PEMBAHASAN OPTIE
-
Upload
optie-ardha-phoenix -
Category
Documents
-
view
222 -
download
5
description
Transcript of PEMBAHASAN OPTIE
PEMBAHASAN BAGIAN OPTIE (yang beda uretrolitiasis doang.tapi yang lain sama)
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Timbulnya batu
Terbentuknya batu secara garis besar dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
1. Faktor Intrinsik
Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam individu sendiri. Termasuk
faktor intrinsik adalah umur, jenis kelamin, keturunan, riwayat keluarga.
a. Heriditer/ Keturunan
Salah satu penyebab batu ginjal adalah faktor keturunan misalnya Asidosis
tubulus ginjal (ATG). ATG menunjukkan suatu gangguan ekskresi H+ dari
tubulus ginjal atau kehilangan HCO3 dalam air kemih, akibatnya timbul asidosis
metabolik. Riwayat BSK bersifat keturunan, menyerang beberapa orang dalam
satu keluarga. Penyakit-penyakit heriditer yang menyebabkan BSK antara lain:
1) Dent’s disease yaitu terjadinya peningkatan 1,25 dehidroksi vitamin D
sehingga penyerapan kalsium di usus meningkat, akibat hiperkalsiuria,
proteinuria, glikosuria, aminoasiduria dan fosfaturia yang akhirnya
mengakibatkan batu kalsium oksalat dan gagal ginjal.
2) Sindroma Barter, pada keadaan ini terjadi poliuria, berat jenis air kemih
rendah hiperkalsiuria dan nefrokalsinosis.
b. Umur
BSK banyak terdapat pada golongan umur 30-60 tahun. Hasil penelitian yang
dilakukan terhadap penderita BSK di RS DR Kariadi selama lima tahun (1989-
1993), frekuensi terbanyak pada dekade empat sampai dengan enam.
c. Jenis kelamin
Kejadian BSK berbeda antara laki-laki dan wanita. Pada laki-laki lebih sering
terjadi dibanding wanita 3:141. Khusus di Indonesia angka kejadian BSK yang
sesuangguhnya belum diketahui, tetapi diperkirakan paling tidak terdapat 170.000
kasus baru per tahun. Serum testosteron menghasilkan peningkatan produksi
oksalat endogen oleh hati. Rendahnya serum testosteron pada wanita dan anak-
anak menyebabkan rendahnya kejadan batu saluran kemih pada wanita dan anak-
anak.
2. Faktor Ekstrinsik
Faktor ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari lingkungan luar individu seperti
geografi, iklim, serta gaya hidup seseorang.
a. Geografi
Prevalensi BSK tinggi pada mereka yang tinggal di daerah pegunungan, bukit
atau daerah tropis. Letak geografi menyebabkan perbedaan insiden batu saluran
kemih di suatu tempat dengan tempat yang lain. Faktor geografi mewakili salah
satu aspek lingkungan seperti kebiasaan makan di suatu daerah, temperatur,
kelembaban yang sangat menentukan faktor intrinsik yang menjadi predisposisi
BSK.
b. Faktor Iklim dan cuaca
Faktor iklim dan cuaca tidak berpengaruh secara langsung namun ditemukan
tingginya batu saluran kemih pada lingkungan bersuhu tinggi. Selama musim
panas banyak ditemukan BSK. Temperatur yang tinggi akan meningkatkan
keringat dan meningkatkan konsentrasi air kemih. Konsentrasi air kemih yang
meningkat akan meningkatkan pembentukan kristal air kemih. Pada orang yang
mempunyai kadar asam urat tinggi akan lebih berisiko terhadap BSK
c. Jumlah air yang diminum
Dua faktor yang berhubungan dengan kejadian BSK adalah jumlah air yang
diminum dan kandungan mineral yang berada di dalam air minum tersebut.
Pembentukan batu juga dipengaruhi oleh faktor hidrasi. Pada orang dengan
dehidrasi kronik dan asupan cairan kurang memiliki risiko tinggi terkena BSK.
