Pembahasan Fix
-
Upload
sickhaulfah -
Category
Documents
-
view
218 -
download
0
description
Transcript of Pembahasan Fix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit addison adalah penyakit yang pertama kali ditemukan oleh Addison tahun 1885
penyakit ini disebabkan oleh kerusakan jaringan adrenal. Penyakit ini biasanya bersifat
autoimun dan autoantibodi adrenal dalam plasma ditemukan pada 75-80% pasien. Penyakit
Addison sangat jarang ditemukan. Dari hasil penelitian di Inggris didapatkan hasil dari satu
juta orang hanya terjadi 8 kasus saja. Kebanyakan kasus terjadi antara umur 20 sampai 50
tahun, tetapi dapat pula terjadi pada semua umur. Penyakit ini dapat muncul pertama kali
sebagai krisis addison dengan demam, nyeri abdomen, kolaps hipotensi, serta pigmentasi
kulit dan membran mukosa akibat konsentrasi ACTH yang sangat tinggi dalam sirkulasi.
Penyakit Addison adalah gangguan yang melibatkan terganggunya fungsi dari kelenjar
adrenal yaitu bagian korteks. Hal ini menyebabkan penurunan produksi dua hormon penting
yang diproduksi oleh korteks adrenal yaitu kortisol dan aldosteron. Kelenjar dua adrenal,
masing-masing bertengger di bagian atas dua ginjal. Bagian luar dari kelenjar disebut korteks
dan bagian dalam disebut medula. Masing-masing bagian dari kelenjar adrenal bertanggung
jawab untuk memproduksi berbagai jenis hormon. Kortisol adalah hormon yang sangat kuat
yang dihasilkan oleh korteks adrenal yang berperan mengatur fungsi hampir setiap jenis
organ dan jaringan diseluruh tubuh, dan dianggap sebagai salah satu dari beberapa hormon
mutlak yang diperlukan untuk hidup. Aldosteron diproduksi oleh korteks adrenal memainkan
peran sentral dalam mempertahankan proporsi air dan garam yang sesuai dalam tubuh.
Ketika keseimbangan ini meningkat volume darah yang beredar di seluruh tubuh akan rendah
dan disertai dengan penurunan tekanan darah.
Penyakit Addison juga disebut insufisiensi adrenocortical primer. Dengan kata lain,
adanya gangguan pada adrenocortical primer akan mengakibatkan gangguan terhadap fungsi
tubuh. Oleh karena itu, penyakit addison perlu dikaji lebih lanjut dan dikaji pula mengenai
asuhan keperawatan yang perlu dilakukan pada penyakit Addison.
1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penyusunan makalah ini adalah:
1) Apa defini addison disease?
2) Bagaimana anatomi fisiologi kelenjar adrenal?
3) Apa saja klasifikasi addison disease?
4) Bagaimana etiologi addison disease?
5) Bagaimana patofisiologi addison disease?
6) Apa tanda dan gejala addison disease?
7) Apa saja pemeriksaan penunjang addison disease?
8) Bagaiman asuhan keperawatan addison disease?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:
1) Mahasiswa mampu memahami definisi dari addison disease.
2) Mahasiswa mampu memahami anatomi dan fissiologi kelenjar adrenal.
3) Mahasiswa mampu memahami klasifikasi addison disease.
4) Mahasiswa mampu memahami etiologi addison disease.
5) Mahasiswa mampu memahami patofisiologi addison disease.
6) Mahasiswa mampu memahami tanda dan gejala addison disease.
7) Mahasiswa mampu memahami pemeriksaan penunjang addison disease.
8) Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan addison disease.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Addison Disease
Penyakit Addison adalah suatu kelainan endokrin atau hormon yang terjadi pada semua
kelompok umur dan menimpa pria dan wanita sama rata. Penyakit ini di karakteristikan oleh
kehilangan berat badan, kelemahan otot, kelelahan, tekanan darah rendah dan adakalanya
penggelapan kulit pada kedua bagian-bagian tubuh yang terbuka dan tidak
terbuka. (http://www.totalkesehatan nanda.com/Addison 4html)
Penyakit Addison adalah penyakit yang terjadi akibat fungsi korteks tidak adekuat untuk
memenuhi kebutuhan pasien akan hormon-hormon korteks adrenal (Soediman,1996).
Penyakit Addison adalah lesi kelenjar primer karena penyakit destruktif atau
atrofik,biasanya autoimun atau tuberkulosa (Baroon, 1994).
Penyakit Addison terjadi bila fungsi korteks adrenal tidak adekuat untuk memenuhi
kebutuhan pasien akan kebutuhan hormon – hormon korteks adrenal. (Bruner, dan Suddart
Edisi 8 hal 1325).
Penyakit Addison ialah kondisi yang terjadi sebagai hasil dari kerusakan pada kelenjar
adrenal (Black, 1997).
