PBL Blok 5
-
Upload
elvina-setiadi-chen -
Category
Documents
-
view
18 -
download
4
description
Transcript of PBL Blok 5
Anatomi Tungkai Bawah dan Mekanisme Kerja Otot
Bernadette Elvina Setiadi
102010047
Kelompok A6
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jakarta Barat
30 Maret 2011
Jl. Dahlia No. 26 Tomang Jakarta Barat
1 | P a g e
Anatomi Tungkai Bawah dan Mekanisme Kerja
Otot
Bernadette Elvina Setiadi
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta
Pendahuluan
Setiap hari kita melakukan aktivitas, seperti berjalan, berlari, bahkan saat kita melakukan
gerakan terhadap anggota tubuh kita sedikit saja, kita membutuhkan energi. Energi tersebut kita
gunakan untuk dapat menggerakan otot-otot yang melekat dengan tulang kita. Tulang dan otot
dalam tubuh kita membentuk sebuah sistem, yang kita sebut sistem muskuloskeletal. Sistem
muskuloskeletal terdiri dari tulang, sendi, otot, dan struktur pendukung lainnya (tendon,
ligament, fasia, dan burse). Otot mengalami kontraksi sehingga dapat mengerakkan tulang kita,
dan juga dibantu oleh sendi. Tulang dan otot kita terus bekerja disetiap harinya. Banyak sekali
gangguan-gangguan yang dialami oleh tulang dan otot kita akibat dari kerja berlebihan yang kita
lakukan disetaip harinya. Penting bagi kita untuk menjaga kesehatan tulang dan otot kita agar
kita dapat melakukan pergerakan dengan bebas disetiap harinya.
Tulang
Sebagai unsur pokok kerangka orang dewasa, jaringan tulang menyangga struktur
berdaging, melindungi organ-organ vital (termasuk otak, jantung, dan paru) seperti yang terdapat
di dalam tengkorak dan rongga dada, dan menampung sumsum tulang, tempat sel-sel darah
dibentuk. Tulang juga berfungsi sebagai cadangan kalsium, fosfat, dan ion-ion penting ini di
dalam cairan tubuh. Selain itu, tulang membentuk suatu sistem pengungkit yang
melipatgandakan kekuatan yang dibangkitkan selama otot rangka berkontraksi dan mengubahnya
menjadi gerakan tubuh. Jaringan bermineral ini memberi fungsi mekanik dan metabolik kepada
2 | P a g e
kerangka. Struktur tulang dan jaringan ikat menyusun kurang lebih 25% berat badan dan otot
menyusun kurang lebih 50%. Kesehatan dan fungsi sistem muskuloskeletal sangat bergantungan
pada sistem tubuh yang lain. Otot yang melekat ke tulang memungkinkan tubuh bergerak.
Tulang adalah jaringan ikat khusus yang terdiri atas materi antarsel berkapur, yaitu
matriks tulang, dan 3 jenis sel : osteosit, yang terdapat di rongga-rongga (lakuna) di dalam
matriks; osteoblas, yang menyintesis unsur organik matriks, dan osteoklas, yang merupakan sel
raksasa multinuklear yang terlibat dalam resorpsi dan remodeling jaringan tulang.
Pembagian skeletal, yaitu :
1. Axial skeleton terdiri dari kerangka tulang kepala dan leher, tengkorak, kolumna
vertebrae, tulang iga, tulang hioid sternum.
2. Apendikular skeleton terdiri dari :
a. Kerangka tulang lengan dan kaki.
b. Ekstremitas atas (scapula, clavicula, humerus, ulna, radial) dan tangan (karpal,
metacarpal, falang).
c. Ekstremitas bawah (tulang pelvic, femur, patella, tibia, fibula) dan kaki (tarsal,
metatarsal, falang).1-2
Gambar 1. Tulang manusia
3 | P a g e
Jenis Tulang
Observasi umum potongan melintang tulang memperlihatkan daerah-daerah padat tanpa
rongga—yang sesuai dengan tulang kompakta (padat)—dan daerah-daerah dengan banyak
rongga yang saling berhubungan—yang sesuai dengan tulang berongga (spons). Namun di
bawah mikroskop, baik tulang kompakta maupun trabekula yang memisahkan ruang-ruang dari
tulang berongga, memiliki struktur histologik dasar yang sama.1
Ada empat jenis tulang, yaitu tulang panjang, tulang pendek, tulang pipih, dan tulang
tidak beraturan.
