pbl blok 27

33
Tinjauan Pustaka Obesitas dalam Masyarakat dan Penatalaksanaannya Ervin Pratiwi Pasang NIM : 102011389/F5 Alamat: Jl. Tanjung Duren Selatan 2 No.7 Jakarta Barat Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Pendahuluan Beberapa dekade terakhir ini, angka kejadian kegemukan atau obesitas di Indonesia makin meningkat terutama pada golongan sosial-ekonomi mengengah ke atas. Suatu survey lain yang dilakukan oleh Himpunan Studi Obesitas Indonesia di beberapa ibukota provinsi di Indonesia mengungkapkan bahwa prevalensi kegemukan sekitar 10%, dengan rincian laki-laki 9,2% dan wanita 11%. Pada tahun 2007, diperkirakan sekitar 22 juta anak di dunia yang berusia kurang dari 5 tahun mengalami kegemkan dan obesitas. Karena arus globalisasi, di kota-kota besar terdapat banyak restoran dengan makanan siap saji yang umumnya mengandung kalori tinggi, lemak tinggi dan kandungan seratnya rendah, suatu pola makan yang tidak seimbang. Apabila pola makan seperti ini menjadi kebiasaan, maka mula-mula akan menimbulkan kelebihan berat badan dan lama-kelamaan akan mengakibatkan obesitas. Obesitas mempunyai dampak negative terhadap kesehatan. Gangguan kesehatan yang sering menyertai kegemukan adalah penyakit-penyakit degeneratif. Dampak sosial yang diakibatkan 1

description

BLOK 27

Transcript of pbl blok 27

Page 1: pbl blok 27

Tinjauan Pustaka

Obesitas dalam Masyarakat dan Penatalaksanaannya

Ervin Pratiwi Pasang

NIM : 102011389/F5

Alamat: Jl. Tanjung Duren Selatan 2 No.7 Jakarta Barat

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Pendahuluan

Beberapa dekade terakhir ini, angka kejadian kegemukan atau obesitas di Indonesia

makin meningkat terutama pada golongan sosial-ekonomi mengengah ke atas. Suatu survey lain

yang dilakukan oleh Himpunan Studi Obesitas Indonesia di beberapa ibukota provinsi di

Indonesia mengungkapkan bahwa prevalensi kegemukan sekitar 10%, dengan rincian laki-laki

9,2% dan wanita 11%. Pada tahun 2007, diperkirakan sekitar 22 juta anak di dunia yang berusia

kurang dari 5 tahun mengalami kegemkan dan obesitas. Karena arus globalisasi, di kota-kota

besar terdapat banyak restoran dengan makanan siap saji yang umumnya mengandung kalori

tinggi, lemak tinggi dan kandungan seratnya rendah, suatu pola makan yang tidak seimbang.

Apabila pola makan seperti ini menjadi kebiasaan, maka mula-mula akan menimbulkan

kelebihan berat badan dan lama-kelamaan akan mengakibatkan obesitas.

Obesitas mempunyai dampak negative terhadap kesehatan. Gangguan kesehatan yang

sering menyertai kegemukan adalah penyakit-penyakit degeneratif. Dampak sosial yang

diakibatkan obesitas ialah pandangan dari segi keindahan, yang menyangkut penampilan,

kecantikan dan keserasian tubuh. Oleh karena banyaknya dampak negative bagi kesehatan dan

banyaknya penyakit yang ditimbulkan oleh obesitas, maka penulis membuat makalah ini dengan

tujuan untuk mengetahui apa saja penyebab terjadinya obesitas, faktor-faktor yang meningkatkan

resiko, terapi apa yang harus diberikan pada penderita, berapa kebutuhan energi normal sesuai

aktivitas, status gizi yang baik seperti apa, dan komplikasi yang menyertai terjadinya obesitas.

1

Page 2: pbl blok 27

Anamnesis

Anamnesis adalah wawancara yang dilakukan baik kepada pasien sebagai data awal

untuk menegakkan diagnosis. Anamnesis yang ditanyakan kepada pasien dengan keluhan berat

badan berlebih sehingga menggangu aktivitas adalah:1

1. Identitas pasien

2. Keluhan utama dan sudah sejak kapan aktivitas sehari-hari pasien terganggu oleh karena

BB nya yang berlebihan. Apakah selain mengganggu aktivitas, ada keluhan-keluhan lain

yang berkaitan dengan BB yang berlebih tersebut?