Dehidrasi kronik menaikkan gravitasi air kemih dan saturasi asam urat sehingga
terjadi penurunan pH air kemih. Pengenceran air kemih dengan banyak minum
menyebabkan peningkatan koefisien ion aktif setara dengan proses kristalisasi air
kemih. Banyaknya air yang diminum akan mengurangi rata-rata umur
kristalpembentuk batu saluran kemih dan mengeluarkan komponen tersebut dalam
air kemih. Diusahakan agar keseimbangan air dalam tubuh Kandungan mineral
dalam air salah satu penyebab BSK. Air yang mengandung sodium karbonat
seperti pada soft drink penyebab terbesar timbulnyabatu saluran kemih. Air sangat
penting dalam proses pembentukan BSK. Apabila seseorang kekurangan air
minum maka dapat terjadi supersaturasi bahan pembentuk BSK. Hal ini dapat
menyebabkan terjadinya BSK. Pada penderita dehidrasi kronik pH air kemih
cenderung turun, berat jenis air kemih naik, saturasi asam urat naik dan
menyebabkan penempelan kristal asam urat. Alkohol banyak mengandung
kalsium oksalat dan guanosin yang pada metabolisme diubah menjadi asam urat.
Peminum alkohol kronis biasanya menderita hiperkalsiuria dan hiperurikosuria
akan meningkatkan kemungkinan terkena batu kalsium oksalat.
d. Diet/Pola makan
Diperkirakan diet sebagai faktor penyebab terbesar terjadinya batu saluran kemih.
Diet berbagai makanan dan minuman mempengaruhi tinggi rendahnya jumlah air
kemih dan substansi pembentukan batu yang berefek signifikan dalam terjadinya
BSK. Bila dikonsumsi berlebihan maka kadar kalsium dalam air kemih akan naik,
pH air kemih turun, dan kadar sitrat air kemih juga turun. Diet yang dimodifikasi
terbukti dapat mengubah komposisi air kemih dan risiko pembentukan batu
melalui pengukuran tebal lemak bawah kulit.
e. Jenis pekerjaan
Kejadian BSK lebih banyak terjadi pada pegawai administrasi dan orang-orang
yang banyak duduk dalam melakukan pekerjaannya karena mengganggu proses
metabolisme tubuh1.
f. Stres
Diketahui pada orang-orang yang menderita stres jangka panjang, dapat
meningkatkan kemungkinan terjadinya batu saluran kemih. Secara pasti mengapa
stres dapat menimbulkan batu saluran kemih belum dapat ditentukan secara pasti.
Tetapi, diketahui bahwa orang-orang yang stres dapat mengalami hipertensi, daya
tahan tubuh rendah, dan kekacauan metabolisme yang memungkinkan kenaikan
terjadinya BSK.
g. Olah raga
Secara khusus penelitian untuk mengetahui hubungan antara olah raga dan
kemungkinan timbul batu belum ada, tetapi memang telah terbukti BSK jarang
terjadi pada orang yang bekerja secara fisik dibanding orang yang bekerja di
kantor dengan banyak duduk.
h. Kegemukan (Obesitas)
Obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan peningkatan lemak tubuh baik
diseluruh tubuh maupun di bagian tertentu. Obesitas dapat ditentukan dengan
pengukuran antropometri seperti IMT, distribusi lemak tubuh/ persen leamk tubuh
melalui pengukurang tebal lemak bawah kulit. Dikatakan obese jika IMT ≥ 25
kg/m2. Pada penelitian kasus batu kalsium oksalat yang idiopatik didapatkan
59,2% terkena kegemukan. Pada laki-laki yang berat badannya naik 15,9 kg dari
berat badan waktu umur 21 tahun mempunyai RR 1,39. Pada wanita yang berat
badannya naik 15,9 kg dari berat waktu berumur 18 tahun, RR 1,7. Hal ini
disebabkan pada orang yang gemuk pH air kemih turun, kadar asam urat, oksalat
dan kalsium naik.
i. Kebiasaan menahan buang air kemih
Kebiasaan menahan buang air kemih akan menimbulkan stasis air kemih yang
dapat berakibat timbulnya Infeksi Saluran Kemih (ISK). ISK yang disebabkan
kuman pemecah urea sangat mudah menimbulkan jenis batu struvit. Selain itu
dengan adanya stasis air kemih maka dapat terjadi pengendapan kristal.
j. Tinggi rendahnya pH air kemih
Hal lain yang berpengaruh terhadap pembentukan batu adalah pH air kemih ( pH
5,2 pada batu kalsium oksalat).
nur lina. Faktor-faktor risiko kejadian Batu Saluran Kemih Pada Laki-Laki.