B. Anatomi Fisiologi Kelenjar Adrenal
Gambar 1. Kelenjar Adrenal (Sumber: Anatomi Fisiologi Sistem Endokrin)
3
Kelenjar adrenal adalah sepasang organ yang terletak dekat kutub atas ginjal, terbenam
dalam jaringan lemak. Kelenjar ini ada 2 buah, berwarna kekuningan serta berada di luar
(ekstra) peritoneal. Bagian yang sebelah kanan berbentuk piramid dan membentuk topi
(melekat) pada kutub atas ginjal kanan. Sedangkan yang sebelah kiri berbentuk seperti bulan
sabit, menempel pada bagian tengah ginjal mulai dari kutub atas sampai daerah hilus ginjal
kiri. Kelenjar adrenal pada manusia panjangnya 4-6 cm, lebar 1-2 cm, dan tebal 4-6 mm.
Kelenjar adrenal mempunyai berat lebih kurang 8 gr, tetapi berat dan ukurannya bervariasi
bergantung umur dan keadaan fisiologi perorangan. Kelenjar ini dikelilingi oleh jaringan
ikat padat kolagen yang mengandung jaringan lemak. Selain itu masing-masing kelenjar ini
dibungkus oleh kapsul jaringan ikat yang cukup tebal dan membentuk sekat/septa ke dalam
kelenjar.
Kelenjar adrenal disuplai oleh sejumlah arteri yang masuk pada beberapa tempat di
sekitar bagian tepinya. Ketiga kelompok utama arteri adalah arteri suprarenalis superior,
berasal dari arteri frenika inferior; arteri suprarenalis media, berasal dari aorta ; dan arteri
suprarenalis inferior, berasal dari arteri renalis. Berbagai cabang arteri membentuk pleksus
subkapsularis yang mencabangkan tiga kelompok pembuluh: arteri dari simpai; arteri dari
kortex, yang banyak bercabang membentuk jalinan kapiler diantara sel-sel parenkim (kapiler
ini mengalir ke dalam kapiler medulla); dan arteri dari medulla, yang melintasi kortex
sebelum pecah membentuk bagian dari jalinan kapiler luas dari medulla. Suplai vaskuler
ganda ini memberikan medulla dengan darah arteri (melalui arteri medularis) dan darah vena
(melalui arteri kortikalis). Endotel kapiler ini sangat tipis dan diselingi lubang-lubang kecil
yang ditutupi diafragma tipis. Di bawah endotel terdapat lamina basal utuh. Kapiler dari
medulla bersama dengan kapiler yang mensuplai kortex membentuk vena medularis, yang
bergabung membentuk vena adrenal atau suprarenalis.
Fungsi kelenjar suprarenalis terdiri dari:
a. Mengatur keseimbangan air, elektrolit dan garam-garam
b. Mengatur atau mempengaruhi metabolisme lemak, hidrat arang dan protein
c. Mempengaruhi aktifitas jaringan limfoid
Kelenjar suprarenalis ini terbagi atas 2 bagian, yaitu :
a. Medula Adrenal
4
Medula adrenal berfungsi sebagai bagian dari sistem saraf otonom. Stimulasi serabut
saraf simpatik pra ganglion yang berjalan langsung ke dalam sel-sel pada medulla adrenal
akan menyebabkan pelepasan hormon katekolamin yaitu epinephrine dan norepinephrine.
Katekolamin mengatur lintasan metabolik untuk meningkatkan katabolisme bahan bakar
yang tersimpan sehingga kebutuhan kalori dari sumber-sumber endogen terpenuhi.
Efek utama pelepasan epinephrine terlihat ketika seseorang dalam persiapan untuk
memenuhi suatu tantangan (respon Fight or Fligh). Katekolamin juga menyebabkan
pelepasan asam-asam lemak bebas, meningkatkan kecepatan metabolic basal (BMR) dan
menaikkan kadar glukosa darah.
b. Korteks Adrenal
Korteks adrenal tersusun dari zona yaitu zona glomerulosa, zona fasikulata dan zona
retikularis. Korteks adrenal menghasilkan hormon steroid yang terdiri dari 3 kelompok
hormon:
1) Glukokortikoid
Hormon ini memiliki pengaruh yang penting terhadap metabolisme glukosa;
peningkatan hidrokortison akan meningkatan kadar glukosa darah. Glukokortikoid
disekresikan dari korteks adrenal sebagai reaksi terhadap pelepasan ACTH dari lobus
anterior hipofisis. Penurunan sekresi ACTH akan mengurangi pelepasan
glukokortikoid dari korteks adrenal. Glukokortikoid sering digunakan untuk
menghambat respon inflamasi pada cedera jaringan dan menekan manifestasi alergi.
Efek samping glukokortikoid mencakup kemungkinan timbulnya diabetes militus,
osteoporosis, ulkus peptikum, peningkatan pemecahan protein yang mengakibatkan
atrofi otot serta kesembuhan luka yang buruk dan redistribusi lemak tubuh. Dalam
keadaan berlebih glukokortikoid merupakan katabolisme protein, memecah protein
menjadi karbohidrat dan menyebabkan keseimbangan nitrogen negatif.
