pembahasan hipofisis

download pembahasan hipofisis

of 47

Transcript of pembahasan hipofisis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Hipopituitari 1.Definisi Hipopituitari adalah hiposekresi satu atau lebih hormon hipofisis anterior (Barbara C. Long). Hipopituitari mengacu kepada keadaan sekresi beberapa hormon hipofisis anterior yang sangat rendah (Elizabeth C Erorwin). Hipofungsi hipofise jarang terjadi dalam setiap kelompok usia. Kondisi ini dapat mengenai semua sel hipofise (panhipopituitarisme) atau hanya sel-sel tertentu, terbatas pada satu subset sel-sel hipofise anterior (seperti defisiensi gonadotropik) atau sel-sel hipofise posterior (seperti diabetes insipidus). 2.Etiologi Hipopititarisme dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar hipofisis atau hipotalamus. Penyebabnya mencakup : a. Infeksi atau peradangan b. Penyakit autoimun c. Tumor, misalnya dari sejenis sel penghasil hormon yang dapat mengganggu pembentukan salah satu dari semua hormon lain. d. Umpan balik dari organ sasaran yang mengalami malfungsi. Misalnya, akan terjadi penurunan sekresi TSH, dari hipofisis apabila kelenjar tiroid yang sakit mengeluarkan HT dalam kadar yang berlebihan.e. Nekrosis hipoksik (kematian akibat kekurangan oksigen) hipofisis dan

hipotalamus yang terjadi karena penurunan aliran darah atau oksigenasi dapat merusak sebagian atau semua sel penghasil hormon. Contoh dari nekrotik hipoksik meliputi : Nekrosis postpartum ( sindrom Sheehan) Cedera kepala Penyakit vascular, sering akibat diabetes mellitus

3.Patofisiologi Lebih dari 90% kelenjar harus dihilangkan sebelum tanda-tanda klinis hipopituetarisma bermanifestasi. Perubahan patologi bergantung apa penyebabnya. Pada kasus-kasus yang disebabkan oleh nekrosis istemik, bagian awal nekrosis koagulatif diganti oleh jaringan parut. Efek klinis hipopituitarisme tergantung pada apakan pasien tersebut anak-anak atau dewasa. Hipopituitarisme pada anak-anak mengakibatkan kegagalan perkembangan yang porposiaonal akibat tidak adanya hormon pertumbuhan (dwarfisme hipofisis). Anak-anak ini memiliki kecerdasan normal dan tetap seperti anak-anak , gagal berkembang secara seksual. Gambaran klinis dwarfisme hipofisis yang sama terjadi pada anak-anak yang lahir dengan kelainan reseptor organ akhir terhadap hormone pertumbuhan (dwarfisme hipofisis). Pasien memiliki kadar hormone pertumbuhan yang normal di dalam serum. Pada orang dewasa, hipopituitarisme terutama ditandai dengan efek defisiensi gonadotropin. Pada wanita, terjadi amenore dan infertilitas ; pada pria, terjadi infertilitas dan impotensi. Defisiensi tirotropin dan kortikotropin dapat mengakibatkan atropi tiroid dan korteks adrenal. Meskipun demikian, penurunan sekresi tiroksin dan kortisol jarang cukup berat untuk menyebabkan manisfestasi klinis. Defisiensi hormone pertumbuhan saja menimbulkan sedikit kelainan pada orang dewasa. 4.Tanda dan Gejala Gejala hipopituitari bervariasi tergantung kepada jenis hormon apa yang kurang: a. Kekurangan hormon GH hormon pertumbuhan pada dewasa biasanya Kekurangan

menyebabkan sedikit gejala atau tidak menyebabkan gejala; tetapi pada anak-anak bisa menyebabkan lambatnya pertumbuhan, kadang-

kadang menjadi cebol (dwarfisme). Tanda-tandanya meliputi pertumbuhan lambat, ukuran otot dan tulang kecil, tanda-tanda seks sekunder tidak berkembang, infertilitas, impotensi, libido menurun, nyeri senggama pada wanita.b.

Kekurangan

TSH

menyebabkan

hipotiroidisme,

yang

menimbulkan gejala berupa: kebingungan, tidak tahan terhadap cuaca dingin, penambahan berat badan, sembelit, kulit kering. c. Kekurangan gonadotropin (LH dan FSH) pada wanita premenopause bisa menyebabkan: terhentinya siklus menstruasi (amenore), kemandulan, vagina yang kering, hilangnya beberapa ciri seksual wanita. Pada pria, kekurangan gonadotropin menyebabkan impotensi, pengkisutan buah zakar, berkurangnya produksi sperma sehingga terjadi kemandulan, hilangnya beberapa ciri seksual pria (misalnya pertumbuhan badan dan rambut wajah). d. Kekurangan hormon ADH menyebabkan diabetes insipidus gejalanya adalah : Poliuria (Urin yang dikeluarkan dalam jumlah yang banyak, bisa mencapai 5-10 liter. Urine sangat encer, berat jenis 1001-1005 atau 50-200mOsmol/kgBB.), Polidipsia (Rasa haus yang berlebihan, biasanya mencapai 10 iter cairan tiap hari, terutama membutuhkan air dingin) Penurunan berat badan, Noturia, Kelelahan, Konstipasi, Hipotensi. 5.Pemeriksaan Diagnostik a. Foto tengkorak (cranium) Dilakukan untuk melihat kondisi sella tursika. Dapat terjadi tumor atau juga atropi. Tidak dibutuhkan persiapan fisik secara khusus, namaun pendidikan kesehatan tentang tujuan dan prosedur sangatlah penting. b. Foto tulang (osteo) Dilakukan untuk melihat kondisi tulang. c. CT Scan otak

Dilakukan untuk melihat kemungkinan adanya tumor pada hipofisis atau hipotalamus melalui kompeterisasi. d. Pemeriksaan darah dan urine e. Pemeriksaan kadar hormon GH Nilai normal 10 g ml baik pada anak dan orang dewasa. Pada bayi dibulan-bulan pertama kelahiran jumlahnya meningkat. Specimen adalah darah vena yang diambil lebih kurang 5 cc.

6.Penatalaksanaan Medik Pemberian obat-obatan hormonal. Defisiensi gonadotropin pria post pubertas diberikan androgen (testosteron). Untuk mencapai tingkat kesuburan yang maksimal harus ditambah atau dikombinasikan dengan HCG. HCG diberikan tiga kali seminggu dalam waktu 4-6 bulansampai kadar testosteron normal. Wanita yang telah mencapai pubertas, mendapat terapi estrogen dan progesteron. Defisiensi hormon pertumbuhan dapat diberikan hormon pertumbuhan sintesis (eksogen). Somatotropin (humatrop) harus diberikan sebelum epifise tulang menutup yaitu sebelum masa pubertas. 7.Tindakan Operatif a. Pembedahan transphenoidalis Pendekatan transspenoidal sering digunakan dalam melakukan reseksi suatu adenoma sella tursika dicapai melalui sinus sphenoid dan tumor diangkat dengan suatu mikroskop bedah. Insisi di buat antara gusi dan bibir atas. Pendekatan inipun digunakan untuk memasang implant Y. Suatu lubang dibuat pada durameter pada jalan masuk sella tursika. Biasanya ditutup dengan lapisan fascia yang di ambil dari tungkai, sehingga pasien harus disiapkan untuk insisi tungkai. Pengambilan ini dilakukan untuk mencegah bocornya cairan serebrospinal (CSF). Kebiocoran CSF dapat terjadi beberapa hari postoperatif tapi harus

