194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi
description
Transcript of 194000341 Pemeriksaan Fisik Ortopedi
PEMERIKSAAN FISIK ORTOPEDI
Dibuat untuk Memenuhi Syarat Mid Test Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Bedah Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan
Fakultas Kedokteran Univ. Malahayati,1) Univ. Baiturrahmah,2) dan Univ. Islam Sumatera Utara.3)
Oleh,
1. Y a n t o 1) NIM. 963101192. Noor Radhiah A. 2) NIM. 953100543. Rafni Arfiyanti 2) NIM. 963100294. Koko Infana Trg. 3) NIM. 9710010725. Muna Hasnita Hrp. 3) NIM. 971001095
Pembimbing,
Dr. M. Manan, SpBO.
Bagian Ilmu Bedah Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
Agustus, 2003BAB I. PENDAHULUAN
Pada saat ini bedah ortopedi bertanggungjawab untuk menangani/mengelola kelainan
ortopedi serta trauma muskuloskeletal. Ruang lingkup bedah ortopedi tidak saja terbatas
pada tulang dan sendi, tapi juga pada struktur-struktur yang melekat pada tulang dan sendi,
termasuk di dalamnya otot, tendon, ligamentum, bursa, sinovia, saraf, dan kadang-kadang
pembuluh darah. Saat ini ruang lingkup ortopedi meliputi: 1
1. Kelainan bawaan dan perkembangan
2. Infeksi dan inflamasi
3. Penyakit reumatik, artropati dan artritis metabolik
4. Kelainan metabolik dan endokrin pada tulang
5. Kelainan degeneratif tulang dan sendi
6. Kelainan neuromuskuler
7. Kelainan epifisis dan lempeng epifisis
8. Tumor dan sejenisnya
9. Trauma
10. Rehabilitasi.
Istilah ortopedi pertama kali dipergunakan oleh Nicholas Andry pada tahun 1741.
Professor dalam ilmu kedokteran di Paris, beliau menulis buku yang terjemahannya dalam
bahasa Inggris “Orthopaedia is the Art of correcting and Preventing deformities in
children”. Kata orthopedi berasal dari kata Greek yang berasal dari gabungan kata “orthos”
(lurus/bebas dari deformitas) dan “paes” (anak). Jadi dalam arti sempit pada waktu itu,
Ortopedi adalah seni untuk mencegah dan memperbaiki kelainan bentuk pada anak-anak
dan menganggap bahwa kelainan bentuk pada orang dewasa umumnya berasal dari
kelainan pada waktu anak-anak.
Pada tahun 1960 oleh American Board of Orthopaedic Surgery, Ortopedi
didefinisikan sebagai suatu keahlian atau cabang Ilmu Kedokteran dan tidak lagi sebagai
dari Ilmu Bedah. Definisi yang diajukan adalah: Orthopaedic is medical speciality that
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 1
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
includes the investigation, preservation, restoration and development of the form and
function of the extremities, spine and assorted structure by medical, surgical and physical
method. 1,2
Keputusan ini dirasakan penting karena bedah ortopedi mengelola trauma dan
kecelakaan yang pada saat dimana industrialisasi dan transportasi berkembang dengan
cepat, sehingga dibutuhkan suatu disiplin tersendiri untuk mengelola kasus-kasus
kecelakaan yang menempati lebih dari 50% tempat tidur di berbagai rumah sakit. 1
Pengobatan bedah ortopedi hanya dapat berhasil dengan baik bila sebelumnya dapat
ditegakkan suatu diagnosis yang baik. Suatu diagnosis ditegakkan melalui beberapa
tahapan pemeriksaan dan untuk itu seorang dokter dituntut untuk memiliki ilmu
pengetahuan, keterampilan disamping pengalaman yang baik. 1
Dalam paper ini akan diuraikan mengenai pemeriksaan fisik ortopedi, yang bisa
dijadikan pedoman dalam mendiagnosis suatu kasus bedah ortopedi.
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 2
Minggu III di Stase BedahAgustus 2003
Sore hari sekitar jam 17.00 WIB., di sebuah ruangan yang tidak begitu asing bagi kita, Ruang IX. Jeng…..jreng……………….!Seorang residen masuk ke dalam ruangan melihat pasien, tapi Y & gang cuek aja; tak kenal or tak tertarik, or tau ah Beulebbeuk!Tiba-tiba residen tersebut keluar dari ruangan menghampiri Y & gang dengan wajah merah merana.Residen : “Kalian kenapa nggak ikut aku ke dalam?”, tanyanya dengan alisnya bertaut.
“Apa kerja kalian di sini?” tanyanya lagi dengan suara lembutnya tapi keras menggelegar bak suara halilintar teredam ujan.
Y & gang : “Maaf dok! Kami ngga tau!” Residen : “Coba kamu!” sambil menunjuk ke arah salah satu Y & gang. “Pantas ngga
aku marah?”Y & gang : “Ngga dok!” dengan wajah yang polos D’ menjawab (pikir D’,
residen tsb mau nanya cocok tidak ekspresi mukanya kalau marah)Residen : Terlihat bibir mungilnya menyeringai mau tersenyum tapi kelihatan agak
ditahannya dengan rona wajah bak kepiting rebus yang setengah matang (Kaya gimana yah?)
Y & gang : Sikap kami biasa aja, seperti tidak terjadi apa-apaResiden : “Kalian memang lah!” akhirnya residen tersebut sambil menghampiri Y &
gang. “Sinilah aku bimbing kalian”Setelah Y & gang pikir ternyata residen tsb marah karena tidak didampingi melihat pasien, tapi karena keluguan Y & gang yang tidak menyangka residen tersebut marah dan atau memang tidak cocoklah karakter muka bersahabat dan ramahnya untuk bermarah-marah, maka sikap Y & gang biasa saja. Memang hari itu awal perkenalan yang baik dengan Dr. B.Makasih dokter B! Atas bimbingan dan pemberian semangatnya selama di stase bedah, terutama peminjaman buku-buku keramatnya, yang wal hasil terciptanya paper ini. “MEE..EMANG LAH!”
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
BAB II. PEMERIKSAAN FISIK ORTOPEDI
Tugas seorang dokter adalah seperti seorang detektif yaitu untuk menemukan
penyakit seseorang. Untuk dapat membuat diagnosis, maka seorang dokter harus dapat
melaksanakan pemeriksaan yang baik. Seperti kasus-kasus lainnya, maka pada pembuatan
status (catatan medik) perlu dicatat dengan baik hasil pemeriksaan dan kemudian
menyimpulkan hasil pemeriksaan tersebut untuk menegakkan diagnosis. 2
Pemeriksaan diawali dengan menanyakan riwayat penderita (anamnesis) dan
dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan-pemeriksaan tertentu berdasarkan
kebutuhan yang diperlukan. Data yang dihasilkan kemudian dipadukan dan dianalisis
sehingga suatu diagnosis yang baik dapat ditegakkan, yang merupakan dasar/tuntunan
dalam melakukan pengobatan pada penderita. 1
2.1. ANAMNESIS
Anamnesis terdiri atas auto anamnesis dan allo anamnesis. Pada auto anamnesis,
dicatat tanggal pengambilan anamnesis dan oleh siapa. Ditanyakan persoalan: mengapa
datang, untuk apa dan kapan dikeluhkan; bagian apa dari anggota tubuh/lokasinya.
Kemudian ditanyakan gejala suatu penyakit atau beberapa penyakit yang serupa sebagai
pembanding. Untuk dapat melakukan anamnesis demikian perlu pengetahuan tentang
penyakit. 2
Ada beberapa hal yang menyebabkan penderita datang untuk minta pertolongan,
yaitu: trauma, nyeri, kekakuan pada sendi, pembengkakkan, deformitas, instabilitas sendi,
kelemahan otot, gangguan sensibilitas, gangguan atau hilangnya fungsi, atau jalan
pincang..1
Allo anamnesis, pada dasarnya sama dengan auto anamnesis, bedanya yang
menceritakan adalah orang lain. Hal ini penting bila kita berhadapan dengan anak
kecil/bayi atau orang tua yang sudah mulai pikun atau penderita yang tidak sadar/sakit
jiwa; oleh karena itu perlu dicatat siapa yang memberikan allo anamnesis, misalnya: allo
anamnesis mengenai bayi adalah dari ibu atau pembantunya; juga pada kecelakaan
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 3
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
mungkin saksi dengan pengantar dapat memberikan keterangan lebih baik, terutama bila
yang diantar tidak sadarkan diri. 2
Pada anamnesis juga perlu ditanyakan mengenai riwayat penyakit lainnya, riwayat
sebelum sakit (riwayat penyakit dahulu, riwayat trauma, riwayat pengobatan, riwayat
operasi), riwayat sistem tubuh lainnya, riwayat keluarga, dan latar belakang sosial dan
pekerjaan. 1
Pemeriksaan fisik mempunyai arti yang sangat penting dalam menguatkan data-data
yang kita temukan dalam anamnesis dan sekaligus memberikan kepada kita pilihan
terhadap pemeriksaan-pemeriksaan khusus/tambahan lainnya yang perlu yang kita
lakukan.
Pada bidang ilmu bedah ortopedi, pemeriksaan fisik pada dasarnya dibagi atas dua
jenis, yaitu pemeriksaan fisik umum dan pemeriksaan fisik ortopedi yang terdiri dari
pemeriksaan fisik ortopedi umum dan pemeriksaan ortopedi regional. 1,2
2.2. PEMERIKSAAN FISIK UMUM
Pemeriksaan fisik ini bertujuan untuk mengevaluasi keadaan fisik penderita secara
umum serta melihat apakah ada indikasi penyulit lainnya selain kelainan muskuloskeletal.
Pemeriksaan dilakukan secara sistematik karena sebagian penderita yang datang adalah
penderita yang sudah berumur dan biasanya mempunyai kelainan lain selain kelainan
muskuloskeletal yang dikeluhkan.
Selain itu kadang-kadang tidakan operasi diperlukan pada beberapa penderita yang
berarti tindakan pembiusan diperlukan pula sehingga pemeriksaan secara teliti mengenai
sistem kardiovaskuler, pernapasan, saluran kemih, dan saluran pencernaan dilakukan untuk
keamanan dan kelancaran operasi. 1
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah: 1) Keadaan umum penderita baik atau buruk,
yang dicatat adalah tanda-tanda vital yaitu: kesadaran penderita apatis, soporus, gelisah;
kesakitan; tanda vital seperti tensi, nadi, pernafasan dan suhu. 2) Kemudian secara
sistematik diperiksa dari kepala, leher, dada (toraks), perut (Abdomen: hepar, lien, ginjal),
kelenjar getah bening, serta kelamin. 3) Kemudian anggota gerak atas dan bawah serta
punggung (tulang belakang). 2,3
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 4
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
2.3. PEMERIKSAAN FISIK ORTOPEDI
Prinsip-prinsip dasar pemeriksaan: 1,3
Perlu cahaya yang baik atau terang dan bagian tubuh yang diperiksa tidak tertutup
atau telanjang. Anggota gerak yang sehat diperiksa dan harus terbuka.
Berusaha untuk tidak menyakiti pasien dan hadapkan muka pemeriksa ke muka
penderita untuk memberikan kepercayaan.
Selalu menyiapkan perlengkapan pemeriksaan.
Periksa bagian badan secara hati-hati, sistematik dan terarah.
Periksa tempat lain yang mungkin ada hubungannya.
Periksa secara cepat di daerah lain yang mungkin ada hubungannya untuk
menegakkan diagnosis tanpa meninggalkan bagian yang penting.
Peralatan-peralatan yang diperlukan untuk pemeriksaan muskuloskeletal: 1
Stetoskop
Refleks hammer
Pensil untuk kulit (marker)
Meteran
2.3.1. Pemeriksaan Ortopedi Umum
2.3.1.1. Status Generalis
Pemeriksaan fisik sebenarnya sudah dimulai ketika penderita datang ke dokter
dengan mengamati penampakan umum penderita, raut muka, cara berjalan, cara duduk
dan cara tidur, proporsi tinggi badan terhadap anggota tubuh lainnya, keadaan simetris
bagian tubuh kiri dan kanan, tingkah laku, ekspresi wajah, kecemasan serta reaksi
emosional lainnya untuk melihat aspek-aspek emosional dan somatis dari penderita.
Pemeriksaan ortopedi yang dilakukan meliputi: 1) Pemeriksaan bagian dengan
keluhan utama. Pemeriksaan ini dilakukan dengan teliti, tetapi harus diingat bahwa
keluhan pada suatu tempat mungkin akibat dari kelainan pada tempat lain, sehingga tidak
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 5
Kapas
Jarum kecil
Senter saku
Goniometer.
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
cukup hanya dengan memeriksa pada tempat dengan keluhan utama. 2) Pemeriksaan
kemungkinan nyeri kiriman dari sumber di tempat lain (referred pain). 1
2.3.1.2. Status Lokalis
Pemeriksaan fisik ortopedi dilakukan dengan sistematik dengan urutan sebagai
berikut:
Inspeksi (look) 1
Palpasi (feel) 1
Penilaian gerakan sendi baik pergerakan aktif maupun pasif (move) 1
Auskultasi (listen) 1
Pemeriksaan neurologis (neurological examination). 5
Kebanyakan dari kasus, pemeriksaan yang penting adalah cukup dengan pemeriksaan
look, feel dan move.
Gambar 1. Skematis Pemeriksaan Ortopedi. 3
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 6
Dr Joe & Dr Iq : Can’na……?? Le…epe’lah kalo ampe lupa ame Y & gang mah.!!!!!
