Pembahasan PBL KPD (2)

21
BAB 1 PENDAHULUAN Batasan ketuban pecah dini / prematur rupture of membrans (PROM) adalah pecahnya selaput ketuban secara spontan pada saat belum menunjukkan tanda-tanda persalinan/inpartu (keadaan inpartu didefinisikan sebagai kontraksi uterus teratur dan menimbulkan nyeri yang menyebabkan terjadinya effacement atau dilatasi serviks), atau bila satu jam kemudian tidak timbul tanda-tanda awal persalinan. Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi kapan saja baik pada kehamilan aterm maupun preterm. 1 Ketuban pecah dini terjadi pada 10 % kehamilan, dan 2% terjadi pada kehamilan preterm. Pada kehamilan aterm angka insiden mencapai 30-40 %. Penyebab ketuban pecah dini belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor resiko yang menyebabkannya, antara lain adalah infeksi, defisiensi vitamin c, faktor selaput ketuban, hormon, faktor umur dan paritas, kehamilan kembar dan polihidramnion, faktor tingkat sosio-ekonomi, dan faktor-faktor lain. Ketuban pecah dini ini merupakan suatu komplikasi yang sering terjadi pada kehamilan preterm dan dapat mengancam terjadinya persalinan prematur. Komplikasi dapat terjadi pada keadaan ketuban pecah dini, misalnya infeksi yang dapat terjadi pada plasenta, disebut korioammnionitis, yang dapat sangat 1

Transcript of Pembahasan PBL KPD (2)

Page 1: Pembahasan PBL KPD (2)

BAB 1

PENDAHULUAN

Batasan ketuban pecah dini / prematur rupture of membrans (PROM) adalah

pecahnya selaput ketuban secara spontan pada saat belum menunjukkan tanda-

tanda persalinan/inpartu (keadaan inpartu didefinisikan sebagai kontraksi uterus

teratur dan menimbulkan nyeri yang menyebabkan terjadinya effacement atau

dilatasi serviks), atau bila satu jam kemudian tidak timbul tanda-tanda awal

persalinan. Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi kapan saja baik pada

kehamilan aterm maupun preterm.1

Ketuban pecah dini terjadi pada 10 % kehamilan, dan 2% terjadi pada

kehamilan preterm. Pada kehamilan aterm angka insiden mencapai 30-40 %.

Penyebab ketuban pecah dini belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa

faktor resiko yang menyebabkannya, antara lain adalah infeksi, defisiensi vitamin

c, faktor selaput ketuban, hormon, faktor umur dan paritas, kehamilan kembar dan

polihidramnion, faktor tingkat sosio-ekonomi, dan faktor-faktor lain. Ketuban

pecah dini ini merupakan suatu komplikasi yang sering terjadi pada kehamilan

preterm dan dapat mengancam terjadinya persalinan prematur. Komplikasi dapat

terjadi pada keadaan ketuban pecah dini, misalnya infeksi yang dapat terjadi pada

plasenta, disebut korioammnionitis, yang dapat sangat berbahaya bagi ibu dan

janin. Komplikasi yang lain yang dapat terjadi adalah terjadinya solusio plasenta

(yaitu lepasnya plasenta dari uterus), terjadinya kompresi tali pusat, serta infeksi

postpartum. 2

Penatalaksanaan pada ketuban pecah dini didasarkan atas beberapa

pertimbangan, yaitu usia kehamilan, status kesehatan ibu secara umum,

komplikasi yang telah terjadi, keadaan janin, protap yang berlaku pada masing-

masing tempat pelayanan.1

1

Page 2: Pembahasan PBL KPD (2)

BAB 2

LAPORAN KASUS

2.1 Identitas

Nama : Ni Kadek Asih

Umur : 33 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Suku : Bali

Bangsa : Indonesia

Agama : Hindu

Pendidikan : Tamat SD

Status perkawinan : Sudah menikah

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jl. Sedap Malam Gang Musholla No. 3 Denpasar

2.2 Anamnesis

1. Keluhan Utama : Keluar air per vaginam

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke RSUP Sanglah pada tanggal 16 Mei 2012 pukul 11.00

WITA dengan keluhan utama keluar air per vaginam pada pukul 09.30

WITA (16 Mei 2012) atau 5 jam sebelum MRS. Cairan dikatakan

berwarna kehijauan dan tidak disertai lendir bercampur darah. Pasien juga

mengatakan tidak ada riwayat sakit perut hilang timbul dan demam

sebelum maupun satu jam setelah keluarnya cairan per vaginam tersebut.