(Tesis). Magister Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas
Diponegoro Semarang. 2008.
Infeksi saluran kemih (ISK)
Definisi Novi Pratika Wilianti.
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang terjadi pada saluran kemih
(mencakup organ-organ saluran kemih, yaitu ginjal,ureter, kandung kemih, dan uretra). ISK
adalah istilah umum yang menunjukkan keberadaan mikroorganisme dalam urin. Walaupun
terdiri dari berbagai cairan, garam, dan produk buangan, biasanya urin tidak mengandung
bakteri. Jika bakteri menuju kandung kemih atau ginjal dan berkembang biak dalam urin,
terjadilah ISK.
Jenis ISK yang paling umum adalah infeksi kandung kemih yang sering juga disebut
sebagai sistitis. Bakteriuria : adanya bakteri dalam urin, yang berasal dari saluran kemih, dan
tidak berasal dari vagina ataupun prepusium. Bakteriuria bermakna : bakteriuria bermakna
menunjukkan pertumbuhan mikroorganisme lebih dari 105 colony forming units (cfu/ml)
pada biakan urin. Bakteriuria dapat dijumpai tanpa piuria, dan dapat memberikan gejala
ataupun tidak. Untuk mendeteksi kepastian adanya bakteri pada urin maka dilakukan
screening bakteriuria. Screening bakteriuria ini merupakan diagnosa yang dapat digunakan
untuk menegakkan kasus ISK, yaitu ISK dikatakan positif apabila didapatkan bakteri
sejumlah 105 bakteri/ml urin (bakteriuria bermakna). �
Infeksi Saluran Kemih (ISK) Atas meliputi Pielonefritis Akut dan Pielonefritis
Kronis. Pielonefritis akut adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang disebabkan infeksi
bakteri. Pielonefritis kronis mungkin akibat lanjut dari infeksi bakteri berkepanjangan atau
infeksi sejak masa kecil.
Etiologi Novi Pratika Wilianti.
Mikroorganisme yang sering menyebabkan ISK antara lain. Escherichia coli
(merupakan mikroorganisme yang paling seringdiisolasi dari pasien dengan infeksi
simtomatik maupun asimtomatik),Proteus sp, Klebsiella sp, Enterobacter sp, Citrobacter sp.
Infeksi yang disebabkan Pseudomonas sp dan mikroorganisme lainnya seperti
Staphylococcus jarang dijumpai kecuali pasca kateterisasi. Mikroorganisme lain yang
kadang-kadang dijumpai sebagai penyebab ISK adalah Chlamydia dan Mycoplasma. Hampir
semua ISK disebabkan invasi mikroorganisme asending dari uretra/sistem reproduksi atau
hubungan seksual (sexual transmitted disease) ke dalam kandung kemih, dan pada beberapa
pasien mikroorganisme dapat mencapai ginjal. Proses invasi mikroorganisme hematogen
sangat jarang ditemukan, kemungkinan merupakan akibat lanjut dari bakteriemia. Ginjal
diduga merupakan lokasi infeksi sebagai akibat lanjut septikemi atau endokarditis akibat
Staphylococcus aureus. Beberapa peneliti melaporkan Pielonefritis Akut sebagai akibat lanjut
invasi hematogen dari infeksi sistemik bakteri gram negatif. Obstruksi saluran kemih dan
refluks vesikoureter dengan atau tanpa bakteriuria kronis sering diikuti pembentukkan
jaringan ikat parenkim ginjal yang ditandai pielonefritis kronis yang spesifik.
Manifestasi Klinis Novi Pratika Wilianti.
Presentasi klinis/gejala klinis Pielonefritis Akut (PNA) antara lain panas/demam
tinggi (39,5-40,5C), disertai menggigil dan sakit pinggang. Presentasi klinis PNA ini sering
didahului gejala ISK bawah (sistitis).
Presentasi klinis ISK bawah (sistitis) antara lain rasa sakit/nyeri pada daerah
suprapubik, disuria (rasa terbakar/nyeri pada waktu berkemih), frekuensi (sering kencing),
polakisuria (anyang-anyangen), nokturia (kencing di malam hari >1x), hematuria (adanya
darah dalam urin/urin berwarna merah), urin berwarna keruh. Presentasi klinis SUA
(Sindrom Uretra Akut) sulit dibedakan dengan sistitis. Presentasi klinis SUA sangat sedikit
(hanya disuria dan sering kencing) disertai bakteriuria <105 cfu/ml urin, sering disebut sistitis
abakterialis.
