Pembahasan PBL KPD (2)
-
Upload
nandyakrisna22 -
Category
Documents
-
view
35 -
download
5
Transcript of Pembahasan PBL KPD (2)
BAB 1
PENDAHULUAN
Batasan ketuban pecah dini / prematur rupture of membrans (PROM) adalah
pecahnya selaput ketuban secara spontan pada saat belum menunjukkan tanda-
tanda persalinan/inpartu (keadaan inpartu didefinisikan sebagai kontraksi uterus
teratur dan menimbulkan nyeri yang menyebabkan terjadinya effacement atau
dilatasi serviks), atau bila satu jam kemudian tidak timbul tanda-tanda awal
persalinan. Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi kapan saja baik pada
kehamilan aterm maupun preterm.1
Ketuban pecah dini terjadi pada 10 % kehamilan, dan 2% terjadi pada
kehamilan preterm. Pada kehamilan aterm angka insiden mencapai 30-40 %.
Penyebab ketuban pecah dini belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa
faktor resiko yang menyebabkannya, antara lain adalah infeksi, defisiensi vitamin
c, faktor selaput ketuban, hormon, faktor umur dan paritas, kehamilan kembar dan
polihidramnion, faktor tingkat sosio-ekonomi, dan faktor-faktor lain. Ketuban
pecah dini ini merupakan suatu komplikasi yang sering terjadi pada kehamilan
preterm dan dapat mengancam terjadinya persalinan prematur. Komplikasi dapat
terjadi pada keadaan ketuban pecah dini, misalnya infeksi yang dapat terjadi pada
plasenta, disebut korioammnionitis, yang dapat sangat berbahaya bagi ibu dan
janin. Komplikasi yang lain yang dapat terjadi adalah terjadinya solusio plasenta
(yaitu lepasnya plasenta dari uterus), terjadinya kompresi tali pusat, serta infeksi
postpartum. 2
Penatalaksanaan pada ketuban pecah dini didasarkan atas beberapa
pertimbangan, yaitu usia kehamilan, status kesehatan ibu secara umum,
komplikasi yang telah terjadi, keadaan janin, protap yang berlaku pada masing-
masing tempat pelayanan.1
1
BAB 2
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas
Nama : Ni Kadek Asih
Umur : 33 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Suku : Bali
Bangsa : Indonesia
Agama : Hindu
Pendidikan : Tamat SD
Status perkawinan : Sudah menikah
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Sedap Malam Gang Musholla No. 3 Denpasar
2.2 Anamnesis
1. Keluhan Utama : Keluar air per vaginam
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RSUP Sanglah pada tanggal 16 Mei 2012 pukul 11.00
WITA dengan keluhan utama keluar air per vaginam pada pukul 09.30
WITA (16 Mei 2012) atau 5 jam sebelum MRS. Cairan dikatakan
berwarna kehijauan dan tidak disertai lendir bercampur darah. Pasien juga
mengatakan tidak ada riwayat sakit perut hilang timbul dan demam
sebelum maupun satu jam setelah keluarnya cairan per vaginam tersebut.
Gerak janin dirasakan baik oleh pasien. Pasien memiliki riwayat keputihan
serta gatal pada daerah genital sejak 2 bulan yang lalu.
3. Riwayat Menstruasi
Menarche umur ± 14 tahun, siklus teratur setiap 30 hari , lamanya
3-4 hari tiap kali mentruasi.
2
Hari pertama haid terakhir : 4 Agustus 2011
Taksiran persalinan : 11 Mei 2012
4. Riwayat Perkawinan
Pasien menikah pada usia 29 tahun dan sampai sekarang telah menikah
satu kali. Pasien menikah selama 4 tahun dengan suaminya yang sekarang.
5. Riwayat Kehamilan
1. Abortus (tahun 2009)
2. Abortus (tahun 2010)
3. Ini
N
o
Tahu
n
Umur
kehamila
n
BB
L
Sex Cara
Persalina
n
Penolon
g
Persalina
n
Tempat
Persalina
n
Abortu
s
Komplikas
i/
Keteranga
n
L P
1 2009 Abortus
(1 bulan)
- - - Kuretase
(-)
- - Ya -
2 2010 Abortus
(1,5
bulan)
- - - Kuretase Dokter RSUP
Sanglah
Ya -
3 2011 Ini
6. Riwayat Kehamilan Ini
Pasien melakukan kontrol (antenatal care) secara rutin sebanyak 4 kali di
dokter. Pasien mengatakan pernah melakukan USG 1 kali. Pasien juga
mengatakan telah melakukan imunisasi TT. Pasien mengaku tidak pernah
mengalami keluhan seperti mual, muntah, pusing, sakit kepala, maupun
perdarahan selama kehamilan ini.
