PEMBAHASAN OPTIE

21
PEMBAHASAN BAGIAN OPTIE (yang beda uretrolitiasis doang.tapi yang lain sama) Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Timbulnya batu Terbentuknya batu secara garis besar dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. 1. Faktor Intrinsik Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam individu sendiri. Termasuk faktor intrinsik adalah umur, jenis kelamin, keturunan, riwayat keluarga. a. Heriditer/ Keturunan Salah satu penyebab batu ginjal adalah faktor keturunan misalnya Asidosis tubulus ginjal (ATG). ATG menunjukkan suatu gangguan ekskresi H+ dari tubulus ginjal atau kehilangan HCO3 dalam air kemih, akibatnya timbul asidosis metabolik. Riwayat BSK bersifat keturunan, menyerang beberapa orang dalam satu keluarga. Penyakit-penyakit heriditer yang menyebabkan BSK antara lain: 1) Dent’s disease yaitu terjadinya peningkatan 1,25 dehidroksi vitamin D sehingga penyerapan kalsium di usus meningkat, akibat hiperkalsiuria, proteinuria, glikosuria, aminoasiduria dan fosfaturia yang akhirnya mengakibatkan batu kalsium oksalat dan gagal ginjal.

description

pmbhsan

Transcript of PEMBAHASAN OPTIE

Page 1: PEMBAHASAN OPTIE

PEMBAHASAN BAGIAN OPTIE (yang beda uretrolitiasis doang.tapi yang lain sama)

Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Timbulnya batu

Terbentuknya batu secara garis besar dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.

1. Faktor Intrinsik

Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam individu sendiri. Termasuk

faktor intrinsik adalah umur, jenis kelamin, keturunan, riwayat keluarga.

a. Heriditer/ Keturunan

Salah satu penyebab batu ginjal adalah faktor keturunan misalnya Asidosis

tubulus ginjal (ATG). ATG menunjukkan suatu gangguan ekskresi H+ dari

tubulus ginjal atau kehilangan HCO3 dalam air kemih, akibatnya timbul asidosis

metabolik. Riwayat BSK bersifat keturunan, menyerang beberapa orang dalam

satu keluarga. Penyakit-penyakit heriditer yang menyebabkan BSK antara lain:

1) Dent’s disease yaitu terjadinya peningkatan 1,25 dehidroksi vitamin D

sehingga penyerapan kalsium di usus meningkat, akibat hiperkalsiuria,

proteinuria, glikosuria, aminoasiduria dan fosfaturia yang akhirnya

mengakibatkan batu kalsium oksalat dan gagal ginjal.

2) Sindroma Barter, pada keadaan ini terjadi poliuria, berat jenis air kemih

rendah hiperkalsiuria dan nefrokalsinosis.

b. Umur

BSK banyak terdapat pada golongan umur 30-60 tahun. Hasil penelitian yang

dilakukan terhadap penderita BSK di RS DR Kariadi selama lima tahun (1989-

1993), frekuensi terbanyak pada dekade empat sampai dengan enam.

c. Jenis kelamin

Kejadian BSK berbeda antara laki-laki dan wanita. Pada laki-laki lebih sering

terjadi dibanding wanita 3:141. Khusus di Indonesia angka kejadian BSK yang

sesuangguhnya belum diketahui, tetapi diperkirakan paling tidak terdapat 170.000

kasus baru per tahun. Serum testosteron menghasilkan peningkatan produksi

oksalat endogen oleh hati. Rendahnya serum testosteron pada wanita dan anak-

anak menyebabkan rendahnya kejadan batu saluran kemih pada wanita dan anak-

anak.