1. Tulang panjang
Tulang panjang (mis. femur, humerus) bentuknya silindris dan berukuran panjang seperti
batang (diafisis) tersusun atas tulang kompakta, dengan kedua ujungnya berbentuk bulat
(epifisis) tersusun atas tulang kanselus.
2. Tulang pendek
Tulang pendek (mis. falang, karpal) bentuknya hampir sama dengan tulang panjang,
tetapi bagian distal lebih kecil daripada bagian proksimal, serta berukuran pendek dan
kecil.
3. Tulang pipih
Tulang pipih (mis. sternum, kepala, scapula, panggul) bentuknya gepeng, berisi sel-sel
pembentuk darah, dan melindungi organ vital dan lunak di bawahnya. Tulang pipih
terdiri atas dua lapisan tulang kompakta dan di bagian tengahnya terdapat lapisan
spongiosa. Tulang ini juga dilapisi oleh periosteum yang dilewati oleh dua kelompok
pembuluh darah untuk menyuplai tulang kompakta dan spongiosa.
4. Tulang tidak beraturan
Tulang tidak beraturan (mis, vertebra, telinga tengah) mempunyai bentuk yang unik
sesuai fungsinya. Tulang tidak beraturan terdiri dari tulang spongiosa yang dibungkus
oleh selapis tipis tulang kompakta. Tulang ini diselubungi periosteum—kecuali pada
permukaan sendinya—seperti tulang pipih.
5. Tulang sesamoid
Tulang sesamoid (mis. patela) merupakan tulang kecil yang terletak di sekitar tulang
yang berdekatan dengan persendian, berkembang bersama tendon dan jaringan fasia.2
4 | P a g e
Anatomi Tulang Tungkai Bawah
Pada ekstremitas bawah tubuh manusia terdapat tungkai atas, tungkai bawah dan kaki.
Tungkai atas atau dalam bahasa latin Femur yang berarti paha, merupakan tulang terpanjang dan
terberat dari semua tulang pada rangka tubuh. Tungkai bawah, secara anatomis, bagian
proksimal dari tungkai bawah antara girdel pelvis dan lutut adalah paha; bagian antara lutut dan
pergelangan kaki adalah tungkai.
Kepala pada ujung proksimal femur membulat untuk berartikulasi dengan asetabulum.
Permukaan lembut dari bagian kepala femur mengalami depresi, fovea kapitis, untuk tempat
perlekatan ligamen yang menyangga kepala tulang agar tetap di tempatnya dan membawa
pembuluh darah ke kepala tersebut.
a) Femur tidak berada pada garis vertikal tubuh. Kepala femur masuk dengan pas ke
asetabulum untuk membentuk sudut sekitar 125° dari bagian leher femur; dengan
demikian, batang tulang paha dapat bergerak bebas tanpa terhalang pelvis saat paha
bergerak.
b) Sudut femoral pada wanita biasanya lebih miring (kurang dari 125°) karena pelvis
lebih lebar dan femur lebih pendek.
Di bawah bagian kepala yang tirus adalah bagian leher yang tebal, yang terus memanjang
sebagai batang. Garis intertrokanter pada permukaan anterior dan krista intertrokanter di
permukaan posterior tulang membatasi bagian leher dan bagian batang. Ujung atas batang
memiliki dua prosesus yang menonjol, trokanter besar dan trokanter kecil, sebagai tempat
perlekatan otot untuk menggerakan persendian panggul. Bagian batang permukaannya halus dan
memiliki satu tanda saja, linea aspera, yaitu lekuk kasar untuk perlekatan beberapa otot. Ujung
bawah batang melebar ke dalam kondilus medial dan kondilus lateral.
a) Pada permukaan posterior, dua kondilus tersebut membesar dengan fosa interkondilar
yang terletak di antara keduanya. Area triangular di atas fosa interkondilar disebut
permukaan popliteal.
b) Pada permukaan anterior, epikondilus medial dan lateral berada di atas 2 kondilus
besar. Permukaan artikular halus yang terdapat di antara kedua kondilus adalah
permukaan patelar, yang berbentuk konkaf untuk menerima patela (tempurung lutut).
5 | P a g e
Berikutnya adalah tulang tungkai atau yang disebut dengan tibia(medial) dan
fibula(lateral).
