pembahasan piutang

27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan mempunyai berbagai kegiatan usaha seperti kegiatan utama atau operasional perusahaan dan kegiatan yang diluar operasionalnya. Perusahaan harus mengelola kegiatan tersebut dengan baik agar tidak menghambat kegiatan yang lain. Salah satu kegiatan operasional perusahaan adalah penjualan barang dan jasa, baik yang dilakukan secara tunai atau kredit yang sesuai dengan perjanjian. Perjanjian jual beli lahir dan mengikat setelah ada kata sepakat mengenai harga dan barang walaupun belum dilakukan penyerahan barang dan pembayaran harga. Jika dilakukan secara tunai maka perusahaan tersebut akan langsung menikmati keuntungannya tetapi jika dilakukan secara kredit maka perusahaan tersebut akan mempunyai piutang atau tagihan yang harus menggunakan manajemen yang baik secara efektif dan efisien agar piutang tersebut dapat ditagih sesuai dengan harapan. Pengelolaan piutang perusahaan harus dilakukan dengan baik karena piutang tersebut merupakan sumber pendapatan perusahaan yang tertunda dan merupakan hal yang sangat sensitive untuk dibicarakan karena sebagian besar dana perusahaan dialokasikan dalam bentuk piutang dan pengelolaan yang baik dapat memberikan kesan yang positif terhadap perusahaan dalam kualitas manajemennya. Bagi sebagian besar perusahaan, piutang merupakan pos yang penting karena merupakan bagian aktiva lancar perusahaan | 1

description

piutang

Transcript of pembahasan piutang

Page 1: pembahasan piutang

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap perusahaan mempunyai berbagai kegiatan usaha seperti kegiatan utama atau

operasional perusahaan dan kegiatan yang diluar operasionalnya. Perusahaan harus

mengelola kegiatan tersebut dengan baik agar tidak menghambat kegiatan yang lain. Salah

satu kegiatan operasional perusahaan adalah penjualan barang dan jasa, baik yang dilakukan

secara tunai atau kredit yang sesuai dengan perjanjian. Perjanjian jual beli lahir dan mengikat

setelah ada kata sepakat mengenai harga dan barang walaupun belum dilakukan penyerahan

barang dan pembayaran harga. Jika dilakukan secara tunai maka perusahaan tersebut akan

langsung menikmati keuntungannya tetapi jika dilakukan secara kredit maka perusahaan

tersebut akan mempunyai piutang atau tagihan yang harus menggunakan manajemen yang

baik secara efektif dan efisien agar piutang tersebut dapat ditagih sesuai dengan harapan.

Pengelolaan piutang perusahaan harus dilakukan dengan baik karena piutang tersebut

merupakan sumber pendapatan perusahaan yang tertunda dan merupakan hal yang sangat

sensitive untuk dibicarakan karena sebagian besar dana perusahaan dialokasikan dalam

bentuk piutang dan pengelolaan yang baik dapat memberikan kesan yang positif terhadap

perusahaan dalam kualitas manajemennya.

Bagi sebagian besar perusahaan, piutang merupakan pos yang penting karena

merupakan bagian aktiva lancar perusahaan yang cukup besar. Untuk beberapa perusahaan

jasa, persentasenya bahkan lebih tinggi. Transaksi yang paling umum menciptakan piutang

ialah penjualan barang atau jasa secara kredit. Piutang yang timbul dari penjualan semacam

itu biasanya diklasifikasikan sebagai piutang usaha. Istilah piutang (Receivable) meliputi

semua hak atau klaim perusahaan untuk menerima kas dimasa yang akan datang karena

peristiwa dimasa lalu.

Piutang disusun dalam laporan keuangan dimana kondisi keuangan suatu perusahaan

sangat menentukan kelancaran kegiatan pembiayaan dari perusahaan tersebut dan mengukur

kinerja perusahaan. Untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan dapat dilihat dari

laporan keuangan perusahaan setiap periodenya. Menurut Munawir (2004 : 2) ”laporan

keuangan pada dasarnya adalah hasil dan proses akuntansi yang dapat dipergunakan sebagai

alat untuk bekomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-

pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut”.

| 1

Page 2: pembahasan piutang

Piutang yang dimiliki oleh perusahaan pada dasarnya harus dibiayai oleh perusahaan,

karena dengan adanya piutang maka ada sebagian dana perusahaan yang terikat pada piutang,

dimana pada umumnya dana ini tidak produktif bahkan menanggung resiko. Makalah ini

menjelaskan mengenai Audit terhadap Siklus Pendapatan: Pengujian Substantif terhadap

Saldo Piutang Usaha, diharapkan makalah ini kelak akan menjadi referensi pembaca.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian di atas timbul beberapa pokok permasalahan berkaitan dengan Audit

terhadap siklus pendapatan: pengujian substantif terhadap saldo piutang usaha, yaitu:

1. Apa yang dimaksud dengan piutang?

2. Bagaimana Prinsip Akuntansi Berterima Umum terhadap penyajian substantif piutang

terhadap saldo piutang usaha?