Page 2: PEMBAHASAN OPTIE

2. Faktor Ekstrinsik

Faktor ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari lingkungan luar individu seperti

geografi, iklim, serta gaya hidup seseorang.

a. Geografi

Prevalensi BSK tinggi pada mereka yang tinggal di daerah pegunungan, bukit

atau daerah tropis. Letak geografi menyebabkan perbedaan insiden batu saluran

kemih di suatu tempat dengan tempat yang lain. Faktor geografi mewakili salah

satu aspek lingkungan seperti kebiasaan makan di suatu daerah, temperatur,

kelembaban yang sangat menentukan faktor intrinsik yang menjadi predisposisi

BSK.

b. Faktor Iklim dan cuaca

Faktor iklim dan cuaca tidak berpengaruh secara langsung namun ditemukan

tingginya batu saluran kemih pada lingkungan bersuhu tinggi. Selama musim

panas banyak ditemukan BSK. Temperatur yang tinggi akan meningkatkan

keringat dan meningkatkan konsentrasi air kemih. Konsentrasi air kemih yang

meningkat akan meningkatkan pembentukan kristal air kemih. Pada orang yang

mempunyai kadar asam urat tinggi akan lebih berisiko terhadap BSK

c. Jumlah air yang diminum

Dua faktor yang berhubungan dengan kejadian BSK adalah jumlah air yang

diminum dan kandungan mineral yang berada di dalam air minum tersebut.

Pembentukan batu juga dipengaruhi oleh faktor hidrasi. Pada orang dengan

dehidrasi kronik dan asupan cairan kurang memiliki risiko tinggi terkena BSK.

Dehidrasi kronik menaikkan gravitasi air kemih dan saturasi asam urat sehingga

terjadi penurunan pH air kemih. Pengenceran air kemih dengan banyak minum

menyebabkan peningkatan koefisien ion aktif setara dengan proses kristalisasi air

kemih. Banyaknya air yang diminum akan mengurangi rata-rata umur

kristalpembentuk batu saluran kemih dan mengeluarkan komponen tersebut dalam

air kemih. Diusahakan agar keseimbangan air dalam tubuh Kandungan mineral

dalam air salah satu penyebab BSK. Air yang mengandung sodium karbonat

seperti pada soft drink penyebab terbesar timbulnyabatu saluran kemih. Air sangat

penting dalam proses pembentukan BSK. Apabila seseorang kekurangan air

minum maka dapat terjadi supersaturasi bahan pembentuk BSK. Hal ini dapat

menyebabkan terjadinya BSK. Pada penderita dehidrasi kronik pH air kemih

cenderung turun, berat jenis air kemih naik, saturasi asam urat naik dan

Page 3: PEMBAHASAN OPTIE

menyebabkan penempelan kristal asam urat. Alkohol banyak mengandung

kalsium oksalat dan guanosin yang pada metabolisme diubah menjadi asam urat.

Peminum alkohol kronis biasanya menderita hiperkalsiuria dan hiperurikosuria

akan meningkatkan kemungkinan terkena batu kalsium oksalat.

d. Diet/Pola makan

Diperkirakan diet sebagai faktor penyebab terbesar terjadinya batu saluran kemih.

Diet berbagai makanan dan minuman mempengaruhi tinggi rendahnya jumlah air

kemih dan substansi pembentukan batu yang berefek signifikan dalam terjadinya

BSK. Bila dikonsumsi berlebihan maka kadar kalsium dalam air kemih akan naik,

pH air kemih turun, dan kadar sitrat air kemih juga turun. Diet yang dimodifikasi

terbukti dapat mengubah komposisi air kemih dan risiko pembentukan batu

melalui pengukuran tebal lemak bawah kulit.

e. Jenis pekerjaan

Kejadian BSK lebih banyak terjadi pada pegawai administrasi dan orang-orang

yang banyak duduk dalam melakukan pekerjaannya karena mengganggu proses

metabolisme tubuh1.

f. Stres

Diketahui pada orang-orang yang menderita stres jangka panjang, dapat

meningkatkan kemungkinan terjadinya batu saluran kemih. Secara pasti mengapa

stres dapat menimbulkan batu saluran kemih belum dapat ditentukan secara pasti.