3. Apakah dikeluarga juga ada yang berat badannya berlebih, jika ada tanyakan apa

hubungan orang tersebut dengan pasien.

4. Tanyakan bagaimana pola hidup pasien sehari-harinya, bagaimana pola makannya dan

ativitas fisik yang dilakukan setiap hari.

5. Selain itu, perlu diketahui pula mengenai penyakit penyerta / komplikasi yang terjadi

serta obat-obatan yang sedang dikonsumsi dan penanganan obesitas yang telah dilakukan

sebelumnya.

Dalam skenario, didapatkan data bahwa pasien adalah seorang perempuan usia 41 tahun,

yang bekerja sebagai manager di perusahaan swasta. Pasien datang karena dia ingin

berkonsultasi tentang BB nya yang berlebih sehingga sangat mengganggu aktivitas dan

penampilan sehari-harinya.

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien dengan obesitas atau overweight adalah:

1. Pemeriksaan TTV. Pemeriksaan TTV perlu dan harus selalu dilakukan kepada setiap pasien.

Dalam skenario didaptkan bahwa dari hasil pemeriksaan TTV, TD pasien adalah 130/90

mmHg.

2. Pemeriksaan BB dan TB. Pemeriksaan BB dan TB diperlukan untuk menghitung Indeks

massa tubuh, serta mengetahui apakah seseorang memiliki berat badan normal atau berlebih.

Selain itu dari pemeriksaan BB dan TB dapat juga diketahui kebutuhan energi yang

diperlukan oleh seseorang setiap harinya berdasarkan aktivitasnya. Dari hasil pemeriksaan

fisik, didapatkan BB 80 kg, dan TB 150 cm. Berat badan normal pasien seharunya 50 kg,

2

Page 3: pbl blok 27

IMT 35,5 kg/m2. Dari hasil pemeriksaan ini, pasien masuk dalam kategori obesitas II

berdasarkan IMT.2

3. Pemeriksaan Lpe dan Lpa serta menghitung WHR. Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan,

didapatkan Lpe 95 cm dan Lpa 105 cm, dalam keadaan normal, Lpe pada wanita seharusnya

<80 cm dan Lpa <90 cm, sehingga untuk kasus ini pasien memiliki Lpe dan Lpa > dari

normal. Kemudian dilakukan perhitungan WHR untuk mengetahui pasien mengalami

obesitas tipe apa, apakah tipe apple atau pear, WHR pasien adalah 0,9.2

Tabel 1.1 Klasifikasi obesitas berdasarkan IMT2

Dari skenario, didapatkan bahwa berdasarkan WHR dan IMT, pasien mengalami risiko

ko morbiditas sangat berat dan pasien mengalami obesitas sentral.

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang pada orang yang mengalami obesitas dilakukan untuk

mengetahui apakah pasien telah mengalami komplikasi karena obesitasnya atau pasien hanya

berat badan berlebih saja. Pemeriksaan laboratorium yang biasa dianjurkan adalah:

1. Pemeriksaan darah rutin. Tujuan dilakukannya pemeriksaan darah adalah untuk mengetahui

kadar Hb, GDP, kolesterol total, TGA, HDL,LDL. Normalnya, GDP darah vena <110,

Kolesterol total <200 mg/dl, TGA <150 mg/dl, HDL >60 mg/dl, LDL <100 mg/dl. Dari

skenario, didapatkan hasil pemeriksaan laboratoriumnya adalah Hb 12 g%, GDP 100mg/dl,

kolesterol total 130 mg/dl, TGA 180 mg/dl, HDL 30 mg/dl, LDL 100 mg/dl.3

3

Page 4: pbl blok 27

Working diagnosis

Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang, perempuan usia 41 tahun dengan

keluhan berat badan berlebih mengalami obesitas II dengan resiko sindroma metabolik. obesitas

tidak sama dengan overweight. Overweight merupakan kelebihan berat badan dibandingkan

dengan berat ideal yang dapat disebabkan oleh penimbunan jaringan lemak atau non lemak

misalnya pada seorang atlet binaragawan, kelebihan berat badan bisa disebabkan karena atrofi

otot. Obesitas merupakan keadaan patologis yaitu adanya akumulasi lemak yang berlebihan di

dalam tubuh. Obesitas atau kegemukan dari segi kesehatan merupakan salah satu penyakit gizi

