PEMBERDAYAAN MAHASISWA DI LINGKUNGAN KAMPUS...
Transcript of PEMBERDAYAAN MAHASISWA DI LINGKUNGAN KAMPUS...
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
PEMBERDAYAAN MAHASISWA DI LINGKUNGAN
KAMPUS DALAM MENDUKUNG PROGRAM PENCEGAHAN
DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN
PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) DI DAERAH
ISTIMEWA YOGYAKARTA
BIDANG KEGIATAN
PKM ARTIKEL ILMIAH
(PKM –AI)
Diusulkan Oleh :
ARDYANTO IMAM W. E0010046/2010
BINTANG INDARA JATI E0010075/2010
YUNITA KURNIA DEWI E0010366/2010
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014
PEMBERDAYAAN MAHASISWA DI LINGKUNGAN KAMPUS DALAM
MENDUKUNG PROGRAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN
PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN)
Yunita Kurnia Dewi, Ardyanto Imam W., Bintang Indara Jati
(Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta)
Email : [email protected]
ABSTRACK
The crime of narcotics to constitute grouped crime as extraordinary crime
(extraordinary crimes). The writing of this paper aimed at dealing with the crime
of narcotics especially in the Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) by including the
community. This writing used the writing method of the sociological or empirical
law. Then the data that was made the writing material initially was the secondary
data to afterwards be continued in the writing towards the primary data in the
field. To tackling that cirme is needed marks sense participation of society, and
college student as part of society have role that really helps deep program
Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba
(P4GN). The urgency of the importance of empowerment of the community in
supporting the movement of the program Pencegahan dan Pemberantasan
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) in DIY also had the
foundation of the law that in Undang-Undang Dasar 1945 articles 30 about the
Defence of the Country, Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 abaut Narcotics
espesially the articles 104-108 concerning the Importance of the Community’s
Participation, as well as Instruksi Presiden Nomor 12 Tahun 2011 abaut
Jakstranas P4GN 2010-2014 and the Presidential Regulation.
Keywords :
Narcotics, the control narcotics, empowerment of the society
ABSTRAK
Kejahatan narkotika merupakan kejahatan yang digolongkan menjadi kejahatan
luar biasa (extraordinary crimes). Penulisan karya tulis ini bertujuan untuk
menanggulangi kejahatan narkotika khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta
(DIY) dengan mengikutsertakan masyarakat. Penulisan ini menggunakan metode
penulisan hukum sosiologis atau empiris, maka data yang dijadikan bahan
penulisan pada awalnya adalah data sekunder untuk kemudian dilanjutkan pada
penulisan terhadap data primer lapangan. Untuk menanggulangi kejahatan
tersebut dibutuhkan adanya peranserta dari masyarakat, dan mahasiswa sebagai
bagian dari masyarakat memiliki peran yang sangat membantu dalam program
Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba
(P4GN. Urgensi pentingnya pemberdayaan masyarakat dalam mendukung
gerakan program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan
Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) di DIY juga memiliki dasar hukum yaitu
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 30 tentang Pertahanan Negara, Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika khususnya Pasal 104-108
