Tinjauan Teori KPD

29
TINJAUAN TEORI KETUBAN PECAH DINI (KPD) TEORI MEDIS A. Pengertian Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan mulai dan ditunggu satu jam sebelum terjadi inpartu sebagian besar ketuban pecah dini adalah aterm di atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36 minggu tidak terlalu banyak (Manuaba, 2009). Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum ada tanda-tanda persalinan (Arif Mansjoer, 2006). Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda mulai persalinan dan ditunggu satu jam sebelum terjadi inpartu. Ketuban pecah dini merupakan pecahnya selaput janin sebelum proses persalinan dimulai. 1. KPD saat preterm (KPDP) adalah KPD pada usia <37 minggu 2. KPD memanjang merupakan KPD selama >24 jam yang berhubungan dengan peningkatan risiko infeksi intra- amnion (Mochtar, 2008) Ketuban pecah dini atau sponkaneous/ early/ premature rupture of the membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum partu : yaitu bila pembukaan pada primigravida dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm. Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses 1

description

ketuban pecah dini

Transcript of Tinjauan Teori KPD

Page 1: Tinjauan Teori KPD

TINJAUAN TEORI

KETUBAN PECAH DINI (KPD)

TEORI MEDIS

A. Pengertian

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan mulai

dan ditunggu satu jam sebelum terjadi inpartu sebagian besar ketuban pecah dini adalah

aterm di atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36 minggu tidak terlalu banyak

(Manuaba, 2009).

Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum ada tanda-tanda

persalinan (Arif Mansjoer, 2006).

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda mulai persalinan

dan ditunggu satu jam sebelum terjadi inpartu. Ketuban pecah dini merupakan pecahnya

selaput janin sebelum proses persalinan dimulai.

1. KPD saat preterm (KPDP) adalah KPD pada usia <37 minggu

2. KPD memanjang merupakan KPD selama >24 jam yang berhubungan dengan

peningkatan risiko infeksi intra-amnion (Mochtar, 2008)

Ketuban pecah dini atau sponkaneous/ early/ premature rupture of the membrane

(PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum partu : yaitu bila pembukaan pada

primigravida dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm. Ketuban dinyatakan pecah

dini bila terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Ketuban pecah dini disebabkan

oleh karena berkurangnya kekuatan membrane atau meningkatnya tekanan

intra.Berkurangnya kekuatan mambran disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal

dari vagina serviks.

B. Etiologi

Penyebab dari PROM masih belum jelas, maka tindakan preventif belum dapat

dilakukan, kecuali dalam usaha menekan infeksi ketuban.Faktor yang disebutkan

memiliki kaitan dengan KPD yaitu riwayat kelahiran prematur, merokok, dan

1

Page 2: Tinjauan Teori KPD

perdarahan selama kehamilan. Menurut Manuaba, 2009 dan Morgan, 2009 ada

beberapa penyebab dari KPD yaitu:

1. Inkompetensi serviks (leher rahim)

Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-otot leher

atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit membuka

ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin yang

semakin besar.

Adalah serviks dengan suatu kelainan anatomi yang nyata, disebabkan laserasi

sebelumnya melalui ostium uteri atau merupakan suatu kelainan congenital pada

serviks yang memungkinkan terjadinya dilatasi berlebihantanpa perasaan nyeri dan

mules dalam masa kehamilan trimester kedua atau awal trimester ketiga yang diikuti

dengan penonjolan dan robekan selaput janin serta keluarnya hasil konsepsi

(Manuaba, 2009).

2. Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)

3. Riwayat KPD sebelumnya

4. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban

5. Ketegangan rahim berlebihan : Kehamilan kembar, hidramnion

6. Trauma

7. Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu

8. Infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis

9. Kelainan letak janin dan rahim : letak sungsang, letak lintang.

10. Kemungkinan kesempitan panggul : bagian terendah belum masuk PAP (sepalo

pelvic disproporsi).

11. Infeksi yang menyebabkan terjadinya biomekanik pada selaput ketuban dalam

bentuk preteolitik sel sehingga memudahkan ketuban pecah. (Amnionitis/

Korioamnionitis).

12. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan genetik)

Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus dan

peregangan berulang.Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi

perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh, bukan karena

2

Page 3: Tinjauan Teori KPD

seluruh selaput ketuban rapuh.Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degradasi

ekstraseluler matriks.Perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme kalogen

menyebabkan aktivitas kalogen berubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah.

Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran atau

meningkatnya tekanan intrauterin.Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh

adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks.Selain itu ketuban pecah dini

merupakan masalah kontroversi obstetri.

Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini menurut Manuaba, 2009 antara lain:

1. Terjadi pembukaan serviks

2. Membran terkait dengan pembukaan terjadi :

a. Devaskularisasi

b. Nekrosis dan dapat diikuti pecah spontan

c. Jaringan ikat yang menyangga membran ketuban makin berkurang

d. Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat dengan infeksi yang mengeluarkan

enzim proteolitik dan enzim kolagenase.

C. Patofisiologi

Taylor dkk telah menyelidiki hal ini, ternyata ada hubungannya dengan hal-hal berikut :

1. Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah.

Penyakit-penyakit seperti pielonefritis, sistitis, sevisitis, dan vaginitis terdapat

bersama-sama dengan hipermotilitas rahim ini.

2. Selaput ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban)

3. Infeksi (amnionitis atau korioamnionitis)

4. Faktor-faktor lain yang merupakan predisposisi ialah : multipara, malposisi,

disproporsi, cervix incompeten, dan lain-lain

5. Ketuban pecah dini artifisial (amniotomi), dimana ketuban dipecahkan terlalu dini

Kadang agak sulit atau meragukan kita apakah ketuban benar sudah pecah atau belum,

apalagi bila pembukaan kanalis servikalis belum ada atau terlalu kecil. Cara

memastikan bahwa ketuban sudah pecah adalah dengan:

3

Page 4: Tinjauan Teori KPD

1. Memeriksa adanya cairan yang berisi mekonium, verniks kaseosa, rambut lanugo,

atau bila terinfeksi berbau

2. Inspekulo : lihat dan perhatikan apakah memang air ketuban telah keluar dari

kanalis servikalis dan apakah ada bagian yang sudah pecah

3. Gunakan kertas lakmus (litmus) :

Menjadi biru (basa) – air ketuban, Menjadi merah (asam) – air kemih (urin)

a. Pemeriksaan pH forniks posterior pada PROM pH adalah basa (air ketuban)

b. Pemeriksaan histopatologi air (ketuban)

D. Diagnosis Dasar

Diagnosis ketuban pecah dini tidak sulit ditegakkan dengan keterangan terjadi

pengeluaran cairan medadak disertai bau yang khas. Selain keterangan yang

disampaikan dapat dilakukan beberapa pemeriksaan yang menetapkan bahwa cairan

yang keluar adalah air ketuban, diantaranya uji ferning dan uji nitrazin.

Langkah pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis ketuban pecah dini adalah:

1. Visualisasi adanya cairan

a. Bila ketuban pecah, pembalut wanita akan lembab atau basah oleh cairan jernih,

kadang agak merah jambu, berbau segar ( bila tidak terlihat, minta ibu berjalan

berkelililng selama 1 jam, bisa kurang bila ia merasa basah, kemudian periksa

lagi pembalutnya apakah ada cairan).

b. Uji pembalut dapat menegakkan diagnosis ketuban pecah tanpa membatasi

pilihan manajemen yang ada (Atalla,et al 2004)

2. Pemeriksaan Dalam

Melakukan pemeriksaan dalam dengan hati-hati, sehingga tidak banyak manipulasi

daerah pelvis untuk mengurangi kemungkinan infeksi asenden dan persalinan

prematuritas.Pemeriksaan dalam perlu dibatasi sehingga penyulit makin ditekan

sebagai upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi, hal ini dapat

menyebabkan infeksi dalam rahim dan persalinan prematuritas yang dapat

meningkatkan morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi.

3. Pemeriksaan speculum

4

Page 5: Tinjauan Teori KPD

a. Pemeriksaan spekulum, untuk mengambil sampel cairan ketuban di forniks

posterior dan mengambil sampel cairan untuk kultur dan pemeriksaan

bakteriologisn (screening terhadap infeksi).

b. Setelah memasukkan speculum hangat, berpelumas dengan lembut, pemeriksaan

bila tidak terlihat adanya cairan maka minta ibu untuk batuk. Maka cairan akan

memancar dari servik dan terkumpul di speculum.

c. Amnisticks (uji nitrazine) dapat digunakan untuk mendeteksi cairan. Namun,

angka positive palsunya tinggi, uji positive terhadap infeksi vagina, kontaminasi

urine, semen atau kontak dengan endoserviks

(Atalla et al; 2004)