1. Tibia adalah tulang medial yang besar; tulang ini membagi berat tubuh dari femur ke
bagian kaki.
a) Bagian kepala tulang tibia melebar ke kondilus medial dan lateral, yang berbentuk
konkaf untuk berartikulasi dengan kondilus femoral.
b) Kartilago pipih berbentuk baji, kartilago semilunar (meniskus) medial dan lateral,
berada dipinggir kondilus untuk memperdalam permukaan artikular.
c) Tonjolan interkondilar terletak di antara dua kondilus.
d) Kondilus lateral menonjol untuk membentuk faset fibular, yang menerima bagian
kepala fibula.
e) Tuberositas tibial, yang berfungsi untuk tempat perlekatan ligamen patela,
menonjol pada permukaan anterior di antara dua kondilus.
f) Krista tibial (anterior), lebih umum disebut tulang kering, adalah punggung
batang tulang dengan permukaan anterior yang tajam dan melengkung ke bawah.
g) Ujung bawah tibia melebar untuk berartikulasi dengan tulang talus pergelangan
kaki.
2. Fibula adalah tulang yang paling ramping dalam tubuh, panjangnya proposional, dan
tidak turut menopang berat tubuh. Kegunaan tulang ini adalah untuk menambah area
yang tersedia sebagai tempat perlekatan otot pada tungkai.
a) Bagian kepala fibula berartikulasi dengan faset fibular di bawah kondilus lateral
tulang tibia.
b) Ujung bawah batang berartikulasi secara medial dengan takik fibular pada tulang
tibia, dan memanjang ke arah lateral menjadi maleolus lateral, yang, seperti
maleolus tibia lateral, dapat diraba di pergelangan kaki.
Pergelangan kaki dan kaki tersusun dari 26 tulang yang diatur dalam tiga rangkaian.
Tulang tarsal menyerupai tulang karpal pergelangan tangan, tetapi berukuran lebih besar; tulang
metatarsal juga menyerupai tulang metakarpal tangan, dan falang pada jari kaki juga menyerupai
falang jari tangan.
Ada tujuh tulang tarsal :
6 | P a g e
1) Tulang talus.
2) Tulang kalkaneus.
3) Tulang navikular.
4) Tiga tulang kuneiform.
5) Tulang kuboid.
Telapak kaki dan arkus longitudinal terbentuk dari lima tulang metatarsal yang ramping.
Setiap metatarsal memiliki bagian dasar, batang, dan bagian kepala.
1) Tulang-tulang metatarsal dikenali dengan urutan nomor dari satu sampai lima, mulai
dari sisi medial ibu jari kaki.
2) Bagian dasar metatarsal berartikulasi dengan tarsal. Bagian kepalanya berartikulasi
dengan falang.
3) Bagian kepala dari dua metatarsal pertama membentuk tumit kaki. 3
Gambar 2. Tulang tungkai bawah
Otot
Otot dibagi dalam tiga kelompok, dengan fungsi utama untuk kontraksi dan
menghasilkan pergerakan sebagian atau seluruh tubuh. Kelompok otot terdiri dari:
1. Otot rangka (lurik) diliputi oleh kapsul jaringan ikat. Lapisan jaringan ikat (serat-serat
kolagen) yang membungkus otot disebut fasia otot atau episium. Otot ini terdiri dari
berkas-berkas sel otot kecil (fansikulus) yang dibungkus lapisan jaringan ikat yang
7 | P a g e
disebut perimisium. Sel otot ini dilapisi jaringan ikat yang disebut endomisium. Otot
rangka merupakan otot yang mempunyai variasi ukuran dan bentuk dari panjang, tipis,
sampai lebar dan datar.
2. Otot viseral (polos) terdapat pada saluran pencernaan, saluran perkemihan, dan pembuluh
darah. Otot ini dipersarafi oleh sistem saraf otonom dan kontraksinya tidak di bawah
kontrol keingingan.
3. Otot jantung ditemukan hanya pada jantung dan kontraksinya di luar kontrol atau di luar
keinginan (pengendalian). Otot berkontraksi jika ada rangsangan dari adenosin trifosfat
(ATP) dan kalsium.1
Gambar 3. Otot manusia
Anatomi Otot Tungkai Bawah
Otot yang berperan pada tungkai bawah adalah otot rangka. Otot rangka merupakan
massa besar yang menyusun jaringan otot somatik. Otot ini memiliki gambaran serat-lintang
yang sangat jelas, biasanya tidak berkontraksi tanpa rangsangan dari saraf, tidak memiliki
hubungan anatomik dan fungsional di antara serabut ototnya, dan umumnya dibawah kendali
volunter. Serabut otot sangat panjang, sampai 30 cm, berbentuk silindris, dengan lebar berkisar
antara 10 mikron sampai 100 mikron. Setiap serabut memiliki banyak inti, yang tersusun di
bagian perifer. Konstraksinya cepat dan kuat.