7. Riwayat Pemakaian KB
Penderita tidak memakai KB sebelumnya.
8. Riwayat Penyakit Terdahulu
3
Pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit kronis misalnya
hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, asma, varises, keganasan,
penyakit jiwa,dan lain-lain. Tidak ada riwayat alergi terhadap obat,
makanan, dan lain-lain. Pasien mengatakan tidak pernah menjalani operasi
sebelumnya.
9. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang menderita
penyakit misalnya hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, TB,
epilepsi, kelainan bawaan, dan lain-lain.
10. Riwayat Sosial
Pasien merupakan wiraswasta yaitu pedagang buah. Suami pasien bekerja
sebagai wiraswastawan. Suami pasien memiliki penghasilan yang cukup
sehingga pasien memiliki status ekonomi dan gizi yang cukup. Pasien
tidak memiliki kebiasaan merokok, minum minuman keras, dan
mengonsumsi obat-obatan tertentu. Akan tetapi, suami pasien memiliki
kebiasaan merokok.
2.3 Pemeriksaan Fisik
STATUS PRESENT
Keadaan umum : Baik
GCS : E4V5M6
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/mnt
Respirasi : 20 x/mnt
Suhu aksila : 36,5 °C
Berat badan : 67,5 kg
Tinggi badan : 155 cm
STATUS GENERAL
Mata : anemia -/-, ikterus -/- , odem palpebra -/-
4
THT : kesan tenang
Thorax:
Cor : S1 S2 tunggal regular, murmur (-)
Pulmo : suara nafas vestibuler +/+, rhonki-/-, wheezing-/-
Mamae : bentuk simetris, puting susu menonjol, pengeluaran (-),
kebersihan cukup
Abdomen : massa (-), nyeri tekan (-), bising usus (+) normal, distensi
(-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba
Ekstremitas : akral hangat ++/++, edema --/--
STATUS OBSTETRI
Pemeriksaan luar
Inspeksi
Tampak hiperpigmentasi pada areola mamae
Tampak perut membesar dengan striae gravidarum (livide dan striae
albikantus)
Tidak tampak bekas luka SC
Palpasi
Pemeriksaan Leopold
I. Tinggi fundus uteri 3 jari dibawah procesus Xiphoideus (31
cm)
Teraba bagian bulat dan lunak (kesan bokong)
II. Teraba tahanan keras di kiri (kesan punggung) dan bagian kecil
di kanan
III. Teraba bagian bulat, keras (kesan kepala)
IV. Bagian bawah sudah masuk 4/5 bagian dari pintu atas panggul
His tidak ada
Auskultasi
DJJ (+), punctum maksimum pada abdomen bawah bagian kiri 146
x/menit
Pemeriksaan dalam
5
VT: Cairan keluar dari ostium uteri eksterna, lakmus (+), pembukaan 1
jari, penipisan 25%, konsistensi sedang, arah portio medial, ketuban (-),
teraba kepala, denominator belum jelas, penurunan Hodge I, tidak
teraba bagian kecil maupun tali pusat
2.4 Pemeriksaan Penunjang
Hematologi Rutin
WBC : 11,1 x 103/µL
RBC : 4,25. 106/µ
HGB : 12,2 g/dL
HCT : 40,2 L %
PLT : 208. 103/L
2.5 Diagnosa
G3P0020, 40-41mg, Tunggal/Hidup + KPD + riwayat obstetri buruk, PBB
2945
2.6 Penatalaksanaan
Pdx : AT, DL, BT, CT
Tx : Expectative pervaginam
Ampicillin 4 x 500 mg
Mx: Keluhan, Vital Sign, DJJ, temperatur rektal setiap 3 jam. Bila terjadi
peningkatan temperatur rektal di atas 37,6oC, segera terminasi. Jika tidak
terjadi peningkatan temperatur rektal, ditunggu selama 12 jam, bila belum ada
tanda inpartu segera terminasi. Batasi pemeriksaan dalam. Terminasi jika skor
pelvis < 5 : rippening misoprostol , jika skor pelvis > 5 : lakukan induksi
persalinan.