Gerak janin dirasakan baik oleh pasien. Pasien memiliki riwayat keputihan

serta gatal pada daerah genital sejak 2 bulan yang lalu.

3. Riwayat Menstruasi

Menarche umur ± 14 tahun, siklus teratur setiap 30 hari , lamanya

3-4 hari tiap kali mentruasi.

2

Page 3: Pembahasan PBL KPD (2)

Hari pertama haid terakhir : 4 Agustus 2011

Taksiran persalinan : 11 Mei 2012

4. Riwayat Perkawinan

Pasien menikah pada usia 29 tahun dan sampai sekarang telah menikah

satu kali. Pasien menikah selama 4 tahun dengan suaminya yang sekarang.

5. Riwayat Kehamilan

1. Abortus (tahun 2009)

2. Abortus (tahun 2010)

3. Ini

N

o

Tahu

n

Umur

kehamila

n

BB

L

Sex Cara

Persalina

n

Penolon

g

Persalina

n

Tempat

Persalina

n

Abortu

s

Komplikas

i/

Keteranga

n

L P

1 2009 Abortus

(1 bulan)

- - - Kuretase

(-)

- - Ya -

2 2010 Abortus

(1,5

bulan)

- - - Kuretase Dokter RSUP

Sanglah

Ya -

3 2011 Ini

6. Riwayat Kehamilan Ini

Pasien melakukan kontrol (antenatal care) secara rutin sebanyak 4 kali di

dokter. Pasien mengatakan pernah melakukan USG 1 kali. Pasien juga

mengatakan telah melakukan imunisasi TT. Pasien mengaku tidak pernah

mengalami keluhan seperti mual, muntah, pusing, sakit kepala, maupun

perdarahan selama kehamilan ini.

7. Riwayat Pemakaian KB

Penderita tidak memakai KB sebelumnya.

8. Riwayat Penyakit Terdahulu

3

Page 4: Pembahasan PBL KPD (2)

Pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit kronis misalnya

hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, asma, varises, keganasan,

penyakit jiwa,dan lain-lain. Tidak ada riwayat alergi terhadap obat,

makanan, dan lain-lain. Pasien mengatakan tidak pernah menjalani operasi

sebelumnya.

9. Riwayat Penyakit Keluarga

Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang menderita

penyakit misalnya hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, TB,

epilepsi, kelainan bawaan, dan lain-lain.

10. Riwayat Sosial

Pasien merupakan wiraswasta yaitu pedagang buah. Suami pasien bekerja

sebagai wiraswastawan. Suami pasien memiliki penghasilan yang cukup

sehingga pasien memiliki status ekonomi dan gizi yang cukup. Pasien

tidak memiliki kebiasaan merokok, minum minuman keras, dan

mengonsumsi obat-obatan tertentu. Akan tetapi, suami pasien memiliki

kebiasaan merokok.

2.3 Pemeriksaan Fisik

STATUS PRESENT

Keadaan umum : Baik

GCS : E4V5M6

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Nadi : 80 x/mnt

Respirasi : 20 x/mnt

Suhu aksila : 36,5 °C

Berat badan : 67,5 kg

Tinggi badan : 155 cm

STATUS GENERAL

Mata : anemia -/-, ikterus -/- , odem palpebra -/-

4

Page 5: Pembahasan PBL KPD (2)

THT : kesan tenang

Thorax:

Cor : S1 S2 tunggal regular, murmur (-)