8 | P a g e
Otot rangka tersusun dari serabut otot yang merupakan ”balok penyusun (building
block)” sistem otot dalam arti yang sama dengan neuron merupakan ”balok penyusun” sistem
saraf. Hampir seluruh otot rangka berawal dan berakhir di tendon, dan serabut otot tersusun
sejajar di antara ujung tendon sehingga daya kontraksi di setiap unit akan saling menguatkan.
Setiap serabut otot merupakan sel tunggal yang berinti banyak, memanjang, silindrik, dan
diliputi oleh membran sel yang dinamakan oleh sarkolema. Di antara sel-selnya tidak terdapat
jembatan sinsitum. Serabut otot tersusun atas miofibril yang terbagi menjadi filamen. Filamen-
filamen ini tersusun dari protein-protein kontraktil.
Serabut otot yang terpotong memanjang memperlihatkan garis melintang dari pita terang
dan gelap secara bergantian. Pita yang lebih gelap disebut pita A (anisotrop, yaitu birefringen
dengan cahaya polarisasi); pita yang lebih terang disebut pita I (isotrop, yaitu tidak mengubah
cahaya polarisasi). Dengan mikroskop elektron, setiap pita I terlihat dibelah dua oleh garis gelap
melintang, yakni garis Z. Subunit terkecil yang berulang-ulang dari alat koontraktil ini, yaitu
sarkomer, terbentang dari garis Z ke garis Z dan panjangnya sekitar 2,5 µm pada otot yang
sedang beristirahat.
Pengamatan yang lebih cermat terhadap pita A menunjukkan adanya zona yang lebih
pucat di tengahnya, yakni pita H, yang hanya terdiri atas molekul miosin dengan bagian mirip-
batang. Pita H dibelah dua oleh garis M, yakni suatu daerah terbentuknya hubungan lateral antar
filamen tebal yang berdekatan. Protein utama garis M adalah kreatin kinase. Kreatin kinase
mengatalisis pemindahan gugus fosfat dari fosfokreatin (yakni suatu bentuk simpanan gugus
fosfat berenergi tinggi) ke ADP sehinga ATP tersedia bagi kontraksi otot.
Filamen otot rangka mengandung beberapa protein; 4 protein utama adalah aktin,
tropomiosin, troponin, dan miosin. Filamen tipis terdiri atas 3 protein pertama sedangkan filamen
tebal terutama terdiri atas miosin. Komposisi miosin bersama aktin sebesar 55% dari komposisi
protein total otot rangka.
Aktin dijumpai sebagai polimer berfilamen (aktin-F) panjang yang terdiri atas 2 untai
monomer globular (aktin-G), berdiameter 5,6nm, yang saling berpilin dalam bentuk spiral ganda.
Karakteristik yang terlihat pada semua molekul aktin-G adalahh strukturnya yang asimetris. Bila
molekul aktin-G berpolimerasi membentuk aktiin-F, molekul tersebut akan terikat dari depan ke
9 | P a g e
belakang dan menghasilkan suatu filamen dengan polaaritas yang dapat dikenali. Setiap
monomer aktin-G memiliki satu tempat pengikatan bagi miosin. Filamen aktin, yang tertambat
secara tegak lurus pada garis Z, memperlihatkan polaritas yang berlawanan pada masing-masing
sisi garis. Protein α-aktinin dan desmin diyakini menyatukan sarkomer yang bersebelahan
sehingga miofibril tetap berada di tempatnya.
Tropomiosin, yakni suatu molekul halus dengan panjang sekitar 40 nm, memiliki 2 rantai
polipeptida. Molekul ini tergabung pada kepala sampai ekor, yang membentuk filamen yang
berjalan di atas dubunit aktin di sepanjang tepian luar alur yang berada di antara dua untai aktin
yang terpilin.Troponin merupakan kompleks dari 3 subunit; TnT, yang melekat erat pada
tropomiosin; TnC, yang terikat pada ion kalsium; dan TnI, yang menghambat interaksi aktin-
miosin. Sebuah kompleks troponin melekat pada tempat khusus di setiap molekul tropomiosin.
