerak (pro-supinasi)

terbatas, maka hal ini biasanya disebabkan karena adanya kelainan congenital radioulnar

synostosis (menjadi satu dibagian proksimal radius dan ulna). 2

Antebrachii (lengan bawah). Kelainan yang nampak adalah keadaan aplasia atau

displasia dari radius, sehingga tampak tangan deviasi ke arah radius atau disebut radial

club hand suatu keadaan inkomplit/partial amputasi, agenesis/aplasia tulang radius

sebagian atau seluruhnya. Bisa juga ditemukan Madellung Deformity, keadaan kongenital

dislokasi sendi radioulnar distal. 2

Tangan. Bisa didapat polidaktili, sindaktili. Yang penting pada pemeriksaan tangan

adalah memperhatikan ibu jari yang pada waktu jari-jari diekstensi selalu dalam keadaan

fleksi, perlu dicoba untuk ekstensi. Kelainan yang ada/mungkin adalah Clasp thump,

Congenital trigger thumb. 2

KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 56

Page 58: 194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Pemeriksaan Fisik Ortopedi

4.1.3. Pemeriksaan Tulang Belakang

Look

Dengan tangan kiri, bayi di telungkupkan dalam posisi punggung sedikit fleksi.

Perhatikan letak skapula/leher pendek, apakah tulang belakang lurus, benjolan, kemudian

konfirmasi dengan pemeriksaan feel. 1

KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 57

Gambar 51. Skematis kelainan-kelainan pada anggota gerak atas. 3

Page 59: 194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Feel

Palpasi kelainan yang ada. Dapat di

temukan adanya meningokel, skoliosis

kongenital serta kadang-kadang dapat diraba

adanya spina bifida. 1

Move

Pada posisi tengkurap diamati gerakan

angota gerak bawah yang biasanya menendang-

nendang dan bila tidak ada pergerakan angota

gerak bawah, perlu dicurigai adannya

kelumpuhan. 2

4.1.4. Pemeriksaan Anggota Gerak Bawah

Look

Juga seperti anggota gerak atas, lihat juga perbedaan panjang dan bentuk serta

gerakan-gerakan aktif. Adakah perbedaan lipatan kulit antara sisi kanan dan kiri, bila

terjadi dislokasi panggul bawaan maka lipatan-lipatan ini akan berubah. 1,2

Feel

Diperiksa sekaligus untuk melihat fungsi. Raba benjolan yang ada. 2

Move

Panggul. Diperiksa bersama kanan dan kiri untuk membandingkan gerak kanan dan

kiri dengan memegang paha bayi; Ibu jari pemeriksa berada di sisi medial pada bayi,

telunjuk dan jari tangan pemeriksa berapa di sisi lateral paha bayi. Pada pemeriksaan ini

bayi diletakkan dalam keadaan terlentang pada alas yang keras dan rata, kemudian sendi

panggul digerakan ke segala arah. Adanya tanda Click menandakan adanya dislokasi. 1,2

KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 58

Gambar 52. Skematis kelainan-kelainan pada tulang belakang. 3

Page 60: 194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Beberapa pemeriksaan khusus yang dilakukan untuk melihat adanya dislokasi

panggul bawaan adalah uji Barlow, uji Ortolani, dan tanda Galeazzi. 1

Uji Ortolani. Bagian medial pada bayi dipegang dengan ibu jari dan jari-jari

diletakan pada trokanter mayor; Sendi panggul difleksikan sampai 90 dan diabduksi

perlahan-lahan. Pada bayi normal abduksi berjalan lancar sampai hampir 90. Pada

dislokasi kongenital biasanya gerakan terhalang kurang dari 60 dan bila dilakukan

penekanan pada trokanter mayor akan terdapat suatu bunyi klik maka hal ini menandakan

adanya reduksi dislokasi dan disebut uji Ortolani positif. 1,7

Uji Barlow. Uji Barlow dilakukan seperti pada uji Ortolani. Paha bagian atas

dipegang dan ibu jari diletakan pada lipat paha kemudian dicoba memasukan atau

mengeluarkan kaput femoris dari asetabulum baik dalam keadaan abduksi maupun

adduksi. Bila kaput femoris dapat dikeluarkan dari soketnya (asetabulum) dan dimasukan

kembali disebut dislocatable/unstable of the hip. 1,7

Tanda Galezzi. Pada pemeriksaan ini kedua lutut bayi dilipat penuh dengan

punggung dalam keadaan fleksi 90 serta kedua paha saling dirapatkan. Keempat jari

