Askep Kpd , Ok
-
Upload
gina-iskandar -
Category
Documents
-
view
296 -
download
31
Transcript of Askep Kpd , Ok
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ketuban Pecah Dini (KPD) sering kali menimbulkan konsekuensi yang
dapat menimbulkan morbiditas dan mortilitas pada ibu maupun bayi terutama
kematian perinatal yang cukup tinggi. Penyebab kematian ibu terbanyak
adalah perdarahan 60-70% preeklamsi dan eklamsi 10-20%, infeksi 10-20%.
Ketuban Pecah Dini (KPD) merupakan salah satu penyebab terjadinya infeksi.
Pada sebagian besar kasus ketuban pecah dini berhubungan dengan infeksi
intra partum.
Dilema sering terjadi pada pengelolaan KPD dimana harus segera bersikap
aktif terutama pada kehamilan yang cukup bulan, atau harus menunggu
terjadinya proses persalinan, sehingga masa tunggu akan memanjang
berikutnya akan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi.
Dengan masih tingginya angka kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) maka
penyusun membuat makalah yang berjudul ”Asuhan Keperawatan pada Ibu
Hamil yang mengalami Ketuban Pecah Dini”.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan pada ibu hamil yang mengalami
Ketuban Pecah Dini (KPD)?
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada ibu hamil yang
mengalami Ketuban Pecah Dini (KPD) meliputi biopsikososial
spiritual.
1
2. Tujuan Khusus
a. Dapat mengidentifikasi pengkajian terhadap ibu hamil yang
mengalami Ketuban Pecah Dini (KPD).
b. Dapat merumuskan diagnosa keperawatan terhadap ibu
hamil yang mengalami Ketuban Pecah Dini (KPD).
c. Dapat menetapkan intervensi terhadap ibu hamil yang
mengalami Ketuban Pecah Dini (KPD).
d. Melaksanakan implementasi terhadap ibu hamil yang
mengalami Ketuban Pecah Dini (KPD).
e. Melaksanakan evaluasi terhadap ibu hamil yang mengalami
Ketuban Pecah Dini (KPD).
f. Mendokumentasikan hasil implementasi terhadap ibu hamil
yang mengalami Ketuban Pecah Dini (KPD).
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
1. Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
mulai persalinan dan di tunggu satu jam sebelum terjadi inpartu
(Manuaba, 2008).
2. Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah keluarnya cairan dari jalan
lahir/vagina sebelum proses persalinan (Feryanto, achmad dan
fadlun.2011).
3. Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum proses
persalinan berlangsung. Ketuban Pecah Dini dapat terjadi pada
kehamilan aterm dan preterm. Ketuban Pecah Dini Aterm adalah
Ketuban Pecah Dini terjadi pada kehamilan lebih dari 37 minggu.
Ketuban Pecah Dini Preterm adalah Ketuban Pecah Dini terjadi pada
kehamilan kurang dari 37 minggu (Sukowati, Umi.,2010).
4. Ketuban Pecah Dini di definisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum
waktunya melahirkan. Hal ini terjadi pada akhir kehamilan maupun
jauh sebelum waktunya melahirkan. Ketuban Pecah Dini yang
memanjang adalah Ketuban pecah yang terjadi lebih dari 12 jam
sebelum waktunya melahirkan. Waktu sejak pecah ketuban sampai
terjadi kontraksi rahim disebut “kejadian ketuban pecah dini” (periode
laten).
( http://www.dokumen.org/browse/ketuban-pecah-dini-pdf).
3
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Ketuban Pecah
Dini adalah kondisi yang berhubungan dengan pecah atau rupturnya
membran amnion secara spontan sebelum adanya tanda persalinan
aktif, yang muncul saat usia kehamilan preterm ataupun aterm.
2.2 Anatomi Fisiologi Ketuban
Kantung ketuban adalah sebuah kantung berdinding tipis, halus, licin, dan
berkilau yang berisi cairan ketuban dan janin selama masa kehamilan. Dinding
kantung ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama disebut amnion, terdapat di
sebelah dalam. Sedangkan, bagian kedua, yang terdapat di sebelah luar disebut
chorion.