Miosin merupakan kompleks yang berukuran lebih besar (Berat molekul ~ 500 kDa). Miosin
dapat diuraikan menjadi dua rantai berat yang identik dan 2 pasang rantai ringan.1,3,4
Otot-otot tungkai bawah bagian ventral:
1. M. tibialis anterior. Sendinya : fleksi dorsal dan supinasi.
2. M. extensor hallucis longus. Sendinya : fleksi dorsal, supinasi dan ekstensi.
3. M. extensor digitorum longus. Sendinya : fleksi dorsal, pronasi dan ekstensi.
4. M. fibularis tertius. Sendinya : fleksi dorsal dan pronasi.
Otot-otot tungkai bawah bagian lateral:
1. M. fibularis longus. Sendinya : fleksi plantar dan pronasi.
2. M. fibularis brevis. Sendinya : fleksi plantar dan pronasi.
3. M. triceps surae.
Otot-otot tungkai bawah bagian dorsal profundus:
1. M. popliteus. Sendinya : rotasi medial dan fleksi.
2. M. tibialis posterior. Sendinya : fleksi plantar dan supinasi
3. M. flexor digitorum longus. Sendinya : fleksi plantar, supinasi dan fleksi.
4. M. flexor hallucis longus. Sendinya : fleksi plantar, supinasi dan fleksi.
10 | P a g e
Otot-otot punggung kaki:
1. M. extensor digitorum brevis. Sendinya: ekstensi.
2. M. extensor hallucis brevis. Sendinya: ekstensi.
Otot-otot telapak kaki sebelah medial:
1. M. abductor hallucis. Sendinya: abduksi, fleksi dan opposisi.
2. M. fleksor brevis. Sendinya: fleksi.
3. M. adductor hallucis. Sendinya: adduksi ke arah jari 2, fleksi.
Otot-otot telapak kaki bagian tengah:
1. M. flexor digitorum brevis. Sendinya: fleksi
2. M. quadratus plantae.
3. Mm. lumbricales pedis I-IV. Sendinya: fleksi.
4. Mm. interossei plantares pedis I-III. Sendinya: fleksi dan adduksi ke jari 2.
5. Mm. interossei dorsales pedis I-IV.
Otot-otot telapak kaki bagian lateral:
1. M. abductor digiti minimi.
2. M. flexor digiti minimi brevis.
3. M. opponens digiti minimi.3-5
Sendi
Pergerakan tidak mungkin terjadi jika kelenturan dalam rangka tulang tidak ada.
Kelenturan dimungkinkan oleh adanya persendian.Sendi adalah suatu ruangan, tempat satu atau
dua tulang berada saling berdekatan.Fungsi utama sendi adalah member pergerakan dan
fleksibilitas dalam tubuh.Bentuk persendian ditetapkan berdasarkan jumlah dan tipe
pergerakannya, sedangkan klasifikasi sendi berdasarkan pada jumlah pergerakan yang dilakukan.
Menurut klasifikasinya, sendi terdiri dari:
1. Sendi sinartrosis (sendi tidak bergerak sama sekali). Contohnya sutura tulang tengkorak.
2. Sendi amfiartrosis (sendi bergerak terbatas). Contohnya pelvic, simfisis, dan tibia.
11 | P a g e
Gambar 4. Otot tungkai bawah
3. Sendi diartrosis/sinovial (sendi bergerak bebeas). Contohnya siku, lutut, dan pergelangan
tangan.
Sendi sinovial dapat membuat berbagai macam gerakan, yaitu:
1. Abduksi, yaitu menggerakan tungkai menjauhi bagian tubuh.
2. Adduksi, yaitu menggerakan tungkai mendekati tubuh.
3. Ekstensi, yaitu membengkokan tungkai pada persendian.
4. Fleksi, yaitu membengkokkan tungkai pada sendi.
5. Dorso-fleksi, yaitu membengkokkan pergelangan agar kaki ke atas.
6. Plantar-fleksi, yaitu meluruskan pergelangan kea rah bawah.
7. Pronasi, yaitu memutar lengan atas sehingga telapak tangan berada di bawah.
8. Supinasi, yaitu memutar lengan atas sehingga telapak tangan berada di atas.
9. Eversi, yaitu memutar keluar.
10. Inversi, yaitu memutar ke dalam.
11. Sirkumduksi, yaitu bergerak dalam lingkaran.
12. Internal rotasi, yaitu bergerak ke dalam pada sumbu pusat.
13. Eksternal rotasi, yaitu bergerak ke luar pada sumbu pusat.
Berdasarkan strukturnya, sendi dibedakan atas:
1. Fibrosa. Sendi ini tidak memiliki lapisan tulang rawan, dan tulang yang satu dengan
yang lainnya dihubungkan oleh jaringan penyambung fibrosa. Contohnya, sutura
pada tulang tengkorak perlekatan tulang tibia dan fibula bagian distal.