ditutup. Hidung mungkin mampet dan suatu sling perban ditempatkan di bawahnya untuk mengabsorpsi drainase. Monitoring terhadap adanya kebocoran CSF perlu dilakukan. b. Pembedahan transfrontal Jika tumor hipofise timbul di bawah tulang-tulang dari sella tursika (ekstra sellar), kraniatomi dilakukakan untuk mendapatkan suatu lapang operasi yang cukup. Tumor-tumor intraserebral lain, penyakitpenyakit atau trauma terhadap struktur-struktur yang berdekatan dengan hipofise dapat menyebabkan disfungsi sementara maupun permanen. 2.2 Asuhan Keperawatan Dwarfisme 1. Definisi Dwarfisme ( cebol ) merupakan ganguan pertumbuhan somatic akibat insufesiensi pelepasan Growth Hormone yang terjadi pada anak- anak yang telah mencapai usia 10 tahun mempunyai perkembangan badan anak usia 45 tahun, sedangkan usia 20 tahun mempunyai perkembangan badan usia 710 tahun. Ketika anak-anak tersebut mencapai pubertas maka tanda-tanda seksual sekunder genetalia eksternal gagal berkembang. 2. Etiologi Pituitary dwarfism Kekurangan hormon somatotropin juga kekurangan ACTH, TSH dan gonadotropin. Primordial dwarfism Kekurangan hormon somatotropin. 3. Patofisiologi Pada dwarfisme terdapat defisiensi hormon pertumbuhan sehingga hormon tidak cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Regulasi dari pertumbuhan somatic adalah membutuhkan beberapa hormon, termasuk hormon tubuh (GH), somatedin C (insulin-like growth factor I), hormonhormon tiroid, insulin dan steroid-steroid seks. 4. Tanda dan Gejala

Tanda-tanda dwarfisme meliputi : pertumbuhan lambat ukuran otot dan tulang kecil tanda-tanda seks sekunder tidak berkembang; tidak ada rambut pubis, tidak ada rambut aksila, payudara tidak tumbuh, penis tidak tumbuh, tidak mendapat haid. Infertilitas Impotensi libido menurun nyeri senggama pada wanita. 5. Pemeriksaan Penunjang Defisiensi hormon tumbuh sering tersembunyi (cryptic) dan hanya bisa diketahui dengan melaksanakan tes stimulasi terhadap somatotropin. Dengan foto roentgen/CT-scan mungkin bisa ditemukan mikro/makroadenoma dari hipofisis. 2.3 Diabetes Insipidus 1. Definisia. Diabetes insipidus terjadi akibat penurunan pembentukan hormon

antidiuretik (vasopresin), yaitu hormon yang secara alami mencegah pembentukan air kemih yang terlalu banyak. b. Diabetes insipidus adalah kelainan lobus posterior dari kelenjar hipofisis akibat defisiensi vasopresin yang merupakan hormone anti deuretik/ADH. c. Diabetes insipidus adalah kelainan yang disebabkan oeh ginjal yang tidak berespon terhadap kerja ADH fisiologis. d. Diabetes insipidus adaah suatu penyakit yang ditandai oleh penurunan produksi sekresi dan fungsi dari ADH. (Corwin,2000) e. Diabetes insipidus adalah suatu penyakit yang diakibatkan oleh berbagai penyebab yang dapat mengganggu mekanisme Neurohypophyseal-rena reflex sehingga mengkibatkan kegagalan tubuh dalam mengkonvensi air. (Sjaefoellah, 1996)

f. Diabetes insipidus adalah suatu penyakit yang disebabkan oeh kekurangan ADH yang ditandai oleh jumlah urine yang besar. (Purnawan Junadi, 1992) 2. Etiologi a. Diabetes insipidus disebabkan oleh penurunan produksi ADH baik total maupun parsial oeh hipotalamus atau penurunan pelepasan ADH dari hipofisis 1. Diabetes insipidus sentral Penyebabnya antara lain : Bentuk idiopatik Pasca hipofisektomi Fraktur dasar tulang tengkorak Granuloma : Sarkoid, Tuberkulosis, sifilis, Infeksi, Meningitis, Ensefalitis, Landry-Guillain-Barres syndrome Vascular : Trombosis atau perdarahan serebral, Aneurisma serebral, Postpartum necrosis Histiocytosis : Granuloma eosinofilik, Penyakit Schuller-Christian 2. Diabetes insipidus nefrogenik Penyebabnya antara lain : Penyakit ginjal kronik : Penyakit ginjal polikistik, Medullary cystic disease, Pielonefritis, Obstruksi ureteral, Gagal ginajl lanjut Gangguan elektrolit : Hipokalemia, Hiperkasemia Obat-obatan Kolkisin Penyakit Sickle Cell Gangguan diet : Intake air yang berlebihan, Penurunan intake NaCl, Penurunan intake protein : Litium, Demeklosiklin, Asetoheksamid, Tolazamid, Glikurid, Propoksifen, Amfoarisin, Vinblastin, anterior. Berdasarkan etiologinya, diabetes insipidus dibagi menjadi dua yaitu :

Lain-lain : Multipel myeloma, Amiloidosis, Penyakit Sjogrens, Sarkoidosis 3. Patofisiologi Ada beberapa keadaan yang dapat mengakibatkan Diabetes Insipidus, termasuk didalamnya tumor-tumor pada hipotalamus, tumor-tumor besar hipofisis di sela tursika, trauma kepala, cedera operasi pada hipotalamus. Gangguan sekresi vasopresin antara lain disebabkan oleh Diabetes Insipidus dan sindrom gangguan ADH. Pada penderita Diabetes Insipidus, gangguan ini dapat terjadi sekunder dari destruksi nucleus hipotalamik yaitu tempat dimana vasopressin disintetis (Diabetes Insipidus Sentral) atau sebagai akibat dari tidak responsifnya tubulus ginjal terhadap vasopresin (Diabetes Insipidus nefrogenik). 1. Diabetes Insipidus Sentral Diabetes insipidus sentralis disebabkan oleh kegagalan pelepasan ADH yang secara fisiologis dapat merupakan kegagalan sintesis atau penyimpanan secara anatomis, keadaan ini terjadi akibat kerusakan nukleus supra optik, paraventrikular dan filiformis hypotalamus yang mensintesis ADH. Selain itu diabetes insipidus sentral juga timbul karena gangguan pengangkutan ADH polifisealis dan akson hipofisis posterior dimana ADH disimpan untuk sewaktu-waktu dilepaskan kedalam sirkulasi jika dibutuhkan. Secara biokimia, diabetes insipidus sentral terjadi karena tidak adanya sintesis ADH dan sintesis ADH yang kuantitatif tidak mencukupi kebutuhan, atau kuantitatif cukup tapi merupakan ADH yang tidak dapat berfungsi sebagaimana ADH yang normal. Sintesis neorufisin suatu binding protein yang abnormal, juga menggangu pelepasan ADH. Selain itu diduga terdapat pula diabetes insipidus sentral akibat adanya antibody terhadap ADH. Karena pada pengukuran kadar ADH dalam serum secara radio immunoassay, yang menjadi marker bagi ADH adalah neurofisisn yang secara fisiologis tidak berfungsi, maka kadar ADH yang normal atau meningkat belum dapat memastikan bahwa fungsi ADH itu adalah normal atau meningkat. Dengan demikian

pengukuran kadar ADH sering kurang bermakna dalam menjelaskan patofisiologi diakibatkan oleh diabetes kerusakan insipidus osmoreseptor yang terdapat sentral. pada Termasuk dalam klasifikasi CDI adalah diabetes insipidus yang hypotalamus anterior dan disebut Verneys osmareseptor cells yang berada di luar sawar daerah otak. 2. Diabetes Insipidus Nefrogenik Istilah diabetes insipidus nefrogenik (NDI) dipakai pada diabetes insipidus yang tidak responsif terhadap ADH eksogen. Secara fisiologis NDI dapat disebabkan oleh :a. Kegagalan pembentukan dan pemeliharaan gradient osmotik dalam