sebagai akibat dari konsumsi makanan yang jauh melebihi kebutuhannya.3,4 Perbandingan

normal antara lemak tubuh dengan berat badan adalah sekitar 12-35% pada wanita dan 18-23%

pada pria. Obesitas merupakan salah satu faktor risiko penyebab terjadinya penyakit degeneratif

seperti diabetes mellitus, penyakit jantung koroner, dan hipertensi. Obesitas umumnya

menyebabkan akumulasi lemak pada daerah subkutan dan jaringan lainnya. Salah satu cara yang

digunakan untuk mengukur lemak subkutan di lengan atas yaitu dengan mengukur tebal lipatan

kulit trisep.4

Obesitas terjadi karena ketidakseimbangan antara asupan energi dengan keluaran energi

(energy expenditures) sehingga terjadi kelebihan enegi yang selanjutnya disimpan dalam bentuk

jaringan lemak. Asupan dan pengeluaran energi tubub diatur oleh mekanisme saraf dan

hormonal. Hampir setiap individu pada saat asupan makanan meningkat, konsumsi kalorinya

juga ikut meningkat, begitupun sebaliknya. Karena itu, berat badan dipertahankan secara baik

dalam cakupan yang sempit dalam waktu yang lama. Diperkirakan keseimbangan yang baik ini

dipertahankan oleh internel set point atau lipostat yang dapat mendeteksi jumlah energi yang

tersimpan dan semestinya meregulasi asupan makanan supaya seimbang dengan energi yang

dibutuhkan. Skema yang dapat dipakai untuk memahami mekanisme neurohormonal yang

meregulasi keseimbangan energi dan selanjutnya mempengaruhi berat badan dipengaruhi oleh

tiga komponen, yaitu:

1. Sistem aferen, menghasilkan sinyal humoral dari jaringan adipose (leptin), pankreas

(insulin), dan perut (ghrelin).

4

Page 5: pbl blok 27

2. Central processing unit, terutama terdapat pada hipotalamus yang mana terintegrasi

dengan sinyal aferen.

3. Sistem efektor, membawa perintah dari hypothalamic nuclei dalam bentuk reaksi untuk

makan dan pengeluaran energi.

Faktor penyebab obesitas

Penyebab obesitas adalah antara lain karena makanan yang berlebihan sehingga energi

yang dihasilkan dari makanan itu lebih besar daripada energi yang diperlukan oleh tubuh untuk

aktivitas sehari-hari. Kelebihan energi atau kelebihan gizi ini oleh tubuh diubah menjadi jaringan

lemak yang kemudian ditimbun di jaringan bawah kulit dan organ-organ tubuh sehingga berat

badan naik. Faktor lain yang menyebabkan obesitas adalah kurang gerak yang berarti kurang

melakukan aktivitas jasmani dan pola hidup yang terlalu santai. Selain karena kelebihan gizi dan

kurang gerak, faktor lain yang menyebabkan obesitas yaitu:3,4

a. Pola makan yang kurang baik yaitu makan sekenyang-kenyangnya baik makan sehari-hari di

rumah maupun restoran ataupun di pesta-pesta. Para ahli menganjurkan agar makan

secukupnya saja supaya ada ruangan di dalam perut untuk minuman, buah-buahan dan untuk

pernafasan.

b. Konsumsi makanan yang tidak seimbang yaitu sering mengonsumsi makanan berkalori tinggi

yaitu yang berlemak, yang gurih-gurih, yang manis-manis, goring-gorengan serta kurang

sayuran dan buah-buahan. Makanan siap saji yang sedang semarak sekarang ini misalnya

goring-gorengan, hamburger, pasta, kue tart dan es krim umumnya mengandung lemak,

kalori tinggi dan gula sedangkan kandungan seratnya rendah.

c. Jadwal makan yang tidak teratur. Sebagian orang seringkali meninggalkan makan pagi

karena berbagai alas an misalnya tergesa-gesa atau bangun kesiangan, malas makan, dsb.

Padahal makan pagi itu sangat diperlukan karena akan menghasilkan energi untuk bekerja

sampai siang hari. Jarak waktu makan malam sampai bangun pagi cukup lama yaitu sekitar

10-11 jam, jadi pada pagi hari perut dalam keadaan kosong dan kadar gula darahpun telah

menurun sampai titik minimal. Apabila tidak diisi dengan makan pagi, maka perut akan

merasa lapar sekali sampai keroncongan. Dalam keadaan begini, orang akan berusaha

mengompensasi ketinggalan makan pagi itu dengan mengonsumsi makanan kecil yang

berkalori tinggi dalam jumlah banyak atau mengonsumsi makan siang yang berlebihan.