Tetapi, diketahui bahwa orang-orang yang stres dapat mengalami hipertensi, daya

tahan tubuh rendah, dan kekacauan metabolisme yang memungkinkan kenaikan

terjadinya BSK.

g. Olah raga

Secara khusus penelitian untuk mengetahui hubungan antara olah raga dan

kemungkinan timbul batu belum ada, tetapi memang telah terbukti BSK jarang

terjadi pada orang yang bekerja secara fisik dibanding orang yang bekerja di

kantor dengan banyak duduk.

h. Kegemukan (Obesitas)

Obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan peningkatan lemak tubuh baik

diseluruh tubuh maupun di bagian tertentu. Obesitas dapat ditentukan dengan

pengukuran antropometri seperti IMT, distribusi lemak tubuh/ persen leamk tubuh

melalui pengukurang tebal lemak bawah kulit. Dikatakan obese jika IMT ≥ 25

kg/m2. Pada penelitian kasus batu kalsium oksalat yang idiopatik didapatkan

Page 4: PEMBAHASAN OPTIE

59,2% terkena kegemukan. Pada laki-laki yang berat badannya naik 15,9 kg dari

berat badan waktu umur 21 tahun mempunyai RR 1,39. Pada wanita yang berat

badannya naik 15,9 kg dari berat waktu berumur 18 tahun, RR 1,7. Hal ini

disebabkan pada orang yang gemuk pH air kemih turun, kadar asam urat, oksalat

dan kalsium naik.

i. Kebiasaan menahan buang air kemih

Kebiasaan menahan buang air kemih akan menimbulkan stasis air kemih yang

dapat berakibat timbulnya Infeksi Saluran Kemih (ISK). ISK yang disebabkan

kuman pemecah urea sangat mudah menimbulkan jenis batu struvit. Selain itu

dengan adanya stasis air kemih maka dapat terjadi pengendapan kristal.

j. Tinggi rendahnya pH air kemih

Hal lain yang berpengaruh terhadap pembentukan batu adalah pH air kemih ( pH

5,2 pada batu kalsium oksalat).

nur lina. Faktor-faktor risiko kejadian Batu Saluran Kemih Pada Laki-Laki.

(Tesis). Magister Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas

Diponegoro Semarang. 2008.

Infeksi saluran kemih (ISK)

Definisi Novi Pratika Wilianti.

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang terjadi pada saluran kemih

(mencakup organ-organ saluran kemih, yaitu ginjal,ureter, kandung kemih, dan uretra). ISK

adalah istilah umum yang menunjukkan keberadaan mikroorganisme dalam urin. Walaupun

terdiri dari berbagai cairan, garam, dan produk buangan, biasanya urin tidak mengandung

bakteri. Jika bakteri menuju kandung kemih atau ginjal dan berkembang biak dalam urin,

terjadilah ISK.

Jenis ISK yang paling umum adalah infeksi kandung kemih yang sering juga disebut

sebagai sistitis. Bakteriuria : adanya bakteri dalam urin, yang berasal dari saluran kemih, dan

tidak berasal dari vagina ataupun prepusium. Bakteriuria bermakna : bakteriuria bermakna

menunjukkan pertumbuhan mikroorganisme lebih dari 105 colony forming units (cfu/ml)

pada biakan urin. Bakteriuria dapat dijumpai tanpa piuria, dan dapat memberikan gejala

ataupun tidak. Untuk mendeteksi kepastian adanya bakteri pada urin maka dilakukan

screening bakteriuria. Screening bakteriuria ini merupakan diagnosa yang dapat digunakan

Page 5: PEMBAHASAN OPTIE

untuk menegakkan kasus ISK, yaitu ISK dikatakan positif apabila didapatkan bakteri

sejumlah 105 bakteri/ml urin (bakteriuria bermakna). �

Infeksi Saluran Kemih (ISK) Atas meliputi Pielonefritis Akut dan Pielonefritis

Kronis. Pielonefritis akut adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang disebabkan infeksi

bakteri. Pielonefritis kronis mungkin akibat lanjut dari infeksi bakteri berkepanjangan atau

infeksi sejak masa kecil.

Etiologi Novi Pratika Wilianti.