medulla renalis b. Kegagalan utilisasi gradient pada keadaan di mana ADH berada dalam jumlah yang cukup dan berfungsi normal. 4. Tanda dan Gejala a.Poliuri 5-15 liter / hari b.Polidipsi c.Berat jenis urine sangat rendah 1001-1005/50-200 miliosmol/kg BB d.Peningkatan osmolaritas serum > 300 m. Osm/kg e.Penurunan osmolaritas urine < 50-200m. Osm/kg 5. Pemeriksaan Penunjang Setelah dapat ditentukan bahwa poliuria yang terjadi adalah diuresis air murni, maka langkah selanjutnya adalah untuk menentukan jenis penyakit yang menyebabkannya. Untuk itu tersedia uji-uji coba berikut : a.Hickey-Hare atau Carter-Robbins test Pemberian infuse larutan garam hipertonis secara cepat pada orang normal akan menurunkan jumlah urine, sedangkan pada Diabetes Insipidus urine akan menetap atau bertambah. b.Fluid deprivation Sebelum pengujian dimulai, pasien diminta untuk mengosongkan kandung kemihnya kemudian ditimbang BBnya, diperiksa volume dan

berat jenis atau osmolalitas urine pertama. Pada saat ini diambil sample plasma untuk mengukur osmolalitasnya. Pasian diminta BAK sesering mungkin paling sedikit setiap jam. Pasien ditimbang tiap jam apabia diuresis lebih dari 300ml/jam, atau setiap 3 jam sekali bia diuresis kurang dari 300ml/jam. Setiap sample urine sebaiknya diperiksa osmoalitasnya dalam keadaan segar atau kalau hal itu tidak mungkin dilakukan semua sample harus disimpan dalam botol yang tertutup rapat serta disimpan dalam lemari es. Pengujian dihentikan setelah 16 jam atau berat badan menurun 3-4% tergantung mana yang lebih dahulu. 2.4 Gigantisme 1. Definisi Gigantisme dan akromegali adalah kelainan yang disebabkan oleh karena sekresi hormone pertumbuhan (HP) atau Growth Hormon (GH) yang berlebihan. (Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1, edisi 3) Gigantisme dan akromegali merupakan peningkatan hormone protein dalam banyak jaringan, meningkatkan penguraian asam lemak dan jaringan adipose dan kadar glukosa darah. (Keperawatan Medikal Bedah, Bruner&Suddarth, 2001) 2. Etiologi Penyebab gigantisme dan akromegali dapat digolongkan sebagai berikut: a) GA (Gigantisme Akromegali) Primer atau Hipofisis, dimana penyebabnya adalah dari mensekresi HP atau C. PATOFISIOLOGI GHRH. adenoma hipofisis. Hipotalamus. b) GA Sekunder atau Hipotalamik, disebabkan oleh karena hipersekresi GHRH c) GA yang disebabkan oleh karena tumor ektopik (paru, pancreas, dll) yang

Melihat besarnya tumor adenoma hipofisis dapat dibedakan dalam dua bentuk yakni, mikro adenoma dengan diameter lebih kecil dari 10 mm dan makro adenoma kalau diameternya lebih dari 10 mm. Adenoma hipofisis merupakan penyebab paling sering. Tumor pada umumnya dijumpai disayap lateral sella tursica. Kadang-kadang tumor ektopik dapat pula dijumpai digaris migrasi rathke pouch yaitu disinus sfenoidalis dan di daerah para farings. Akromegali yang disebabkan oleh karena GHRH (Growth Hormone Realising Hormon) sangat jarang (kurang dari 1%). Namun secara klinis keadaan ini sulit dibedakan dengan akromegali yang disebabkan oleh karena adeno hipofisis. Perbedaannya hanya dibuat atas dasar pemeriksaan histopatologis yang mendapatkan adanya hyperplasia dan bukan adanya adenoma. Penyebab lain adalah tumor Is Let Sel pancreas yang menghasilkan HP (Isolated Ectopic Production Of GH). D. TANDA DAN GEJALA a) Akibat pada tulang (Skelet) Gigantisme Frontal Bossing Kiposis, Ostopenia Artropi Pertumbuhan tulang ekstremitas berlebihan b) Akibat pada jaringan lunak Pelebaran dan penebalan hidung, lidah, bibir, dan telinga Pembesaran tangan dan kaki Kulit tebal, basah, dan berminyak Lipatan kulit kasar, skin tag Acanthosis nigricans Hipertrikosis Suara parau c) Akibat pada proses metabolisme

Gangguan toleransi glukosa/diabetes melitus Hiperfosfatemia Hiperlipidemia Hiperkalsemia Kelebihan hormon pertumbuhan (GH) sering terjadi pada usia antara decade kedua dan keempat, karena GH pada decade dua (usia 5 tahun) merupakan stadium awal perjalanan penyakit secara lambat. Sedangkan pada decade keempat terjadi secara terus-menerus setelah stadium awal yang melewati decade tiga sehingga tampak gejala GH: Frontal Bossing, Pembesaran tangan dan kaki, dll. E. GAMBARAN KLINIS Gambaran klinis akibat pembesaran tumor: 1) Pembesaran keatas (Superior) Sakit kepala Gangguan penglihatan 2) Pembesaran ke lateral Kelumpuhan saraf III, IV, V, dan VI Penyumbatan pembuluh darah (sinus kavenosus) Kejang (temporal lobe seizures) 3) 4) 5) Pertumbuhan ke inferior (dasar sella) CSF Rinorea Pertumbuhan ke anterior Perubahan kepribadian (frontal lobe type personality changes) Infark (pituitary appoplexia) F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Tumor hipofisis saat ini dapat diketahui melalui pemeriksaan: CT Scan dan dilanjutkan dengan pemeriksaan MRI (Magnetic Resonance Imaging), yang tumor hipofisis mempunyai kepekaan tinggi untuk mendiagnosis adanya (baik mikro maupun makroadenoma)

Laboratorium darah yaitu pemeriksaan darah yang mengukur kadar GH akan gigantisme dan akromegali

menunjang diagnosis

G. KOMPLIKASI 1. Hipertropi jantung 2. Hipertensi 3. Diabetes melitus

H. PENATALAKSANAAN Tujuan pengobatan adalah: 1) Menormalkan tubuh kembali kadar GH atau IGF1/SM-C 2) Memperkecil tumor atau menstabilkan besarnya tumor 3) Menormalkan fungsi hipofisis 4) Mencegah komplikasi akibat kelebihan kadar GH/IFG1 atau SM-C akibat pembesaran tumor Dalam hal ini dikenal 3 macam terapi, yaitu: 1) Terapi pembedahan 2) Terapi radiasi 3) Terapi medikamentosa 1) Terapi pembedahan adalah cara pengobatan utama. Dikenal 2 macam pembedahan tergantung dari besarnya tumor yaitu bedah makro dengan melakukan pembedahan pada batok kepala (TC atau Trans Cranial) dan bedah mikro (TESH/ Tans Ethmoid Sphenoid Hypophysectomy). Cara terakhir TESH ini dilakukan dengan cara pembedahan melalui sudut antara celah intra orbita dan jembatan hidung antara kedua mata untuk mencapai tumor hipofisis. 2) Indikasi radiasi adalah sebagai terapi pilihan secara tunggal, kalau tindakan operasi tidak memungkinkan dan menyertai tindakan pembedahan atau masih terdapat gejala aktif setelah terapi pembedahan dilakukan. Tindakan radiasi dapat dilaksanakan dalam 2 cara, yaitu: a) Radiasi secara konversional (Conventinal High Voltage Radiation, 45 69 4500 RAD) b) Radiasi dengan energy tinggi partikel berat (High Energy Particles Radiation, 150 69 15000 RAD)

