PROSTO Pembahasan

36
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehilangan gigi biasa disebabkan oleh beberapa hal, antara lain trauma, karies, penyakit periodontal dan iatrogenik. Kehilangan gigi akan menyebabkan gangguan fungsi fonetik, mastikasi, dan estetik serta menyebabkan perubahan lingir alveolar. Tanggalnya gigi dapat mengakibatkan kemampuan menelan dan mencerna makanan berkurang. Kelemahan dan tidak adanya koordinasi dari lidah akan menyebabkan terjadinya retensi makanan di bagian bukal mulut. Sisa makanan yang terus tertimbun dapat mengakibatkan bau mulut, kerusakan gigi, penyakit periodontal, bone loss, dan jika tidak segera diganti dengan gigitiruan maka dapat menyebabkan bergesernya gigi alami ke ruang bekas gigi yang hilang. Dan bila keadaan ini terus berlanjut, akan terjadi disorientasi dari sendi temporomandibula yang dapat menimbulkan rasa nyeri. Kelainan yang mungkin timbul akibat hilangnya gigi yang tidak segera diganti adalah resorbsi tulang alveolar, perubahan dimensi vertikal, dan status kesehatan gigi dan mulut. 1

description

fkg

Transcript of PROSTO Pembahasan

Page 1: PROSTO Pembahasan

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehilangan gigi biasa disebabkan oleh beberapa hal, antara lain trauma,

karies, penyakit periodontal dan iatrogenik. Kehilangan gigi akan menyebabkan

gangguan fungsi fonetik, mastikasi, dan estetik serta menyebabkan perubahan lingir

alveolar.

Tanggalnya gigi dapat mengakibatkan kemampuan menelan dan mencerna

makanan berkurang. Kelemahan dan tidak adanya koordinasi dari lidah akan

menyebabkan terjadinya retensi makanan di bagian bukal mulut. Sisa makanan yang

terus tertimbun dapat mengakibatkan bau mulut, kerusakan gigi, penyakit

periodontal, bone loss, dan jika tidak segera diganti dengan gigitiruan maka dapat

menyebabkan bergesernya gigi alami ke ruang bekas gigi yang hilang. Dan bila

keadaan ini terus berlanjut, akan terjadi disorientasi dari sendi temporomandibula

yang dapat menimbulkan rasa nyeri. Kelainan yang mungkin timbul akibat hilangnya

gigi yang tidak segera diganti adalah resorbsi tulang alveolar, perubahan dimensi

vertikal, dan status kesehatan gigi dan mulut.

Dengan terjadinya kehilangan beberapa gigi alami dari lengkung gigi, maka

gigi yang telah hilang itu harus digantikan dengan menempatkan gigitiruan pada

bagian dari lengkung gigi yang telah kehilangan gigi.

Pada skill lab Prosto ini, pasien bernama Bapak Bukadi datang ke klinik

Prosthodonsia RSGM FKG UNEJ ingin dibuatkan gigi tiruan pada RA dan RB,

karena merasa tidak nyaman saat makan dan sering terjadi luka saat bangun tidur.

Gigi pernah dicabut 2 bulan yang lalu dan terakhir dicabut 1 bulsn yang lalu. Pada

saat pencabutan tidak ada komplikasi. Selama ini pasien belum pernah memakai gigi

tiruan. Pasien merupakan perokok aktif.

1

Page 2: PROSTO Pembahasan

2.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara penegakaan diagnosa pasien tersebut?

2. Bagaimana rencana perawatan yang sebaiknya diambil?

2.3 Tujuan

1. Mengetahui cara penegakaan diagnosa pasien tersebut.

2. Mengetahui rencana perawatan yang sebaiknya diambil.

1.1.1

2

Page 3: PROSTO Pembahasan

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Perawatan prostodonsia merupakan pemulihan atau perbaikan keseimbangan

fungsional seluruh sistem stomatognatik yang meliputi estetik, fonetik, mastikasi dan

penelanan. Hilangnya gigi dari mulut seseorang akan mengakibatkan perubahan-

perubahan anatomis, fisiologis maupun fungsional, bahkan tidak jarang pula

menyebabkan trauma psikologis.

Kehilangan gigi yang terjadi dapat ditanggulangi dengan pembuatan restorasi

berupa gigitiruan lepasan atau gigitiruan cekat. Gigi tiruan lepasan terdiri atas gigi

tiruan sebagian lepasan, untuk menanggulangi kehilangan sebagian gigi dan gigi

tiruan penuh, untuk menanggulangi kehilangan seluruh gigi.