4. Pemeriksaan Penunjang

Ada beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan

diagnosa ketuban pecah dini, antara lain :

a. Ultrasonografi

Ultrasonografi dapat mengindentifikasikan kehamilan ganda, anormaly janin

atau melokalisasi kantong cairan amnion pada amniosintesis.

b. Amniosintesis

Cairan amnion dapat dikirim ke laboratorium untuk evaluasi kematangan paru

janin.

c. Pemantauan janin

Membantu dalam mengevaluasi janin

d. Protein C-reaktif

Peningkatan protein C-reaktif serum menunjukkan peringatan korioamnionitis

E. Penatalaksanaan

Ketuban pecah dini merupakan sumber persalinan prematuritas, infeksi dalam rahim

terhadap ibu maupun janin yang cukup besar dan potensial.Oleh karena itu, tata laksana

ketuban pecah dini memerlukan tindakan yang rinci sehingga dapat menurunkan

kejadian persalinan prematuritas dan infeksi dalam rahim.Memberikan profilaksis

antibiotika dan membatasi pemeriksaan dalam merupakan tindakan yang perlu

5

Page 6: Tinjauan Teori KPD

diperhatikan. Di samping itu, makin kecil usia kehamilan, makin besar peluang terjadi

infeksi di dalam rahim yang dapat memacu terjadinya persalinan prematuritas bahkan

berat janin kurang dari 1 kg.

Sebagai gambaran umum untuk tatalaksana ketuban pecah dini dapat dijabarkan sebagai

berikut :

1. Mempertahankan kehamilan sampai cukup umur khususnya kematangan paru

sehingga mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru yang sehat.

2. Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang menjadi pemicu sepsis,

meningitis janin, dan persalinan prematuritas. Dengan perkiraan janin sudah cukup

besar dan persalinan diharapkan berlangsung dalam waktu 72 jam dapat diberikan

kortikosteroid, sehingga kematangan paru janin dapat terjamin.

3. Pada usia kehamilan 24 sampai 32 minggu saat berat janin cukup, perlu

dipertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan, dengan kemungkinan janin

tidak dapat diselamatkan.

4. Menghadapi ketuban pecah dini, diperlukan Komunikasi dan informasi terhadap ibu

dan keluarga sehingga terdapat pengertian bahwa tindakan mendadak mungkin

dilakukan dengan perimbangan untuk menyelamatkan ibu dan mungkin harus

mengorbankan janinnya.

5. Pemeriksaan yang penting dilakukan adalah USG untuk mengukur distensia

biparietal dan perlu melakukan aspirasi air ketuban untuk melakukan pemeriksaan

kematangan paru melalui perbandingan L/S.

6. Waktu terminasi pada hamil aterm dapat dianjurkan pada selang waktu 6 sampai 24

jam, bila tidak terjadi his spontan.

Pada PROM (spontaneus/early/premature rupture of membrane) penyelesaian

persalinan bisa :

1. Partus spontan

2. Ekstraksi vakum

3. Ekstraksi forceps

4. Embriotomi bila anak telah meninggal

5. Seksio sesarea bila ada indikasi obtetrik

6

Page 7: Tinjauan Teori KPD

Apabila ketuban pecah di rumah maka yang dapat dilakukan adalah :

1. Jika terdapat rembesan atau aliran cairan dari vagina, segera hubungi dokter atau

petugas kesehatan dan bersiaplah untuk ke Rumah Sakit

2. Gunakan pembalut wanita (jangan tampon) untuk penyerapan air yang keluar

3. Daerah vagina sebaiknya sebersih mungkin untuk mencegah infeksi, jangan

berhubungan seksual atau mandi berendam

4. Selalu membersihkan dari arah depan ke belakang untuk menghindari infeksi dari

dubur

5. Jangan coba melakukan pemeriksaan dalam sendiri

Ada beberapa langkah dalam penatalaksanaan ketuban pecah dini, yaitu:

1. Konservatif

a. Rawat dirumah sakit

b. Berikan antibiotik (ampisilin 4x 500 mg atau eritromisin bila tak tahan

ampisilin) dan metronidazol 2x 500 mg selama 7 hari.

c. Jika umur kehamilan <32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar,

atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.

d. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak infeksi, tes busa negatif:

beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan kesejahteraan janin.

