pembahasan GC.docx
-
Upload
desy-wulandari -
Category
Documents
-
view
19 -
download
0
description
Transcript of pembahasan GC.docx
IV. Pembahasan
Sebelum proses pemisahan komponen menggunakan GC, sampel terlebih dahulu di
destilasi, dengan tujuan untuk memisahkan senyawa yang kita inginkan dari analitnya. Destilasi
adalah suatu proses penguapan yang diikuti oleh pengembunan. Destilasi dilakukan untuk
memisahkan suatu cairan dari campurannya apabila komponen lain memiliki titik didih jauh
lebih tinggi tidak ikut menguap. Prinsip destilasi yaitu pemisahan bahan kimia berdasarkan
perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan atau didefinisikan juga
teknik pemisahan kimia yang berdasarkan perbedaan titik didih. Dalam penyulingan, campuran
zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk
cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu (Ristiyani, 2008).
Penggunaan etanol atau alkohol sebagai minuman sudah dikenal luas, banyak minuman
beralkohol yang tidak memiliki izin, beredar di masyarakat. Maka tidak mengherankan
keracunan akut maupun kronis akibat etanol sering terjadi. Menurut PER.MENKES No.86/1977,
minuman beralkohol dibedakan menjadi 3 (tiga) golongan yaitu Golongan A dengan kadar
alkohol 1-5% (misalnya bir), Golongan B dengan kadar alkohol 5-20% (misalnya anggur), dan
Golongan C dengan kadar alkohol 20-55% (misalnya wiski dan brendi) (Budiastra, 2009).
Dilihat dari data diatas yang menyebutkan bahwa bir memiliki kadar alcohol antara 1-
5%. Maka destilasi yang dilakukan terhadap sampel yang merupakan bir bintang adalah destilasi
dengan kadar alcohol yang diperkirakan mengandung etanol kurang dari 30% (Depkes RI,1995).
Sehingga dalam proses destilasinya diperlukan penambahan air sejumlah sama dengan
pengambilan destilat (25 mL).
Setelah dilakukan destilasi, destilat diambil sebanyak 23 mL kemudian ditambahkan WFI
(Water For Injection) ad 25 mL. Dilakukan penetapan bobot jenis etanol dengan menggunakan
piknometer. Bobot piknometer kosong yang ditimbang sebesar 15,185 gram, kemudian
piknometer diisi dengan Water For Injection dan didapatkan bobot sebesar25,172 gram,
piknometer kemudian dikeringkan lalu diisi lagi dengan destilat kemudian ditimbang dan
didapatkan bobot sebesar 25,040 gram. Setelah melakukan penimbangan piknometer, dilakukan
perhitungan bobot jenis (ρ) = W 2−W 0W 1−W 0
, W2 = Bobot piknometer berisi destilat
W1= Bobot piknometer berisi Water For Injection
W0= Bobot piknometer kosong
Setelah dilakukan perhitungan diketahui sampel memiliki bobot jenis sebesar 0,987,
menurut Farmakope Indonesia edisi IV 1995, %b/b nya sebesar 7,23. Kadar %b/b nya melebihi
batas normal etanol dalam minuman beralkohol jenis bir yaitu sebesar 5%. Hal ini diakibatkan
karena suhu pada saat destilasi yang tidak tetap pada 25o C, pada saat penimbangan, piknometer
tidak dalam kondisi yang benar-benar kering sehingga dapat mempengaruhi bobot penimbangan.
Destilat yang didapatkan kemudian diambil ………mL, kemudian ditambahkan………
mL isopropanol dan…..mL larutan baku etanol methanol. Isopropanol digunakan sebagai larutan
standar, sesuai dengan metode yang digunakan yaitu penggunaan internal standar. Tujuan dari
penggunaan metode standar internal menggunakan isopropanol adalah untuk membandingkan
hasil yang diperoleh pada penambahan sampel menggunakan isopropanol, dan hasil yang
diperoleh pada sampel yang tidak ditambahkan isopropanol. Dimana dalam metode yang
digunakan apabila tinggi dan luas puncak kromatogram tidak hanya dipengaruhi oleh konsentrasi
analit, tetapi juga oleh fluktuasi laju aliran gas pembawa, temperatur kolom detektor, dan
sebagainya, tetapi dapat dipengaruhi oleh variasi faktor-faktor yang mempengaruhi kepekaan
dan respon detektor. Efek tersebut dapat dihilangkan dengan metode standar internal yang
diketahui dari zat pembanding ditambah sampel yang akan dianalisis (Hendayana, 1994).
Sampel kemudian disaring untuk menghindari pengotor yang dapat mengganggu kinerja
Gas Chromatography , karena GC bersifat sangat sensitive. Setelah sampel disiapkan, larutan
seri standar juga dibuat dengan konsentrasi 0,5%; 1%; 2%; 3%; 4%. Setelah semua bahan telah
siap, maka dapat menginjeksikan larutan seri dari konsentrasi rendah hingga konsentrasi tinggi.
Hal ini dilakukan karena dalam konsentrasi larutan yang tinggi sudah terdapat kadar yang sama
dengan konsentrasi larutan yang rendah. Sehingga tidak mengganggu proses analisis.
Larutan diambil sebanyak 0,3µL, diusahakan agar tidak terdapat gelembung pada syringe
agar tidak mengganggu proses analisa, dan tidak merusak GC. Setelah menginjeksi larutan seri,
kemudian akan keluar………….(yang keluar di monitor). Langkah selanjutnya yang dilakukan
adalah menginjeksikan sampel.
Setelah dilakukan proses ini, data tidak dapat di-burn ke dalam CD karena terdapat
gangguan pada computer. Sehingga data-data yang diperlukan dalam menghitung AUC tidak
ada.
Kesimpulan
1. Kadar etanol dalam sampel (%b/b) sebesar 7,23, dihitung berdasarkan bobot jenis
dengan melakukan destilasi. Hal ini tidak sesuai dengan kadar sampel yang tertera
pada kemasan, diakibatkan oleh beberapa hal antara lain, destilasi dilakukan tidak
pada suhu tetap 25oC, piknometer yang digunakan tidak dikeringkan menggunakan
pengering (misalnya hair dryer) sehingga mempengaruhi bobot penimbangan.
Daftar Pustaka
Budiastra, I.N., I.M.H Jayamiharja., I.G.A.M Negara. 2009. RANCANG BANGUN ALAT UKUR
KADAR ALKOHOL PADA MINUMAN BERBASIS MIKROKONTROLER. Bali: Jurusan Teknik
Elektro Fakultas Teknik Universitas Udayana.
Hendayana, Sumar. 1994. Kmia Instrumen Edisi Kesatu. Semarang : IKIP Semarang Press
Ristiyani, Janik. 2008. Penuntun Praktikum Kimia Organik II. Yogyakarta : Laboratorium UIN Sunan Kalijaga