Pembahasan- Kista Pankreas

2
BAB IV PEMBAHASAN Pasien merupakan seorang laki-laki berusia 68 tahun. Pasien dat keluhan benjolan di perut yang semakinmembesar.Saat inibenjolan telah memenuhi seluruh lapang abdomen, namun awalnya benjolan berada di ulu hati. Pembesaran benjolan di perut inidisertai dengan keluhan seperti menurunnyafrekuensi BAB, disertai mual muntah yang dapatmengarahkan kepada adanya obstruksi pasase saluran cerna akibat efek penekana tersebut. Tidak adanya tanda muntah hijau (berwarna empedu) dapat petunjuk bahwa obstruksi terjadi di atas ampula Vater. Karena terjadinya sumbatan tersebut, maka pasien mengalami kesulitan da hal diet. Terjadi gangguan dalam asupan nutrisi, sehingga pasien penurunan berat badan. Namun penurunan berat badan dapat pula me diagnosa pada proses kegansan, baik keganasan di organ hepar maupun di or pankreas. Hal ini didukung pula oleh faktor usia pasien yang cukup lanjut Namun, adanya riwayat trauma (perut terbentur setang sepeda) sebelum munculnya benjolan dapat membantu memberi petunjuk mengenai kemungkinan adanya kistasemu pasca trauma pankreas. Tidak adanya riwayat ikte membantu menyingkirkan adanya gangguan fungsi hepar. Selain itu hal ini j dapat menjadi petunjuk bahwa bila memang terdapat kkista pankreas, maka k tersebut tidak terletak di daerah caput pankreas. Tidak adanya riwayat de diare sebelumnya juga dapat membantu memperkecil kemungkinan abses hepar. Terdapat gejala BAB yang bercampurdarah pada pasien. Gejalaini kemungkinan disebabkan oleh adanya hemoroid. Hemoroid tersbut dise oleh adanya hipertensi porta. Kista pankreas dapat menyebabkan hipertensi karena lokasi anatomis dari pankreas sendiri. Adanya kista dapat mengakib hambatan pada aliran vena porta secara langsung maupun hambatan mesenterika superior, yang lebih lanjut dapat mengakibatkan penump di vena hemoroidalis.

Transcript of Pembahasan- Kista Pankreas

BAB IV PEMBAHASAN

Pasien merupakan seorang laki-laki berusia 68 tahun. Pasien datang dengan keluhan benjolan di perut yang semakin membesar. Saat ini benjolan telah memenuhi seluruh lapang abdomen, namun awalnya benjolan berada di daerah ulu hati. Pembesaran benjolan di perut ini disertai dengan keluhan seperti menurunnya frekuensi BAB, disertai mual muntah yang dapat mengarahkan kepada adanya obstruksi pasase saluran cerna akibat efek penekanan oleh masa tersebut. Tidak adanya tanda muntah hijau (berwarna empedu) dapat menjadi petunjuk bahwa obstruksi terjadi di atas ampula Vater. Karena terjadinya sumbatan tersebut, maka pasien mengalami kesulitan dalam hal diet. Terjadi gangguan dalam asupan nutrisi, sehingga pasien mengalami penurunan berat badan. Namun penurunan berat badan dapat pula mengarahkan diagnosa pada proses kegansan, baik keganasan di organ hepar maupun di organ pankreas. Hal ini didukung pula oleh faktor usia pasien yang cukup lanjut. Namun, adanya riwayat trauma (perut terbentur setang sepeda) sebelum munculnya benjolan dapat membantu memberi petunjuk mengenai kemungkinan adanya kistasemu pasca trauma pankreas. Tidak adanya riwayat ikterik dapat membantu menyingkirkan adanya gangguan fungsi hepar. Selain itu hal ini juga dapat menjadi petunjuk bahwa bila memang terdapat kkista pankreas, maka kista tersebut tidak terletak di daerah caput pankreas. Tidak adanya riwayat demam dan diare sebelumnya juga dapat membantu memperkecil kemungkinan abses hepar. Terdapat gejala BAB yang bercampur darah pada pasien. Gejala ini kemungkinan disebabkan oleh adanya hemoroid. Hemoroid tersbut disebabkan oleh adanya hipertensi porta. Kista pankreas dapat menyebabkan hipertensi porta karena lokasi anatomis dari pankreas sendiri. Adanya kista dapat mengakibatkan hambatan pada aliran vena porta secara langsung maupun hambatan pada vena mesenterika superior, yang lebih lanjut dapat mengakibatkan penumpukan darah di vena hemoroidalis.

Hasil pemeriksaan fisik yang mendukung untuk diagnosa pseudokista (kistasemu) pankreas adalah masa benjolan yang memiliki konsistensi kistik, tepi yang rata dan nyeri tekan yang relatif ringan. Benjolan yang memiliki sifat ganas biasanya berkonsistensi keras, dengan tepi yang berbonjol-bonjol. Benjolan akibat abses hepar biasanya akan mengalami nyeri dengan intensitas yang lebih berat bila ditekan (disebut fluktuasi). Temuan lain yang perlu diperhatikan adalah tidak ditemukannya ikterik baik di sklera maupun di kulit pasien. Sehingga diagnosa kerja yang diambil pada pasien ini adalah Pseudokista Pankreas. Pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan adalah pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan pencitraan dengan USG. Pemeriksaan laboratorium

menunjukkan tidak adanya proses infeksi aktif yang sedang berlangsung. Selain itu nilai hemoglobin pasien masih 13,8 g/dL. Menunjukkan bahwa perdarahan yang terajdi relatif belum begitu besar, sehingga belum mengakibatkan penurunan hemoglobin yang signifikan. Hasil pemeriksaan USG menunjukkan adanya masa kistik yang dicurigai berasal dari bagian cauda pankreas. Hasil ini mendukung diagnosa kerja yang telah diambil berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang lainnya yang diusulkan adalah dilakukannya pemeriksaan CT Scan abdomen dan analisa cairan kista. Pemeriksaan CT scan dan analisa cai rankista, relatif lebih snsitif dapat membantu membedakan pseudokista dengan beberapa kelainan kista neoplastik pankreas yang jarang. Namun ususlan pemeriksaan ini juga bergantung pada kemampuan pembiayaan oleh pasien. Terapi yang dianjurkan adalah observasi terlebih dahulu selama 6 minggu. Karena ada kemungkinan bahwa pseudokista ini dapat teresorbsi dengan sendirinya. Bila dalam waktu 6 minggu, ukuran kista tidak mengecil dan gejalanya tetap ada atau bahkan memberat, maka dianjurka untuk dilakukan penyaliran dengan cara pembedahan. Jenis pembedaha yang disarankan adalah sistogastrostomi dengan tujuan menyalirkan isi cairan kista ke lumen gaster. Pilihan ini dipilh karena pilihan marsupialisasi hanya ditujukan pada pasien dengan kondisi sakit berat saja. Prognosis dari pseudokista adalah baik.