2.1. Anatomi Landmark

Dalam pembuatan gigi tiruan, baik gigi tiruan lengkap maupun gigi tiruan

sebagian lepasan harus diperhatikan mengenai anatomi landmark. Dengan adanya

pemahaman yang baik mengenai anatomi landmark maka dokter gigi bisa membuat

gigi tiruan yang retentif dan tidak mudah lepas saat digunakan.

3

Page 4: PROSTO Pembahasan

4

Page 5: PROSTO Pembahasan

2.2. Gigi Tiruan Lepasan

A. Tujuan Pembuatan GTL

Tujuan pemakaian GTL adalah sebagai berikut:

1. Pemulihan Fungsi Estetik.

Alasan utama seorang pasien mencari perawatn prostodontik biasanya

karena masalah estetik. Nampaknya banyak sekali pasien yang dapat menerima

kenyataan hilangnya gigi, dalam jumlah besar sekalipun, sepanjang penampilannya

tidak terganggu (Aryanto, 1991:33)

2. Peningkatan Fungsi Bicara

Alat bicara yang tidak lengkap dapat mempengaruhi suara penderita,

misalnya pasien yang hilang gigi depan atas dan bawah. Kesulitan bicara dapat

timbul, meskipun hanya bersifat sementara. Dalam hal ini geligi tiruan dapat

5

Page 6: PROSTO Pembahasan

meningkatkan pemulihan kemampuan bicara dengan jelas, terutama bagian

bicaranya.

3. Perbaikan Fungsi Pengunyahan

Setelah pasien menggunakan protesa, ternyata ia merasa ada perbaikan

dalam fungsi pengunyahannya. Perbaikan ini terjadi karena tekanan kunyah dapat

disalurkan secara merata keseluruh bagian jaringan pendukung. Dengan demikian

protesa dapat mempertahankan atau meningkatkan efisiensi kunyah.

4. Pelestarian Jaringan Mulut yang Masih Tersisa

Pemakaian geligi tiruan berperan dalam mencegah atau mengurangi

efek yang timbul karena kehilangn gigi.

5. Pencegahan Migrasi Gigi

6. Peningkatan Distribusi Beban Kunyah

B. Geligi Tiruan Sebagian Lepasan

Menurut Osborne (1925) gigi tiruan sebagian adalah gigi tiruan yang

menggantikan sebagian dari mulutnya.

Fungsi geligi tiruan sebagian lepasan adalah Pemulihan fungsi estetik,

peningkatan fungsi bicara, perbaikan dan peningkatan fungsi pengunyahan,

pencegahan migrasi gigi, peningkatan distribusi beban kunyah

Indikasi dari pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan adalah

1. Adanya daerah tak bergigi terletak pada bagian posterior dari gigi yang masih

ada dan berada pada ke dua sisi rahang (bilateral). Keadaan ini bisa diatasi

dengan dibuatkan gigi tiruan sebagian lepasan dengan desain bilateral dan

perluasan basis distal

2. Daerah yang tidak bergigi terletak dibagian posterior gigi yg ada, pd 1 sisi

rahang/unilateral free end. Keadaan ini bisa diatasi dengan dibuatkan gigi

tiruan sebagian lepasan dengan desain bilateral dan perluasan basis distal

6

Page 7: PROSTO Pembahasan

3. Keadaan tidak bergigi paradental dengan kedua gigi tetangga, tidak lagi

mampu memberi dukungan kepada gigi tiruan secara keseluruhan.

Secara klinis dijumpai keadaan:

Daerah tidak bergigi sudah panjang.

Bentuk dan panjang akar gigi kurang memadai

Tulang pendukung mengalami resorbsi cervikal dan atau disertai

goyangnya gigi secara berlebihan.

Beban oklusal berlebihan

Hal ini dapat diatasi dengan dibuatkan gigi tiruan sebagian lepasan

dukungan gigi dengan desain bilateral.

4. Adanya daerah tidak bergigi pada bagian anterior dari gigi-gigi yang masih

ada dan melewati garis tengah rahang. Keadaan ini bisa diatasi dengan

dibuatkan geligi tiruan sebagian lepasan dengan design bilateral dan dukungan

gigi atau jaringan atau kombinasi.