5

Page 6: pbl blok 27

d. Kebiasaan ngemil dan ngemil makanan. Makanan selingan yang dilakukan diantara waktu

makan utama disebut mengemil. Mengemil boleh saja dilakukan asalkan terencana misalnya

jam 10 pagi antara sarapan dan makan siang, atau jam 5 sore, antara makan siang dan makan

malam. Ada juga sebagian orang yang merasa lapar pada malam hari. Kebiasaan ini

merupakan suatu gejala yang tidak sehat.

e. Kurang gerak badan karena kurang melakukan aktivitas jasmani serta pola hidup yang terlalu

santai.

f. Faktor psikologis. Keadaan psikologis seseorang dapat menyebabkan perubahan perilaku.

Ketakutan, kecemasan, kesedihan, kebosanan dan stress karena tekanan hidup akan

menyebabkan perilaku yang berbeda-beda bagi setiap orang. Ada yang memilih makan

berlebihan sebagai pelarian, karena proses makan selalu memberikan rasa nikmat, kenyang

dan nyaman, maka tekanan psikologis yang dideritanya untuk sementara dapat dilupakan.

Jika dilakukan dalam jangka panjang maka akan mengakibatkan obesitas.

g. Faktor keturunan. Ada beberapa penelitian yang mengungkapkan bahwa faktor keturunan

mempunyai peranan terhadap terjadinya obesitas. Anak kembar yang berasal dari satu telur

yang kemudian hidupnya terpisah di lingkungan yang berbeda, setelah dewasa ternyata berat

badannya berbeda hanya 1,9 kg; sedangkan anak kembar dari dua telur beda berat badannya

dapat mencapai 4,5 kg. Obesitas yang terjadi pada ibu dan anaknya mempunyai pola

distribusi lemak di bagian-bagian tubuh yang sama sebanyak 70%. Suatu penelitian di

Amerika membuktikan bahwa apabila kedua orangtua mempunyai berat badan normal,

biasanya berat badan anak-anaknya juga normal; kecenderungan anak-anaknya menjadi

gemuk hanya sekitar 10%. Apabila salah satu orangtuanya gemuk, maka kecenderungan

anak-anaknya menjadi gemuk meningkat menjadi 40-50%. Sedangkan bila kedua

orangtuanya gemuk, maka peluang anak-anaknya menjadi gemuk meningkat lagi menjadi

70-80%.

h. Terdapat pula faktor-faktor lain sebagai pemicu terjadinya kegemukan yaitu metabolism

basal, kelainan kelenjar endokrin, efek samping obat-obat tertentu. Obesitas juga dapat

dipengaruhi oleh karena adanya gangguan hormonal, seperti pada penyakit sindroma

cushing, hiperaktivitas adrenokortikal dan hipogonadism.

6

Page 7: pbl blok 27

i. Efek samping obat. beberapa obat yang mempunyai efek samping yang merangsang nafsu

makan misalnya obat anti diabetes (OAD) dan pil kontrasepsi atau keluarga berencana (pil

KB).

Tipe obesitas

Ada beberapa jenis obesitas, dapat dibedakan berdasarkan tipenya yaitu tipe buah apel

(android) dan tipe buah pear (ginoid). Kegemukan tipe apple mempunyai gejala-gejala

penimbunan lemak terutama di bagian tubuh sebelah atas yaitu di muka, leher, pundak, dada, da

terutama penumpukannya di bagian abdomen sehingga dapat dikatakan bahwa tipe apple juga

disebut obesitas sentral atau obesitas abdominal. Umumnya tipe ini terdapat pada laki-laki

karena itu disebut tipe android.4

Para peneliti mengungkapkan bahwa lemak yang menumpuk pada tipe android ini terdiri

dari sel-sel lemak yang besar dan berisi lemak jenuh. Tipe ini mempunyai risiko yang tinggi

terhadap penyakit degeneratif yang berhubungan dengan metabolism lemak dan glukosa seperti

misalnya tekanan darah tinggi, jantung koroner, stroke, perdarahan otak dan kencing manis. Pada

obesitas sentral, penimbunan lemak di perut ditandai dengan meningkatnya lingkar pinggang.