mengenai Pentingnya Peran Serta Masyarakat, serta Instruksi Presiden Nomor
12 Tahun 2011 tentang Jakstranas P4GN 2010-2014 dan Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional.
Kata Kunci :
Narkotika, penanggulangan Narkotika, pemberdayaan masyarakat
A. PENDAHULUAN
Masalah Peredaran gelap narkotika menjadi suatu permasalahan yang kian
marak dan komplek dengan bertambahnya jumlah penyalahguna dan atau pecandu
Narkoba. Dampak yang ditimbulkan dari penyalahgunaan dan peredaran gelap
Narkoba tidak hanya mengancam kelangsungan hidup dan masa depan
penyalahgunaannya saja, tetapi juga masa depan bangsa dan negara. Dampak ini
mengancam berbagai lapisan masyarakat tanpa memandang strata sosial,
ekonomi, usia, dan tingkat pendidikan. Pada tahun 2012 prevalensi jumlah
penyalahguna Narkoba telah mencapai angka 2,2% penduduk Indonesia atau
setara dengan kurang lebih 4,2 juta jiwa; dengan golongan pelajar menempati
urutan kedua jumlah penyalahguna terbesar setelah pekerja, yakni sejumlah 22%
total penyalahguna Narkoba. Dari angka tersebut BNN memprediksi setidaknya
setidaknya 50 orang meninggal dunia setiap hari karena Narkoba. Untuk
Yogyakarta sendiri angka prevalensi mencapai 2,8% yang berarti ada kurang lebih
69.000 orang penyalahguna Narkoba di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Data ungkap kasus tindak pidana narkoba di wilayah DIY dari Polda DIY
menyatakan dari bulan Januari hingga November 2013 ditemukan kasus tindak
pidana narkoba sejumlah 417 kasus, dengan sejumlah 82 kasus berasal dari pelajar
dan mahasiswa.
Dari data tersebut menunjukkan bahwa dampak yang ditimbulkan dari
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba tidak hanya mengancam
kelangsungan hidup dan masa depan penyalahgunanya saja, namun juga masa
depan bangsa dan negara. Sebagian besar penyalahguna Narkoba adalah generasi
muda yang merupakan modal dan aset bangsa di masa depan. Di kalangan pelajar
dan mahasiswa, Narkoba menjadi ancaman terhadap masa depannya.
Oleh karena dampaknya yang luas dan sistematik narkoba telah
digolongkan menjadi kejahatan luar biasa (extra ordinary crimes). Narkoba
sebagai kejahatan luar biasa menjadikan pemerintah RI membuat aturan
pelaksanaan Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika yaitu
Restrukturisasi kelembagaan Badan Narkotika Nasional dalam melakukan
Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba
(P4GN), dengan terbitnya Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang
Badan Narkotika Nasional (BNN)
Salah satu solusi untuk menghindari dampak dari penyalahgunaan dan
peredaran gelap narkoba adalah dengan pemberdaayaan peran serta masyarakat.
Hal ini dikarenakan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba terjadi di
masyarakat sehingga masyarakat dianggap lebih tahu dan lebih mampu
menangani serta mengatasi masalah tersebut. Peran serta masyarakat adalah suatu
bentuk dukungan masyarakat dalam hal pelaksanaan upaya preventif, promotif,
kuratif, dan rehabilitatif. Peran serta masyarakat dianggap penting untuk
menghindari penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Oleh karena itu perlu
dibangun suatu kesadaran dari setiap individu agar memiliki peran sesuai dengan
keahliannya masing-masing dalam upaya Pencegahan dan Pemberantasan
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN). Pemberdayaan
masyarakat adalah upaya untuk memampukan dan memandirikan masyarakat
dengan teknik , metode, strategi, pendampingan dan intervensi tertentu agar
masyarakat dapat berpartisipasi aktif.
Didalam karya tulis ini, penulis mengemukakan gagasan secara tertulis
bahwa bagaimana mengatasi masalah akibat dari peredaran gelap dan
penyalahgunaan narkoba di lingkungan kampus melalui pemberdayaan
mahasiswa. Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas, maka dapat
dirumuskan pokok permasalahannya yang pertama tentang bagaimanakah
kedudukan hukum peran serta mahasiswa yang merupakan bagian dari
masyarakat didalam mendukung pelaksanaan Program Pencegahan dan
Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) serta
bagaimanakah cara memberdayakan mahasiswa untuk mendukung program
Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba
(P4GN). Adapun tujuan dari penulisan penelitian ini untuk mendeskripsikan
kedudukan hukum peran serta dan pemberdayaan mahasiswa yang merupakan
bagian dari masyarakat serta bentuk pemberdayaan dan peran serta mahasiswa
untuk mendukung pelaksanaan program Pencegahan dan Pemberantasan
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN). Dalam penelitian ini
penulis mengharapkan hasil penulisan program kegiatan mahasiswa ini dapat
memberikan manfaat bagi mahasiswa di Yogyakarta agar mendapatkan wawasan
baru tentang cara penanggulangan kejahatan narkotika dalam membantu Program
Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba
(P4GN).