2. Kartilago, yaitu sendi yang ujung-ujung tulangnya terbungkus oleh tulang rawan
hialin, disokong oleh ligament dan hanya dapat sedikit bergerak. Sendi ini terbagi
menjadi 2, yaitu:
a. Sinkondrosis, yaitu sendi-sendi yang seluruh persendiannya diliputi oleh tulang
rawan hialin. Contohnya, sendi-sendi kostokondral.
b. Simfisis, yaitu sendi yang tulang-tulangnya memiliki suatu hubungan
fibrokartilago dan selapis tipis tulang rawan hialin yang menyelimuti permukaan
sendi. Contohnya, simfisis pubis dan sendi tulang punggung.
12 | P a g e
3. Sendi sinovial, yaitu sendi tubuh yang dapat digerakkan, serta memiliki rongga sendi
dan permukaan sendi yang dilapisi tulang rawan hialin. Sendi ini adalah jenis sendi
yang paling umum dalam tubuh dan berasal dari kata sinovium yang merupakan
membran yang menyekresi cairan sinovial untuk lumbrikasi dan absorpsi syok. Sendi
sinovial mempunyai struktur anatomi, yaitu:
a. Ball and socket join (bahu dan pinggul) membuat pergerakan ke segala arah.
b. Hinge joints (siku) membuat pergerakan fleksi dan ekstensi.
c. Lutut seringkali diklasifikasikan sebagai hinge joints, tetapi berputar sebaik fleksi
dan ekstensi.
d. Pergerakan yang luwes dan lembut di pergelangan tangan dikenal sebagai biaxial
joints.
e. Pivot joint hanya berotasi di daerah radio-ulnar.1
Gambar 5. Sendi
Mekanisme Kontraksi Otot
Otot berkontraksi jika ada rangsangan. Energi kontraksi berasal dari pemecahan
adenosine trifosfat (ATP) dan kalsium. Sarkomer dalam keadaan istirahat terdiri atas filamen
tebal dan tipis yang saling bertumpuk sebagian. Selama berkontraksi, filamen tebal dan tpis
mempertahankan panjangnya masing-masing. Karena kontraksi tidak disebabkan pemendekan
masing-masing filamen, kontraksi tersebut merupakan hasil dari peningkatan jumlah
penumpukan filamen-filamen.
13 | P a g e
Pada saat istirahat, ATP terikat pada sisi ATPase pada kepala miosin, namun kecepatan
hidrolisis ATP tersebut sangat lambat. Miosin membutuhkan aktin sebagai kofaktor untuk
memecahkan ATP dengan cepat dan melepaskan energi. Pada otot yang sedang beristirahat,
miosin tidak dapat bergabung dengan aktin karena tempat pengikatan untuk kepala miosin pada
molekul aktin ditutupi oleh kompleks troponin-tropomiosin pada filamen aktin-F. Akan tetapi,
bila ion kalsium cukup tersedia, miosin akan terikat pada subunit TnC dari troponin. Konfigurasi
spasial dari ketiga subunit troponin berubah dan mendesak molekul tropomiosin lebih ke dalam
alur pilinan aktin.Hal ini memaparkan tempat pengikatan miosin pada komponen aktin globular,
sehingga aktin bebas berinteraksi dengan kepala molekul miosin.
Pengikatan ion kalsium ke unit TnC sesuai dengan tahap saat terjadinya konversi ATP-
miosin menjadi kompleks yang aktif. Sebagai akibat penjembatanan kepala miosin dengan
subunit aktin-G dari filamen tipis, ATP akan dipecah menjadi ADP dan Pi dan energi dilepaskan.
Aktivitas ini berakibat defrormasi atau pelekukan kepala dan bagian miosin yang mirip batang
(daerah engsel). Karena aktin berikatan dengan miosin, pergerakan kepala miosin. Hasilnya
adalah filamen tipis akan tertarik lebih dalam ke daerah pita A.