Pulmo : suara nafas vestibuler +/+, rhonki-/-, wheezing-/-

Mamae : bentuk simetris, puting susu menonjol, pengeluaran (-),

kebersihan cukup

Abdomen : massa (-), nyeri tekan (-), bising usus (+) normal, distensi

(-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba

Ekstremitas : akral hangat ++/++, edema --/--

STATUS OBSTETRI

Pemeriksaan luar

Inspeksi

Tampak hiperpigmentasi pada areola mamae

Tampak perut membesar dengan striae gravidarum (livide dan striae

albikantus)

Tidak tampak bekas luka SC

Palpasi

Pemeriksaan Leopold

I. Tinggi fundus uteri 3 jari dibawah procesus Xiphoideus (31

cm)

Teraba bagian bulat dan lunak (kesan bokong)

II. Teraba tahanan keras di kiri (kesan punggung) dan bagian kecil

di kanan

III. Teraba bagian bulat, keras (kesan kepala)

IV. Bagian bawah sudah masuk 4/5 bagian dari pintu atas panggul

His tidak ada

Auskultasi

DJJ (+), punctum maksimum pada abdomen bawah bagian kiri 146

x/menit

Pemeriksaan dalam

5

Page 6: Pembahasan PBL KPD (2)

VT: Cairan keluar dari ostium uteri eksterna, lakmus (+), pembukaan 1

jari, penipisan 25%, konsistensi sedang, arah portio medial, ketuban (-),

teraba kepala, denominator belum jelas, penurunan Hodge I, tidak

teraba bagian kecil maupun tali pusat

2.4 Pemeriksaan Penunjang

Hematologi Rutin

WBC : 11,1 x 103/µL

RBC : 4,25. 106/µ

HGB : 12,2 g/dL

HCT : 40,2 L %

PLT : 208. 103/L

2.5 Diagnosa

G3P0020, 40-41mg, Tunggal/Hidup + KPD + riwayat obstetri buruk, PBB

2945

2.6 Penatalaksanaan

Pdx : AT, DL, BT, CT

Tx : Expectative pervaginam

Ampicillin 4 x 500 mg

Mx: Keluhan, Vital Sign, DJJ, temperatur rektal setiap 3 jam. Bila terjadi

peningkatan temperatur rektal di atas 37,6oC, segera terminasi. Jika tidak

terjadi peningkatan temperatur rektal, ditunggu selama 12 jam, bila belum ada

tanda inpartu segera terminasi. Batasi pemeriksaan dalam. Terminasi jika skor

pelvis < 5 : rippening misoprostol , jika skor pelvis > 5 : lakukan induksi

persalinan.

KIE : Pasien dan keluarga tentang keadaan janin dan rencana tindakan

2.7 Perjalanan Penyakit

Tgl 16 Mei 2012, Pukul 11.00 WITA

S : Sakit perut (-), keluar air (+)

O : Status Present

6

Page 7: Pembahasan PBL KPD (2)

TD : 110/70 mmHg; RR : 20 X/menit; N : 80 x/menit; Temperatur : 36,3 0 C

Status general

Mata: an-/-

Thorax: Cor : S1S2 tunggal, regular, murmur (-)

Pulmo : vesikuler (+)/(+), rhonki (-)/(-), wheezing (-)/(-)

Status Obstetri

Abdomen: tinggi fundus uteri 3 jari di bawah pusat, his (-), Djj 146 x/menit

VT : tidak dilakukan

A : G3P0020 40-41 minggu Tunggal/ Hidup + KPD, PS = 3, PBB 2945

Terapi : - Amoxycilin 3x500 mg

- Asam mefenamat 3x500mg

- Methyl ergometrin 3x0,125mg

- Sulfas Ferosus 1 x 1 tab

Mx : keluhan, vital sign, perdarahan, tinggi fundus uteri, kontraksi uterus

KIE : menginformasikan hasil pemeriksaan dan menganjurkan pasien

memposisikan dirinya miring ke kiri dan pasien bersedia

Tgl 16 Mei 2012, Pukul 20.00 WITA

S : Ibu Lega bayi lahir selamat

O : Lahir bayi laki-laki, 3050 gr, Afgar Score 8-9, anus (+), kelainan (-) (pd pukul