Terminasi pada kehamilan 37 minggu.

e. Jika usia kehamilan 32-37 mingggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan

tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24 jam.

f. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan

induksi.

g. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, lekosit, tanda-tanda infeksi intrauterin).

h. Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memacu kematangan

paru janin, dan kalau memungkinan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap

minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari,

deksametason IM mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali. (Saifuddin, 2010)

2. Aktif

7

Page 8: Tinjauan Teori KPD

a. Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio sesarea.

Dapat pula diberikann misoprostol 50 µg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4

kali.

b. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi, dan persalinan

diakhiri:

1) Bila skor pelvic < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi. Jika

tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea;

2) Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam.

(Saifuddin, 2010)

F. Komplikasi

Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu

adalah sindrom distress pernapasan, yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir.

Risiko infeksi meningkat pada kejadian KPD.Semua ibu hamil dengan KPD

prematur sebaiknya dievaluasi untuk kemungkinan terjadinya korioamnionitis

(radang pada korion dan amnion).Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali

pusar dapat terjadi pada KPD.

Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD preterm.Hipoplasia paru

merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada KPD preterm. Kejadiannya mencapai

hampir 100% apabila KPD preterm ini terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23

minggu. Dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal, persalinan premature,

hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden seksio

sesarea, atau gagalnya persalinan normal. Selain itu, dapat pula terjadi :

1. Persalinan prematur

Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode laten

tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam

setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-34 minggu 50% persalinan

dalam 24 jam.Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1

minggu. (Saifuddin, 2010)

2. Infeksi

8

Page 9: Tinjauan Teori KPD

Resiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ketuban Pecah Dini.Pada ibu

terjadi korioamnionitis.Pada bayi dapat terjadi spektikemia pneumonia,

omfalitis.Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi.Pada

Ketuban Pecah Dini prematur, infeksi lebih sering daripada aterm. Secara umum

insiden infeksi sekunder pada Ketuban Pecah Dini meningkat sebanding dengan

lamanya periode laten. (Saifuddin, 2010)

3. Hipoksia dan Asfiksia

Dengan adanya ketuban terjadi oligohidramion yang menekan tali pusat hingga

terjadi asfiksia atau hipoksia.Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin

dan derajat oligohidramion, semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat.

(Saifuddin, 2010)

4. Sindrom Deformitas janin

Ketuban pecah dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin

terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin, serta

hipoplasi pulmonar. (Saifuddin, 2010)

Dalam garis besar, efek ketuban pecah dini sebagai berikut:

1. Terhadap janin

Walaupun ibu belum menunjukkan gejala-gejala infeksi tetapi janin mungkin

sudah terkena infeksi., karena infeksi intrauterin lebih dahulu terjadi

(amnionitis, vaskulitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan. Jadi akan

meningginya mortalitas dan morbiditas perinatal. (SholehKasim, 2010).

2. Terhadap ibu

Karena jalan terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal, apalagi bila terlalu

sering periksa dalam.Selain itu dapat juga dijumpai infeksi peurpuralis (nifas),

peritonitis dan septikemia serta dry-labour. Ibu akan merasa lelah karena

terbaring di tempat tidur, partus akan menjadi lama, maka suhu badan naik, nadi

cepat dan tampaklah gejala-gejala infeksi. Hal tersebut akan meninggikan angka

kematian dan morbiditas pada ibu (Mochtar, 2008). Menurut Chan, 2006 pasien

mengalami ketuban pecah dini akan mengalami peningkatan kejadian infeksi

baik korioamnionitis, endometritis, sepsis.

9

Page 10: Tinjauan Teori KPD

TINJAUAN TEORI KEBIDANAN DENGAN KETUBAN PECAH DINI (KPD)

I. PENGKAJIAN

A. Data Subjektif

1. Biodata, meliputi :

Pendidikan : Berhubungan dengan daya pikir, pendidikan tinggi akan lebih

mudah dalam menerima dan memahami penjelasan yang akan

disampaikan, lebih realistis dalam melihat diri dan masalah yang

dihadapi sehingga akan terhindar dari gejala-gejala kecemasan dan

salah penyesuaian diri. (Hartanto, 2010)

Pekerjaan : Dikaji untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan

terhadap pecahnya selaput ketuban. Pekerjaan dengan berdiri terlalu

lama menyebabkan tekanan pada selaput ketuban sehingga selaput

mudah pecah. (Hartanto, 2010)