(www.google.co.id)
Cairan ketuban adalah cairan yang ada di dalam kantung amnion. Cairan
ketuban ini terdiri dari 98 persen air dan sisanya padatan organik dan anorganik
(1%-2%). Cairan ini dihasilkan oleh selaput ketuban dan dibentuk oleh sel-sel
amnion, ditambah air kencing janin, serta cairan otak pada anensefalus. Pada
ibu hamil, jumlah cairan ketuban ini beragam. Normalnya antara 1 liter
sampai 1,5 liter. Namun bisa juga kurang dari jumlah tersebut atau lebih
hingga mencapai 3-5 liter. Diperkirakan janin menelan lebih kurang 8-10 cc air
ketuban atau 1 persen dari seluruh volume dalam tiap jam.
Fungsi dari cairan ketuban, yaitu:
1. Melindungi pertumbuhan dan perkembangan janin.
2. Menjadi bantalan untuk melindungi janin terhadap trauma dari
luar.
4
3. Menstabilkan perubahan suhu.
4. Pertukaran cairan.
5. Sarana yang memungkinkan untuk bayi bergerak bebas.
6. Mengatur tekanan dalam rahim.
7. Melindungi janin terhadap infeksi.
Pengukuran Cairan Amnion
Minggu
Gestasi
Janin (g) Plasenta (g) Cairan Amnion
(ml)
Cairan
(%)
16
28
36
40
100
1000
2500
3300
100
200
400
500
200
1000
900
800
50
45
24
17
(Cuningham et al.,2005)
2.3 Etiologi
Penyebab pasti dari KPD ini belum jelas. Akan tetapi, ada beberapa keadaan
yang berhubungan dengan terjadinya KPD ini, di antaranya adalah sebagai
berikut :
1. Fisiologi selaput amnion/ketuban yang abnormal.
2. Trauma : amniosintesis, pemeriksaan pelvis, dan hubungan seksual.
3. Peningkatan tekanan intra uteri, kehamilan kembar atau polihidromnion.
4. Infeksi vagina, serviks atau korioamnionitis, streptokokus, serta bakteri
vagina.
5. Selaput amnion yang mempunyai struktur yang lemah atau selaput terlalu
tipis.
6. Keadaan abnormal dari fetus seperti malpresentasi.
7. Kelainan pada serviks atau alat genetalia seperti ukuran serviks yang
pendek (<25 cm) pada usia kehamilan 23 minggu.
8. Multipara dan peningkatan usia ibu.
5
9. Defisiensi nutrisi.
10. Stres maternal.
11. Stres fetal.
12. Riwayat KPD sebelumnya sebanyak dua kali atau lebih.
13. Faktor-faktor yang berhubungan dengan berat badan ibu
a. Kelebihan berat badan sebelum kehamilan
b. Penambahan berat badan yang sedikit selama kehamilan
14. Merokok selama kehamilan
2.4 Patofisiologis
Ketuban pecah dini biasanya terjadi karena berkurangnya kekuatan
membrane atau penambahan tekanan intra uteri ataupun oleh sebab kedua-
duanya. Kemungkinan tekanan intra uteri yang kuat adalah penyebab
independent dari ketuban pecah dini dan selaput ketuban yang tidak adekuat
akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi akan mudah pecah dengan
mengeluarkan air ketuban.
PATHWAY
Etiologi
↓
Berkurangnya kekuatan membrane dan penambahan
Tekanan intra uteri
↓
Kurangnya jaringan ikat
↓
Selaput ketuban tidak adekuat
↓
Selaput ketuban lemah dan mudah pecah
↓
Mengeluarkan air ketuban
(www.google.co.id)
6
2.5 Manifestasi Klinis
Ibu biasanya datang dengan keluhan utama keluarnya cairan
amnion/ketuban melewati vagina. Selanjutnya jika masa laten panjang, dapat
terjadi koriomnionitis. Untuk mengetahui bahwa telah terjadi infeksi ini adalah
mula-mula dengan terjadinya takikardia pada janin. Takikardi pada ibu
muncul kemudian, ketika ibu mulai demam, maka diagnosis koriomnionitis
dapat ditegakkan, dan diperkuat dengan terlihat adanya pus dan bau pada
sekret.