3. Apa saja tujuan pengujian substantif piutang dalam saldo piutang usaha?

4. Apa saja dokumen – dokumen dan catatan-catatan terkait dengan piutang?

5. Bagaimana cara pencatatan piutang dalam pengujian substantif terhadap saldo piutang

usaha?

6. Bagaimanakah prosedur audit piutang dalam pengujian substantif terhadap saldo

piutang usaha?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum:

Merupakan tugas dari mata kuliah Auditing dan untuk melatih kemampuan seorang

mahasiswa dalam membuat makalah guna meningkatkan kemampuan mata kuliah Auditing,

serta menambah wawasan bagi mahasiswa.

1.3.2 Tujuan Khusus:

Menjelaskan bagaimana audit terhadap siklus pendapatan pengujian substantif

terhadap saldo piutang usaha yang dijelaskan dari pengertian piutang, PABU penyajian

piutang, tujuan pengujian substantif piutang, dokumen terkait dengan piutang, catatan terkait

dengan piutang, dan prosedur audit piutang .

1.4. Manfaat penulisan

Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah :

1. Bermanfaat sebagai suatu proses belajar dalam membuat makalah.

2. Dapat mengkaji lebih dalam tentang penggunaan bukti audit dalam kaitannya dengan

profesi auditor.

| 2

Page 3: pembahasan piutang

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Piutang

“Piutang merupakan klaim kepada pihak lain atas uang, barang, atau jasa yang dapat

diterima dalam jangka waktu satu tahun, atau dalam satu siklus kegiatan perusahaan”.

(Mulyadi, dkk 2002:87)

“Piutang adalah klaim terhadap pelanggan atau pihak-pihak lainnya atas uang, barang

atau jasa” (Kieso, dkk 2007:318)

“Piutang (receivable) meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak

lainnya, termasuk individu, perusahaan, atau organisasi lainnya” (Warren, dkk. 2006:404)

.

“Piutang merupakan klaim atas uang, barang dan jasa yang diharapkan akan selesai

dengan diterimanya uang tunai (kas)” (Skousen, Dkk, 2004)

“Piutang adalah penagihan yang timbul karena penjualan produk atau penyerahan jasa

dalam rangka kegiatan usaha normal perusahaan” (Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) 2004:19).

Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa Piutang merupakan hak

atau klaim kepada pihak lain atas uang, barang atau jasa dalam satu siklus kegiatan normal

perusahaan. Piutang umumnya disajikan di neraca dalam dua kelompok :

1. Piutang usaha

Yaitu usaha yang timbul dari transaksi penjualan barang atau jasa dalam kegiatan

normal perusahaan. Piutang usaha ini umumnya merupakan jumlah yang material di

neraca bila dibandingkan dengan piutang non usaha.

2. Piutang non usaha

Piutang non usaha timbul dari timbul dari transaksi selain penjualan barang dan jasa

kepada pihak luar, seperti misalnya piutang kepada pihak luar, seperti misalnya piutang

kepada karyawan, piutang penjualan saham, piutang klaim asuransi, piutang

pengembalian pajak, piutang dividen dan bunga.

| 3

Page 4: pembahasan piutang

Piutang dagang (piutang usaha) menunjukkan piutang yang timbul dari penjualan

barang-barang atau jasa-jasa yang dihasilkan perusahaan. Sedangkan piutang yang timbul

bukan dari penjualan barang-barang atau jasa yang dihasilkan perusahaan tidak termasuk

dalam kelompok piutang dagang tetapi dikelompokkan tersendiri dengan judul piutang bukan

dagang (bukan usaha). (Zaki Baridwan, Edisi 7)

2.2. Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU) dalam Penyajian Piutang Usaha di

Neraca

Prinsip akuntansi berterima umum dalam penyajian piutang di neraca yaitu:

1. Piutang usaha harus disajikan di neraca sebesar jumlah yang diperkirakan dapat ditagih

dari debitur pada tanggal neraca. Piutang usaha disajikan di neraca dalam jumlah bruto

dikurangi dengan taksiran kerugian tidak tertagihnya piutang.

2. Jika perusahaan tidak membentuk cadangan kerugian piutang usaha, harus dicantumkan

pengungkapannya di neraca bahwa saldo piutang usaha tersebut adalah jumlah bersih

(netto).

3. Jika piutang usaha bersaldo material pada tanggal neraca, harus disajikan rinciannya di

neraca.

4. Piutang usaha yang bersaldo kredit ( terdapat di dalam kartu piutang) pada tanggal

neraca, harus disajikan dalam kelompok utang lancer.

5. Jika jumlahnya material, piutang usaha nonusaha harus disajikan terpisah dari piutang

usaha.