2. Keluhan Utama

Keluhan utama kasus Ketuban Pecah Dini menurut Hamilton (2005) adalah

keluarnya cairan yang berwana jernih dan berbau khas sedikit-sedikit

atau banyak yang keluar dari jalan lahir saat tidur, duduk atau sedang. Menurut

Hellen, Farrer (2009) yang perlu dikaji adalah kontraksi (kapan mulainya,

frekuensi dan lamanya) show/lender darah (kapan dan banyaknya) his/kontraksi

uterus yang terjadi secara teratur, terus-menerus dan semakin meningkat

frekuensinya yang dimulai dari bagian punggung kemudian menyebar disekitar

abdomen, bahwa otot merupakan tanda persalinan yang sebenarnya akan

menimbulkan rasa ketidaknyamanan dan rasa nyeri.

3. Riwayat kesehatan

a. Riwayat kesehatan ibu yang lalu

Dikaji untuk membantu mengidentifikasi kondisi yang dapat mempengaruhi

terjadinya Ketuban Pecah Dini misalnya infeksi alat genetalia (Varney, 2004)

b. Riwayat kesehatan ibu sekarang

10

Page 11: Tinjauan Teori KPD

Untuk mengetahui apakah ibu sedang menderita penyakit yang menjadi

faktor predisposisi bersalin dengan Ketuban Pecah Dini (KPD) dan penyakit

lain yang dapat mempengaruhi kesehatan ibu (Hacker, 2006)

c. Riwayat kesehatan keluarga

Untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit yang diderita

oleh keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien, misalnya : penyakit

menurun, penyakit menular,keturunan kembar maupun kelainan kongenital.

Ketuban Pecah Dini dapat terjadi karena infeksi dan riwayat kehamilan

kembar (Manuaba, 2009).

4. Riwayat Obstetri

a. Riwayat menstruasi

Bau : perlu dikaji apabila berbau busuk merupakan tanda infeksi.

Adanya infeksi merupakan salah satu penyebab Ketuban Pecah

Dini.

HPHT : dikaji Untuk megetahui usia kehamilan dan tafsiran persalinan.

Pada Ketuban Pecah Dini usia kehamilan menentukan

penatalaksanaannya (Mochtar, 2005)

b. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu

Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu perlu dikaji kemungkinan

pada kehamilan ada gameli, multipara dan persalinan ada riwayat persalinan

sungsang, placenta previa, kelainan  uterus atau  kelainan lain yang dapat

mempengaruhi atau mengakibatkan kelainan  dalam  persalinan. Salah satu 

penyebab Ketuban Pecah Dini adalah servik inkompeten. Servik inkompeten

dapat terjadi akibat proses persalinan yang lalu. (Manuaba, 2009).

c. Riwayat kehamilan sekarang

HPHT, periksa hamil dimana dan berapa kali, apa sudah

mendapat imunisasi TT, keluhan yang berkaitan dengan

kehamilannya, berapa kali hamil, bersalin dan abortus. Ketuban Pecah Dini

biasanya terjadi pada usia kehamilan

kurang dari 36 minggu atau lebih dari 36 minggu. (Saifuddin, 2010)

11

Page 12: Tinjauan Teori KPD

5. Riwayat kebiasaan sehari-hari

Aktivitas : Dikaji Untuk mengetahui apakah terjadinya Ketuban Pecah

Dini dikarenakan aktivitas ibu berlebihan. Ketuban Pecah

Dini dapat disebabkan oleh faktor trauma (Manuaba, 2007).

Personal Hygiene :Personal hygiene ibu dikaji karena salah satu etiologi

Ketuban Pecah Dini adalah infeksi pada alat reproduksi.

(Manuaba, 2007).

Seksual : Seksual dikaji untuk mengetahui apakah terjadinya

Ketuban Pecah Dini karena hubungan seksual.

(Manuaba,2007)

6. Data Sosial-Ekonomi-Budaya

Dikaji untuk mengetahui apakah pasien mengikuti kebiasaan

yang kurang baik misalnya minum jamu yang dapat mempengaruhi warna air

ketuban dalam Ketuban pecah Dini akan mempengaruhi tindakan persalinan.