B. METODE PENULISAN
Dalam menyusun karya tulis ini penulis menggunakan metode sosiologis
atau empiris, oleh karenanya data yang diteliti pada awalnya adalah data sekunder,
untuk kemudian diadakan penelitian terhadap data primer di lapangan atau pada
sasaran. Sifat penulisan ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk
menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atau
kelompok tertentu,atau untuk menentukan penyebaran suatu gejala, atau untuk
menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain dalam
masyarakat. Pengumpulan data menggunakan teknik pengumpulan data yang
bersifat primer dan sekunder, data primer diperoleh melalui wawancara dengan
pegawai bidang Pemberdayaan Masyarakat, Bidang Pencegahan dan Bidang
Pemberantasan Badan Narkotika Nasional Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
dan data sekunder diperoleh melalui seminar penyuluhan bidang pemberdayaan
masyarakat dan bidang pencegahan. Penulisan karya tulis ini menggunakan
pendekatan penelitian lapangan (field research), yaitu pendekatan dengan
mengumpulkan data kualitatif melalui studi kasus dengan mengggunakan data
lapangan dan wawancara yang kemudian dianalisa secara ekstensif (Lexy J.
Moleong, 2005:26).
C. HASIL PEMBAHASAN
Di kalangan mahasiswa, penyalahgunaan Narkoba akan berdampak
menjadikan prestasi menurun, kurang dapat bersosisalisasi, kurang memiliki
keahlian/ketrampilan, tingginya tingkat absensi, kejahatan perilaku merusak diri,
terlibat aktivitas antisosial, sikap agresif dan cemas yang berlebihan. Mahasiswa
akan diberdayakan untuk mengatasi masalah dari penyalahgunaan dan peredaran
gelap narkoba di lingkungan mahasiswa dikampus. Hal ini dikarenakan
mahasiswa merupakan bagian dari masyarakat sehingga ia memiliki peran serta
yang sama dengan masyarakat dan dianggap sebagai suatu solusi yang lebih bisa
dipahami dan efektif karena mahasiswa lebih mengerti situasi dan pergaulan
dikampus. Selain itu kampus merupakan kawasan rawan narkoba yaitu kawasan
yang teridentifikasi secara inrensif baik secara hukum, budaya, ekonomi, dan
sosial sebagai wilayah tempat transaksi dan bisnis ilegal untuk menyalahgunakan
dan mengedarkan narkoba baik secara terang-terangan maupun sembunyi-
sembunyi.
Mahasiswa merupakan bagian dari masyarakat yang memiliki kewajiban
untuk melaporkan tentang terjadinya tindak pidana narkotika kepada aparat
penegak hukum. Disamping kewajiban itu, mahasiswa mempunyai hak untuk
mendapatkan jaminan keamanan dan perlindungan hukum dari aparat penegak
hukum. Peran serta masyarakat sangat dibutuhkan untuk memberantas peredaran
gelap narkotika, karena tanpa dukungan masyarakat maka segala usaha, upaya dan
kegiatan penegakan hukum akan mengalami kesulitan atau bahkan kegagalan.
Disinilah pentingnya mengubah sikap tingkah laku dan kepedulian mahasiswa
terhadap pencegahan dan penanggulangan tindak pidana narkotika.
Didalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 telah dicantumkan
amanat untuk masyarakat yang didalamnya juga termasuk mahasiswa untuk
membantu Polri, BNN maupun pihak yang berwenang dalam menanggulangi
bahaya narkoba. Pasal-pasal yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat
adalah :
- Pasal 104 berbunyi:
“Masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk berperan
serta membantu pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan
peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika.”
- Pasal 105 berbunyi:
“Masyarakat mempunyai hak dan tanggung jawab dalam upaya pencegahan
dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan
Prekursor Narkotika.”