Mikroorganisme yang sering menyebabkan ISK antara lain. Escherichia coli

(merupakan mikroorganisme yang paling seringdiisolasi dari pasien dengan infeksi

simtomatik maupun asimtomatik),Proteus sp, Klebsiella sp, Enterobacter sp, Citrobacter sp.

Infeksi yang disebabkan Pseudomonas sp dan mikroorganisme lainnya seperti

Staphylococcus jarang dijumpai kecuali pasca kateterisasi. Mikroorganisme lain yang

kadang-kadang dijumpai sebagai penyebab ISK adalah Chlamydia dan Mycoplasma. Hampir

semua ISK disebabkan invasi mikroorganisme asending dari uretra/sistem reproduksi atau

hubungan seksual (sexual transmitted disease) ke dalam kandung kemih, dan pada beberapa

pasien mikroorganisme dapat mencapai ginjal. Proses invasi mikroorganisme hematogen

sangat jarang ditemukan, kemungkinan merupakan akibat lanjut dari bakteriemia. Ginjal

diduga merupakan lokasi infeksi sebagai akibat lanjut septikemi atau endokarditis akibat

Staphylococcus aureus. Beberapa peneliti melaporkan Pielonefritis Akut sebagai akibat lanjut

invasi hematogen dari infeksi sistemik bakteri gram negatif. Obstruksi saluran kemih dan

refluks vesikoureter dengan atau tanpa bakteriuria kronis sering diikuti pembentukkan

jaringan ikat parenkim ginjal yang ditandai pielonefritis kronis yang spesifik.

Manifestasi Klinis Novi Pratika Wilianti.

Presentasi klinis/gejala klinis Pielonefritis Akut (PNA) antara lain panas/demam

tinggi (39,5-40,5C), disertai menggigil dan sakit pinggang. Presentasi klinis PNA ini sering

didahului gejala ISK bawah (sistitis).

Presentasi klinis ISK bawah (sistitis) antara lain rasa sakit/nyeri pada daerah

suprapubik, disuria (rasa terbakar/nyeri pada waktu berkemih), frekuensi (sering kencing),

polakisuria (anyang-anyangen), nokturia (kencing di malam hari >1x), hematuria (adanya

darah dalam urin/urin berwarna merah), urin berwarna keruh. Presentasi klinis SUA

(Sindrom Uretra Akut) sulit dibedakan dengan sistitis. Presentasi klinis SUA sangat sedikit

Page 6: PEMBAHASAN OPTIE

(hanya disuria dan sering kencing) disertai bakteriuria <105 cfu/ml urin, sering disebut sistitis

abakterialis.

Diagnosis ISK ditegakkan berdasarkan gejala/manifestasi klinis (dari anamnesis dan

pemeriksaan fisik) dan berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium. Setelah seorang dokter

menentukan diagnosis infeksi pada pasien berdasarkan gejala klinis, dokter dapat memulai

terapi antibiotik sementara sebelum diperoleh hasil pemeriksaan laboratorium mikrobiologik

yang dilakukan untuk mengetahui bakteri penyebab infeksi pada pasien tersebut serta

kepekaan bakteri tersebut terhadap antibiotik.

Patofisiologi ISK Sukandar E.

Pada individu normal, biasanya laki-laki maupun perempuan urin selalu steril karena

dipertahankan jumlah dan frekuensi kencing. Utero distal merupakan tempat kolonisasi

mikroorganisme nonpathogenic fastidious Gram-positive dan gram negative. Hampir semua

ISK disebabkan invasi mikroorganisme asending dari uretra ke dalam kandung kemih. Pada

beberapa pasien tertentu invasi mikroorganisme dapat mencapai ginjal. Proses ini,

dipermudah refluks vesikoureter. Proses invasi mikroorganisme hematogen sangat jarang

ditemukan di klinik, mungkit akibat lanjut dari bakteriema. Ginjal diduga merupakan lokasi

infeksi sebagai akibat lanjut septikemi atau endokarditis akibat Stafilokokus aureus. Kelainan

ginjal yang terkait dengan endokarditis (Stafilokkokus aureus) dikenal Nephritis Lohein.

