Makalah PANKREAS
-
Upload
kukuh-pambuka-putra -
Category
Documents
-
view
169 -
download
5
description
Transcript of Makalah PANKREAS
MAKALAH
ENDOKRINOLOGI DAN GENDER PADA LATIHAN
PANKREAS DAN LATIHAN
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Paulus Liben, dr., MS, AIFO.
Disusun oleh:
Kukuh Pambuka Putra (011314553004)
Krisnanda Dwi Apriyanto (011314553005)
Ira Dewanti (011314553012)
Mufa Wibowo (011314553016)
Erlina Setyo Rahayu (011314553020)
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN OLAHRAGA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGSA
2014
DAFTAR ISI
halaman
Halaman Judul.............................................................................................. 1
Daftar Isi ..................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN............................................................................... 5
A. Pankreas.......................................................................................... 5
B. Insulin Dan Efek Metaboliknya.................................................. 6
C. Efek Insulin Terhadap Metabolisme Karbohidrat ........................ 7
D. Efek Insulin Terhadap Metabolisme Lemak ............................... 9
E. Efek Insulin Terhadap Metabolisme Protein .............................. 10
F. Sekresi Insulin ...................................................................... 12
G. Epinefrin /Adrenalin .............................................................. 13
H. Glukagon Dan Fungsinya ....................................................... 14
I. Efek Glukagon Terhadap Metabolisme Glukosa ....................... 15
J. Pengaturan Sekresi Glukagon ................................................. 15
K. Pengaturan Kadar Glukosa Darah ............................................... 16
L. Kontrol Hormon Insulin Dan Glukagon Selama Latihan ............ 16
M. Diabetes Miletus .......................................................................... 19
N. Latihan Pada Penderita Diabetes Miletus .................................... 20
BAB III KESIMPULAN
REFERENSI ...............................................................................................
2
BAB I
PENDAHULUAN
Pankreas terdiri dari organ-organ yang sangat berbeda tetapi berada di
dalam satu bangunan. Bagian asinar pankreas mempunyai fungsi eksokrin yang
menyekresi enzim dan ion-ion yang digunakan untuk proses pencernaan ke dalam
lumen duodenum. Bagian endokrin terdiri atas pulau-pulau Langerhans. Satu
hingga dua juta pulau-pulau langerhans dalam pankreas manusia membentuk 1-
2% dari berat pankreas dan merupakan kumpulan dari berbagai tipe sel yang
berlainan. Pulau langerhans pankreas menyekresi sedikitnya empat hormon, yaitu:
insulin, glukagon, somatostatin, dan polipeptida pankreas (Robert K. Murray,
et,al. 2003).
Sekresi hormon insulin dan glukagon oleh pankreas, mempunyai peranan
yang sangat penting untuk pengaturan metabolisme glukosa, lipid, dan protein
secara normal (Guyton & Hall, 2007). Insulin adalah sebuah hormon yang
berhubungan dengan energi yang melimpah. Insulin mempunyai peran besar
dalam sintesis karbohidrat, protein dan lemak. Insulin juga memainkan peranan
yang penting dalam penyimpanan zat yang mempunyai kelebihan energy (Guyton
& Hall, 2007). Glukagon yaitu suatu hormon yang disekresikan oleh sel-sel alfa
pulau langerhans sewaktu kadar glukosa darah turun. Fungsi yang paling penting
dari hormon Glukagon adalah meningkatkan konsentrasi glukosa darah (Phillip E.
Pack, 2007).
Pada sel, hormon insulin mempunyai peran diantaranya untuk (1)
Mentranslokasi dari GLUT-4 transporter ke membran plasma dan mengalirkan
atau memasukkan glukosa, sintese glikogen, glikolisis dan sintesis asam lemak
(2) Meningkatkan sintesis glikogen, hormon insulin memfasilitasi masuknya
glukosa ke sel hati dan sel otot; kadar hormon insulin yang lebih rendah
menyebabkan sel hati mengkonversi glikogen menjadi glukosa dan
mengeluarkannya ke dalam darah (Sherwood, 2010).
3
Gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan
oleh berkurangnya sekresi insulin atau penurunan sensitivitas jaringan terhadap
insulin merupakan sindrome diabetes melitus. Diabetes melitus tipe l disebabkan
kurangnya sekresi insulin, dan tipe ll disebabkan oleh penurunan sensitivitas
jaringan target terhadap efek metabolik insulin (Guyton & Hall, 2007).
Berkurangnya insulin dan juga resistensi insulin mengakibatkan
terganggunya transpor glukosa ke sel. Aktivitas fisik dapat meningkatkan
kepekaan insulin sehingga kadar glukosa dalam plasma menurun. Selain itu,
aktivitas fisik juga dapat meningkatkan transpor glukosa ke dalam sel otot yang
sedang bekerja. Selama latihan, glukosa dan asam lemak bersamaan dibutuhkan
sebagai bahan bakar metabolisme, maka glukagon meningkat sedangkan insulin
menurun (Fox, 1993).
.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pankreas
Pankreas terletak dekat dengan duodenum dan terdiri dari dua tipe
jaringan utama yaitu asinar yang mensekresi cairan digestif ke dalam
duodenum, dan pulau Langerhans yang mensekresi insulin dan glukagon
langsung ke aliran darah sehingga pankreas bersifat endokrin sejati.
