Pembahasan DaunPembahasan Daun.doc
-
Upload
yeni-kusuma -
Category
Documents
-
view
205 -
download
17
description
Transcript of Pembahasan DaunPembahasan Daun.doc
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Morfologi Daun Talas
Tanaman talas memiliki daun yang lengkap. Bagian-bagian dari daun talas adalah
pelepah daun (vagina), tangkai daun (ptiolus), dan helaian daun (lamina). Hal ini sesuai dengan
teori yang dikemukakan oleh Tjitrosoepomo, 2005 bahwa daun lengkap yaitu daun yang
memiliki bagian-bagian bunga meliputi pelepah daun (vagina), tangkai daun (ptiolus), dan
helaian daun (lamina). Bentuk daun talas adalah bangun perisai (peltatus) karena memiliki
bangun bulat, dan tangkai daun yang tidak tertanam pada pangkal daun, melainkan pada bagian
tengah helaian daun. Ujung daun pada daun talas berbentuk meruncing (acuminatus). Tulang-
tulang daunnya menjari (palminervis) karena ujung tangkai daun keluar beberapa tulang yang
memencar sehingga tersusun seperti jari tangan. Tepi daun pada daun talas rata (integer). Daging
daun pada daun talas adalah tipis lunak (herbaceus).
Berdasarkan morfologinya, daun talas memiliki helaian daun (lamina) yang menampilkan
secara jelas spesialisasinya sebagai struktur fotosintesis. Hal ini dapat dijadikan indikasi bahwa
helaian daun (lamina) merupakan struktur morfologi yang menunjukkan daun talas dapat
beradaptasi dengan lingkungan sawah yang memiliki intensitas cahaya tinggi. Apabila ditinjau
dari morfologinya, daun talas memiliki daging daun yang tipis dan lunak cocok untuk diolah
menjadi buntil atau makanan lainnya. Struktur daging daun yang lunak ini dapat dengan mudah
dikunyah dicerna oleh tubuh.
Gambar Morfologi Daun Talas (a) Helaian; (b) Tangkai; (c) Pelepah
Sumber:
a
c
b
4.2 Anatomi Daun Talas
4.2.1 Epidermis
Berdasarkan pengamatan, pada penampang melintang daun talas, baik epidermis atas
maupun epidermis bawah disusun oleh selapis sel yang tersusun rapat, berbentuk kuboid dan
dilapisi oleh kutikula yang tipis. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Suarsini
dalam E-learning, 2010 yang menyatakan bahwa Xanthosoma sp. memiliki epidermis selapis
yang berbentuk kuboid dan kutikula yang tipis. Hasil pengamatan yang didapat juga didukung
oleh teori yang dikemukakan oleh Setjo, 2004 epidermis daun yang memiliki lamina biasanya
tersusun rapat. Pada daun talas memiliki lamina sehingga memiliki epidermis yang tersusun
rapat. Kesinambungan epidermis ini merupakan salah satu ciri pemberian kontribusi pada
keefektifannya dalam melindungi jaringan daun dari kekurangan air dan pemberi kekuatan pada
daun.
Pada epidermis daun talas juga memiliki kutikula yang tipis dan permukaannya halus.
Sehingga memberi struktur daun yang lunak. Berbeda dengan daun tebu di atas kutikula
benarnya terdapat endapan lilin yang berupa bentuk tongkat (Setjo, dkk, 2004). Peneliti menduga
struktur inilah yang menyebabkan struktur morfologi dari daun tebu bersifat kaku.
Gambar Penampang Melintang Daun Talas (a) Kutikula; (b) Epidermis atas; (c) epidermis
bawah. Sumber: Dokumentasi Pribadi
a
b
c
4.2.2. Mesofil
Jaringan mesofil merupakan jaringan yang terletak dari epidermis atas dan epidermis
bawah. Jaringan ini membangun bagian utama dalam daun. Mesofil biasanya terspesialisasi
menjadi jaringan fotosintetik (Setjo, dkk, 2004). Berdasarkan hasil pengamatan, pada jaringan
fotosintetik ditemukan adanya jaringan palisade yang berjumlah lebih dari satu lapis, pada
pengamatan ini ditemukan tiga lapis jaringan palisade dan tersusun rapat. Kemudian di bawah
jaringan palisade terdapat jaringan sponsa (bunga karang) yang tersusun dari sel-sel parenkim
berbentuk isodiametris. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Suarsini dalam E-
learning, 2010 yang menyatakan bahwa Xanthosoma sp. memiliki 2-3 lapis jaringan palisade
yang tersusun rapat dan mengandung kloroplas yang banyak. Di sebelah dalam terdapat
parenkima yang berbentuk isodiametrik dan bersifat parenkimatik.