Beberapa penelitian melaporkan pielonefritis akut (PNA) sebagai akibat lanjut invasi

hematogen.

Terapi Sukandar E.& Novi Pratika Wilianti.

Terapi ini disebut dengan terapi empirik/terapi dugaan berdasar dugaan terbaik (best

guess/educated guess). Terapi empirik yaitu terapi yang dimulai pada anggapan infeksi yang

berdasarkan pengalaman luas dengan situasi klinik yang sama dibandingkan informasi

spesifik tentang penyakit pasien. Prinsip dasar terapi empirik adalah bahwa pengobatan

infeksi sebaiknya dilakukan sedini mungkin. Penundaan pemberian antibiotik sampai

mendapatkan hasil kultur bakteri dan tes kepekaan bakteri terhadap antibiotik (biasanya 1-3

hari) dapat menyebabkan pasien mengalami penyakit yang serius atau kematian, terutama

pada infeksi berat seringkali harus segera diberikan terapi antibiotik sementara sebelum

diperoleh hasil pemeriksaan mikrobiologik. Pemilihan ini didasarkan pada pengalaman

empiris yang rasional berdasarkan perkiraan etiologi yang paling mungkin serta antibiotik

Page 7: PEMBAHASAN OPTIE

terbaik untuk infeksi tersebut (educated guess). Selain itu pemilihan antibiotik berdasarkan

educated guess dapat dilakukan bila pemeriksaan mikrobiologik tidak dapat dikerjakan

dengan alasan tertentu

Tabel 1. Terapi Empirik Berdasarkan Educated Guess

Jenis Infeksi Pilihan Antibiotik Infeksi Saluran Kemih

- Sisititis akut Ampisilin, trimetoprim, kotrimoksazol,

fluorokuinolon

-Pielonefritis akut Kotrimoksazol, sefalosporin generasi ketiga,

aminoglikosida, fluorokuinolon, aztreonam,

amoksisilin-kalium klavulanat

-Prostatitis akut Kotrimoksazol, fluorokuinolon,

aminoglikosida + ampisilin parenteral

-Prostatitis Kronis Kotrimoksazol, fluorokuinolon,

trimetoprim

a) Infeksi saluran kemih bawah Prinsip manajemen ISK bawah meliputi intake cairan yang banyak, antibiotika yang

adekuat, dan kalau perlu terapi asimtomatik untuk alkalinisasi urin:

Hampir 80% pasien akan memberikan respon setelah 48jam dengan antibiotika tunggal; seperti ampisilin 3 gram, trimetoprim 100 mg tiap 12 jam Trimetoprim juga ditemukan dalam kadar terapi pada sekret prostat dan efektif untukpengobatan infeksi prostat.

Bila infeksi menetap disertai kelainan urinalisi (lekositoria) diperlukan terapi

konvensional selama 5-10 hari

Pemeriksaan mikroskopik urin dan biakan urin tidak diperlukan bila semua gejala

hilang dan tanpa lekositoria.

Reinfeksi berulang (frequent re-infection)

Disertai faktor predisposisi. Terapi antimikroba yang intensif diikuti koreksi

faktor resiko.

Tanpa faktor predisposisi

Asupan cairan banyak

Cuci setelah melakukan senggama diikuti terapi antimikroba takaran tunggal

(misal trimetroprim 200mg) Terapi antimikroba jangka lama sampai 6 bulan.

Page 8: PEMBAHASAN OPTIE

Sindroma uretra akut (SUA). Pasien dengan SUA dengan hitungan kuman

103-105.

a. Infeksi saluran kemih atas

Memerlukan antibiotika yang adekuat. Infeksi klamidia memberikan hasil yang baik

dengan tetrasiklin. Infeksi disebabkan MO anaerobic diperlukan antimikroba yang

serasi, misal golongan kuinolon. Fluorokuinolon (siprofloksasin, ofloksasin,

norfloksasin, dll) efektif untuk ISK dengan atau tanpa penyulit, termasuk yang

disebabkan oleh kuman-kuman yang multiresisten dan P. aeruginosa. Siprofloksasin,

norfloksasin, dan ofloksasin dapat mencapai kadar yang cukup tinggi di jaringan prostat

dan dapat digunakan untuk terapi prostatitis bakterial akut maupun kronis.