2) Mineralokortikoid
Mineralokortikoid pada dasarnya bekerja pada tubulus renal dan epitelgastro
intestinal untuk meningkatkan absorpsi ion natrium dalam proses pertukaran untuk
mengeksresikan ion kalium atau hydrogen. Sekresi aldesteron hanya sedikit
dipengaruhi ACTH. Hormon ini terutama disekresikan sebagai respon terhadap adanya
angiotensin II dalam aliran darah. Kenaikan kadar aldesteron menyebabkan
5
peningkatan reabsorpsi natrium oleh ginjal dan traktus gastro intestinal yang
cenderung memulihkan tekanan darah untuk kembali normal. Pelepasan aldesteron
juga ditingkatkan oleh hiperglikemia. Aldesteron merupakan hormon primer untuk
mengatur keseimbangan natrium jangka panjang.
3) Hormon-hormon seks Adrenal (Androgen)
Androgen dihasilkan oleh korteks adrenal, serta sekresinya didalam glandula
adrenalis dirangsang ACTH, mungkin dengan sinergisme gonadotropin. Kelompok
hormon androgen ini memberikan efek yang serupa dengan efek hormon seks pria.
Kelenjar adrenal dapat pula mensekresikan sejumlah kecil estrogen atau hormon seks
wanita. Sekresi androgen adrenal dikendalikan oleh ACTH. Apabila disekresikan
secara berlebihan, maskulinisasi dapat terjadi seperti terlihat pada kelainan bawaan
defisiensi enzim tertentu. Keadaan ini disebut Sindrom Adreno Genital.
C. Klasifikasi Addison Disease
Berdasarkan tingkat keparahan , penyakit addison di bagi menjadi dua, yaitu:
1. Akut
Krisis adrenal. Terjadi koma, dan nyeri epigastrik. Kadar gula darah rendah. Keadaan
ini timbul setelah terjadi trauma, hipotensi berat dan sepsis. Yang lebih jarang, keadaan
ini bisa timbul pada pasien yang sebelumnya (dalam waktu 1-1,5 tahun) atau baru-baru
ini mendapat pengobatan kortikosteroid dimana terdapat trauma, pembedahan atau infeksi
akut, atau saat penghentian gangguan steroid. Bisa timbul setelah pembedahan untuk
mengangkat adrenal pada sindrom cussing, atau pada pengobatan kanker payudara
kecuali jika dilakukan terapi penggantian yang adekuat.
2. Kronis
Terdapat kelemahan dan kelelahan yang perlahan-lahan disertai gejala gastrointestinal
berupa anoreksia, penurunan berat badan dan diare. Hipotensi sering kali postural, dan
takikardia timbul pada tahap lanjut dari penyakit. Hiperpigmentasi terjadi pada tempat
yang terpapar matahari, daerah yang mengalami gesekan, lipatan tangan dan mukosa.
Insufisiensi adrenal kronis (penyakit addison) jarang terjadi (prevelansinya di Inggris
4/100.000) dan yang termasuk penyebabnya adalah : distruksi adrenal autoimun; infiltrasi
adrenal dengan kanker sekunder, hodgkin, atau jaringan leukimik; destruksi TB,
6
hemokromatosis, amiloidosis, histoplasmosis yang sering dijumpai. Bisa berhubungan
dengan penyakit autoimun lain yang spesifik-organ, khususnya tiroiditis hasimoto
(sindrom schmidt).
Keadaan ini bisa timbul sekunder akibat hipopituitarisme selama pengobatan TB
adrenal (atau renal) dan pada sindrom adreno genital (David rubenstein. 2007.)
D. Etiologi Addison disease
Penyebab paling umum penyakit Addison adalah kerusakan dan menyusut (atrofi) dari
adrenal korteks.
1. Etiologi dari penyakit Addison bentuk primer :
a. Proses autoimun
Disebabkan oleh kerusakan perlahan dari korteks adrenal, lapisan luar dari kelenjar
adrenal oleh sistim imun tubuh sendiri. Sekitar 70% kasus penyakit Addison
disebabkan oleh kelainan autoimun dengan membuat antibodi yang menyerang
jaringan atau organ tubuh secara perlahan. System imun ini bagian dari PGA
(polyglandular autoimun), yang berkaitan dengan defisiensi polyendocrine :
PGA type I
Disebabkan karena defeks pada T cell-mediated yang diturunkan secara
autosomal resesif. Terjadi pada masa anak-anak, biasanya diikuti oleh
hipoparatiroid, distrofi gigi dan kuku, hipogonadism, anemia pernisiosa, dan
hepatitis kronik aktif.
PGA type II
Disebabkan oleh autoimun yang berhubungan dengan HLA tanpa hipoparatiroid,
berkaitan dengan autoimun dari tiroid. Terjadi pada dewasa muda yang ditandai
dengan hipotiroid, hipogonadism, diabetes mellitus tipe 1, hipopigmentasi, dan
vitiligo. Kombinasi dari penyakit Addison dan hipotiroidism disebut Schmidt’s
syndrome.