19.46)

Lahir plasenta kesan komplit

Status Present

Tekanan darah : 100/70 Respirasi : 18 x/menit mmHg

Nadi : 80 x/menit Temp. Aksila : 36,50 C

Temp. Rectal : 37,90 C

Status General:

Mata: an-/-

Thorax: Cor : S1S2 tunggal, regular, murmur (-)

Pulmo : vesikuler (+)/(+), rhonki (-)/(-), wheezing (-)/(-)

Status Obstetri:

7

Page 8: Pembahasan PBL KPD (2)

Abdomen: tinggi fundus uteri 2 jari di bawah pusat, kontraksi uterus (+)

Vagina: perdarahan aktif (-), luka episiotomi (+), laserasi grade II

A : P1021 p Spt B PK IV

Terapi : - Amoxycilin 3x500 mg

- Asam mefenamat 3x500mg

- Methyl ergometrin 3x0,125mg

- Sulfas Ferosus 1 x1 tab

Mx : keluhan, vital sign, perdarahan,

KIE : KB post partum, ASI Eksklusif, mobilisasi dini

Tgl 17 Mei 2012, Pukul 08.00 WITA

S : Keluhan subjektif (-), BAK (+), BAB (-), mobilisasi (+), makan-minum (+)

O : Status Present

Tekanan darah : 110/70 Respirasi : 20 x/menit mmHg

Nadi : 78 x/menit Temp. Aksila : 36,50 C

Temp. Rectal : 37,90 C

Status General:

Mata: an-/-; ikt -/-

Thorax: Cor : S1S2 tunggal, regular, murmur (-)

Pulmo : vesikuler (+)/(+), rhonki (-)/(-), wheezing (-)/(-)

Status Obstetri:

Abdomen: tinggi fundus uteri 2 jari di bawah pusat, kontraksi (+) baik

Vagina: lochia (+), perdarahan aktif (-)

A : P1021 pspt B pp hari I

Terapi : - Amoxycilin 3x500 mg

- Asam mefenamat 3x500mg

- Methyl ergometrin 3x0,125mg

- Sulfas Ferosus 1 x1 tab

Mx : keluhan, vital sign

KIE : KB post partum, ASI Eksklusif, mobilisasi dini

8

Page 9: Pembahasan PBL KPD (2)

Tgl 18 Mei 2012, Pukul 06.00 WITA

S : Keluhan subjektif (-), BAK (+), BAB (+), mobilisasi (+), ASI (+), makan-

minum (+)

O : Status Present

Tekanan darah : 110/70 Respirasi : 18 x/menit mmHg

Nadi : 80 x/menit Temp. Aksila : 36,50 C

Status General:

Mata: an-/-; ikt -/-

Thorax: Cor : S1S2 tunggal, regular, murmur (-)

Pulmo : vesikuler (+)/(+), rhonki (-)/(-), wheezing (-)/(-)

Status Obstetri:

Abdomen: tinggi fundus uteri 2 jari di bawah pusat, kontraksi (+) baik

Vagina: lochia (+), perdarahan aktif (-)

A : P1021 pspt B pp hari II

Terapi : - Amoxycilin 3x500 mg

- Asam mefenamat 3x500mg

- Methyl ergometrin 3x0,125mg

- Sulfas Ferosus 1 x1 tab

Mx : pemeriksaan kembali ke poli kebidanan dan kandungan seminggu lagi

KIE : KB post partum, ASI Eksklusif, mobilisasi dini

9

Page 10: Pembahasan PBL KPD (2)

BAB 3PEMBAHASAN

3.1 Daftar Permasalahan

Saat ini pasien tidak mengalami suatu keluhan fisik yang berarti. Pasien

sedang mengalami masa nifas, dimana pasien harus lebih memperhatikan

kesehatan baik kesehatannya maupun kesehatan anaknya. Ini merupakan

pertama kalinya pasien memiliki anak sehingga pasien masih kurang mengerti

bagaimana mengusahakan kesehatan yang baik bagi anaknya. Pasien juga

kurang mengerti soal kesehatan karena pasien juga jarang untuk mengontrol

kesehatannya ke puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnya.