Mana Fountain-nya?? Dr. Iq!! Lee…epe’lah !!!
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
Inspeksi (Look)
Inspeksi sebenarnya telah dimulai ketika penderita memasuki ruangan periksa. Pada
inspeksi secara umum diperhatikan raut muka penderita, apakah terlihat kesakitan. Cara
berjalan, cara hendak duduk atau berbaring.
Inspeksi dilakukan secara sistematik dan perhatian terutama ditujukan pada: 1
Kulit, meliputi warna (memerah atau pucat) dan tekstur kulit.
Sinus dan jaringan parut. Apakah sinus berasal dari permukaan saja, mencapai
tulang atau dalam sendi. Apakah jaringan parut berasal dari luka operasi, trauma atau
supurasi.
Jaringan lunak, yaitu pembuluh darah, saraf, otot (atropi atau hipertropi), tendon,
ligamen, jaringan lemak, fasia, dan kelenjar limfe.
Tulang dan sendi (kelainan bentuk atau adanya pemendekkan).
Palpasi (Feel)
Yang perlu diperhatikan pada palpasi adalah: 1
Suhu kulit; apakah lebih panas/dingin dari biasanya
Denyutan arteri dapat diraba atau tidak.
Jaringan lunak; palpasi jaringan lunak dilakukan untuk mengetahui adanya spasme
otot, atrofi otot, keadaan membran sinovia, penebalan jaringan sekitar sinovia,
adanya tumor dan sifat-sifatnya, adanya cairan di dalam/di luar sendi atau adanya
pembengkakkan.
Pembuluh darah; pulsasi yang abnormal atau tidak ada harus diperhatikan.
Aneurisma biasanya bisa digerakkan dari sisi ke sisi dibanding secara longitudinal,
berpulsasi dan bruit bisa didengar dengan auskultasi. Pemeriksaan pembuluh darah
bagian distal dari anggota gerak bisa menunjukan perbedaan warna kulit dan suhu
kulit.
Saraf; kadang-kadang saraf bisa dipalpasi bila terjadi pembesaran. Pada
beberapa kasus saraf bisa lunak setelah trauma. Sama seperti pembuluh darah, saraf
bisa digerakkan dari sisi ke sisi. Hilangnya sensorik, hiperestesia atau paralisis bisa
didapatkan pada bagian distal anggota gerak yang terkena trauma.
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 7
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
Nyeri tekan; perlu diketahui lokalisasi yang tepat dari nyeri, apakah nyeri
setempat atau nyeri yang bersifat kiriman dari tempat lain.
Tulang; diperhatikan bentuk, permukaan, ketebalan, penonjolan dari tulang atau
adanya gangguan di dalam hubungan yang normal antara tulang yang satu dengan
tulang yang lainnya.
Pengukuran panjang anggota gerak; terutama untuk anggota gerak bawah
dimana adanya perbedaan panjang merupakan suatu hal yang penting untuk
dicermati. Pengukuran juga berguna untuk mengetahui adanya atrofi/pembengkakkan
otot dengan membandingkannya dengan anggota gerak yang sehat.
Penilaian deformitas yang menetap; pemeriksaan ini dilakukan apabila sendi
tidak dapat diletakkan pada posisi anatomis yang normal.
Pergerakan (Move)
Pada pergerakan sendi dikenal dua istilah yaitu pergerakan aktif merupakan
pergerakan sendi yang dilakukan oleh penderita sendiri dan pergerakan pasif yaitu
pergerakan sendi dengan bantuan pemeriksa. Pemeriksaan pergerakan aktif harus terlebih
dahulu dilakukan sebelum pergerakan pasif dan pada anak-anak (untuk membandingkan)
pergerakan harus dimulai dari sisi yang normal. 1,3
Pada pergerakan dapat diperoleh informasi mengenai:
Evaluasi gerakan sendi secara aktif dan pasif. Apakah gerakan ini menimbulkan rasa
sakit, dan apakah gerakan ini disertai dengan adanya krepitasi.
Stabilitas sendi. Terutama ditentukan oleh integritas kedua permukaan sendi dan
keadaan ligamen yang mempertahankan sendi. Pemeriksaan ini dapat dilakukan
dengan memberikan tekanan pada ligamen dan gerakan sendi diamati.
Pemeriksaan ROM (Range of Joint Movement). Pemeriksaan batas gerakan sendi
harus dicatat pada setiap pemeriksaan ortopedi yang meliputi batas gerakan aktif dan
batas gerakan pasif. Setiap sendi mempunyai nilai batas gerakan normal yang
merupakan patokan untuk gerakan abnormal dari sendi. Dikenal beberapa macam
gerakan sendi, yaitu: abduksi, aduksi, ekstensi, fleksi, rotasi eksterna, rotasi interna,
pronasi, supinasi, fleksi lateral, dorsofleksi, plantar fleksi, inversi dan eversi.
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 8
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
Gerakan sendi sebaiknya dibandingkan dengan mencatat gerakan sendi normal dan
abnormal secara aktif dan pasif.
Setelah melakukan pemeriksaan gerakan aktif dan pasif, kekuatan otot pun harus
dinilai.3 Penilaian dilakukan menurut Medical Research Council dimana kekuatan otot
dibagi dalam lima grade, yaitu: 1,2,3,4,5
Grade 0 : Tidak ditemukan adanya
kontraksi pada otot.
Grade 1 : Kontraksi otot yang
terjadi hanya berupa
perubahan dari tonus
otot yang dapat
diketahui dengan
palpasi dan tidak dapat
menggerakkan sendi.
Grade 2 : Otot hanya mampu
menggerakkan
persendian tetapi
kekuatan tidak dapat
melawan gravitasi.
Grade 3 : Disamping dapat
menggerakkan sendi,
otot juga dapat
melawan pengaruh
gravitiasi tetapi tidak
kuat terhadap tahanan
yang diberikan oleh
pemeriksa.
Grade 4 : Kekuatan otot seperti pada grade 3 disertai dengan kemampuan otot
terhadap tahanan yang ringan.
Grade 5 : Kekuatan otot normal.
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 9
Gambar 2. Skematis Grade kekuatan otot. 3
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
Auskultasi (Listen)
Pemeriksaan auskultasi pada bidang ortopedi jarang dilakukan dan biasanya
dilakukan bila ada krepitasi, misalnya pada fraktur. 1
Pemeriksaan neurologis (Neurological examination).
Jika didapat tanda-tanda kelemahan otot, inkoordinasi, atau perubahan dalam
sensibilitas maka perlu dilakukan pemeriksaan neurologis. Pemeriksaan dilakukan secara
sistematis, mulai dari pemeriksaan secara umum kemudian menilai fungsi motorik (tonus
otot, kekuatan refleks) dan pemeriksaan sensorik (sensibilitas raba dan tekanan). 4
2.3.2. Pemeriksaan Ortopedi Regional
Pemeriksaan fisik ortopedi regional dapat dikelompokan atas: 1) Pemeriksaan
anggota gerak atas, yang terdiri dari tangan dan pergelangan tangan, siku dan lengan
bawah, bahu dan lengan atas. 2) Pemeriksaan vertebra, terdiri atas vertebra servikalis,
vertebra torakal dan lumbal. 3) Pemeriksaan anggota gerak bawah, terdiri dari cara
berjalan dan waktu berdiri, sendi panggul dan lutut, tungkai, pergelangan kaki dan jari-jari
kaki, serta 4) Pemeriksaan neurologis. 1,3
Bagian-bagian tersebut akan jelaskan dalam bab pemeriksaan ortopedi pada dewasa
dan pada anak.
BAB III. PEMERIKSAAN FISIK ORTOPEDI PADA DEWASA
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 10
Dr. Adi : Itu sih Om-nya E’. Mi…mi….miiii…… boleh dong jadi omnya kite-kite! Om Ad’ii…iii! Don’t 4-get us!
Dr. Andi : Thank you for being patience with us, and always cool when things were getting hot in the emergency room !….. Kara..au..ukean-nya ditunggu lho! Mu..un’ah-muun’aha…….an…..!!!.
Dr. Hendri: Although your not the cool type of guy (g’g) in the emergency room but you sure are responsible for your duty and your patients, thanks for your smile doc! Iya apa ia? Ia kali ya!
Dr. Januar, Handy and Dr. Hardi: Kapan kita nyanyi bersama lagi. This group is khompax, although they are quiet and loyal to their duty at polyclinic till 2 ‘oclok !!!…. he…he….!
Dr. Syafril : Makasih atas bimbingannya. You are a doctor who cares about your Co-Ass.
Dr. Harry : Tetap “SMILE”! dok!.
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
3.1. PEMERIKSAAN ANGGOTA GERAK ATAS
3.1.1. Bahu dan Lengan Atas
Semua sendi yang berperan dalam pergerakan bahu yaitu sendi glenohumeral, sendi
akromioklavikular, sendi sternoklavikular dan sendi skapulotorakal. Sendi glenohumeral
memungkinkan untuk gerakan abduksi, fleksi dan rotasi dibawah kontrol otot
skapulohumeral. Sendi lainnya bersama-sama memberikan pergerakan 90 berupa rotasi
skapula terhadap toraks dan sedikit perputaran anteroposterior skapula. 1,4,6
Karena gerakan tersebut sukar untuk diisolasi satu persatu, maka sebaiknya gerakan
diperiksa bersamaan kanan dan kiri; pemeriksa berdiri di depan dan belakang pasien,
kecuali untuk eksorotasi atau bila penderita berbaring, maka pemeriksa ada disamping. 3
Look
Kulit. Perhatikan warna dan tekstur
kulit, adanya jaringan parut atau sinus.
Kontur jaringan lunak. Bandingkan
kedua bahu apakah ada pembengkakkan
setempat satu menyeluruh atau perubahan
massa otot pada bahu terpengaruh.
Pembengkakkan bisa karena infeksi, tumor
atau trauma.
Kontur tulang dan sendi. Lihat bahu
bagian depan dan belakang untuk mengetahui
kesimetrisan, ukuran, dan posisi dari klavikula
serta skapula. Perhatikan adanya
pembengkakkan pada bagian anteriomedial
bahu yang menandakan adanya dislokasi
anterior. 3 Kalau lengan tertahan pada rotasi
internal, pikirkan dislokasi posterior pada bahu. 7 Penonjolan dari ujung lateral klavikula
menandakan adanya subluksasi atau dislokasi dari sendi akromioklavikula. 3
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 11
Gambar 3. Skematis inspeksi pada pemeriksaan bahu dan lengan atas. 3
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
Feel
Setelah bahu diinspeksi kemudian
dipalpasi secara sistematis. Pasien terlebih
dahulu diberitahu apa yang akan dilakukan.
Pemeriksa merasakan suhu kulit dengan
menggunakan punggung jari-jari tangan,
perubahan warna kulit ditandai yang kemudian
dibandingkan dengan bahu sebelahnya. 3
Sensasi pada bahu sangat penting,
terutama sensasi pada insersi* deltoid pada
keadaan terjadinya dislokasi atau fraktur.
Jaringan lunak dan ujung tulang dipalpasi
dengan hati-hati, dengan mengikuti gambaran
anatomisnya. Pemeriksaan dimulai dari sendi
sternoklavikular, kemudian mengikuti
klavikula ke bagian lateral menuju sendi
akromioklavikular, dan kemudian ke tepi anterior akromion dan sekitar akromion menuju
bagian belakang sendi. 7
Pembengkakkan harus dipalpasi secara lembut untuk mengetahui konsistensi dan
fluktuasi serta batas pembengkakkan harus dirasakan secara pelan. Pada kasus-kasus
infeksi atau keganasan, kelenjar limfe regional harus diperiksa pada leher dan kedua ketiak
(axilla). 3
Move
Gerakan pasif dilakukan setelah dilakukannya gerakan aktif. Tiga gerakan yang
paling penting adalah: 1) Abduksi, 2) Rotasi eksternal, dan 3) Rotasi internal. Fleksi ke
arah depan dan ekstensi ke arah belakang juga harus dinilai. 3
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 12
Gambar 4. Skematis palpasi pada pemeriksaan bahu dan lengan atas. 3
* Insersi: Perlekatan dari otot ke tulang yang digerakannya.8
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
Abduksi. Biasanya abduksi 90o terjadi pada sendi glenohumerus dan 90o pada
skapulotorakal dengan total 180o. Sangat penting untuk menilai berapa banyak gerakan
yang bisa dilakukan untuk gerakan pada setiap persendian.3 Untuk membedakannya maka
pemeriksa perlu memegang atau memfiksasi bagian bawah skapula. 1
Batas derajat gerakan dari glenohumeral
diketahui saat mulai dirasakan gerakan pada
skapula yang difiksasi/distabilisasi pada
pinggirnya dengan tangan. Gerakan selanjut-
nya adalah gerakan sendi skapulotorakal. 3,7
Rotasi. Siku-siku diletakkan secara
rapat pada sisinya, fleksi pada isi kanan
dengan tangan menghadap ke depan, posisi
ini adalah netral. Derajat rotasi eksterna dan
interna kemudian bisa dinilai dengan
membandingkan kedua sisi seperti yang
digambarkan. 3
Metode penilaian rotasi internal dibuat
dengan membandingkan kedua sisi, dengan
cara meminta pasien untuk meletakkan
punggung tangan mendekati bahu sisi yang
berlawanan dan melihat seberapa jauh tangan bisa diangkat. 3,4
Rotasi eksterna pada 90o abduksi dinilai dengan meminta pasien untuk meletakkan
kedua telapak tangan di belakang kepala. Gerakan ini biasanya terbatas pada dislokasi.