Tanaman talas hidup di pematang sawah yang intensitas sinarnya tinggi sepanjang hari.
Jaringan palisade yang tersusun lebih dari satu lapis serta tersusun rapat merupakan bentuk
adaptasi daun talas terhadap lingkungannya (Suarsini dalam E-learning, 2010). Penyebab
jaringan palisade yang mengalami deferensiasi dan bukan jaringan sponsa yang mengalami
deferensiasi adalah adalah tingkat diferensiasi mesofil dan proporsi parenkima palisade dan
sponsa beragam sehubungan dengan spesies tumbuhan dan habitat. Perkembangan jaringan
palisade daun yang selama diferensiasi terkena sinar, lebih kuat daripada daun-daun yang
ternaung. Karena bangun dan aturan sel-sel palisade maka kloroplas berada pada letak yang
sesuai terhadap sinar. Selama terjadi fotosintesis yang aktif, kloroplas berderet satu lapis
tebalnya pada dinding sel palisade, permukaan yang luas pada sel-sel palisade yang ramping
memungkinkan banyak kloroplas menempati posisi satu lapis.
aqzqz2
Gambar Penampang Melintang daun Talas (a) Mesofil; (b) jaringan palisade berjumlah 3 lapis; (c) jaringan sponsa; (d) sel-sel berbentuk isodiametris Sumber: Dokumentasi Pribadi
4.2.3 Struktur Penguat dan Jaringan Pengangkut
Berdasarkan hasil pengamatan, struktur jaringan penguat baik kolenkim maupun
sklerenkim terlihat setelah adanya penambahan reagen asam asetat untuk mendeteksi adanya
Kristal kalsium oksalat, diamna dengan penambahan reagen ini klorofil akan larut sehingga
susunan sel dapat terlihat dengan jelas. Dalam literatur dijelaskan bahwa, daun tumbuhan
monokotil mengembangkan banyak sklerenkima dalam bentuk serabut, tergabung dengan berkas
vaskular atau berupa untaian terpisah (Setjo, dkk, 2004).
Berdasarkan hasil pengamatan, berkas pengangkut memang terlihat namun kurang jelas
bagaimana tipenya. Namun menurut literatur, berkas pengangkut pada tumbuhan monokotil
memiliki tipe kolateral tertutup (Suarsini dalam E-learning, 2010). Berkas pengangkut tipe
kolateral tertutup yaitu antara berkas pengangkut xilem dan berkas pengangkut floem tidak
dibatasi oleh kambium. Jika pada berkas pengangkut tersebut dikelilingi oleh serabut sklerenkim,
maka pada nama tipenya ditambahkan fibovaskular. Begitu pula dengan pengamatan terhadap
jaringan penguat berupa sklerenkim dan kolenkim. Jaringan penguat tidak dapat diamati dengan
b
c d
a
jelas, hal ini mungkin juga disebabkan karena reagen yang digunakan tidak bertujuan untuk
mendeteksi letak jaringan penguat, sel sklerenkim dan kolenkim akan terlihat dengan jelas
apabila kita menambahkan reagen berupa floroglusin dan HCl 25% yang digunakan untuk
mendeteksi adanya penebalan lignin.
Gambar penampang melintang daun talas setelah ditetesi reagen HCl 25% untuk mendeteksi Kristal kalsium karbonat . A. epidermis atas, B. jaringan palisade, C. jaringan pengangkut, D. jaringan bunga karang, E. epidermis bawah lebih tipis. Sumber: Dokumentasi pribadi
4.3 Kandungan Daun Talas
Oksalat (C2O42-) di dalam talas terdapat dalam bentuk yang larut air (asam oksalat) dan
tidak larut air (biasanya dalam bentuk kalsium oksalat atau garam oksalat). Asam oksalat adalah
senyawa kimia yang memiliki nama sistematis asam etanadioat. Asam oksalat dapat ditemukan
dalam bentuk bebas ataupun dalam bentuk garam. Bentuk yang lebih banyak ditemukan adalah
bentuk garam. Jumlah asam oksalat dalam tanaman lebih besar daripada hewan. Colocasia
(talas) dari famili Aroid merupakan salah satu tanaman dengan level kadar oksalat paling tinggi,
yaitu 470 mg/100 g (Noonan dan Savage dalam IPB,tanpa tahun).