5. Adanya daerah tidak bergigi paradental dimana gigi asli anterior tidak sdapat

dipakai sebagai gigi penahan atau tak mampu menahan gaya kunyah.Kasus ini

banyak dijumpai pada rahang atas karena gigi caninus yang dicabut akibat

malposisi atau terjadinya kecelakaan. Keadaan seperti ini dengan dibuatkan

geligi tiruan sebagian lepasan bisa diatasi dengan design bilateral dan prinsip

basis berujung bebas tetapi dibagian anterior

6. Adanya daerah tidak bergigi paradental dengan kedua gigi tetangga asli dapat

dipakai sebagai gigi penahan . Kasus seperti ini seringkali merupakan daerah

tak bergigi yang terjadi untuk pertama kalinya dalam mulut. Keadaan ini bisa

diatasi dengan geligi tiruan sebagian lepasan dukungan gigi dan design

uniteral.

Terdapat 3 jenis gigi tiruan sebagian lepasan yang dibedakan menurut bahan

basis gigi tiruannya yaitu gigi tiruan kerangka logam, gigi tiruan dengan basis akrilik

7

Page 8: PROSTO Pembahasan

dan gigi tiruan dengan basis berbahan dasar nilon termoplastik atau sering disebut

dengan flexi (valplast).

Gigi tiruan sebagian

C. Geligi Tiruan Lengkap

Full denture (complete denture) atau gigi tiruan lengkap menurut Soelarko

dan Herman (1980), adalah suatu gigi tiruan yang menggantikan seluruh gigi pada

lengkung rahang sehingga dikenal dengan istilah upper full denture yaitu gigi

tiruan penuh rahang atas serta lower full denture yaitu gigi tiruan penuh rahang

bawah. Indikasi pembuatan gigi tiruan lengkap adalah :

a. Individu yang seluruh giginya telah tanggal atau dicabut.

b. Individu yang masih punya beberapa gigi yang harus dicabut karena

kesehatan atau kerusakan gigi yang masih ada tidak mungkin diperbaiki

c. Bila dibuatkan GTS gigi yang masih ada akan mengganggu keberhasilannya.

d. Kondisi umum dan kondisi mulut sehat.

e. Ada persetujuan mengenai waktu, biaya dan prognosa yang akan diperoleh.

Pasien tidak bergigi mempunyai kecenderungan untuk memajukan mandibula

secara tidak sengaja dan berusaha untuk berkontak dengan rahang atas. Hal ini

dikarenakan adanya perubahan/pengurangan dimensi vertikal dan tidak adanya

sentrik posisi. Sehingga jika pasien dibuatkan gigi tiruan lengkap maka dimensi

vertikal danphysiological rest position akan kembali seperti pada saat gigi asli ada.

8

Page 9: PROSTO Pembahasan

Retensi dapat didefinisikan sebagai kekuatan menahan dari suatu gigi tiruan

terhadap daya lepas pada saat gigi tiruan tersebut dalam keadaan diam. Pemeriksaan

retensi dilakukan dengan memasangkan gigi tiruan kuat-kuat dalam mulut dan

mencoba melepaskannya dengan gaya tegak lurus terhadap bidang oklusal. Bila gigi

tiruan dapat bertahan terhadap gaya-gaya tersebut, berarti gigi tiruan mempunyai

retensi yang cukup.

Gaya-gaya fisik yang berhubungan dengan retensi GTL adalah :

1. Tekanan permukaan, meliputi gaya adhesi antara saliva dan gigi tiruan serta

mukosa.

2. Gaya-gaya dalam cairan, meliputi tegangan permukaan saliva, gaya-gaya

kohesi dalam cairan saliva, dan viskositas saliva, semua mempengaruhi

retensi gigi tiruan dan berhubungan erat dengan ketepatan kontak basis

terhadap jaringan

3. Tekanan atmosfer, yaitu tekanan atmosfer menahan gaya-gaya yang akan

melepaskan gigi tiruan asalkan ada peripherial seal yang utuh.

Menurut Basker dkk (1996), kekuatan retentif memberikan kekuatan

terhadap pengungkitan gigi tiruan dari mukosa pendukung dan bekerja melalui 3

permukaan gigi tiruan antara lain:

a. Permukaan oklusal (occlusal surface) : bagian permukaan gigi tiruan yang

berkontak atau hampir berkontak dengan permukaan yang sesuai pada gigi

tiruan lawan atau gigi asli.

b. Permukaan poles (polishing surface): bagian permukaan gigi tiruan yang

terbentang dari tepi gigi tiruan ke permukaan oklusal, termasuk permukaan

palatal. Bagian basis gigi tiruan inilah yang biasanya dipoles, termasuk

permukaan bukal dan lingual gigi-geligi, dan permukaan ini berkontak dengan

bibir, pipi, dan lidah.

c. Permukaan cetakan (finishing surface): bagian permukaaan gigi tiruan yang

konturnya ditentukan oleh cetakan. Bagian ini mencakup tepi gigi tiruan yang

terbentang ke permukaan poles.