Fluorokuinolon diserap dengan baik pada pemberian peroral. Siprofloksasin tablet 500

mg atau norfloksasin tablet 400 mg diberikan per oral 2 kali sehari efektif untuk infeksi

saluran kemih. Selain itu, beberapa fluorokuinolon seperti siprofloksasin, ofloksasin dapat

diberikan secara parenteral / intravena sehingga dapat digunakan untuk penanggulangan

infeksi berat khususnya yang disebabkan oleh kuman Gram negatif. Dosis siprofloksasin

parenteral yaitu 2 kali 200-400 mg intravena.

Pielonefritis akut. Pada umumnya pasien dengan pielonefritis akut memerlukan

rawat inap untuk memlihara status hidrasi dan terapi antibiotika parenteral paling

sedikit 48 jam. Indikasi rawat inap pielonefritis akut adalah seperti berikut:

Kegagalan mempertahankan hidrasi normal atau toleransi terhadap antibiotika

oral.

Pasien sakit berat atau debilitasi.

Terapi antibiotika oral selama rawat jalan mengalami kegagalan.

Diperlukan invesstigasi lanjutan.

Faktor predisposisi untuk ISK tipe berkomplikasi.

Komorbiditas seperti kehamilan, diabetes mellitus, usia lanjut.

The Infection Disease of America menganjurkan satu dari tiga alternatif terapi

antibiotik IV sebagai terapi awal selama 48-72jam sebelum diketahui MO sebagai

penyebabnya yaitu fluorokuinolon, amiglikosida dengan atau tanpa ampisilin dan

sefalosporin dengan spectrum luas dengan atau tanpa aminoglikosida.

Page 9: PEMBAHASAN OPTIE

Kotrimoksazol (trimetoprim-sulfametoksazol) tampaknya merupakan obat pilihan

untuk ISK dengan komplikasi, dan juga untuk prostatitis. Dosis yang digunakan untuk

dewasa yaitu 2 tablet biasa (trimetoprim 80 mg + sulfametoksazol 400 mg) tiap 12 jam13,19

atau 1tablet forte (trimetoprim 160 mg + sulfametoksazol 800 mg) tiap 12 jam dapat efektif

pada infeksi berulang pada saluran kemih bagian atas atau bawah serta efektif untuk

prostatitis.13 Dua tablet per hari mungkin cukup untuk menekan dalam waktu lama ISK yang

kronik, dan separuh tablet biasa 3 kali seminggu untuk berbulan-bulan dapat berlaku sebagai

pencegahan ISK yang berulang-ulang pada beberapa wanita.

Untuk pemberian intravena tersedia sediaan infus yang mengandung 80 mg

trimetoprim dan 400 mg sulfametoksazol per 5 ml, dilarutkan dalam 125 ml dekstrosa 5%

dalam air, dapat diberikan dalam infus selama 60-90 menit. Hal ini diindikasikan untuk ISK

bila pasien tidak dapat menerima obat melalui mulut. Orang dewasa dapat diberikan 6-12

ampul 5 ml dalam 3 atau 4 dosis terbagi per hari.13 Pada pasien dengan gagal ginjal,

diberikan dosis biasa bila klirens kreatinin > 30 ml/menit, bila klirens kreatinin 15-30

ml/menit dosis 2 tablet diberikan setiap 24 jam, dan bila klirens kreatinin < 15 ml/menit obat

ini tidak boleh diberikan.19

Ampisilin bermanfaat pada infeksi kuman Gram negatif yang sensitif terhadap obat

ini, misalnya infeksi saluran kemih oleh E. coli dan P. mirabilis, serta infeksi oleh H.

vaginalis. Dosis ampisilin tergantung dari beratnya penyakit, fungsi ginjal dan umur pasien.