3) Terapi medikamentosa Agosis dopamine Pada orang normal dopamine atau agosis dopamine dapat meningkatkan kadar HP tetapi tidak demikian halnya pada pasien akromegali. Pada akromegali dopamine ataupun agosis dopamine menurunkan kadar HP dalam darah. Contoh agosis dopamine: a) b) Brokriptin Dianjurkan memberikan dosis 2,5 mg sesudah makan malam, dan dinaikkan secara berkala 2,5 mg setiap 2-4 hari. Perbaikan klinis yang dicapai antara lain adalah: Ukuran tangan dan jari mengecil, dan Terjadi perbaikan gangguan toleransi glukosa Efek samping yang terjadi adalah vaso spasme digital, hipotensi ortostatik, sesak nafas ringan, nausea, konstipasi, dll. c) Ocreotide (long acting somatostatin analogue) Cara pemberian melalui subkutan. Dosis: dosis rata-rata adalah 100-200 mikrogram diberikan setiap 8 jam. Perbaikan klinis yang dicapai: Menurunkan kadar HP menjadi dibawah 5 mikrogram/ 1 pada 50 kasus Menormalkan kadar IGF1/ SM-C pada 50% kasus Penyusunan tumor Efek samping: ringan dan mempunyai sifat sementara yaitu nyeri local/ di daerah suntikan dan kram perut. ADENOMA HIPOFISIS Definisi Otak dapat dipengaruhi berbagai macam tumor. Pasien yang mengalami tumor tersebut akan mengalami gejala-gejala dan defisit neurologi yang tergantung histologi, tipe, lokasi dan cara pertumbuhan dari pada tumor. Diagnosa awal dari tumor sangat penting sekali

untuk mencegah kerusakan neurologis secara permanent. Peranan perawat sangat penting sekali dalam merawat pasien dan keluarganya hal ini disebabkan karena banyak sekali kemungkinan masalah-masalah fisik, psikologis dan sosial yang akan dihadapi. Etiologi Penyebab dari tumor belum diketahui. Namun ada bukti kuat yang menunjukan bahwa beberapa agent bertanggung jawab untuk beberapa tipe tumor-tumor tertentu. Agent tersebut meliptu faktor herediter, kongenital, virus, toksin, dan defisiensi immunologi. Ada juga yang mengatakan bahwa tumor otak dapat terjadi akibat sekunder dari trauma cerebral dan penyakit peradangan. (Fagan Dubin, 1979; Larson, 1980; Adams dan Maurice, 1977; Merrit, 1979). Metastase ke otak dari tumor bagian tubuh lain juga dapat terjadi. Karsinoma metastase lebih sering menuju ke otak dari pada sarkoma. Lokasi utama dari tumor otak metastase berasal dari paru-paru dan payudara. Patofisiologis Tumor intrakranial primer atau neoplasma adalah suatu peningkatan sel-sel intrinsik dari jaringan otak dan kelenjar pituitari dan pineal.. Tumor sekunder/metastase merupakan penyebab tumor intrakranial, kebanyakan merupakan metastase dari tumor paru-paru dan payudara. Prognosis untuk pasien dengan tumor intrakranial tergantung pada diagnosa awal dan penanganannya, sebab pertumbuhan tumor akan menekan pada pusat vital dan menyebabkan kerusakan serta kematian otak. Meskipun setengah dari seluruh tumor adalah jinak, dapat juga menyebabkan kematian bila menekan pusat vital. Gejala-gejala dari tumor intrakranial akibat efek lokal dan umum dari tumor. Efek lokal berupa infiltrasi, invasi dan pengrusakan jaringan otak pada bagian tertentu. Ada juga yang langsung menekan pada struktur saraf, menyebabkan degenerasi dan gangguan sirkulasi lokal. Edema dapat berkembang dan terjadi peningkatan takanan intrakranial (TIK). Peningkatan TIK akan dipindahkan melalui otak dan sistem ventrikel. Dapat juga terjadi sistem ventrikel ditekan dan diganti sehingga menyebabkan obstruksi sebagian vebtrikel. Papilledema akibat dari efek umum dari peningkatan TIK, kematian biasanya akibat dari kompressi otak tengah akibat herniasi. Tumor otak

Oedema otak Obstruksi cerebrospinal cairan

Peningkatan massa otak

Perubahan suplai Hidrosefalus darah ke otak 1. 2. Nekrosis jaringan Kehilangan fungsi secara akut Kejang Peningkatan TIK Nyeri Perubahan perfusi jaringan otak Gagal Kompensasi Vasokontriksi pemb.drh otak Mempercepat absorpsi cairan serebrospinalis

a. Nyeri kepala b. Mual muntah proyektil c. Hipertensi knowledge d. Bradikardi e. Kesadaran menurun Defisit

Tipe Tumor Intrakranial 1. Glioma terdiri dari : Glioblastoma multiforme Astrocytoma Ependymoma Medulloblastoma Oligodendrocytoma 20 % 10 % 6% 4% 5% 15 % 7% 7% 6% 4% 4% 4% 5% 3% 100 %

2. Meningioma 3. Pituitary Adenoma 4. Neurinoma 5. Metastatic Carcinoma 6. Craniophryngioma, Dermoid, Epidermoid, Teratoma 7. Angiomas 8. Sarcomas 9. Unclassified (mostly gliomas) 10. Miscellaous (Pinealoma, Chordoma, Granuloma) Jumlah total : Klasifikasi tumor otak antara lain: a. b. Berdasarkan jenis tumor 1) Jinak Acoustic neuroma Meningioma Pituitary adenoma Astrocytoma (grade I) 2) Malignant Astrocytoma (grade 2,3,4) Oligodendroglioma Apendymoma Berdasarkan lokasi

1) Tumor intradural a) b) Ekstramedular Cleurofibroma Meningioma Intramedular Apendymoma Astrocytoma Oligodendroglioma Hemangioblastoma 2) Tumor ekstradural Merupakan metastase dari lesi primer, biasanya pada payudara, prostal, tiroid, paruparu, ginjal dan lambung. Tumor intraserebral primer : Glioma : astrocytoma, oligodendrogliomas, ependymomas, medulloblastoma dan glioblastoma. Terdapat pada jaringan konektif otak, infiltrasi terutama pada jarinan hemisfer serebral, berkembang cepat. Tumor ekstraserebral primer : a. Meningioma. Terdapat pada lapisan meningeal yang menutupi otak. Biasanya beningna tapi bias berubah menjadi ganas. Bisa timbul tanda dan gejala neurologis seperti anosmia, atropi optic, palsi ekstraokuler, papiledema, disfungsi serebelar. b. c. Tumor pituitary. Neuroma. Terdapat pada berbagai jaringan. Berasal dari sel Schwann pada saraf cranial ketiga. Mulanya benigna kemudian berubah menjadi maligna. Tumor metastase