Pemeriksaan tersebut harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari dislokasi.
Fleksi ke depan (forward flexion) dan ekstensi ke belakang (backward flexion).
Fleksi dan ekstensi diperiksa dengan meminta pasien mengangkat lengan ke depan dan
kemudian ke belakang. Batas normal fleksi 165º dan ekstensi 60º. 5
Gerakan harus dibandingkan dengan arah yang berlawanan dan gerakan pasif dan
aktif harus dinilai untuk melihat adanya keterbatasan. Range dari ekstensi dari garis tubuh
harus dibandingkan dengan sisi yang berlawanan. 3
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 13
Gambar 5. Skematis pemeriksaan gerakan pada pemeriksaan bahu dan lengan atas. 3
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
Kelainan-kelainan pada Bahu dan Lengan Atas
3.1.2. Siku dan Lengan Bawah
Look
Kulit. Perhatikan warna dan tekstur kulit, adanya jaringan parut atau sinus.
Kontur jaringan lunak. Perhatikan adanya pembengkakkan, apakah pembengkak-
kan terlokalisir atau keseluruhan. Pembengkakkan yang terlokalisir dapat terjadi karena
pembesaran bursa* olecranon, nodul rheumatoid, tophi gout atau penonjolan dari tulang di
bawahnya. Pembengkakkan yang keseluruhan dapat terjadi akibat infeksi atau trauma..
Kontur tulang dan sendi. Perhatikan apakah ada deformitas, termasuk juga adanya
penonjolan tulang, hilangnya bagian dari tulang, malalignment** atau dislokasi posterior
dari olecranon, juga menilai sudut olecranon. 3
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 14
Gambar 6. Contoh kelainan pada bahu dan lengan atas. 3
* Bursa: Kantung yang berisi cairan atau ruang seperti kantung yang terletak ditempat-tempat dalam jaringan yang mudah terjadi pergesekan.8
** Malalignment: Pergeseran dari garis normal. 8
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
Feel
Bagian belakang sendi harus dipalpasi untuk mengetahui kehangatan, nodul
subkutan, penebalan dan cairan sinovial (fluktuasi pada tiap sisi olekranon); bagian
belakang dari sisi sendi diraba untuk mengetahui adanya nyeri dan untuk menentukan
apakah ujung tulang terletak pada tempat yang tepat. 7
Pembengkakkan atau deformitas harus dipalpasi secara lembut untuk memastikan
konsistensinya dan apakah merupakan suatu jaringan lunak atau tulang yang terdapat pada
daerah tersebut. Semua pembengkakkan jaringan lunak harus di transluminasi, terutama
jika sangat lunak seperti ganglion dan lipoma biasanya transluminasi positif. 3
Nervus ulnaris cukup dangkal di belakang kondilus medialis dan disini nervus ulnaris
dapat diraba dengan jari untuk merasakan saraf itu menebal atau hipersensitif. 7
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 15
Gambar 8. Skematis palpasi pada siku dan lengan bawah. 3
Gambar 7. Skematis inspeksi pada siku dan lengan bawah. 3
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
Move
Gerakan-gerakan pada siku yang harus
diperiksa adalah: 1) fleksi, 2) ekstensi, dan 3)
rotasi.
Fleksi. Fleksi penuh harus tepat 150o –
160o dan jika ada keterbatasan dalam fleksi
maka harus dibandingkan dengan sisi yang
berlawanan.
Ekstensi, Ekstensi penuh 0o, biasanya
terjadi hiperekstensi pada siku-siku.
Rotasi. Untuk menilai rotasi lengan
atas dengan cara kedua siku dirapatkan ke sisi
badan dengan ibu jari menghadap ke atas dan
siku-siku fleksi sebesar 90o. Pronasi dan
supinasi dari kedua sisi dibandingkan, nilai
normal biasanya 90o pronasi dan 90o supinasi.
Keterbatasan untuk melakukan rotasi
bukan hanya terjadi pada kondisi dimana
terdapat kelainan pada siku-siku tersebut misalnya artritis, infeksi dan trauma tetapi dapat
juga disebabkan oleh trauma pada sendi yang terletak di bawahnya yaitu sendi
radioulnaris, deformitas akibat fraktur radioulnaris, penyakit paget’s. 3
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 16
Gambar 9. Skematis pemeriksaan gerakan pada siku dan lengan bawah. 3
Semasa kami mengerjakan paper ini, disela-sela waktu jaga, kadang-kadang datang silih berganti di antara rasa “kerajinan” kami rasa “bete”, yang pada akhirnya pada penghujung minggu jaga kami melakukan B’B’. Y’ & D’ : Yuk nonoton yuk!,M’ & E’ : Yuk!, gimana caranyaY’ : Ya pergiM” : Ke mana?D’ : Deli, Ko! Nonton yuk!.
K’ : Waduh, aku mendingan menyentuh Tuhan aja di asbed
Y’ : Gimana ?All : OK!E’ : Tapi bajuku ketat nihD’ : Udah pake baju Co-Ass ajaE’ : OK deh PD aja lagi, tapi jangan
bilang-bilang yah.Sesampai di Deli. Wadduh Dr. H !!!!, seru kami. He…hee…he… Mau kemana dok? Selanjutnya RAHASIA LA YAH.
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
Kelainan-kelainan pada Siku dan Lengan Bawah
3.1.3. Pergelangan Tangan dan Tangan
Look
Kulit. Perhatikan warna dan tekstur kulit, adanya jaringan parut atau sinus, juga
diamati adanya clubbing fingers*, pitting oedema atau deformitas lainnya
Kontur jaringan lunak. Suatu kontraktur akan tampak sebagai penebalan dari fasia
palmar. Bentuk yang abnormal dapat terjadi akibat kongenital, atau trauma pada tulang,
trauma saraf ataupun otot. Jika ada pembengkakkan, perhatikan apakah bengkak itu
tersebar atau terlokalisir pada pergelangan tangan dan tangan.
Kontur tulang dan sendi. Melihat adanya pembengkakkan pergelangan tangan,
metacarpals, phalang dan interphalang. Pada rheumatoid artritis yang terlibat adalah
pergelangan tangan, persendian metacarpophalangeal, dan proksimal interphalangeal.
Sedangkan pada osteoartritis biasanya persendian distal interphalang yang terlibat.
Ganglion yang terdapat pada pergelangan tangan akan tampak masa padat, licin dan sedikit
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 17
Gambar 10. Contoh kelainan pada siku dan lengan bawah. 3
* Clubbing: Ploriferasi pada jaringan lunak disekitar falang, terminal jari tangan atau jari kaki tanpa perubahan oseosa.8
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
mobile. Pembengkakkan yang keras dapat mengindikasikan suatu fraktur yang baru atau
yang lama dan juga suatu tumor. 3
Feel
Perhatikan suhu dan kelembaban kulit dan raba nadinya. Kalau terasa ada nodul,
tendon yang mendasari harus digerakkan untuk memastikan apakah nodul itu melekat atau
tidak. Pembengkakkan atau penebalan dapat terjadi pada jaringan subkutan, sarung tendon,
sendi atau salah satu tulang. Nyeri harus dilokalisasi secara tepat pada salah satu struktur
ini..3,7 Hubungan antara pembengkakkan dan persendian harus diketahui, apakah
pembengkakkan dapat hilang atau berubah ukuran sesuai dengan gerakan pada persendian
tersebut, seperti pada ganglion. 3
Tangan dan pergelangan tangan harus dirasakan apakah ada tanda-tanda vaskuler
atau gangguan neurologis. 3
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 18
Gambar 12. Skematis palpasi pada pergelangan tangan dan tangan. 3
Gambar 11. Skematis inspeksi pada pergelangan tangan dan tangan. 3
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
Move
Pergerakan pergelangan tangan. Pergelangan tangan mempunyai dua komponen
utama yaitu sendi radiokarpal (termasuk interkarpal yang memungkinkan gerakan fleksi,
ekstensi, abduksi/deviasi radial, adduksi/deviasi ulnar) dan sendi radioulnar inferior yang
memungkinkan gerakan supinasi dan pronasi. Untuk melakukan pemeriksaan secara akurat
terhadap kedua gerakan ini maka sendi siku difleksikan 90 untuk menghilangkan rotasi
pada sendi bahu. 1
Pergerakan jari-jari dan ibu jari. Pergerakan ibu jari dilakukan secara bersamaan
atau secara tersendiri jika diperlukan. Untuk medapatkan kekuatan, pasien diminta
mengenggam jari pemeriksa atau mengepal. Hilangnya tenaga mungkin akibat rasa sakit,
tendon yang pecah, atau kelemahan otot. 3,7
Sendi karpometakarpal ibu jari terdapat gerakan fleksi, ekstensi, abduksi, dan
aduksi. Sendi metakarpofalangeal ibu jari dan jari-jari terdapat gerakan fleksi dan gerakan
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 19
Gambar 14. Skematis pemeriksaan gerakan pada tangan. 3
Gambar 13. Skematis pemeriksaan gerakan pada pergelangan tangan. 3
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
ekstensi sebesar 90. Pada sendi interfalangeal ibu jari dan jari-jari hanya terdapat gerakan
fleksi dan gerakan ekstensi. 1
Kelainan-kelainan pada Pergelangan Tangan dan Tangan
3.2. PEMERIKSAAN TULANG BELAKANG
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 20
Gambar 15. Contoh kelainan pada pergelangan tangan dan tangan. 3
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
Pemeriksaan tulang belakang dapat kita bagi atas pemeriksaan vertebra servikalis,
vertebra torakalis, dan vertebra lumbalis. Normal, vertebra servikalis mempunyai lengkung
lordosis ke arah depan, vertebra toralakis sedikit melengkung ke belakang (kifosis),
sedangkan vertebra lumbalis melengkung ke depan (lordosis). 3,6
Pada pemeriksaan ini, baju harus dibuka dan harus terlihat jelas bagian-bagiannya
secara keseluruhan. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dalam keadaan penderita berdiri
ataupun duduk. 6
3.2.1. Pemeriksaan Vertebra Servikalis
Look
Kulit. Perhatikan warna dan tekstur kulit, adanya
jaringan parut atau sinus.
Kontur jaringan lunak. Amati adanya
pembengkakkan atau deformitas dari depan, samping
dan belakang, atau kemungkinan pasien merasakan
nyeri. Amati otot-otot dari adanya spasme atau
pemendekkan. Pemendekkan dari otot sternokleido-
mastoideus bisa akibat dari spasme, trauma atau
kongenital. Suatu pembesaran kelenjar limfe di leher dan
adanya suatu abses bisa terlihat.
Kontur tulang dan sendi. Bentuk yang abnormal
dari leher bisa terjadi akibat fraktur vertebra atau dari
trauma osteomielitis atau tumor sekunder. Leher juga
bisa dalam posisi abnormal akibat prolaps diskus atau
artritis rematoid. 3
Feel
Leher diperiksa untuk mencari daerah yang sakit atau membengkak. Spasme otot
dapat terasa. Struktur anterior (trakea, tiroid, esofagus) harus diraba dengan teliti. 7
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 21
Gambar 16. Skematis inspeksi pada leher dan vertebra servikalis. 3
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
Move
Gerakan pada leher yang diperiksa meliputi rotasi, fleksi dan ekstensi, serta fleksi
lateral ke kanan atau ke kiri. 1,3,7
Rotasi. Rotasi harus sama antara ke kanan dan ke kiri, kira-kira 70 - 90. Pada
pemeriksaan, leher harus lurus tanpa fleksi atau ekstensi dan pasien disuruh melihat ke satu
sisi sejauh mungkin secara bergantian.
Fleksi dan ekstensi. Fleksi penuh didapatkan jika dagu menyentuh dada dan ekstensi
penuh 30.
Fleksi lateral. Membentuk sudut 40 pada setiap sisinya. Bermula dengan posisi
netral, leher dimiringkan ke satu sisi kemudian ke sisi lainnya. 3
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 22
Gambar 17. Skematis palpasi pada vertebra servikalis. 3
Gambar 18. Skematis pemeriksaan gerakan vertebra servikalis. 3
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
Kelainan-kelainan pada Vertebra Servikalis
3.2.2. Pemeriksaan Vertebra Torakalis dan Lumbalis
Look
Kulit. Perhatikan adanya suatu kelainan dengan memperhatikan dari depan, samping
dan belakang. Perhatikan adanya jaringan parut, sinus, perubahan warna atau penonjolan
pada vertebra yang mungkin mengidentifikasi suatu spina bifida.
Kontur jaringan lunak. Perhatikan apakah terdapat pembengkakkan yang bisa
disebabkan oleh infeksi trauma atau tumor. 3
Kontur tulang dan sendi. Adanya deformitas tulang belakang dapat berupa kifosis,
lordosis, atau skoliosis. 1
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 23
Gambar 19. Contoh kelainan pada vertebra servikalis. 3
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
Feel
Prosesus spinosus dan ligamentum di antara
tulang belakang dipalpasi; perhatikan setiap
penonjolan. Rasa nyeri harus ditentukan
tempatnya pada struktur tulang, jaringan antara
vertebra, atau otot yang mengelilinginya. 7
Jika ada rasa nyeri yang hebat atau spasme
otot jangan letakkan pasien pada posisi duduk,
sebaiknya pasien dimiringkan pada suatu sisi
untuk melakukan pemeriksaan.