KIE : Pasien dan keluarga tentang keadaan janin dan rencana tindakan
2.7 Perjalanan Penyakit
Tgl 16 Mei 2012, Pukul 11.00 WITA
S : Sakit perut (-), keluar air (+)
O : Status Present
6
TD : 110/70 mmHg; RR : 20 X/menit; N : 80 x/menit; Temperatur : 36,3 0 C
Status general
Mata: an-/-
Thorax: Cor : S1S2 tunggal, regular, murmur (-)
Pulmo : vesikuler (+)/(+), rhonki (-)/(-), wheezing (-)/(-)
Status Obstetri
Abdomen: tinggi fundus uteri 3 jari di bawah pusat, his (-), Djj 146 x/menit
VT : tidak dilakukan
A : G3P0020 40-41 minggu Tunggal/ Hidup + KPD, PS = 3, PBB 2945
Terapi : - Amoxycilin 3x500 mg
- Asam mefenamat 3x500mg
- Methyl ergometrin 3x0,125mg
- Sulfas Ferosus 1 x 1 tab
Mx : keluhan, vital sign, perdarahan, tinggi fundus uteri, kontraksi uterus
KIE : menginformasikan hasil pemeriksaan dan menganjurkan pasien
memposisikan dirinya miring ke kiri dan pasien bersedia
Tgl 16 Mei 2012, Pukul 20.00 WITA
S : Ibu Lega bayi lahir selamat
O : Lahir bayi laki-laki, 3050 gr, Afgar Score 8-9, anus (+), kelainan (-) (pd pukul
19.46)
Lahir plasenta kesan komplit
Status Present
Tekanan darah : 100/70 Respirasi : 18 x/menit mmHg
Nadi : 80 x/menit Temp. Aksila : 36,50 C
Temp. Rectal : 37,90 C
Status General:
Mata: an-/-
Thorax: Cor : S1S2 tunggal, regular, murmur (-)
Pulmo : vesikuler (+)/(+), rhonki (-)/(-), wheezing (-)/(-)
Status Obstetri:
7
Abdomen: tinggi fundus uteri 2 jari di bawah pusat, kontraksi uterus (+)
Vagina: perdarahan aktif (-), luka episiotomi (+), laserasi grade II
A : P1021 p Spt B PK IV
Terapi : - Amoxycilin 3x500 mg
- Asam mefenamat 3x500mg
- Methyl ergometrin 3x0,125mg
- Sulfas Ferosus 1 x1 tab
Mx : keluhan, vital sign, perdarahan,
KIE : KB post partum, ASI Eksklusif, mobilisasi dini
Tgl 17 Mei 2012, Pukul 08.00 WITA
S : Keluhan subjektif (-), BAK (+), BAB (-), mobilisasi (+), makan-minum (+)
O : Status Present
Tekanan darah : 110/70 Respirasi : 20 x/menit mmHg
Nadi : 78 x/menit Temp. Aksila : 36,50 C
Temp. Rectal : 37,90 C
Status General:
Mata: an-/-; ikt -/-
Thorax: Cor : S1S2 tunggal, regular, murmur (-)
Pulmo : vesikuler (+)/(+), rhonki (-)/(-), wheezing (-)/(-)
Status Obstetri:
Abdomen: tinggi fundus uteri 2 jari di bawah pusat, kontraksi (+) baik
Vagina: lochia (+), perdarahan aktif (-)
A : P1021 pspt B pp hari I
Terapi : - Amoxycilin 3x500 mg
- Asam mefenamat 3x500mg
- Methyl ergometrin 3x0,125mg
- Sulfas Ferosus 1 x1 tab
Mx : keluhan, vital sign
KIE : KB post partum, ASI Eksklusif, mobilisasi dini
8
Tgl 18 Mei 2012, Pukul 06.00 WITA
S : Keluhan subjektif (-), BAK (+), BAB (+), mobilisasi (+), ASI (+), makan-
minum (+)
O : Status Present
Tekanan darah : 110/70 Respirasi : 18 x/menit mmHg
Nadi : 80 x/menit Temp. Aksila : 36,50 C
Status General:
Mata: an-/-; ikt -/-
Thorax: Cor : S1S2 tunggal, regular, murmur (-)
Pulmo : vesikuler (+)/(+), rhonki (-)/(-), wheezing (-)/(-)
Status Obstetri:
Abdomen: tinggi fundus uteri 2 jari di bawah pusat, kontraksi (+) baik
Vagina: lochia (+), perdarahan aktif (-)
A : P1021 pspt B pp hari II
Terapi : - Amoxycilin 3x500 mg
- Asam mefenamat 3x500mg
- Methyl ergometrin 3x0,125mg
- Sulfas Ferosus 1 x1 tab
Mx : pemeriksaan kembali ke poli kebidanan dan kandungan seminggu lagi
KIE : KB post partum, ASI Eksklusif, mobilisasi dini
9
BAB 3PEMBAHASAN
3.1 Daftar Permasalahan
Saat ini pasien tidak mengalami suatu keluhan fisik yang berarti. Pasien
sedang mengalami masa nifas, dimana pasien harus lebih memperhatikan
kesehatan baik kesehatannya maupun kesehatan anaknya. Ini merupakan
pertama kalinya pasien memiliki anak sehingga pasien masih kurang mengerti
bagaimana mengusahakan kesehatan yang baik bagi anaknya. Pasien juga
kurang mengerti soal kesehatan karena pasien juga jarang untuk mengontrol
kesehatannya ke puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnya.
