Tambahan Bahan Kpd

118
ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kematian dan kesakitan pada ibu hamil dan bersalin serta bagi bayi baru lahir sejak lama menjadi masalah, khususnya di Negara-negara berkembang. Sekitar 25-50% kematian perempuan usia subur disebabkan oleh hal yang berkaitan dengan kehamilan (Bari, 2005). Laporan Badan Statistik tahun 2007 bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia mencapai 228 per 100.000 kelahiran hidup, jauh lebih tinggi dari negara berkembang. Kematian ibu diakibatkan oleh komplikasi kehamilan yang terdiri dari komplikasi obstetri baik secara langsung dan tidak langsung. Komplikasi obstetri langsung meliputi perdarahan, pre eklamsi, infeksi, emboli air ketuban, kelainan letak dan ketuban pecah dini. Komplikasi langsung merupakan penyebab seringnya kematian ibu. Komplikasi

Transcript of Tambahan Bahan Kpd

Page 1: Tambahan Bahan Kpd

ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL

BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Kematian dan kesakitan pada ibu hamil dan bersalin serta bagi bayi baru lahir sejak lama

menjadi masalah, khususnya di Negara-negara berkembang. Sekitar 25-50% kematian

perempuan usia subur disebabkan oleh hal yang berkaitan dengan kehamilan (Bari, 2005).

Laporan Badan Statistik tahun 2007 bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia

mencapai 228 per 100.000 kelahiran hidup, jauh lebih tinggi dari negara berkembang. Kematian

ibu diakibatkan oleh komplikasi kehamilan yang terdiri dari komplikasi obstetri baik secara

langsung dan tidak langsung. Komplikasi obstetri langsung meliputi perdarahan, pre eklamsi,

infeksi, emboli air ketuban, kelainan letak dan ketuban pecah dini. Komplikasi langsung

merupakan penyebab seringnya kematian ibu. Komplikasi obstetri tidak langsung meliputi

penyakit yang timbul selama kehamilan, persalinan dan nifas (Kominfo, 2007).

Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2007 menyebutkan bahwa

komplikasi penyebab kematian ibu 25% disebabkan karena perdarahan, 14% aborsi yang tidak

aman, 7% karena persalinan yang lama, 20% terjadi pada masa kehamilan karena anemia,

defisiensi zat besi, penyakit malaria, penyakit jantung bahkan infeksi akibat HIV/AIDS. Menurut

Azrul (2005), penyebab kematian ibu sebenarnya tidak terlalu istimewa, artinya dapat diatasi

dengan mudah melalui pendekatan teknologi karena berkaitan erat dengan kondisi kehamilan

dan pertolongan persalinan yang aman. 

Page 2: Tambahan Bahan Kpd

Pada dasarnya kehamilan merupakan proses yang fisiologis dan alamiah. Namun ada juga

kehamilan yang bermasalah dengan persalinan dengan penyulit dan berakhir dengan kematian

baik bayi maupun ibu. Berdasarkan pola pikir dan pendekatan paradigma sehat maka upaya

penyelamatan ibu dan bayi harus dilaksanakan pencegahan komplikasi persalinan secara aktif

dengan melalui pemeliharaan ibu hamil sejak hamil muda (Sarwono, 2006).

Pengetahuan masyarakat Indonesia tentang kehamilan normal sampai saat ini masih

kurang dan keadaan ini memaksa kita untuk berusaha memperbaiki keadaan ini. Dan yang

penting kita mencegah terjadinya komplikasi pada kehamilan. Peran bidan antara lain sebagai

pendidik yaitu memberikan pendidikan/pengetahuan tentang kehamilan salah satunya adalah

pentingnya ANC yang teratur. Melalui ANC yang berkualitas diharapkan dapat menurunkan

resiko terjadinya komplikasi pada kehamilan (Manuaba, 1998).

Pemeliharaan kahamilan dapat dilakukan oleh ibu hamil  sendiri dengan bantuan ibu

PKK, Bidan dan masyarakat untuk menentukan masalah atau faktor resiko ibu hamil, dengan

diikuti KIE  agar mereka menjadi tahu, peduli, sepakat dan bergerak jika ada masalah dalam

kehamilannya. KIE meliputi persiapan atau perencanaaan tempat bersalin yang aman dan

kujungan antenatal. Pendekatan berdasarkan resiko ibu hamil merupakan upaya dalam

memberikan pelayanan kepada semua ibu hamil dengan lebih intensif. Sehingga

kegawatdaruratan pada ibu dan bayi dapat dicegah (Sarwono, 2006).

Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengkaji asuhan kebidanan pada ibu hamil normal

sesuai standar pelayanan yang berlaku dan sesuai dengan wewenang bidan.

B.     RUMUSAN MASALAH

Page 3: Tambahan Bahan Kpd

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis dapat mengidentifikasikan

masalah-masalah yang ada. Adapun masalah-masalah tersebut antara lain :

1.         Berdasarkan pola pikir dan paradigma sehat maka penyelamatan jiwa ibu dan bayi harus

dilaksanakan pencegahan komplikasi persalinan secara aktif.

2.         Tingginya masalah kegawatdaruratan pada ibu dan bayi semakin meningkatkan angka kematian

di Indonesia.

3.         Tingginya angka kematian dan kesakitan akibat komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas

masih tinggi.

Dari data di atas dapat diambil rumusan masalah “ Bagaimana asuhan kebidanan yang

tepat pada ibu agar angka kematian ibu akibat kehamilan dapat menurun ? “

C.    TUJUAN

1.      Tujuan Umum

Mahasiswa mampu menerapkan asuhan kebidanan pada ibu hamil normal dengan

pendekatan manajemen kebidanan didasari konsep, sikap, dan ketrampilan serta berdasarkan

evidence base.

2.      Tujuan Khusus

Mahasiswa mampu :

a.       Melakukan anamnesa ibu hamil

b.      Melakukan pemeriksaan payudara pada ibu hamil

c.       Melakukan pemeriksaan palpasi abdomen

Page 4: Tambahan Bahan Kpd

d.      Melakukan pemeriksaan panggul luar pada ibu hamil

e.       Melakukan pemeriksaan DJJ

f.       Melakukan pemeriksaan lab pada ibu hamil

g.      Mengidentifikasikan secara dini kemungkinan komplikasi pada kehamilan normal dan

kegawatdaruratan dengan intervensi yang sesuai dan atau melakukan rujukan dengan tepat waktu

h.      Mendokumentasikan hasil pemeriksaan kehamilan dan temuan-temuan yang penting dalam

intervensi yang dilakukan.

BAB II

TINJAUAN  TEORI

A.    LANDASAN TEORI MEDIS

1.      Pengertian

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal

adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) di hitung dari hari pertama haid terakhir.

Kehamilan dibagi menjadi tiga triwulan yaitu triwulan I dimulai sejak konsepsi sampai umur

kehamilan 3 bulan, triwulan II dimulai dari bulan keempat sampai umur kehamilan enam bulan

dan triwulan III dimulai dari umur kehamilan ketujuh sampai sembilan bulan (Sarwono, 2006).

Page 5: Tambahan Bahan Kpd

Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emosional dari ibu serta perubahan sosial

di dalam keluarga. Disini keluarga diharapkan dapat memberikan dukungan kepada ibu hamil.

Pada umumnya kekhamilan tumbuh normal dan pada akhirnya bayi lahir sehat cukup bulan

melalui jalan lahir bila perawatan dalam masa kehamilannya baik namun terkadang tidak sesuai

dengan yang kita harapkan. Sulit diketahui sebelumnya bahwa akan diketahui masalah pada

kehamilan. Ibu hamil sebaiknya di anjurkan untuk sedini mungkin memeriksakan kehamilannya

dengan cara mengunjungi tempat pelayanan kesehatan  yang ada atau datang ke tenaga kesehatan

(bidan, dokter, dll) yang dekat dengan tempat tinggal ibu hamil untuk mendapatkan pelayanan

kesehatan yang dibutuhkan (Manuaba, 1998).

2.      Penyebab Terjadinya Kehamilan

Kehamilan terjadi kalau ada pertemuan dan persenyawaan antara sel telur (ovum) dan sel

mani (spermatozoa) pada saat seorang wanita mengalami ovulasi atau masa subur. Berdasarkan

Manuaba (1998), prosesnya terjadinya kehamilan adalah sebagai berikut :

Proses permulaan kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan dan terdiri dari :

a.    Ovulasi

Adalah proses pengeluaran ovum yang dipengaruhi oleh system hormonal yang

kompleks. Proses oogenesis adalah:

Oogenia → oosit primer → primary ovarium folikuli → liquor folikuli → pematangan pertama

ovum → pematangan kedua ovum pada waktu sperma membuahi ovum.

Ovulasi terjadi karena adanya pengaruh LH yang semakin besar dan fluktuasi yang

mendadak, karena adanya gerak aktif tuba yang berumbai. Ovum yang dilepaskan akan segera

ditangkap oleh tuba (Manuaba, 1998).

b.    Terjadi Migrasi Sperma dan Ovum

Page 6: Tambahan Bahan Kpd

Proses pembentukan spermatozoa (spermatogenesis) adalah:

Spermatogonium membelah jadi dua → spermatosit I membelah → spermatosit II membelah →

spermatid tmbuh menjadi sperma.

Sebagian besar spermatozoa mengalami kematian dan hanya beberapa ratus yang dapat

mencapai tuba fallopi. Spermatozoa yang masuk ke daalm alat genetalia dapat hidup selama 3

hari (Manuaba, 1998).

c.    Terjadi konsepsi dan pertumbuhan zigot

Konsepsi adalah pertemuan inti ovum dan inti sperma (Manuaba,1998). Hanya satu

sperma yang dapat menembus zona pelusida dan masuk dalam ovum. Setelah itu, zona pelusida

mengalami perubahan sehingga tidak dapat dilalui oleh sperma(reaksi block to polyspermae)

Proses ini diikuti dengan penyatuan pronuklei yang disebut zigot yang terdiri dari awal genetic

dari pria dan wanita. Dalam beberapa jam setelah pembuahan, mulailah pembelahan zigot selama

8 hari menjadi morula. Hasil konsepsi ini tetap digerakkan ke arah rongga rahim oleh gerakan

rambut silia. Hasil konsepsi tiba dalam cavum uteri pada tingkat blastula (Sarwono, 2006).

d.   Nidasi

Adalah tertanamnya hasil konsepsi ke dalam endometrium. Bila nidasi telah terjadi,

mulailah differensiasi sel blast, sel-sel kecil yang terletak dengan ruang eksoceulum membentuk

ectoderm dan yolk salc. Sedangkan sel yang besar membentuk endoderm dan ruang amnion.

Dalam perangkat nidasi, trofoblast dihasilkan hormone HCG. Nidasi terjai di bagian fundus uteri

dari dinding depan atau belakang. Penanaman dari mudigah mencari tempat yangbanyak nutrisi,

pembuluh darah, dan vaskularisasi baik (Sarwono, 2006).

e.    Pembentukan Plasenta

Page 7: Tambahan Bahan Kpd

Mukosa rahim wanita yang tidak hamil terdiri dari atas stratum compacta dan spongiosa.

Desidua adalah mukosarahim saat hamil, terdiri atas:

1.    Desidua basalis : Letak antara hasi konsepsi dan dinding rahim

2.    Desidua kapsularis : Meliputi hasil konsepsi kearah rahim

3.    Desidua parietalis : Meliputi lapisan dalam dinding rahim (Manuaba, 2007).

f.     Pertumbuhan Mudigah

Pertumbuhan embrio bermula dari lempeng embrional yang seharusnya berdeferensiasi 

menjadi tiga unsur lapisan, yaitu : ektodermal, mesodermal, dan endodermal (Manuaba, 1998).

g.    Placenta

Plasenta berbentuk bundar , berukuran 15-20 cm, tebal 2,5-3 cm dan berat 500 gram.

Plasenta dihubungkan tali pusat sepanjang 25-50 cm dengan janin. Plasenta sempurna pada

minggu ke-16 dimana desidua parietalis dan kapsularis telah menjadi satu. Implantasi plasenta

terjadi pada fundus uteri depan dan belakang. Fungsi plasenta, yaitu :

a.    Sistem ekskresi

b.    Sistem respirasi

c.    Penyalur antibody

d.   Sebagai sawar terhadap toxic

e.    Menghasilkan hormone dan persiapan laktasi

f.     Sebagai alat untuk menyalurkan nutrisi (Manuaba, 1998)

3.      Fisiologi Pertumbuhan Janin

a.    Pembentukan Darah Janin

Membutuhkan Fe dalam hati , limfa dan sumsum tulang ibu. Pada permulaan, sel janin

dibentuk oleh kantong yolksalk sebagai megaloblast. Fetal hemoglobin mempunyai kemampuan

Page 8: Tambahan Bahan Kpd

untuk mengikat O2 dari ibu dan melepas CO2 ke darah ibu. Menjelang persalinan janin membuat

adult hemoglobin sebagai persiapan kelahiran sehingga dapat menghisap O2 dengan pernafasan

lebih aktif (Manuaba, 1998).

b.    Pernafasan Janin

Barcrofi memantau gerakan dada sebagai bentuk pernafasan intrauteri tetapi air ketuban tidak

masuk ke paru-paru. Gerakan pernafasan dikendalikan oleh saturasi O2, bukan CO2. bila saturasi

O2 lebih dari 50% terjadi penghentian pernafasan dan bila kurang maka saturasi CO2 untuk

mengendalikan pernafasan (Manuaba, 1998).

c.    Sirkulasi Janin

Ditentukan oleh factor sebagai berikut :

a.       Foramen ovale diantara kedua atrium.

b.      Ductus arteriosus bothali.

c.       Ductus venosus aranti ke hepar.

d.      Pada umbilicus ( 1 vena dan 2 arteri).

Peredaran darah janin berlangsung selama kehidupan intrauteri, dimana plasenta memegang

peranan penting. Kegagalan fungsi plasenta dapat menimbulkan berbagai penyulit dalam

pertumbuhan dan perkembangan janin (Manuaba, 1998).

d.   Sistem Pencernaan

Terbentuk pada minggu ke-16 secara rutin, janin minum air ketuban sebanyak 450 ml per

jam. Hepar berfungsi membentuk darah, metabolisme hemoglobin, bilirubin dan mengubah

menjadi biliverdin. Biliverdin disalurakan ke usus sebagai bahan sisa metabolism (Sastrawinata,

1983).

e.    Sistem Perkemihan

Page 9: Tambahan Bahan Kpd

Ginjal terbentuk pada usia 12 minggu. Di dalam kandung kemih tidak ada urine yang

diekskresikan dalam air kemih rata-rata 0,005-0,1 cc/menit (Manuaba, 1998).

f.     Pertumbuhan Janin dalam Uterus

Berdasarkan Manuaba (1998) pertumbuhan dan perkembangan janin di dalam uterus

dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Umur Panjang

Janin

Pembentukan Organ

4 mg 7,5-10 mm Rudimental mata, telinga, dan hidung

8 mg 2,5 cm Hidung, telinga, jari-jemari mulai dibentuk.

Kepala menekur ke dada

12 mg 9 cm Daun telinga lebih jelas, kelopak mata melekat,

leher mulai berbentuk, alat kandungan luar

terbentuk namun belum berdiferensiasi

16 mg 16-18 cm Genetalia eksterna terbentuk dan dapat dikenal,

kulit tipis dan warna merah

20 mg 25 cm Kulit lebih tebal, rambut mulai tumbuh di kepala

dan rambut halus tumbuh di kulit.

24 mg 30-32 cm Kedua kelopak mata tumbuh alis dan bulu mata

serta kulit keriput. Kepala besar. Bila lahir dapat

bernafas tetapi hanya bertahan hidup beberapa

jam saja.

28 mg 35 cm Kulit warna merah ditutupi verniks caseosa. Bila

lahir dapat bernafas, menangis pelan dan lemah.

Bayi immature

32 mg 40-43 cm Kulit merah dan keriput. Bila lahir kelihatan

Page 10: Tambahan Bahan Kpd

seperti orangtua kecil

36 mg 46 cm Muka berseri tidak keriput. Bayi premature.

40 mg 50-55 cm Bayi cukup bulan. Kulit licin, verniks caseosa

banyak, rambut kepala tumbuh baik, organ-

organ baik. Pada pria, testis sudah berada dalam

skrotum, sedangkan pada wanita, labia mayora

berkembang baik. Tulang-tulang kepala

menulang.

Tabel 1. Pertumbuhan Janin Dalam Uterus

4.      Perubahan Fisiologi Wanita Hamil

a.         Sistem Reproduksi

1)      Uterus

Uterus bertambah besar, dari yang beratnya 30 gram menjadi 1000 gram. Dengan ukuran

panjang 32 cm, lebar 24 cm dan ukuran muka belakang 22 cm. Pembesaan ini disebabkan oleh

hipertrofi dari otot-otot rahim, tetapi pada kehamilan muda terbentuk juga sel-sel otot yang baru.