Pankreas manusia memiliki 1-2 juta pulau yang terletak teratur di sekitar
kapiler kecil di mana hormon disekresi. Sel pulau dapat dibedakan menjadi
4 tipe, yaitu α, β, δ (disebut juga A, B, D) dan F (Gambar 37b). Sel β, yung
merupakan 60% dari sel pulau, terletak di tengah pulau dan mensekresi
insulin. Sel α mensekresi glukagon dan sel δ mensekresi somatostatin. Jenis
sel lainnya yaitu sel F mensekresi polipeptida pankreas. Peran fisiologis
polipeptida pankreas belum diketahui pasti. (Greenstein, 2010)
Pada manusia, gen yang mengkode insulin terletak di lengan pendek
kromosom 11. Insulin disekresi oleh se1 13 pulau Langerhans. Insulin
merupakan protein yang terdiri dari 2 rantai, yaitu rantai A yang terdiri dari
2l asam amino dan rantai B yang terdiri dari 30 asam amino, dan terhubung
dengan 2 jembatan disulfida
5
Biosintesis insulin merupakan hasil pembelahan proinsulin. Proinsulin
merupakan turunan dari prekursor yang lebih besar yaitu preproinsulin,
yang disintesis di retikulum endoplasma kasar. Pada aparatus Golgi dan
granula penyimpanan, suatu enzim pengkonversi membelah proinsulin
menjadi insulin.
B. Insulin Dan Efek Metaboliknya
Insulin adalah sebuah hormon yang berhubungan dengan energi yang
melimpah. Artinya bila terdapat makanan yang dapat menghasilkan energi
yang sangat banyak , terutama kelebihan jumlah karbohidrat dan protein
maka insulin akan disekresikan dalam jumlah banyak. Selanjutnya, insulin
memainkan peranan yang penting dalam penyimpanan zat yang mempunyai
kelebihan energy (Guyton & Hall, 2007).
Insulin merupakan protein kecil yang terdiri atas dua rantai asam
amino yang satu sama lainnya dihubungkan oleh ikatan disulfida. Bila
kedua rantai dipisahkan , maka aktivitas fungsional dari insulin akan hilang.
Insulin disintesis oleh sel-sel beta dengan cara yang mirip dengan sintesis
protein yakni diawali dengan translasi RNA insulin oleh ribosom yang
melekat pada reticulum endoplasma untuk membentuk preprohormon
insulin. Sewaktu insulin diseskresikan dalam darah, hampir seluruhnya
beredar dalam bentuk yang terikat. Waktu paruhnya dalam plasma rata-rata
hanya 6 menit sehingga dalam waktu 10-15 akan dibersihkan dari sirkulasi.
Insulin adalah hormon yang mengendalikan gula darah. Tubuh
menyerap mayoritas karohidrat sebagai glukosa (gula darah). Dengan
meningkatnya gula darah setelah makan, pankreas melepaskan insulin yang
membantu membawa gula darah ke dalam sel untuk digunakan sebagai
bahan bakar dalam proses metabolisme atau disimpan sebagai lemak apabila
kelebihan. Orang-orang yang punya kelebihan berat badan atau mereka yang
tidak berolahraga seringkali menderita resistensi insulin (Greenstein, 2010).
Insulin menjaga keseimbangan glukosa dalam darah dan bertindak
meningkatkan pengambilan glukosa oleh sel badan. Kegagalan badan untuk
6
menghasilkan insulin, atau jumlah insulin yang tidak mencukupi akan
menyebabkan glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel untuk proses
metabolisme. Sehingga glukosa di dalam darah meningkat dan
menyebabkan diabetes mellitus (Guyton & Hall, 2007).
Pada kondisi normal, pankreas mempunyai kemampuan untuk
menyesuaikan jumlah insulin yang dihasilkan dengan intake karbohidrat.
Pengaturan fisiologis kadar glukosa darah sebagian besar tergantung dari :
ekstraksi glukosa, sintesis glikogen dan glikogenesis dari metabolisme di
dalam konsentrasi gula darah yang konstan perlu dipertahankan karena
glukosa merupakan satu-satunya zat gizi yang dapat digunakan oleh otak,
retina dan epitel germaninativum dalam jumlah cukup untuk menyuplai
energi sesuai dengan yang dibutuhkannya. Oleh karena itu, perlu
mempertahankan konsentrasi glukosa darah pada kadar yang seimbang.
C. Efek Insulin Terhadap Metabolisme Karbohidrat
Setelah makan makanan tinggi karbohidrat, glukosa yang di adsorpsi
kedalam darah menyebabkan sekresi insulin dengan cepat. Insulin
selanjutnya menyebabkan penyimpanan dan penggunaan glukosa oleh
semua jaringan tubuh, terutama jaringan otot adipose dan hati (Guyton &
Hall, 2007).
1. Pengaruh insulin dalam meningkatkan metabolisme glukosa dalam otot.
Dalam sehari, jaringan otot tidak bergantung pada glukosa untuk
energinya tetapi sebagian besar bergantung pada asam lemak karena
membran otot istirahat. Diantara waktu makan , jumlah insulin yang
disekresikan terlalu kecil untuk meningkatakan jumlah pemasukan
glukosa yang masuk ke dalam otot. Akan tetapi, ada dua kondisi dimana
otot memang menggunakan sejumlah besar glukosa yaitu, selama kerja
fisik baik sedang ataupun berat dan penggunaan sejumlah besar glukosa
oleh otot adalah selama beberapa jam setelah makan (Guyton & Hall,
2007).