Diagnosis ISK ditegakkan berdasarkan gejala/manifestasi klinis (dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik) dan berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium. Setelah seorang dokter
menentukan diagnosis infeksi pada pasien berdasarkan gejala klinis, dokter dapat memulai
terapi antibiotik sementara sebelum diperoleh hasil pemeriksaan laboratorium mikrobiologik
yang dilakukan untuk mengetahui bakteri penyebab infeksi pada pasien tersebut serta
kepekaan bakteri tersebut terhadap antibiotik.
Patofisiologi ISK Sukandar E.
Pada individu normal, biasanya laki-laki maupun perempuan urin selalu steril karena
dipertahankan jumlah dan frekuensi kencing. Utero distal merupakan tempat kolonisasi
mikroorganisme nonpathogenic fastidious Gram-positive dan gram negative. Hampir semua
ISK disebabkan invasi mikroorganisme asending dari uretra ke dalam kandung kemih. Pada
beberapa pasien tertentu invasi mikroorganisme dapat mencapai ginjal. Proses ini,
dipermudah refluks vesikoureter. Proses invasi mikroorganisme hematogen sangat jarang
ditemukan di klinik, mungkit akibat lanjut dari bakteriema. Ginjal diduga merupakan lokasi
infeksi sebagai akibat lanjut septikemi atau endokarditis akibat Stafilokokus aureus. Kelainan
ginjal yang terkait dengan endokarditis (Stafilokkokus aureus) dikenal Nephritis Lohein.
Beberapa penelitian melaporkan pielonefritis akut (PNA) sebagai akibat lanjut invasi
hematogen.
Terapi Sukandar E.& Novi Pratika Wilianti.
Terapi ini disebut dengan terapi empirik/terapi dugaan berdasar dugaan terbaik (best
guess/educated guess). Terapi empirik yaitu terapi yang dimulai pada anggapan infeksi yang
berdasarkan pengalaman luas dengan situasi klinik yang sama dibandingkan informasi
spesifik tentang penyakit pasien. Prinsip dasar terapi empirik adalah bahwa pengobatan
infeksi sebaiknya dilakukan sedini mungkin. Penundaan pemberian antibiotik sampai
mendapatkan hasil kultur bakteri dan tes kepekaan bakteri terhadap antibiotik (biasanya 1-3
hari) dapat menyebabkan pasien mengalami penyakit yang serius atau kematian, terutama
pada infeksi berat seringkali harus segera diberikan terapi antibiotik sementara sebelum
diperoleh hasil pemeriksaan mikrobiologik. Pemilihan ini didasarkan pada pengalaman
empiris yang rasional berdasarkan perkiraan etiologi yang paling mungkin serta antibiotik
terbaik untuk infeksi tersebut (educated guess). Selain itu pemilihan antibiotik berdasarkan
educated guess dapat dilakukan bila pemeriksaan mikrobiologik tidak dapat dikerjakan
dengan alasan tertentu
Tabel 1. Terapi Empirik Berdasarkan Educated Guess
Jenis Infeksi Pilihan Antibiotik Infeksi Saluran Kemih
- Sisititis akut Ampisilin, trimetoprim, kotrimoksazol,
fluorokuinolon
-Pielonefritis akut Kotrimoksazol, sefalosporin generasi ketiga,
aminoglikosida, fluorokuinolon, aztreonam,
amoksisilin-kalium klavulanat
-Prostatitis akut Kotrimoksazol, fluorokuinolon,
aminoglikosida + ampisilin parenteral
-Prostatitis Kronis Kotrimoksazol, fluorokuinolon,
trimetoprim
a) Infeksi saluran kemih bawah Prinsip manajemen ISK bawah meliputi intake cairan yang banyak, antibiotika yang
adekuat, dan kalau perlu terapi asimtomatik untuk alkalinisasi urin:
Hampir 80% pasien akan memberikan respon setelah 48jam dengan antibiotika tunggal; seperti ampisilin 3 gram, trimetoprim 100 mg tiap 12 jam Trimetoprim juga ditemukan dalam kadar terapi pada sekret prostat dan efektif untukpengobatan infeksi prostat.