Dalam bulan-bulan pertama pertumbuhan uterus disebut pertumbuhan aktif, karena

memang dinding rahim menjadi tebal disebabkan pengaruh hormone estrogen pada otot-otot

rahim (Manuaba, 1998).

Perubahan-perubahan pada uterus, meliputi :

a)      Segmen Bawah Rahim

Meregangnya dinding rahim pada kehamilan 16 minggu karena adanya pertumbuhan dan

perkembangan janin menyebabkan OUI semakin tertarik dan menipis, SBR lebih jelas dalam

persalinan karena diregang oleh kontraksi dan relaksasi otot rahim (www.wikipedia.org, 2007).

b)      Tanda Piskacek

Page 11: Tambahan Bahan Kpd

Pertumbuhan uterus tidak rata, uterus lebih cepat tumbuh di bagian implantasi ovum dan

sekitar plasenta (Manuaba, 1998).

c)      Kontraksi Braxton Hicks

Bila rahim dapat diraba dari luar, maka kontraksi ini dapat dirasakan dengan palpasi,

kontraksi Braxton hicks tidak terasa sakit dan terjadi bersama di seluruh bagian rahim.

d)     Perubahan pada serviks

Menjadi lebih lunak karena pembuluh darah dalam serviks bertambah dan karena timbulnya

oedema dari servik dan hiperplasi kelenjar-kelenjar serviks (Sarwono, 2006)

2)      Vagina dan Vulva

Karena pengaruh esterogen terjadi hipervaskularisasi menyebabkan vagina dan vulva

tampak lebih merah dan kebiru-biruan, disebut tanda Chadwick (Manuaba, 1998).

3)      Ovarium

Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum gravidarum sampai terbentuk

plasenta pada kehamilan 16 minggu. Lambat laun fungsi korpus luteum digantikan plasenta

(Sarwono, 2006).

4)      Payudara

Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan memberikan ASI

pada saat laktasi. Perkembangan payudara tidak dapat dilepaskan dari pengaruh hormone saat

kehamilan, yaitu esterogen, progesterone, dan somatomammotropin.

Penampakan payudara pada ibu hamil adalah sebagai berikut :

a)      Payudara menjadi lebih besar.

Page 12: Tambahan Bahan Kpd

b)      Areola payudara makin hiperpigmentasi-hitam.

c)      Glandula montgomery makin tampak.

d)     Putting susu makin menonjol.

e)      Pengeluaran ASI belum berlangsung karena prolaktin belum berfungsi, karena hambatan dari

PIH (Prolaktine Inhibiting Hormone) untuk mengeluarkan ASI.

f)        Setelah persalinan, hambatan prolaktin tidak ada sehingga pembuatan ASI dapat berlangsung

(Manuaba, 1998).

b.        Sistem Kardiovaskuler

Peningkatan estrogen dan progesterone menyebabkan perubahan pembuluh darah menjadi

lebih lebar.  Serta terjadi peningkatan volume darah sebesar 25-30% dan peningkatan sel darah

sebanyak 20% dari jumlah sebelum hamil. Sel darah meningkat sampai 33% tetapi karena

peningkatan volume plasma yang lebih besar dari pada eritrosit dalam darah sehingga

menyebabkan viskositas darah berkurang yang disebut dengan hemodilusi atau pengenceran

darah. Hemodilusi atau pseudonemia dapat menyebabkan anemi fisiologis pada kehamilan

(Hamilton, 1995).

c.         Sistem Respirasi

Pada kehamilan terjadi perubahan system respirasi untuk dapat memenuhi kebutuhan O2.

disamping itu terjadi desakan diafragma karena dorongan rahim yang membesar pada umur

hamil 32 minggu. Sebagai kompensasi terjadinya desakan rahim dan kebutuhan O2 yang

meningkat, ibu hamil akan bernafas lebih dalam sekitar 20 sampai 25 % dari biasanya (Manuaba,

2007).

Page 13: Tambahan Bahan Kpd

d.        Sistem Pencernaan (Gastrointestinal)

Karena pengaruh esterogen, pengeluaran asam lambung meningkat yang dapat

menyebabkan :

1)      Pengeluaran air liur yang berlebihan (hipersalivasi).

2)      Daerah lambung terasa panas.

3)      Terjadi mual dan pusing kepala terutama pagi hari, yang disebut morning sickness.

4)      Muntah yang disebut emesis gravidarum.

Progesterone menimbulkan gerak usus makin berkurang dan dapat menyebabkan obstipasi

(Manuaba, 1998).

e.         Sistem Urinarius

Karena pengaruh desakan rahim yang membesar pada hamil muda dan turunnya kepala

bayi ke dalam panggul pada hamil tua menyebabkan kandung kemih tertekan sehingga terjadi

gangguan miksi dalam bentuk sering kencing. Desakan tersebut menyebabkan kandung kemih

cepat terasa penuh. Hal ini mulai timbul pada minggu ke 16 (Manuaba, 1998).

f.          Sistem Integumen (Kulit)

Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi karena pengaruh

melanophore stimulating hormone lobus hipofisis anterior dan pengaruh kelenjar suprarenalis.

Hiperpigmentasi ini terjadi pada striae gravidarum livide atau alba, areola mamae, papilla

mamae, linea nigra, pipi (cloasma gravidarum). Setelah persalinan hiperpigmentasi ini akan

menghilang (Manuaba, 1998). Baik kelenjar perspirasi atau kelenjar lemak menjadi lebih aktif

selama masa kehamilan. Sebagai akibatnya, wanita hamil mungkin mengalami gangguan bau

badan, banyak mengeluarkan keringat dan rambut yang berminyak sehingga sulit merapikannya

(Hamilton, 1995).  

Page 14: Tambahan Bahan Kpd

g.         Sistem Metabolisme

Dengan terjadinya kehamilan, metabolisme tubuh mengalami perubahan yang mendasar,

dimana kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan janin dan persiapan memberikan ASI.

Metabolisme basal naik sebesar 15 % sampai 20 % dari semula, terutama pada trimester III

(Manuaba, 1998).

Berat badan ibu hamil akan bertambah antara 6,5 kg sampai 16,5 kg selama hamil atau

terjadi kenaikan berat badan sekitar 0,5 kg per minggu. Pertambahan berat badan ini dapat dirinci

sebagai berikut :

1)      Janin                             3-3,5 kg

2)      Plasenta                                    0,5 kg

3)      Air ketuban                   1 kg

4)      Rahim                           1 kg

5)      Timbunan lemak           1,5 kg

6)      Timbunan protein         2 kg

7)      Retensi air garam          1,5 kg (Manuaba, 1998)

h.        Sistem Muskuluskeletal

1)      Gigi, tulang dan persendian

Selama masa kehamilan wanita membutuhkan kurang lebih sepertiga lebih banyak kalsium

dan fosfor. Karies gigi tidak disebabkan oleh dekasifikasi sejak kalsium gigi telah dibentuk.

Page 15: Tambahan Bahan Kpd

Terdapat bukti bahwa pada saliva yang asam pada saat hamil membantu aktivitas penghancuran

bakteri email yang menyebabkan karies.

Postur tubuh wanita secara bertahap akan mengalami perubahan karena janin yang

membesar dalam abdomen. Untuk mengkompensasi penambahan berat badan ini, bahu lebih

tertarik ke belakang dan tulang belakang lebih melengkung, sendi tulang belakang lebih lentur

dan dapat menyebabkan nyeri punggung pada wanita.

Persendian panggul akan lebih longgar karena ligament-ligamen akan melunak. Juga terjadi

sedikit pelebaran pada ruang persendian. Apabila jumlah kalsium yang diperlukan janin dari

asupan makanan ibu tidak terpenuhi maka kalsium maternal pada tulang-tulang panjang akan

diambil sebagai penggantinya (www.stasiunbidan.com, 2008)  

2)      Otot

Kram otot tungkai dan kaki merupakan masalah umum selama kehamilan. Penyebabnya

belum diketahui, tetapi mungkin berhubungan dengan metabolism kalsium dan fosfor, kurangnya

drainase sisa metabolism otot atau postur yang tidak seimbang. Kram kaki biasanya terjadi

setelah berdiri sepanjang hari dan pada malam hari setelah tubuh istirahat. Sedikit gerakan dan

penggunaan kompres hangat dapat sedikit membantu menghilangkan keluhan tersebut

(Hamilton, 1995).

5.       Perubahan Psikologi Wanita Hamil

a.      Respon terhadap kehamilan

Setiap orang mempunyai respon yang berbeda terhadap diagnosa kehamilan. Macam-

macam respon terhadap kehamilan :

1)      Ambivalen

Page 16: Tambahan Bahan Kpd

Kadang-kadang respon wanita terhadap kehamilan bersifat mendua, bahkan kehamilan yang

sudah direncanakan.

2)      Pengakuan

Perasaan yang bercampur aduk atau mendua, biasanya akan berubah dengan semakin majunya

kehamilan dan terjadinya adaptasi tubuh terhadap perubahan-perubahan tersebut.

3)      Labilitas emosional

Perasaan gembira yang bergantian dengan perasaan sedih atau kadang-kadang campuran kedua

perasaan tersebut (Rahayu, 2009).

b.      Pengaruh kehamilan pada kehidupan sosial

1)   Karier

Prospek karier atau kemajuan wanita dapat dibatasi oleh kehamilan kendati hal ini tergantung

pada kondisi wanita itu sendiri.

2)   Aspek financial

Dapat terjadi masalah yang sangat penting jika kehamilan terjadi tanpa terduga dan kalau biaya

yang diperlukan untuk kehamilannya bersamaan dengan semua kebutuhan lain.

3)   Hubungan dengan orang lain

Hubungan dengan orang lain akan mengalami perubahan akibat adanya kehamilan.

4)   Ketakutan dan kecemasan

Wanita hamil dan suami terkadang merasa takut, cemas dan berbagai reaksi emosional yang

tidak dapat dibagi dengan keluarga dan sahabat (Rahayu, 2009).

Page 17: Tambahan Bahan Kpd

c.       Problem psikologis selama kehamilan

Masalah psikologi pada wanita hamil jarang ditemui kecuali pada wanita yang rentan.

Kelainan psikologi yang sudah ada sebelum kehamilan dapat membaik atau bertambah parah.

Kesinambungan perawatan merupakan faktor yang penting dalam asuhan kebidanan. Penilaian

secara obyektif terhadap keadaan psikologis dilakukan di sepanjang kehamilan dan

penyimpangan dari sikap dan perilaku sebelumnya perlu dicatat. Bantuan yang sesuai diberikan

setelah pasien dirujuk kepada dokter ahli psikiatri ( Ferrer, 2001).

6.      Tanda-tanda Kehamilan

a.    Tanda-tanda presumtif

1)        Amenorea (tidak dapat haid)

      Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel de graff dan ovulasi

2)        Mual dan muntah

      Pengaruh esterigen dan progesterone terjadi pengeluaran asam lambung yang berlebihan

sehingga menimbulkan mual dan muntah terutama pagi hari yang disebut morning sickness.

3)        Mengidam

      Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu, keinginan yang demikian disebut

mengidam.

4)        Pingsan atau sinkope

      Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral) menyebabkan iskemia susunan saraf

pusat dan menimbulkan sinkope atau pingsan. Keadaan ini menghilang setelah umur kehamilan

16 minggu.

5)        Lelah (fatigue)

6)        Tidak ada selera makan (anoreksia)

Page 18: Tambahan Bahan Kpd

      Hanya berlangsung pada triwulan pertama kehamilan, kemudian nafsu makan timbul kembali.

7)        Miksi sering

      Terjadi karena kandung kemih tertekan oleh rahim membesar yang dimulai pada minggu ke 16

masa kehamilan. Gejala ini akan menghilang pada triwulan kedua kehamilan. Pada akhir

kehamilan, gejala ini kembali, karena kandung kemih ditekan oleh kepala janin.

8)        Konstipasi/obstipasi

      Terjadi karena tonus otot usus menurun oleh pengaruh hormone steroid.

9)        Pigmentasi kulit oleh pengaruh hormone kortikosteroid plasenta, dijumpai di muka (cloasma

gravidarum), areola payudara, leher, dan dinding perut (linea nigra).

10)    Epulis yaitu hipertrofi dari papil gusi

11)    Pemekaran vena-vena (varices) dapat terjadi pada kaki, betis dan vulva. Biasanya dijumpai pada

triwulan akhir (Manuaba, 1998).

b.   Tanda-tanda kemungkinan hamil

1)         Perut membesar sesuai tuanya kehamilan

2)         Pada pemeriksaan dapat dijumpai :

a)      Tanda Hegar

b)      Tanda Chadwicks

c)      Tanda Piscaseck

d)     Kontraksi Braxton Hicks

e)      Teraba ballottement

3)         Pemeriksaan biologis kehamilan positif

     Sebagian kemungkinan positif palsu (Manuaba, 1998).

c.    Tanda pasti (tanda positif)

Page 19: Tambahan Bahan Kpd

1)   Gerakan janin dapat dilihat, diraba atau didengar sedangkan bagian-bagian janin dapat diraba

atau dipalpasi oleh pemeriksa.

2)   Denyut jantung janin :

a.       Didengar dengan stetoskop-monoral Laennec

b.      Dicatat dan didengar dengan alat Doppler

c.       Dicatat dengan feto-elektro kardiogram

d.      Dilihat pada ultrasonografi

3)   Terlihat tulang-tulang janin dalam foto-rontgen (Manuaba, 1998).

4. Diagnosis

Diagnosis dibuat untuk menentukan hal-hal kehamilan normal yang mempunyai tanda-

tanda positif sebagai berikut (Sarwono, 2006) :

a.         Perubahan warna pada serviks

b.         Warna areola lebih gelap dan terjadi pembesaran payudara

c.         Pembesaran abdomen

d.        Detak jantung janin (jika terdengar lebih dari 20 minggu)

e.         Ukuran uterus sama/sesuai umur kehamilan

f.          Pemeriksaan fisik dan laboratorium normal

5. Pemeriksaan dan Pengawasan kehamilan

Page 20: Tambahan Bahan Kpd

a.    Tujuan

Tujuan umum pemeriksaan dan pengawasan ibu hamil adalah menyiapkan seoptimal

mungkin fisik dan mental ibu dan anak selama dalam kehamilan, persalinan, dan nifas sehingga

didapatkan ibu dan anak yang sehat.

                 Tujuan  khusus adalah :

1)   Mengenali dan menangani penyulit-penyulit yang mungkin dijumpai dalam kehamilan,

persalinan dan nifas.

2)   Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin diderita sedini mungkin.

3)   Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak.

4)   Memberikan nasehat-nasehat tentang cara hidup sehari-hari dan keluarga berencana, kehamilan,

persalinan, nifas, dan laktasi (Manuaba, 1998).

b.   Jadwal pemeriksaan kehamilan

1)        Pemeriksaan pertama segera setelah diketahui terlambat haid

Pemeriksaan ulang :

a)      Setiap bulan sampai umur 0-27 minggu

b)      Setiap 2 minggu sampai umur 28-36 minggu

c)      Setiap 1 minggu sejak umur 37-42 minggu

2)        Pemeriksaan khusus dilakukan bila terdapat keluhan tertentu (www.bidankita.com, 2009).

c.    Pemeriksaan ibu hamil

1)        Anamnesa

a)        Anamnesa identitas istri dan suami : nama, umur, agama, pekerjaan, alamat, dan sebagainya.

b)        Anamnesa umum :

1.    Tentang keluhan-keluhan, nafsu makan, tidur, miksi, defekasi, perkawinan, dan sebagainya.

Page 21: Tambahan Bahan Kpd

2.    Tentang haid, kapan mendapat haid terakhir (HT). bila hari pertama haid terakhir diketahui,

maka dapat dijabarkan taksiran tanggal persalinan memakai rumus Naegele : hari +7, bulan -3,

dan tahun +1.

3.    Tentang kehamilan, persalinan, keguguran, dan kehamilan ektopik atau kehamilan mola

sebelumnya.

2)        Inspeksi dan pemeriksaan fisik diagnostic

Pemeriksaan seluruh tubuh secara baik dan legeartis : tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan

jantung, paru-paru, dan sebagainya.

3)        Perkusi

Menggunakan alat untuk mengetahui reflek patella

4)        Palpasi

Ibu hamil disuruh berbaring terlentang, kepala dan bahu sedikit lebih tinggi dengan

memakai bantal. Pemeriksa berdiri disebelah kanan ibu hamil. Dengan sikap hormat lakukanlah

palpasi bimanual terutama pada pemeriksaan perut dan payudara.

Palpasi perut untuk menentukan :

a.    Besar dan konsistensi rahim.

b.   Bagian-bagian janin, letak, presentasi.

c.    Gerakan janin dan penurunan presentasi ke panggul.

d.   Kontraksi rahim Braxton Hicks dan his (Manuaba, 1998)

Cara melakukan palpasi menurut Leopold terdiri atas 4 bagian yaitu :

a.   Leopold I

1)      Kedua telapak tangan pada fundus uteri untuk menentukan tinggi fundus uteri sehingga

perkiraan umur kehamilan dapat disesuaikan dengan tanggal haid terakhir.