2.6 Komplikasi
Pengaruh ketuban pecah dini terhadap ibu dan janin adalah sebagai berikut :
1. Prognosis ibu
a. Infeksi intrapartal/dalam persalinan. Jika terjadi infeksi dan kontraksi
saat ketuban pecah, dapat menyebabkan sepsis yang selanjutnya dapat
mengakibatkan meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas.
b. Partus lama/dry labour.
c. Perdarahan postpartum.
d. Meningkatkan tindakan operatif obstetri
e. Morbiditas dan mortalitas maternal.
2. Prognosis janin
a. Prematuritas
Masalah yang dapat terjadi pada persalinan prematur di antaranya
adalah respiratory distress syndrom, hipotermia, gangguan makan
neonatus, perdarahan intravertikular, gangguan otak dan risiko
cerebral palsy, anemia, sepsis.
b. Penurunan tali pusat.
c. Hipoksia dan asfiksia sekunder (kekurangan oksigen pada bayi).
Mengakibatkan kompresi tali pusat, partus lama, perdarahan
intrakarnial, distress pernapasan.
7
d. Sindrom deformitas janin
Terjadi akibat oligohidramnion, diantaranya terjadi hipoplosia paru dan
pertumbuhan janin terhambat.
e. Morbiditas dan mortalitas perinatal.
2.7 Penatalaksanaan
Beberapa langkah dalam penatalaksanaan ketuban pecah dini adalah sebagai
berikut :
1. Pencegahan
a. Diskusikan pengaruh merokok selama kehamilan dan dukung
usaha untuk mengurangi atau berhenti.
b. Motivasi untuk menambah berat badan yang cukup selama hamil.
c. Anjurkan pasangan agar menghentikan koitus pada trimester
akhir bila ada faktor predisposisi.
2. Penatalaksanaan ketuban pecah dini bergantung pada umur kehamilan
dan tanda infeksi intrauterin.
3. Pada umumnya lebih baik untuk membawa pasien dengan KPD ke rumah
sakit dan melahirkan bayi yang berumur >37 minggu dalam 24 jam dari
pecahnya ketuban untuk meminimalisirkan infeksi intra uterin.
4. Tindakan konservatif (mempertahankan kehamilan) kolaborasi dengan
dokter di antaranya dalam pemberian antibiotik dan cegah infeksi,
pematangan paru, amnionfusion. Tindakan aktif (terminasi/mengakhiri
kehamilan) yaitu dengan amniotomi (secio cesaria) ataupun partus
pervaginam.
5. Dalam penetapan langkah penatalaksanaan tindakan yang dilakukan
apakah langkah konservatif (mempertahankan kehamilan) ataukah aktif
(terminasi/mengakhiri kehamilan), sebaiknya perlu mempertimbangkan
usia kehamilan, kondisi dan ibu janin, fasilitas perawatan intensif,
kondisi, waktu, dan tempat perawatan, kondisi/status imunologi ibu, dan
kemampuan finansial keluarga.
8
2.8 Pemeriksaan Diagnostik
1. Hitung darah lengkap untuk menentukan adanya anemia, infeksi.
2. Golongan darah dan faktor Rh.
3. Rasio lesitin terhadap sfingomielin (rasio US) : menentukan maturitas
janin.
4. Tes Ferning dan kertas nitrazine : memastikan pecah ketuban.
5. Ultrasonografi : menentukan usia gestasi, ukuran janin, gerakan jantung
janin, dan lokasi plasenta.
6. Pelvimetri : identifikasi posisi janin.
7. Amniocentesis : kelainan kromosom (termasuk translokasi, aneuploidi),
gangguan autosomal, x-linked gangguan, penyakit metabolik, kegagalan
enzime, penyakit hematopoietik, dan immunodeficiencies.
2.9 Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
1) Nama Ibu
2) Umur
3) Pekerjaan
4) Agama
5) Alamat
6) Nama Suami
b. Riwayat penyakit.