Bila infeksi menetap disertai kelainan urinalisi (lekositoria) diperlukan terapi
konvensional selama 5-10 hari
Pemeriksaan mikroskopik urin dan biakan urin tidak diperlukan bila semua gejala
hilang dan tanpa lekositoria.
Reinfeksi berulang (frequent re-infection)
Disertai faktor predisposisi. Terapi antimikroba yang intensif diikuti koreksi
faktor resiko.
Tanpa faktor predisposisi
Asupan cairan banyak
Cuci setelah melakukan senggama diikuti terapi antimikroba takaran tunggal
(misal trimetroprim 200mg) Terapi antimikroba jangka lama sampai 6 bulan.
Sindroma uretra akut (SUA). Pasien dengan SUA dengan hitungan kuman
103-105.
a. Infeksi saluran kemih atas
Memerlukan antibiotika yang adekuat. Infeksi klamidia memberikan hasil yang baik
dengan tetrasiklin. Infeksi disebabkan MO anaerobic diperlukan antimikroba yang
serasi, misal golongan kuinolon. Fluorokuinolon (siprofloksasin, ofloksasin,
norfloksasin, dll) efektif untuk ISK dengan atau tanpa penyulit, termasuk yang
disebabkan oleh kuman-kuman yang multiresisten dan P. aeruginosa. Siprofloksasin,
norfloksasin, dan ofloksasin dapat mencapai kadar yang cukup tinggi di jaringan prostat
dan dapat digunakan untuk terapi prostatitis bakterial akut maupun kronis.
Fluorokuinolon diserap dengan baik pada pemberian peroral. Siprofloksasin tablet 500
mg atau norfloksasin tablet 400 mg diberikan per oral 2 kali sehari efektif untuk infeksi
saluran kemih. Selain itu, beberapa fluorokuinolon seperti siprofloksasin, ofloksasin dapat
diberikan secara parenteral / intravena sehingga dapat digunakan untuk penanggulangan
infeksi berat khususnya yang disebabkan oleh kuman Gram negatif. Dosis siprofloksasin
parenteral yaitu 2 kali 200-400 mg intravena.
Pielonefritis akut. Pada umumnya pasien dengan pielonefritis akut memerlukan
rawat inap untuk memlihara status hidrasi dan terapi antibiotika parenteral paling
sedikit 48 jam. Indikasi rawat inap pielonefritis akut adalah seperti berikut:
Kegagalan mempertahankan hidrasi normal atau toleransi terhadap antibiotika
oral.
Pasien sakit berat atau debilitasi.
Terapi antibiotika oral selama rawat jalan mengalami kegagalan.
Diperlukan invesstigasi lanjutan.
Faktor predisposisi untuk ISK tipe berkomplikasi.
Komorbiditas seperti kehamilan, diabetes mellitus, usia lanjut.
The Infection Disease of America menganjurkan satu dari tiga alternatif terapi
antibiotik IV sebagai terapi awal selama 48-72jam sebelum diketahui MO sebagai
penyebabnya yaitu fluorokuinolon, amiglikosida dengan atau tanpa ampisilin dan
sefalosporin dengan spectrum luas dengan atau tanpa aminoglikosida.
Kotrimoksazol (trimetoprim-sulfametoksazol) tampaknya merupakan obat pilihan
untuk ISK dengan komplikasi, dan juga untuk prostatitis. Dosis yang digunakan untuk
dewasa yaitu 2 tablet biasa (trimetoprim 80 mg + sulfametoksazol 400 mg) tiap 12 jam13,19
atau 1tablet forte (trimetoprim 160 mg + sulfametoksazol 800 mg) tiap 12 jam dapat efektif
pada infeksi berulang pada saluran kemih bagian atas atau bawah serta efektif untuk
prostatitis.13 Dua tablet per hari mungkin cukup untuk menekan dalam waktu lama ISK yang
kronik, dan separuh tablet biasa 3 kali seminggu untuk berbulan-bulan dapat berlaku sebagai
pencegahan ISK yang berulang-ulang pada beberapa wanita.