2.3. Tujuan Pengujian Substantif Terhadap Piutang Usaha

Tujuan pengujian substantif terhadap piutang usaha adalah:

1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan

piutang usaha.

2. Membuktikan keberadaan piutang usaha dan keterjadian transaksi yang berkaitan

dengan piutang usaha yang dicantumkan di neraca.

3. Membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan akuntansi dan

kelengkapan saldo piutang usaha yang disajikan dalam neraca.

4. Membuktikan hak kepemilikan klien atas piutang usaha yang dicantumkan di neraca.

5. Membuktikan kewajaran penilaian piutang usaha yang dicantumkan di neraca.

6. Membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan piutang usaha di neraca.

| 4

Page 5: pembahasan piutang

Untuk mencapai tujuan tersebut dirancang pengujian substantif yang digolongkan ke

dalam lima kelompok: (1) Prosedur audit awal, (2) Prosedur analitik, (3) Pengujian terhadap

transaksi rinci, (4) Pengujian terhadap saldo akun rinci, (5) Verifikasi terhadap penyajian dan

pengungkapan. Kelima kelompok pengujian substantif tersebut ditujukan untuk

memverifikasi lima asersi manajemen yang terkandung dalam akun piutang usaha dan akun

penilaian lainnya: (1) keberadaan atau keterjadian, (2) kelengkapan, (3) penilaian, (4) hak

kepemilikan, dan (5) penyajian dan pengungkapan. Kerangka tujuan pengujian substantif

terhadap piutang usaha dilukiskan pada Gambar 1.1 berikut ini :

Keberadaan Hak Penyajian DanKeterjadian Kelengkapan Penilaian Kepemilikan Pengungkapan

Prosedur Audit Prosedur Pengujian terhadap Pengujian terhadap Verifikasi Awal analitik transaksi rinci saldo akun rinci pengujian dan Pengungkapan

Gambar 1.1

Kerangka Tujuan dan Prosedur Audit untuk Pengujian Substantif terhadap Piutang Usaha

| 5

Saldo akun piutang usaha dan cadangan kerugian

piutang usaha sesungguhnya

Saldo akun piutang usaha dan cadangan kerugian

piutang usaha yang disajikan dalam laporan

keuangan

Saldo akun piutang usaha dan cadangan kerugian

piutang usaha sesungguhnya

Saldo akun piutang usaha dan cadangan kerugian

piutang usaha yang disajikan dalam laporan

keuangan

Saldo akun piutang usaha dan cadangan kerugian

piutang usaha sesungguhnya

Saldo akun piutang usaha dan cadangan kerugian

piutang usaha yang disajikan dalam laporan

keuangan

Page 6: pembahasan piutang

2.4 Dokumen terkait dengan Piutang

Dokumen pokok yang digunakan sebagai dasar pencatatan ke dalam kartu piutang

adalah:

1. Faktur Penjualan

Dokumen ini digunakan sebagai dasar pencatatan timbulnya piutang dari transaksi

penjualan kredit. Dokumen ini dilampiri dengan surat muat ( bill of loading) dan surat

order pengiriman sebagai dokumen pendukung untuk mencatat transaksi penjualan

kredit.

2. Bukti Kas Masuk

Dalam pencatatan piutang, dokumen ini digunakan sebagai dasar pencatatan

berkurangnya piutang dari transaksi pelunasan piutang oleh debitur.

3. Memo kredit

Dalam pencatatan piutang, dokumen ini digunakan sebagai dasar pencatatan retur

penjualan. Dokumen ini dikeluarkan oleh Bagian Order Penjualan, dan jika dilampiri

dengan Laporan Penerimaan Barang yang dibuat oleh Bagian Penerimaan, maka

dokumen ini merupakan sumber untuk mencatat transaksi retur penjualan.

4. Bukti Memorial (jurnal voucher)

Dalam pencatatan piutang, dokumen ini digunakan sebagai dasar pencatatan

penghapusan piutang. Dokumen ini dikeluarkan oleh Bagian Kredit yang memberikan

otorisasi penghapusan piutang yang sudah tidak dapat ditagih lagi.

2.5 Catatan Terkait dengan Piutang

Catatan akuntansi yang digunakan untuk mencatat transaksi yang menyangkut piutang

adalah :

1. Jurnal Penjualan

Jurnal penjualan yaitu jurnal yang berisi semua daftar transaksi penjualan yang telah

dilaksanakan. Dalam hal ini berupa penjualan kredit.

2. Jurnal Retur Penjualan

Pengembalian timbul jika terdapat ketidak sesuaian anatara permintaan dengan barang

yang dikirim. Untuk mencatat kedua transaksi tersebut, oleh bagian penagihan dibuat

memo kredit untuk kemudian diberikan kepada bagian kredit untuk disahkan.