Walaupun sejumlah besar kepala miosin terjulur dari filamen tebal pada satu waktu
selama kontraksi, hanya sejumlah kecil kepala yang berhubungan dengan tempat pengikatan-
aktin yang tersedia. Akan tetapi, sewaktu kepala miosin yang terikat menggerakkan aktin, kepala
miosin tersebut membentuk jembatan aktin-miosin yang baru. Jembatan aktin-miosin yang lama
hanya dilepaskan setelah miosin berikatan dengan molekul ATP yang baru; keadaan ini juga
mengembalikan kepala miosin dan mempersiapkannya untuk siklus kontraksi berikutnya. Jika
ATP tidak tersedia, kompleks miosin-aktin akan menjadi stabil; inilah yang menyebabkan
kekakuan otot yang hebat (rigor mortis) setelah kematian. Kontraksi satu otot merupakan hasil
beratus-ratus siklus pembentukan-jembatan dan pelepasan-jembatan. Aktivitas kontraksi yang
berakibat menumpuknya filamen tipis dan tebal, akan berlanjut sampai terjadinya pemindahan
ion Ca++ dan penutupan tempat pengikatan miosin oleh kompleks troponin-tropomiosin.
Selama kontraksi, pita I menyempit sewaktu filamen tipis masuk ke dalam pita A. Pita H-
yaitu bagian pita A yang hanya mengandung filamen tebal- menyempit sewaktu filamen tipis
melangkahi filamen tebal sepenuhnya. Hasil akhirnya adalah bahwa setiap sarkomer dan
akibatnya seluruh sel (serabut), akan sangat memendek.1
14 | P a g e
Gambar 6. Zona kontraksi otot
Beberapa Mekanisme Memulihkan Simpanan ATP di Otot
ATP yang dibutuhkan sebagai sumber energi konstan untuk siklus kontraksi-relaksasi
dapat dihasilkan (1) melalui glikolisis, dengan menggunakan glukosa darah atau glikogen otot,
(2) melalui fosforilasi oksidatif, (3) dari kreatin fosfat, dan (4) dari dua molekul ADP dalam
reaksi yang dikatalisis oleh adenilil kinase. Jumlah ATP di otot rangka hanya cukup untuk
menghasilkan energi untuk kontraksi beberapa detik sehingga ATP harus terus menerus
diperbaharui dari salah satu atau lebih sumber di atas, bergantung pada kondisi metabolik.
Terdapat paling sedikit dua jenis serabut yang berbeda di otot rangka, satu terutama aktif dalam
kondisi aerob adn yang lain dalam kondisi anaerob; jelaslah, keduanya menggunakan masing-
masing sumber energi di atas dengan derajat yang berbeda.6
Glikolisis Pada Kontraksi Otot
Jika otot berkontraksi di dalam medi anaerob, yaitu media yang tidak memiliki
kandungan oksigen, glikogen akan menghilang dan muncul laktat sebagai produk akhir utama.
Kalau oksigen diberikan, proses aerob terjadi kembali dan glikogen kembali muncul sementara
laktat menghilang. Meskipun demikian, jika kontraksi otot berlangsung dalam keadaan aerob,
laktat tidak akan tertumpuk dan piruvatlah yang menjadi produk utama glikolisis. Piruvat
selanjutnya dioksidasi menjadi CO2 dan air. Reaksi yang terjadi pada glikolisis—dengan atau
tanpa oksigen—tetap sama, kecuali dalam hal derajat reaksi dan produk akhir. Jika pasokan
15 | P a g e
oksigen kurang, reoksidasi terhadap NADH yang terbentuk dari NAD+ saat glikolisis akan
terganggu. Dalam keadaan ini, NADH direoksidasi melalui perangkaian dengan proses reduksi
piruvat menjadi laktat, dan NAD+ yang terbentuk memungkinkan berlangsungnya glikolisis yang
lebih lanjut. Jadi, glikolisis dapat berlangsung dalam keadaan anaerob, tetapi hal ini akan
membawa akibat yang kurang menguntungkan karena jumlah energi yang yang dibebaskan per
mol glukosa yang dioksidasi, terbatas. Sebagai konsekuensinya, untuk menghasilkan energi
dalam jumlah tertentu, lebih banyak glukosa harus menjalani glikolisis pada keadaan anaerob
dibandingkan pada keadaan aerob.7
Relaksasi Otot
Serabut otot mengalami relaksasi ketika kalsium dipompa keluar dari sitoplasma kembali
ke dalam retikulum sarkoplasma. Pemompaan kalsium adalah proses aktif yang terjadi di
membran retikulum sarkoplasma. Proses ini menggunakan energi yang berasal dari pemecahan
molekul ATP yang berbeda. Ketika kadar kalsium turun sampai sekitar 10-7 molar, troponin
kembali ke posisinya semula pada molekul tropomiosin, dan tropomiosin kembali menghambat
pengikatan aktin dan miosin, yang menyebabkan kontraksi otot berhenti.8
Metabolisme Otot dan Keletihan Otot
Kontraksi otot bergantung pada produksi ATP dari salah satu dari tiga sumber : (1)
kreatinin fosfat (creatinine phosphate, CP) yang disimpan di otot, (2) fosforilasi oksidatif bahan
makanan yang disimpan di atau dikirimkan ke otot, dan (3) glikolisis anaerob. Keletihan otot
terjadi apabila penggunaan ATP di otot menjadi berlebihan, otot yang berolahraga tidak lagi
dapat berespons terhadap rangsangan dengan tingkat aktivitas kontraktil yang setara. Faktos-
faktor yang diperkirakan terutama berperan adalah (1) penimbunan asam laktat, yang mungkin
menghambat enzim-enzim kunci pada jalur-jalur penghasil energy atau proses penggabungan
eksitasi-kontraksi, dan (2) habisnya cadangan energy. Waktu timbulnya kelelahan berbeda-beda
sesuai dengan jenis serat otot, sebagian serat lebih tahan terhadap kelelahan dibandingkan serat
lain, dan iontensitas olahraga, yakni aktivitas yang berintensitas tinggi lebih cepat menimbulkan
kelelahan.