Insufisiensi adrenal terjadi ketika 90 persen dari korteks telah dihancurkan.
Akibatnya, hormon glucocorticoid (cortisol) dan mineralocorticoid (aldosterone)
kekurangan.
7
b. Tuberculosis (TB),
Infeksi ini dapat menghancurkan kelenjar adrenal, bertanggung jawab terhadap
20% kasus insufisiensi adrenal primer di negara berkembang. Insufisiensi adrenal
diidentifikasi pertama kali oleh Dr. Thomas Addison, TB ditemukan pada otopsi pada
70 – 90 % dari kasus penyakit addison.
Kerusakan kelenjar Adrenal akibat tuberkulosis didapatkan pada 21% dari
penderita. Tampak daerah nekrosis yang dikelilingi oleh jaringan ikat dengan serbukan
sel-sel limfosit, kadang kadang dapat dijumpai tuberkel serta kalsifikasi Seringkali
didapatkan proses tuberkulosis yang aktif pada organ-organ lain, misalnya
tuberkulosis paru, tuberkulosis genito-urinari, tuberkulosis vertebrata (Pott s disease),
hati, limpa serta kelenjar limpa.
c. Sebab lain
Infeksi kronis, terutama infeksi-infeksi jamur
Sel-se kanker yang menyebar dari bagian-bagian lain tubuh ke kelenjar-kelenjar
adrenal
Amyloidosis, penumpukan protein diberbagai organ.
Pengangkatan kelenjar-kelenjar adrenal secara operasi
2. Etiologi dari penyakit Addison bentuk sekunder :
a. Pada Insufisiensi adrecocortical sekunder, gangguan terjadi di luar ginjal, biasanya
karena defisiensi ACTH. Tanpa ACTH yang menstimulasi adrenal, produksi cortisol
dari kelenjar adrenal turun, namun bukan aldosterone. Bentuk sementara dari
insufisiensi adrenal sekunder terjadi ketika sedang menerima hormon glucocorticoid
seperti prednisone untuk waktu yang lama, secara tiba-tiba berhenti atau memotong
mengkonsumsi obat. Hormon glucocorticoid yang terdapat pada prednisone
menghalangi pelepasan corticotropin-releasing hormone (CRH), akibatnya pituitary
tidak distimulasi untuk melepaskan ACTH, dan adrenal gagal mengeluarkan hormon
cortisol yang cukup.
b. Penyebab lain dari insufisiensi adrenal sekunder adalah operasi pengangkatan dari
tumor jinak atau yang tidak bersifat kanker dari kelenjar pituitary yang memproduksi
ACTH. Pada kasus ini, sumber dari ACTH secara tiba-tiba diangkat, dan hormon
pengganti harus dikonsumsi hingga produksi ACTH dan cortisol yang normal dan
8
pulih kembali. Terdapat Tumor atau infeksi dari area tumor yang meluas/menyebar ke
area lain, radiasi oleh perawatan tumor pituitary, operasi pengangkatan bagian
hypothalamus, Operasi pengangkatan kelenjar pituitary dan hipoperfusi pada pituitari.
c. Insufisiensi adrenal sekunder adalah hipofungsi dari unit pituitary-hipotalamus.
Umumnya kebanyakan menyebabkan perawatan kronik dengan menggunakan
glukokortikoid untuk kasus nonendokrin. Penyebab lain termasuk adrenalectomy
bilateral, hipopituitari menghasilakan penurunan sekresi ACTH oleh kelenjar pituitary,
tumor pituitary atau infark.
E. Patofisiologi Addison disease
Pada hipofungsi kelenjar adrenal disebabakan karena autoimun, dimana sebagian sel sel
korteks adrenal dianggap mempunyai karakteristik yang berbeda. Pada kondisi yang lama
dapat mengakibatkan kerusakan sel kelenjar adrenal, sehingga menimbulkan hipofungsi
kelenjar adrenal yang ditandai oleh adanya penurunan kadar mineralokortiokoid
(aldosteron), glukoortikoid (kortisol) dan androgen.
Pada hipofungsi yang disebabkan karena disfungsi hipothalamikpituitari-adrenal
menyebabkan penurunan produksi kortisol dan penurunan kadar ACTH plasma.
Hipopituitarisme menyebabkan penurunan sekresi ACTH yang kemudian berpengaruh
terhadap penurunan sekresi kortisol dan androgen.
Kekurangan glukokortioid mengakibatkan penghambatan mobilisasi dari protein jaringan
dan penghambat kemampuan hati menyimpan glikogen, hal ini mengakibatkan kelemahan
otot dan hipoglikemia. Penyembuhan luka menjadi lambat, menurunya tahanan vaskuler
perifer karena menurunya respon vaskuler dari katekolamin.
Keadaan akut insufisiensi adrenal atau Addiaonia krisis merupakan keadaan kedaruratan,
dengan faktor pemicu diantaranya kehamilan, pembedahan, infeksi, dehidrasi, demam,
anoreksia, dan emosi yang meningkat. Manifestasi klinis pada krisis adrenal diantaranya
ketidak seimbangan elektrolit, depresi, atau perubahan mental, penurunan volume, hipotensi,
penurunan kesadaran dan syok.