Pengembalian barang oleh pelanggan harus diotorisasi oleh fungsi penjualan dan

diterima oleh fungsi penerimaan.

| 6

Page 7: pembahasan piutang

3. Jurnal Umum

Jurnal umum berisikan jurnal dengan transaksi yang tidak termasuk ke dalam jurnal

khusus lainnya.

4. Jurnal Penerimaan Kas

Bagian penerimaan kas menerima cek pembayaran bersama dengan nota pengiriman

uang. Sebelum cek tersebut diuangkan, slip nota pengiriman uang dikirimkan oleh bag.

Penerimaan kas ke bag. Piutang dagang untuk dibukukan.

5. Kartu Piutang

Kartu Piutang digunakan untuk merinci rekening control piutang dalam buku besar,

atau berupa arsip faktur terbuka ( open invoice file ), yang berfungsi sebagai buku

pembantu piutang.

2.6 Metode Pencatatan Piutang

2.6.1 Pengakuan Piutang Mula-mula

Masalah pengakuan piutang dagang meliputi dua masalah pokok, yaitu :

a. Kapan piutang diakui. Piutang diakui saat terjadi pemindahan hak atau serah terima

atas barang yang dijual antara pembeli dan penjual.

b. Berapa nilai piutang dagang yang diakui. Piutang dagang diakui berdasarkan nilai

tukar, yaitu nilai yang akan dibayar oleh debitur pada saat yang telah ditentukan.

Dalam masalah ini yang perlu diperhatikan adalah trade discount dan sale discount.

Dari kemungkinan Terms of Credit di atas, memungkinkan metode pencatatan

piutang dagang menjadi dua metode yaitu : Piutang Dagang dicatat Kotor (Gross Method)

dan Piutang Dagang dicatat Bersih (Net Method)

Piutang Dagang dicatat Kotor (Gross Method)

Metode kotor mengakui jumlah piutang sebesar penjualan tanpa dipengaruhi oleh

potongan yang akan diberikan. Apabila ternyata debitur mengambil potongan, maka

akan diakui sebagai pengurang jumlah penjualan bukan sebagai pengurang jumlah

piutang.

Piutang Dagang dicatat Bersih (Net Method)

Metode bersih mengakui jumlah piutang setelah dikurangi dengan potongan

penjualan, bila ternyata potongan penjualan tidak dimanfaatkan oleh debitur, maka

akan mengakibatkan timbulnya kelebihan pembayaran atas jumlah piutang dan

kelebihan tersebut sebagai penghasilan lain-lain.

| 7

Page 8: pembahasan piutang

2.6.2 Taksiran Jumlah Kerugian Piutang dan Penghapusan Piutang

Prosedur pencatatan piutang bertujuan untuk mencatat mutasi piutang perusahaan

kepada setiap debitur. Mutasi piutang adalah disebabkan oleh transaksi penjualan kredit,

penerimaan kas dari debitur, retur penjualan, dan penghapusan piutang.

1. Kerugian Piutang

Piutang memiliki resiko tidak tertagih sehingga timbul kerugian. Terdapat dua

metode dalam akuntansi kerugian piutang, yaitu:

Metode Langsung

Jika metode ini yang digunakan, perusahaan tidak membentuk cadangan. Jika ada

piutang yang dihapus, Kerugian Piutang didebet, dan rekening Piutang dikredit.

Saldo rekening Kerugian Piutang pada akhir tahun disajikan dalam Laporan Laba

Rugi.

Metode Cadangan/Penyisihan

Jika metode ini yang digunakan perusahaan pertama-tama membentuk cadangan

atau penyisihan kerugian piutang dengan mendebet Beban Kerugian Piutang dan

mengkredit Cadangan/Penyisihan Kerugian Piutang. Pada akhir tahun, saldo

rekening Beban Kerugian Piutang disajikan dalam Laporan Laba Rugi, sedangkan

saldo rekening Penyisihan disajikan di neraca sebagai pengurang Piutang.

Jika ada piutang yang dihapus, perusahaan tidak mengakui kerugian, sebab

kerugian sudah diakui pada saat membentuk cadangan. Perusahaan mengurangi

Cadangan dengan mendebet rekening Cadangan dan mengkredit rekening Piutang.

Jika banyak penghapusan piutang, saldo Cadangan dapat habis, oleh karena itu

setiap akhir tahun Cadangan disesuaikan. Jadi pencatatan kerugian piutang dilakukan

pada saat:

pembentukan Cadangan; dan

penyesuaian saldo Cadangan.

2. Penghapusan piutang

| 8

Page 9: pembahasan piutang

Hal ini terjadi jika bagian kredit menemukan adanya kemungkinan umur

piutang yang terlalu lama atau adanya kemungkinan tidak tertagihnya piutang.

Kegiatan ini dimulai dari bagian kredit yang menerbitkan surat penghapusan piutang

dan disahkan oleh bendahara, kemudian bagian piutang menghapus piutang tersebut.