Pasien diletakkan posisi supine untuk
melakukan pemeriksaan neurologis. Pemeriksaan
rectal harus dilakukan pada semua pasien low
back pain dan gangguan nervus skiatika, hal ini
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 24
Gambar 20. Skematis inspeksi pada vertebra torakalis dan lumbalis. 3
Gambar 21. Skematis palpasi pada vertebra torakalis dan lumbalis. 3
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
untuk menyingkirkan adanya low back pain yang disebabkan oleh kelainan pada pelvis
berupa carcinoma rectum, kandung kemih, prostate atau uterus. 3
Move
Terdapat tiga gerakan utama pada vertebra torakalis dan lumbalis yaitu: 1) Rotasi, 2)
Fleksi lateral, dan 3) Fleksi serta ekstensi.
Rotasi. Diperiksa dengan meminta pasien untuk memutar badannya ke kedua sisi,
sementara panggulnya difiksasi oleh tangan pemeriksa. Gerakan ini pada dasarnya adalah
suatu pergerakan toraks dan tidak terbatas pada penyakit lumbosakral. Bisanya gerakan
terbatas atau nyeri jika ada trauma, infeksi tumor atau proses degeneratif. Nyeri pada saat
rotasi harus ditandai tepat dimana nyeri berada dan juga keterbatasan rotasi pada satu sisi
atau sisi lainnya.
Fleksi lateral. Bisanya pada daerah lumbal, pasien diminta untuk mencondongkan
badannya ke samping (kanan atau kiri), dengan meluncurkan tangannya ke bawah
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 25
Gambar 22. Skematis pemeriksaan gerakan pada vertebra torakalis dan lumbalis. 3
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
melewati sisi luar paha sampai menyuntuh sisi lateral lutut; kedua sisi kemudian
dibandingkan. 5,7
Lateral fleksi terbatas pada kondisi seperti low back pain, prolaps diskus pada lumbal
atau lumbosacral. Pada kasus tersebut biasanya lateral fleksi lebih terbatas pada satu sisi
dibandingkan sebelahnya. Pada kondisi ankylosing* spondylitis, infeksi, atau fraktur semua
gerakan terbatas. 3
Fleksi dan ekstensi, biasanya pada regio lumbal dan panggul tetapi lebih sering pada
panggul. Fleksi dan ekstensi yang terbatas ditemukan pada prolaps diskus intervertebra,
degeneratif, akifitas berlebih pada vertebra dan penyakit lainnya. 3
Gerakan fleksi ini dinilai dengan meminta pasien untuk berdiri dengan lutut dan kaki
dirapatkan, kemudian pasien diminta untuk mencoba menyentuh ibu jari kakinya. Pada
keadaan normal gerakan ini dilakukan secara luwes. Untuk menguji ekstensi mintalah
pasien mencondongkan badannya ke belakang; bila tulang belakang kaku, ia menipu
dengan membengkokan lututnya. 5,6,7
Kelainan-kelainan pada Vertebra Torakalis dan Lumbalis
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 26
Gambar 23. Contoh kelainan pada vertebra torakalis dan lumbalis. 3
* Ankylosis: Imobilitas dan konsolidasi sebuah sendi yang disebabkan oleh penyakit, cidera atau tindakan bedah.8
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
3.3. PEMERIKSAAN ANGGOTA GERAK BAWAH
3.3.1. Pemeriksaan Cara Berjalan dan Waktu Berdiri
Gait (cara berjalan) perlu diperhatikan pada waktu penderita berdiri dan berjalan.
Apabila penderita mengalami nyeri pada panggul atau panggul yang tidak stabil, biasanya
penderita menggunakan tongkat/penyangga. 1,7
Ada beberapa jenis karakteristik cara berjalan:
1. Cara berjalan antalgik (antalgic gait)
2. Cara berjalan kaki pendek (Short leg gait)
3. Cara berjalan paralitik (paralytic gait)
4. Cara berjalan Trendelenburg (Trendelenburg gait)
5. Cara berjalan kaki kaku (stiff leg gait) 3
Antalgic Gait. Cara berjalan ini berhubungan dengan nyeri pada tungkai atau kaki.
Pasien akan berjalan dengan menumpu berat yang minimum pada sisi yang sakit dengan
menampung berat yang berlebih pada sisi yang normal. Pasien menyeringai saat berat
badan ditumpukan pada sisi yang sakit. 3
Short Leg Gait. Pada cara berjalan ini pasien akan condong pada kaki yang pendek
pada saat menumpu berat badan pada kaki yang terdapat kelainan. 3
Paralytic Gait. Cara berjalan ini satu atau kedua tungkai paralisis, tipe paralisis bisa
spastic* atau flaccid**. Spastic gait bisa terjadi pada kondisi cerebral palsy, stroke, tumor
otak, fraktur tengkorak atau infeksi pada otak, vertebra servikalis atau torakalis. Factor
yang paling sering adalah trauma upper motor neuron (UMN), pasien sering berjalan
dengan fleksi panggul, lutut dan pergelangan kaki.
Pada flaccid gait terdapat beberapa derajat kelemahan antara sendi dan otot. Tidak
seperti spastic gait dimana seluruh dari satu atau kedua anggota gerak bawah bisa
cendrung paralisis secara merata.
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 27
* Spastic: Mempunyai sifat atau ciri spasme. Hipertonik; sehingga otot menjadi kaku dan gerakan kaku.8
** Flaccid: Lemah, kendur dan lunak.8
*** Foot drop: Terkulainya kaki dari lesi peroneal atau tibial yang mengakibatkan paralisis otot-otot anterior tungkai bawah. Kaki tidak bisa didorsofleksi dan eversikan.8
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
Flaccid gait akibat foot drop***, seperti pada common peroneal dan paralisis otot tibia
anterior, pasien akan menyeret jari kaki atau melangkah tinggi untuk mencegah jari-jari
kaki menyentuh lantai sambil tungkai mengayaun ke depan. Pada kasus-kasus dimana
ekstensor lutut paralisis, seperi poliomyelitis, pasien menahan lutut untuk
mengkompensasikan lemahnya ekstensor lutut dan mencegah leg buckling*. 3
Trendelenburg Gait. Jika panggul nyeri, lemah, dislokasi atau fraktur, stabilitasnya
akan terganggu, akibatnya panggul akan miring ke bawah ke arah sisi yang berlawanan
dari pada miring ke atas saat berjalan, karena penyangga dari sendi yang mengalami
kelainan atau tonus otot diatas sendi tidak kuat untuk menstabilisasikan berat tubuh melalui
sendi panggul. 3
Stiff Leg Gait. Cara berjalan kaki kaku ini terjadi apabila panggul atau lutut telah
arthrodesed atau tidak bisa dibengkokkan karena nyeri, gerakan terbatas atau pemasangan
bidai. Seluruh tungkai diayunkan kedepan menyentuh lantai untuk mengkompensasi
panggul atau lutut yang tidak dibengkokan. 3
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 28
Gambar 23. Skematis pemeriksaan cara berjalan. 3
* Leg buckling: Tungkai bawah mengalami proses atau keadaan menjadi berkerut atau dibengkokan.8
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
Pemeriksaan Stabilitas Postur
Uji Trendelenburg digunakan untuk menilai stabilitas panggul terutama kemampuan
otot abduktor panggul (otot gluteus medius dan minimus) dalam menstabilkan panggul
terhadap femur. 1,7
Pasien diminta untuk berdiri, satu tungkai diangkat dalam keadaan fleksi 90 sambil
berdiri di atas kaki yang lain. Panggul akan ditahan oleh otot panggul yaitu muskulus
gluteus medius dan minimus. Jika otot-otot ini tidak berfungsi maka pada inspeksi panggul
miring/jatuh ke sisi kaki yang diangkat, dengan kata lain otot-otot panggul tidak mampu
menstabilisasi panggul dan disebut uji Trendelenburg positif. Sebaliknya disebut uji
Trendelenburg negatif apabila otot-otot abduktor dapat bekerja secara normal mengangkat
pelvis ke atas apabila tungkai yang lain diangkat.
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 29
Gambar 24. Skematis Uji Trendelenburg. 3 Gambar 25. Skematis keadaan uji Tendelenburg positif. 3
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
Uji Trendelenburg positif ditemukan pada: 1) dislokasi atau subluksasi panggul, 2)
kelemahan otot abduktor, 3) pemendekkan leher femur/tidak adanya kaput atau leher
femur, 4) setiap penyakit yang menyebabkan nyeri pada panggul. 3,7
Pemendekkan Tungkai
True shortening (real shortening). Adalah pemendekkan yang sebenarnya antara
panjang kedua tungkai..3 Secara ideal pengukuran dilakukan pada aksis gerakan panggul,
yaitu pada titik tengah kaput femur. Tetapi secara klinis hal ini sulit dilakukan, sehingga
titik ukur diambil dari titik yang paling mendekati yaitu spina iliaka anterior superior. True
shortening diukur dari spina iliaka anterior superior sampai ke pinggir bawah maleolus
lateralis atau pinggir maleolus medialis (pengukuran panjang sebenarnya/panjang
klinis/true leg length). 1
Hasil pengukuran ini dibandingkan antara kiri dan kanan, apabila ditemukan adanya
pemendekkan maka harus ditentukan lokasinya (site of shortening), apakah di atas lutut (di
atas atau di bawah trokanter), dibawah lutut (tibia), atau juga ditemukan pada kaki. 1,3
Perbedaan panjang tungkai yang besarnya 6 mm atau kurang masih dianggap normal. 6
Pemendekkan di atas lutut, untuk menentukan di atas trokanter atau di bawah
trokanter bisa melalui pengukuran segitiga Bryant atau garis dari Nelaton. 1,3 Pengukuran
segitiga Bryant dilakukan dengan menarik garis antara spina iliaka anterior superior
sampai ke ujung dari trokanter mayor, kemudian dibuat garis horizontal melalui titik spina
iliaka anterior superior, dan garis vertikal melalui ujung dari trokanter mayor. Garis dari
titik pertemuan garis vertikal dengan garis horizontal menuju ujung trokanter ini
menunjukan jumlah displacement* ke atas atau ke bawah dari panggul dibandingkan
dengan sisi yang normal. 3
Pengukuran garis Nelaton dilakukan dengan menarik garis dari spina iliaka anterior
superior sampai ke tuberositas ischiadikcum. Garis ini biasanya melewati bagian atas dari
trokanter mayor. Bila garis tersebut di atas trokanter mayor berarti terjadi pemendekkan di
atas trokanter mayor. Pemendekkan di bawah lutut, yaitu pada tibia dan kaki bisa dilihat
pada Gambar 29. 3
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 30
* Displacement: Perpindahan dari posisi atau tempat yang abnormal.8
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 31
Gambar 26. Skematis site of shortening. 3
Gambar 28. Skematis pemendekkan di atas lutut dengan pengukuran segitiga Bryant dan garis Nelaton. 3
Gambar 27. Skematis true (real) shortening dan Apparent shortening. 3
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
Apparent shortening. Adalah pemendekkan yang tampak pada pasien..3 Kadang-
kadang ditemukan kaki tampak panjang sebelah tapi sebenarnya adalah sama, keadaan ini
biasanya disebabkan oleh karena panggul miring
dimana koreksi sepenuhnya tidak dapat dilakukan. 1
Panggul miring umumnya disebabkan oleh
deformitas adduksi yang menetap yang membuat sisi
tersebut seakan lebih pendek atau oleh deformitas
abduksi yang menetap sehingga kaki tersebut terlihat
lebih panjang. 1
Pada keadaan ini pemeriksaan diukur dari titik
di garis tengah tubuh yaitu dari xiphisternum, dari
pusat atau dari pubis ke maleolus medialis
(pengukuran panjang tampak/palsu/apparent leg
length)..1
Cara lain yaitu dengan meletakkan kedua
tungkai sedekat mungkin pada garis tubuh.
Kemiringan dari pelvis atau fleksi dari lutut
diabaikan, kemudian perbedaan dari ketinggian
kedua telapak kaki dinilai..3
3.3.2. Pemeriksaan Lutut dan Tungkai
Bawah
Look
Kulit. Perhatikan warna kulit dari lutut,
paha tungkai dan bandingkan kedua sisi dan
perhatikan apakah ada tanda asimetris atau
deformitas, luka, jaringan parut atau sinus
didepan, samping atau belakang.
Kontur jaringan lunak. Perhatikan
adanya pembengkakkan pada seluruh sisi
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 32
Gambar 29. Skematis pemendekan di bawah lutut. 3
Gambar 34. Skematis inspeksi pada lutut dan tungkai bawah. 3
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
lutut. Pembengkakkan diatas bagian depan lutut bisa merupakan suatu pembesaran bursa
suprapatella. Di bawah lutut dapat dijumpai suatu pembesaran infrapatella (Clergyman’s
knee) dan di depan patella pembesaran patella (Housemaid’s knee). Pembengkakkan pada
fossa poplitea menandakan suatu Baker’s Cyst atau Aneurysma poplitea, pembengkakkan
betis akibat suatu Baker’s Cyst yang ruptur atau trombosis vena. Perhatikan adanya atrofi
dari kuadriseps dan otot gastroknemius. 3
Kontur tulang dan sendi. Posisi lutut dapat terletak pada valgus atau varus,
berfleksi sebagian atau berhiperekstensi. Posisi patela harus diperhatikan.7
Feel
Meningkatnya rasa hangat dideteksi dengan membandingkan kedua lutut.