(Manuaba,2007)

B. Data Objektif

1. Keadaan umum : Dikaji untuk mengetahui kesadaran ibu baik atau tidak.

2. Pengukuran Tanda Vital

Suhu : Dikaji untuk mengetahui suhu tubuh ibu karena diagnosa potensial

Ketuban Pecah Dini yang sering muncul adalah

infeksi intrapartum yang ditandai dengan peningkatan suhu (suhu

≥38ºC). (syaifuddin,2010)

3. Status Present

Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada ibu bersalin dengan Ketuban pecah Dini

adalah sama dengan pemariksaan ibu bersalin normal hanya lebih ditekankan

pada status obstetrik.

4. Status Obstetrik

Inspeksi : Dikaji muka, mammae, abdomen dan genetalia.

Palpasi : palpasi abdomen terdiri dari

12

Page 13: Tinjauan Teori KPD

leopold I : untuk mengetahui umur kehamilan dari tinggi fundus uteri

dan bagian-bagian janin yang terdapat pada fundus uteri,

leopold II : untuk menentukan letak punggung janin dan menentukan

letak bagian-bagian kecil janin.

Leopold III : untuk menentukan apa yang terdapat di bagian bawah dan

apakah bagian bawah janin sudah masuk PAP atau belum.

Leopold IV : untuk menentukan berapa bagian bawah janin yang masuk ke

dalam rongga panggul. (Manuaba, 2007)

Auskultasi :

Digunakan metode AUVARD : tempat denyut jantung menurut letak janin. 

Auskultasi DJJ digunakan untuk menentukan keadaan janin dalam rahim, karena

KPD pada janin menyebabkan fetal distress ditandai dengan DJJ lebih

160×/menit (Manuaba, 2007). Janin yang mengalami takikardia, mungkin

mengalami infeksi intrauterine. (Syaifuddin, 2010)

5. Pemeriksaan Dalam

a. Penipisan dan pembukaan

Dikaji untuk menilai besarnya pembukaan dan penipisan servik.

Pada Ketuban Pecah Dini pembukaan dan penipisan adalah penilaian skor

bishop, yang akan digunaan dalam tindakan persalinan. (Achadiat, 2004)

b. Kulit ketuban

Untuk memastikan kulit ketuban sudah pecah atau belum.

Pada ketuban Pecah Dini didapatkan selaput ketuban tidak ada. (Mansjoer,

2009)

c. Air ketuban

Ketuban keruh dan berbau merupakan tanda-tanda infeksi yang merupakan

salah satu penyebab terjadinya Ketuban Pecah Dini. (Sarwono

Prawirohardjo,2010)

6. Pemeriksaan Penunjang

a. tes lakmus (Nitrazin test) merah menjadi biru, guna memastikan cairan

ketuban (Sarwono Prawirohardjo,2010)

13

Page 14: Tinjauan Teori KPD

b. tes kadar leukosit guna menegakkan infeksi intrapartum, menunjukkan hasil

>15.000/mm3 (Sarwono Prawirohardjo,2010)

c. Pemeriksaan inspekulo yang steril : terlihat cairan yang keluar dari osteum

uteri eksternum

II. INTERPRETASI DATA

Melakukan identifikasi yang benar terhadap masalah atau diagnosa berdasarkan

interpretasi yang benar atas data-data yang dikumpulkan. Masalah dan diagnosa

keduanya digunakan karena beberapa masalah

tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi membutuhkan penanganan yang

dituangkan dalam sebuah rencana asuhan terhadap pasien. Diagnosa kebidanan

ditegakkan setelah dilakukan pengkajian data subyektif dan data obyektif.

1. Diagnosa kebidanan

Diagnosa yang dapat ditegakkan adalah diagnosa yang berkaitan dengan gravida,

para, abortus, umur ibu, umur kehamilan, anak hidup, anak tunggal, letak anak,

intrauterine, presentasi, dengan ketuban pecah dini.

2. Masalah

Masalah yang sering menyertai diagnosa yang membutuhkan

suatu bentuk rencana asuhan terhadap klien. Masalah didapat berdasarkan

keluhan, ekspresi dan pernyataan pasien.

III. DIAGNOSA POTENSIAL

Mengantisipasi diagnosa potensial yang mungkin timbul berdasarkan

masalah atau diagnosa yang sudah diidentifikasi, langkah ini membutuhkan antisipasi,

pada kasus Ketuban Pecah Dini diagnosa potensial yang sering timbul adalah

persalinan premature, infeksi, hipoksia dan asfiksia, sindrom deformitas janin

(Saifuddin, 2010).