Page 22: Tambahan Bahan Kpd

DAFTAR PENGUKURAN TFU (Manuaba, 1998)

Akhir bulan Besar uterus Tinggi fundus uteri

1 Lebih besar dari biasa Belum teraba (palpasi)

2 Telur bebek Di belakang simfisis

3 Telur angsa 1-2 jari di atas simfisis

4 Kepala bayi Pertengahan simfisis-pusat

5 Kepala dewasa 2-3 jari di bawah pusat

6 Kepala dewasa Kira-kira setinggi pusat

7 Kepala dewasa 2-3 jari diatas pusat

8 Kepala dewasa Pertengahanpusat-

proc.xypoideus

9 Kepala dewasa 3 jari dibawah Px atau sampai

setinggi Px

10 Kepala dewasa Sama dengan kehamilan 8 bulan

namun melebar kesamping

2)      Bagian apa yang terletak di fundus uteri. Pada letak membujur sungsang, kepala bulat keras dan

melenting pada goyangan. Pada presentasi kepala akan teraba bokong pada fundus: tidak keras,

tak melenting dan tidak bulat. Pada letak lintang fundus uteri tidak diisi oleh bagian-bagian janin

(Manuaba, 1998).

b.   Leopold II

Kemudian kedua tangan diturunkan menelusuri tepi uterus untuk menetapkan bagian apa yang

terletak dibagian samping.

Page 23: Tambahan Bahan Kpd

1)        Letak membujur dapat ditetapkan punggung anak, yang teraba rata dengan tulang iga seperti

papan cuci.

2)        Pada letak lintang dapat ditetapkan dimana letak kepala janin (Manuaba, 1998).

c.    Leopold III

Menetapkan bagian apa yang terdapat diatas simfisis pubis. Kepala akan teraba bulat dan keras

sedangkan bokong teraba tidak keras dan tidak bulat. Pada letak lintang simfisis pubis akan

kosong. Satu tangan berada di bagian simpisis dan menggoyang pelan untuk mengetahui

presentasi sudah masuk panggul atau belum (Manuaba, 1998).

d.   Leopold IV

Pada pemeriksaan Leopold IV, kaki klien lurus, pemeriksa mengahadap ke kaki klien untuk

menetapkan bagian terendah janin yang masuk ke pintu atas panggul. Bila bagian terendah

masuk PAP telah melampaui lingkaran terbesarnya maka tangan yang melakukan pemeriksaan

divergen, sedangkan bila lingkran terbesarnya belum masuk PAP maka tangan pemeriksa

konvergen (Manuaba, 1998).

Pemeriksaan pembantu Leopold adalah sebagai berikut :

1.   Pemeriksaan Budin

Dipergunakan pada letak membujur, untuk lebih menetapkan dimana punggung janin

berada.Tehnik :fundus uteri didorong kebawah, badan janin akan melengkung sehingga

punggung mudah ditetapkan (Manuaba, 1998).

2.   Pemeriksaan menurut Ahlfeld

Janin dengan letak membujur didorong ke salah satu sisi sehingga janin mengisi ruangan

yang lebih terbatas. Dengan mendorong janin kesatu arah, maka pemeriksaan punggung janin

lebih mudah dilakukan (Manuaba, 1998).

Page 24: Tambahan Bahan Kpd

3.   Pemeriksaan menurut Kneble

Pemeriksaan ini dapat membantu pemeriksaan Leopold III (Manuaba, 1998).

5)        Auskultasi

Setelah punggung janin dapat ditetapkan, diikuti dengan pemeriksaan denyut jantung janin

dengan menggunakan stetoskop monoral.

a.    Kaki ibu hamil diluruskan sehingga punggung janin lebih dekat dengan dinding perut ibu.

b.   Punctum maximum denyut jantung janin ditetapkan disekitar scapula.

c.    Denyut jantung janin dihitung dengan cara menghitung 5 detik pertama, interval 5 detik

dilanjutkan menghitung untuk 5 detik kedua, interval 5 detik dilanjutkan menghitung untuk 5

detik ketiga. Jumlah perhitungan selama 3 kali setiap 5 detik dikalikan 4, sehingga denyut

jantung janin selama satu menit dapat ditetapkan. Jumlah denyut jantung janin normal antara

120-160 denyut per menit (Sarwono, 2006)

d.   Nasehat untuk Ibu Hamil

1.      Diet Ibu Hamil

                 Pada dasarnya dianjurkan makanan empat sehat lima sempurna. Karena kebutuhan

akan protein dan bahan makanan tinggi, dianjurkan tambahan sebuah telur sehari. Nilai gizi

dapat ditentukan dengan bertambahnya berat badan sekitar 6,5 sampai 15 kilogram selama hamil.

Berat badan yang bertambah terlalu besar atau kurang perlu mendapat perhatian khusus karena

kemungkinan terjadi penyulit kehamilan. Kenaikan berat badan tidak boleh lebih dari 0,5

kilogram per minggu (Manuaba, 1998)

2.      Pekerjaan Rumah Tangga

Page 25: Tambahan Bahan Kpd

                 Pekerjaan rutin dapat dilaksanakan. Bekerja sesuai dengan kemampuan dan tidak

menimbulkan kelelahan pada ibu (Manuaba, 1998)

3.      Hubungan Seksual

                 Hamil bukan merupakan halangan untuk melakukan hubungan seksual. Hubungan

seksual disarankan untuk dihentikan bila :

a.    Terdapat tanda infeksi dengan pengeluaran cairan disertai rasa nyeri atau panas.

b.   Terjadi perdarahan saat hubungan seksual.

c.    Terdapat pengeluaran cairan(air) yang mendadak.

d.   Hentikan hubungan seksual pada mereka yang sering mengalami gugur kandung, persalinan

sebelum waktunya, mengalami kematian dalam kandungan, sekitar 2 minggu menjelang

persalinan (Manuaba, 1998).

4.      Olahraga Saat Hamil

                 Olaharaga yang dianjurkan adalah jalan-jalan pada pagi hari untuk ketenangan dan

mendapat udara segar, selain itu sirkulasi darah menjadi baik, nafsu makan bertambah,

pencernaan lebih baik, dan tidur lebih nyenyak. Gerak badan yang melelahkan dilarang.

5.      Pakaian Hamil

                 Pakaian hamil yang dianjurkan adalah pakaian yang longgar dan terbuat dari katun

sehingga mempunyai kemampuan menyerap, terutama pakaian dalam. BH dianjurkan longgar

dan dapat menyangga payudara.

6.      Pemeliharaan Payudara

                 Putting susu penting diperhatikan agar tetap bersih. Jika puting terbenam tarik dengan

spuit yang dipotong (Neeple) . Dua bulan terakhir dilakukan massage, kolostrum dikeluarkan

untuk mencegah penyumbatan.

Page 26: Tambahan Bahan Kpd

7.      Pengawasan Gigi

                 Saat hamil sering terjadi caries yang berkaitan dengan emesis-hiperemesis

gravidarum, hipersalivasi dapat menimbulkan timbunan kalsium disekitar gigi. Memeriksakan

gigi saat hamil diperlukan untuk mencari kerusakan gigi yang dapat menjadi sumber infeksi.

Perawatannya dengan gosok gigi minimal 2x sehari.

8.      Hygiene Umum dalam Kehamilan

     Kebersihan badan mengurangi kemungkinan terkena infeksi, karena badan yang kotor banyak

mengandung mikroorganisme atau kuman. Pemeliharaan buah dada juga penting, misalnya

puting susu harus dibersihkan atau dibasahi dengan colostrum. Mandi 2x sehari, ganti baju dalam

minimal 2x sehari dan keramas bisa lebih sering karena lebih banyak berkeringat (Sastrawinata,

1983). 

9.      Jadwal Istirahat dan Tidur

                 Jadwal istirahat dan tidur perlu diperhatikan dengan baik, karena istirahat dan tidur

dan teratur dapat meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani untuk kepentingan perkembangan

dan pertumbuhan janin.

10.  Pemberian Obat-obatan

                 Pengobatan penyakit saat hamil harus selalu memperhatikan apakah obat tersebut

tidak berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin.

11.  Merokok, Minum Alkohol dan Kecanduan Narkotik

                 Ketiga kebiasaaan ini secara langsung dapat mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan janin dan menimbulkan kelahiran dengan berat badan rendah bahkan dapat

menimbulkan cacat bawaan atau kelainan pertumbuhan dan perkembangan mental.

12.  Keadaan Darurat Pada Kehamilan

Page 27: Tambahan Bahan Kpd

                 Keadaan darurat saat hamil yang mengharuskan ibu hamil untuk memeriksakan diri

adalah :

a.     Berkaitan dengan janin

1)                Badan panas disertai tanda infeksi lainnya.

2)                Gerak janin terasa berkurang atau menghilang.

3)                Perut terasa semakin kecil.

b.    Berkaitan dengan keadaan ibu

1)                Mual muntah berlebihan

2)               Terjadi pengeluaran abnormal: cairan mendadak, lender apalagi bercampur darah, perdarahan.

3)               Tanda subyektif gestosis: sakit kepala, pemandangan kabur, nyeri pada epigastrium/ulu hati,

pembengkakan tangan, muka, kelopak mata dan kaki, air seni berkurang.

4)                Sakit perut mendadak.

5)               Terjadi tanda-tanda inpartu: perut sakit disertai pengeluaran lendir darah.

13.  Imunisasi

                 Vaksinasi dengan toksoid tetanus dianjurkan untuk dapat  menurunkan angka

kematian bayi karena infeksi tetanus. Vaksinasi toksoid tetanus dilakukan dua kali selama hamil

(Manuaba, 1998).

B.     LANDASAN TEORI ASKEB

Proses manajemen merupakan proses pemecahan masalah memperkenalkan sebuah metode

dengan pengorganisasian pemikiran tindakan dengan urutan yang logis yang menguntungkan

bagi pasien dan tenaga kesehatan.

Page 28: Tambahan Bahan Kpd

            Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai

metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, pemuan-

penemuan, ketrampilan dalam rangkaian  tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan

yang terfokus pada klien. (Varney,  1997 )

Tujuh langkah manajemen kebidanan menurut Varney adalah sebagai berikut:

I.          Pengumpulan data dasar

Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang lengkap dan akurat dari semua

sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara:

a.         Anamnesa

      biodata

      riwayat menstruasi

      riwayat perkawinan

      riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu

      riwayat KB

      riwayat kehamilan sekarang

      riwayat kesehatan

      biopsikososiospiritual

      pengetahuan klien

b.        Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda- tanda vital.

c.         Pemeriksaan khusus

      Inspeksi

      Palpasi

Page 29: Tambahan Bahan Kpd

      Auskultasi

      Perkusi

d.        Pemeriksaan penunjang

      Laboratorium

      USG

      Catatan terbaru dan sebelumnya

II.       Interpretasi data dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan interpretasi

yang benar atas data- data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan,

diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik. Rumusan

diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti

diagnosa tetapi tetap mambutuhkan penanganan. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang

sedang dialami wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah

juga sering menyertai diagnosa.

III.    Identifikasi diagnosa atau masalah potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial berdasarkan diagnosa

atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila

memungkinkan dilakukan pencegahan.

IV.    Identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera

Pada langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi

manajemen bukan hanya selama asuhan primer, periodik, atau kunjungan prenatal saja tetapi

juga selam wanita tersebut bersama tenaga kesehatan terus- menerus. Misalnya pada waktu

wanita tersebut dalam persalinan. Data baru mungkin saja dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa

Page 30: Tambahan Bahan Kpd

data mungkin mengidentifikasikan situasi yang gawat, dimana bidan harus bertindak segera

untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu dan anak (misalnya perdarahan kala III, distosia bahu,

atau nilai apgar yang rendah).

V.       Merencanakan asuhan yang menyeluruh

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah

sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnosa

yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi.

VI.    Melaksanakan perencanaan

Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima

dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau

sebagian lain lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.

VII. Evaluasi

Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi

pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan

kebutuhan sebagai mana telah diidentifikasi di dalam diagonsa dan masalah. Rencana tersebut

dapat dianggap efektif jika memang benar-benar efektif dalam pelaksanaannya.

BAB III

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A.    TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA Ny. Y UK 15+2 MINGGU G2P1A0 DENGAN

ANEMIA SEDANG di BPS ”X”,’ Y’

KABUPATEN ’Z’

Page 31: Tambahan Bahan Kpd

Anamnesa tanggal/jam            : 21 Desember 2009/ 17.00 WIB

Tempat                                    : BPS Bekti Sayekti

I.       PENGKAJIAN

A.    Identitas

Nama               : Ny. Y                                    Nama               : Tn. R

Umur               : 33 tahun                    Umur               : 36 tahun

Agama             : Kristen                      Agama             : Kristen         

Suku/bangsa    : Jawa/Indonesia         Suku/bangsa    : Jawa/Indonesia

Pendidikan      : SMA                                     Pendidikan      : STM

Pekerjaan         : IRT                            Pekerjaan         : Wiraswasta

Alamat                        : Gataksari, Karanganom, Klaten

B.     Data Subyektif

1.      Alasan kunjungan

Ibu ingin memeriksakan kandungannya.

2.      Keluhan utama

Ibu mengatakan tidak ada keluhan pada kehamilan ini.

3.      Riwayat  menstruasi

a.    Menarche          : 13 tahun.

b.   Siklus                : 28 hari.

Lama               : 6-7 hari.

Karakteristik   :

         Banyaknya     : ± 90 cc / ganti pembalut 2 kali sehari

         Teratur/tidak  : teratur

         Sifat darah     : encer

c.    Disminorhoe     : tidak ada

4.      Riwayat kehamilan ini

a.       HPHT                             : 05 – 09 - 2009

b.      HPL                               : 12 – 06 - 2010

Page 32: Tambahan Bahan Kpd

c.       Gerakan janin                 : ada

d.      Keluhan-keluhan            :

         Trimester I                : Mual muntah

         Trimester II              : Tidak ada keluhan

e.       Imunisasi TT                  : Belum

f.       Obat yang dikonsumsi   : tablet besi, vitamin C, kalk, Vitamin B12

g.      Kekhawatiran khusus     : tidak ada

5.      ANC

                         : di bidan

                         : 2  kali kunjungan.

Penyuluhan yang pernah didapat  : belum pernah

Pengetahuan tentang kesehatan    : Ibu belum mengetahui tentang gizi ibu hamil,

Ibu belum mengetahui tentang Tablet Fe secara lengkap.

Ibu belum mengetahui tentang ibu hamil resiko tinggi

6.      Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu

N

o.

Ha

mil

Ke

Usia

Ke

Hami

lan

Komp.

Keham

ilan

Persalinan Nifas Bayi

Partus tahun

Penolong

Jenis Komplikasi

Laktasi Komplikasi.

Jns kel

BBL

(gr)

Skrg

1.

2.