9

Page 10: PROSTO Pembahasan

Tekanan retentif yang berperan terhadap semua permukaan adalah tekanan

otot dan tekanan fisik. Faktor retensi dan stabilisasi adalah faktor yang penting dalam

keberhasilan GTL.

Faktor-faktor yang mempengaruhi retensi GTL, terutama GTL rahang atas:

1. Faktor fisis:

a. Peripherial seal, efektifitas peripherial seal sangat mempengaruhi efek retensi

dari tekanan atmosfer. Posisi terbaik peripherial seal adalah disekeliling tepi

gigi tiruan yaitu pada permukaan bukal gigi tiruan atas, pada permukaan bukal

dan lingual gigi tiruan bawah.

b. Postdam, diletakkan tepat disebelah anterior garis getar dari palatum molle

dekat fovea palatine.

2. Adaptasi yang baik antara gigi tiruan dengan mukosa mulut. Ketepatan kontak

antara basis gigi tiruan dengan mukosa mulut, tergantung dari efektivitas gaya-

gaya fisik dari adhesi dan kohesi, yang bersama-sama dikenal sebagai adhesi

selektif.

3. Perluasan basis gigi tiruan yang menempel pada mukosa (fitting surface). Retensi

gigi tiruan berbanding langsung dengan luas daerah yang ditutupi oleh basis gigi

tiruan.

4. Residual Ridge, karena disini tidak ada lagi gigi yang dapat dipakai sebagai

pegangan terutama pada rahang atas.

5. Faktor kompresibilitas jaringan lunak dan tulang dibawahnya untuk menghindari

rasa sakit dan terlepasnya gigi tiruan saat berfungsi.

Stabilisasi pada gigi tiruan lengkap merupakan kekuatan menahan dari suatu

gigi tiruan terhadap kekuatan daya lepas pada saat gigi tiruan berfungsi (adanya

tekanan fungsional). Tercapainya suatu hasil yang diinginkan, maka diperlukan suatu

alat yang disebut artikulator yang dapat mewakili rahang pasien. Adapun jenis

artikulator yang digunakan disini adalah artikulator jenis simple anatomical type,

yang disebut Free Plane Articulator yang terdiri dari bagian upper member, lower

member, incisal guide pindan mounting tabel.

10

Page 11: PROSTO Pembahasan

 Full Denture

Seseorang yang telah kehilangan gigi-giginya maka akan mengalami gejala-

gejala sebagai berikut :

1. Terganggunya fungsi pengunyahan

2. Terganggunya fungsi bicara

3. Terganggunya fungsi estetis

4. Kesehatan jaringan lunak mulut terganggu

5. Keadaan psikis terpengaruh

GTL perlu digunakan untuk mencegah pengkerutan tulang alveolar,

berkurangnya vetikal dimensi disebabkan turunnya otot-otot pipi karena tidak adanya

penyangga, dan hilangnya oklusi sentrik.

Pada orang yang kehilangan seluruh giginya, vertikal dimensi oklusi alami

akan hilang dan mulut cendurung overclosure. Hal ini akan menyebabkan pipi

berkerut dan masuk ke dalam serta membentuk commisure. Selain itu, lidah sebagai

kumpulan otot yang sangat dinamis karena hilangnya gigi akan mengisi ruang selebar

mungkin sehingga lidah akan membesar dan nantinya dapat menyulitkan proses

pembuatan gigi tiruan lengkap. Selama berfungsi rahang bawah berusaha berkontak

dengan rahang atas sehingga dengan tidak adanya gigi-gigi rahang atas dan rahang

bawah akan menyebabkan hilangnya oklusi sentrik sehingga mandibula menjadi

protrusi dan hal ini menyebabkan malposisi temporo mandibularjoint.