7
2. Pengaruh Insulin dalam meningkatkan penyimpanan dan penggunaan
glukosa oleh hati.
Salah satu efek penting insulin adalah menyebabkan sebagian besar
glukosa yang diabsorbsi sesudah makan segera disimpan di dalam hati
dalam bentuk glikogen. Selanjutnya diantara waktu makan bila tidak
tersedia makanan dan konsentrasi glukosa dalam darah mulai berkurang,
sekresi insulin menurun dengan cepat dan glikogen dalam hati dipecah
kembali menjadi glukosa, yang akan dilepaskan kembali kedalam darah
untuk menjaga konsentrasi glukosa tidak berkurang terlalu rendah
(Guyton & Hall, 2007).
Mekanisme yang dipakai oleh insulin untuk menyebabkan timbulnya
pemasukan glukosa dan penyimpanan dalam hati meliputi beberapa
langkah:
a) Insulin menghambat fosforilasi hati, yang merupakan enzim utama yang
menyebabkan tepecahnya glikogen dalam hati menjadi glukosa.
b) Insulin meningkatkan pemasukan glukosa dari darah oleh sel-sel hati.
Keadaan ini terjadi dengan meningkatkan aktivitas enzim glukonase,
yang merupakan salah satu enzim yang menyebabkan fosforilasi.
c) Insulin juga meningkatkan aktivitas enzim-enzim yang meningkatkan
sintesis glikogen termasuk enzim glikogen sintetase yang bertanggung
jawab untuk polinerisasi dari unit monosakarida untuk membentuk
molekul glikogen.
Setelah makan dan kadar glukosa dalam darah mulai menurun sampai
kadar rendah beberapa peristiwa akan mulai berlangsung sehingga
menyebabkan hati melepaskan glukosa kembali kedalam sirkulasi darah.
Jadi bila sesudah makan, didalam darah timbul kelebihan glukosa maka hati
akan memindahakan glukosa dari darah.
3. Pengaruh insulin terhadap metabolisme karbohidrat dalam sel-sel lain .
8
Insulin meninkatkan pengakutan dan pemakaian glukosa kedalam
sebagain besar sel tubuh lain dengan cara yang sama seperti yang
dilakukan oleh insulin dalam mempengaruhi pengangkutan glukosa
dalam sel otot.
D. Efek Insulin Terhadap Metabolisme Lemak
Insulin mempunyai berbagai efek yang dapat menyebabkan
timbulnya penyimpanan lemak didalam jaringan lemak. Pertama, insulin
meningkatkan pemakaian glukosa oleh sebagian besar jaringan tubuh yang
secara otomatis akan mengurangi pemakaian lemak. Akan tetapi, insulin
juga meningkatkan pembentukan asam lemak. Hal itu terjadi jika
karbohidrat lebih banyak dicerna daripada energi spontan yang digunakan
jadi mempersiapkan zat untuk sintesis lemak. Hampir semua sintesis lemak
terjadi didalam sel hati dan asam lemak kemudian di transport dari hati
melalui lipoprotein darah ke sel adiposa untuk disimpan (Guyton & Hall,
2007).
Berbagai faktor yang mengarah pada peningkatan sintesis asam lemak
didalam hati, sebagai berikut:
1. Insulin meningkatkan pengangkutan glukosa kedalam sel-sel hati.
Sesudah konsentrasi glikogen dalam hati meningkat 5-6 %., glikogen
ini sendiri akan menghambat sintesis glikogen selanjutnya. Kemudian
seluruh glikogen tambahan yang memasuki sel-sel hati sudah cukup
tersedia untuk membentuk lemak. Glukosa mula-mula di pecah menjadi
piruvat dalam jalur glikolisis dan piruvat ini selanjutnya diubah menjadi
asetil koenzim A (asetil-KoA) yang merupakan subtrat asal untuk
sintesis asam lemak.
2. Kelebihan ion sitrat dan ion isositrat akan terbentuk oleh siklus asam
sitrat bila pemakaian glukosa untuk energi ini berlebihan. Ion-ion ini
akan mengaktifkan asetil KoA karboksilase, yangmerupakan enzim
yang dibutuhkan untuk melakukan proses karboksilasi terhadapa asetil
KoA untuk membentuk malonil-KoA, tahap pertama sitesis lemak.
9
3. Sebagian besar asam lemak disintesis disalam hati dan digunakan untuk
membentuk trigliserida, bentuk umum untuk penyimpanan lemak.
Triglisera akan dilepaska dari sel-sel hati kedalam darah dalam bentuk
lipoprotein. Insulin akan mengaktifkan lipoprotein lipase didalam
dinding kapiler darah jaringan lemak, akan memecah triglisserida lagi
menjadi asam lemak, agar asam lemak dapat diadsorbsi kedalam asam
lemak, tempat asam lemak ini akan diubah menjadi trigliserida dan
disimpan.