Pada pengamatan yang telah dilakukan, kandungan yang ada dalam daun talas diketahui
setelah adanya pemberian reagensia asam asetat berupa Kristal kalsium oksalat. Dalam E-
Learning, 2010 dijelaskan bahwa asam asetat digunakan untuk mendeteksi adanya Kristal
kalsium oksalat, sebab Kristal Kalsium oksalat tidak akan larut pada asama setat. Dalam
pengamatan kali ini, bentuk Kristal kalsium oksalat yang dapat diamati adalah berbentuk drus
saja. Kristal kalsium oksalat ini berupa Kristal majemuk berbentuk roset atau bintang.
Secara umum terdapat lima jenis bentuk dasar kalsium oksalat yang terdapat dalam
berbagai tanaman, diantaranya berbentuk raphide (jarum), rectangular dan bentuk pinsil, druse
(bulat), prisma, dan rhomboid. Sedangkan yang umum terdapat pada tumbuhan monokotil seperti
talas adalah bentuk raphide (jarum), druse (bulat) dan bentuk pinsil..
Bradbury dan Nixon (dalam IPB) menyatakan bahwa efek gatal yang merangsang rongga
mulut dan kulit ketika terkena dauntalas disebabkan oleh adanya kristal kecil yang berbentuk
jarum halus yang disebut raphide. Raphide adalah struktur berbentuk jarum yang tersusun atas
kristal-kristal kalsium oksalat di dalam vakuola sel tumbuhan. Raphide umumnya memliki
panjang sekitar 50 – 200 μm, diameter 2 – 4 μm, dan dapat berpenetrasi pada kulit .Efek gatal
muncul ketika kristal dilepaskan dan menimbulkan lubang-lubang kecil pada kulit saat
bersentuhan dengan raphide (Onwueme, 1994). Raphide terkurung di dalam kapsul yang
dikelilingi lendir yang disebut dengan sel idioblas.(Horner dan Wagner dalam IPB tanpa tahun).
Dalam pengamatan kali ini, bentuk Kristal kalsium oksalat yang dapat diamati adalah
berbentuk drus saja, tidak ditemukan Kristal berbentuk jarum (raphidae) yang dapat
menyebabkan rasa gatal ketika dimakan atau terkena kulit. Hal itu mungkin disebabkan dalam
pengamatan kami, perbesaran yang kami gunakan hanya sampai 40 X 10 saja, sehingga yang
dapat teramati hanya Kristal kalsium oksalat berbentuk drus.
Peran oksalat pada tumbuhan antara lain sebagai perlindungan terhadap insekta dan
hewan pemakan tumbuhan melalui toksisitas dan/atau rasa yang tidak menyenangkan, dan
osmoregulasi (Ma dan Miyasaka dalam IPB tanpa tahun). Kalsium oksalat adalah persenyawaan
garam antara ion kalsium dan ion oksalat. Senyawa ini terdapat dalam bentuk kristal padat non
volatil, bersifat tidak larut dalam air namun larut dalam asam kuat (Schumm dalam IPB, tanpa
tahun ).
Gambar penampang melintang daun daun talas setelah ditetesi reagen Asam asetat, mendeteksi adanya Kristal kalsium oksalat dan klorofil menghilang (larut bersama reagen ), A. epidermis atas, B. jaringan palisade, C. jaringan bunga karang, D. epidermis bawah lebih tipis. E. Kristal kalsium oksalat berbentuk drus
Pengujian reagen yang digunakan selanjutnya adalah menggunakan regen HCl 25%.
Dijelaskan dalam E-Learning (2010) bahwa HCl 25% digunakan untuk mendeteksi adanya
Kristal kalsium karbonat. Hasil pengamatan menunjukkan setelah ditetesi HCl 25%, tidak
ditemukan adanya Kristal kaslsium kabonat. Jadi dalam daun talas tidak terdapat Kristal kalsium
karbonat.
E
E
Gambar penampang melintang daun talas setelah ditetesi reagen HCl 25% untuk mendeteksi adanya Kristal kalsium karbonat. Sumber: Dokumentasi pribadi