Selain pihak terkait di atas, memo penghapusan juga harus diberikan kepada pihak

independen (untuk menjaga proses pengendalian) dimana pihak independen tersebut

akan melaporkan penghapusan piutang tersebut kepada pelanggan untuk meyakinkan

bahwa piutang tersebut tidak akan ditagih kembali.

Jumlah piutang yang disajikan dalam neraca hendaknya menunjukkan jumlah

bersih yang diperkirakan dapat direalisir (Net realizable value). Untuk itu harus

dilakukan prediksi terhadap jumlah piutang yang mungkin tidak akan tertagih.

Piutang yang tidak tertagih diakui sebagai kerugian piutang.

Taksiran piutang tidak tertagih ditentukan setiap akhir periode, tujuan

penaksiran ini yaitu untuk mengantisipasi tidak tertagihnya piutang dagang dimasa

yang akan datang akibat penjualan sekarang, yang akan dibebankan pada periode

yang bersangkutan

Untuk menentukan besarnya piutang yang wajar perlu dibentuk cadangan

penghapusan piutang (Allowance for Bad Debt). Ada 3 cara untuk menaksir besarnya

cadangan penghapusan piutang:

Menggunakan analisis umur piutang (Aging Schedule)

Pemisahan masing-masing piutang ke dalam kelompok-kelompok umur dilakukan

dari data yang ada dalam buku pembantu piutang. Setelah piutang masing-masing

langganan dapat dikelompokkan berdasar umurnya, langkah berikutnya adalah

menentukan besarnya persentase kerugian piutang untuk masing-masing

kelompok umur.

Taksiran dari saldo akhir piutang di Neraca

Taksiran kerugian piutang dinyatakan dalam persentase tertentu dari saldo piutang

dagang yang besarnya berdasarkan pengalaman periode yang lalu. Cara ini

memfokuskan pada penyajian piutang menurut jumlah yang benar-benar dapat

ditagih, pendekatan ini disebut pendekatan neraca.

| 9

Page 10: pembahasan piutang

Jika cara ini yang dipakai maka ada dua dasar perhitungan, yaitu :

a. Jumlah penyisihan disesuaikan sampai persentase tertentu dari saldo piutang.

Penerapan metode ini dengan cara mengalikan persentase tertentu dengan

saldo piutang, hasil perhitungan ini merupakan saldo rekening penghapusan

piutang dan jumlah biaya yang dibebankan untuk periode yang bersangkutan

dipengaruhi oleh saldo rekening penyisihan penghapusan piutang yang sudah

ada.

- Bila cadangan sekarang lebih besar dari saldo cadangan yang ada, maka

cadangan kurang dan harus ditambah sebesar selisihnya dengan jurnal :

Bad debt expense xx

Allowance for bad debt xx

- Bila cadangan sekarang lebih kecil dari saldo cadangan yang ada, maka

cadangan Lebih maka harus dikurangi sebesar selisihnya dengan jurnal :

Allowance for bad debt xx

Bad debt expense xx

b. Jumlah penyisihan disesuaikan dengan nilai yang ditetapkan berdasarkan analisa

umur piutang (aging). Metode ini banyak digunakan karena setiap rekening

piutang secara satu persatu diadakan analisa yang dikaitkan dengan umur

piutangnya. Rekening-rekening yang ada disusun berdasarkan kelompok umur

piutang yang ditarik dari tanggal jatuh temponya.

Taksiran dari jumlah penjualan kredit selama satu periode

Penentuan jumlah cadangan kerugian piutang dengan cara ini biasanya dilakukan

oleh perusahaan yang sering mengadakan penjualan dengan cara tidak tunai,

sehingga jumlah yang mungkin tidak tertagih lebih tepat jika ditunjukkan dari

jumlah penjualan.

Taksiran kerugian piutang dinyatakan dalam persentase tertentu dari penjualan

kredit dan tidak termasuk penjualan tunai, yang besarnya berdasarkan pengalaman

pada masa lalu dan kondisi tahun yang bersangkutan. Kenyataannya sering terjadi

bahwa persentase ini dihitung dari total penjualan (kredit dan tunai) dengan alasan

untuk praktis. Perhitungan ini cukup mudah tetapi ketelitiannya sangat kurang,

karena tidak menganalisa kemungkinan dari jumlah piutang yang dikaitkan

| 10

Page 11: pembahasan piutang

dengan realisasinya. Cara ini memfokuskan pada masalah pembebanan biaya

pada periode terjadinya pendapatan dan pendekatan ini disebut pendekatan

laporan rugi laba.

2.7 Prosedur Audit Piutang

Program audit untuk pengujian substantif terhadap piutang usaha berisi prosedur audit

yang dirancang untuk mencapai tujuan audit. Tahap-tahap prosedur audit dimulai dari

pemeriksaan yang bersifat luas dan umum sampai ke pemeriksaan yang bersifat rinci.