Insulin mempunyai 2 efek penting yang dibutuhkan untuk
menyimpan lemak didalam sel-sel lemak:
1. insulin mengahambat kerja lipase sensitif-hormon. Enzim inilah yang
menyebabkan hidrolisis trigliserida yang telah disimpan dalam sel-sel
lemak oleh karena itu, pelepasan asam lemak dari jaringan adiposa ke
dalam sirkulasi darah akan terhambat.
2. Insulin meningkatkan pengangkutan glukosa melalui membran sel
kedalam sel-sel lemak dengan cara yang sam seperti insulin
meningkatkan pengangkutan glukosa kedalam sel-sel otot. Beberapa
glukosa ini dipakai untuk mensintesis asam lemak tetapi yanglebih
penting glukosa ini dipakai untuk sejumlah besar α-gliserol fosfat.
Bahan ini menyediakan gliserol yang akan berikatan dengan asam
lemak untuk membentuk trigliserida yang merupakan bentuk lemak
yang disimpan dalam sel-sel lemak. Oleh karena itu, bila tidak ada
insulin bahkan penyimpanan sejumlah besar asam-asam lemak yang
diangkut dari hati dalam bentuk lipoprotein hampir dihambat.
E. Efek Insulin Terhadap Metabolisme Protein
Selama beberapa jam sesudah makan, sewaktu didalam darah sirkulasi
terdapat kelebihan makanan, maka didalam jaringan akan disimpan tidak
hanya karbohidrat dan lemak saja, namun juga akan disimpan protein, agar
hal ini terjadi maka dibutuhkan insulin (Guyton & Hall, 2007).
Ada beberapa fakta yang telah diketahui yaitu sebagai berikut:
10
1. Insulin menyebabkan pengangkutan secara aktif sebagian besar asam
amino kedalam sel. Asam amino yang dengan kuat diangkul adalah:
valin, leusin, isoleusin, tirosin dan venilalanin. Jadi, insulin bersam-
sama horman pertumbuhan mempunyai kemampuan untuk
meningkatkan asam pemasukan asam amino kedalam sel.
2. Insulin mempunyai efek langsung meningkatkan translasi RNA
massenger pada ribosom, sehingga terbentuk protein baru. Bila tidak
ada insulin, maka ribosom akan berhenti bekerja.
3. Sesudah melewati periode waktu yang lebih lama, insulin juga
meningkatkan kecepatan transkripsi rangkaian genetik DNA yang
terpilih didalam inti sel, sehingga menyebabkan peningkatan jumlah
RNA dan beberapa sintesi protein, trutama meningkatkan satu kesatuan
enzim yang besar untuk penyimpanan karbohidrat, lemak dan protein.
4. Insulin juga menghambat proses katabolisme protein, jadi mengurangi
kecepatan pelepasan asam amino dari sel, khususnya dari sel-sel otot.
Hal ini akibat dari beberapa kemampuan insulin untuk mengurangi
pemacahan insulin yang normal lisosom sel.
5. Di dalam hati, insulin menekan kecepatan glukoneogenesis. Hal ini
terjadi dengan cara mengurangi aktivitas enzim yang dapat
meningkatkan glukogenesis. Oleh karena itu bahan yang terbanyak
digunakan untuk sintesis glukosa melalui prose glukoneogenesis adalah
asam amino dalam plasma, maka proses penekana glukogenesis akan
menghemat pemakaian asam amino dari cadangan protein dalam tubuh.
Ringkasnya, Insulin meningkatkan pembentukan protein dan
mencegah pemecahan protein. Tidak adanya insulin menyebabkan
berkurangnya protein dan peningkatan asam amino plasma. Bila tidaka ada
insulin maka seluruh proses penyimpanan protein menjadi terhenti sama
sekali. Proses katabolisme protein akan meningkat, sintesis protein berhenti,
dan banyak sekali asam amino ditimbun dalam plasma. Konsentrasi asam
amoni dala plasma sangat meningkat dan sebagian besar asam amino yang
berlebihan akan langsung dipergunakan sumber energi atau sebagai bahan
yang akan hidup dalam proses glukoneogenesis. Pemecahan asam amino ini
11
juga meningkatkan eskresi ureum dalam urine. Sampah protein yang
dihasilkan merupakan salah satu efek yang serius pada penyakit diabetes
mellitus yang parah. Hal ini dapat menimbulkan kelemahan yang hebat dan
juga terganggunya fungsi organ-organ.
F. Sekresi InsulinSintesis dan sekresi insulin distimulasi oleh glukosa yang
menstimulasi ambilan kalsium (Ca2+) ekstraselular pada sel β. Kation ini
memicu mekanisme kontraktil, di mana mikrotubulus berperan dalam
pergerakan granula yang mengandung insulin menuju membran sel, di mana
granula berfusi dan isi granula dilepaskan ke ruang ekstraselular melalui
eksositosis.
(Lusia M. 2013) Agricultural and Biological Sciences
Sekresi insulin sebagai respons terhadap peningkatan mendadak
glukosa dalam sirkulasi rerjadi secara bifasik: terdapat pelepasan segera
insulin yang disimpan dan berlangsung kurang dari 1 menit, kemudran
diikuti pelepasan insulin baik yang disimpan maupun yang baru disintesis
dan ini berlangsung lebih lama.
12
Banyak zat lainnya menstimulasi pelepasan insulin, namun tidak
semuannya menimbulkan pola pelepasan bifasik. Karbohidrat, sebagian
besar asam amino, dan yang lebih sedikit yaitu asam lemak dan keton.