- Pasal 106 berbunyi:
“Hak masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika
diwujudkan dalam bentuk:
a. mencari, memperoleh, dan memberikan informasi adanya dugaan telah
terjadi tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkotika;
b. memperoleh pelayanan dalam mencari, memperoleh, dan memberikan
informasi tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana Narkotika
dan Prekursor Narkotika kepada penegak hukum atau BNN yang
menangani perkara tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkotika;
c. menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung jawab kepada
penegak hukum atau BNN yang menangani perkara tindak pidana
Narkotika dan Prekursor Narkotika;
d. memperoleh jawaban atas pertanyaan tentang laporannya yang diberikan
kepada penegak hukum atau BNN;
e. memperoleh perlindungan hukum pada saat yang bersangkutan
melaksanakan haknya atau diminta hadir dalam proses peradilan.”
- Pasal 107 berbunyi:
“Masyarakat dapat melaporkan kepada pejabat yang berwenang atau BNN
jika mengetahui adanya penyalahgunaan atau peredaran gelap Narkotika
dan Prekursor Narkotika.”
- Pasal 108 berbunyi:
Ayat (1)“Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 104,
Pasal 105, dan Pasal 106 dapat dibentuk dalam suatu wadah yang
dikoordinasi oleh BNN.”
Ayat (2) “ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Kepala BNN.”
Peraturan lain mengenai pemberdayaan masyarakat yaitu Peraturan
Kepala Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2010
Tentang Pembentukan Wadah Peran Serta Masyarakat Pasal 3 ayat (1)
menyatakan “Wadah peran serta masyarakat dapat berupa forum koordinasi,
pusat pelaporan dan informasi, serta wadah lainnya sesuai kebutuhan.”
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana juga mengatur mengenai
kedudukan hukum peran mahasiswa didalam pelaksanaan pemberdayaan
masyarakat yang tertuang didalam Pasal 108 yang berbunyi :
“Setiap orang yang mengalami, melihat, menyaksikan dan/atau menjadi
korban peristiwa yang merupakan tindak pidana berhak untuk mengajukan
laporan atau pengaduan kepada penyidik dan/atau penyelidik baik lisan
maupun tulisan”
Dalam hal ini semua rakyat Indonesia, baik pejabat pemerintah maupun
masyarakat wajib melaporkan bilamana mengetahui tentang adanya tindak pidana
penyalahgunaan narkoba. Selain yang tertuang didalam Pasal 108 KUHAP,
didalam Pasal 111 KUHAP juga mengatur mengenai kedudukan hukum
pemberdayaan mahasiswa yang merupakan bagian dari masyarakat :
“Dalam hal tertangkap tangan setiap orang yang mempunyai wewenang
dalam tugas ketertiban, ketentraman, dan keamanan untuk wajib, menangkap
tersangka guna diserahkan beserta atau tanpa barang bukti kepada
penyelidik atau penyidik.”
Oleh karena bunyi ketentuan Pasal 111 KUHAP tersebut, maka Polri, TNI,
atau pegawai negeri, masyarakat, dan juga mahasiswa berhak melakukan
penangkapan terhadap pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkoba dan segera
mungkin diserahkan kepada pihak yang berwajib dengan atau tanpa barang bukti.
Rumusan masalah yang ke dua mengenai bagaimanakah cara
memberdayakan mahasiswa untuk mendukung program Pencegahan dan
Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN).
Pemberdayaan mahasiswa merupakan salah satu pendekatan atau strategi,
mahasiswa diberikan kuasa dan kekuatan melalui peningkatan pengetahuan dan
ketrampilan supaya mereka mampu mengidentifikasi dan memprioritaskan
kebutuhan mereka dan kemudian dapat mencari sumber daya untuk mengatasi
permasalahan yang dihadapi dan akhirnya mengambil aksi secara bersama-sama.
Adapun kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka memberdayakan mahasiswa
untuk mendukung program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan
Peredaran Gelap Narkoba (P4GN), yaitu :
1. Adanya pelaksanaan koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi dengan
instansi pemerintah terkait dan komponen mahasiswa di DIY dalam
melaksanakan program P4GN.
2. Pembentukan suatu organisasi di mana organisasi tersebut berfungsi
sebagai wadah untuk menampung aspirasi mahasiswa yang berkaitan
dengan program P4GN.