Untuk dewasa dengan penyakit ringan sampai sedang diberikan 2-4 g sehari, dibagi untuk 4

kali pemberian, sedangkan untuk penyakit berat sebaiknya diberikan preparat parenteral

sebanyak 4-8 g sehari.

Amoksisilin-kalium klavulanat diindikasikan untuk infeksi saluran kemih berulang

pada anak dan dewasa oleh E. coli dan kuman pathogen lain yang mmproduksi

betalaktamase, yang tidak dapat diatasi oleh kotrimoksazol, kuinolon atau sefalosporin oral.

Dosis amoksisilinklavulanat per oral untuk dewasa dan anak berat > 40 kg ialah 250 mg-125

mg tiap 8 jam. Untuk penyakit berat dosis 500 mg-125 mg tiap 8 jam. Untuk anak berat < 40

kg dosis amoksisilin 20 mg/kg/hari, dosis klavulanat disesuaikan dengan dosis amoksisilin.

Sukandar E. Infeksi saluran kemih pada pasien dewasa dalam Buku Ajar

Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi IV. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2007.

Novi Pratika Wilianti. Rasionalitas Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Infeksi Saluran

Kemih Pada Bangsal Penyakit Dalam RSUP DR. Kariadi Semarang Tahun 2008. (Skripsi).

Page 10: PEMBAHASAN OPTIE

Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro Semarang. 2009.

URETROLITIASIS

Definisi

Batu uretra biasanya berasal dari batu ginjal/batu ureter yang turun ke buli-buli, kemudian

masuk ke uretra. Batu uretra yang merupakan batu primer terbentuk di uretra sangat jarang,

kecuali terbentuk di dalam divertikel uretra.

Manifestasi Klinis

Keluhan yang biasanya disampaikan pasien adalah miksi tiba-tiba terhenti sehingga terjadi

retensi urin, yang sebelumnya didahului dengan nyeri pinggang. Jika batu berasal dari ureter

yang turun ke buli-buli kemudian ke uretra, biasanya pasien mengeluh nyeri pinggang

sebelum kesulitan miksi.batu yang terdapat di uretra anterior seringkali dapat diraba oleh

pasien berupa benjolan keras di uretra pars bulbosa maupun pendularis, atau kadang-kadang

tampak di meatus uretra eksterna. Nyeri dirasakan pada glands penis atau pada tempat batu

berada. Batu yang berada pada uretra posterior, nyeri dirasakan di perineum atau rektum.

Terapi

Tindakan untuk mengeluarkan batu tergantung pada posisi, ukuran, dan bentuk batu.

Seringkali batu yang ukurannya tidak terlalu besar dapat keluar spontan asalkan tidak ada

kelainan atau penyempitan pada uretra. Batu pada meatus uretra eksternum atau fossa

pedikularis dapat diambil dengan forcep setelah terlebih dahulu dilakukan pelebaran meatus

uretra (meatotomi), sedangkan batu kecil di uretra anterior dapat dicoba dikeluarkan dengan

melakukan lubrikasi terlebih dahulu dengan memasukan campuran jelly dan lidokain 2%

intrauretra dengan harapan batu dapat keluar dengan spontan.

Batu yang cukup besar dan berada di uretra posterior didorong dahulu ke buli-buli

kemudian dilakukan litotripsi. Untuk batu yang besar dan menempel di uretera sehingga sulit

berpindah tempat meskipun sudah di lubrikasi, mungkin perlu dilakukan uretrolitotomi atau

dihancurkan dengan pemecah batu transuretra.

Purnomo, B. Basuki, Dasar-dasar Urologi , cetakan II, CV. Infomedika, Jakarta, 2003

Page 11: PEMBAHASAN OPTIE

Fisiologi Sistem Perkemihan.

1. Definisi

Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan

darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan

menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi

oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).