11

Page 12: PROSTO Pembahasan

Keberhasilan pembuatan GTL tergantung dari retensi yang dapat

menimbulkan efek psikologis dan dukungan jaringan sekitarnya, sehingga dapat

mempertahankan keadaan jaringan normal. Hal ini mencakup :

1. Kondisi edentulous (tidak begigi) berupa : processus alveolaris, saliva, batas

mukosa bergerak dan tidak bergerak, kompesibilitas jaringan mukosa, bentuk

dan gerakan otot-otot muka, bentuk dan gerakan lidah.

2. Ukuran, warna, bentuk gigi dan gusi yang cocok

3. Sifat dan material yang hampir sama dengan kondisi mulut

4. Penetapan atau pengaturan gigi yang benar, meliputi :

a. Posisi dan bentuk lengkung deretan gigi

b. Posisi individual gigi

c. Relasi gigi dalam satu lengkung dan antara gigi-gigi rahang atas dan

rahang bawah.

12

Page 13: PROSTO Pembahasan

BAB 3

PEMBAHASAN

3.1. IDENTIFIKASI PASIEN

NamaPenderita : Bapak Bukadi

JenisKelamin : Laki-laki

Umur : 52 tahun

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jl. Merpati Indah No 53 Lingkungan Lambuan, Kelurahan

Antirogo Kecamatan Sumbersari, Jember

Operator : Kelompok 1

TanggalPemeriksaan : 27 Maret 2012

Anamnesis : Pasien datang ke klinik Prosthodonsia RSGM FKG UNEJ

ingin dibuatkan gigi tiruan pada RA dan RB, karena merasa

tidak nyaman saat makan dan sering terjadi luka saat bangun

tidur. Gigi pernah dicabut 2 bulan yang lalu dan terakhir

dicabut 1 bulsn yang lalu. Pada saat pencabutan tidak ada

komplikasi. Selama ini pasien belum pernah memakai gigi

tiruan. Pasien merupakan perokok aktif.

Anamnesis : (Diabetes, Candiac disease, Systematic disease, dll)

Pasien dalam keadaan sehat karena tidak ada keluhan.

3.2. PEMERIKSAAN INTRA ORAL

Merupakan pemeriksaan yang di lakukan , untuk mengetahui keadaan rongga

mulut apakah terdapat kelainan atau tidak yang nantinya di gunakan untuk membantu

menegakkan diagnose. Pemeriksaan intra oral dapat meliputi, pemeriksaan jaringan

keras dan lunak rongga mulut.

a. Status Umum

Merupakan pemeriksaan kesehatan fisik secara umum, berupa

13

Page 14: PROSTO Pembahasan

pengambilan data yang meliputi keadaan gigi hilang atau tanggal, sisa akar,

gigi rotasi, dll.

Pemeriksaan meliputi observasi pembengkakan di rongga mulut,

pemeriksaan dengan kaca mulut dan sonde untuk melihat karies, ada tidaknya

kerusakan restorasi, mahkota yang berubah warna, karies sekunder atau

adanya fraktur. Di gunakan untuk rencana terapi terhadap pasien.

Hasil Pemeriksaan

Status umum : Seluruh gigi tidak ada

b. Jaringan Lunak Rongga Mulut

Fungsi pemeriksaan antara lain untuk mengetahui adanya kelainan,

iritasi atau keadaan patologis pada jaringan mukosa rongga mulut. Sebagai

rencana awal perawatan pendahuluan.

Pemeriksaan yang di lakukan dapat membantu mengidentifikasi

inflamasi periradikuler sebagai asal nyeri, meliputi palpasi diatas apeks;

tekanan dengan jari pada mukosa rongga mulut, atau menggoyangkan gigi dan

perkusi ringan dengan ujung gagang kaca mulut.

Hasil pemeiksaan

Jaringan lunak :

Lidah :-ditemukan adanya candidiasis

Gingiva :-ada kemerahan

c. Status Lokalis

14

Page 15: PROSTO Pembahasan

d. Foto Rongent

Tujuan menggunakan foto ini dalam pembuatan protesa sebagian

lepasan adalah untuk:

1. Melihat atau memeriksa struktur tulang yang akan menjadi pendukung tulang

yang padat akan member dukungan yang baik

2. Melihat bentuk, panjang, dan jumlah akar gigi.

3. Melihat kelainan bentuk pada, “residual ridge”, umpamanya bila terdapat suatu

tonjolan pada prosesus alveolaris.