1) Riwayat kesehatan sekarang : ibu datang dengan pecahnya
ketuban sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu dengan atau
tanpa komplikasi.
2) Riwayat kesehatan dahulu :
a) Adanya trauma sebelumnya akibat efek pemeriksaan amnion.
b) Sintesis, pemeriksaan pelvis, dan hubungan seksual.
c) Kehamilan ganda, polihidramnion.
d) Infeksi vagina/serviks oleh kuman streptokokus.
9
e) Selaput amnion yang lemah atau tipis.
f) Posisi fetus tidak normal.
g) Kelainan pada otot serviks atau genital seperti pendeknya
serviks.
h) Multiparitas dan peningkatan usia ibu serta defisiensi nutrisi.
3) Riwayat kesehatan keluarga : ada tidaknya keluhan ibu yang lain
yang pernah hamil kembar atau turunan kembar.
c. Keluhan utama, sejak kapan keluhan tersebut dirasakan
d. Riwayat haid
e. Riwayat perkawinan
Menikah atau tidak, berapa kali menikah, berapa lama menikah.
f. Riwayat kehamilan
Persalinan premature
g. Riwayat psikososial
h. Riwayat hubungan seksual baru-baru ini
Pola Hubungan Seksualitas Pada Kehamilan
i. Anamnesa Keluarga
j. Kebiasaan Sehari-hari.
k. Pemeriksaan Fisik Umum
Kesadaran
Tanda-tanda vital meliputi tensi, nadi, suhu, respirasi.
Berat badan sebelum hamil dan sesudah hamil
1) Inspeksi
(a) Muka
Kelopak mata : cekung atau tidak
Konjungtiva : anemis atau tidak
Sklera : ikterik atau tidak
(b) Mulut dan gigi : apakah ada stoma, mulut kering, warna
mukosa gigi, karies pada gigi, lidah, graham gigi, dan
gusi.
10
(c) Leher : Pembendungan vena, pembesaran kelenjar
thyroid dan kelenjar limfa.
(d) Dada : Bentuk buah dada, pigmentasi puting dan areola,
keadaan puting menonjol atau tidak.
(e) Perut : Pembesaran, keadaan pusat, gerakan janin,
kontraksi rahim, striae, linea, dan bekas luka.
(f) Genitalia : adanya edema varices, luka keadaan
perineum elastis atau tidak, apa ada benjolan,
kemerahan, kebersihan.
2) Palpasi
(a) Besarnya rahim, dengan ini dapat menentukan tuanya
kehamilan (TFU).
(b) Menentukan letaknya anak dalam rahim (leopald I-IV),
serta diraba apakah ada kelainan seperti tumor, cysta,
pembesaran limfa, dll.
(c) Kandung kemih penuh atau tidak.
(d) Pembukaan serviks (0-4 cm).
3) Auskultasi
(a) Denyut Jantung Janin
(b) Bising tali pusat
(c) Gerakan Janin
4) Vagina Taucher
(a) Portio: masih tebal atau sudah mengalami penipisan
(b) Pembukaan beberapa cm
(c) Selaput ketuban masih ada atau tidak
(d) Air ketuban (jumlah, warna, dan bau)
(e) Lendir darah
(f) Anus ada hemoroid apa tidak
11
2. Diagnosa Keperawatan
a. Risiko tinggi infeksi maternal yang berhubungan dengan prosedur
invasif, pemeriksaan vagina berulang, dan ruptur membran amniotik.
b. Kerusakan pada pertukaran gas pada janin yang berhubungan dengan
adanya penyakit.
c. Ansietas yang berhubungan dengan situasi kritis, ancaman pada diri
sendiri/janin.
d. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan terjadinya
ketegangan otot rahim
e. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan atau konfirmasi
tentang penyakit.
f. Gangguan kebutuhan istirahat tidur berhubungan dengan adanya nyeri ,
peningkatan HIS.
g. Intoleransi aktifitas b.d. kelemahan fisik.
3. Intervensi Keperawatan
a. Diagnosa : risiko tinggi infeksi maternal yang berhubungan dengan
prosedur invasif, pemeriksaan vagina berulang, atau ruptur membran
amniotik.