Susunan sistem perkemihan terdiri dari: a) dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin, b)

dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih), c) satu vesika

urinaria (VU), tempat urin dikumpulkan, dan d) satu urethra, urin dikeluarkan dari vesika

urinaria.

2.  Ginjal (Ren)

Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum pada kedua sisi

vertebra thorakalis ke 12 sampai vertebra lumbalis ke-3. Bentuk ginjal seperti biji kacang.

Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri, karena adanya lobus hepatis dexter yang

besar.

3. Fungsi ginjal

Fungsi ginjal adalah a) memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis

atau racun, b) mempertahankan suasana keseimbangan cairan, c) mempertahankan

keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan d) mengeluarkan sisa-sisa

metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak.

Page 12: PEMBAHASAN OPTIE

4. Proses pembentukan urin

Tahap pembentukan urin.

a. Proses Filtrasi ,di glomerulus.

Terjadi penyerapan darah, yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein.

Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowmen yang terdiri dari glukosa, air,

sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke tubulus ginjal. cairan yang di

saring disebut filtrate gromerulu

b. Proses Reabsorbsi.

Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glikosa, sodium,

klorida, fospat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif (obligator

reabsorbsi) di tubulus proximal. sedangkan pada tubulus distal terjadi kembali

penyerapan sodium dan ion bikarbonat bila diperlukan tubuh. Penyerapan terjadi

secara aktif (reabsorbsi fakultatif) dan sisanya dialirkan pada papilla renalis.

c. Proses sekresi.

Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal dialirkan ke papilla renalis

selanjutnya diteruskan ke luar.

5. Ureter.

Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke vesika urinaria.

Panjangnya ± 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak pada rongga

abdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis.

Lapisan dinding ureter terdiri dari:

Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)

Lapisan tengah lapisan otot polos.

 Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa

Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltic yang mendorong urin

masuk ke dalam kandung kemih.

Untuk kepentingan radiologi dan pembedahan, ureter dibagi dua yaitu:

Ureter pars abdominalis, yaitu yang berada dari pelvis renalis sampai menyilang vasa

iliaka

Ureter pars pelvika, yaitu mulai dari persilangan vasa ilika sampai masuk buli-buli.

Disamping itu radiologis membagi ureter menjadi 3 bagian yaitu:

Ureter 1/3 proksimal (mulai dari pelvis renalis sampai batas atas sakrum)

Ureter 1/3 medial ( mulai dari batas atas sakrum sampai batas bawah sakrum)

Ureter 1/3 distal (mulai dari batas bawah sakrum sampai msauk ke buli-buli)

Page 13: PEMBAHASAN OPTIE

6.  Vesika Urinaria (Kandung Kemih).

Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk seperti buah pir

(kendi). letaknya d belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul. Vesika urinaria dapat

mengembang dan mengempis seperti balon karet.

Dinding kandung kemih terdiri dari:

a. Lapisan sebelah luar (peritoneum).

b. Tunika muskularis (lapisan berotot).

c. Tunika submukosa.

d. Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).

7. Uretra,

Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang berfungsi

menyalurkan air kemih ke luar.

Pada laki-laki panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm, terdiri dari:

a. Urethra pars Prostatica

b.  Urethra pars membranosa ( terdapat spinchter urethra externa)

c.  Urethra pars spongiosa.

Urethra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm (Taylor), 3-5 cm (Lewis). Sphincter

urethra terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan urethra disini hanya

sebagai saluran ekskresi.

Dinding urethra terdiri dari 3 lapisan:

a. Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari Vesika urinaria mengandung

jaringan elastis dan otot polos. Sphincter urethra menjaga agar urethra tetap tertutup.

b. Lapisan submukosa, lapisan longgar mengandung pembuluh darah dan saraf.

c. Lapisan mukosa.

Page 14: PEMBAHASAN OPTIE

Scanlon,Valerie C dan Sanders Tina. BUKU AJAR ANATOMI & FISIOLOGI. Jakarta :EGC. 2006.