4. Melihatadanyasisaakargigi

5. Menelitikeadaanvitalitasgigi

6. Memeriksanadanyakelainanperiapikal

HasilPemeriksaan

FotoRoentgen :Tidak dilakukan foto roentgen

e. Oklusi

Hubungan gigi –gigi 6 dan 3 adalah mesioklusi, neutronklusi atau

distoklusi. Hubungan gigi 6 atas dan bawah yang normal (neutroklusi) dicapai

bila tonjol mesiobukal gigi 6 atas terletak pada ”groove” bukal gigi 6 bawah.

15

Page 16: PROSTO Pembahasan

Hubungan gigi 3 atas dan bawah yang normal ( neutroklusi ) dicapai bila

tonjol gigi 3 atas terletak diantara dan berkontak dengan lereng distal dari

tonjol gigi 3 bawah dan lereng mesial dari tonjol bukal gigi 4 bawah.

Hubungan gigi - gigi depan dapat berupa :

a) dalam arah horisontal : normal edge to edge atau cross bite

b) dalam arah vertical : open bite, deep bite atau steep bite.

Hasil Pemeriksaan

Oklusi : Tidak ada

f. Vestibulum

Merupakan celah antara mukosa bergerak dan tidak bergerak.

Vestibulum diukur dari dasar fornix hingga hingga puncak ridge.

1. Cara pemeriksaan

Diperiksa menggunakan kaca mulut (nomor 3). Pemeriksaan dilakuka

pada regio posterior dan anterior terutama pada bagian yang tak bergigi,

dimulai dari fornix sampai puncak ridge. Sedangkan pada daerah yang masih

ada giginya, dari dasar fornix sampai ke tepi gingival.

a. Vestibulum dalam : Bila kaca mulut terbenam lebih dari setengah

diameter

b. Vestibulum dangkal : Bila kacamulut yang terbenam kurang dari

setengah diameter kacamulut.

2. Fungsi

Untuk retensi dan stabilitas gigi tiruan. Vestibulum yang lebih dalam

lebih retentive daripada yang dangkal.

HasilPemeriksaan :

Vestibulum : M P A P M

1. Dalam

2. Dangkal

16

1 1 1 1 1

1 1 1 1 1

Page 17: PROSTO Pembahasan

g. Bentuk Insisiv Pertama Atas

Susunan gigi pada tulang rahang membentuk sebuah lengkung yang

memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda-beda tiap individu. Lengkung gigi

adalag garis yang menghubungkan titik kontak antar gigi. Lengkung gigi

didukung oleh setiap gigi yang terletak di dalam suatu basis tulang. Bentuk

lengkung berdasarkan bagian anterior kurve dapat dikategorikan menjadi tiga

yaitu : ovoid, tepered, dan square. Ketiga bentuk lengkung memiliki

kemiripan yang cukup tinggi sehingga sulit dibedakan. Untuk parameter yang

digunakan untuk menentukan hal-hal apa saja yang mempengaruhi bentuk

rahang yaitu interkaninus, intermolar, tinggi kaninus dan tinggi molar.

Hasil Pemeriksaan

Bentuk Insisiv Pertama Atas : Tidak ada (tidak dilakukan pemeriksaan)

h. Frenulum

Frenulum yaitu lipatan jaringan lunak yang menahan pergerakan organ

yang dapat bergerak, termasuk lidah. Frenulum labialis pada rahang atas dan

bawah dan frenulum lingualis pada rahang bawah merupakan struktur yang

perlekatannya seringkali dekat dengan puncak residual ridge

1. Cara Pemeriksaan

Pemeriksaan frenulum meliputi tinggi-rendahnya perlekatan masing-

masing. Frenulum lingualis pada rahang bawah dan f.labialis pada rahang

atas/bawah merupakan struktur yang perlekatannya seringkali dekat dengan

puncak residual ridge. Perlekatan semacam ini akan mengganggu penutupan

tepi (seal) dan stabilitas gigi tiruan.Letak perlekatan frenulum dapat

digolongkan:

Tinggi : bila perlekatannya hampir sampai ke puncak residual

ridge.

Sedang : bila eprlekatannya kira-kira di tengah antara puncak

ridge dan fornix.

17

Page 18: PROSTO Pembahasan

Rendah : bila perlekatannya dekat dengan fornix.

2. Fungsi

Untuk retensi dan estetik. Frenulum yang tinggi dapat meng-ganggu

penutupan tepi (seal) dan stabilitas geligi tiruan.

Frenulum :

1. Tinggi Ling

2. Rendah

Lab Buk

i. Bentuk Ridge

Ridge merupakan puncak tulang alveolar.