Untuk pemberian intravena tersedia sediaan infus yang mengandung 80 mg
trimetoprim dan 400 mg sulfametoksazol per 5 ml, dilarutkan dalam 125 ml dekstrosa 5%
dalam air, dapat diberikan dalam infus selama 60-90 menit. Hal ini diindikasikan untuk ISK
bila pasien tidak dapat menerima obat melalui mulut. Orang dewasa dapat diberikan 6-12
ampul 5 ml dalam 3 atau 4 dosis terbagi per hari.13 Pada pasien dengan gagal ginjal,
diberikan dosis biasa bila klirens kreatinin > 30 ml/menit, bila klirens kreatinin 15-30
ml/menit dosis 2 tablet diberikan setiap 24 jam, dan bila klirens kreatinin < 15 ml/menit obat
ini tidak boleh diberikan.19
Ampisilin bermanfaat pada infeksi kuman Gram negatif yang sensitif terhadap obat
ini, misalnya infeksi saluran kemih oleh E. coli dan P. mirabilis, serta infeksi oleh H.
vaginalis. Dosis ampisilin tergantung dari beratnya penyakit, fungsi ginjal dan umur pasien.
Untuk dewasa dengan penyakit ringan sampai sedang diberikan 2-4 g sehari, dibagi untuk 4
kali pemberian, sedangkan untuk penyakit berat sebaiknya diberikan preparat parenteral
sebanyak 4-8 g sehari.
Amoksisilin-kalium klavulanat diindikasikan untuk infeksi saluran kemih berulang
pada anak dan dewasa oleh E. coli dan kuman pathogen lain yang mmproduksi
betalaktamase, yang tidak dapat diatasi oleh kotrimoksazol, kuinolon atau sefalosporin oral.
Dosis amoksisilinklavulanat per oral untuk dewasa dan anak berat > 40 kg ialah 250 mg-125
mg tiap 8 jam. Untuk penyakit berat dosis 500 mg-125 mg tiap 8 jam. Untuk anak berat < 40
kg dosis amoksisilin 20 mg/kg/hari, dosis klavulanat disesuaikan dengan dosis amoksisilin.
Sukandar E. Infeksi saluran kemih pada pasien dewasa dalam Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi IV. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2007.
Novi Pratika Wilianti. Rasionalitas Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Infeksi Saluran
Kemih Pada Bangsal Penyakit Dalam RSUP DR. Kariadi Semarang Tahun 2008. (Skripsi).
Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro Semarang. 2009.
URETROLITIASIS
Definisi
Batu uretra biasanya berasal dari batu ginjal/batu ureter yang turun ke buli-buli, kemudian
masuk ke uretra. Batu uretra yang merupakan batu primer terbentuk di uretra sangat jarang,
kecuali terbentuk di dalam divertikel uretra.
Manifestasi Klinis
Keluhan yang biasanya disampaikan pasien adalah miksi tiba-tiba terhenti sehingga terjadi
retensi urin, yang sebelumnya didahului dengan nyeri pinggang. Jika batu berasal dari ureter
yang turun ke buli-buli kemudian ke uretra, biasanya pasien mengeluh nyeri pinggang
sebelum kesulitan miksi.batu yang terdapat di uretra anterior seringkali dapat diraba oleh
pasien berupa benjolan keras di uretra pars bulbosa maupun pendularis, atau kadang-kadang
tampak di meatus uretra eksterna. Nyeri dirasakan pada glands penis atau pada tempat batu
berada. Batu yang berada pada uretra posterior, nyeri dirasakan di perineum atau rektum.
Terapi
Tindakan untuk mengeluarkan batu tergantung pada posisi, ukuran, dan bentuk batu.
Seringkali batu yang ukurannya tidak terlalu besar dapat keluar spontan asalkan tidak ada
kelainan atau penyempitan pada uretra. Batu pada meatus uretra eksternum atau fossa
pedikularis dapat diambil dengan forcep setelah terlebih dahulu dilakukan pelebaran meatus
uretra (meatotomi), sedangkan batu kecil di uretra anterior dapat dicoba dikeluarkan dengan
melakukan lubrikasi terlebih dahulu dengan memasukan campuran jelly dan lidokain 2%
intrauretra dengan harapan batu dapat keluar dengan spontan.