16 | P a g e
Ketika otot pertama kali mulai berkontraksi, otot mulai menggunakan simpanan CP-nya
untuk mendorong kontraksi. CP mengandung molekul fosfat energi tinggi yang dipindahkan ke
ADP untuk menghasilkan ATP:
CP + ADP = C + ATP.
Sumber ATP ini cepat diakses, tetapi dibatasi oleh jumlah CP yang terdapat di sel pada
permulaan kontraksi. Setelah beberapa detik, otot mulai mengandalkan sebagian besar fosforilasi
oksidatif. Sumber energi untuk fosforilasi oksidatif adalah glikogen yang disimpan di otot dan
setelah itu, glukosa dan asam lemak yang dikirimkan ke otot dalam suplai darah. Sumber energi
initersedia selama 30 menit atau lebih, bergantung pada intensitas kontraksi. Apabila intensitas
olahraga sangat tinggi, atau durasinya sangat lama, otot mulai semakin mengandalkan glikolisis
anaerob. Glikolisis anaerob menghasilkan ATP dalam jumkah terbatas dari metabolisme
glikogen otot dan glukosa darah yang bersirkulasi. Otot yang menggunakan glikolisis anaerob
untuk sebagian besar produksi ATP-nya dengan cepat mengalami keletihan. Keletihan otot dapat
diperkirakan secara eksperimental akibat deplesi glikogen yang disimpan di otot. Asam laktat
adalah produk sampingan glikolisis anaerob dan dapat tertimbun di otot dan darah pada kontraksi
otot yang intens atau berkepanjangan sehingga menimbulkan keletihan. Asam laktat juga dapat
menimbulkan nyeri otot yang terasa satu atau dua hari setelah olahraga yang intens.8,9
Gambar 7. Glikolisis dan asam laktat
17 | P a g e
Kesimpulan
Kita membutuhkan energi untuk melakukan kontraksi otot yang dapat menggerakan
tulang kita. Itulah yang membuat kita dapat beraktivitas disetiap harinya. Kita juga harus
mengistirahatkan otot dan tulang kita, karena apabila kita terus menerus melakukan kontraksi
otot, maka asam laktat yang tertimbun akan semakin banyak dan akan membuat kita semakin
lelah. Selain itu, hal ini juga dapat berdampak pada kesehatan tulang dan otot kita.
Saran
Boleh-boleh saja melakukan aktivitas dengan menggunakan kontraksi otot, tetapi kita
harus tahu batas kemampuan otot kita untuk berkontraksi. Seberapa daya tahan otot kita untuk
melakukan kontraksi. Otot kita juga memerlukan istirahat. Bila otot kita terus menerus
berkontraksi, dapat menimbulkan masalah kelak pada otot kita. Sayangilah tulang dan otot kita.
Daftar Pustaka
1. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi dasar teks dan atlas. Edisi 10. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2004. h. 134-93.
2. Suratun, Heryati, Manurung S, Raenah E. Klien gangguan sistem muskuloskeletal: seri
asuhan keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2006. h.3-13.
3. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2004. h. 110-30.
4. Ganong W. Review of medical physiology. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2008.
h. 67-9.
5. Putz R, Pabst R. Sobotta. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2006. h. 62-7.
6. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia harper. Edisi 27. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.2006. h. 598-9.
7. Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW. Biokimia harper. Edisi 25. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2001. h. 178.
8. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi. Edisi revisi 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2007. h. 320-1.
9. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2001. h. 235.
18 | P a g e