9
F. Tanda dan Gejala Addison Disease
Gejala dari penyakit addison tidak spesifik. Gejala yang muncul biasanya berhubungan
dengan kelelahan, kelemahan, anoreksia, nausea, nyeri abdomen, gastroenteritis, diare dan
labilitas mood. Pada orang dewasa dengan penyakit addison dapat dijumpai penurunan berat
badan 1 – 15 kg. Kelemahan badan ini disebabkan karena gangguan keseimbangan air dan
elektrolit serta gangguan metabolisme karbohidrat dan protein sehingga didapat kelemahan
sampai paralisis oto bergaris. Di samping itu, akibat metabolisme protein, terutama pada sel-
sel otot menyebabkan otot-otot bergaris atropi, bicaranya lemah. Gejala kelemahan otot ini
berkurang setelah pemberian cairan, garam serta kortikosteroid.
Nicholson dan Spaeth melaporkan pada beberapa penderita Addison dapat terjadi
paralisis flasid yang bersifat periodik akibat hiperkalemia dimana mekanismenya belum
diketahui, walaupun hal ini jarang didapatkan (Liotta EA et all 2010).
Nausea, Vomitus, dan nyeri abdomen difus dijumpai sekitar 90% dari klien dan biasanya
merupakan inpending dari krisis addison. Diare kurang umum daripada nausea, vomitus dan
nyeri abdomen dan terjadi pada sekitar 20% klien. Jika dijumpai diare, biasanya akan
disertai dengan komplikasi dehidrasi dan harus segera dihidrasikan. Gajala flu berulang telah
dilaporkan dalam beberapa kasus.
Gangguan mood termasuk depresi, iritabilitas, dan konsentrasi menurun. Diagnosis
mungkin tertunda karena depresi komorbid atau penyakit kejiwaan lainnya (Gardner DG et
all 2007). Temuan fisik termasuk hiperpigmentasi pada kulit dan membran mukosa,
berkurangnya rambut pubis dan aksila pada wanita, vitiligo, dehidrasi, dan hipotensi.
Membran mukosa oral hiperpigmentasi merupakan patognomonik untuk penyakit ini (Liotta
EA et all 2010). Pigmentasi pada penyakit Addison disebabkan karena timbunan melanin
pada kulit dan mukosa. Pigmentasi juga dapat terjadi pada penderita yang menggunakan
kortikosteroid jangka panjang, karena timbul insufisiensiadrenal dengan akibat
meningkatnya hormon adrenokortikotropik. Hormon adrenokortikotropik ini mempunyai
MSH-like effect. Pada penyakit Addison terdapat peningkatan kadar beta MSH dan hormon
adrenokortikotropik (Ganong WF 1983).
Hiperpigmentasi pada kulit (lihat gambar di bawah) dianggap sebagai ciri khas penyakit
Addison dan dijumpai dalam 95% klien dengan insufisiensi adrenal kronis primer. Namun,
10
hiperpigmentasi bukanlah tanda universal ketidakcukupan adrenal. Tampilan kulit normal
tidak menyingkirkan diagnosis penyakit addison.
Gambar 2. Hiperpigmentasi pada kulit
Kulit mungkin tampak normal, atau vitiligo mungkin hadir. Peningkatan pigmentasi
menonjol di daerah kulit seperti lipatan kulit. Hiperpigmentasi ini juga menonjol pada
puting, aksila, perineum. Wanita mungkin kehilangan androgen yang menstimulus
pertumbuhan rambut, seperti rambut pubis dan aksila, karena androgen diproduksi di korteks
adrenal. Pria tidak memiliki kehilangan rambut karena androgen pada laki-laki diproduksi
terutama di testis (Liotta EA et all 2010).
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium :
Diagnosis dari penyakit Addison tergantung terutama pada tes darah dan urin. Tes
diagnostik fungsi adrenal kortikal meliputi:
a. Uji ACTH
Meningkat secara mencolok (primer) atau menurun (sekunder). Tes skrining ini
paling akurat untuk penyakit Addison. Prosedurnya sebagai berikut: batas dasar
plasma cortisol ditarik (waktu ‘0’). Kortisol plasma merespon ACTH secara
intravena, 45 menit kemudian sampel darah diambil. Konsentrasi kortisol seharusnya
lebih besar dari pada 20 µg/dl.
b. Plasma ACTH
Jika gagal menggunakan tes skrining, plasma ACTH dengan akurat akan
mengkategorisasikan dengan insufisiensi adrenal primer (tinggi), atau sekunder
(normal atau rendah).
c. Serum elektrolit
11
Serum sodium biasanya menurun, sementara potassium dan kalsium biasanya
meningkat. Walau pun demikian, natrium dan kalium yang abnormal dapat terjadi
sebagai akibat tidak adanya aldosteron dan kekurangan kortisol.
d. ADH meningkat
Aldosteron menurun, kortisol plasma menurun dengan tanpa respons pada pemberian
ACTH secara IM (primer) atau secara IV.
e. Glukosa: hipoglikemia
f. Ureum/ kreatini
Mungkin meningkat (karena terjadi penurunan perfusi ginjal).