3.2 Analisis Kebutuhan Pasien

1. Kebutuhan Fisik-Biomedis

Kecukupan Gizi

Keadaan gizi pasien tergolong cukup. Menurut pengakuan pasien,

dalam sehari pasien biasa makan 3 kali sehari dengan uraian menu

berupa nasi, ikan/ayam, sayur-sayuran, dan buah. Terkadang diselingi

makanan kecil berupa jajanan bali. Pasien tidak meminum susu karena

selain pasien tidak suka susu, juga karena harga susu di pasaran tinggi.

Pasien mengaku lebih memperhatikan kesehatan dan gizinya

semenjak kehamilan karena pasien memiliki riwayat abortus sehingga

takut kehamilannya saat ini tidak sehat. Setelah persalinan, pasien

juga mengaku lebih memperhatikan kesehatan dan gizinya agar anak

pertama yang telah dinanti selama 4 tahun tumbuh sehat.

Akses pelayanan kesehatan

Akses pelayanan kesehatan pasien terbilang cukup mudah. Jarak

rumah pasien dengan Puskesmas Densel kurang lebih 1 km namun

dikatakan sebelumnya pasien tidak pernah berobat ke puskesmas

karena tidak merasa sakit parah. Selama ini pasien hanya merasa sakit

ringan seperti pegal-pegal di badannya. Biasanya suami pasien akan

memijat pasien saat ada waktu senggang.

10

Page 11: Pembahasan PBL KPD (2)

Lingkungan

- Rumah : Keadaan rumah pasien tergolong bersih dan tertata rapi

dengan lantai semen dan ventilasi rumah yang cukup. Sumber air

minum dan MCK untuk keluarga pasien adalah dari air PDAM.

Akan tetapi di samping rumah pasien terdapat kali yang tercemar

sampah dan terkadang bangkai binatang. Saat terjadi hujan deras

sering terjadi banjir sampai merembes ke dalam rumah pasien.

Akan tetapi pasien selalu membersihkan rumahnya setelah banjir.

- Ortu/keluarga : Pasien tinggal bersama seorang suami dan 1 anak

laki-laki yang baru dilahirkannya. Selain itu adik suami pasien

juga tinggal di rumah pasien untuk membantu suami pasien

dalam pekerjaannya. Orang tua pasien maupun orang tua suami

pasien tinggal di Nusa Penida, hanya sekali-sekali ke Denpasar

untuk menjenguk pasien dan anaknya.

Kebutuhan emosi/kasih sayang

Pasien, suami, serta keluarga besarnya menjalani hubungan yang

harmonis. Hubungan pasien dengan orangtua serta mertuanya baik,

dengan suami dan anaknya juga sangat dekat. Disela-sela kesibukan,

semua anggota keluarga tetap menjaga komunikasi dan saling

memberikan dukungan.

2. Analisa Bio-Psikososial

Lingkungan biologis

- Penyebab : Pasien merupakan seorang wanita usia 33 tahun dan

memiliki 1 orang anak. Pasien memiliki riwayat abortus

sebanyak 2 kali, yaitu pada tahun 2009 dan 2010. Abortus

pertama kali tidak dilakukan kuretase, sedangkan abortus kedua

dilakukan kuretase. Selain itu pasien juga memiliki riwayat

keputihan dan gatal pada genitalia. Keputihan dikatakan berbau

kurang sedap. Pasien tidak berobat ke puskesmas, hanya

11

Page 12: Pembahasan PBL KPD (2)

memakai sabun untuk membersihkan genitalianya. Saat kuretase

di RSUP Sanglah dikatakan pasien menderita infeksi pada

genitalia akan tetapi pasien lupa detailnya. Hal ini merupakan

suatu faktor risiko dari terjadinya ketuban pecah dini, dimana

telah diketahui bahwa adanya infeksi bakteri pada vagina dapat

menyebabkan rupturnya selaput ketuban akibat degradasi

kolagen.