Tujuan : infeksi maternal tidak terjadi.
Kriteria hasil : dalam waktu 3 x 24 jam ibu bebas dari tanda-tanda
infeksi (tidak demam, cairan amnion jernih hampir tidak berwarna, dan
tidak berbau).
Intervensi Rasional
Mandiri
1 Lakukan pemeriksaan vagina awal, ulangi bila pola kontraksi atau perilaku ibu menandakan kemajuan.
Pengulangan pemerikasaan vagina berperan dalam insiden infeksi saluran asenden.
2 Gunakan teknik aseptik selama pemeriksaan vagina.
Mencegah pertumbuhan bakteri dari kontaminasi pada vagina.
3 Anjurkan perawatan perineum Menurunkan risiko infeksi
12
setelah eliminasi setiap 4 jam dan sesuai indikasi.
saluran asenden.
4 Pantau dan gambarkan karakter cairan amniotik.
Pada infeksi, cairan amnion menjadi lebih kental dan kuning oekat serta dapat terdeteksi adanya bau yang kuat.
5 Pantau suhu, nadi, pernapasan, dan sel darah putih sesuai indikasi.
Setelah 4 jam setelah membran ruptur, insiden korioamnionitis meningkat secara progresif sesuai dengan waktu yang ditunjukan melalui TTV
6 Tekankan pentingnya mencuci
tangan yang baik dengan benar.
Mengurangi perkembangan
mikroorganisme.
Kolaborasi
7 Berikan cairan oral dan parenteral
sesuai indikasi. Berikan enema
pembersih bula sesuai indikasi.
Meski sering tidak boleh
dilakukan, namun evaluasi usus
dapat meningkatkan kemajuan
persalinan dan menurunkan
risiko infeksi.
8 Berikan antibiotik profilaktik bila
diindikasikan.
Antibiotik dapat melindungi
perkembangan korioamnionitis
pada ibu berisiko.
9 Dapatkan kultur darah bila gejala
sepsis ada.
Mendeteksi dan
mengindentifikasi organisme
penyebab terjadinya infeksi.
b. Diagnosa : gangguan kerusakan pertukaran gas pada janin yang
berhubungan dengan proses penyakit.
Tujuan : pertukaran gas pada janin kembali normal.
Kriteria hasil : diharapkan dalam waktu 1 x 24 jam :
Klien menunjukkan DJJ dan variabilitas denyut per denyut
dalam batas normal.
Bebas dari efek-efek merugikan dan hipoksia selama persalinan.
13
Intervensi Rasional
Mandiri
1 Pantau DJJ setiap 15-30 menit Takikardi atau brdikardi janin
adalah indikasi dari kemungkinan
penurunan yang mungkin perlu
intervensi
2 Periksa DJJ dengan segera bila
terjadi pecah ketuban dan
periksa 5 menit kemudian,
observasi perineum ibu untuk
mendeteksin prolaps tali pusat.
Mendeteksi distres janin karena
kolaps alveoli.
3 Perhatikan dan catat warna serta
jumlah cairan amnion dan waktu
pecahnya ketuban.
Pada presentasi verteks, hipoksia
yang lama mengakibatkan cairan
amnion berwarna seperti
mekonium karena rangsangan
vagal yang merelaksasikan
sfingter anus janin.
4 Catat perubahan DJJ selama
kontraksi. Pantau aktivitas uterus
secara manual atau elektronik.
Bicara pada ibu/pasangan dan
berikan informasi tentang situasi
tersebut.
Mendeteksi beratnya hioksia dan
kemungkinan penyebab janin
rentan terhadap potensi cedera
selama persalinan karena
menurunnya kadar oksigen.
Kolaborasi
5 Siapkan untuk melahirkan
dengan cara yang paling baik
atau dengan intervensi bedah
bila tidak terjadi perbaikan.
Dengan penurunan viabilitas
mungkin memerlukan kelahiran
secsio caesaria untuk mrncegah
cidera janin dan kematian karena
hipoksia.
14
c. Diagnosa : Ansietas yang berhubungan dengan situasi kritis, ancaman
pada diri sendiri/janin.