Analisa gas darah : Asidosis metabolic
g. Sel darah merah (eritrosit): normositik,
Anemia normokromik (mungkin tidak nyata/ terselubung dengan penurunan volume
cairan) dan hematokrit (Ht) meningkat (karena hemokonsentrasi). Jumlah limfosit
mungkin rendah, eosinofil meningkat.
h. Urine (24 jam)
17- ketosteroid, 17-hidroksikortikoid, dan 17-ketogenik steroid menurun. Kadar
kortisol bebas menurun. Kegagalan dalam pencapaian atau peningkatan kadar steroid
urin setelah pemeriksaan dengan pemberian ACTH merupakan indikasi dari penyakit
Addison primer (atrofi kelenjar adrenal yang permanen), walaupun peningkatan
kadar ACTH memberikan kesan penyebab supresi hormone sekunder. Natrium urin
meningkat.
2. Pemeriksaan radiografi abdominal menunjukan adanya klasifikasi di adrenal
a. CT Scan
Detektor klasifikasi adrenal dan pembesaran yang sensitif hubungannya dengan
insufisiensi pada tuberculosis, infeksi, jamur, penyakit infiltrasi malignan dan non
malignan dan hemoragik adrenal.
b. Gambaran EKG
Tegangan rendah aksis QRS vertical dan gelombang ST non spesifik abnormal
sekunder akibat adanya abnormalitas elektrolik
c. Tes stimulating ACTH
12
Cortisol adarah dan urin diukur sebelum dan setelah suatu bentuk sintetik dari ACTH
diberikan dengan suntikan. Pada tes ACTH yang disebut pendek cepat. Penyukuran
cortisol dalam darah di ulang 30 sampai 60 menit setelah suatu suntikan ACTH
adalah suatu kenaikan tingkatan – tingkatan cortisol dalam darah dan urin.
d. Tes Stimulating CRH
Ketika respon pada tes pendek ACTH adalah abnormal, suatu tes stimulasi CRH
“Panjang” diperlukan untuk menentukan penyebab dari ketidak cukupan adrenal.
Pada tes ini, CRH sintetik di suntikkan secara intravena dan cortisol darah diukur
sebelum dan 30, 60 ,90 dan 120 menit setelah suntikan. Pasien – pasien dengan
ketidak cukupan adrenal seunder memp. Respon kekurangan cortisol namun tidak
hadir / penundaan respon – respon ACTH. Ketidakhadiran respon – respon ACTH
menunjuk pada pituitary sebagai penyebab ; suatu penundaan respon ACTH
menunjukan pada hypothalamus sebagai penyebab.
e. Sinar X
Jantung kecil, kalsifikasi kelenjar adrenal, atau TB (paru, ginjal) mungkin akan
ditemukan.
13
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Identitas
Kaji identitas klien mulai dari nama, umur, alamat, pekerjaan dll. Penyakit Addison bisa
terjadi pada laki – laki maupun perempuan yang mengalami krisis adrenal
b. Keluhan Utama
Pada umumnya klien mengeluh kelelahan, kelemahan, fatique, nausea dan muntah.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita tuberkulosis, hipoglikemia maupun Ca paru,
payudara dan limpoma
d. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada klien dengan penyakit Addison gejala yang sering muncul ialah pada gejala awal :
kelemahan, fatique, anoreksia, nausea, muntah, BB turun, hipotensi dan hipoglikemi,
astenia (gejala cardinal). Pasien lemah yang berlebih, hiperpigmentasi, rambut pubis dan
axila berkurang pada perempuan, hipotensi arterial (TD : 80/50 mm/Hg)
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang pernah mengalami penyakit yang sama /
penyakit autoimun yang lain.