Sel kanker menyebar ke otak via system sirkulasi, pembedahannya sulit, dan prognosis jelek. Metastase dapat terjadi pada epidural, meningeal atau parenkim otak. Adenoma Hipofisis Adenoma hipofisis merupakan neoplasma yang berasal dari sel-sel pada adenohipofisis. Dengan demikian adenoma hipofisis memiliki beberapa subtipe yaitu: 1) adenoma nonfungsional; 2) prolaktinoma; 3) adenoma hormon pertumbuhan; 4) adenoma kortikotropin; dan 5) adenoma tiroropin. Sampai saat ini, asal adenoma hipofisis masih diperdebatkan apakah terjadi akibat respons yang tidak normal terhadap stimulasi hipotalamus atau berasal dari abnormalitas intrinsik di hipofisis. Aspek genetik tumor ini berkembang setelah ditemukan beberapa onkogen dan gen supresor tumor yang berperan dalam tumorigenesis adenoma hipofisis. Mutasi subunit alfa gen stimulator guanine nucleotide-binding protein (gsp) yang terletak di kromosom 20 menghasilkan suatu sistem sinyal adenilat siklase yang aktif secara independen sehingga meningkatkan cyclic adenosine monophospate (cAMP) yang kemudian mempercepat progresi siklus sel. Mutasi gen supresor tumor seperti gen p53 ditemukan pada banyak kasus adenoma nonfungsional invasif dan adenoma ACTH. Gejala awal adenoma hipofisis sangat bervariasi tergantung jenis sel yang terlibat dan ukuran tumor. Hollenhorst & Younger (1973) seperti yang dikutip oleh Brazis, Masdeu, dan Biller (2007) menyatakan ada beberapa gejala utama adenoma hipofisis. Gejala utama tersebut adalah: gangguan penglihatan, nyeri kepala, akromegali, berhubungan dengan hipopitutarisme, amenore, diplopia, lain-lain. MRI merupakan teknik pencitraan terpilih untuk tumor hipofisis. Gambaran MRI suatu adenoma hipofisis biasanya berupa massa hipofisis yang hipointens di T1WI. Penampakan di T2WI bervariasi tetapi sering hiperintens. Makroadenoma secara khas menyangat dengan pemberian kontras dan terlihat berekspansi ke luar sella turcica (ke sinus cavernosus, ruang suprasella, atau ruang infrasella). Gambar 1 memperlihatkan suatu prolaktinoma.

Terapi adenoma hipofisis sangat bergantung pada jenis tumor dan sejauh mana tumor tersebut mengganggu kualitas hidup pasien. Sering kali pemeriksaan radiologi yang ditujukan untuk hal lain justru menemukan tumor di hipofisis tanpa gejala klinis. Pada semua pasien dengan kasus seperti ini, tetap harus dilakukan pemeriksaan neurologis dan pemeriksaan hormon. Bila hasilnya normal maka dilakukan observasi. Bila terdapat kelainan, segera diterapi. Tujuan terapi adalah meningkatkan kualitas hidup dan kesintasan (survival), menghilangkan efek massa dan gejala serta tanda yang ditimbulkannya, normalisasi pola sekresi hormon, mempertahankan atau memulihkan fungsi hipofisis, dan mencegah rekurensi. Modalitas terapi berupa terapi bedah, medikamentosis, dan radioterapi. Terapi bedah merupakan terapi lini pertama untuk adenoma hipofisis kecuali prolaktinoma karena prolaktinoma sangat responsif terhadap terapi dengan Bromocriptine. Radioterapi dengan iradiasi dan Gamma Knife telah dibuktikan merupakan terapi adjuvan yang efektif untuk mencegah rekurensi tumor.

Gambar 1.

Suatu tumor hipofisis besar (prolaktinoma) pada seorang laki-laki 40

tahun, terlihat pada potongan koronal (a,b), dan sagital (c) T1WI MRI. Gambar b dan c diambil setelah pemberian bahan kontras. Tumor intrasellar dan suprasellar yang besar menekan chiasma opticum dari bawah dan meregangkannya (a). Terdapat penyangatan kontras yang jelas (b,c). Sella turcica terlihat jelas membesar (c).

Manifestasi Klinik Manifestasi klinik umum (akibat dari peningkatan TIK, obstruksi dari CSF)

a. b. c. d. e.

Sakit kepala Nausea atau muntah proyektil Pusing Perubahan mental Kejang

Manifestasi klinik lokal (akibat kompresi tumor pada bagian yang spesifik dari otak) a.Perubahan penglihatan, misalnya: hemianopsia, nystagmus, diplopia, kebutaan, tanda-tanda papil edema. b.Perubahan bicara, msalnya: aphasia c.Perubahan sensorik, misalnya: hilangnya sensasi nyeri, halusinasi sensorik. d.Perubahan motorik, misalnya: ataksia, jatuh, kelemahan, dan paralisis. e.Perubahan bowel atau bladder, misalnya: inkontinensia, retensia urin, dan konstipasi. f. Perubahan dalam pendengaran, misalnya : tinnitus, deafness. g.Perubahan dalam seksual h.Tanda-tanda dan gejala-gejala spesifik lesi dari masing-masing lobus dapat dilihat pada tabel di bawah ini Pemeriksaan Studi diagnostik dan hasil. a. b. c. d. e. f. Scan otak. Meningkatt isotop pada tumor. Angiografi serebral. Deviasi pembuluh darah. X-ray tengkorak. Erosi posterior atau adanya kalsifikasi intrakranial. X-ray dada. Deteksi tumor paru primer atau penyakit metastase. CT scan atau MRI. Identfikasi vaskuler tumor, perubahan ukuran Ekoensefalogram. Peningkatan pada struktur midline. BAB III ASUHAN KEPERAWATAN Format Pengkajian

ventrikel serebral.

A.Identitas Klien Nama Jenis kelamin Tgl.Lahir/umur Agama Suku bangsa Alamat : : : : : :

B.Riwayat keperawatan Penkajian Umum 1. Keluhan Utama Klien mengatakan nyeri pada daerah kepala 2. Riwayat Kesehatan a. Riwayat Kesehatan Sekarang Terjadinya nyeri pada kepala, nausea atau muntah proyektil, pusing, Kejang b. Riwayat Kesehatan Sebelumnya Pasien merasa nyeri di bagian kepala c. Riwayat Kesehatan Keluarga Sebelumnya ada anggota keluarga yang menderita kanker. 3. Observasi Sistem Tubuh(Pemeriksaan Fisik) a. b. c.

Sistem Kardiovaskuler Sistem Pencernaan Mual muntah. Konstipasi Sistem Neuro aphasia hilangnya sensasi nyeri, halusinasi sensorik kejang Sistem Muskuloskeletal dan Sistem Integumen

Tekanan darah lebih dari 130/80.

d.

jatuh, kelemahan, dan paralisis. Turgor kulit kembali lebih dari 3 detik.e.

Sistem Perkemihan Sistem persepsi Sensori

Inkontinensia urin, retensi urin. f. hemianopsia, nystagmus, diplopia, kebutaan, tanda-tanda papil edema. Pemeriksaan Penunjang Scan otak. Meningkatt isotop pada tumor. Angiografi serebral. Deviasi pembuluh darah. X-ray tengkorak. Erosi posterior atau adanya kalsifikasi intrakranial. X-ray dada. Deteksi tumor paru primer atau penyakit metastase. CT scan atau MRI. Identfikasi vaskuler tumor, perubahan ukuran ventrikel serebral. Ekoensefalogram. Peningkatan pada struktur midline. 1. Diagnosa keperawatan 2. Analisa data Pengelompokan data Ds: Pasien mengeluh nyeri kepala Do: Pasien menyeringai kesakitan / Etiologi Tumor otak Peningkatan masa otak Kompensasi: Vasokonstriksi pembuluh darah otak Mempercepat cairan cerebrospinal Masalah keperawatan Gangguan Nyaman Nyeri

Peningkatan TIK Ds: Do: Nyeri Tumor otak Odema cairan otak Perubahan suplai darah keotak Nekrosis jaringan Kejang Perubahan perfusi jaringan Ds: Do: serebral Tumor otak Odema cairan otak Perubahan suplai darah keotak Nekrosis jaringan Kehilangan fungsi otak secara akut Ds: Do: Gangguan mobilitas fisik Tumor otak Ansietas Gangguan mobilitas fisik Perubahan perfusi jaringan cerebral

Obstruksi cerebrosspinal Hidrocepalus Peningkatan TIK Nyeri kepala, mualmuntah proyeksi, hipertensi, kesadaran menurun Ds: Do: ansietas Tumor otak Obstruksi cerebrosspinal Hidrocepalus Peningkatan TIK Nyeri kepala, mualmuntah proyeksi, hipertensi, kesadaran menurun Devisit pengetahuan Diagnosa Prioritas: No 1 2 Tgl/jam 05-04-2012 Diagnosa keperawatan Gangguan nyaman nyeri b.d peningkatan tekanan intra kranial Perubahan perfungsi jaringan cerebral b.d nekrosis jaringan ttd Devisit pengetahuan