Sat

u

Ha

mil

ini

9 bln Tidak

ada

200

4

Bida

n

Spon

tan

Tdk

ada

Cukup

,diberi

kan

selam

a 4

bulan

Tidak

ada

Laki

3400

Sehat, umur 5 thn

7.      Riwayat kesehatan pasien

Page 33: Tambahan Bahan Kpd

a.       Riwayat kesehatan dahulu

      Jantung              : tidak ada

      Asma                 : tidak ada

      TBC                   : tidak ada

      DM                    : tidak ada

      Hipertensi          : tidak ada

      Epilepsi              : tidak ada

      Alergi                : tidak ada

b.      Riwayat kesehatan sekarang

      Jantung              : tidak ada

      Asma                 : tidak ada

      TBC                   : tidak ada

      DM                    : tidak ada

      Hipertensi          : tidak ada

      Epilepsi              : tidak ada

      Alergi                : tidak ada

8.      Riwayat Keluarga Berencana

Pernah menjadi akseptor KB implant

Masalah selama memakai implant : tidak ada

9.      Riwayat kesehatan keluarga

Penyakit keturunan                       : Tidak ada

Penyakit menular serumah            : Tidak ada

Keturunan kembar                                    : Tidak ada

10.  Riwayat perkawinan

                  Kawin                               : 1 kali

Lama kawin                      : 6 tahun

Umur waktu menikah       : 17 tahun

11.  Data kebiasaan sehari-hari

a.       Nutrisi

                   Sebelum Selama Hamil

Page 34: Tambahan Bahan Kpd

Hamil

TM I TM II

Frekuensi 3 x /hari 1-2 x/hari 2-3x /hari

Porsi  Nasi 1

piring, Sayur

½ mangkok,

Lauk 1

potong, Buah

1 biji

Nasi ½ piring,

Sayur ¼ mangkok,

Lauk ½ potong,

Buah 2 biji

Nasi 1 piring,

Sayur ¼

mangkok, Lauk

1 potong, Buah

1 biji

Jenis Nasi,

lauk( tempe,ta

hu, telur),

sayur( sayur

bayam,sayur

daun

singkong),

buah( jeruk,

pisang)

Nasi, lauk ( Tempe,

tahu, ikan),

sayur(sayuranhijau),

buah (pepaya,

jeruk)

Nasi, lauk

(tempe,tahu),

sayur(sayuran

hijau),

buah(apel,

jeruk, pepaya)

Minum 8-9 gelas 8-9 gelas 8-9 gelas

Pantangan Tidak ada Tidak ada Tidak ada

      Keluhan                       : tidak ada

      Konsumsi suplemen    : tablet Fe, Kalk, Vit C, Vit B complek

      Minum jamu                : tidak

      Merokok                      : tidak

      Minum alkohol            : tidak

b.      Eliminasi

Kegiatan eliminasi Sebelum hamil Selama hamil

Frekuensi BAK

Keluhan

3-4 kali sehari

Tidak ada

± 5 kali sehari

Tidak ada

Page 35: Tambahan Bahan Kpd

Frekuensi BAB

Keluhan

1 kali sehari

Tidak ada

1 hari sekali

Tidak ada

c.       Istirahat

Kegiatan Istirahat Sebelum hamil Selama hamil

Istirahat malam

Keluhan

± 5-7 jam

Tidak ada

± 6-8 jam

Tidak ada

Istirahat siang

Keluhan

1 jam

Tidak ada

1-2 jam

Tidak ada

d.      Aktivitas                          : tidak terganggu

Sebelum hamil Selama hamil

Mengerjakan pekerjaan

rumah tangga

Mengerjakan pekerjaan

rumah tangga

e.       Personal hygiene

Kegiatan Sebelum hamil Selama hamil

Mandi 2 kali sehari 2 kali sehari

Keramas 2 kali sehari 3 kali sehari

Sikat gigi 2 kali sehari 2 kali sehari

Ganti pakaian 2 kali sehari 2 kali sehari

f.       Pola seksual

      Sebelum hamil             : tidak ada keluhan

      Selama hamil               : tidak ada keluhan

12.  Data psikologis

a.       Respon ibu terhadap kehamilan ini             : senang

b.      Kehamilan ini direncanakan atau tidak       : direncanakan

Page 36: Tambahan Bahan Kpd

Jenis kelamin yang diharapkan                   : laki-laki / perempuan sama saja

d.      Kekhawatiran                                              : tidak ada

13.  Data psikososial

a.       Respon suami/keluarga terhadap kehamilan ini   : senang

b.      Rencana melahirkan                                             : di bidan

                           : ada, ASI eksklusif selama 6 bulan

14.  Data sosial

                          :tidak ada yang mengganggu kesehatan

b.      Hubungan dengan keluarga/lingkungan : baik

15.  Data spiritual

Ibu rajin beribadah

C.     Data Obyektif

1.      Status generalis

a.       Keadaan umum           : baik, kesadaran : compos mentis

b.      Vital sign                     : TD : 110/80 mmHg   N : 80 x/menit

                                      R   : 24 x/menit         S : 371°C

c.       BB sekarang                : 55 kg, BB sebelum hamil : 50 kg

d.      TB                               : 157 cm

e.       LILA                           : 24 cm

2.      Seluruh tubuh

a.       Kepala

         Bentuk                  : mesochepal

         Rambut                 : bersih, tidak mudah rontok

Muka                     : tidak oedema, agak pucat, simetris, tidak  terdapat kloasma

Mata                      : simetris, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterus

Hidung                  : bersih, tidak ada polip

Mulut                    : tidak ada stomatitis, tidak ada caries gigi, epulis tanpa perdarahan

b.      Leher

Kelenjar tiroid              : tidak ada pembesaran

Page 37: Tambahan Bahan Kpd

Kelenjar getah bening  : tidak ada pembesaran

c.       Dada

                         : tidak diperiksa

Paru-paru                      : tidak diperiksa

Mammae

-          Pembesaran     : ada

-          Simetris           : ya

-          Areola             : hiperpigmentasi

-          Putting susu    : menonjol dan bersih

-          Kolostrum       : belum keluar

-          Benjolan          : tidak ada

-          Nyeri               : tidak ada

d.      Ekstremitas atas dan bawah

                                          : tidak ada

Oedema                                         : tidak ada

Refleks patella ka/ki          : tidak diperiksa karena tidak ada sarana

Betis merah/lembek/keras : tidak ada

3.      Pemeriksaan khusus obstetri

a.       Abdomen

1)      Inspeksi

Pembesaran perut        :  membesar sesuai dengan umur kehamilan

Bentuk perut               : bulat memanjang

Linea alba/nigra           : linea nigra

Striae albican/livida     : albican

Bekas luka operasi      : tidak ada

Gerakan janin              : belum ada

2)      Palpasi

a)      Mc Donald                        : 13  cm

b)      TFU                                   : pertengahan pusat dan simpisis

Page 38: Tambahan Bahan Kpd

c)      Balotemen                         : positif (+)

3)      Auskultasi

DJJ: belum terdengar

b.      Pemeriksaan panggul

Kesan panggul : normal karena sudah pernah melahirkan spontan dengan berat bayi lahir (BBL)

normal, yaitu 3400 gram.

c.       Genitalia eksterna

1)      Vulva vagina

a)      Varises                              : tidak ada

b)      Oedem                              : tidak ada

c)      Luka                                  : tidak ada

d)     Kemerahan                        : tidak

e)      Nyeri                                 : tidak

f)       Pengeluaran pervaginam   : tidak ada

2)      Perineum

Bekas luka                                : tidak ada

3)      Anus

Hemoroid                                 : tidak ada

4.      Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan Hb                :  9,6 gr %

II.    INTERPRETASI DATA

A. Diagnosa Kebidanan

Seorang ibu 33 tahun, G2P1A0, hamil  15+2 minggu, janin tunggal hidup, intrauterine

Dasar   :

         Subyektif :

-          Ibu menyatakan ini adalah kehamilan yang kedua dan belum pernah abortus.

-          HPHT : 05 – 09 -2009

         Obyektif :

Page 39: Tambahan Bahan Kpd

Pemeriksaan Leopold :

TFU: pertengahan pusat simpisis, balotemen positif

B. Masalah

Tidak ada

C. Kebutuhan

KIE tentang Gizi ibu hamil

KIE tablet Fe pada ibu hamil

KIE resiko tinggi pada kehamilan

III. DIAGNOSA POTENSIAL

Tidak ada

IV. INTERVENSI / TINDAKAN SEGERA

Tidak ada

V.    RENCANA TINDAKAN

Tanggal 21 Desember 2009,         Jam: 13.00 WIB

a.       Beri KIE tentang tablet Fe

b.      Beri KIE tentang Gizi ibu hamil

c.       Beri KIE tentang Resiko Tinggi dalam Kehamilan.

d.      Beritahu ibu waktu kunjungan ulang berikutnya 4 minggu lagi

e.       Beri suplemen sesuai kebutuhan

VI.  PELAKSANAAN

Tanggal 25 Desember 2009          Jam: 17.15.00 WIB

a.       Memberi KIE tentang manfaat dan bahan makanan yang mengandung Fe

b.      Memberi KIE tentang manfaat dan bahan makanan yang mengandung gizi sesuai kebutuhan ibu

hamil

Page 40: Tambahan Bahan Kpd

c.       Memberitahu ibu waktu kunjungan ulang berikutnya 4 minggu lagi

d.      Memberi suplemen      :

1.      SF              500 mg            1 x 1 per hari

2.      Kalk          500 mg            1 x 1 per hari

3.      Vit.C         500 mg            1 x 1 per hari

VII. EVALUASI

Tanggal 25 Desember  2009        Jam: 17.25 WIB

a.    Ibu dapat menyebutkan kembali manfaat tablet Fe pada masa kehamilan

b.   Ibu dapat mengulang kembali bahan makanan yang mengandung gizi sesuai kebutuhan ibu hamil

c.       Ibu sudah tahu waktu kunjungan ulang berikutnya 4 minggu lagi.

d.      Ibu sudah mendapatkan suplemen sesuai kebutuhan.

B.        PEMBAHASAN

Manajemen kebidanan yang digunakan pada Ny. Y adalah menejemen kebidanan

menurut Varney, 1997, yaitu suatu proses pemecahan yang digunakan sebagai metode untuk

mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penelitian-penelitian,

ketrampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang

berfokus pada klien. Pada bab ini penulis akan membahas tentang kasus yang diuraikan yang

berisi tentang kesenjangan antara teori dan kasus yang dikelola :

1.         Pada pemeriksaan fisik terhadap Ny. Y, terutama pada pemeriksaan reflek patela tidak bisa

dilakukan karena tidak tersedianya alat.

2.         Pada Ny. Y tidak dilakukan pemeriksaan panggul karena ibu pernah melahirkan secara spontan

dengan berat badan lahir (BBL) bayi normal, yaitu 3400 gram.

3.         Pada pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan kadar Hb pada Ny. Y, didapat hasil

pemeriksaan Hb 9,6 gr % sehingga Ny. Y mengalami anemia ringan. Menurut WHO kejadian

anemia pada kehamilan berkisar antara 20 % - 89 % dengan menetapkan Hb 11 gr % sebagai

Page 41: Tambahan Bahan Kpd

dasarnya. Volume darah bertambah banyak, plasma maupun eritrositnya. Tetapi penambahan

volume plasmanya yang disebabkan oleh hydremia lebih menonjol sehingga biasanya kadar Hb

turun secara fisiologis (www.bidankita.com , 2009). Selain itu penurunan kadar Hb pada Ny. D

disebabkan karena kualitas dan kuantitas nutrisi ibu yang kurang terutama dalam mengkonsumsi

susu.

4.         Pada Ny. Y pola kebiasaan sehari-hari terjadi perbedaan yang tidak mengarah pada masalah.

Pada TM II ini ibu mengalami peningkatan frekuaensi miksi. Hal ini sesuai dengan teori, terjadi

karena kandung kemih tertekan oleh rahim membesar yang dimulai pada minggu ke 16 masa

kehamilan. Gejala ini akan menghilang pada triwulan kedua kehamilan. Pada akhir kehamilan,

gejala ini kembali, karena kandung kemih ditekan oleh kepala janin (Manuaba, 1998). Selain itu

peningkatan terjadi juga pada frekuensi keramas yang disebabkan karena kelenjar perspirasi atau

kelenjar lemak menjadi lebih aktif selama masa kehamilan. Sebagai akibatnya, wanita hamil

mungkin mengalami gangguan seperti banyak mengeluarkan keringat dan rambut yang

berminyak (Hamilton, 1995).

5.         Pada Ny. Y tidak ditemukan diagnosa potensial karena tidak ada masalah yang mengarah

kepada kegawatdaruratan. Menurut Varney (2004) mengidentifikasikan diagnosa potensial

berdasarkan diagnosa dan masalah yang sudah dididentifikasikan dan mengantisipasi

penanganannya.

6.         Pada Ny. Y tidak diperlukan tindakan segera karena tidak ditegakkanya diagnosa potensial.

Menurut Varney (2004) adalah mengidentifikasikan perlukah tindakan segera oleh bidan atau

dokter dan untuk dikonsultasikan atau ditangani dengan anggota team kesehatan yang lain sesuai

dengan kondisi pasien.

Page 42: Tambahan Bahan Kpd

7.         Susunan rencana asuhan yang diberikan pada Ny. Y sesuai dengan kebutuhan ibu. Menurut

Varney (2004), rencana tindakan adalah merupakan kerangka pedoman untuk mengantisipasi

terhadap masalah yang mungkin terjadi selanjutnya dan sesuai dengan kebutuhan ibu hamil.

8.         Pelaksanaan rencana asuhan pada Ny. Y sesuai dengan perencanaan tindakan yang sesuai

kebutuhan. Menurut Varney (2004), pelaksanaan adalah pelaksanaan rencana asuhan secara

menyeluruh, efisien dan aman.

9.         Pelaksanaan rencana pada Ny. Y tidak semua tindakan dapat terlaksana karena terbatasnya

waktu yang tersedia pada saat pemberian KIE. Hasil dari pelaksanaan rencana asuhan pada Ny.

Y belum sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dan belum memenuhi kebutuhan yang telah

diidentifikasikan dalam diagnosa dan masalah. Menurut Varney (2004), evaluasi adalah

penilaian terhadap langkah pelaksanaan asuhan kebidanan yang telah tercapai dan dilakukan

evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan apakah

benar-benar telah memenuhi sebagaimana diidentifikasikan di dalam diagnosa dan masalah.

BAB IV

PENUTUP

A.       KESIMPULAN

1.      Tidak semua keluhan ringan selama kehamilan Trimester II dirasakan oleh setiap ibu hamil

2.      Pemeriksaan kehamilan harus dilaksanakan secara rutin untuk memantau kesehatan ibu dan

janin khususnya pada Ny. Y lebih diutamakan stabilitas tekanan darah dan Hb nya.

3.      Untuk mengimbangi terjadinya peningkatan metabolisme selama kehamilan diperlukan masukan

nutrisi yang cukup pada ibu hamil.

Page 43: Tambahan Bahan Kpd

4.      Untuk menegakkan diagnosa diperlukan pengkajian yang lengkap.

5.      Dalam menyusun rencana tindakan harus sesuai dengan kebutuhan pasien berdasarkan hasil

pengkajian

6.      Pelaksanaan tindakan harus sesuai dengan perencanaan yang telah disusun dan memperhatikan

respon pasien

7.      Dalam melakukan evaluasi harus mengacu pada tujuan yang akan dicapai.

B.        SARAN

1.      Untuk bidan

Agar melengkapi sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk pengkajian data pasien,

khususnya untuk pemeriksaan reflek patela.

2.      Untuk pasien

Agar memperhatikan gizi atau masukan nutrisi yang dibutuhkan ibu hamil terutama dalam

mengkonsumsi susu

Page 44: Tambahan Bahan Kpd

DAFTAR PUSTAKA

Ferrer, Hellen. 2001. Perawatan maternitas Edisi 2. EGC : Jakarta

Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana

untuk Pendidikan Bidan. EGC : Jakarta

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri I. EGC : Jakarta

Pusdiknakes WHO, JHPIEGO. 2000. Asuhan Kebidanan Antenatal Panduan Pengajaran Asuhan

kebidanan Fisiologi bagi Dosen Diploma III. Kebidanan Buku II : Jakarta

Saifudin, Abdul Bari, dkk. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal. Yayasan Bina Pustaka SarwononPrawirohardjo : Jakarta

Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. EGC : Jakarta

Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Kebidanan I. EGC : Jakarta

Page 45: Tambahan Bahan Kpd

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A.    Tinjauan Teori Medis1.     Persalinan a.     Definisi

Persalinan dan kelahiran merupaka kejadian normal dan fisiologis. Persalinan adalah proses

membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses

dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir.  Persalinan  dan kelahiran normal

adalah proses pengluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan  ( 37-42 minggu ), lahir

Page 46: Tambahan Bahan Kpd

spontan presentasi belakang kepala, berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu

maupun pada janin (Saifuddin Abdul Bari, 2008)

Persalinan merupakan proses normal berupa kontraksi uterus yangefektif dan terkoordinasi, yang

menyebabkan  penipisan dan dilatasi serviks secaraprogresif sertapenurunan dan pelahiran bayi

serta plasenta. Mendekati akhir proses persalinan dapat dipercepat oleh upaya mengejan yang

volunter untk membantu pelahiran hasil konsepsi (Benson Ralp C dan Martin L.Pernoll, 2009).

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu.

Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37

minggu), dan tanpa disertai dengan penyulit (JNPK-KR, 2008).

b.     Mekanisme persalinan.Hampir 96 % janin berada dalam uterus dengan letak kepala dan pada letak ini ditemukan ± 58

% ubun- ubun kecil terletak di kiri depan, ± 23 % di kanan depan, ± 11 % di kanan belakang,  

dan ± 8% di kiri belakang.

1.     Turunnya KepalaPada letak kepala, bila his sudah cukup kuat, kepala akan turun dan mulai masuk dalam rongga

panggul. Masuknya kepala ke dalam PAP  pada primigariva terjadi pada akhir kehamilan, dan

pada multigravida biasanya terjadi pada permulaan persalinan. Majunya kepala pada

prirmigravida terjadi setelah kepala masuk kedalam rongga panggul, sedangkan pada

multigravida masuk dan majunya kepala terjadi bersamaan.

2.       Penurunan kapala pada pemeriksaan luar dan dalam :     5/5 = Hodge I : kepala diatas  PAP, mudah digerkkan

     4/5 = Hodge I- II : sulit digerakkan, bagian terbesar kepala belum masuk panggul.

     3/5 = Hodge II- III: bagian terbesar kepala belum masuk panggul

     2/5 = Hodge III +:  bagian terbesar kepala sudah masuk panggul

     1/5 = Hodge III- IV:  kepala di dasar panggul

     0/5 = Hodge IV: kepala diperineum

3.   FleksiAkibat sumbu kepala janin yang tidak simetrik dengan sumbu lebih mendekati suboksiput, maka

tahanan oleh jaringan dibawahnya terhadap kepala yang akan turun, menyebabkan kepala

mengadakan fleksi didalam rongga panggul.