3. Dari pihak yg terkait atau dari BNN sendiri melaksanakan pemantauan,
pengarahan, dan peningkatan kegiatan mahasiswa dalam program
P4GN.
4. Adanya pembentukan kader-kader anti NARKOBA dan sosialisasi ke
warga kampus agar senantiasa sadar akan bahaya dari NARKOBA.
Pemberdayaan mahasiswa ini adalah proses pembangunan di mana
mahasiswa berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki
situasi dan kondisi diri sendiri. Pemberdayaan mahasiswa hanya bisa terjadi
apabila warganya atau mahasiswanya ikut berpartisipasi. Dalam arti luas,
pemberdayaan mahasiswa merupakan proses untuk memfasilitasi dan mendorong
mahasiswa agar mampu menempatkan diri secara proporsional dan menjadi
pelaku utama dalam memanfaatkan lingkungan strategisnya untuk mencapai suatu
keberlanjutan dalam jangka panjang. Keterlibatan mahasiswa dapat berupa
aktifitas dalam wujud sumbangan pikiran, pendapat atau tindakan seperti contoh
kegiatan di atas yang sudah disebutkan, dan juga dapat berupa sumbangan biaya,
material untuk lingkungannya. Pada hakekatnya pemeberdayaan mahasiswa itu
dapat dilihat dari 5 tahap yaitu kegiatan dalam pengambilan inisiatif, perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi, serta pengelolaan dan pemeliharaan.
Aspek penting dalam pemberdayaan mahasiswa adalah program yang
disusun sendiri oleh mahasiswa-mahasiswa, dan mampu menjawab kebutuhan
dasar mahasiswa, mendukung keterlibatan mahasiswa lainnya, dibangun dari
sumber daya lokal, senditif terhadap nilai-nilai budaya lokal, memperhatikan
dampak terhadap lingkungan, adanya keterkaitan dari berbagai pihak seperti
instansi pemerintah, LSM dan lainnya, serta dilaksanakan secara berkelanjutan.
D. KESIMPULAN
Masyarakat merupakan sebuah komponen yang sangat mendukung dalam
usaha Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap
Narkoba (P4GN). Kedudukan peran serta msyarakat tersebut dapat dilihat dalam
Pasal 104 sampai dengan Pasal 108 Undang-Undang Narkotika dan Pasal 111
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, Pasal 3 dan Pasal 15 Peraturan
Kepala Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2010
Tentang Pembentukan Wadah Peran Serta Mayarakat.
Peran serta masyarakat dapat dilakukan di lingkungan masyarakat,
mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat memiliki kewajiban yang sama dengan
masyarakat untuk membantu usaha Pencegahan dan Pemberantasan
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) di lingkungan kan dan
dianggap sebagai suatu solusi yang lebih bisa dipahami dan efektif karena
mahasiswa lebih mengerti situasi pergaulan di kampus.
Adapun kegiatan pemberdayaan mahasiswa untuk mendukung usaha
Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba
(P4GN) yaitu :
1. Adanya koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi dengan instansi
terkait;
2. Pembentukan organisasi;
3. Pemantauan, pengarahan, dan peningkatan kegiatan mahasiswa;
dan
4. Pembentukan kader-kader anti NARKOBA.
Yang menjadi komponen terpenting dalam pemberdayaan mahasiswa
adalah program yang disusun sendiri oleh mahasiswa sehingga dapat menjawab
kebutuhan dan mendukung keterlibatan langsung dari mahasiswa lainnya.
E. DAFTAR PUSKTAKA
BNN, Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat. 2013. Buku Pedoman Bidang
Peran Serta Masyarakat. Jakarta: Badan Narkotika Nasional (BNN)
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia Nomor 6 Tahun
2010 tentang Pembentukan Wadah Peran Serta Masyarakat
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
Gatot Supramono. 2009, Hukum Narkoba Indonesia. Jakarta: Djambatan
Lexy J. Moleong. 2005. Metode Penulisan Kualitatif. Bandung; PT. Remaja
Rosdakarya