- Pemenuhan gizi : Gizi pasien tergolong cukup. Dengan

penghasilannya yang cukup untuk keluarga kecil, pasien dan

keluarganya dapat makan 3x sehari dengan menu yang seimbang.

- Akses pelayanan kesehatan : Rumah pasien dengan Puskesmas

Densel tergolong dekat yaitu berjarak kurang lebih 1 km. Akan

tetapi pasien jarang mengontrol kesehatannya ke puskesmas.

Faktor psikososial

Pasien merupakan seorang pedagang buah yang suka bekerja. Setelah

berdagang, pasien biasanya langsung pulang ke rumah untuk

menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Sejak kecil pasien memang

suka berdagang di pasar mengikuti jejak orang tuanya dibandingkan

belajar di sekolah. Pasien mengaku jarang memperdulikan

kesehatannya sebelumnya karena pasien terlalu sibuk bekerja sampai

membuatnya lupa akan kesehatan. Pasien tidak pernah mengontrol

kesehatannya ke puskesmas. Akan tetapi, semenjak kehamilannya

sampai sekarang, pasien tidak bekerja lagi.

Selain itu, sebelumnya pasien merasa pesimis dengan kondisinya

karena pasien mengalami abortus sebanyak 2 kali. Pasien takut bahwa

dirinya mungkin tidak bisa memiliki anak. Saat pasien mengetahui

bahwa dirinya hamil, pasien takut pada kehamilan ketiga ini

mengalami masalah kembali. Maka dari itu, pasien mulai kontrol ke

dokter untuk memeriksakan kehamilan. Pasien juga mulai

memperhatikan makanan yang dikonsumsinya untuk menjaga

kehamilannya. Sekarang, pasien merasa lega karena anak yang

12

Page 13: Pembahasan PBL KPD (2)

dilahirkannya normal, apalagi suami pasien sangat mengidamkan

anak laki-laki.

3.3 Saran

Melakukan komunikasi, dan memberikan informasi serta edukasi yang

tepat kepada pasien dan keluarganya tentang masa nifas agar pasien dan

keluarganya mengerti tentang pentingnya memperhatikan kesehatan dan

asupan gizi yang cukup dan seimbang, minum air yang cukup (3 liter air)

setiap hari, serta tablet zat besi harus diminum selama 40 hari

pasca bersalin.

Mengajarkan pasien bagaimana menjaga kebersihan diri selama masa

nifas yaitu mengajarkan ibu cara membersihkan daerah kelamin,

menyarankan ibu untuk mengganti pembalut, menyarankan ibu

untuk cuci tangan sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelamin,

jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi disarankan untuk

menghindari menyentuh daerah luka.

Menganjurkan ibu untuk cukup istirahat, menyarankan ibu untuk kembali

ke kegiatan rumah secara perlahan-lahan, menjelaskan pada ibu bahwa

kurang istirahat akan pengaruhi ibu dalam jumlah ASI yang diproduksi,

memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan,

menyebabkan depresi dan ketidak mampuan untuk merawat bayi serta

diri sendiri.

Memberikan KIE tentang proses laktasi dan ASI serta mengajarkan

cara perawatan payudara.

Berikan KIE tentang penundaan kehamilan dengan alat kontrasepsi KB.

Teratur untuk kontrol ke rumah sakit/poliklinik sesuai jadwal yang

diberikan.

Memberikan penjelasan kepada keluarga pasien bahwa saat ini pasien

sangat membutuhkan dukungan dan motivasi dari mereka.

Pada kehamilan selanjutnya, disarankan pasien untuk melakukan

antenatal care dan USG secara rutin serta menghindari faktor risiko yang

membahayakan kehamilan.

13

Page 14: Pembahasan PBL KPD (2)

LAMPIRAN

DENAH RUMAH PASIEN

14

KAMAR TIDUR

KAMAR MANDI

GUDANG

RUANGKELUARGA

KAMARTIDUR

DAPUR

HALAMAN