pemeriksa memegang bagian belakang tungkai bawah dengan ibu jari di depan. Dalam

keadaan normal kedua lutut akan sama tinggi dan bila terdapat dislokasi panggul bawaan

maka tungkai yang mengalami dislokasi, lututnya akan terlihat lebih rendah dan disebut

tanda Galezzi positif. 1

Lutut dan Tungkai Bawah: seperti pada siku posisi normal lutut adalah fleksi dan

tidak bisa ektensi maksimal. Pemeriksaan pada lutut bertujuan untuk melihat adanya

dislokasi dan kekakuan sendi lutut seperti artrogriposis multipel bawaan. Pada tungkai

bawah diperiksa adanya torsi tibia, adanya constriction band yang mencekik tungkai

sehingga bagian distalnya tidak berfungsi. 1

Pergelangan kaki dan kaki. Pada pergerakan kaki di periksa apakah dordsofleksi

pasif ibu jari kaki dapat menyentuh permukaan depan tibia. Kelainan-kelainan pada kaki

yang dapat segera terlihat yaitu talipes ekiunovarus kongenital, pes kalkanoevalgus,

metatarsus primus varus, metatarsus varus, sindaktili, dan polidaktili. 1

KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 59

Page 61: 194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Pemeriksaan Fisik Ortopedi

4.2. PEMERIKSAAN PADA ANAK BERTUMBUH

Banyak kelainan pada bayi dan anak apabila diamati dan dicermati lebih lanjut

merupakan kelainan yang dapat sembuh secara spontan sehingga yang terpenting adalah

evaluasi penderita secara teratur dan memberikan keyakinan pada orang tua penderita.

Untuk itu pada bayi dengan kecurigaan adanya kelainan bawaan, maka bayi-bayi ini

sebaiknya diperiksa setiap enam bulan dan dilanjutkan sampai dengan anak berjalan.

Apabila diperlukan, dilakukan pemeriksaan laboratorium khusus.

Penderita dan keluarganya memerlukan konsultasi dan bimbingan dari seseorang

yang ahli dalam bidang genetik dengan tujuan untuk: mengetahui apakah penyakit ini

merupakan penyakit herediter/genetik; memberikan pemahaman tentang resiko-resiko

yang mungkin terjadi akibat kelainan tersebut; memberikan pengertian agar keluarga

memberikan dukungan dan pengertian pada penderita tentang kelainan/penyakit yang

dideritanya. 1

Demikianlah Pemeriksaan orthopaedic check list yang perlu dilakukan pada

pemeriksaan muskuloskeletal bayi-anak untuk mendiagnosis kelainan bawaan, trauma

kelahiran atau kelainan akibat perkembangan anak secara dini dan kemudian dapat

KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 60

Gambar 53. Skematis kelainan-kelainan pada anggota gerak bawah. 3

Page 62: 194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Pemeriksaan Fisik Ortopedi

merencanakan tindakan yang diperlukan dengan tepat untuk mendapatkan keadaan dewasa

yang baik. 2

DAFTAR RUJUKAN

KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 61

Gambar 54. Skematis pemeriksaan pada anak bertumbuh. 9

Page 63: 194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Pemeriksaan Fisik Ortopedi

1. Rasjad C. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Bintang Lamumpatue. Makassar. 2000;

1-83.

2. Reksoprodjo S. Orthopaedi. Dalam: Reksoprodjo S, Pusponegoro AD, Kartono D,

dkk. Editor. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Bagian Ilmu Bedah FK UI. Binarupa

Aksara. Jakarta; 447-71.

3. A Simple Guide to Orthopaedics. Update: Agustus 2003. Available from: URL:

http://www.wordortophaedic. com. (PDF).

4. Bateson G. Diagnosis in Orthopaedics. In: Apley AG, Solomon L. Editors. System

of Orthopaedics and Fracture. 7th Ed. Butter Worth-Heinemann Ltd. Bath Press. 1993;

3-29.

5. McRae R. Clinical Orthopaedic Examination. 3rd Edition. Longman Singapore

Publishers Pte Ltd. Singapore. 1995; 1-260.

6. Delp MH, Manning RT. Major Diagnosis Fisik. Edisi Bahasa Indonesia: Alih

Bahasa: Siregar MR, Darma A. Edisi IX. EGC. 1996; 130-41, 500-41.