Pembengkakkan pada lutut dapat diketahui dengan mudah dengan jalan membandingkan
kedua lutut. Pemeriksaan dilakukan dengan posisi ekstensi dan kemudian fleksi 90. 7
Pembengkakkan pada lutut terutama disebabkan oleh tiga hal, yaitu: 1) Penebalan
tulang. Penebalan tulang dapat diketahui dengan palpasi pada daerah yang sakit, lalu
dibandingkan dengan yang normal. Penebalan dapat disebabkan oleh infeksi, tumor, atau
kista tulang; 2) Efusi sendi. Efusi sendi bisa karena penimbunan cairan serosa, pus atau
oleh darah. Cairan dalam sendi diketahui dengan melakukan pemeriksaan yang disebut uji
fluktuasi. Cairan di dalam sendi dapat pula dideteksi dengan cara aspirasi; 3) Penebalan
membran sinovia. Diperiksa sambil menempatkan lutut dalam ekstensi, pemeriksa
menggenggam tepi patela dalam jepitan ibu jari dan jari tengah, dan mencoba mengangkat
patela ke depan; biasanya tulang dapat dipegang amat erat, tetapi kalau sinovia menebal
jari-jari hanya akan tergelincir dari tepi patella. 1,7
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 33
Gambar 35. Skematis palpasi pada lutut dan tungkai bawah. 3
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
Move
Pada pemeriksaan perlu diketahui apakah
gerakan disertai nyeri atau krepitasi. Secara
normal gerakan fleksi pada sendi lutut sebesar
120-125 dan ekstensi 0.
Uji stabilitas sendi lutut: 1)
Pemeriksaan ligamentum medial dan lateral.
Robekan ligamentum medial dapat diperiksa
melalui uji abduction stress dan pada
ligamentum lateral melalui uji adduction stress.
Pada pemeriksaan ini sendi lutut dalam keadaan ekstensi penuh, satu tangan pemeriksa
memegang pergelangan kaki dan satunya memegang lutut. Dengan kedua tangan dilakukan
abduksi untuk menguji ligamentum medial dan adduksi untuk menguji ligamentum lateral.
Apabila ada robekan pada ligamentum maka dapat dirasakan sendi bergerak melebihi batas
normal. 1
2) Pemeriksaan ligamentum krusiatum anterior dan posterior. Kedua ligamentum
ini berfungsi untuk stabilisasi sendi lutut ke arah depan dan belakang. Ligamentum
krusiatum anterior berfungsi untuk mencegah tibia tergelincir ke depan femur. Sedangkan
ligamentum krusiatum posterior pada arah sebaliknya. Cara pemeriksaan: Uji Drawer.
Lutut difleksikan 90 dan pemeriksa duduk pada kaki penderita untuk mencegah gerakan
kaki dengan meletakkan kedua tangan ke depan tibia bagian proksimal dan kedua ibu jari
pada kondilus femur, kemudian dilakukan tarikan pada tibia ke depan dan ke belakang.
Kecurigaan adanya robekan pada ligamentum krusiatum apabila ada gerakan yang
abnormal, baik ke depan maupun ke belakang (bandingkan dengan yang normal). 1
Uji Lachman. Pada pemeriksaan ini lutut difleksikan 15-20. Satu tangan memegang
tungkai atas pada kondilus femur, sedangkan tangan lainnya memegang tibia proksimal.
Kedua tangan kemudian digerakkan kedepan dan kebelakang antara tibia proksimal dan
femur. 1
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 34
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
3) Uji Rotasi. Uji rotasi dilakukan untuk mengetahui adanya robekan meniskus dan
dikenal sebagai uji McMurray. Pada pemeriksaan ini lutut di ekstensikan kemudian
dilakukan eksorotasi maksimal untuk memeriksa meniskus medial atau dengan endorotasi
maksimal untuk memeriksa meniskus lateral. Penderita berbaring terlentang, tungkai
bawah dipegang, lutut difleksikan 90 dan dilakukan eksorotasi maksimal dan kemudian
tungkai diluruskan sambil mempertahankan eksorotasi. Pada kerusakan meniskus, maka
penderita merasa nyeri, mungkin dapat diraba adanya krepitasi atau terdengar suara “klik”
dari tanduk depan/ belakang atau bagian dari meniskus yang lompat keluar dari antara
kondilus femur. Pemeriksaan meniskus medial dilakukan dengan endorotasi maksimal dan
mempunyai prinsip dan prosedur pemeriksaan yang sama dengan pemeriksaan ekorotasi
maksimal. 1
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 35
Gambar 36. Skematis pemeriksaan gerakan pada lutut dan tungkai bawah. Uji Drawer, Uji Lachman, Uji McMurray. 3
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
Kelainan-kelainan pada Lutut dan Tungkai Bawah
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 36
Gambar 37. Contoh kelainan pada lutut dan tungkai bawah. 3
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
3.3.3. Pemeriksaan Pergelangan Kaki dan Kaki
Look
Kulit. Pergelangan kaki, kaki dan jari-jari
kaki diperiksa secara sistematis. Kemudian
bandingkan kanan dan kiri. Hal yang perlu
diperhatikan adalah warna kulit, apakah ada
asimetris atau deformitas, luka-luka, jaringan
parut, luka atau ulkus. 1,3
Kontur jaringan lunak. Adanya
pembengkakkan bisa disebabkan oleh gouty
tophi pada persendian metatarsofalangeal I,
nodul rheumatoid pada tendon achilles,
pembengkakkan akibat trauma, infeksi atau
ganglion. 3
Kontur tulang dan sendi. Pada saat
kedua kaki menginjak diperhatikan arkus
longitudinalis apakah bentuknya normal atau
ceper, apakah ada pes kavus, pes planus, pes
valgus atau pes varus. 1
Feel
Suhu kulit dinilai dan nadi diraba. Jika terdapat rasa nyeri pada kaki, rasa nyeri harus
dilokalisasi, karena tempat nyeri itu sering mengarah ke diagnosis. Setiap pembengkakkan,
edema atau benjolan harus diperiksa dan apakah ada fluktuasi. Sensasi harus diperiksa;
distribusi perubahan sensorik perlu dicari kemudian bandingkan dengan yang
normal/sebelahnya. 7
Pemeriksaan telapak kaki bisa menunjukkan suatu nyeri yang terlokalisasi dibawah
digiti 2 dan 3 metatarsal atau kadang-kadang pada metatarsal lainnya. Ini disebut sebagai
metatarsalgia anterior.
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 37
Gambar 38. Skematis inspeksi pada pergelangan kaki dan kaki. 3
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
Nyeri diantara metatarsal digiti 1 dan 2, 2 dan 3, atau 3 dan 4, menandakan suatu
neuroma* dari nervus digiti pada rongga ini yang tumbuh akibat iritasi kronik. Rasa nyeri
akan bertambah dengan menekan forefoot di antara digiti metatarsal 1 dan 5 karena akan
menekan nervus yang membesar dan meradang yang terdapat diantara metatarsal. Juga
bisa terdapat parastesia diantara jari-jari kaki yang terpengaruh oleh neuroma.
Nyeri pada dorsum metatarsal menandakan suatu march** fracture. Ini adalah
stress fracture akibat berdiri atau berjalan yang
berlebihan. Nyeri di bawah arkus longitudinal,
biasanya akibat suatu strain pada kaki, terutama
pada pasien dengan berat badan berlebih dan otot-
otot yang lemas. 3
Move
Sendi pergelangan kaki. Gerakan utama dari pergelangan kaki adalah plantar flexi
dan dorsoflexi. Kedua sisi harus dibandingkan secara teliti. Plantar flexi kaki normal
adalah 40 – 500 dan dorsoflexi 20 – 300 dari posisi netral. Posisi netral jika kaki 900 ke
tibia. 3
Sendi subtalar dan midtarsal. Inversi dan eversi biasanya terjadi pada subtalar dan
sendi midtarsal, sekalipun ada gerakkan sedikit plantar fleksi sendi pergelangan kaki.
Sendi subtalar lebih baik diperiksa dengan pergelangan kaki terkunci pada posisi
dorsofleksi. Ini akan memastikan suatu gerakan yang terjadi pada subtalar atau sendi-sendi
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 38
Gambar 39. Skematis palpasi pada pergelangan kaki dan kaki serta lokalisasi nyeri yang mengarah ke diagnosis. 3
* Neuroma: Tumor yang tumbuh dari saraf atau sebagian besar terdiri dari sel dan serabut saraf.8
** Marsh: Kemajuan aktifitas elektrik melalui korteks motorik.8
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
midtarsal atau lebih kedepan forefoot,
dibanding pada pergelangan kaki.
Inversi 600 dan 30 – 400 eversi dari kaki
biasanya pada sendi midtarsal. Pada kondisi
terdapat kelainan pada sendi subtalar atau
midtarsal, seperti infeksi, gerakan ini akan
terbatas atau tidak ada. 3
Forefoot dan jari-jari kaki. Ketiga
gerakan tersebut mempengaruhi forefoot dan
jari-jari kaki. Inversi dan eversi yang lebih
lanjut bisa didapatkan pada forefoot. Adduksi
dan abduksi dengan derajat minimal bisa
terjadi.
Deformitas seperti hallux valgus dengan
terbatasnya gerakan dari jari-jari kaki bisa
tampak. Trauma pada sendi digiti I
metatarsophalangeal bisa mengakibatkan suatu
kekakuan pada sendi ini. Biasanya deformitas fleksi terjadi pada sendi distal interphalang
yang mengakibatkan bagian daging dari ibu jari kaki menekan pada telapak sepatu dan
menyebabkan kalus pada ujung jari. Ini disebut sebagai mallet toe*. 3
Stabilitas. Dinilai dengan menggerakkan sendi-sendi melintasi bidang-bidang
fisiologis yang normal. Pada cedera ligamen yang belum lama terjadi, peregangan pasif
menimbulkan rasa nyeri. 7
Kekuatan otot. Diuji dengan menahan pergerakan aktif dalam tiap arah. Masing-
masing tendon dapat dipalpasi untuk mengetahui apakah tendon utuh dan berfungsi. 7
Sepatu. Tidak boleh diabaikan, kecuali kalau masih baru, karena sepatu dapat
memberikan bukti yang berharga mengenai ada tidaknya kelainan dalam sikap berdiri atau
gaya berjalan. 7
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 39
Gambar 40. Skematis pemeriksaan gerak pada pergelangan kaki dan kaki. 3
* Mallet toe: Fleksi abnormal pada jari kaki oleh ruptur tendon..8
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
Kelainan-kelainan pada Pergelangan Kaki dan Kaki
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 40
Gambar 41. Contoh kelainan pada pergelangan kaki dan kaki. 3
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
3.4. PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Pada penderita kelainan bedah ortopedi perlu dilakukan pemeriksaan neurologis
lengkap apabila ditemukan adanya gangguan yang berupa kelemahan otot, gangguan
koordinasi serta perubahan sensibilitas.
Pemeriksaan neurologis disesuaikan dengan kelainan yang didapatkan atau dicurigai
seperti kelemahan otot anggota gerak atas pada spondilosis servikal atau
tetraparesis/tetraplegi setelah suatu trauma pada tulang belakang servikal.
Pemeriksaan yang sama misalnya pada paraparesis/paraplegi oleh karena adanya
kelainan pada tulang belakang torakal atau lumbal. Juga harus diperiksa adanya gambaran
kelainan pada anggota gerak atas misalya claw hand*, drop foot, atau adanya atropi otot
pada daerah tertentu. 1
Fungsi Motoris (Pemeriksaan tonus dan kekuatan otot)
Pemeriksaan tonus kelompok otot secara individual dilakukan dengan menggerakkan
sendi-sendi. Pada pemeriksaan ini dapat diketahui adanya spastisitas atau kelemahan otot.
Disamping itu perlu dilakukan dan dicatat pemeriksaan kekuatan otot (grade 0 – 5). 1
Fungsi Sensoris (Pemeriksaan sensibilitas)
Pemeriksaan sensibilitas dilakukan dengan melihat apakah ada kelainan dalam
sensibilitas pada daerah tertentu misalnya hiperastesia, hiposastesia atau anestesia. Salah
satu pemeriksaan sensibilitas misalnya pemeriksaan Tinel untuk mengetahui distribusi
nervus medianus pada pergelangan tangan.
Pada pemeriksaan sensibilitas perlu dibuat gambar kelainan dan daerah yang
mengalami perubahan sensibilitas. 1
Pemeriksaan Refleks
Pemeriksaan refleks baik refleks fisiologis seperti refleks patela, refleks achilles
maupun refleks patologis seperti refleks Babinski berguna untuk mengetahui adanya
kelainan neurologis misalnya pada suatu hernia nukleus pulposus. 1
3.4.1. Pemeriksaan Neurologis Anggota Gerak Atas
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 41
Lesi Pleksus Brakialis
1. Complete (C5 – T1)2. Upper (C5, 6)3. Lower (C7,8, T1)
Lesi Saraf Perifer
1. Nervus aksilaris2. Nervus medianus3. Nervus ulnaris4. Nervus radialis
Penilaian Neurologis
1. Look2. Feel Sensasi3. Move Tonus
KekuatanRefleksKoordinasi
* Claw hand: Sendi metakarpofalangealhiperekstensi dan midle dan distal falang hiperfleksi.8
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
Look
Inspeksi ditujukan untuk mencari pengecilan otot, postur dan deformitas. Gerakan
involunter anggota gerak atas dengan posisi fleksi dapat mengindikasikan suatu paralisis
spastik atau kontraktur, jika ada fasikulasi otot harus ditandai sebagai suatu lesi lower
motor neuron, kurang berkeringat atau kehilangan rambut harus diamati.
Feel
Berubahnya kontur otot dan
temperatur harus di palpasi pada
kedua sisi anggota gerak.