Tujuan : mengurangi kecemasan.
Kriteria hasil : diharapkan dalam waktu 1 x 24 jam:
Menggunakan teknik pernapasan dan relaksasi yang efektif.
Berpartisipasi aktif dalam proses melahirkan.
Pada panggul yang normal, pada waktu pembukaan lengkap, janin
harus segera dilahirkan. Pada letak sungsang janin harus dilahirkan dengan
ekstraksi kaki, pada letak lintang dilakukan versi ekstraksi. Sedangkan pada
presentasi belakang kepala dilakukan dengan tekanan yang cukup pada
fundus uteri ketika his. Agar kepala janin masuk dalam rongga panggul dan
segera dapat dilahirkan, bila perlu tindakan ini dapat dibantu dengan
melakukan ekstraksi cunam.
Pada keadaan dimana janin sudah meninggal, tidak ada alasan
untuk menyelesaikan persalinan dengan segera. Persalinan di awasi,
sehingga berlangsung spontan dan tindakan hanya dilakukan jika diperlukan
demi kepentingan ibu. Ibu ditidurkan dengan posisi Trendelenburg dengan
harapan bahwa ketuban tidak pecah terlalu dini dan tali pusat masuk
kembali kedalam cavum uterus. Selama menunggu, denyut jantung janin
diawasi dengan seksama, sedangkan kemajuan persalinan hendaknya selalu
dinilai dengan pemeriksaan dalam untuk menentukan tindakan yang perlu
dilakukan selanjutnya.
15
d. Diagnosa : Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan
terjadinya ketegangan otot rahim
Tujuan : rasa nyeri berkurang
Kriteria hasil : klien tampak tenang dan nyaman.
Intervensi Rasional
Monitor tanda – tanda vital :
TD, pernafasan, nadi dan
suhu.
ajrakan klien teknik
relaksasi
atur posisi klien.
berikan lingkungan yang
nyaman dan batasi
pengunjung
nyeri dapat mengakibatkan
peningkatan frekuesni pernafasan dan
nadi.
untuk mengurangi rasa nyeri yang
dirasakan klien.
untuk memberikan kenyamanan pada
klien.
agar klien dapat beristirahat
e. Diagnosa : Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan atau
konfirmasi tentang penyakit.
Tujuan : klien bertambah pengetahuan setelah diberikan informasi
mengenai penyakitnya.
Kriteria hasil :
klien tidak resah lagi dengan peyakitnya.
menunjukkan pemahaman akan proses penyakit dan prognosis.
Intervensi Rasional
tinjau proses penyakit dan
harapan masa depan.
dorong periode istirahat yang
adekuat dengan aktifitas
terjadwal.
berikan pelayanan kesehatan
mengenai penyakitnya.
memberikan pengetahuan dasar
dimana klien dapat membuat
pilihan.
agar klien tidak merasa jenuh
dan mempercepat proses
penyembuhan.
agar klien mengerti dengan
16
jelaskan kepada klien apa yg
terjadi, berikan kesempatan
untuk bertanya dan berikan
jawaban yang terbuka dan
jujur.
bahaya nya infeksi dan
penyakitnya.
menunjukkan realitas situasi
yang dapat membantu klien atau
orang terdekat menerima realitas
dan mulai menerima apa yang
terjadi
f. Diagnosa : Gangguan kebutuhan istirahat tidur berhubungan dengan
adanya nyeri , peningkatan HIS.
Tujuan : kebutuhan istirahat tidur klien terpenuhi.
Kriteria hasil :
klien dapat tidur dengan tenang dan tidak gelisah.
klien menunjukkan pola tidur yang adekuat.
Intervensi Rasional
lakukan pengkajian terhadap
gangguan kebutuhan tidur.
motivasi klien agar
mengalihkan perhatian.
monitor kebutuhan tidur.
ciptakan suasana nyaman.
agar dapat memberikan
gambaran sampai sejauh mana
kebutuhan tidur terganggu.
dengan mengalihkan perhatian,
maka perhatian klien tidak
hanya tertuju pada rasa nyeri
sehingga membantu relaksasi
pada klien sewaktu tidur.
untuk mengetahui apakah
kebutuhan tidur klien terpenuhi
seperti biasa atau belum.
suasana yang tenang dapat
membantu relaksasi sehingga
nyeri berkurang dan klien bisa
tidur
17
g. Diagnosa : Intoleransi aktifitas b.d. kelemahan fisik.