4.   Putar Paksi Dalam

Page 47: Tambahan Bahan Kpd

Kepala yang turun, menemui diafragma pelvis yang berjalan dari belakang atas ke bawah depan.

Akibat kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intrauteri disebabkan his yang

berulang, kepala akan berrotasi (putaran paksi dalam).  

5.   DefleksiDalam keadaan fisiologis sesudah kepala janin berada di dasar panggul dan ubun- ubun kecil di

bawah simfisis, dengan suboksiput sebagai hipomoklion, kepala mengadakan gerakan defleksi

untuk dapat dilahirkan.

6.   Putar Paksi Luar

Setiap his, vulva lebih membuka dan kepala janin semakin tampak. Dengan kekuatan his dan

mengejan, berturut- turut tampak bregma, dahi, muka dan dagu. Sesudah kepala lahir, kepala

segera mengadakan rotasi ( putaran paksi luar).

7.   Ekspulasi (pengeluaran).Setelah putar paksi luar bahu depan sampai dibawah simpisis menjadi hipomoklion untuk

kelahiran bahu belakang dan bahu depan meyusul. Selanjutnya seluruh badan anak lahir searah

dengan jalan lahir (Wiknjosastro Hanifa, 2005).

c.   Faktor yang berperan dalam persalinan

Kemajuan persalinan bergantng pada tiga variabel yaitu :

      Power (kekuatan), yaitu efisiensi kontraksi uterus

His, Kontraksi otot dinding perut, Kontraksi diafragma, Ligamentous terutama ligamentous

rotundum

     Passenger (yaitu janin, dengan memperhatikan ukuran, presentasi dan posisinya)

     Passage yaitu uterus, serviks, dan tulang panggul ( Holmes Debbie dan Philip N. Baker, 2011).

d.   Proses persalinan  1.     Awitan persalinan

Awitan persalinan dapat di definisikan sebagai kontraksi teratur yang menyebabkan perubahan

servikssecara progresif . pengeluaran show (mukua yang bercampur darah) dari serviks atau

pevah ketuban spontan tidak menegaskan awitan persalinan meskipun tanda tersebut terjadi pada

waktu yang sama. Persalinan dapat terjadi dengan baik sebelum salah satu kejadian tersebut

terjadi dan kedua kedua kejadian tersebut dapat mendahului persalinan. 

2.     Kala persalinan

Kejadian penting dalam persalinan normal adalah awitan persalinan dan dorongan ibu untuk

mengejan, yang biasanya berhubunhan dengan pembukaan serviks lengkap dan kepala janin

Page 48: Tambahan Bahan Kpd

terletak di perineum. Mendefinisikan ketiga kala persalinan menjadi lebih relevan jika persalinan

tidak berlanjut secara normal atau terlambat.

a.    Kala satu

Menggambarkan waktu dari awitan persalinan sampai pembukaan serviks lengkap. Kala ini

dibagi menjadi dua fase. Fase laten adalah waktu awitan persalinan sampai pembukaan 3-4 cm.

Durasi fase laten bervariasi ,namun biasanya berlangsung antara 3- 8 jam , lebih singkat pada

wanita multipara. Fase aktif adalah menggambarkan waktu antara akhir fase laten hingga

pembukaan lengkap (10 cm). Durasi fase aktif juga bervariasi antara 2-6 jam

Perbedaan pada primi dan multi gravida

Primi Multi

Serviks

mendatar                                                                    

-                                                                    

Mendatar dan membuka bisa bersam

Mendatar dan membuka

bersamaan

Berlangsung 13-14 jam Berlangsung 6-7 jam                       

Tabel 2.1. perbedaan kala I pada primi dan multi

b.   Kala dua

Menggambarkan waktu dari pembukaan serviks lengkap hingga bayi lahir. Kala ini juga terbagi

menjadi dua fase. Fase pasif adalah fase saat tidak ada dorongan ibu untuk mengejan dan kepala

janin masih relatif tinggi pada panggul. Fase aktif pada kala ini yaitu fase dimana terdapat

dorongan ibu untuk mengejan karena kepala janin sudah rendah.pada persalinan normal kala dua

sering di diagnosis pada waktu ini, kala dua berdurasi 2 jam pada primiapara dan 1 jam pada

multipara.

c.    Kala tiga

Waktu dari pelahiran janin sampai pelahiran plasenta. Perdarahan dikontrol,. Plasenta biasanya

dilahirkan dalam beberapa menit setelah kelahiran bayi yang bergantung pada penatalaksanaan

yang diterapkan  (Holmes Debbie dan Philip N. Baker, 2011).

e.       Pimpinan Persalinan

1.   Pemeriksaan dalam

Page 49: Tambahan Bahan Kpd

Merupakan pemeriksaa yang terpenting karena mempunyai beberapa keuntungan yaitu 

menentukan apakah penderita benar dalam keadaan inpartu, menentukan faktor janin dan

panggul dan menentukan ramalan persalinan.

2.   Beberapa indikasi pemeriksaan dalam adalah :

     Primipara, kehamilan 36 minggu, bagian bawah janin belum masuk PAP, serta  untuk

menentukan kemajuan persalinan

     Ketuban pecah, sedang bagian bawah janin masih tinggi. Karena bagian bawah janin tidak

menutup PAP ditakutkan ada bagian janin atau tali pusat yang menumbung.

3.   Hal- hal yang diperhatikan pada pemeriksaan dalam

Keadaan perineum, pengeluaran pervaginam, serviks, ketuban, presentasi, titik petunjuk, dan

posisi, turunnya kepala. Untuk menentukan turunnya kepala dapat diperkirakan dengan

pemeriksaan luar dan dipastikan dengan pemeriksaan dalam. Pada proses persalinan kadang-

kadang terdapat kaput suksadeneum yang mengganggu. Pemeriksaan ini dapat ditentukan

dengan bidang hodge (Winkjosastro Hanifah, 2005).

f.        Bidang Hodge

1.       Hodge 1  : Bagian yang melalui bagian atas simpisis dan promonrorium. Bidang ini dibentuk

pada lingkaran PAP.

2.       Hodge II : bidang yang sejajar dengan bidang Hodge I terletak setinggi bagian bawah simpisis.

3.       Hodge III : bidang yang sejajar dengan Hodge I dan II terletak setinggi spina icshiadika kanan

dan kiri.

4.       Hodge IV : Bidang yang sejajar dengan Hodge I, II, dan III, terletak setinggi os cocsygis

( Mochtar Rustam, 1998).

g.       Partograf

Partograf dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu petugas kesehatan dalam

menentukan keputusan dalam penatalaksanaan.  Kondisi Ibu dan janin yang harus dicatat adalah

1.       DJJ catat setiap 30 menit, lebih sering jika terdapat tanda- tanda gawat janin. Catat DJJ dengan

dengan memberi tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang menunjukkan angka DJJ.

2.       Air ketuban, catat warna air ketuban setiap melakukan VT

U : selaput utuh

J : selaput pecah dan ketuban jernih

M : air ketuban bercampur mekonium

Page 50: Tambahan Bahan Kpd

D : air ketuban bernoda darah

K : air ketuban kering

3.       Perubahan bentuk kepala janin (Molding atau Molase)

tulang kepala janin terpisah, sutura mudah dipalpasi (0)

tulang- tulang kepala janin hanya saling bersentuhan (1)

tulang kepala tumpang tindih, masih dapat dipisahkan (2)

tulang kepala tumpang tindih, tidak dapat dipisahkan (3)

4.       Pembukaan mulut rahim (serviks). Dinilai pada setiap pemeriksaan vagina dan diberi tanda

silang (x).

5.       Penurunan : mengacu pada bagian kepala (dibagi 5 bagian) yang teraba pada pemeriksaan

abdomen/luar diatas simpisis pubis

6.       Waktu : menyatakan berapa waktu yang  dijalani sesudah pasien diterima.

7.       Jam : catat jam sesungguhnya

8.       Kontraksi : catat setiap setengah jam, lakukan palpasi untuk menghitung banyaknya kontraksi

dalam 10 menit dan lamanya masing-masing kontraksi dalam hitungan detik, < 20 detik, 20-40

detik, > 40 detik

9.       Oksitosin. Bila oksitosin, catatlah banyaknya oksitosin pervolume cairan infus dan dalam tetesan

permenit.

10.    Obat yang diberikan. Catat setiap obat yang diberikan.

11.    Nadi. Catatlah setiap 30-60 menit, tandai dengan anak panah,

12.    Suhu badan, catat 2 jam sekali, Protein, aseton dan volume urin, catat setiap kali Ibu berkemih,

Bila temuan melintasi arah kanan garis waspada, petugas harus melakukan penilaian terhadap

kondisi Ibu dan janin dan segera mencari rujukan yang tepat     (JNPK- KR, 2008).

b.     Kala II (kala pengeluaran janin)

His terkoordinasi, kuat, cepat, dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali, kepala janin turun

masuk ruang panggul, terjadi tekanan pada otot dasar panggul secara reflektoris menimbulkan

rasa mengedan. Karena tekanan pada rektum, ibu merasa seperti BAB, dengan tanda anus

terbuka, waktu his kepala janin kelihatan vulva membuka dan perineum meregang. Dengan his

mengedan , akan lahir kepala diikuti oleh seluruh tubuh janin.

Page 51: Tambahan Bahan Kpd

c.      Kala III (kala uri)

Setelah bayi lahir, kontraksi rahim istirahat sebentar, uterus teraba keras dengan fundus uteri

setinggi pusat, berisi plasenta yang menjadi tebal 2x sebelumnya. Kemudian timbul his

pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5-1 menit seluruh plasenta terlepas, terdorong ke

vagina dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simpisis atas fundus uteri.

Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai

dengan pengeluaran darah ± 100-200 cc

d.     Kala IV

Adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi lahir dan uri lahir untuk mengamati keadaan

ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post partum. Lamanya persalinan pada primi dan multi

adalah :

Primi Multi

Kala I

Kala II

Kala III

13 jam

1 jam

½ jam

7 jam

½ jam

¼ jam

Lama persalinan 14, ½ jam 7       ¾ jam

Tabel 2.2. perbedaan lama persalinan pada primi dan multi

h.       Sebab-sebab yang menimbulkan persalinan

       Penurunan hormon : 1-2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar hormon estrogen

dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang otot polos rahim dan menyebabkan

pembuluh darah kejang sehingga his bila progesteron turun.

       Plasenta menjadi tua : menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron yang

menyebabkan kejangan pembuluh darah dan his.

       Distensi rahim : rahim menjadi besar, meregang menyebabkan iskemia otot rahim, sehingga

menganggu sirkulasi utero plasenter.

       Teori iritasi mekanik : dibelakang serviks terletak ganglion servikale (fleksus frankenhauser),

bila ganglion itu digeser dan ditekan oleh kepala janin, akan timbul kontraksi uterus.

i.     Induksi partus (induction of labour)

Page 52: Tambahan Bahan Kpd

partus dapat ditimbulkan dengan jalan :

         Gagang laminaris : beberapa laminaria dimasukkan kedalam kanalis servikalis dengan tujuan

merangsang fleksus frankenhauser.

   Amniotomi : pemecahan ketuban

   Oksitosin drip : pemberian oksitosin menurut tetesan per infus

j.    Tanda-tanda permulaan persalinan

     Lightening yaitu turunnya kepala memasuki PAP.

     Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.

     Sering  BAK karena kandung kemih tertekan bagian terbawah janin.

     Sakit diperut dan pinggang oleh adanya kontraksi lemah dari uterus.

     Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah (Mochtar Rustam, 1998).

k.       Tanda-tanda inpartu

     Keluar sedikit lendir berwarna kemerahan ( bloody show)

     Adanya penipisan dan dilatasi serviks

     Turunnya bagian terbawah janin

     Kontraksi uterus ysng semakin sering, kuat, lama dan teratur

     Sakit/ nyeri pada punggung bagian bawah (Benson C. Ralph dan Martin L. Pernoll, 2009).

l.        Penatalaksanaan dalam persalinan

1.   Kala I

     Rincian riwayat

     Catat tanda- tanda vital (temperatur, nadi, dan tekanan darah)

     Pemeriksaan fisik umum secara singkat

     Palpasi untuk menentukan presentasi, posisi janin

     Perhatikan frekuensi, keteraturan, dan lama kontraksi uterus

     Periksa adanya perdarahan atau merembesnya cairan amnion

     Pemeriksaan pervaginam (bagian terbawah janin, dilatasi serviks, efficement/ penipisan serviks,

presentasi janin)

Page 53: Tambahan Bahan Kpd

b.    Persiapan pasien untuk persalinan

     Siapkan dan bersihkan vulva tanpa mencukur rambut pubis

     Berikan air hangat/ enema dengan busa sabun ringan untuk mengosongkan usus bagian bawah,

jika pelahiran belum dekat dan pasien bersedia

     Berjalan- jalan (dalam batas tertentu) dapat menambah kenyamanan ibu, namun jika selaput

ketuban telah pecah dan bagian terendah janin sudah masuk panggul, anjurkan pasien untuk tetap

di tempat tidur untuk menghindari prolaps talipusat.

c.   Prosedur pemeriksaan lebih lanjut

     Pemantauan janin secara adekuat

     Lakukan pemeriksaan luar dan dalam yang diperlukan untuk menentukan kemajuan persalinan

     Bersihkan darah pada vulva sebelum dan sesudah melakukan pemeriksaan dalam

     Doronglah pasien untuk sering buang air kecil

Kala II

Posisikaan pasien pada posisi litotomi. Posisi sims atau berjongkok dapat digunakan jika

diperkirakan kelahiran spontan tanpa komplikasi, limdungi privasi pasien, alat dan bahan yang

dibutuhkan harus telah siap dan tertata, perlengkapan penolong persalinan (saring tangan,

masker, pelindung mata, dll).

     Ketika kepala semakin maju, kendalikan kemajuannya dan pertahankan fleksi kepala dengan

menekan di atas perineum. Tarik perineum kebawah untuk memungkinkan kepala melewati

korpus perineum. Tekan yang dilakukan dari daerah koksigeus ke atas (perasat Ritgen)  akan

mengulurkan kepala pada saat yang tepat dan karenanya melindungi perineum dari robekan.

     Lihat ada nya lilitan talipusat. Jka talipusat melilit leher dengan ketat, lepaskan dengan lembut

melalui kepala, jika tidak berhasil klem talipusat dua kali dan potong diantara dua klem tersebut.

Usap cairan dari hidung dan orofaring dengan suction karet / delee yang lembut

     Setelah bayi melakukan putar paksi luar, selanjutnya sangga bayi secar manual dan jangan

tergesa- gesa.

     Tekan kepala dengan lembut kearah koksigeus ibu sampai bahu anterior mengenai simfisis.

Kemudian angkat kepala keatas, tindakan ini membantu pelahiran bahu posterior.

Page 54: Tambahan Bahan Kpd

Pelahiran tubuh dan ekstremitas

Tubuh dan tungkai sebaiknya dilahirkan bertahap dengan tarikan ringan setelah bahu sudah

lepas.

     Segera setelah bayi lahir, pegang bayi dengan kepala berada lebih rendah untuk mengalirkan

cairan dan lendirdari oro farinng

     Nilai keadaan bayi dan berikan resusitasi jika diperlukan

     Klem dan gunting talipusat, bungkus dengan kain yang kering dan bersih , beri tanda pengenal.

     Berikan kepada ibu untuk disusui, dan berikan profilaksis/ salep matapaa mata bayi.

     Periksa bayi dan catat nilai Apgar, baret badan, panjang badan, kepala, lingkar bahu, lingkar dan

diameter kepala, perhatika kelainan- kelainan pada wajah, perifer, genital, atau yang lainnya.

Perawatan segera ibu setelah melahirkan

     Amati perineum, vagina dan serviks, jika ada laserasi, hematoma atau perluasan episiotomi

segera lakukan penjahitamn.

Kala III

Hindari campur tangan sedapat mungkin

Hindari tarikan talipusat sebelum plasenta lepas dan jangan meremas fundud uteri (prasat crede)

karena dapat menyebabkan laserasi talipusat dan perdarahan serta inversi uteri renjatan.

Pada sebagian kasus tepi plasenta terlepas lebih dahulu, dan tekadang dari tengah. Perdarahan

dari sinus retroplasenta dapat membantu pelepasan plasenta. Pelepasan tidak lengkap dapat

dikarenakan kontraksi uterus yang tidak efektif, hal ini dapat menyebabkan sinus retroplasenter

tetap terbuka sehingga mengakibatkan kehilangan banyak darah. Pelepasan plasenta ditandai

dengan fundus uteri yang meninggi dan berkontraksi kuat, uterus menjadi lebih kecil, menjadi

globular, talipusat menjadi lebih panjan, semburan darah dari vagina.