Sensasi. Dermatom dari
anggota gerak atas seperti yang
digambarkan harus diketahui bahwa
bisa terjadi suatu sensory overlap.
Pemeriksaan sensorik disini
termasuk raba ringan, tusuk jarum
(nyeri), getaran dan propioseptik
minimal harus dilakukan pada
semua pasien dengan kemungkinan
lesi neurologis. 3,6
Pemeriksaan raba ringan
dapat dilakukan dengan menyuruh pasien menutup kedua matanya dan segera mengatakan
”teraba” pada setiap rangsangan dengan sebuah untingan kapas atau ujung jari pemeriksa
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 42
Gambar 42. Skematis upper limb dermatomes. 3
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
yang dapat dirasakannya. Ubahlah irama rangsangan untuk menambah validitas laporan.
Pemeriksa juga dapat menanyakan kepada pasien bagian tubuh mana yang disentuh. 6
Sensasi tusukan jarum (perasaan nyeri) dapat kita periksa dengan menggunakan
jarum yang lurus, peniti atau jarum jahit. Suruh penderita membedakan bukan hanya
rangsangan tajam dan tumpul, tetapi juga membedakan jenis rangsangan yang sama pada
berbagai tempat pada anggota gerak atas. 6
Rasa getar harus diperiksa dengan mempergunakan garpu tala (yang bergetar dengan
kecepatan 128 siklus perdetik). Pengujian dilakukan pada sendi distal jari tangan.
Tanyakan pada pasien saat getaran tidak dirasakan lagi, pada saat itu pemeriksa
mengontrol getaran tadi pada jari tangan pemeriksa (jari tangan pemeriksa harus normal). 6
Propioseptik, atau sensasi posisi diperiksa
dengan memegang sisi-sisi jari tangan pasien,
kemudian jarinya kita gerakan ke atas atau ke
bawah (pasien dalam keadaan mata tertutup),
tanyakan apakah jarinya digerakkan ke atas atau
ke bawah.
Pemeriksaan sensorik ini harus selalu
dibandingkan dengan sisi yang berlawanan yaitu
anggota gerak yang normal. 3,6
Move
Tonus. Waktu kita melakukan pemeriksaan
tonus otot, berarti kita melakukan pemeriksaan
resistensi terhadap gerakan pasif, suruh pasien
untuk santai pada posisi duduk atau berbaring.
Pegang lengan pasien dan secara bergantian
lakukan gerakan fleksi dan ekstensi sementara
pasien disuruh melakukan sebaliknya. Rasakan
resistensi yang diberikan oleh anggota gerak dan
bandingkan antar anggota gerak. Tonus bisa normal, meningkat atau menurun. Hipertonus
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 43
Gambar 43. Skematis uji kekuatan otot. 3
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
bisa tampak pada lesi upper motor neuron (UMN), dan hipotonus bisa terjadi pada lesi
sereberal atau lesi lower motor neuron (LMN). 1,3,6
Kekuatan otot (muscle power) oleh Medical Research Councel Scale dibagi menjadi
lima grade (dari nol sampai lima): 3,4
0 = Paralisis complete
1 = Gerakan sedikit
2 = Hanya bisa bergerak jika gravitasi dihilangkan
3 = Hanya bisa bergerak melawan gravitasi
4 = Mampu melawan gravitasi dengan tahanan
5 = Normal
Menambah ("1/2" atau "+") menandakan kekuatan di antara dua grade. Adanya
defisit sensoris harus dipadukan dengan uji kekuatan otot (motoris) untuk memperkirakan
kemungkinan adanya defisit neurologis dan untuk menentukan lokasinya. 3
Refleks. Refleks dalam (deep) yang dilakukan pada anggota gerak atas adalah
refleks biseps (C6), triseps (C7), brakioradialis (C6), pronator (C7-8), dan refleks fleksor
jari (C6-8). Suatu refleks tendon didapatkan dengan cara meregangkan tendon dengan kuat
pada insersinya, kemudian mengetukkan refleks hammer pada tendon tersebut. Dengan
membandingkan kedua sisi kita bisa mendapatkan perbedaan refleks yang menunjukkan
bahwa refleks tersebut bertambah, berkurang atau bahkan tidak ada sama sekali. 4,6
Refleks biseps; Pasien diperiksa dalam posisi duduk atau berbaring, lengan pasien
dalam keadaan fleksi, letakkan ibu jari tangan di atas tendon muskulus biseps pada fossa
anteikubiti dan ketuklah.
Refleks triseps; Tariklah lengan pasien yang difleksikan melintasi bagian depan
tubuh ke sisi yang berlawanan, sehingga tendon muskulus triseps meregang, kemudian
ketuklah tendon tersebut tepat di atas siku, atau topang lengan yang berada dalam keadaan
abduksi, dengan lengan bawah yang tergantung bebas, kemudian ketuklah.
Refleks brakioradialis; Pasien dalam posisi duduk dengan lengan yang difleksikan,
peganglah pergelangan tangannya, angkat sedikit lengan bawahnya dan ketuklah di atas
tendon muskulus brakioradialis, pada permukaan medial lengan bawah, pada pertengahan
antara siku dan pergelangan tangan.
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 44
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
Refleks pronator; Pasien duduk, lengan difleksikan serta sedikit dalam kedudukan
pronasi. Ketuklah tonjolan radialis yang terdapat pada permukaan palmaris, sambil
memegang tangan pasien, rasakan dan perhatikan pronasi yang terjadi.
Refleks fleksor jari; Pasien duduk, lengan dalam kedudukan fleksi dan supinasi, jari-
jari sedikit difleksikan, letakkan salah satu jari pemeriksa secara horizontal di permukaan
palmaris jari-jari yang sedikit difleksikan, kemudian ketuk sambil merasakan dan
memperhatikan jari-jari yang melakukan fleksi.6
Refleks Hoffman; Dorsofleksikan pergelangan tangan pasien yang sedang santai dan
dengan jari-jari tangan pasien yang berada dalam posisi fleksi, sentil jari tengah pasien
dengan ujung ibu jari tangan pemeriksa. Perhatikan apakah terjadi gerakan menyentik
aduktif pada ibu jari tangan, jari telunjuk atau keduanya. Bila gerakan ini positif, maka
tanda ini memberikan petunjuk adanya penyakit pada traktus piramidalis. 6
Selain itu juga terdapat refleks permukaan (superfisial) dengan menggores kulit
pada beberapa tempat untuk mendapatkan kontraksi otot yang spesifik, seperti pada refleks
abdominal (Th 7-12), refleks kremaster (L1-2) dan refleks anal (S4-5). 6
Secara klinik, aktivitas refleks dapat dibagi atas: 3
0 = Tidak ada
1+ = Hiporefleksi
2+ = Normal
3+ = Hiperrefleks
4+ = Hiperrefleks disertai klonus sementara
5+ = Hiperrefleks disertai klonus menetap.
Hiperrefleks dan clonus bisa mengindikasikan suatu lesi UMN dan hiporefleks pada
lesi LMN. 6
Koordinasi. Test koordinasi pada anggota gerak atas termasuk finger-to-nose test
dengan melihat adanya tremor dan titik tunjuk serta kemampuan untuk menggerakkan
tangan secara kuat dan cepat atau tidak sama sekali yang disebut sebagai
dysdiadochokynesia. 3
Lesi pada Pleksus Brakialis
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 45
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
Kerusakan pada pleksus brakialis biasanya akibat kecelakaan yang hebat misalnya
jatuh atau benturan yang keras pada bahu atau trauma saat lahir, terutama pada bayi besar,
lahir dengan forcep atau bayi lahir sungsang.
Jika bagian atas (upper) (C5, 6) dari pleksus brakialis terpengaruhi (tertarik atau
tertekan), akan terjadi kelumpuhan atau kelemahan bahu dan lengan atas. Biasanya lengan
dalam posisi extensi dan rotasi internal yang disebut sebagai paralisis Erbs.
Lesi pleksus brakialis bawah (lower) (C7,
8 dan T1) bisa mengakibatkan paralisis dari
triceps, lengan bawah dan otot-otot kecil pada
tangan. Ini disebut sebagai paralisis Klumpke
dan jarang ditemui. 1,3
Pada paralisis yang komplit (complete)
(C5–T1), seluruh lengan bisa paralisis dan
gerakkan yang dapat dilakukan adalah hanya
mengerakkan bahu ke atas oleh muskulus
trapezius. Pada trauma pleksus brakialis total
dijumpai gangguan sensorik. Lesi letak tinggi
pada pleksus brakialis kemungkinan bisa
mempengaruhi saraf simpatis cervical yang
ditandai dengan Horners Syndrome. Ditandai
sebagai berikut (yang mana selalu bersifat
ipsilateral terhadap lesi), ptosis (penurunan
kelopak mata), miosis (konstriksi pupil),
anhidrosis (keringat inadekuat) dan enopthalmus. 3
Lesi pada Saraf Perifer
Nervus aksilaris. Kerusakan pada nervus aksilaris (C5-6) bisa terjadi akibat putaran
saraf pada collum humerus oleh fraktur atau dislokasi dari bahu. Pada muskulus deltoideus
bisa terjadi paralisis atau parestesia pada bagian insersi dari deltoideus. Pada umumnya lesi
nervus aksilaris dapat pulih secara spontan. 1,3
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 46
Gambar 44. Skematis lesi pleksus brakialis. 3
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
Nervus medianus. Nervus medianus biasanya
mengalami trauma pada daerah prgelangan tangan atau
lebih tinggi yaitu pada lengan bawah. Lesi letak rendah
dapat disebabkan oleh trauma tajam pada pergelangan
tangan atau dislokasi karpal.
Metode yang paling mudah untuk memeriksa
nervus medianus tersebut adalah dengan menyuruh
pasien untuk abduksikan ibu jari pada derajat sudut yang
tepat kearah palmar, kemudian kekuatan dinilai dan
dibandingkan dari sisi yang berlawanan. Biasanya pasien
tidak dapat melakukan abduksi dan hilangnya sensasi 3½
daerah radial jari-jari. 1,3
Biasanya paralisis parsial dari nervus medianus
ditemukan pada Carpal Tunnel Syndrome dimana terjadi
edema seperti pada kehamilan dan rheumatoid arthritis.
Penyempitan (narrowing) dari carpal tunnel bisa terjadi
pada fraktur pergelangan tangan seperti pada fraktur
Colles atau dislokasi dari lunate. 3
Nervus ulnaris. Trauma nervus ulnaris dapat terjadi di dekat pergelangan tangan
atau dekat sendi siku, tetapi dapat pula terjadi di tempat lain karena luka tikam. 1 Test untuk
fungsi nervus ulnaris yaitu memeriksa ketidakmampuan dari jari kelingking untuk abduksi
terhadap tahanan dan tidak ada kemampuan untuk memegang kartu diantara jari kelingking
dan jari manis, merupakan akibat dari paralisis muskulus interosseus dan lumbricals.
Froment's sign adalah suatu test pada adductor pollicis. Sebuah kartu diletakkan di
antara jari telunjuk dan ibu jari pada kedua tangan, pemeriksa menarik kartu tersebut dari
pasien sementara pasien berusaha menahan. Jika nervus ulnaris paralisis sendi
interphalangeal ibu jari akan flexi maksimal untuk memegang kartu, sedangkan sisi
berlawanan dari sendi interphalangeal ibu jari diekstensikan. Dan juga terdapat pengecilan
dari adductor pollicis dan interossei pada web space diantara metacarpal I dan II. Jika
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 47
Gambar 45. Skematis lesi nervus medianus. 3
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
pasien tidak bisa memegang kartu diantara kedua jari tersebut, berarti juga ada kelemahan
atau paralisis komplit dari jari yang abduksi. 3
Pada lesi letak rendah terdapat rasa tebal pada daerah ulnar 1½ jari-jari, kelainan
berupa claw hand. Disamping itu ditemukan pula adanya atrofi otot hipotenar dan otot
interoseus serta hilangnya sensasi jari kelingking. 1
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 48
Gambar 46. Skematis lesi nervus ulnaris. 3
Gambar 47. Skematis lesi nervus radialis. 3
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
Nervus radialis. Nervus radialis pada daerah sendi siku, lengan atas atau aksila
dapat terkena trauma. Cara yang tercepat untuk pemeriksaan paralisis nervus radialis
adalah menilai kekuatan extensi ibu jari tangan. Pemeriksaan lainnya yang kurang akurat
adalah extensi pergelangan tangan terhadap tahanan (resistance). Gangguan sensorik pada
trauma nevus radialis terletak pada daerah kecil dibasis ibu jari dan ini bisa meluas
kebelakang tangan. 3
3.4.2. Pemeriksaan Neurologis Anggota Gerak Bawah
Penurunan aktifitas neurologik anggota gerak bawah merupakan penampakan adanya
lesi pada otak, tulang belakang atau lesi pada saraf perifer. Pemeriksaan neurologik
anggota gerak bawah harus mencakup tonus, kekuatan otot, refleks, sensasi dan
koordinasi..3
Look
Dilakukan inspeksi anggota gerak bawah untuk menyingkirkan adanya deformitas,
kontraktur, dan pemendekkan. Perubahan warna kulit, luka-luka, atau kehilangan rambut
anggota gerak setempat mungkin menandakan kelainan vaskuler atau kelainan neurologik.
Postur anggota gerak bawah dapat memperlihatkan etiologi paralisis yang mungkin
terjadi. Ini termasuk kelainan adduksi anggota gerak bawah pada pasien-pasien dengan
diplegia spastik, dan biasanya oleh karena pergerakan atetosis atau fasikulasi.