Semuanya menstimulasi pelepasan insulin. Walaupun sejumlah besar
hormon saluran cerna dapat menstimulasi pelepasan insulin, namun
signifikansi fisiologisnya belum diketahui. Glukagon, yang disintesis di sel
α pankreas, menstimulasi pelepasan insulin melalui efek langsung pada sel
β.
Pelepasan insulin juga dipengaruhi oleh sistem saraf dan
neurotransmiter. Asetilkolin menstimulasi pelepasan insulin, sebagaimana
halnya epinefrin, dan bekerja pada reseptor β. Pada sisi lain, stimulasi
reseptor α menyebabkan inhibisi pelepasan insulin. Sekresi basal insulin
juga dipengaruhi oleh neurotrausmiter. Obat yang memblokade reseptor α-
adrenergik meningkatkan tonus insulin basal, sementara obat yang
menblokade reseptor β mengurangi tonus insulin basal. (Greenstein, 2010)
G. Epinefrin / Adrenalin
Sebagai hormon dan neurotransmiter, epinefrin bekerja pada hampir
semua jaringan tubuh. Kerjanya bervariasi menurut jenis jaringan dan
ekspresi jaringan reseptor adrenergik. Misalnya, tingginya tingkat epinefrin
menyebabkan relaksasi otot polos di saluran pernapasan tetapi menyebabkan
kontraksi otot polos yang melapisi sebagian besar arteriol.
Epinefrin bertindak dengan mengikat berbagai reseptor adrenergik.
Epinefrin merupakan agonis nonselektif dari semua reseptor adrenergik,
termasuk subtipe utama α1, α2, β1, β2, dan β3. Epinefrin yang mengikat
reseptor tersebut memicu sejumlah perubahan metabolik. Reseptor mengikat
α-adrenergik menghambat sekresi insulin oleh pankreas, merangsang
glikogenolisis di hati dan otot, dan merangsang glikolisis dalam otot. Ikatan
reseptor β-adrenergik memicu sekresi glucagon di pankreas, meningkatkan
sekresi hormon adrenokortikotropik (ACTH) oleh kelenjar hipofisis, dan
meningkatkan lipolisis oleh jaringan adiposa. Bersama-sama, efek ini
13
menyebabkan peningkatan glukosa darah dan asam lemak, menyediakan
substrat untuk produksi energi dalam sel di seluruh tubuh.
Physiologic responses to epinephrine by organ
Organ Effects
Heart Increases heart rate
Lungs Increases respiratory rate
Systemic Vasoconstriction and vasodilation
Liver Stimulates glycogenolysis
Systemic Triggers lipolysis
Systemic Muscle contraction
H. Glukagon Dan Fungsinya
Glukagon yaitu suatu hormon yang disekresikan oleh sel-sel alfa
pulau langerhans sewaktu kadar glukosa darah turun, mempunyai beberapa
fungsi yang bertentangan dengan fungsi insulin fungsi yang paling penting
dari hormon ini adalah meningkatkan konsentrasi glukosa darah, yaitu suatu
efek yang jelas bertentangan dengan efek insulin.
Seperti halnya insulin, glukagon merupakan polipeptida besar.
Hormon ini mempunyai berat molekul 3485 dan terdiri atas rantai yang
tersusun dari 29 asam amino. Bila seekor binatang diberi suntikan glukagon
murni, efek hiperglikemik yang hebat akan timbul. Hanya 1 μg/kg glukagon
dalam waktu kira-kira 20 menit saja sudah dapat meningkatkan konsentrasi
glukosa darah kira-kira 20 mg/100 ml darah (peningkatan sebesar 25%)
karena alasan inilah, glukagon juga disebut hormon hiperglikemik (Guyton
& Hall, 2007).
I. Efek Glukagon Terhadap Metabolisme Glukosa
14
Efek utama glukagon terhadap metabolisme glukosa adalah (1)
Pemecahan glikogen hati / glikogenolisis dan (2) Meningkatkan proses
glukoneogenesis di hati. Kedua efek ini sangat menambah persediaan
glukosa di organ-organ tubuh lainnya (Guyton & Hall, 2007).
J. Pengaturan Sekresi Glukagon
Penurunan konsentrasi glukosa darah dari nilai normalnya sewaktu
puasa yang besarnya kira-kira 90 mg/100ml darah hingga mencapai kadar
hipoglikemik, dapat meningkatkan konsentrasi glukagon plasma beberapa
kali lipat. Sebaliknya meningkatnya kadar glukosa darah hingga mencapai
kadar hiperglikemik akan mengurangi kadar glukagon dalam plasma. Jadi,
pada keadaan hipoglikemik, glukagon yang disekresikan dalam jumlah
sangat besar, selanjutnya sangat meningkatkan pengeluaran glukosa dari
hati dan akibatnya membantu memperbaiki keadaan hipoglikemia (Guyton
& Hall, 2007).