Kala I

Pengamatan setelah melahirkan

Ibu harus tetap berada dalam pengawasan ketat paling sedikit 1 jam setelah plasenta lahir.

Perkiran jumlah kehilangan darah selama 1 jam, waspada terhadap keluhan nyeri hebat pada

perineum. Jangankan pindahkan pasien hingga keadaannya stabil.  

Pengawasan adanya perdarahab post partum

Page 55: Tambahan Bahan Kpd

Perdarahan abnormal adalah jika > 500 cc, perdarahan ini dapat terjadi dalam waktu 24 jam

setelah melahirkan. Perdarahan lanjut terjadi 24 jam-4 minggu setelah melahirkan.

Page 56: Tambahan Bahan Kpd
Page 57: Tambahan Bahan Kpd

a.     DefinisiPecahnya ketuban sebelum prsalinan dimulai. Dapat terjadi pada janin imatur (prematur/ gestasi

kurang dari 37 minggu ) ataupun janin matur/ aterm (manajemen komplikasi kehamilan dan

persalinan, 2005) .

Ketuban pecah dini (KPD) adalah  pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda mulainya

persalinan. Sebagian besar ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan aterm (dr.Ida ayu

candranita, 2008)

Kondisi ini terjadi sebelum kehamilan mencapai usia gestasi 37 minggu, ketika ketuban pecah

belum terjadi awaitan aktivitas uterus spontan yang menyebabkan dilatasi serviks. Abrubsio

plasenta terjadi pada 4-7 % wanita yang mengalami KPD. Kondisi  dapat kambuh pada

kehamilan berikutnya. Hal ini dapat berkaitan dengan inkompetensi. ( Diane M Fraser, 2009).

b.     Etiologi1.       Serviks inkompeten.

2.       Overdistensi uterus.

3.       Faktor keturunan.

4.       infeksi genetalia  (dr. Ida ayu candranita, 2008).

c.      Faktor resiko 1.     Riwayat KPD sebelumya

2.     Perdarahan pervaginam

3.     Abrubsio plasenta

4.     Inkompetensi serviks, Amniosentesis

5.     Merokok, Gemeli , Polohidramnion

6.     Penyakit jaringan ikat dan Anemia ( Lauren A Dutton, 2012 ).

d.     Tanda dan gejala Ketuban Pecah DiniPada umumnya air ketuban yang pecah tidak menimbulkan rasa sakit. Hanya ada air yang

mengalir yang tidak dapat ditahan keluar dari vagina (dr. Lastiko Bramantyo, 2011).

Gejala ketuban pecah dini meliputi : Air ketuban mengalir keluar, uterus lebih kecil, dan  lebih

keras, biasanya terjadi persalinan, keluar cairan dari jalan lahir  ( Sulaiman Sastrowinato, 2005).

e.     Mekanisme Ketuban Pecah DiniKetuban pecah dini dimulai dengan terjadi pembukaan prematur serviks. Selaput ketuban yang

membatasi rongga amnion terdiri amnion dan korion. Selaput ketuban berfungsi untuk

Page 58: Tambahan Bahan Kpd

menghasilkan air ketuban dan melindungi janin terhadap infeksi. Dalam keadaan normal selaput

ketuban pecah dalam proses persalinan. Namun tidak dikatakan normal jika pecahnya selaput

ketuban terjadi sebelum adanya tanda persalinan. Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan

muda. Pada trimester ketiga selaput ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput

ketuban ada hubungannya dengan pembesaran uterus, kontraksi rahim, dan gerakan janin.

Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal fisiologis.

f.      Komplikasi Ketuban pecah dini pada persalinan dapat menyebabkan berbagai komplikasi seperti Infeksi

maternal dan neonatal, persalinan prematur, hipoksia  karena kompresi tali pusat, deformitas

janin, meningkatnya insiden seksio sesarea (Abdul Bari Saifuddin, 2008). Selain itu dapat pula

terjadi korioamnionitis, oligohidramnion , masalah psikososial, prolaps tali pusat, malpresentasi

serta perdarahan antepartum primer ( Diane M Fraser, 2009).

g.     Penegakkan diagnosisKarena resiko infeksi meningkat seiring insiden ketuban pecah, penting untuk bidan menegakkan

diagnosis yang akurat tanpa meningkatkan  risiko infeksi. 

1.     Anamnesa

Penderita merasa basah pada vagina , atau mengeluarkan cairan yang banyak secaratiba - tiba

dari jalan lahir . Cairan berbau khas, dan perlu diperhatikan warna, keluarnya cairan tersebut.

2.     Inspeksi

Pengamatan dengan mata biasa akan tampak keluarnya cairan dari vagina, bila ketuban baru

pecah dan jumlah air ketuban masih banyak, pemeriksan ini akan lebih jelas.

3.     Pemeriksaan spekulum

a.      Insoeksi keberadaan tanda – tanda cairan digenital eksternal

b.     Lihat serviks untuk mengetahui aliran cairan dari orifisum

c.      Lihat adanya genangan cairan  amnion di forniks vagina

d.     Jika tidak terlihat cairan, minta pasien untuk mengejan ( perasat valsalva) . Secata bergantian,

beri tekanan pada fundus denga perlahan- lahan  atau naikkan  perlaha presentasi pada adomen

untuk memungkinkan cairan melewati bagianpresentasi pada kasus kebocoran berat sehingga

dapat diamati.

e.      Observasi cairan yang keluar untuk melihat lanugo atau serviks kaseosa jika UK > 32 minggu.

f.      Visualisasi serviks untuk menetukan dilatasi jika pemeriksaan dalam tidak akan dilakukan

g.     Visualisasi mendeteksi prolaps tali pusat /ekstremitas janin.

Page 59: Tambahan Bahan Kpd

4.     Pemeriksaan penunjang

a.   Uji pakis (mikroskopis) dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering

minimal selama 10 menit. Pemeriksaan mikroskopik menunjukan adanya gambaran daun pakis.

b.   Uji nitrazin (kertas lakmus), jika kertas lakmus berwarna merah berubah menjadi biru

menunjukan adanya air ketuban (alkalis) . Ph air ketuban 7- 7,5 , darah dan infeksi vagina dapat

menyebabkan hasil tes yang positif palsu.

c.   Ultrasonografi untuk pemeriksaan oligohidramnion dapat sangat membantu. Namun penyebab

lain ologohidramnion harus disingkirkan. Perlu diingat bahwa wanita dapat mengalami pecah

ketuban dan masih memiliki jumlah cairan amnion  normal  (Sujiyatini,dkk, 2009 ).

h.     PenangananMasa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi disebut fase laten. Semakin lama fese

laten semakin tinggi kemungkinan infeksi dan semakin muda usia kehamilan semakin sulit upaya

pencagahannya tanpa menyebebkan morbiditas pada janin. Oleh karenanya, satu pilihan

penatalaksanaan adalah agar persalinan berlangsung dalam 24 jam setelah ketuban pecah, karena

lebih dari itu risiko akan menjadi lebih besar ( dr. Ida Ayu Candranita, 2008 )

Penatalaksanaan yang harus dilakukan adalah :

1.     Pastikan diagnosis dan tentukan usia kehamilan

2.     Evaluasi adanya tindakan infeksi maternal ataupun janin

3.     Apakah ada janin gawat (Sarwono Prawirohardjo, 2008)

4.     Kematangan serviks, lamanya ketuban pecah

5.      Pemeriksaan janin ( Lauren A Dutton. 2012 )

6.     Jika kehamilan sudah cukup bulan, lakukan induksi

7.     Jika usia kehamilan belum aterm, usahakan kehamilan tetap dapat berlangsung terus, misalnya

dengan istirahat dan pemberian progesteron (berobat jalan) dengan catatan tidak terjadi infeksi

maupun hal-hal yang membahayakan lainnya.

8.     Pemeriksaan tingkat infeksi, (dengan pemeriksaan laboratorium lengkap dan pemeriksaan C-

renctiv (CPR), hasil yang normal  pada kehamilan adalah 0,3- o,8 mg maksimal 2 mg,

peningkatan CPR telah lebih dari 2 mg menujukkua infeksi korioamnionitis. Indikasi melakukan

induksi pada ketuban pecah dini adalah :

1.       Pertimbangan waktu dan berat janin (sebaiknya > 2000 gram)

2.       Apakah ketuban pecah telah 6, 12, atau 24 jam

Page 60: Tambahan Bahan Kpd

3.       Terdapat tanda infeksi intra uterin

4.       Suhu meningkat lebih dari 38º C dengan pengukuran perrektal

5.       Terdapat tanda infeksi melalui  pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan kultur air ketuban 

(dr. Ida Ayu Candranita, 2008)

Terdapat dua cara penanganan KPD  pada persalinan, yaitu :

Penanganan konservatif

Rawat di RS, berikan antibiotik (ampisilin 4x 500 mg/ eritromisin bila tidak tahan dengan

ampisilin dan metronidazol 2x500 mg selama 7 hari). Jka usia kehamilan < 32 – 34 minggu,

dirawat selama air ketuban masih keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi. Jika usia

kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa negatif, beri

deksametason.Observasi tanda-tanda infeksi, dan kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan

37 minggu.

Jika usia kehamilan 32-37 minggu sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik

(salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24 jam. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada

infeksi, berikan antibiotik dan lakukan induksi. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leokosit, tanda-

tanda infeksi intra uterin). Pada usia kehamilan 32-37 minggu berikan kortikosteroid untuk

memacu kematangan paru janin, dan apabila memungkinkan periksa kadar lesitin dan

spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari,

deksametason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.

Penanganan aktif

Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin. Bila gagal lakukan seksio sesarea. Dapat pula

diberikan misoprotol 25 mg- 50 mg intra vaginal/ 6 jam maksimal 4 kali. Bila ada tanda- tanda

infeksi berikan antibiotik dosis tinggi dan persalinan diakhiri.  Bila skor pelvik < 5, lakukan

pematangan serviks, induksi jika tidak berhasil lakukan SC. Bila skor pelvik > 5, induksi

persalinan. Jika kondisi serviks baik lakukan induksi persalinan dengan oksitosin,  jika tidak

baik, matangkan serviks dengan prostaglandin, infuskan oksitosin atau lahirkan dengan SC

(Abdul Bari Saifuddin, 2008).

Jika didapati warna ketuban keruh atau bercampur mekonium, maka hal ini akan lebih

membahayakan keadaan janin. Segera tingkatkan pasokan oksigen ke janin dengan cara meminta

ibu mengubah posisi tidurnya (berbaring terlentang dapat mengurangi aliran darah atau oksigen

Page 61: Tambahan Bahan Kpd

ke janin), berikan oksigen bila tersedia, dan pemantauan denyut jantung janin secara terus

menerus, serta persiapan untuk pertolongan bayi baru lahir dengan asfiksia (JNPK-KR, 2008).

B.    Tinjauan Teori Varneya.     Definisi

Suatu metode berfikir dan bertindak secara sistematis dan logis dalam memberikan asukan, agar

menguntungkan klien, juga pemberi asuhan. Manajemen kebidanan merupakan proses

pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan

tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan- temuan, ketrampilan, untuk pengambilan suatu

keputusan yang berfokus pada klien.

b.     Langkah dalam manajemen kebidanan.

Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah dimulai dengan pengumpulan data diakhiri

dengan evaluasi.

1.     Langkah pengumpulan Data Dasar (Tahap I)

a.        Data Subyektif

Adalah data yang diperoleh dengan anamnesa klien dan keluarga yang mencakup semua keluhan

klien

1.     Biodata

            Nama            :                       Nama Suami      :

       Umur            :                       Umur                  :

  Agama          :                       Agama               :

       Pendidikan   :                       Pendidikan         :

  Pekerjaan      :                       Pekerjaan           :

       Suku Bangsa :                       Suku Bangsa      :

       Alamat          :                       Lama Kawin      :

2.     Keluhan Utama

Pada persalinan dengan KPD ditemukan keluhan ibu merasakan keluar cairan secaratiba-tiba,

mengalir banyak atau hanya merembes dari jalan lahir yang tidak dapat ditahan, namun tidak

terasa sakit. Terkadang ditemukan ibu belum inpartu atau sudah inparu dengan merasakan

kenceng- kenceng serta ada lendir bercampur darah.

3.     Riwayat Kebidanan

Menarche        :           Siklus  :           Lama   : hari  

Page 62: Tambahan Bahan Kpd

Warna             :           Banyaknya                  HPHT  :          

4.     Riwayat Kehamilan sekarang

Meliputi usia kehamilan, berapa kali dan dimana periksa kehamilan serta bagaimana hasilnya

(apakah kehamilan kembar, perdarahan pervaginam , polihidramnion, sera apakah ibu CPD) 

kapan dan dimana mendapatkan imunisasi, obat- obatan apa yang telah didapatkan, keluhan dan

informasi yang pernah diberikan.

5.     Riwayat Persalinan Sekarang

Bagaimanakah proses ibu sampai ke ruang bersalin, kapan ibu mulai merasakan keluar cairan,

apakah terjadi trauma yang menyebabkan keluarnya cairan dari jalan lahir ibu.

6.     Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas lalu.

NO umur UK Jenis & tempat

Persalinan

Penyulit

Ibu/ bayi

Peno

long

Bayi/ ibu

BB/PB Keadaan Lactasi

           

            Tabel 2.3. riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas lalu.

Riwayat KPD pada persalinan sebelumnya dapat memungkinkan untuk terjadinya KPD

berulang.

7.     Riwayat Kesehatan

       Riwayat Kesehatan Yang Lalu

Apakah ibu pernah menderita sakit berat, penyakit menurun, menahun sarta penyakit yang

menular.

       Riwayat kesehatan sekarang

Apakah saat ini ibu menderita penyakit anemia, penyakit jaringan ikat, infeksi genetalia,

inkompetensi serviks, dan CPD, karena penyakit- penyakit tersebut menjadi faktor resiko

terjadinya KPD.

       Riwayat Kesehatan Keluarga

Apakah didalam keluarga ada yang menderita penyakit menular, kronis, keturunan, dan penyakit

menahun, serta apakah ada keluarga yang pernah mengalami/ terjadi KPD sebelumnya.

8.     Riwayat Psikososial

Page 63: Tambahan Bahan Kpd

Pada ibu bersalin dengan komplikasi, psikisnya lebih labil. Mereka akan merasakan

kekhawatiran diri dan janinnya.

9.     Latar Belakang Sosial Budaya

Kebiasaan yang ada di lingkungan. Kebiasaan yang menghambat kesehatan dan yang menunjang

kesehatan.

10.  Kebiasaan sehari-hari

       Pola Nutrisi

Pola makan ibu, komposisi, variasi dan porsi makan dan minum sebelum hamil, saat hamil, dan

saat inpartu

       Pola Istirahat/ Tidur

Pola istirahat, bagaimanakah pola istirahat saat sebelum dan sesudah hamil, serta saat inpartu.

       Pola Aktifitas

Aktivitas ibu baik sebelum/ saat hamil, dan saat inpartu. Apakah ibu mempunyai kebiasaan

merokok.

       Pola Eliminasi urine dan alvi

Frekuensi BAK dan BAB, warna, bau,  konsistensinya sebelum hamil, saat hamil, dan saat

inpartu

       Personal hygiene

Frekuensi ganti baju dn pakaian dalam, berapa kali gosok gigi, keramas, baik sebelum hamil,

saat hamil, dan saat inpartu. Berapa kali ibu ganti pambalut saat haid, serta bagaimanakah cara

ibu membersihkan kemaluannya baik saat haid, BAK, BAB, atau mandi. Hal ini berkaitan pada

adanya infeksi genetalia, karena infeksi ini dapat menyebabakan terjadinya KPD.

       Pola Seksual

Berapa kali ibu melakukan hubungan suami istri saat hamil. Apakah pada kehamilan akhir

trimester ibu sering melakukan hubungan seksual dan apakah sperma dibuang diluar atau tidak.

Kandungan sperma dapat menyebabkan kontraksi uterus dan membuat selaput ketuban menjadi

lemah, sehingga mudah pecah.

b.       Data Obyektif

Yaitu Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tanda- tanda fital

     Pemeriksaan Umun ( Tanda Vital , BB, dan TB)

     Pemeriksaan khusus (inpeksi, palpasi, auskultasi, perkusi).

Page 64: Tambahan Bahan Kpd

     Pemeriksaaan dalam

     Pemeriksaan penunjang (laboratorium).

1.       Pemeriksaan Keadaan Umum

Pemeriksaan Kesadaran : Composmetis

Tensi        : 100/ 70 – 120/90 mmhg      

 Suhu        : 36,5 – 37,4 ºC

 RR           : 16- 24x/ mnt             TB / BB : -

Keadaan Ini adalah batasan dalam keadaan normal, dan akan meningkat jika terjadi

infeksi.               