3 4 5

Gangguan mobilitas fisik b.d Kehilangan fungsi otak secara akut Ansietas b.d perjalanan penyakit Devisit pengetahuan b.d perjalanan penyakit

Intervensi Keperawatan Diagnosa Keperawatan : Gangguan nyaman nyeri b.d peningkatan tekanan intra kranial Definisi : Pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan meningkat, akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual, potensial atau digambarkan dalam istilah seperti kerusakan; awitan yang tiba-tiba/perlahan dari intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi/dapat diramalkan dan durasinya lebih dari 6 bulan. Tabel Indikator Indikator Tingkat kenyamanan Perilakumengendalikan Nyeri: efek merusak Tingkat nyeri Berat Agak berat Nilai Sedang Ringan Tidakada

Rencana Keperawatan Tgl/J Tujuan dan am KriteriaHasil Dk: Gangguan nyaman nyeri b.d peningkatan Intervensi/rencana Pengkajian:1. Gunakan laporan dari

Rasional Pengkajian:1. Untuk

Paraf

pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk mengumpulkan informasi

melengkapi data pengkajian guna menentukan

tekanan intra kranial Tujuan : Nyeri teratasi dalam 3x24 jam KH :1. Mengenali

pengkajian.2. Minta pasien untuk menilai

tindakan selanjutnya.2. Untuk

nyeri atau ketidaknyamanan pada skala 0 sampai 10 (0 = tidak ada nyeri/ ketidaknyamanan, 10 = nyeri yang sangat)3. Gunakan lembar alur nyeri

mengetahui skala nyeri pasien

factor-faktor yang meningkat dan melakukan tindakan pencegahan nyeri2. Jumlah nyeri

untuk memantau pengurangan nyeri dari analgerik dan kemungkinan efek sampingnya.4. Kaji dampak agama, 3. Untuk

memantau alur nyeri guna menentukan melanjutkan langkah selanjutnya4. Untuk

budaya, kepercayaan, dan lingkungan terhadap nyeri dan respon pasien.5. Dalam mengkaji nyeri

berkurang atau hilang3. Efek

mengetahui kekurangan yang berhubungan dengan pengobatan nyeri5. Agar pasien

merusak dari nyeri tidak ada/ berkurang

pasien, gunakan kata-kata yang konsisten dengan usia dan tingkat perkembangan pasien. Pendidikan untuk pasien dan keluarga:1. Masukkan pada instruksi

paham dan tahu apa yang kita sampaikan Pendidikan untuk pasien dan keluarga:1. Agar pasien

saat pemulangan pasien mengenai pengobatan khusus yang harus dikonsumsi, frekuensi pemberian, kemungkinan

dan keluarga

interaksiobat, kewaspadaan khusus saat mengkonsumsi obat.2. Instruksikan pasien untuk

mengetahui aturan penggunaan obat

menginformasikan kepada perawat jika pengurang nyeri tidak dapat dicapai.3. Informasikan pada pasien 2. Agar pasien

tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri dan tawarkan saran koping Aktivitas kolaboratif:1. Kelola nyeri pasca operasi

segeramen dapat tindakan yang lain3. Agar pasien

tahu akan tindakan yang akan dilakukan Aktivitas kolaboratif:1. Agar perawatan

awal dengan pemberian obat yang terjadwal (misalnya, setiap 4 jam atau 36 jam)2. Penatalaksanaan nyeri:

dapat maksimal

laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan saat ini merupakan perubahan yang bermakna dari pengalaman nyeri pasien di masa lalu Aktivitas lain:1. Sesuaikan frekuensi dosis 2. agar pasien segera

mendapat tindakan yang lain yang dapat meringankan nyeri

sesuai indikasi dengan pengkajian nyeri dan efek sampingnya Aktivitas lain:1. Agar pasien

mendapat

2. Bantu pasien untuk

pengobatan yang tepat dalam obat, dosis, serta penggunaan2. Untuk

mengidentifikasi tindakan memenuhi kebutuhan rasa nyaman yang telah berhasil dilakukannya seperti, distraksi, relaksasi, atau kompres hangat/dingin.3. Bantu pasien untuk lebih

mengurangi rasa nyeri akibataktivitas

berfokus pada aktivitas dari pada nyeri/ ketidaknyamanan dengan melakukan pengalihan melalui televise, radio, tape dan kunjungan. Diagnosa 2 Perubahan perfusi jaringan serebral 3. Mengurangi nyeri pasien

Diagnosa Keperawatan : Ketidakefektifan perfungsi jaringan serebral berhubungan dengan adanya masa di otak. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24jam, diharapkan perfungsi jaringan serebral dapat kembali efektif. Tabel Indikator Nilai tid E k Indikator st r e m TD sistolik dan diastolik dalam rentan yang diharapkan B er at S e d a n g R i n g a n ak ad a ga ng gu an

Tidak ada hipotensi ortostatik Tidak ada bising pembuluh darah besar Berkomunikasi dengan jelas Menunjukkan perhatian, konsentrasi, dan orientasi Menunjukkan memori jangka lama dan saat ini Memproses informasi Tabel Intervensi DX/Tujuan/KH DX: Ketidakefektifan perfungsi jaringan serebral Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24jam, diharapkan perfungsi jaringan serebral dapat kembali efektif KH: 3. Pantau adanya parestesi (mati rasa dan kesemutan). Intervensi Pengkajian: 1. Pantau TIK dan respon neurologis pasien terhadap aktifitas keperawatan 2. Pantau tekanan perfungsi serebral Rasional Penkajian: 1. Mengantisi pasi bertambah buruknya kondisi pasien 2. Menjaga tekanan dalam ambang yang disarankan 3. Mengetahu i fungsi kardiovaskuler dan sarafnya, apakah ada ganggguan. Aktivitas Kolaboratif: 1. Menghinda Paraf

1. TD sistolik dan diastolik dalam rentan yang diharapkan 2. Tidak ada hipotensi ortostatik 3. Tidak ada bising pembuluh darah besar 4. Berkomunikasi dengan jelas 5. Menunjukkan perhatian, konsentrasi, dan orientasi 6. Menunjukkan memori jangka lama dan saat ini 7. Memproses informasi

Aktivitas kolaboratif: 1. Pertahankan parameter hemodinamik (misal tekanan arteri sistemik), dalam rentang yang dianjurkan. 2. Berikan obat-obatan untuk meningkatkan volume intravaskuler sesuai permintaan . 3. Tinggikan bagian kepala tempat tidur 0 sampai 45 derajat, bergantung pada kondisi pasien dan permintaan medis. Aktivitas Lain: 1. Perawatan Sirkulasi:

ri bertambah buruknya kondisi pasien.

2. Menstabilk an volume intravaskuler sesuai rentang yang dianjurkan. 3. Melancark an aliran darah menuju otak dan sebaliknya.

Aktivitas Lain: 1. Menghinda ri adanya emboli.

Gunakan stoking antiemboli (misalnya stoking elastis atau pneumatik), bila diperlukan.