1. Cara pemeriksaan

Cara memeriksa bentuk ridge adalah dengan palpasi ridge pada bagian

edentulus.

Terdapat empat macam bentuk ridge antara lain :

square : lebih menguntungkan daya

retentifnya

ovoid : lebih bagus untuk

stabilisasi

tapering : daya retentifnya jelek, tidak

menguntungkan

flat : tidak menguntungkan

2. Fungsi

Bentuk ridge berhubungan dengan – retensi dan stabilitas. Bentuk

ridge square mempunyai retensi yang paling baik karena mempunyai luas

penampang yang luas. Bentuk ridge ovoid mempunyai stabilitas yang baik.

Bentuk ridge tapering, memerlukan relief agar dapat retentif . Bentuk ridge

18

2 1 2

2 2 2 2

Page 19: PROSTO Pembahasan

flat merupakan bentuk yang paling tidak menguntungkan terhadap retensi dan

stabilitas.

Hasil Pemeriksaan

Bentuk Ridge : Posterior kanan RA = squaer

Posterior kiri RA = ovoid

Posterior RB kanan = ovoid

Posterior kiri RB = ovoid

Anterior RA = ovoid

Anterior RB = Ovoid

j. Relasi Ridge Posterior Transversal

Hasil Pemeriksaan : Kurang dari 80

k. Bentuk Dalam Palatum

Berfungsi untuk retensi dan stabilitas. Terdapat empat bentuk palatum,

yaitu :

1) Square: paling menguntungkan

2) Ovoid : menguntungkan

3) Tapering : tidak menguntungkan

4) Flat : tidak menguntungkan

Hasil Pemeriksaan: Ovoid

l. Torus Palatina

Merupakan tonjolan tulang yang terdapat pada garis tengah palatum.

Fungsinya untuk stabilisasi gigi tiruan. Torus palatina ini ada yang besar,

sedang dan kecil. Pemeriksaannya dengan memakai burnisher, denngan

menekan beberapa tempat sehingga dapat dirasakan perbedaan kekenyalan

jaringan.

Hasil Pemeriksaan : kecil

19

Page 20: PROSTO Pembahasan

m. Torus Mandibula

Cara pemeriksaannya sama seperti torus palatinus, pemeriksaan

dengan cara menekan daerah palatum menggunakan burnisher. Bila terasa

ada daerah keras dan daerah tersebut berwarna putih bila ditekan maka

terdapat torus mandibularis.

Kehadiran torus mandibularis dapat mempersulit upaya untuk

memperoleh gigi tiruan yang nyaman karena tepi-tepi gigi tiruan langsung

menekan mukosa yang menutupi tonjolan tulang tersebut. Dalam hal demikian

perlu dilakukan pengambilan torus secara torektomi. Biasanya dilakukan

pengambilan pada tulang ini bila pada pemasangan gigi tiruan dirasakan bisa

mengganggu kestabilan gigi tiruan tersebut.

HasilPemeriksaan:

Ka Ki

Flat kecil

n. Tuber Maxilaris

Disini dapat dilihat besar, sedang atau kecilnya dari satu sisi maupun

dua sisi. Bentuk tuber maxilaris yang besar sangat berguna untuk retensi gigi

geligi tiruan didaerah undercut. Apabila hanya besar pada satu sisinya dapat

diatasi dengan mencari arah pasangnya.

Hasil Pemeriksaan:

20

Page 21: PROSTO Pembahasan

Ka Ki

Kecil Kecil

o. Eksostosis

Merupakan tonjolan tulang pada prossesus alveolaris yang berbentuk

membulat seperti tonus palatinus, torus mandibula serta tajam akibat

pencabutan gigi bila diraba, terasa sakit dan tidak dapat digerakkan.

Cara pemeriksaannya dengan melakukan palpasi, bila terdapat

eksostosis dan mengganggu fungsi gigi tiruan maka dilakukan tindakan

pembedahan (alveolektomi) atau di relief. Fungsi diadakannya pemeriksaan

ini untuk mengetahui ada atau tidaknya tulang menonjol dan terasa sakit

akibat pencabutan yang tidak beraturan dan dapat mempengaruhi pemakaian

gigi tiruan.