2.       Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Inspeksi

     Kepala : apakah simetris, apakah rambut dan kulit kepala bersih

     Muka   : apakah simetris, adakah oedema, tapakah ibu tampak pucat

     Mata    : Simetris, Conjungtiva anemia/ tidak, sklera ikterus/ tidak.

     Mulut   : Simetris/ tidak, apakah bibir kering, pucat, stomatitis, karies gigi/ tidak.

     Hidung : Simetris, pernafasan cuping hidung/tidak

     Telinga : Simetris/tidak, bersih/ tidak, adakah cairan purulen dan kotoran.

     Leher   : Simetris/ tidak, adakah pembesaran kelenjar tyroid dan pembengkakan vena jugularis.

     Ketiak  : Simetris/tidak, adakah benjolan/ pembesaran kelenjar limfe.

     Dada    : Simetris/tidak, putting susu datar/ menonjol,bersih/ tidak, ASI sudah keluar/belum,

adakah pembesaran kelenjar montgomeri, adakah benjolan/ tumor, adakah hyperpigmentasi.

     Vulva   : Apakah simetris, apakah terdapat peradangan, tampak keluarnya cairan dari vagina,

bagaimanakah warnanya, apakah keruh atau jarnih.

     Anus                            : Hemoroid/ tidak.

     Ekstremitas atas          :Simetris dan varises/ a tidak.

     Ektremitas bawah : Simetris/ tidak,varises/ tidak.

Pemeriksaan Palpasi

     Kepala    : Adakah benjolan abnormal

     Leher      : Adakah pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis/ tidak.

     Ketiak     : Adakah pembesaran kelenjar limfe.

     Payudara                        : Adakah benjolan abnormal, terdapat  nyeri tekan/ tidak.

Page 65: Tambahan Bahan Kpd

     Perut       : Pemeriksaan leopold, dan kontraksi uterus

1.       Leopold I  : berapa TFU nya,apakah teraba lunak/ keras

2.       Leopold II  : pada punggung kiri/ kanan teraba apa

3.       Leopold III : apakah teraba keras/ lunak

4.       Leopold IV : apakah sudah masuk PAP, seberapa jauh.

 Pemeriksaan auskultasi

Dilakukan dengan mendengar, pada dada untuk mendengarkan pola pernafasan ibu, pada

abdomen untuk mendengarkan detak DJJ. Penting untuk mengetahui frekuensi DJJ  untuk

mengetahui apakah keadaan janin masih baik/ memburuk akibat KPD, karena jika air ketuban

banyak berkurang atau air ketuban bercampur mekonium, hal ini akan menjadi pemicu terjadinya

hipoksia pada janin.

Pemeriksaan perkusi

Dilakukan dengan mengetuk. Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada abdomen dan ekstremitas

bawah (reflek patella).

3.       Pemeriksaan Dalam

     Pembukaan :

Memastikan pembukaan pada cerviks, hal ini untuk menentukan batasan waktu janin harus

dilahirkan.

     Efficement :

Jika keadaan serviks baik (lunak dan tipis) dapat dilakukan induksi persalinan dengan oksitosin,

namun jika keadaan serviks tidak baik (tebal dan keras),  perlu dilakukan pematangan serviks

dengan menggunakan prostaglandin dan infuskan oksitosin. 

     Ketuban :

Memaastikan apakah cairan yang merembes atau keluar dari vagina ibu adalah air ketuban atau

hanya urine. Untuk memastikannya dapat menggunakan kartas lakmus atau Nitrazin. Pastikan

apakah ketuban  keruh atau tidak,  karena jika ketuban keruh atau bercampur mekonium, hal ini

akan semakin membahayakan janin.

     Presentasi :

Dari pemeriksaan leopold pada pemeriksaan fisik sebelumnya, dapat dipastika bagaimanakah

posisi janin dalam rahim, hal ini untuk memastikan bagian terendah janin adalah kepala, karena

Page 66: Tambahan Bahan Kpd

kelainan letak janin merupakan salah satu penyebab terjadinya KPD, selain itu, dengan

mengetahui letak janin, penolong persalinan akan dapat waspada dan mempersiapkan

bagaimanakan asuhan yang akan diberikan nantinya.

         Hodge dan penurunan kepala janin

Memastikan  sejauh manakah kepala janin telah memasuki pintu atas panggul.

4.       Pemeriksaan penunjang a.       Pemeriksaan spekulum       Inspeksi keberadaan  cairan di genital eksternal

       Lihat serviks untuk mengetahui aliran cairan dari orifisum

       Lihat adanya genangan cairan di forniks vagina

       Jika tidak terlihat cairan, minta pasien untuk mengejan ( perasat valsalva) . Secata bergantian,

beri tekanan pada fundus denga perlahan- lahan  atau naikkan  perlaha presentasi pada adomen

untuk memungkinkan cairan melewati bagianpresentasi pada kasus kebocoran berat sehingga

dapat diamati.

       Observasi cairan yang keluar untuk melihat lanugo / serviks kaseosa jika UK > 32 minggu.

       Visualisasi serviks untuk menetukan dilatasi jika pemeriksaan dalam tidak akan dilakukan

       Visualisasi untuk mendeteksi prolaps tali pusat atau ekstremitas janin

b.       Uji laboratorium

     Uji kertas Lakmus atau Nitrazin, yaitu mamasukan kertas lakmus kedalam vagina. Hasil

pemeriksaan tersebut adalah : Positif jika kertas lakmus (warna merah) berubah warna menjadi

biru, dan negatif  jika tidak berubah warna.

     Uji pakis atau mikroskopik, yaitu dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan

kering minimal  10 menit. Pemeriksan ini akan menunjukan gambaran daun pakis.

Uji pakis lebih dapat dipercaya daripada uji kertas nitrazin, karena sejumlah bahan selain amnion

memiliki pH yang lebih akali, termasuk lendir serviks, rabas vagina akibat vaginosis bakterial

atau infeksi trikomonas, darah, urine, semen, sehingga spesimen yang diambil langsung dari

orofisium serviks , kemudian dilakukan pemeriksaan  pada nitrazin, mengakibatkan perubahan

warna palsu.

c.       Ultrasonografi

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri. Pada

kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit.

2.     Interpretasi Data Dasar (Langkah II).

Page 67: Tambahan Bahan Kpd

Identifikasi terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data yang

telah dikumpulkan. Meskipun masalah tidak dapat diartikan sebagai diagnosis, tetapi tetap

membutuhkan penanganan. Masalah juga sering menyertai diagnosis, seperti psikososial,

ekonomi, budaya, dan agama.

DS                   : ibu mengatakan keluar cairan secaratiba-tiba, mengalir banyak atau hanya merembes dari jalan

lahirnya yang tidak dapat ditahan, namun tidak terasa sakit. Terkadang ditemukan ibu belum

inpartu atau sudah inparu dengan merasakan kenceng- kenceng serta ada lendir bercampur darah

DO                  : Merupakan data yang berasal dari pemeriksaan yang dilakukan petugas, dimana data- data

tersebut merupakan penunjang untuk menegakkan diagnosa. Data tersebut meliputi :

       Keadaan Umum

       Tanda Tanda Vital (Tekanan darah, Suhu tubuh, Pernafasan, dan Nadi).

       Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT)

       Tafsiran Persalinan, dapat ditentukan dengan rumus : ( hari +7, Bulan - 3, dan Tahun + 1)

       Detak Jantung Janin, His (kontraksi Uterus)

       Tafsiran Berat Badan Janin (TBBJ)

       Pemeriksaan Dalam

       Dan Pemeriksaan Penunjang

Dx                   : Ibu Bersalin dengan KPD

Masalah          : Ibu cemas dengan keadaannya

Kebutuhan      : 

Lakukan pendekatan dengan klien

Berikan dukungan emosional

Berikan nutrisi yang cukup

Jika ibu sudah inpartu lakukan :

     Pastikan kandung kemih kosong

     Anjurkan ibu miring  kekiri, kaki lebih tinggi dari kepala.

     Ajari ibu cara meneran yang baik dan benar

     Observasi Tanda Vital dan CHPB secara adekuat

e.        Kolaborasi dengan tim medis

f.        Penatalaksanaan  sesuai usia kehamilan  dan ada atau tidaknya infeksi.

Page 68: Tambahan Bahan Kpd

       Jka usia kehamilan < 32 – 34 minggu, rawat selama air ketuban masih keluar atau sampai air

ketuban tidak keluar lagi. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi,

beri deksametason. Observasi tanda-tanda infeksi, dan kesejahteraan janin. Terminasi pada

kehamilan 37 minggu

       Jika usia kehamilan 32-37 minggu sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik

(salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24 jam. Jika ada infeksi, berikan antibiotik,

lakukan induksi. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leokosit, tanda infeksi intra uterin).

       Pada usia kehamilan 32-37 minggu dan tidak ada infeksi, berikan kortikosteroid untuk memacu

kematangan paru janin, dan apabila memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap

minggu. Dosis deksametason IM 5 mg /6 jam sebanyak 4 kali.

       Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin. Bila gagal lakukan seksio sesarea. Dapat

diberikan misoprostol 25 mg- 50 mg intra vaginal setiap 6 jam maksimal 4 kali.

       Bila ketuban pecah > 18 jam  berikan  penisilin atau ampisilin profilaksis atau bila ada tanda -

tanda infeksi, berikan antibiotik dosis tinggi dan persalinan diakhiri. 

       Jika kondisi serviks baik lakukan induksi persalinan dengan oksitosin. Jika tidak baik, matangkan

serviks dengan prostaglandin, infuskan oksitosin atau lahirkan dengan SC.

       Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi, jika tidak berhasil, akhiri

persalinan dengan SC. Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan.

       Jika warna ketuban keruh atau bercampur mekonium. Segera tingkatkan pasokan oksigen ke

janin, berikan oksigen bila tersedia, dan pemantauan denyut jantung janin secara terus menerus,

serta persiapan untuk pertolongan bayi baru lahir dengan asfiksia.

Siapkan alat, bahan, dan obat- obatan yang akan digunakan

Berikan asuhan persalinan sesuai prosedur 

3.       Identifikasi Diagnosa dan Masalah potensial  ( Langkah III)

Mengidentifikasikan masalah dan diagnosa potensial berdasarkan diagnosiss dan masalah yang

diidentifikasi. Bidan diharapkan dapat waspada untuk mencegah diagnosis/ masalah potensial ini

terjadi. Bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah potensial. Persalinan dengan KPD

menyebabkan potensial terjadinya : Persalinan prematur, Korioamnionitis, Oligohidramnion,

Prolaps tali pusat, Perdarahan ante partum primer, Hipoksia dan asfiksia BBL

Masalah Potensial yang dapat terjadi adalah ibu dapat menjadi stres berat  jika cemas yang

dialaminya tidak tertangani.

Page 69: Tambahan Bahan Kpd

4.       Menetapkan Perlunya Konsultasi dan Kolaborasi Segera dengan Tenaga Kesehatan lain

( Langkah IV)

Dalam kondisi tertentu seorang bidan mungkin juga perlu melakukan konsultasi atau kolaborasi

dengan dokter atau tim kesehatan lain. Bidan harus mampu mengevaluasi setiap kondisi klien

untuk menetukan kepada siapa sebaikanya konsultasi dan kolaborasi dilakukan.

5.       Menyusun Rencana Asuhan.

Merencanakan asuhan menyeluruh yang diputuskan berdasarkan langkah- langkah sebelumnya.

Semua keputusan harus bersifat rasional yang didasarkan pada pengetahuan, dan teori terkini.

Diagnosa   :  Ibu  Bersalin dengan KPD

Tujuan       : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 1x24 jam, Diharapkan janin dapat lahir, ibu dan

bayinya selamat.

Kriteria              

       Tidak terjadi gawat janin ditandai dengan Detak Jantung Janin yang ireguler yaitu Bradikardi 

yaitu DJJ < 110/ menit dan Takhikardi  yaitu DJJ > 160/ menit, berkurangnya gerakan janin, dan

air ketuban bercampur mekonium (Saifuddin Abdul Bari, 2010).

       Tidak terjadi oligohidramnion ditandai dengan janin mudah diraba, fundus bertambah rendah

(Helen Varney, 2007).

       Tidak terjadi Prolaps talipusat, ditandai dengan terabanya talipusat pada saat dilakukan

pemeriksaan dalam, DJJ yang iregular, dan terjadinya bradikardi yang jelas (Saifuddin Abdul

Bari, 2008).

       Tidak terjadi hipoksia pada janin ditandai dengan DJJ ireguler yang tidak kembali normal setelah

kontraksi uterus.

       Tidak terjadi asfiksia ditandai dengan bayi tidak megap- megap, warna kulit kemerahan, tidak

kejang (APN, 2008)

       Tidak terjadi infeksi baik pada ibu maupun janin ditandai dengan tidak aanya demam maternal (>

37,8ºC), takikardi materna (>100x/menit), cairan amnion berbau busuk, dan nyeri tekan pada

uterus (Dutton Lauren A, 2012 ).

Rencana asuhan :

1.     Lakukan pendekatan dengan pasien

R/ Terciptanya saling percaya antara pasien dan petugas kesehatan

2.     Berikan dukungan emosional

Page 70: Tambahan Bahan Kpd

R/ Selama persalinan emosional Ibu labil dan ingin didampingi

3.       Jika ibu sudah inpartu lakukan :

         Berikan nutrisi yang cukup

R/ Nutrisi yang cukup meningkatkan tenaga mengejan

         Pastikan kandung kemih kosong

R/  Mempercepat turunnya kepala

         Anjurkan ibu miring  kekiri, kaki lebih tinggi dari kepala.

R/ posisi tersebut akan mencegah terjadinya prolaps talipusat.

         Ajari ibu cara meneran yang baik dan benar

R/ cara meneran yang salah dapat menghambat pengeluaran janin.

         Observasi Tanda Vital dan CHPB secara adekuat

R/ mendeteksi secara dini komplikasi yang sewaktu- waktu dapat terjadi akibat adanya/

terjadinya KPD.

4.       Kolaborasi dengan tim medis

R/ dengan berkolaborasi dengan tim kesehatan lain, diharapkan jika terjadi penyulit dapam

pertolongan persalinan dapat segera tertangani.

5.       Penatalaksanaan sesuai UK dan ada  tidaknya infeksi.

         Jka usia kehamilan < 32 – 34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar, atau sampai air

ketuban tidak keluar lagi. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes

busa negatif, beri deksametason. Observasi tanda-tanda infeksi, dan kesejahteraan janin.

Terminasi pada kehamilan 37 minggu

         Jika UK 32-37 minggu sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik (salbutamol),

deksametason, dan induksi sesudah 24 jam.

         Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, berikan antibiotik dan lakukan induksi. Nilai

tanda-tanda infeksi (suhu, leokosit, tanda-tanda infeksi intra uterin).

         Pada usia kehamilan 32-37 minggu dan tidak ada infeksi, berikan kortikosteroid untuk memacu

kematangan paru janin, dan apabila memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap

minggu. Dosis deksametason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.

         Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin. Bila gagal lakukan seksio sesarea.

         Dapat pula diberikan misoprostol 25 mg- 50 mg intra vaginal setiap 6 jam maksimal 4 kali.

Page 71: Tambahan Bahan Kpd

         Bila ketuban pecah > 18 jam  berikan  penisilin atau ampisilin profilaksis atau bila ada tanda-

tanda infeksi, berikan antibiotik dosis tinggi dan persalinan diakhiri. 

         Jika kondisi serviks baik lakukan induksi persalinan dengan oksitosin dan jika tidak baik,

matangkan serviks dengan prostaglandin dan infuskan oksitosin atau lahirkan dengan SC

         Bila skor pelvik  < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi jika tidak berhasil, akhiri

persalinan dengan seksio sesarea. Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan.

         Jika warna ketuban keruh atau bercampur mekonium, Segera tingkatkan pasokan oksigen ke

janin berikan oksigen bila tersedia, dan pemantauan denyut jantung janin secara terus menerus,

serta persiapan untuk pertolongan bayi baru lahir dengan asfiksia.

         Siapkan alat, bahan, dan obat- obatan yang akan digunakan

         Berikan asuhan peralinan sesuai prosedur ( asuhan 58 langkah )

6.       Melaksanakan Langsung Asuhan Secara Efisisen dan Aman

Tanggal dan jam pelaksanaan :

Jam Pelaksanaan Ttd

melakukan pendekatan pada ibu dan keluarga

dengan memyapa dan berkomunikasi dengan santun

dan ramah, mendengarkan keluhan-keluhan ibu 

memberikan dukungan kepada ibu dengan

memotivasi, mendukung, dan mengajak ibu untuk

berdoa kepada Allah agar diberikan kemudahan

dalam persalinan, bayi dan ibu dapat selamat.

Jika ibu sudah inpartu, melakukan :      memberi makan dan minum untuk ibu dengan

meminta bantuan keluarga untuk menyuapi nya jika

ibu menghendaki.

     menganjurkan ibu untuk BAK dengan  pispot.

     menganjurkan ibu untuk pada posisi kaki/  pantat

lebih tinggi dari kepala.