3.2 Analisis Kebutuhan Pasien
1. Kebutuhan Fisik-Biomedis
Kecukupan Gizi
Keadaan gizi pasien tergolong cukup. Menurut pengakuan pasien,
dalam sehari pasien biasa makan 3 kali sehari dengan uraian menu
berupa nasi, ikan/ayam, sayur-sayuran, dan buah. Terkadang diselingi
makanan kecil berupa jajanan bali. Pasien tidak meminum susu karena
selain pasien tidak suka susu, juga karena harga susu di pasaran tinggi.
Pasien mengaku lebih memperhatikan kesehatan dan gizinya
semenjak kehamilan karena pasien memiliki riwayat abortus sehingga
takut kehamilannya saat ini tidak sehat. Setelah persalinan, pasien
juga mengaku lebih memperhatikan kesehatan dan gizinya agar anak
pertama yang telah dinanti selama 4 tahun tumbuh sehat.
Akses pelayanan kesehatan
Akses pelayanan kesehatan pasien terbilang cukup mudah. Jarak
rumah pasien dengan Puskesmas Densel kurang lebih 1 km namun
dikatakan sebelumnya pasien tidak pernah berobat ke puskesmas
karena tidak merasa sakit parah. Selama ini pasien hanya merasa sakit
ringan seperti pegal-pegal di badannya. Biasanya suami pasien akan
memijat pasien saat ada waktu senggang.
10
Lingkungan
- Rumah : Keadaan rumah pasien tergolong bersih dan tertata rapi
dengan lantai semen dan ventilasi rumah yang cukup. Sumber air
minum dan MCK untuk keluarga pasien adalah dari air PDAM.
Akan tetapi di samping rumah pasien terdapat kali yang tercemar
sampah dan terkadang bangkai binatang. Saat terjadi hujan deras
sering terjadi banjir sampai merembes ke dalam rumah pasien.
Akan tetapi pasien selalu membersihkan rumahnya setelah banjir.
- Ortu/keluarga : Pasien tinggal bersama seorang suami dan 1 anak
laki-laki yang baru dilahirkannya. Selain itu adik suami pasien
juga tinggal di rumah pasien untuk membantu suami pasien
dalam pekerjaannya. Orang tua pasien maupun orang tua suami
pasien tinggal di Nusa Penida, hanya sekali-sekali ke Denpasar
untuk menjenguk pasien dan anaknya.
Kebutuhan emosi/kasih sayang
Pasien, suami, serta keluarga besarnya menjalani hubungan yang
harmonis. Hubungan pasien dengan orangtua serta mertuanya baik,
dengan suami dan anaknya juga sangat dekat. Disela-sela kesibukan,
semua anggota keluarga tetap menjaga komunikasi dan saling
memberikan dukungan.