Diagnosa 3 Gangguan mobilitas fisik Diagnosa Definisi : Gangguan mobilitas fisik b.d Kehilangan fungsi otak secara akut : Suatu keterbatasan dalam kemandirian, pergerakan fisik yang

bermanfaat dari tubuh atau suatu ekstremitas atau lebih. NOC : Gangguan mobilitas fisik b.d Kehilangan fungsi otak secara akut Sangat banyak Indikator hambatan Adanya hambatan yang cukup Nilai 1 Kesulitan bergerak Melambatnya pergerakan Ketidakstabilan posisi tubuh saat melakukan runtinitas aktivitas sehari-hari INTERVENSI KEPERAWATAN besar Nilai 2 Nilai 3 Nilai 4 Nilai 5 Hambatan Hambatan Tidak ada sedang ringan hambatan

NIC : Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan Paraplegia, paralisis ekstrimitas bawah TGL/J AM DK/TUJUAN/K RITERIA HASIL Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan Paraplegia, paralisis ekstrimitas bawah DO: Paraparesis, gejala paraplegia, keluhan gangguan pergerakan tulang belakang DS : Kifosis tulang belakang Kekakua n leher Kelemahan RENCANA KEPERAWATAN 1. Kaji kebutuhan akan bantuan kesehatan dirumah dan kebutuhan akan peralatan pengobatan 2. Ajarkan pasien tentang dan pantau penggunaan alat bantu mobilitas 3. Ajarkan dan bantu pasien dalam proses perpindahan 4. Rujuk ke ahli terapi fisik untuk progam latihan 5. Ajarkan pasien bagaimana menggunakan postur dan mekanika tubuh yang benar saat melakukan aktivitas RASIONA L 1. Mengeta hui kebutuha n bantuan kesehatan dan peralatan pengobat an pasien 2. Mengeta hui pengguna an alat bantu mobilitas pasien 3. Membant u proses perpinda han pasien 4. Memperc apat progam latihan fisik 5. Memberi PARAF

anggota gerak Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan tidak ada hambatan mobilitas fisik

kan informasi tentang pengunaa n postur dan mekanika tubuh yang benar saat beraktivit as

K.H : Tidak ada kesulitan bergerak Pergerak Kestabila an stabil n posisi tubuh saat melakukan runtinitas aktivitas sehari-hari

1. Kaji kebutuhan pasien akan pendidikan kesehatan 2. Ajarkan teknik ambulasi dan perpindahan yang aman 3. Gunakan ahli terapi fisik/okupasi sebagai sumber untuk mengembangkan perencanaan mobilias 4. Awasi seluruh kegiatan mobilitas dan

1. Men getahui kebutuh an pendidik an kesehata n pasien 2. Me mberika n informas i tentang teknik ambulasi dan perpinda han yang aman

bantu pasien, jia diperlukan

3. Men gemban gkan perencan aan dan mempert ahankan /mening katkan mobilita s 4. Men ghindari keadaan yang dapat memper buruk pasien

1. Tentukan tingkat motivasi pasien untuk mempertahankan/ meningkatkan mobilitas sendi dan otot 2. Dukung pasien atau keluarga untuk memandang keterbatasan dengan realistis

1. Mengeta hui tingkat motifasi pasien dalam mempert ahankan mobilitas 2. Keluarga tidak memaksa kan

3. Letakkan matras/tempat tidur terapeutik dengan benar 4. Atur posisi pasien dengan benar 5. Ubah posisi pasien yang imobilisasi minimal setiap dua jam, berdasarkan jadwal spesifik

aktivitas yang melebihi kemampu aan pasien kenyama nan pasien 4. Menghin dari posisi yang dapat memperb uruk keadaan pasien 5. Menghin dari pasien agar tidak terjadi bedrest

postur tubuh yang 3. Menjaga

Diagnosa 4 Ansietas Definisi: Suatu keresahan, perasaan ketidaknyamanan yang tidak mudah atau dread yang disertai dengan respons autonomis; sumbernya sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu; perasaan khawatir yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Ini merupakan tanda bahaya yang memperingatkan bahaya yang akan terjadi dan memampukan individu untuk membuat pengukuran untu mengatasi ancaman. NOC: Manajemen Ansietas Tidak Indikator Koping positif untuk menghilangkan strees Mempertahankan penampilan peran Gangguan persepsi sensori Fokus pada diri sendiri - Gemetar Kecemasan secara fisik Gerakan kaki - Gerakan tangan Manifestasi perilaku terhadap kecemasan Gelisah, cemas Marah, menyesal, dan menyalahkan Gangguan tidur Insomnia Sering terbangun Ada 1 Sedikit/ Terbatas 2 Sedang Substansial 3 4 Luas 5

NIC: Managemen Ansietas Tgl / Jam 10Tujuan / Kriteria Hasil Klien dan orang 1. Rencana Kaji dan 1. Rasional Mengetahui tingkat Paraf

102011

tua tidak menunjukkan ditandai dengan anak dapat berespon terhadap prosedur pengobatan, orang tua akan mengekspresikan perasaaannya karena memiliki anak dengan kelainan jantung, mendiskusikan rencana pengobatan, dan memiliki keyakinan bahwa orang tua memiliki peranan penting dalam keberhasilan pengobatan. 1. 3. 2.

dokumentasikan tingkat kecemasan pasien setiap 2 jam sekali. Selidiki dengan pasien tentang teknik yang telah dimiliki, belum dimiliki. Pengurangan Ansietas (NIC): Menentukan kemampuan pengambilan keputusan pada pasien. Kembangkan rencana pengajaran dengan tujuan yang realistis, termasuk kebutuhan untuk pengulangan, dukungan, dan pujian atas tugastugas yang telah dipelajari. 2. Pengurangan Ansietas (NIC): Sediakan informasi faktual menyangkut 2. 1. 3. 2.

rasa cemas dan takut pada pasien. Memberikan teknik yang tepat dalam mengurangi ansietas dan untuk mengurangi ansietas dimasa lalu.. Pengurangan Ansietas (NIC): Mengetahui seberapa paham pasien/ keluarga tentang pengurangan ansietas. Mengalihkan ansietas yang dirasakan oleh pasien/ keluarga.

09.30 kecemasan,

Pengurangan Ansietas (NIC): Mengurangi ansietas pada pasien dengan melibatkan pasien kepada perawatan

diagnosis, perawatan dan prognosis. Instruksikan kepada pasien mengenai teknik relaksasi. Jelaskan semua prosedur, termasuk sensasi yang dirasakan selama prosedur. -

yang dilakukan. Relaksasi dapat mengurangi ansietas yang diraakan oleh pasien. Ketika klien mengetahui tentang prosedur yang dilakukan maka ansietas yang ada dalam diri klien tentang pengobatannya akan berkurang. -

1. -

Pengurangan Ansietas (NIC): Berikan pengobatan untuk mengurangi ansietas, sesuai dengan kebutuhan.

1. -

Pengurangan Ansietas (NIC): Pengobatan diberikan ketika ansietas sudah menjadi masalah yang sangat parah dan tidak bisa diselesaikan dengan konseling. Perasaan yang tidak diungkapkan dapat menimbulkan kekacauan internal dan meningkatkan kecemasan

1.

Beri dorongan pada 1. pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan untuk mengeksternalisasi kan ansietas.

2.

Bantu pasien untuk

2.

Sebagai alat untuk

memfokuskan pada situasi saat ini. 3. Sediakan pengalihan seperti televisi, radio, permainan, serta terapi okupasi. 4. Sediakan penguatan yang positif ketika pasien mampu untuk meneruskan aktifitas sehari-hari dan lainnya meski ansietas. 5. Yakinkan pasien kembali dengan menyentuh, saling memberi empatik secara verbal dan nonverbal, dorong pasien untuk mengekspresikan kemarahan dan iritasi, serta izinkan pasien untuk menangis. 6. Kurangi rangsangan yang berlebihan dengan menyediakan lingkungan yang tenang, kontak 7. 6. 5. 4. 3.

mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi ansietas. Mengurangi ansietas dan memperluas fokus. Mengurangi ansietas dengan aktifitas baru.

Perasaan yang tidak diungkapkan dapat menimbulkan kekacauan internal dan meningkatkan kecemasan.

Memberikan kenyamanan dan ketenangan pada pasien sehingga mengurangi ansietas.