Tujuan : aktivitas kembali sesuai kemampuan pasien.
Kriteria hasil : pasien bisa beraktivitas seperti biasa.
Intervensi Rasional
Bantu pasien dalam
memenuhi kebutuhan sehari-
hari seminimal mungkin.
Beri posisi nyaman.
Anjurkan menghemat energy
hindari kegiatan yang
melelahkan.
Jelaskan pentingnya
mobilisasi diri.
agar kebutuhan sehari – hari klien
dapat terpenuhi seperti biasanya.
agar klien merasa nyaman dan
tenang.
kelelahan dapat menyebabkan
lama nya proses penyembuhan
klien,jadi dengan menghindari
kegiatan yang melelahkan dapat
membantu proses penyembuhan.
proses penyembuhan
4. Implementasi keperawatan
a. Mengkaji risiko tinggi infeksi maternal yang berhubungan dengan
prosedur invasif, pemeriksaan vagina berulang, dan ruptur membran
amniotik.
b. Mengkaji kerusakan pada pertukaran gas pada janin yang berhunungan
dengan adanya penyakit.
c. Mengkaji ansietas yang berhubungan dengan situasi kritis, ancaman
pada diri sendiri/janin.
d. Mengkaji gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan terjadinya
ketegangan otot rahim
e. Mengkaji ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan atau
konfirmasi tentang penyakit
f. Mengkaji gangguan kebutuhan istirahat tidur berhubungan dengan
adanya nyeri , peningkatan HIS.
g. Mengkaji intoleransi aktifitas b.d. kelemahan fisik.
18
5. Evaluasi keperawatan
a. infeksi maternal tidak terjadi.
b. Klien menunjukkan DJJ dan variabilitas denyut per denyut dalam batas
normal.
c. Bebas dari efek-efek merugikan dan hipoksia selama persalinan.
d. Menggunakan teknik pernapasan dan relaksasi yang efektif.
e. Berpartisipasi aktif dalam proses melahirkan.
f. klien tampak tenang dan nyaman.
g. klien tidak resah lagi dengan peyakitnya.
h. menunjukkan pemahaman akan proses penyakit dan prognosis.
i. klien dapat tidur dengan tenang dan tidak gelisah.
j. klien menunjukkan pola tidur yang adekuat.
k. pasien bisa beraktivitas seperti biasa.
6. Dokumentasi keperawatan
a. Perawatan perineum dilakukan setiap 4 jam dan disesuaikan dengan
adanya indikasi.
b. Catat pemantaun pemeriksaan vagina dilakukan jika adanya kontraksi
dan kemajuan lainnya.
c. Pemeriksaan TTV dilakukan setiap 4 jam.
d. Catat pemberian cairan oral dan parenteral.
e. Pemantauan DJJ dilakukan 15-30 menit.
f. Mengajarkan teknik relaksasi.
g. Mengajarkan mobilisasi diri.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat
tanda persalinan, dan setelah ditunggu satu jam, belum ada tanda persalinan.
Waktu sejak pecah ketuban sampai terjadi kontraksi rahim disebut “kejadian
ketuban pecah dini” (periode laten).
Kantung ketuban adalah sebuah kantung berdinding tipis, halus, licin, dan
berkilau yang berisi cairan ketuban dan janin selama masa kehamilan. Dinding
kantung ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama disebut amnion, terdapat di
sebelah dalam. Sedangkan, bagian kedua, yang terdapat di sebelah luar disebut
chorion.
3.2 Saran
Ibu hamil yang mengalami ketuban pecah dini agar istirahat total, tidak
bersetubuh dan mencatat suhu rektal setiap 6 jam dan datang ke rumah sakit
bila terdapat tanda-tanda amnionitis.
20
21