2. Analisa Bio-Psikososial
Lingkungan biologis
- Penyebab : Pasien merupakan seorang wanita usia 33 tahun dan
memiliki 1 orang anak. Pasien memiliki riwayat abortus
sebanyak 2 kali, yaitu pada tahun 2009 dan 2010. Abortus
pertama kali tidak dilakukan kuretase, sedangkan abortus kedua
dilakukan kuretase. Selain itu pasien juga memiliki riwayat
keputihan dan gatal pada genitalia. Keputihan dikatakan berbau
kurang sedap. Pasien tidak berobat ke puskesmas, hanya
11
memakai sabun untuk membersihkan genitalianya. Saat kuretase
di RSUP Sanglah dikatakan pasien menderita infeksi pada
genitalia akan tetapi pasien lupa detailnya. Hal ini merupakan
suatu faktor risiko dari terjadinya ketuban pecah dini, dimana
telah diketahui bahwa adanya infeksi bakteri pada vagina dapat
menyebabkan rupturnya selaput ketuban akibat degradasi
kolagen.
- Pemenuhan gizi : Gizi pasien tergolong cukup. Dengan
penghasilannya yang cukup untuk keluarga kecil, pasien dan
keluarganya dapat makan 3x sehari dengan menu yang seimbang.
- Akses pelayanan kesehatan : Rumah pasien dengan Puskesmas
Densel tergolong dekat yaitu berjarak kurang lebih 1 km. Akan
tetapi pasien jarang mengontrol kesehatannya ke puskesmas.
Faktor psikososial
Pasien merupakan seorang pedagang buah yang suka bekerja. Setelah
berdagang, pasien biasanya langsung pulang ke rumah untuk
menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Sejak kecil pasien memang
suka berdagang di pasar mengikuti jejak orang tuanya dibandingkan
belajar di sekolah. Pasien mengaku jarang memperdulikan
kesehatannya sebelumnya karena pasien terlalu sibuk bekerja sampai
membuatnya lupa akan kesehatan. Pasien tidak pernah mengontrol
kesehatannya ke puskesmas. Akan tetapi, semenjak kehamilannya
sampai sekarang, pasien tidak bekerja lagi.
Selain itu, sebelumnya pasien merasa pesimis dengan kondisinya
karena pasien mengalami abortus sebanyak 2 kali. Pasien takut bahwa
dirinya mungkin tidak bisa memiliki anak. Saat pasien mengetahui
bahwa dirinya hamil, pasien takut pada kehamilan ketiga ini
mengalami masalah kembali. Maka dari itu, pasien mulai kontrol ke
dokter untuk memeriksakan kehamilan. Pasien juga mulai
memperhatikan makanan yang dikonsumsinya untuk menjaga
kehamilannya. Sekarang, pasien merasa lega karena anak yang
12
dilahirkannya normal, apalagi suami pasien sangat mengidamkan
anak laki-laki.
3.3 Saran
Melakukan komunikasi, dan memberikan informasi serta edukasi yang
tepat kepada pasien dan keluarganya tentang masa nifas agar pasien dan
keluarganya mengerti tentang pentingnya memperhatikan kesehatan dan
asupan gizi yang cukup dan seimbang, minum air yang cukup (3 liter air)
setiap hari, serta tablet zat besi harus diminum selama 40 hari
pasca bersalin.
Mengajarkan pasien bagaimana menjaga kebersihan diri selama masa
nifas yaitu mengajarkan ibu cara membersihkan daerah kelamin,
menyarankan ibu untuk mengganti pembalut, menyarankan ibu
untuk cuci tangan sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelamin,
jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi disarankan untuk
menghindari menyentuh daerah luka.
Menganjurkan ibu untuk cukup istirahat, menyarankan ibu untuk kembali
ke kegiatan rumah secara perlahan-lahan, menjelaskan pada ibu bahwa
kurang istirahat akan pengaruhi ibu dalam jumlah ASI yang diproduksi,
memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan,
menyebabkan depresi dan ketidak mampuan untuk merawat bayi serta
diri sendiri.
Memberikan KIE tentang proses laktasi dan ASI serta mengajarkan
cara perawatan payudara.
Berikan KIE tentang penundaan kehamilan dengan alat kontrasepsi KB.
Teratur untuk kontrol ke rumah sakit/poliklinik sesuai jadwal yang
diberikan.
Memberikan penjelasan kepada keluarga pasien bahwa saat ini pasien
sangat membutuhkan dukungan dan motivasi dari mereka.
Pada kehamilan selanjutnya, disarankan pasien untuk melakukan
antenatal care dan USG secara rutin serta menghindari faktor risiko yang
membahayakan kehamilan.
13
LAMPIRAN
DENAH RUMAH PASIEN
14
KAMAR TIDUR
KAMAR MANDI
GUDANG
RUANGKELUARGA
KAMARTIDUR
DAPUR
HALAMAN