Berbagai prosedur audit dilaksanakan dalam lima tahap berikut ini :

1. Prosedur audit awal

2. Prosedur analitik

3. Pengujian terhadap transaksi rinci

4. Pengujian terhadap saldo akun rinci

5. Verifikasi terhadap penyajian dan pengungkapan

1. Prosedur Audit Awal

Auditor menempuh prosedur audit awal dengan cara melakukan rekonsiliasi antara

informasi piutang usaha yang dicantumkan dineraca dengan catatan akuntansi yang

mendukungnya. Oleh karena itu, auditor melakukan enam prosedur audit dalam

melakukan rekonsiliasi piutang usaha di neraca dengan catatan akuntansi yang

bersangkutan sebagai berikut :

a. Usut saldo piutang usaha yang tercantum di neraca ke saldo akun piutang usaha

yang bersangkutan di dalam buku besar.

b. Hitung kembali saldo akaun piutang usaha di dalam buku besar.

c. Lakukan review terhaap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber posting

dalam akun Piutang Usaha dan akun Cadangan Kerugian Piutang Usaha

d. Usut saldo akun Piutang Usaha dan akun Cadangan Kerugian Piutang ke kertas

kerja tahun yang lalu

e. Usut posting pendebitan akun Piutang Usaha ke dalam jurnal yang bersangkutan

f. Lakukan rekonsiliasi akun control piutang usaha dalam buku besar ke buku

pembantu piutang usaha.

2. Prosedur Analitik

| 11

Page 12: pembahasan piutang

Dalam prosedur analitik, auditor menghitung berbagai ratio ; tingkat perputaran usaha,

ratio piutang usaha dengan aktiva lancar, rate of return on net sales, ratio kerugian

piutang usaha dengan pendapatan penjualan bersih, ratio kerugian piutang usaha dengan

piutang usaha dengan piutang usaha yang sesungguhnya tidak tertagih. Pembandingan

ini membantu auditor untuk mengungkapkan :

a. Peristiwa atau transaksi yang tidak biasa

b. Perubahan akauntansi

c. Perubahan usaha

d. Fluktuasi acak, dan

e. Salah uji

3. Prosedur Audit Terhadap Transaksi Rinci

Keandalan saldo piutang usaha sangat ditentukan oleh keterjadian transaksi berikut ini

yang didebet dan dikeditkan ke dalam piutang usaha:

Transaksi penjualan Kredit

Transaksi Retur penjualan

Transaksi penghapusan piutang usaha

Transaksi penerimaan kas dari piutang usaha

Disamping itu , keandalan saldo akun piutang usaha ditentukan pula oleh ketepatan

pisah batas yang digunakan untuk mencatat berbagai transaksi tersebut diatas. Oleh

karena itu, auditor melakukan pengujian substantif terhadap transaksi rinci yang

mendebit dan mengkredit akun piutang usaha dan pengujian pisah batas yang digunakan

untuk mencatat transaksi yang berkaitan dengan akun tersebut.

a. Periksa sampel transaksi yang tercatat dalam akun piutang usaha ke dokumen

yang mendukung timbulnya transaksi tersebut.

b. Periksa pendebitan akun piutang ke dokumen pendukung : Faktur Penjualan,

laporan pengiriman barang , dan order penjualan

c. Periksa pengkreditan akun piutang ke dokumen pendukung : Bukti kas masuk,

memo kedit untuk retur penjualan atau penghapusan piutang

d. Lakukan Verifikasi Pisah batas ( CUTOFF ) transaksi penjualan dan retur

penjualan.

4. Pengujian Terhadap Saldo Akun Rinci

| 12

Page 13: pembahasan piutang

Pengujian terhadap saldo akun rinci dalam siklus pendapatan difokuskan ke saldo

piutang usaha dan akun penilainya ( Akun cadangan Kerugian Piuatang Usaha ). Tujuan

pengujian saldo akun piutang usaha renci adalah memverifikasi :

1) Keberadaan atau keterjadian

2) Kelengkapan

3) Hak Kepemilikan

4) Penilaian

Dalam pengujian terhadap akun rinci auditor menempuh prosedur audit berikut ini :

i. Melakukan konfirmasi piutang

Bersumber dari Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), berikut

penjelasan mengenai Konfirmasi Piutang Usaha

Piutang usaha adalah :

a. Klaim entitas terhadap pelanggan yang timbul sebagai akibat penjualan barang

atau jasa dalam kegiatan bisnis normal, dan

b. Pinjaman yang diberikan oleh lembaga keuangan

Konfirmasi piutang merupakan prosedur audit yang umum berlaku. Seperti yang

diuraikan sebelumnya yaitu :

Konfirmasi dilaksanakan untuk memperoleh bukti dari pihak ketiga mengenai asersi

laporan keuangan yang dibuat ioleh manajemen. SA Seksi 326 [PSA No. 07] Bukti

Audit menyatakan bahwa, pada umumnya, dianggap bahwa “bukti audit yang

diperoleh dari sumber independen diluar entitas memberikan keyakinan yang lebih

besar atas keandalan untuk tujuan audit independen dibandingkan dengan bukti

audit yang disediakan hanya dari dalam entitas tersebut”.