Batu yang cukup besar dan berada di uretra posterior didorong dahulu ke buli-buli
kemudian dilakukan litotripsi. Untuk batu yang besar dan menempel di uretera sehingga sulit
berpindah tempat meskipun sudah di lubrikasi, mungkin perlu dilakukan uretrolitotomi atau
dihancurkan dengan pemecah batu transuretra.
Purnomo, B. Basuki, Dasar-dasar Urologi , cetakan II, CV. Infomedika, Jakarta, 2003
Fisiologi Sistem Perkemihan.
1. Definisi
Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan
darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan
menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi
oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
Susunan sistem perkemihan terdiri dari: a) dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin, b)
dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih), c) satu vesika
urinaria (VU), tempat urin dikumpulkan, dan d) satu urethra, urin dikeluarkan dari vesika
urinaria.
2. Ginjal (Ren)
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum pada kedua sisi
vertebra thorakalis ke 12 sampai vertebra lumbalis ke-3. Bentuk ginjal seperti biji kacang.
Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri, karena adanya lobus hepatis dexter yang
besar.
3. Fungsi ginjal
Fungsi ginjal adalah a) memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis
atau racun, b) mempertahankan suasana keseimbangan cairan, c) mempertahankan
keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan d) mengeluarkan sisa-sisa
metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak.
4. Proses pembentukan urin
Tahap pembentukan urin.
a. Proses Filtrasi ,di glomerulus.
Terjadi penyerapan darah, yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein.
Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowmen yang terdiri dari glukosa, air,
sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke tubulus ginjal. cairan yang di
saring disebut filtrate gromerulu
b. Proses Reabsorbsi.
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glikosa, sodium,
klorida, fospat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif (obligator
reabsorbsi) di tubulus proximal. sedangkan pada tubulus distal terjadi kembali
penyerapan sodium dan ion bikarbonat bila diperlukan tubuh. Penyerapan terjadi
secara aktif (reabsorbsi fakultatif) dan sisanya dialirkan pada papilla renalis.
c. Proses sekresi.
Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal dialirkan ke papilla renalis
selanjutnya diteruskan ke luar.
5. Ureter.
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke vesika urinaria.
Panjangnya ± 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak pada rongga
abdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari:
Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
Lapisan tengah lapisan otot polos.
Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltic yang mendorong urin
masuk ke dalam kandung kemih.
Untuk kepentingan radiologi dan pembedahan, ureter dibagi dua yaitu:
Ureter pars abdominalis, yaitu yang berada dari pelvis renalis sampai menyilang vasa
iliaka
Ureter pars pelvika, yaitu mulai dari persilangan vasa ilika sampai masuk buli-buli.
Disamping itu radiologis membagi ureter menjadi 3 bagian yaitu:
Ureter 1/3 proksimal (mulai dari pelvis renalis sampai batas atas sakrum)
Ureter 1/3 medial ( mulai dari batas atas sakrum sampai batas bawah sakrum)
Ureter 1/3 distal (mulai dari batas bawah sakrum sampai msauk ke buli-buli)
6. Vesika Urinaria (Kandung Kemih).
Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk seperti buah pir
(kendi). letaknya d belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul. Vesika urinaria dapat
mengembang dan mengempis seperti balon karet.
Dinding kandung kemih terdiri dari:
a. Lapisan sebelah luar (peritoneum).
b. Tunika muskularis (lapisan berotot).
c. Tunika submukosa.
d. Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).
7. Uretra,
Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang berfungsi
menyalurkan air kemih ke luar.
Pada laki-laki panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm, terdiri dari:
a. Urethra pars Prostatica
b. Urethra pars membranosa ( terdapat spinchter urethra externa)
c. Urethra pars spongiosa.
Urethra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm (Taylor), 3-5 cm (Lewis). Sphincter
urethra terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan urethra disini hanya
sebagai saluran ekskresi.
Dinding urethra terdiri dari 3 lapisan:
a. Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari Vesika urinaria mengandung
jaringan elastis dan otot polos. Sphincter urethra menjaga agar urethra tetap tertutup.
b. Lapisan submukosa, lapisan longgar mengandung pembuluh darah dan saraf.
c. Lapisan mukosa.
Scanlon,Valerie C dan Sanders Tina. BUKU AJAR ANATOMI & FISIOLOGI. Jakarta :EGC. 2006.