7. Apley AG, Solomon L. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley. Edisi

Bahasa Indonesia: Alih Bahasa: Nugroho E. Edisi VII. Widya Medika. Jakarta.1995; 1-

223.

8. Novak PD. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Edisi ke-25. EGC. Jakarta. 1998.

9. Department of Paediatrics University of Berne. General Physical Examination. Part

I. In: Examining the Child. Nestec Ltd. Switzerland .1999.

KATA PENGANTAR

KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 62

Page 64: 194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Assalammualaikum Wr. Wb.

Dengan rasa syukur dan hati lega, penulis telah selesai menyusun paper ini guna

memenuhi persyaratan Mid Test Kepanitraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Bedah Rumah

Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan (RSUPM) dengan judul “Pemeriksaan Fisik Ortopedi”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada

Dr. M. Manan, SpBO., para Supervisor Bedah dan para Residen Bedah di Bagian Ilmu

Bedah RSUPM atas bimbingan dan arahannya selama mengikuti Kepaniteraan Klinik

Senior di Bagian Ilmu Bedah RSUPM serta dalam penyusunan paper ini.

Bahwasanya hasil usaha penyusunan paper ini masih banyak kekurangannya,

tidaklah mengherankan karena keterbatasan pengetahuan yang ada pada penulis. Kritik dan

saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan guna perbaikan penyusunan

paper lain dikemudian kesempatan.

Harapan penulis semoga paper ini dapat bermanfaat dalam menambah pengetahuan

serta dapat menjadi arahan dalam mengimplementasikan pemeriksasan fisik ortopedi guna

mendiagnosis kasus bedah ortopedi di masyarakat.

Wassalammualaikum Wr. Wb.

Medan, Agustus 2003

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………………… i

KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 63

i

Special for You:Dr. Binsar Parhusip

Yanto Dhiah Emi Koko Muna

Page 65: 194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Pemeriksaan Fisik Ortopedi

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………………. ii

BAB I. PENDAHULUAN ……………………………………………………………………………….……1

BAB II. PEMERIKSAAN FISIK ORTOPEDI ……………………………………………..…………. 3

2.1. Anamnesis.....................................................................................................3

2.2. Pemeriksaan Fisik Umum.............................................................................4

2.3. Pemeriksaan Fisik Ortopedi..........................................................................5

2.3.1. Pemeriksaan Ortopedi Umum...........................................................5

2.3.2. Pemeriksaan Ortopedi Regional.....................................................10

BAB III. PEMERIKSAAN FISIK ORTOPEDI PADA DEWASA …………………………….. 11

3.1. Pemeriksaan Anggota Gerak Atas...............................................................11

3.1.1. Bahu dan Lengan Atas....................................................................11

3.1.2. Siku dan Lengan Bawah.................................................................14

3.1.3. Pergelangan Tangan dan Tangan...................................................17

3.2. Pemeriksaan Tulang Belakang....................................................................21

3.2.1. Pemeriksaan Vertebra Servikalis....................................................21

3.2.2. Pemeriksaan Vertebra Torakalis dan Lumbalis..............................23

3.3. Pemeriksaan Anggota Gerak Bawah...........................................................27

3.3.1. Pemeriksaan Cara Berjalan dan Waktu Berdiri..............................27

3.3.2. Pemeriksaan Panggul dan Tungkai Atas........................................32

3.3.3. Pemeriksaan Lutut dan Tungkai Bawah.........................................37

3.3.4. Pemeriksaan Pergelangan Kaki dan Kaki.......................................41

3.4. Pemeriksaan Neurologis..............................................................................45

3.4.1. Pemeriksaan Neurologis Anggota Gerak Atas...............................46

3.4.2. Pemeriksaan Neurologis Anggota Gerak Bawah............................53

BAB IV. PEMERIKSAAN FISIK ORTOPEDI PADA ANAK.........................................57

4.1. Pemeriksaan Pada Bayi...............................................................................57

4.1.1. Pemeriksaan leher...........................................................................58

KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 64

ii

1

3

Page 66: 194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Pemeriksaan Fisik Ortopedi

4.1.2. Pemeriksaan Anggota Gerak Atas..................................................59

4.1.3. Pemeriksaan Tulang Belakang........................................................61

4.1.4. Pemeriksaan Anggota Gerak Bawah..............................................62

4.2. Pemeriksaan Pada Anak Bertumbuh...........................................................64

DAFTAR RUJUKAN..........................................................................................................66

KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 65

iii