B. Pemeriksaan Fisik ( Body Of System)
a. Sistem Pernapasan
1) Inspeksi : Bentuk dada simetris, pergerakan dada cepat, adanya kontraksi otot bantu
pernapasan (dispneu), terdapat pergerakan cuping hidung
2) Palpasi : Terdapat pergesekan dada tinggi
3) Perkusi : Resonan
4) Auskultasi : Terdapat suara ronkhi, krekels pada keadaan infeksi
b. Sistem Cardiovaskuler
1) Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak
2) Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS 5-6 mid clavikula line sinistra
3) Perkusi : Redup
14
4) Auskultasi : Suara jantung melemah
c. Sistem Pencernaan
Mulut dan tenggorokan : nafsu makan menurun, bibir kering
Abdomen :
1) Inspeksi : Bentuk simetris
2) Auskultasi : Bising usus meningkat
3) Palpasi : Nyeri tekan karena ada kram abdomen
4) Perkusi : Timpani
d. Sistem muskuluskeletal dan integumen
1) Ekstremitas atas : terdapat nyeri
2) Ekstremitas bawah : terdapat nyeri
3) Penurunan tonus otot
e. Sistem Endokrin
Destruksi kortek adrenal dapat dilihat dari foto abdomen, Lab. Diagnostik ACTH
meningkat. Integumen Turgor kulit jelek, membran mukosa kering, ekstremitas dingin,
cyanosis, pucat, terjadi hiperpigmentasi di bagian distal ekstremitas dan buku – buku pad
ajari, siku dan mebran mukosa
f. Sistem Eliminasi Urin
Diuresis yang diikuti oliguria, perubahan frekuensi dan krakteristik urin
g. Eliminasi
Diare sampai terjadi konstipasi, kram abdomen
h. Sistem Neurosensori
Pusing, sinkope, gemetar, kelemahan otot, kesemutan terjadi disorientasi waktu, tempat,
ruang (karena kadar natrium rendah), letargi, kelelahan mental, peka rangsangan, cemas,
koma ( dalam keadaan krisis)
i. Nyeri / kenyamanan
Nyeri otot, kaku perut, nyeri kepala, nyeri tulang belakang, abdomen, ekstremitas
j. Keamanan
Tidak toleran terhadap panas, cuaca udaha panas, penngkatan suhu, demam yang diikuti
hipotermi (keadaan krisis)
k. Aktivitas / Istirahat
15
Lelah, nyeri / kelemahan pada otot terjadi perburukan setiap hari, tidak mampu
beraktivitas / bekerja. Peningkatan denyut jantung / denyut nadi pada aktivitas yang
minimal, penurunan kekuatan dan rentang gerak sendi.
l. Seksualitas
Adanya riwayat menopouse dini, aminore, hilangnya tanda – tanda seks sekunder
(berkurang rambut – rambut pada tubuh terutama pada wanita) hilangnya libido
m. Integritas Ego
Adanya riwayat – riwayat faktor stress yang baru dialami, termasuk sakit fisik atau
pembedahan, ansietas, peka rangsang, depresi, emosi tidak stabil.
16
ANALISA DATA
N
ODATA PENYEBAB MASALAH
1. S :
Klien mengatakan
nafsu makan
berkurang
O :
porsi makan tidak
dihabiskan
Defisiensi mineralkortrikoid
Hilangnya banyak ion natrium,
ion korida dan air kedalam
urin
Berkurangnya volume cairan
ekstra sel
Hiponatremia, hiperkalemia
Anoreksia, mual dan muntah
Gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
2. S :
Klien mengatakan
lemah dan tidak
bisa beraktivitas
O :
- BB menurun
- klien tampak
lemah/lemas
Defisiensi glukokortikoid
Sintesis Glokosa menurun dan
mengurangi mobilisasi
protein, dan lemak dari
jarimgan sehingga akan
membuat banyak
fungsi metabolisme lain dari
tubuh
Kelemahan
Intoleransi aktivitas
17
Intoleransi aktivitas
3. S :
Klien mengatakan
belum mengerti
tentang penyakit
dan pengobatannya
O :
sering bertanya
tentang penyakit
dan pengobatannya
Kurangnya informasi tentang
penyakit
klien tidak mengerti tentang
penyakitnya
Kurangnya pengetahuan
tentang penyakit dan
pengobatan penyakit
Kurangnya pengetahuan
tentang penyakit dan
pengobatan penyakit
C. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia,
mual dan muntah
2. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
3. Kurang pengertahuan tentang penyakit dan pengobatan penyakit b.d kurangnya informasi
tentang penyakit dan pengobatannya
18
INTERVENSI KEPERAWATAN
No DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1 Gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh b.d
anoreksia, mual dan
muntah ditandai dengan:
DS : klien
mengantakan
kurang nafsu
makan
DO : - porsi makan
tidak dihabiskan
- BB menurun
Kebutuhan nutrisi
terpenuhi dengan
kriteria hasil :
DS: klien mengatakan
nafsu makan
meningkat
DO: - porsi makan
dihabiskan
- berat badan
meningkat
- Auskultasi bising usus dan kaji
apakah ada nyeri perut mual
atau muntah.
- Anjurkan klien untuk
mempertahankan kebersihan
mulut dan gigi
- Beri porsi makan sedikit tetapi
sering dengan diit TKTP
- Pantau pemasukan makanan
dan timbang berat badan setiap
hari.