Pemendekkan dari anggota gerak bawah memperlihatkan kelainan neurologis yang diderita
sejak lahir atau anak-anak, seperti pada spina bifida atau poliomyelitis. Sisi anggota gerak
berlawanan yang masih normal digunakan sebagai pembanding. 3
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 49
Penilaian Neurologis
1. Look2. Feel Sensasi3. Move Tonus
KekuatanRefleksKoordinasi
Lesi Nervus Perifer
1. Nervus kutaneus femoralis lateralis2. Nervus femoralis3. Nervus skiatika4. Nervus peroneal5. Nervus tibialis
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
Feel
Berubahnya kontur otot serta perubahan suhu harus
palpasi pada kedua sisi anggota gerak. Kandung kencing
diraba untuk melihat adanya pembesaran yang
disebabkan retensio urine atau kesulitan miksi.
Sensasi. Dilihat sesuai dermatom saraf anggota
gerak bawah. Test sensorik pada pasien dengan
kemungkinan lesi neurologik harus dilakukan minimal
pemeriksaan sensasi raba ringan, tusuk jarum (nyeri),
getaran dan propioseptik. 3 Prinsip cara pemeriksaannya
sama seperti yang telah dijelaskan pada pemeriksaan
neurologis anggota gerak atas.
Move
Tonus. Anggota gerak bawah digerakkan secara
pasif melewati seluruh range of motion dengan variasi
kecepatan yang berbeda. Tonus bisa normal, meningkat
atau melemah. 3 Prinsip pemeriksaannya sama seperti
yang telah dijelaskan pada pemeriksaan neurologis
anggota gerak atas.
Refleks. Refleks tendon dalam (deep) minimal
yang harus dinilai pada anggota gerak bawah adalah
refleks patela (L2, 3, 4) dan refleks Achilles (S1, 2). 3
Refleks patela (refleks quadriseps). Pasien duduk
atau berbaring; ketuklah di bawah atau di atas patela
(suprapatellar), sementara tangan pemeriksa diletakkan
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 50
Gambar 48. Skematis Dermatomes lower limb. 3
Gambar 49. Skematis pemeriksaan kekuatan otot anggota gerak bawah. 3
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
pada paha bagian bawah untuk merasakan dan memperhatikan kontraksi muskulus
quadriseps, dan tungkai bawah ekstensi. 6
Refleks Achilles. Pasien dalam posisi duduk atau berbaring; secara parsial fleksikan
pergelangan kaki pasien ke arah dorsal dengan mempergunakan satu tangan, ketuklah
tendon Achilles, rasakan dan perhatikan pergerakan refleks yang terjadi. 6
Hiperrefleks dan clonus mengindikasikan suatu lesi UMN. Tanda Babinsky (refleks
superficial) yang didapatkan dengan menggores bagian lateral volar dari kaki,
mengindikasikan suatu lesi UMN jika ibu jari kaki ekstensi (dengan atau tanpa
pengembangan jari-jari lainnya). Fleksi dari ibu jari (dan jari-jari lainnya) bisa
menandakan normal. 3
Koordinasi. Pemeriksaan koordinasi pada anggota gerak bawah seperti mengetok
telapak kaki pada tangan pemeriksa. Kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan cepat
dan terarah dari kaki diamati. 3
Lesi pada Saraf Perifer
Nervus kutaneus femoralis lateral. Merupakan cabang saraf sensoris dari ramus
L2-3, saraf ini berada di intraabdominal dan ekstraperitoneal. Nervus ini berada di
belakang fasia iliaka dan kemudian bersama fasia ini keluar di bawah paha di sebelah
bawah dari ligamentum inguinal tepat di bagian medial spina iliaka anterior superior.
Gejalanya berupa rasa tebal, nyeri yang bersifat tumpul dan terbakar terutama pada aspek
anterolateral tungkai atas. Pada pemeriksaan penekanan sekitar spina iliaka anterior
superior akan menyebabkan gejala bertambah berat. 1
Nervus femoralis. Kerusakan pada nervus femoralis pada paha bagian atas bisa
menyebabkan paralisis dari otot-otot kuadriceps. Iritasi dari nervus femoralis bisa dinilai
dengan memfleksikan tutut dengan posisi pasien telungkup dan paha diekstensikan, ini
akan menyebabkan rasa nyeri pada paha bagian depan. Pemeriksaan ini disebut sebagi Test
penegangan nervus femoralis. 3
Nervus skiatika. Lesi pada nervus skiatika biasanya diakibatkan oleh prolaps diskus
vertebra pada batas L4, 5 atau L5, S1. Pada lesi L5 akan tampak kelemahan pada kaki yang
didorsofleksikan dan refleks tendon Achilles yang tidak ada, bersamaan dengan lemahnya
dari plantar fleksi pada lesi S1. Pemeriksaan lain yaitu lutut diekstensikan dan paha
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 51
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
difleksikan sejauh mungkin, dorsofleksi secara pasif pada kaki (laseques test) akan
meregangkan nervus sciatic lebih lanjut dengan menghasilkan nyeri dan spasme otot. 3 Efek
ini juga bisa diperoleh dengan fleksi pada leher ke arah dada, saat tungkai diangkat dengan
lutut diekstensikan penuh. 3
Nervus peroneus komunis. Biasanya
akibat dislokasi dari lutut dengan ruptur
ligamentum lateralis kolateral dari lutut atau
fraktur dari fibula bagian atas (nervus
paroneus komunis mengelilingi leher fibula).
Lesi pada saraf ini mengakibatkan
kelumpuhan motorik berupa drop foot disertai
hilangnya eversi kaki dengan tingkat paralisis
nervus tibialis anterior serta otot-otot
ekstensor halusis longus, peroneus dan
ekstensor digitorum brevis. Gangguan sensoris
dapat ditemukan pada aspek lateral kaki dan
tungkai bawah dekat pergelangan kaki. 1
Nervus tibialis. Kerusakan pada nervus
medialis poplitea biasanya akibat dislokasi
dari lutut dan mengarahkan ke paralisis yang
bervariasi dari plantar fleksi kaki dan jari-jari.
Dan juga ditemukan parestesia pada tumit dan
bagian telapak kaki, bagian lateral dari kaki
dan bagian posterior tungkai. Nyeri dapat ditemukan pada penekanan sepanjang distribusi
nervus tibialis, misalnya pada bagian bawah maleolus medialis atau diberikan gerakan
valgus pada tumit. 1,3
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 52
Gambar 50. Skematis lesi saraf perifer pada anggota gerak bawah. 3
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
BAB IV. PEMERIKSAAN FISIK ORTOPEDI PADA ANAK
Umumnya pemeriksaan ortopedi pada bayi/anak tidak jauh berbeda dengan
pemeriksaan ortopedi pada orang dewasa. Pada anak pemeriksaan dilakukan untuk
mendiagnosis kelainan bawaan, trauma kelahiran, atau kelainan akibat perkembangan anak
secara dini dan kemudian dapat merencanakan tindakan yang diperlukan dengan baik
untuk mendapatkan keadaan dewasa yang baik. 2
Trauma kelahiran biasanya terjadi pada persalinan-persalinan yang sulit seperti pada
persalinan letak sungsang. Bila pada pemeriksaan di temukan kelaiana bawaan, dianjurkan
untuk memeriksa secara teratur bayi tersebut sampai dengan umur satu tahun dan bila di
perlukan, dilakukan koreksi yang lebih dini. 1
Data-data tentang riwayat kelahiran, riwayat kehamilan ibu, riwayat keturunan dan
perkembangan anak sangat diperlukan dalam membantu mengarahkan diagnosis. 2
Pemeriksaan fisik dilakukan seperti halnya pada orang dewasa. Pemeriksaan sebaiknya
dimulai dari bagian yang tidak mengalami kelainan.
4.1. PEMERIKSAAN PADA BAYI
Menurut Siffert, Orthopaedic Check List (pemeriksaan neuromuskuloskeletal pada
bayi yang baru lahir untuk mencari/menemukan kelainan bawaan secara dini) merupakan
standar pemeriksaan ortopedi pada bayi yang terdiri atas pemeriksaan umum dan
pemeriksaan regional: 1,2
Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan pergerakan sendi pada bayi dilakukuan dengan mengamati gerakan
spontan bayi atau gerakan pasif bayi melalui suatu stimulasi. Pada pemeriksaan
diperhatikan pula sikap berbaring bayi yang merupakan gambaran sikap intra uterinnya,
dan ini memberikan perkiraan besar jangkauan pergerakan sendinya. Kedudukan normal
intra uterin janin adalah tungkai bawah menyilang dengan posisi rotasi eksterna dimana
pada posisi ini diharapkan bayi mempunyai gerakan abduksi penuh pada kedua tungkai.
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 53
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
Secara normal sendi panggul, serta siku pada bayi tidak dapat diekstensikan secara penuh
dan ini bisanya berlangsung beberapa minggu. 1
Pemeriksaan Regional
Pemeriksaan regional dilakukan secara sistematis, dengan urutan pemeriksaan
sebagai berikut: Pemeriksaan leher, bahu, siku dan tangan, tulang belakang, sendi panggul,
sendi lutut dan tungkai bawah. 1
4.1.1. Pemeriksaan leher
Look. Pemeriksaan leher pada posisi telentang biasanya sulit dilakukan karena pada
keadaan fleksi kepala atau karena halangan dari lemak pada dagu dan dada. Untuk
mengatasi keadaan ini satu tangan pemeriksa di punggung bagian atas bayi hingga kepala
dalam keadaan ekstensi dan sekaligus mnyebabkan bahu dan dada lebih menonjol. 1
Feel. Dada, klavikula, bahu dan leher dipalpasi dengan tangan serta leher digerakan
ke seluruh jurusan. Melalui pemeriksaan ini dapat ditemukan fraktur klavikula akibat
trauma kelahiran, tortikolis (kontraktur otot sternokleidomastoideus), sidroma Klippel-Feil
(kegagalan segmentasi vertebra servikalis), deformitas Sprengel (skapula letak tinggi) serta
kelainan-kelainan lainnya. 1
Move. Pada saat yang bersamaan waktu mengekstensikan kepala diamati pergerakan
kepala dan anggota gerak atas bayi karena pada tindakan ini bayi akan menggerakan kedua
anggota gerak atas sebagai reaksi perlawanan. 1
Kalau melihat posisi kepala terpaku (fixed) pada satu jurusan, maka perlu dilihat dan
perhatikan apakah bentuk gerakannya terhambat. Apabila tampak pendek dan gerakan
terbatas, maka perhatian khusus pada pemeriksaan otot sternokleidomastoideus. Untuk ini
maka bayi diangkat dengan mengangkat punggung, sehingga kepala menengadah.
Perhatikan kembali kelainan yang tampak, benjolan yang fusiform di otot
sternokleidomastoideus yang disebut Spindle like tumor. Selain itu raba ketegangan otot;
kemudian gerakan kepala ke kanan, ke kiri dan rotasi. Kelainan yang ada di daerah ini
pada umumnya perlu diperkirakan untuk diagnosis banding dari keadaan leher pendek
(brevi collis). 2
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 54
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
Congenital Muscular Torticollis. Akibat dari kelainan otot sternokleidomastoideus
yang pendek dan tegang, apabila yang terkena sisi kanan, maka kepala menengok ke kiri
dan kepala miring ke kanan. Keadaan demikian menyebabkan ganggunan gerak rotasi ke
kanan dan fleksi lateral ke kiri.
Posisi leher miring ini juga bisa karena kongenital skoliosis yang untuk diagnosisnya
perlu pemeriksaan X-ray, yaitu tampak adanya hemivertebra.
Syndroma Klieppel Feil. Selain leher pendek terdapat juga hambatan gerak
fleksiekstensi sebagai akibat kegagalan segmentasi tulang belakang, tetapi gerak rotasi
tetap baik, karena gerakan rotasi ini adalah gerakan atlantoaksial yang biasanya tidak
terganggu (C1-C2).
Sprengel disease. Kelainan ini adalah akibat terjadinya arrest pertumbuhan skapula,
sehingga skapula tetap kecil dan letaknya tinggi mengakibatkan leher tampak pendek
(jarak batas rambut-bahu pendek). 2
4.1.2. Pemeriksaan Anggota Gerak Atas
Look.
Perlu diperhatikan lengkap atau tidak, bentuk dan gerakannya. Anggota gerak yang
kurang gerak, biasanya sebagai akibat trauma yang dapat menimbulkan kelumpuhan dan
perlu diperhatikan pada waktu pemeriksaan berikutnya (feel & move). Adanya
pembengkakkan serta deformitas pada bayi mengarah kecurigaan pada suatu fraktur
humerus. Pada tangan, kelainan-kelainan yang dapat diamati misalnya jari picu (trigger
thumb), sindaktili dan polidaktili. 1,2
Feel. Diperiksa sekaligus untuk melihat fungsi. Raba benjolan yang ada. 1
Move. Klavikula. Pemeriksaan dimulai dengan meraba daerah klavikula. Absen clavicula
(aganesis/aplasia klavikula). Tidak teraba adanya klavikula, Gerakan bahu berlebihan yaitu
dapat dilipat dan dipertemukan kedua bahu kanan-kiri digaris tengah depan.