Hasil pemeriksaan :

M P A P M

Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Tidak ada Tidak ada ada Tidak ada Tidak ada

p. Rongga Retromylohyoid

Merupakan perlekatan otot didaerah antara molar 2 dan molar 3

disebelah lingual. Daerah ini penting untuk penting untuk daerah retensi gigi

tiruan. Pemeriksaannya dilakukan pada daerah lingual didaerah gigi M2 dan

M3 rahang bawah dengan kaca mulut. Kaca mulut yang terbenam lebih

setengahnya menunnjukkan daerah retro yang dalam, retro dangkal: kaca

mulut terbenam kurang dari setengahnya, retro sedang : kaca mulut terbenam

kira-kira setengahnya.

Hasil pemeriksaan:

Ka Ki

21

Page 22: PROSTO Pembahasan

Dalam Dalam

q. Lain-Lain

Hasil pemeriksaan: tidak ada

3.3. DIAGNOSA

a) Full Edentoulus Ridge

b) Candidiasis

3.4. RENCANA TERAPI

Rencana terapi disusun berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan

secara tuntas. Rencana terapi harus dirinci selengkap dan sebaik mungkin, sehingga

terlihat jelas, tahapan-tahapan perawatan yang akan dilakukan. Tanpa rincian yang

baik, tak mungkin tercapai efisiensi dan efektivitas perawatan yang diharapkan.

Perencanaan terapi merupakan tahap yang tidak bisa dilepaskan dari proses

diagnostik. Sebelum menentukan langkah perawatan prostodontik, hendaknya semua

aspek ditinjau dan dipertimbangkan.

Berdasarkan hasil penetapan diagnosa pasien memerlukan :

1. Perawatan pendahuluan

Bidang Penyakit Mulut : perawatan kandidiasis

2. Gigi Tiruan Lengkap (GTL) pada rahang atas dan rahang bawah.

22

Page 23: PROSTO Pembahasan

BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

a) Anamnesis

Pasien datang ke klinik Prosthodonsia RSGM FKG UNEJ ingin dibuatkan

gigi tiruan pada RA dan RB, karena merasa tidak nyaman saat makan dan sering

terjadi luka saat bangun tidur. Gigi pernah dicabut 2 bulan yang lalu dan terakhir

dicabut 1 bulsn yang lalu. Pada saat pencabutan tidak ada komplikasi. Selama ini

pasien belum pernah memakai gigi tiruan. Pasien merupakan perokok aktif.

b) Pemeriksaan Intra Oral

Status umum : Seluruh gigi tidak ada

Jaringan lunak :

Lidah :-ditemukan adanya candidiasis

Gingiva :-ada kemerahan

Status lokalis : tidak ada gigi

Foto rontgen : tidak dilakukan foto rontgen

Oklusi : Tidak ada oklusi

Vestibulum :

M P A P M

1. Dalam

2. Dangkal

Frenulum :

1. Tinggi Ling

2. Rendah

Lab Buk

Bentuk Ridge : Posterior kanan RA = squaer

Posterior kiri RA = ovoid

Posterior RB kanan = ovoid

23

1 1 1 1 1

1 1 1 1 1

2 1 2

2 2 2 2

Page 24: PROSTO Pembahasan

Posterior kiri RB = ovoid

Anterior RA = ovoid

Anterior RB = Ovoid

Relasi Ridge Posterior : Kurang dari 80

Bentuk dalam palatum : Ovoid

Torus Palatinus : kecil

Torus Mandibularis :

Ka Ki

Flat kecil

Tuber maxilla :

Ka Ki

Kecil Kecil

Eksostosis :

M P A P M

Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Tidak ada Tidak ada ada Tidak ada Tidak ada

Retromylohyoid :

Ka Ki

Dalam Dalam

Lain-lain : tidak ada

c) Diagnosa

Full Edentoulus Ridge

Candidiasis

d) Rencana Terapi

Bidang Penyakit Mulut : perawatan kandidiasis

Bidang Bedah Mulut : perawatan exostosis (alveoktomi)

24

Page 25: PROSTO Pembahasan

Gigi Tiruan Lengkap (GTL) pada rahang atas dan rahang

bawah

25

Page 26: PROSTO Pembahasan

DAFTAR PUSTAKA

Haryanto A. Gunadi, Anton Margo, Lusiana K. Burhan. 1991. Buku Ajar Ilmu Geligi

Tiruan Sebagian Lepasan. Jakarta: Hipokrates

Itjininingsih. 1991. Geligi Tiruan Lepasan. Jakarta: EGC

Jubhari EH. Upaya untuk mengurangi preparasi gigi : Fung shell bridge. Jurnal

Kedokteran Gigi Dentofasial 2007;6(1):27-9.

26