- Kekurangan kortisol dapat
menyebabkan gejala
gastrointestinal berat yang
mempengaruhi pencernaan dan
absorbsi dari makanan
- Kebersihan oral yang baik dapat
meningkatkan nafsu makan
- Makanan dalam porsi kecil
kalau diberikan akhirnya jumlah
kalori yang dibutuhkan perhari
bisa terpenuhi dan dapat
mengurangi mual dan muntah
- Mengetahui keadaan status
nutrisi klien
2 Intoleransi aktivitas b.d Aktivitas terpenuhi - kaji tingkat kelemahan klien - Klien biasanya telah mengalami
19
kelemahan otot ditandai
dengan :
DS: klien mengatakan
lemah dan tidak
bisa beraktivitas
DO: klien tampak
lemah/lemas
dengan kriteria hasil:
DS: klien mengatakan
bisa beraktivitas
DO: klien tampak kuat
- pantau tanda-tanda vital
sebelum dan sesudah
melakukan aktivitas
- observasi adanya takikardia,
hipotensi dan periferer yang
dingin
- bantu klien melakukan aktivitas
penurunan tenaga, kelelahan
otot menjadi terus memburuk
setiap hari karena proses
penyakit dan munculnya
ketidakseimbangan nutrium dan
kalium
- Kolabsnya sirkulasi dapat
terjadi sebagai akibat dari sters
aktivitas jika curah jantung
berkurang
- Membantu klien untuk
melakukan aktivitas
3 Kurang pengetahuan
tentang penyakit dan
pengobatan penyakit b/d
kurangnya informasi
tentang penyakit dan
pengobatannya yang
ditandai dengan:
DS: klien mengatakan
Pengetahuan pasien
bertambah dengan
kriteria hasil:
DS: klien dan keluarga
dapat mengerti
tentang penyakit
dan pengobatannya
serta dapat
- Kaji tingkat pengetahuan
klien dan keluarga
- Jelaskan pada klien dan
keluarga tentang penyakit dan
pengobatan Addison disease
- Sebagai dasar dalam
memberikan pendidikan tentang
penyakit dan pengobatannya
- Dapat menambah pengetahuan
klien dan keluarga sehingga bisa
kooperatif dengan perawatan
20
belum mengerti
tentang penyakit
dan pengobatannya
DO: sering bertanya
tentang penyakit
dan pengobatannya
bekerjasama
dengan baik
DO: klien memahami
tentang penyakit
dan proses
pengobatannya
- Adakan penyuluhan mengenai
penyakit Addison disease
terhadap klien dan keluarga
- Dapat menambah pengetahuan
dan pemahaman klien dan
keluarga mengenai penyakit
Addison disease
21
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
DIAGNOSA
KEPERAWATANIMPLEMENTASI EVALUASI (SOAP)
1. Gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh b.d anoreksia,
mual dan muntah
- Melakukan auskultasi bising
usus dan kaji apakah ada nyeri
perut mual atau muntah.
- Menganjurkan klien untuk
mempertahankan kebersihan
mulut dan gigi
- Memberikan porsi makan
sedikit tetapi sering dengan diit
TKTP
- Memantau pemasuan makanan
dan timbang berat badan setiap
hari.
S : klien mengatakan
sudah tidak merasa
nyeri pada perut dan
tidak mengalami mual
dan muntah.
O : klien terlihat segar dan
nafsu makan meningkat
A : tujuan tercapai
P : intervensi dihentikan
2. Intoleransi aktivitas b.d
kelemahan otot
- Mengkaji tingkat kelemahan
klien
- Memantau tanda-tanda vital
sebelum dan sesudah
melakukan aktivitas
- Melakukan observasi adanya
takikardia, hipotensi dan
periferer yang dingin
- Membantu pasien melakukan
aktivitas
S : klien mengatakan
tubuhnya lebih
bertenaga dan mampu
melakukan aktifitas
O : klien terlihat bisa
melakukan aktifitas
A : tujuan tercapai
P : intervensi dihentikan
3. Kurang pengetahuan
tentang penyakit dan
pengobatan penyakit
b/d kurangnya
informasi tentang
penyakit dan
- Mengkaji tingkat pengetahuan
pasien an keluarga
- Menjelaskan pada klien dan
keluarga tentang penyakit dan
pengobatannya
- Mengadakan penyuluhan
S : klien mengatakan
sudah mengetahui cara
perawatan yang tepat
untuk kondisinya saat
ini.
O : Klien dapat melakukan
22
pengobatannya mengenai penyakit Addison
disease terhadap klien dan
keluarga
perawatan diri sendiri
berdasarkan
pengetahuan yang
diperoleh.
A : tujuan tercapai
P : intervensi dihentikan.
23
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Penyakit Addison adalah penyakit yang terjadi akibat fungsi korteks tidak adekuat untuk
memenuhi kebutuhan pasien akan hormon-hormon korteks adrenal (Soediman,1996).
Penyebab paling umum penyakit Addison adalah Kerusakan dan menyusut (atrofi) dari
adrenal korteks. Hal ini menyebabkan penurunan produksi dua hormon penting yang
diproduksi oleh korteks adrenal yaitu kortisol dan aldosteron. Penyakit Addison juga disebut
insufisiensi adrenocortical primer. Dengan kata lain, adanya gangguan pada adrenocortical
primer akan mengakibatkan gangguan terhadap fungsi tubuh.
B. Saran
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun, agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi
di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Seorang perawat harus mengetahui konsep dasar penyakit dari addison dan mampu
meningkatkan pelayanan kesehatan terutama pada penyakit addison. Selain itu perawat juga
harus mampu berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya maupun keluarga pasien agar
memudahkan proses perawatan dan mempercepat proses penyembuhan.
24