IV. ANTISIPASI TINDAKAN SEGERA, KONSULTASI, DAN KOLABORASI

Kolaborasi denagn dokter SP.OG untuk perawatan konservatif dan aktif yang meliputi:

1. Konservatif:

a. Rawat dirumah sakit

14

Page 15: Tinjauan Teori KPD

b. Berikan antibiotik ( ampisilin 4x 500 mg atau eritromisin bila tak tahan

ampisilin) dan metronidazol 2x 500 mg selama 7 minggu.

c. Jika umur kehamilan < 32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar,

atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.

d. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak infeksi, tes busa negatif:

beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan kesejahteraan janin.

Terminasi pada kehamilan 37 minggu.

e. Jika usia kehamilan 32-37 mingggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan

tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24 jam.

f. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan

induksi.

g. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, lekosit, tanda-tanda infeksi intrauterin).

h. Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memacu kematangan

paru janin, dan kalau memungkinan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap

minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari,

deksametason IM mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.

2. Aktif

a. Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio sesarea.

Dapat pula diberikann misoprostol 50 µg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4

kali.

b. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi, dan persalinan

diakhiri:

Bila skor pelvic < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi. Jika

tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea;

Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam.

(Saifuddin, 2010)

V. RENCANA TINDAKAN

1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu

2. Lakukan penatalaksanaan ketuban pecah dini yang sesuai

15

Page 16: Tinjauan Teori KPD

c. Rawat dirumah sakit

d. Berikan antibiotik ( ampisilin 4x 500 mg atau eritromisin bila tak tahan

ampisilin) dan metronidazol 2x 500 mg selama 7 minggu.

e. Jika umur kehamilan < 32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih

keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.

f. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak infeksi, tes busa

negatif: beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan

kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu.

g. Jika usia kehamilan 32-37 mingggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi,

berikan tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24 jam.

h. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan

induksi.

i. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, lekosit, tanda-tanda infeksi intrauterin).

j. Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memacu

kematangan paru janin, dan kalau memungkinan periksa kadar lesitin dan

spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal

selama 2 hari, deksametason IM mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.

k. Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio

sesarea. Dapat pula diberikann misoprostol 50 µg intravaginal tiap 6 jam

maksimal 4 kali.

l. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi, dan persalinan

diakhiri:

Bila skor pelvic < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi.

Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea;

Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam.

(Saifuddin, 2010)

VI. IMPLEMENTASI

Menjelaskan kepada ibu bahwa air ketuban sudah pecah.

1. Melakukan penatalaksanaan sesuai dengan kondisi ibu.

16

Page 17: Tinjauan Teori KPD

a. Rawat dirumah sakit

b. memberikan antibiotik ( ampisilin 4x 500 mg atau eritromisin bila tak

tahan ampisilin) dan metronidazol 2x 500 mg selama 7 minggu.

c. Jika umur kehamilan < 32-34 minggu, merawat selama air ketuban masih

keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.

d. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak infeksi, tes busa

negatif: memberikan deksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan

kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu.

e. Jika usia kehamilan 32-37 mingggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi,

memberikan tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24

jam.

f. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, memberi antibiotik dan

melakukan induksi.

g. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, lekosit, tanda-tanda infeksi intrauterin).

h. Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memacu

kematangan paru janin, dan kalau memungkinan periksa kadar lesitin dan

spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal

selama 2 hari, deksametason IM mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.

i. Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio

sesarea. Dapat pula diberikann misoprostol 50 µg intravaginal tiap 6 jam

maksimal 4 kali.

j. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi, dan persalinan

diakhiri:

Bila skor pelvic < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi.

Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea;

Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam.

(Saifuddin, 2010)

VII.EVALUASI

Berisi tentang penilaian hasil akhir dari tindakan yang telah dilakukan pada klien.

17

Page 18: Tinjauan Teori KPD

Evaluasi dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :

a. Evaluasi hasil

Dilakukan untuk menilai keefektifan dari semua tindakan yang telah dilakukan

dalam mengatasi diagnose atau masalah.

b. Evaluasi Respon

Dilakukan saat atau segera setelah suatu tindakan dilakukan.

c. Evaluasi proses

Dilakukan selama pemberian asuhan berlangsung

Karena dengan evaluasi dapat dinilai sejauh mana hasil yang telah dicapai,

apakah sesuai dengan harapan yang diinginkan atau tidak.

18