Umumnya dianggap bahwa bukti yang diperoleh dari pihak ketiga akan

memberikan bukti audit yang bermutu lebih tinggi kepada auditor dibandingkan

dengan bukti yang diperoleh dari dalam entitas yang di audit. Oleh karena itu,

terdapat anggapan bahwa auditor akan meminta konfirmasi piutang usaha dalam

suatu audit, kecuali jika terdapat salah satu dari keadaan berikut ini:

a. Piutang usaha merupakan jumlah yang tidak material dalam laopran keuangan.

b. Penggunaan konfirmasi akan tidak efektif

c. Gabungan tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian taksiran sedemikan

rendah, dan tingkat risiko taksiran tersebut, bersamaan dengan bukti yang

| 13

Page 14: pembahasan piutang

diharapkan untuk diperoleh dari prosedur analitik atau pengujian substantif

rinci, adalah cukup untuk mengurangi risiko audit ketingkat yang cukup rendah

untuk asersi keuangan yang bersangkut. Dalam banyak situasi, baik konfirmasi

piutang usaha maupun pengujian substantif rinci diperlukan untuk mengurangi

risiko audit ketingkat yang cukup rendah bagi asersi laporan keuangan yang

bersangkutan.

Seorang auditor yang tidak meminta konfirmasi dalam pemeriksaan piutang usaha

harus mendokumentasikan bagaimana ia mengatasi anggapan tersebut.

ii. Melakukan evaluasi terhadap kecukupan akun Cadangan Kerugian Piutang Usaha

yang dibentuk oleh klien

5. Penyajian Dan Pengungkapan Akun Dalam Laporan Keuangan

Dalam memverifikasi penyajian dan pengungkapan utang jangka panjang di neraca,

auditor membandingkan penyajian utang usaha di neraca dengan prinsip akuntansi

berterima umum. Informasi mengenai hal ini diperoleh auditor dengan cara:

(1) Memeriksa klasifikasi piutang usaha di neraca kedalam kelompok aktiva lancar

dan aktiva tidak lancar.

(2) Memeriksa jawaban konfirmasi bank

(3) Memeriksa klasifikasi piutang kedalam kelompok piutang usaha dan piutang non

usaha.

(4) Memeriksa kecukupan pengungkapan dan akuntansi untuk piutang antar pihak

yang memiliki hubungan istimewa, piutang yang digadaikan, anjak piutang.

(5) Memeriksa surat representasi klien mengenai piutang.

2.8 Contoh Kasus Piutang

Contoh 1 :

Tanggal 1 Maret 2003 PT. X menjual barang dagangan secara kredit dengan syarat 2/10, n/30

seharga Rp. 80.000 kepada Ny. Windy. Bila tanggal 7 Maret 2003 Ny. Windy membayar

lunas dan bila tidak memanfaatkan masa potongan.

Diminta :

Buat jurnal bila menggunakan metode penjualan bersih dan metode penjualan kotor

| 14

Page 15: pembahasan piutang

Jawab :

Penjualan kotor Penjualan bersih

1. Penjualan barang dagangan seharga Rp. 80.000 dengan syarat 2/10, n/30

Account Receivable Rp. 80.000

Sales Rp. 80.000

Account Receivable Rp. 78.400

Sales discount Rp. 1.600

Sales Rp. 80.000

Cash Rp. 78.400

Sales Discount Rp. 1.600

Account Receivable Rp. 80.000

Cash Rp. 78.400

Account Receivable Rp. 78.400

Cash Rp. 80.000

Sales Rp. 80.000

Cash Rp. 80.000

Acc. Receivable Rp. 78.400

Sales disc./RE * Rp. 80.000

*RE yaitu bila pembayarannya telah melawati masa potongan dan telah di closing entries

Contoh 2 :

Menaksir Piutang tidak Tertagih - Ditaksir dari jumlah penjualan

Jawab :

Cara menentukan persentase cadangan kerugian piutang yang akan datang sbb :

Penjualan Bersih

Penjualan kredit bersih

Jumlah piutang yang dinyatakan kerugian

Piutang diperoleh kembali

20002001

15.000.00017.000.000

12.000.00011.000.000

100.00090.000

20.00015.000

| 15

Page 16: pembahasan piutang

2002 10.000.000 8.000.000 70.000 10.000

Jumlah 42.000.000 31.000.000 260.000 45.000

Persentase dari total penjualan bersih, rumus :

Kerugian Piutang – piutang diperoleh kembali x 100 %

Penjualan Bersih

260.000 – 45.000 x 100% = 5,12 %

42.000

Persentase dari penjualan kredit bersih :

Kerugian Piutang – piutang diperoleh kembali x 100 %

Penjualan Bersih

260.000 – 45.000 x 100% = 6,94 %

31.000

Contoh :

Cara menentukan cadangan kerugian piutang yaitu dengan rumus : X % x penjualan bersih

Berdasarkan data di atas jumlah penjualan kredit selama tahun 2003 sebesar Rp. 20.000.000,

potongan penjualan Rp. 1.000.000 dan return penjualan Rp. 2.000.000.