Craniocleido disostosis. Suatu keadaan kongenital pseudoarthrosis klavikula. Serupa
dengan fraktur klavikula tetapi biasanya bilateral, terdapat kelainan di rahang yang disebut
open bite. Perlu pemeriksaan X-ray. Fraktur klavikula dapat terjadi akibat proses
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 55
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
persalinan; sengaja dipatahkan pada keadaan persalinan shoulder distosia (kesukaran
melahirkan bayi karena bahu yang lebar). Biasanya pada fraktur klavikula disertai dengan
pseudoparalisis seperti lesi pleksus brakialis. Kelumpuhan ini dapat dilihat bila pada
pemeriksaan mengangkat tangan dan kemudian dilepas, ekstremitas akan jatuh tanpa
tahanan. Perlu dipikirkan juga kemungkinan kelumpuhan seperti: Erb’s Duchene palsy,
Klumpke paralyse, plexus branchialis palsy partial/total.
Bahu. Biasanya tak banyak kelainan, kecuali bila ada kelumpuhan.
Siku. Bayi baru lahir biasanya posisi siku fleksi, akibat kedudukan dalam rahim
(foetal position), sehingga ekstensi tak pernah maksimal, tetapi pronasi dan supinasi dapat
penuh. Apabila kedudukan siku ekstensi, maka harus dipikirkan kemungkinan keadaan
abnormal seperti pada arthrogryposis multiplex congenital. Apabila gerak (pro-supinasi)
terbatas, maka hal ini biasanya disebabkan karena adanya kelainan congenital radioulnar
synostosis (menjadi satu dibagian proksimal radius dan ulna). 2
Antebrachii (lengan bawah). Kelainan yang nampak adalah keadaan aplasia atau
displasia dari radius, sehingga tampak tangan deviasi ke arah radius atau disebut radial
club hand suatu keadaan inkomplit/partial amputasi, agenesis/aplasia tulang radius
sebagian atau seluruhnya. Bisa juga ditemukan Madellung Deformity, keadaan kongenital
dislokasi sendi radioulnar distal. 2
Tangan. Bisa didapat polidaktili, sindaktili. Yang penting pada pemeriksaan tangan
adalah memperhatikan ibu jari yang pada waktu jari-jari diekstensi selalu dalam keadaan
fleksi, perlu dicoba untuk ekstensi. Kelainan yang ada/mungkin adalah Clasp thump,
Congenital trigger thumb. 2
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 56
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
4.1.3. Pemeriksaan Tulang Belakang
Look
Dengan tangan kiri, bayi di telungkupkan dalam posisi punggung sedikit fleksi.
Perhatikan letak skapula/leher pendek, apakah tulang belakang lurus, benjolan, kemudian
konfirmasi dengan pemeriksaan feel. 1
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 57
Gambar 51. Skematis kelainan-kelainan pada anggota gerak atas. 3
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
Feel
Palpasi kelainan yang ada. Dapat di
temukan adanya meningokel, skoliosis
kongenital serta kadang-kadang dapat diraba
adanya spina bifida. 1
Move
Pada posisi tengkurap diamati gerakan
angota gerak bawah yang biasanya menendang-
nendang dan bila tidak ada pergerakan angota
gerak bawah, perlu dicurigai adannya
kelumpuhan. 2
4.1.4. Pemeriksaan Anggota Gerak Bawah
Look
Juga seperti anggota gerak atas, lihat juga perbedaan panjang dan bentuk serta
gerakan-gerakan aktif. Adakah perbedaan lipatan kulit antara sisi kanan dan kiri, bila
terjadi dislokasi panggul bawaan maka lipatan-lipatan ini akan berubah. 1,2
Feel
Diperiksa sekaligus untuk melihat fungsi. Raba benjolan yang ada. 2
Move
Panggul. Diperiksa bersama kanan dan kiri untuk membandingkan gerak kanan dan
kiri dengan memegang paha bayi; Ibu jari pemeriksa berada di sisi medial pada bayi,
telunjuk dan jari tangan pemeriksa berapa di sisi lateral paha bayi. Pada pemeriksaan ini
bayi diletakkan dalam keadaan terlentang pada alas yang keras dan rata, kemudian sendi
panggul digerakan ke segala arah. Adanya tanda Click menandakan adanya dislokasi. 1,2
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 58
Gambar 52. Skematis kelainan-kelainan pada tulang belakang. 3
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
Beberapa pemeriksaan khusus yang dilakukan untuk melihat adanya dislokasi
panggul bawaan adalah uji Barlow, uji Ortolani, dan tanda Galeazzi. 1
Uji Ortolani. Bagian medial pada bayi dipegang dengan ibu jari dan jari-jari
diletakan pada trokanter mayor; Sendi panggul difleksikan sampai 90 dan diabduksi
perlahan-lahan. Pada bayi normal abduksi berjalan lancar sampai hampir 90. Pada
dislokasi kongenital biasanya gerakan terhalang kurang dari 60 dan bila dilakukan
penekanan pada trokanter mayor akan terdapat suatu bunyi klik maka hal ini menandakan
adanya reduksi dislokasi dan disebut uji Ortolani positif. 1,7
Uji Barlow. Uji Barlow dilakukan seperti pada uji Ortolani. Paha bagian atas
dipegang dan ibu jari diletakan pada lipat paha kemudian dicoba memasukan atau
mengeluarkan kaput femoris dari asetabulum baik dalam keadaan abduksi maupun
adduksi. Bila kaput femoris dapat dikeluarkan dari soketnya (asetabulum) dan dimasukan
kembali disebut dislocatable/unstable of the hip. 1,7
Tanda Galezzi. Pada pemeriksaan ini kedua lutut bayi dilipat penuh dengan
punggung dalam keadaan fleksi 90 serta kedua paha saling dirapatkan. Keempat jari
pemeriksa memegang bagian belakang tungkai bawah dengan ibu jari di depan. Dalam
keadaan normal kedua lutut akan sama tinggi dan bila terdapat dislokasi panggul bawaan
maka tungkai yang mengalami dislokasi, lututnya akan terlihat lebih rendah dan disebut
tanda Galezzi positif. 1
Lutut dan Tungkai Bawah: seperti pada siku posisi normal lutut adalah fleksi dan
tidak bisa ektensi maksimal. Pemeriksaan pada lutut bertujuan untuk melihat adanya
dislokasi dan kekakuan sendi lutut seperti artrogriposis multipel bawaan. Pada tungkai
bawah diperiksa adanya torsi tibia, adanya constriction band yang mencekik tungkai
sehingga bagian distalnya tidak berfungsi. 1
Pergelangan kaki dan kaki. Pada pergerakan kaki di periksa apakah dordsofleksi
pasif ibu jari kaki dapat menyentuh permukaan depan tibia. Kelainan-kelainan pada kaki
yang dapat segera terlihat yaitu talipes ekiunovarus kongenital, pes kalkanoevalgus,
metatarsus primus varus, metatarsus varus, sindaktili, dan polidaktili. 1
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 59
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
4.2. PEMERIKSAAN PADA ANAK BERTUMBUH
Banyak kelainan pada bayi dan anak apabila diamati dan dicermati lebih lanjut
merupakan kelainan yang dapat sembuh secara spontan sehingga yang terpenting adalah
evaluasi penderita secara teratur dan memberikan keyakinan pada orang tua penderita.
Untuk itu pada bayi dengan kecurigaan adanya kelainan bawaan, maka bayi-bayi ini
sebaiknya diperiksa setiap enam bulan dan dilanjutkan sampai dengan anak berjalan.
Apabila diperlukan, dilakukan pemeriksaan laboratorium khusus.
Penderita dan keluarganya memerlukan konsultasi dan bimbingan dari seseorang
yang ahli dalam bidang genetik dengan tujuan untuk: mengetahui apakah penyakit ini
merupakan penyakit herediter/genetik; memberikan pemahaman tentang resiko-resiko
yang mungkin terjadi akibat kelainan tersebut; memberikan pengertian agar keluarga
memberikan dukungan dan pengertian pada penderita tentang kelainan/penyakit yang
dideritanya. 1
Demikianlah Pemeriksaan orthopaedic check list yang perlu dilakukan pada
pemeriksaan muskuloskeletal bayi-anak untuk mendiagnosis kelainan bawaan, trauma
kelahiran atau kelainan akibat perkembangan anak secara dini dan kemudian dapat
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 60
Gambar 53. Skematis kelainan-kelainan pada anggota gerak bawah. 3
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
merencanakan tindakan yang diperlukan dengan tepat untuk mendapatkan keadaan dewasa
yang baik. 2
DAFTAR RUJUKAN
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 61
Gambar 54. Skematis pemeriksaan pada anak bertumbuh. 9
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
1. Rasjad C. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Bintang Lamumpatue. Makassar. 2000;
1-83.
2. Reksoprodjo S. Orthopaedi. Dalam: Reksoprodjo S, Pusponegoro AD, Kartono D,
dkk. Editor. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Bagian Ilmu Bedah FK UI. Binarupa
Aksara. Jakarta; 447-71.
3. A Simple Guide to Orthopaedics. Update: Agustus 2003. Available from: URL:
http://www.wordortophaedic. com. (PDF).
4. Bateson G. Diagnosis in Orthopaedics. In: Apley AG, Solomon L. Editors. System
of Orthopaedics and Fracture. 7th Ed. Butter Worth-Heinemann Ltd. Bath Press. 1993;
3-29.
5. McRae R. Clinical Orthopaedic Examination. 3rd Edition. Longman Singapore
Publishers Pte Ltd. Singapore. 1995; 1-260.
6. Delp MH, Manning RT. Major Diagnosis Fisik. Edisi Bahasa Indonesia: Alih
Bahasa: Siregar MR, Darma A. Edisi IX. EGC. 1996; 130-41, 500-41.
7. Apley AG, Solomon L. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley. Edisi
Bahasa Indonesia: Alih Bahasa: Nugroho E. Edisi VII. Widya Medika. Jakarta.1995; 1-
223.
8. Novak PD. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Edisi ke-25. EGC. Jakarta. 1998.
9. Department of Paediatrics University of Berne. General Physical Examination. Part
I. In: Examining the Child. Nestec Ltd. Switzerland .1999.
KATA PENGANTAR
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 62
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
Assalammualaikum Wr. Wb.
Dengan rasa syukur dan hati lega, penulis telah selesai menyusun paper ini guna
memenuhi persyaratan Mid Test Kepanitraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Bedah Rumah
Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan (RSUPM) dengan judul “Pemeriksaan Fisik Ortopedi”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
Dr. M. Manan, SpBO., para Supervisor Bedah dan para Residen Bedah di Bagian Ilmu
Bedah RSUPM atas bimbingan dan arahannya selama mengikuti Kepaniteraan Klinik
Senior di Bagian Ilmu Bedah RSUPM serta dalam penyusunan paper ini.
Bahwasanya hasil usaha penyusunan paper ini masih banyak kekurangannya,
tidaklah mengherankan karena keterbatasan pengetahuan yang ada pada penulis. Kritik dan
saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan guna perbaikan penyusunan
paper lain dikemudian kesempatan.
Harapan penulis semoga paper ini dapat bermanfaat dalam menambah pengetahuan
serta dapat menjadi arahan dalam mengimplementasikan pemeriksasan fisik ortopedi guna
mendiagnosis kasus bedah ortopedi di masyarakat.
Wassalammualaikum Wr. Wb.
Medan, Agustus 2003
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………………… i
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 63
i
Special for You:Dr. Binsar Parhusip
Yanto Dhiah Emi Koko Muna
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………………. ii
BAB I. PENDAHULUAN ……………………………………………………………………………….……1
BAB II. PEMERIKSAAN FISIK ORTOPEDI ……………………………………………..…………. 3
2.1. Anamnesis.....................................................................................................3
2.2. Pemeriksaan Fisik Umum.............................................................................4
2.3. Pemeriksaan Fisik Ortopedi..........................................................................5
2.3.1. Pemeriksaan Ortopedi Umum...........................................................5
2.3.2. Pemeriksaan Ortopedi Regional.....................................................10
BAB III. PEMERIKSAAN FISIK ORTOPEDI PADA DEWASA …………………………….. 11
3.1. Pemeriksaan Anggota Gerak Atas...............................................................11
3.1.1. Bahu dan Lengan Atas....................................................................11
3.1.2. Siku dan Lengan Bawah.................................................................14
3.1.3. Pergelangan Tangan dan Tangan...................................................17
3.2. Pemeriksaan Tulang Belakang....................................................................21
3.2.1. Pemeriksaan Vertebra Servikalis....................................................21
3.2.2. Pemeriksaan Vertebra Torakalis dan Lumbalis..............................23
3.3. Pemeriksaan Anggota Gerak Bawah...........................................................27
3.3.1. Pemeriksaan Cara Berjalan dan Waktu Berdiri..............................27
3.3.2. Pemeriksaan Panggul dan Tungkai Atas........................................32
3.3.3. Pemeriksaan Lutut dan Tungkai Bawah.........................................37
3.3.4. Pemeriksaan Pergelangan Kaki dan Kaki.......................................41
3.4. Pemeriksaan Neurologis..............................................................................45
3.4.1. Pemeriksaan Neurologis Anggota Gerak Atas...............................46
3.4.2. Pemeriksaan Neurologis Anggota Gerak Bawah............................53
BAB IV. PEMERIKSAAN FISIK ORTOPEDI PADA ANAK.........................................57
4.1. Pemeriksaan Pada Bayi...............................................................................57
4.1.1. Pemeriksaan leher...........................................................................58
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 64
ii
1
3
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
4.1.2. Pemeriksaan Anggota Gerak Atas..................................................59
4.1.3. Pemeriksaan Tulang Belakang........................................................61
4.1.4. Pemeriksaan Anggota Gerak Bawah..............................................62
4.2. Pemeriksaan Pada Anak Bertumbuh...........................................................64
DAFTAR RUJUKAN..........................................................................................................66
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna 65
iii