Tingginya kadar asam amino, seperti yang terdapat di dalam darah
sesudah makan protein (khususnya asam amino alanin dan arginin), akan
merangsang timbulnya sekresi glukagon, keadaan ini mirip dengan efek
asam amino dalam merangsang timbulnya sekresi insulin. Jadi pada kasus
ini, respon glukagon dan respon insulin tidaklah bertentangan satu sama
lain. Manfaat perangsangan asam amino terhadap sekresi glukagon adalah
bahwa glukagon kemudian memacu konversi cepat asam amino menjadi
glukosa sehingga lebih banyak lagi glukosa yang tersedia untuk jaringan.
Aktivitas fisik yang melelahkan, konsentrasi glukagon dalam darah
sering kali meningkat sebanyak 4-5 kali lipat. Apa yang menyebabkan
keadaan ini masih belum dipahami sebab konsentrasi glukosa darah tidak
begitu menurun. Efek yang menguntungkan dari glukagon adalah mencegah
penurunan kadar glukosa darah.
K. Pengaturan Kadar Glukosa Darah
Pada orang normal, pengaturan besarnya konsentrasi glukosa darah
sangat sempit, biasanya antara 80 dan 90 mg/100ml darah pada seseorang
15
yang sedang berpuasa yang diukur sebelum makan pagi. Konsentrasi ini
meningkat menjadi 120 sampai 140 mg/100 ml darah selama kira-kira satu
jam pertama setelah makan. Namun, sistem umpan balik yang mengatur
kadar glukosa darah dengan cepat mengembalikan konsentrasi glukosa ke
nilai kontrolnya, biasanya terjadi dalam waktu 2 jam setelah absorbsi
karbohidrat yang terakhir. Sebaliknya, pada saat kelaparan, fungsi
glukoneogenesis dari hati menyediakan glukosa yang diperlukan untuk
memnuhi kadar glukosa darah puasa (Guyton & Hall, 2007).
Konsentrasi gula darah perlu dijaga agar tidak meningkat terlalu tinggi
karena empat alasan berikut : (1) glukosa dapat menimbulkan sejumlah
besar tekanan ostotik dalam cairan ekstrasel, dan bila konsentrasi glukosa
meningkat secara berlebihan, akan dapat menimbulkan dehidrasi sel. (2)
tingginya konsentrasi glukosa darah menyebabkan keluarnya glukosa
melalui air seni. (3) Hilangnya glukosa melalui urin juga menimbulkan
diuretik osmotik oleh ginjal, yang dapat mengurangi jumlah cairan tubuh
dan elektrolit, dan (4) Peningkatan jangka panjang glukosa darah dapat
menyebabkan kerusakan pada banyak jaringan, terutama pembuluh darah.
Kerusakan vaskular akibat diabetes melitus yang tidak terkontrol akan
berakibat pada peningkatan resiko serangan jantung, stroke, penyakit ginjal
stadium akhir, dan kebutaan (Guyton & Hall, 2007).
L. Kontrol Hormon Insulin dan Glukagon Selama Latihan
Selama aktivitas fisik, tubuh manusia berusaha mengembangkan suatu
mekanisme kompleks dari mobilisasi hormon yang mengatur dan
menyesuaikan jalur metabolisme ke suatu kondisi yang spesifik. Ketika
aktivitas fisik kepekaan insulin meningkat yang menyebabkan penurunan
kadar glukosa plasma. Oleh karena itu insulin mungkin tidak berperan
dalam meningkatkan transpor glukosa ke dalam otot yang sedang bekerja.
Selama latihan, glukosa dan asam lemak bersamaan dibutuhkan sebagai
bahan bakar metabolisme, maka glukagon meningkat sedangkan insulin
menurun. Dengan turunnya kadar glukosa plasma maka tubuh berusaha
16
untuk mengembalikan kadar glukosa plasma yakni dengan menskresi
hormon glukagon.
1. Kontrol Insulin Selama :Latihan
Hormon insulin satu-satunya hormon glucoregulatory yang mengalami
penurunan pada saat latihan di bawah kondisi fisiologis normal.
Hormon insulin menurun selama lari treadmill dengan waktu yang lama
dengan intensitas 76%VO2max dan pada latihan incremental treadmill
dengam intensitas 47% dan 77% VO2max (tidak ada perbedaan
berpengaruh nyata dicatat pada 100% VO2max)
Banyak penelitian lain juga telah mengamati adanya penurunan yang
sama; penurunan ini banyak terjadi pada latihan jangka waktu lebih
panjang dengan intensitas lebih rendah dibandingkan singkatnya jangka
waktu pendek dengan intensitas latihan yang tinggi. (Bawono, 2008)
Sekresi hormon insulin selama aktivitas fisik diatur oleh :
(1) Konsentrasi Glukosa Darah, tidak tampak suatu mekanisme
pengaturan yang relevan selama latihan sejak kadar glukosa plasma
sedikit. Demikian juga, ketika konsentrasi dari glukosa darah rendah,
mekanisme pengatur ini mungkin menghasilkan satu rangsangan yang
menghambat sekresi hormon insulin; oleh sebab itu, ini tidak boleh
menjadi tidak relevan untuk latihan yang keras dan waktu yang lama.
(2) Kadar Glukagon Plasma, Glucagon adalah suatu hormon perangsang
dari sekresi hormon insulin pada sel beta dan secara tak langsung
meningkatkan glukosa pada darah. Lebih dari itu bahwa selama
latihan kenaikan dari glucagon menghasilkan satu aktivator yang
berakibat langsung pada pengeluaran dari hormon insulin.