Ditanya :

Buat jurnal, bila menggunakan presentasi dari total penjualan bersih dan penjualan kredit

bersih.

penjualan kredit bersih

Bad debt expense Rp. 870.000

Allowance for bad debt Rp. 870.000

Bad debt expense Rp. 1.179.000

Allowance for bad debt Rp. 1.179.000

Menaksir Piutang tidak Tertagih - Ditaksir dari saldo piutang

Jumlah saldo piutang Rp. 12.000.000, kerugian piutang ditaksir 2% dari saldo piutang. Jika

jumlah saldo cadangan yang sudah ada mempunyai saldo kredit Rp. 40.000, maka

jurnalnya?

Jawab:

| 16

Page 17: pembahasan piutang

Bad debt expense Rp. 200.000

Allowance for bad debt Rp. 200.000

Cadangan sekarang Rp. 12.000.000 x 2% = 240.000 sedangkan cadangan yang ada Rp.

40.000, berarti cadangan kurang, maka harus ditambahkan sebesar selisihnya.

Tetapi bila rekening penyisihan piutang sekarang memiliki saldo yang lebih kecil dari yang

sudah ada atau memiliki saldo debit, misalnya Rp. 30.000. Berarti cadangan lebih, maka

harus dikurangi sebesar selisihnya jumlah yang dibebankan

Allowance for bad debt Rp. 10.000

Bad debt expense Rp. 10.000

Contoh 3 :

Penghapusan Piutang

Pada tanggal 12 Oktober 2000 piutang dagang Tn. Suparman sebesar Rp. 60.000,-

dihapuskan karena yang bersangkutan tidak mampu membayar. Tanggal 7 November 2000

Tn. Andika menyatakan sanggup untuk membayar kembali dan pada tanggal tersebut ia

menyerahkan uang sebesar Rp. 50.000 sebagai pembayaran pertama dan sisanya bulan depan.

Ditanya: Jurnal Transaksi di atas, berdasarkan metode penghapusan langsung dan tidak

langsung.

Jawab :

Metode penghapusan tidak langsung Metode penghapusan langsung12/10 2000 Penghapusan piutang dagangAllowance for Bad Debt Rp. 60.000

Account Receivable Rp. 60.000

Bad Debt Expense Rp. 60.000

Account Receivable Rp. 60.000

Account Receivable Rp. 50.000 Account Receivable Rp. 50.000

Mencatat penerimaan kas dari piutang

Cash Rp. 50.000 Cash Rp. 50.000

| 17

Page 18: pembahasan piutang

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pengujian substantif terhadap saldo piutang usaha memiliki tujuan utama untuk

membuktikan bahwa saldo akun Piutang Usaha dan akun penilainya (valuation account) yang

dicantumkan dalam neraca mencerminkan saldo Akun Piutang Usaha dan saldo akun

Cadangan Kerugian Piutang Usaha yang sesungguhnya pada tanggal neraca tersebut. Secara

lebih rinci pengujian substantif terhadap piutang usaha ditujukan untuk memperoleh

keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan piutang usaha,

membuktikan keberadaan piutang usaha dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan

piutang usaha yang dicantumkan di neraca, membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat

dalam catatan akuntansi dan kelengkapan saldo piutang usaha yang disajikan dalam neraca,

membuktikan hak kepemilikan klien atas piutang usaha yang dicantumkan dalam neraca

membuktikan kewajaran penilaian piutang usaha yang dicantumkan dalam neraca, serta

membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan piutang usaha di neraca.

Untuk mencapai tujuan audit tersebut auditor menempuh berbagai prosedur audit,

yaitu prosedur audit awal, prosedur analitik, pengujian terhadap transaksi rinci, pengujian

terhadap saldo akun rinci, dan verifikasi terhadap penyajian dan pengungkapan. Setelah

menempuh berbagai prosedur audit tersebut diharapkan auditor dapat menemukan dan

mengungkapkan letak kesalahan dalam penyajian laporan keuangan khususnya akun piutang

usaha yang tertera di neraca pada periode tertentu, untuk membuktikan bahwa auditor

tersebut adalah auditor yang kompeten dan independen, sehingga dapat menambah

kredibilitas terhadap laporan keuangan yang telah di audit.

| 18