Membuat alternatif lain bila cara yang

yang terbatas dengan orang lain. 7. Sarankan terapi alternatif untuk mengurangi ansietas yang diterima oleh pasien. 8. Pengurangan Ansietas (NIC): Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan. Dampingi pasien Berikan pijatan punggung/ pijatan leher, sesuai kebutuhan Jaga peralatan perawatan jauh dari pandangan Bantu pasien untuk mengidentifikasi kan situasi yang mencetuskan ansietas. Beri dorongan kepeda orang terdekat untuk menemani 8.

digunakan tidak efektif. Pengurangan Ansietas (NIC): Pendekatan yang meyakinkan akan lebih memberikan kenyamanan pada klien. Meningkatkan keamanan dan mengurangi takut. Memberikan relaksasi kepada klien atas ketegangan yang dirasakan. Mengurangi ketakutan pasien terhadap peralatan yang digunakan. Mengurangi ansietas yang dirasakan oleh klien. Membantu klien merasa nyaman dengan kehadiran orang terdekat.

sesuai dengan kebutuhan. Diagnosa 5 devisit pengetahuan DEFINISI : Tidak ada atau kurangnya informasi pengetahuan tentang topic spesifik NO TGL/ JAM 1. 18-11DIAGNOSA KEPERAWATAN Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang dilaporkan, pearwatan dirumah dan intruksi evaluasi PARAF

2011/ 08.00 informasi tetang rutinitas paska operasi, gejala untuk

INDIKATOR NOC : Kurang pengetahuan Indikator Pengungkapan permasalahannya secara verbal Gambaran diet yang dianjurkan Penjelasan alasan penganjuran diet Penyeleksian bahan makanan yang dianjurkan dalam diet Pengembangan strategi untuk mengubah kebiasaan diet Pelaksanaan aktivitas pemantauan diri Tingkat pemahaman pada apa yang disampaikan 1 Tidak ada 2 Terbatas 3 Cukup 4 Banyak 5 Luas

INTERVENSI KEPERAWATAN NIC : Management Kurangnya pengetahuan Tgl/ DK/ Tujuan/ Jam Kriteria Hasil DK : Kurang pengetahuan yang Intervensi Aktivitas Keperawatan 1. Pengkajian Cek keakuratan umpan balik untuk Rasional Aktivitas Keperawatan 1. Pengkajian Memastikan bahwa pasien memahami Paraf

berhubungan dengan kurang informasi tetang rutinitas paska operasi, gejala untuk dilaporkan, pearwatan dirumah dan intruksi evaluasi Tujuan : Dalam pemberian asuhan keparawatan selama 2x24 jam, tingkat pemahaman pasien pada apa yang disampaikan oleh perawat dapat dimengerti dan kurangnya pengetahuan dapat terkuragi KH : Pasien sudah dapat mengungkapan permasalahannya secara verbal, dengan

memastikan bahwa pasien memahami penanganan yang dianjurkan dan informasi yang relevan lainnya Tunjukkan kebutuhan pengajaran pasien Lakukan penilaian tingkat pengetahuan pasien dan pahami isinya (misalnya, pengethauan atau prosedur / penanganan yang dianjurkan) Tentukan kemampuan pasien untuk mempelajari informasi Tentukan motifasi pasien untuk mempelajari informasi-informasi yang khusus, sebagai contoh mempercayai kesehatan, ketidakpatuhan, pengalaman dengan keperawatan kesehatan atau pelajaran buruk tentang kesehatan dan konflik keberhasilan2. Pendidikan untuk

penanganan yang dianjurkan dan informasi yang relevan dapat mempermudah perawat dalam proses pemenuhan kebutuhan pasien Menunjukan kebutuhan pengajaran pasien mengejarakan pada pasien untuk mengetahui apa saja yang dibutuhkan dalam pemenuhan kebutuhan Mengetahui penilaian tingkat pengethauan lebig dini dapat mempercepat peoses pemenuhan kebutuhan pasien Mengetahui tingkat kemampuan pasien dalam mempelajari informasi perawat dapat mengetahui tindakan yang harus dilakukan Menetukan motifasi pasien dalam

mengetahui gambaran diet pasien sudah bisa menentukan makanan yang boleh dikonsumsi ataupun yang tidak boleh dikonsumsi, pasien sudah dapat menyeleksian bahan makanan yang dianjurkan dalam diet, pasien diharapkan mampu mengembangan strategi untuk mengubah kebiasaan diet, pasien diharapakan dapat melaksanaan aktivitas pemantauan diri, dan tingkat pemahaman pada apa yang disampaikan oleh perawat kepada

Pasien/ Keluarga Berikan pengajaran sesuai dengan tingkat pemahaman pasien, menulangi informasi bila diperlukan Menggunakan pendekatan pengajran multiple, demonstrasi, dan secara verbal serta umpan balik tertulis Menjalin hubungan Menyusun tujuan pelajaran yang realistis dan saling menguntungkan dengan pasien Menyediakan lingkungan yang kondusif untuk belajar Menyeleksi metode/ strategi pengajran yang tepatdan menyeleksi bahanbahan pengajaran yang tepat Menyediakan waktu bagi pasien untuk menanyakan beberapa pertayaan dan mendiskusikan permasalahanya Mendokumentasikan

mempelajari informasi-informasi akan dapat mempermudah dalam pemberian pembelajaran kepada pasien. 2. Pendidikan untuk Pasien/ Keluarga Memberikan pengajaran yang sesuai dengan tingkat pemahaman pasien perawat dapat menetukan pembelajaran apa yang akan diberikan kepada pasien Melakukan pendekatan dapat mengefektifkan proses pembelajran informasi pasien terhadap pengetahuan Hubugan interpersonal yang baik dapat mempermudah proses pemenuhan kebutuhan pasien Penyusuan program

pasien dapat meningkat dengan baik

isi pembicaraan pada catatan medis, bahan tertulis yang diberikan, dan pemahaman pasien tentang informasi atau perilaku pasien yang menunjukkan belajar Menikutsertakan keluarga atau anggota keluarga lain bila memungkinkan 3. Aktifitas Kolaboratif Memberikan informasi dari sumber-sumber komunitas yang dapat menolong pasien dan mempertahankan program penanganannya Mengembangkan rencana pembelajaran multidisipliner yang terkoordinasi Merencanakan penyesuaian dalam penanganan bersama pasien dan dokter untuk memfasilitasi kemampuan pasien mengikuti penanganan yang dianjurkan

pembelajran yang realistis dan saling menguntungkan pasien dapat dengan mudah memenuhi kebutuhan yang dibutuhkan Lingkungan yang nyaman atau kondusif bisa meningkatakan tingkat pemahaman pasien tentang pengetahuan Memilih program dan bahan pembelajaran pasien sesuai dengan kemampuan akan mempercepat peoses pemenuhan kebutuhan pasien Menyediakan waktu bagi pasien untuk menanyakan beberapa pertayaan dan mendiskusikannya dapat meningkatkan pemahaman pasie tentang suatu pengetahuan Merangkum hasil

pembelajaran dapat 4. Aktivitas Lain Berinteraksi kepada pasien dengan cara yang tidak menghakimi untuk memfasilitasi pengajaran mempermudah pasien dalam memahami permaslahan yang diungkapkan Menikutsertakan keluarga atau anggota keluarga lain bisa menambah kenyamanan dalam pemenuhan kebutuhan dan tujuan pembelajaran dapat terpenuhi dengan maksimal 3. Aktivitas Kolaboratif Memberikan informasi dari sumber-sumber komunitas yang lain dapat menambah wawasan pengetahuan pada pasien Pemberian pembelajaran yang terkoordinasi akan menpermudah perawat dalam pemberian pengetahuan kepada

pasien Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian pengetahuan daharapkan pasien dapat memahami akan pemenuhan kebutuhan tentang pengetahuan yang dibutuhkannya 4. Aktivitas Lain Menciptakan suasan yang baik dalam berkomunikasi dapat meningkatkan pemenuhan kebutuhan akan pengetahuan secara maksimal