(3) Konsentrasi Katekholamin pada Darah. Peningkatan dari
noradrenaline pada darah menghambat sekresi hormon insulin. Sesuai
dengan di atas, kenaikan sekresi catecholamines yang dihasilkan
selama latihan akan berfungsi sebagai suatu mekanisme
penghambatan dari sekresi hormon insulin.
17
(4) Kadar cAMP, meningkatnya cAMP akan merangsang sekresi hormon
insulin. Sebelumnya, telah menjadi anggapan bahwa konsentrasi
cAMP meningkat selama latihan.
(5) Somatostatin, kenaikan dari somatostatin menghambat pengeluaran
dari hormon insulin. Selama latihan ada suatu kenaikan dari hormon
pertumbuhan dan, sangat mungkin, pelepasan somatostatin dihambat.
(Bawono, 2008)
2. Kontrol Glukagon Selama Latihan
Sebagai suatu hormon yang kerjanya berlawanan langsung dengan
hormon insulin, glukagon meningkat sebagai respons dari latihan. Efek
ini telah ditunjukkan oleh latihan yang makin lama makin bertambah dan
latihan daya tahan yang lama. Pada sebuah studi ditemukan bahwa
glucagon lebih meningkat pada skenario latihan dengan waktu yang lebih
panjang (peningkatan tiga kali lipat diatas nilai istirahat) dibandingkan di
latihan incremental (meningkatnya 35% dari istirahat ke VO2max).
(Bawono, 2008)
Mekanisme kontrol sekresi glukagon selama latihan dapat digolongkan
ke dalam dua kategori :
1) Glukagon Aktivator
Meningkatnya penghantaran simpatis yang dihasilkan selama latihan,
atas bantuan jalur β - adrenergic, merangsang sekresi dari glucagon.
Untuk alasan ini, suatu beta-blocker (agen penghambat β -adrenergic)
selama latihan menata meningkatnya sekresi glucagon
Beberapa peneliti (Galbo, Holst, Christensen, 1975) menemukan suatu
hubungan antara kadar glucagon dan kadar dari adrenaline dan
noradrenaline selama latihan yang intensif; walau korelasi ini hanya
berpengaruh nyata pada adrenaline selama latihan dengan intensitas
moderat. Efek Adrenergic ini mungkin dimediasi oleh konsentrasi siklik
cAMP. Ini kemungkinan untuk menjelaskan bahwa peningkatan
konsentrasi dari cAMP masuk ke dalam pankreas yang terisolasi
18
meningkatkan sekresi dari glucagon (Weir, Knowton dan Martin, 1975).
Di samping itu,sekali ditegaskan bahwa terjadi kenaikan dari konsentrasi
cAMP selama aktivitas. Penurunan dari konsentrasi dari glukosa darah
merupakan suatu mekanisme kuat dari sekresi glukagon. Bagaimanapun,
pengurangan dari konsentrasi glukosa darah hanya terjadi setelah latihan
yang intensif dan keras. Konsekuensinya adalah suatu penurunan
konsentrasi glukosa darah mempunyai pengaruh nyata sebagai satu
rangsangan untuk sekresi glukagon dalam kondisi ini (latihan yang
keras). (Bawono, 2008)
2. Glukagon Inhibitor
Kenaikan dari kadar asam lemak bebas di darah secara umum merupakan
suatu mekanisme penghambat untuk sekresi glukagon. Hasilnya adalah
suatu kontrol negatif oleh asam lemak bebas harus diberikan bergantung
kepada latihan untuk individu itu sendiri. Kenaikan dari konsentrasi
glukagon selama latihan mengindikasikan bahwa glukagon aktivator
lebih berperan dominan daripada efek glukagon inhibitor. (Bawono,
2008)
M. Diabetes Miletus
Diabetes Miletus adalah penyakit yang disebabkan oleh hilangnya sekresi
insulin pankreas (tipe 1) atau muncul resistensi yang dikembangkan oleh
tubuh terhadap tindakan pengaturan glukosa dalam tubuh oleh insulin (tipe
2). Untuk mencegah komplikasi penyakit DM dengan penyakit lain, penting
untuk selalu menjaga konsentrasi glukosa plasma dalam kisaran normal
glikemia (70-120 mg/dL). Efek jangka panjang dari diabetes yang
disebabkan karena terjadi hiperglikemia, yaitu konsentrasi glukosa plasma
melebihi 120 mg/dL. Hiperglikemia berkepanjangan dapat menyebabkan
komplikasi dengan penyakit lain, sehingga dapat menyebabkan penyakit
ginjal, kebutaan, dan bahkan kehilangan anggota tubuh. Begitupun dengan
hipoglikemia, yaitu kadar glukosa plasma di bawah 70 mg/dL.
19
Hipoglikemia dapat menyebabkan pusing, koma, atau bahkan kematian.