     Mengajari ibu cara meneran yang benar.

     mengobservasi CHPB setiap 4 jam pada fase laten

dan 2 jam pada fase aktif, sedangkan untuk DJJ,

Page 72: Tambahan Bahan Kpd

nadi, dan his setiap 1 jam pada fase laten dan setiap

30 menit pada fase aktif.

Berkolaborasi dengan Dokter sarta tim kesehatan

lainnya, dan melakukan penatalaksanaan sesuai 

usia kehamilan

     Pada UK 32-37 minggu sudah inpartu, tidak ada

infeksi, berikan tokolitik (salbutamol),

deksametason, dan induksi sesudah 24 jam.

     Pada UK 32-37 minggu, ada infeksi, berikan

antibiotik dan lakukan induksi. Nilai tanda-tanda

infeksi (suhu, leokosit, tanda-tanda infeksi intra

uterin).

     Pada UK 32-37 minggu dan tidak ada infeksi,

berikan kortikosteroid untuk memacu kematangan

paru janin, dan apabila memungkinkan periksa

kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu. Dosis

deksametason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4

kali.

     UK > 37 minggu, induksi dengan oksitosin. Bila

gagal lakukan seksio sesarea.

     Dapat pula diberikan misoprostol 25 mg- 50 mg

intra vaginal setiap 6 jam maksimal 4 kali.

     Bila ketuban pecah > 18 jam  berikan  penisilin atau

ampisilin profilaksis atau bila ada tanda - tanda

infeksi, berikan antibiotik dosis tinggi dan

persalinan diakhiri. 

     Jika kondisi serviks baik lakukan induksi persalinan

dengan oksitosin dan jika tidak baik, matangkan

serviks dengan prostaglandin dan infuskan oksitosin

atau lahirkan dengan SC

     Bila skor pelvik  < 5, lakukan pematangan serviks,

Page 73: Tambahan Bahan Kpd

kemudian induksi jika tidak berhasil, akhiri

persalinan dengan seksio sesarea. Bila skor pelvik >

5, induksi persalinan.

     Jika warna ketuban keruh atau bercampur

mekonium, Segera tingkatkan pasokan oksigen ke

janin berikan oksigen bila tersedia, dan pemantauan

denyut jantung janin secara terus menerus, serta

persiapan untuk pertolongan bayi baru lahir dengan

asfiksia.

Menyiapkan alat, bahan dan obat- obatan yang akan

digunakan dalam menolong persalinan

Memberikan asuhan persalinan sesuai  prosedur.

            Tabel 2.4. implementasi asuhan persalinan dengan KPD

7.     Evaluasi 

Mengeevaluasi setiap asuhan yang telah diberikan. Dengan menggunakan metode penulisan 

SOAP.  Dalam persalinan evaluasi dilakukan pada setiap kala.

Evaluasi  Kala I

Hari/ tgl /jam : tidak > 24 jam dari pecahnya ketuban, sudah masuki kala II

S    :  Ibu mengatakan perutnya semakin mules, kenceng- kenceng  semakin kuat, pada punggung 

bawah terasa sakit, serta terasa seperti mau BAB

O   :   TTV :  TD :  mmHg     N :   x/mnt      S :   0C      RR :    x/mnt

VT  Ø  : lengkap               Ketuban : sudah pecah

Presentasi :                       Denominator :

Effecement : 100%          Penurunan : 1/5          hodge :III- IV

A   :  Ibu bersalin kala II

P    :  lakukan langkah- lanhkah pengeluaran janin

1.      Melihat tanda dan gejala kala II (doran, teknus, perjol, vulka)

2.      Memeriksa kelengkapan alat dan mematahkan ampul oksitosin serta memasukkan spuit kedalam

partus set

3.      Memakai celemek plastik

Page 74: Tambahan Bahan Kpd

4.      Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dengan sabun dan dibilas pada air

yang mengalir.

5.      Memakai sarung tangan DTT / steril (one hand)

6.      Memasukkan oksitosin dalam spuit steril, meletakkan dalam partus set

7.      Melakukan vulva hygiene

8.      Melakukan pemeriksaan dan pembukaan lengkap eff 100%

9.      Memasukkan tangan kedalam klorin 0,5% dan merendam hand scoon dalam keadaan terbalik

10.   Memeriksa DJJ dan memastikan DJJ dalam batas normal (120-160 x/menit) dan

mendokumentasikannya.

11.   Memberitahukan Ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin dan meminta Ibu meneran

saat his

12.   Meminta bantuan keluarga menyiapkan posisi Ibu untuk meneran.

13.   Melakukan pimpinan meneran saat ada his dan istirahat saat tidak ada his, serta memberi minum

dan memeriksa DJJ.

14.   Anjurkan Ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman, jika Ibu belum

merasa ada dorongan untuk meneran.

15.   Saat kepala janin terlihat pada vulva 5-6 cm, memasang handuk bersih untuk mengeringkan Bayi

diatas perut Ibu.

16.   Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong Ibu.

17.   Membuk partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.

18.   Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

19.   Setelah tampak kepala Bayi (suboktipito) tampak dibawah sympisis, tangan kanan melindungi

perineum dengan lipatan kain 1/3 bagian, sementara tangan kiri menahan puncak kepala agar

tidak terjadi deflexi yang terlalu cepat.

20.   Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat.

21.   Menunggu Bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.

22.   Setelah melakukan putaran paksi luar, pegang secara hiparental, tarik curam kebawah untuk

melahirkan bahu depan dan tarik keatas untuk melahirkan bahu belakang.

23.   Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum Ibu untuk menyanggah kepala,

lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan

dan siku atas.

Page 75: Tambahan Bahan Kpd

24.   Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung, bokong, tungkai

dan kaki, pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing

mata kaki) (masukkan telunjuk kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan Ibu jari dan

jari-jari lainnya)

25.   Lakukan penilaian (sepintas)

a.      Apakah Bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan ?

b.     Apakah Bayi bergerak dengan aktif ?

Jika Bayi tidak menangis, tidak bernafas atau megap-megap lakukan langkah resusitasi (lanjut ke

langkah resusitasi pada asfiksia Bayi baru lahirKeringkan tubuh Bayi

Keringkan Bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa

membersihkan verniks. Ganti handuk baah dengan handuk/kain yang kering, biarkan Bayi diatas

perut Ibu.

Evaluasi Kala II

Hari/tgl/ jam : ± ½ - 1 jam dari pembukaan serviks lengkap, diharapkan bayi  lahir

S          : Ibu mengatakan senang bayinya sudah lahir dengan selamat

O         Bayi lahir pukul          :           Warna              kulit               :

Pernafasan                  :           Pergerakan/ tonus otot :

Terjadi semburan darah , tali pusat memanjang, dan uterus globuler

A         : ibu bersalin kala III

P          : Lanjutkan kan langkah – langkah pengeluaran plasenta

26.   Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa

membersihkan verniks. Ganti basah dengan handuk yang kering, membiarkan bayi diatas perut

ibu.

27.   Periksa kembali uterus, memastikan tidak ada lagi Bayi di dalam uterus

28.   Beritahu Ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi dengan baik.

29.   Dalam waktu 1 menit setelah Bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha atas bagian

distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin)

30.   Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat Bayi,

mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari

klem pertama.

31.   Potong dan pengikatan tali pusat

Page 76: Tambahan Bahan Kpd

a.      Dengan satu tangan: pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), mengguntingan

tali pusat diantara 2 klem tersebut.

b.     Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali

benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.

c.      Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan.

32.   Letakkan Bayi agar ada kontak kulit Ibu ke kulit Bayi, Letakkan Bayi tengkurap di dada Ibu,

luruskan bahu Bayi sehingga Bayi menempel di dada/ perut Ibu. Usahakan kepala Bayi berada

diantara payudara Ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara Ibu.

33.   Selimuti Ibu dan Bayi dengan kain hangat, pasang topi di kepala Bayi

34.   Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.

35.   Letakkan satu tangan diatas kain pada perut Ibu, di tepi atas simfisis, untuk mendeteksi. Tangan

lain menegangkan tali pusat.

36.   Setelah uteris berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang lain

mendorong uterus kearah belakang atas (darso-kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio

uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu

hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur diatas.

       Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta Ibu, suami, atau anggota keluarga untuk melakukan

stimulasi puting susu

37.   Mengeluarkan plasenta

Lakukan peregangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas, minta Ibu meneran

sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas,

mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial). Jika tali pusat bertambah

panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva.

38.   Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan, pegang dan

putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada

wadah yang telah disediakan. Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril

untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari tangan atau klem untuk

mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.

39.    Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, letakkan telapak

tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus

Page 77: Tambahan Bahan Kpd

berkontraksi (fundus teraba keras). Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak

berkontraksi setelah 15 detik masase.

40.   periksa kedua sisi plasenta baik bagian Ibu maupun Bayi dan pastikan selaput ketuban lengkap

dan utuh, masukkan plasenta kedalam kantung plastik atau tempat khusus.

41.   Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum, lakukan penjahitan bila laserasi

menyebabkan perdarahan, bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan

penjahitan.

Evaluasi  Kala III

Hari/ tgl/ jam : ½ - ¼ jam dari lahirnya, diharapkan plasenta sudah lahir

S          : Ibu mengatakan senang karena plasenta sudah lahir

O         :  plasenta lahir pukul, lengkap/ tidak, jumlah katiledon

A         : Ibu Nifas 2 jam post partum

P          : lakukan tindakan pasca persalinan             

42.   Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.

43.   Biarkan Bayi tetap melakkan kontak klit ke kulit di dada Ibu paling sedikit 1 jam.

       Sebagian besar Bayi akan berhasil melakukan inisiasi (mengeluarkan air liur, menendang, dan

mencari puting), menyusu dini dalam waktu 30-60 menit, menyusu pertama biasanya

berlangsung 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara.

       Biarkan Bayi berada di dada Ibu selama 1 jam walaupun Bayi sudah berhasil menyusu.

44.   Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran Bayi, beri tetes mata antibiotik profilaksis

dan vitamin K1 1 mg secara IM di paha kiri anterolateral.

45.   Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi hepatitis B di paha kanan

anterolateral (jika kondisi tidak normal, dapat diberikan pada kunjungan 1 pada BBL)

       Letakkan Bayi didalam jangkauan Ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan.

       Letakkan kembali Bayi di dada Ibu bila belum berhasil menyusu di dalam satu jam pertama dan

biarkan sampai Bayi berhasil menyusi

46.   Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.

       2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan

       Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan

       Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan

Page 78: Tambahan Bahan Kpd

       Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai untuk menatalaksana

atonia uteri.

47.   Ajarkan Ibu/keluarga cara melakukan massase dan menilai UC

48.   Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

49.   Memeriksa nadi Ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca

persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan.

       Memeriksa temperatur tubuh Ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama pasca persalinan.

       Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.

50.   Periksa kembali Bayi untuk pastikan bahwa Bayi bernafas dengan baik (40-60 kali/menit) serta

suhu tubuh normal (36,5-37,5 0C)

51.   Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk (10 menit). Cuci dan

bilas peralatan setelah didekontaminasi.

52.   Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai

53.   Bersihkan Ibu dengan air DTT, bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu Ibu

memakai pakaian bersih dan kering.

54.   Pastikan Ibu merasa nyaman, bantu Ibu membersihkan ASI. Anjurkan keluarga untuk memberi

Ibu minum dan makan yang diinginkannya.

55.   Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%

56.   Celupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5% balikkan bagian dalam dan rendam

dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit

57.   Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

58.   Lengkapi partograf  ( lembar depan dan lembar belakang ) periksa tanda vital, TFU, UC,

kandung kemih, perdarahan, dan asuhan kala IV.

Evaluasi  Kala IV

Hari/ tgl/ jam : Pemantauan ibu dan bayi  hingga 6 jam/ 1 hari  post partum.

S    :  Ibu mengatakan merasa lega karena persalinan nya telah barjalan dengan baik bayi dan juga ibu

sendiri selamat.

O    :  Perdarahan:                  UC :        kandung kemih :         TFU :  Lochea :                                    

ASI :       TD :     N :       RR :                 S:

          Bayi : jenis kelamin     BB :      gram                  PB :   cm         AS :

A    : ibu nifas  1 hari  post partum

Page 79: Tambahan Bahan Kpd

P    : konseling , meliputi :

       Personal Hygine, ASI eksklusif (selama 6 bulan), senam nifas

       Mobilisasi bertahap, istirahat cukup, Nutrisi ibu nifas

        Perawatan BBL

1.   Mempertahankan suhu tubuh Bayi agar tetap hangat

2.   Perawatan tali pusat

3.   Imunisasi hepatitis

         Kontrol setelah ±  minggu post partum atau jika ada keluhan 

C.    Landasan Kewenangan Bidan

1.   Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464 / Menkes / Per /x /2010 Tentang

Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan

BAB III

PENTELENGGARAAN PRAKTIK

Pasal 9

Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi :

a.   Pelayanan kesehatan ibu

b.   Pelayanan kesehatan anak, dan

c.   Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan KB

               Pasal 10

1.     Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf a, diberikan diberikan pada

masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui, dan masa antara antara

dua kehamilan.

2.     Pelaynan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi

a.      Pelayanan konseling pada masa pra hamil

b.     Pelayanan antenatal pada kehamilan normal

c.      Pelayanan persalinan normal

d.     Pelayanan pada nifas normal

e.      Pelayanan ibu menyusui, dan

f.      Pelayanan konseling pada masa antara kedua kehamilan

Page 80: Tambahan Bahan Kpd

3.   Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berwenang untuk :

a.       Episiotomi

b.       Penjahitan luka jalan lahir tingkat 1 dan II

c.       Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan rujukan

d.       Pemberian tablet FE pada ibu hamil

e.       pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas

f.        Bimbingan IMD dan promosi air susu ibu eksklusif

g.       Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala III dan pospartum

h.       Penyuluhan dan konseling

i.        Bimbingan pada kelompok ibu hamil

j.        Pemberian surat keterangan kematian

k.       Pemberian surat keterangan cuti bersalin.

2.       Standart Profesi Kebidanan (Standart Pertolongan Persalinan)

Standart 9 : asuhan persalinan kala 1

Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai, kemudian memberikan asuhan dan

pemantauan yang memadai, dengan memperhatikan keluhan klien, selama proses berlangsung.

Standart 10 : persalinan kala II yang aman

Bidan melakukan pertolongan persalinan yang aman dengan sikap sopan, dan penghargaan

terhadap klien serta memperhatikan tradisi setempat.

Standart 11 : penatalaksanaan aktif kala III Bidan melakukan

Penegangan tali pusat dengan benar untuk membantu pengeluaran plasenta dan selaput ketuban

secara lengkap.

Standart 12 : penanganan kala II dengan komplikasi gawat janin melalui episiotomi

Bidan mengenali secara tepat tanda- tanda gawat janin pada kala II yang lama dan segera

melakukan episiotomi dengan aman untuk memperlancar persalinan, diikuti dengan penjahitan

perineum.

Page 81: Tambahan Bahan Kpd

DAFTAR PUSTAKA

Benson Ralph C. dan Martin L. Pernoll. 2009. Buku Saku Obstetri dan ginekogi. Jakarta : EGC

Candranita  Ida Ayu, dkk. 2008. Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta : EGC

Dutton, Lauren  A. 2012. Rujukan Cepat Kebidanan. Jakarta : EGC.

Fraser  Diane M  dan Margaret A, Cooper. 2009. Buku Ajar Bidan Mayles. Jakarta : EGC.

Hidayat Asri dan Mufdilah. 2009. Konsep Kebidanan. Yogyakarta : Mitra Cendekia Offset

Holmes Debbie dan Philip N. Baker. 2011. Buku Ajar Ilmu Kebidaan. Jakarta : EGC

Mochtar Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri . jakarta : EGC

Saifuddin  Abdul Bari. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Maternal Dan Neonatal. Jakarta :

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Saifuddin Abdul Bari. 2008. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirihardjo. Jakarta : PT Bina Pustaka

Sastrawinata. 2005. Ilmu Kesehatan Reproduksi Obstetri Patologi.  Jakarta : EGC

Sujuyatini, dkk. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan. Jogjakarta : Nuha Medika.

Varney Helen, 2007. Buku ajar asuhan kebidanan. Jakarta : EGC.

Wiknjosastro Hanifa. 2005. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo.

JNPKK-KR. 2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : Jaringan Nasional Pelatihan Klinik.

Muliadi Awi wijaya. 2011. Jumlah  AKI dan AKB di Indonesia. www.Infodokterku.com :  maret 2012.

Masadmin. 2011. Menkes Keluarkan Juknis Jampersal. www.mediaBidancom :    Maret 2012.

Bramantyo . 2011.  Pengertian Ketuban Pecah Dini. www.nikahdisurabaya.com : Maret  2012

Studi Pendahuluan ke Dinas Kesehatan Jombang pada  19  Maret 2012.

Studi Pendahuluan ke Ruang Ponek RSUD Jombang pada 23 Maret 2012.

Page 82: Tambahan Bahan Kpd