(Rofiah, 2011)
N. Latihan Pada Penderita Diabetes Miletus
Latihan fisik yang teratur dapat mengurangi risiko serangan diabetes tipe 2
atau yang dikenal dengan Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(NIDDM). Efek perlindungan ini berhubungan dengan tingkat latihan fisik
yang dilakukan secara berkesinambungan. Latihan fisik meningkatkan
pemanfaatan insulin oleh sel tubuh. Penderita diabetes yang melakukan
aktivitas fisik dan tanpa dibantu dengan suntikan insulin dengan kadar
glukosa basal yang tinggi (di atas 140 mg/dL) akan turun di bawah kadar
glukosa orang normal yaitu 100 mg/dL, tetapi lama kelamaan kadar glukosa
basal akan kembali pada kadar glukosa semula, sedangkan penderita
diabetes yang melakukan aktivitas fisik dan dibantu dengan suntikan insulin
dengan kadar glukosa basal yang tinggi (di atas 140 mg/dL) akan turun
sangat rendah, hingga mencapai 50 mg/dL dan kadar glukosa basal awal
lebih rendah daripada kadar glukosa basal semula. (Rofiah, 2011)
Penderita diabetes tipe 1 sebaiknya menunda olahraga apabila kadar gula
darah sedang sangat tinggi (>300 mg/dl) atau sangat rendah (<70 mg/dl).
Olahraga yang terlalu lama justru dapat mengacaukan titik pengaturan
metabolisme glukosa dalam tubuh. Jika kadar insulin plasma pada penderita
diabetes tipe 1 sebelum olahraga adalah tinggi, olahraga dapat menyebabkan
hipoglikemi, bahkan saat sudah tidak ada aktivitas otot. Di sisi lain, jika
kadar insulin plasma sebelum olahraga adalah rendah, olahraga dapat
meningkatkan kadar gula darah dan menyebabkan kondisi ketoasidosis
(gula tidak bisa dimetabolisme sehingga menghasilkan keton yang bersifat
racun bagi tubuh). (Marsetyo, 2011)
Pada pasien diabetes tipe 1 sangat dianjurkan untuk memilih olahraga
intensitas rendah atau sedang. Di sisi lain, olahraga intensitas sedang dan
berat justru memberi manfaat pengaturan metabolisme yang lebih baik pada
pasien dengan diabetes tipe 2. Olahraga intensitas sedang dan berat yang
20
lama dapat menurunkan peningkatan kadar glukosa dan trigliserida yang
dapat disebabkan oleh konsumsi makanan sebelumnya. Bahkan, pada
penderita diabetes turunan, latihan fisik dan diet pembatasan kalori dapat
menghambat proses diabetes menjadi parah, kemungkinan karena
pengurangan sel beta pankreas. Olahraga juga dapat mengurangi faktor
resiko perkembangan arteriosklerosis, yang dapat memicu penyakit jantung,
pada kedua tipe diabetes. (Marsetyo, 2011)
Jenis olahraga yang disarankan adalah minimal yang berintensitas rendah
sampai sedang. Contoh olahraga intensitas rendah, adalah: Jalan santai
Bersepeda santai Yoga. Tapi yang paling baik adalah jenis aerobik, atau
olahraga intensitas sedang, seperti: Jalan cepat, Berenang, Bersepeda,
Menari, Mendaki, atau mesin kardio di gym. Olahraga intensitas sedang
lainnya seperti tenis, sepak bola, basket, juga baik untuk dilakukan.
(Marsetyo, 2011)
21
REFERENSI
Arthur C. Guyton dan John E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Terjemahan : Ed.11. Jakarta: ECG.
Fox, dkk. 1998. Fox’s Physiological basis for Exercise and Sport. 6th ed. Boston USA. WCB/McGraw-Hill.
Greenstein B. Diana f Wood. 2010. The Endocrine System at a Glance Second Edition. Penerbit Erlangga.
Lusia M. 2013. Oxidative Stress in Diabetes Mellitus and the Role Of Vitamins with Antioxidant Actions. Agricultural and Biological Sciences. Dikutip dari: http://www.intechopen.com/books/oxidative-stress-and-chronic-degenerative-diseases-a-role-for-antioxidants/oxidative-stress-in-diabetes-mellitus-and-the-role-of-vitamins-with-antioxidant-actions
Marsetyo, Aldo. 2011. Pilihan Menu Olahraga Bagi Penderita Diabetes. Dikutip: http://www.tanyadok.com/kesehatan/pilihan-menu-olahraga-bagi-penderita-diabetes-2
McArdle, William D. 2010. Exercise Physiology – Nutrition, Energy, adn Human Performance, Seventh Edition. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia.
Nicolai M. Doliba, dkk. 2004. Restitution of defective glucose-stimulated insulin release of sulfonylurea type 1 receptor knockout mice by acetylcholine. American Journal of Physiology Endocrinology and Metabolism. Vol.286 No.5, E834-E843. Dikutip dari: http://ajpendo.physiology.org/content/286/5/E834
Phillip E. Pack. 2007. Anatomi dan Fisiologi. Bandung: PT. Insan Sejati.
Robert K. Murray, et,al. 2003. Biokimia Harper. Terjemahan. Ed.25. Jakarta: EGC.
Rofiah, Noerhayati. 2011. Model Efek Latihan Fisik terhadap Dinamika Glukosa dan Insulin. Dikutip: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/50838
Sherwood,L. 2010. Human Physiology. Brooks Cole, Canada
Z. Alex Ma. 2009. Insulin Secretion. Division of Experimental Diabetes and Aging. Dikutip: http://sbcny.org/Pdfs/Systems_Biomedicine_Course/diabetes_module/class_4/Diabetes_Class_4_Insulin%20Secretion.pdf