Dalam upaya penanggulangan kegemukan, tipe ini lebih mudah dilakukan bila

dibandingkan tipe ginoid. Kegemukan tipe buah pear ditandai dengan penimbunan lemak yang

berlebihan di bawah tubuh sebelah bawah yaitu di perut, panggul, pantat atau bokong dan paha.

Umumnya tipe ini terdapat pada wanita, oleh karena itu disebut tipe ginoid. Jaringan lemak pada

tipe ini terdiri atas sel-sel lemak yang berukuran kecil dan berisi lemak tidak jenuh.

Kemungkinan mengakibatkan penyakit degenerative lebih kecil, namun biasanya tipe ini

menyebabkan penyakit-penyakit vaskuler seperti varises.4

Status gizi dan penilaian obesitas

Status gizi merupakan akibat jangka panjang dari keadaan konsumsi makanan setiap hari.

Seberapa jauh seseorang memperhatikan jumlah mutu gizi dari makanan setiap hari. Seberapa

jauh seseorang memperhatikan jumlah mutu gizi dari makanan yang dikonsumsinya akan

tercermin dalam status gizi atau tingkat kesehatannya. Dalam menilai status gizi seseorang dapat

7

Page 8: pbl blok 27

dilakukan dengan dua cara yaitu secara langsung dan tidak langsung. Penilaian status gizi secara

langsung dan secara tidak langsung. Secara tidak langsung, status gizi diukur dengan metode

survey konsumsi makanan, statistic vital dan faktor ekologi. Penilaian status gizi secara langsung

dibagi menjadi empat penilaian. Adapun masing-masing penilaiannya sebagai berikut:4,5

1. Antropometri. Secara umum, antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Penilaian secara

antropometri adalah suatu pengukuran dimensi tubuh dan komposisi dari berbagai tingkat

umur dan tingkat gizi. Antropometri digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan

protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi

jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air di dalam tubuh. Metode pengukuran

antropometri adalah:

a. Pengukuran indeks massa tubuh (IMT). Indeks massa tubuh (IMT) adalah nilai yang diambil

dari perhitungan antara berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) seseorang. IMT dapat

menjadi indikator atau mengambarkan kadar adipositas dalam tubuh seseorang. IMT tidak

mengukur lemak tubuh secara langsung, tetapi penelitian menunjukkan bahwa IMT

berkorelasi dengan pengukuran secara langsung lemak tubuh seperti underwater weighing

dan dual energy x-ray absorbtiometry. IMT merupakan altenatif untuk tindakan pengukuran

lemak tubuh karena murah serta metode skrining kategori berat badan yang mudah

dilakukan. Untuk orang dewasa yang berusia 20 tahun ke

atas, IMT diinterpretasi menggunakan kategori status berat badan standard yang sama untuk

semua umur bagi pria dan wanita. Untuk anak-anak dan remaja, intrepretasi IMT adalah

spesifik mengikut usia dan jenis kelamin. Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung

dengan rumus berikut:

Tabel 1.2 Klasifikasi berat badan untuk orang Asia (WH0 2000)3

8

Page 9: pbl blok 27

b. Pengukuran jaringan lemak di bawah kulit

Metode ini dilakukan dengan alat khusus yang disebut “skinfold caliper”, yang mengukur

ketebalan jaringan lemak di bawah kulit. Pada wanita, pengukuran dilakukan di lengan atas

bagian belakang (triceps). Bila ketebalan lengan mencapai lebih dari 2,5 cm, maka wanita itu

mengalami kegemukan. Pada pria pengukuran dilakukan di bawah tulang belikat (subscapula).

Ketebalan lemak yang mencapai >1,5 cm termasuk kegemukan. Metode ini memerlukan

keterampilan khusus dan biasanya dilakukan waktu pemeriksaan pasien oleh dokter atau dalam

penelitian-penelitian. Pengukuran lingkar perut dan pengukuran lingkar panggul dan nantinya

akan didaptkan Waist to hip ratio yaitu (Lpe/Lpa).

Tabel 1.3 Ukuran Normal Lingkar Pinggang3,5   Asia Pasifik WHO

Laki-laki < 90 cm < 102 cmPerempuan < 80 cm < 89 cm

c. Rumus Broca

Penilaian status gizi seseorang dengan menggunakan rumus Broca adalah dengan

menimbang BB dan mengukur TB. Perhitungan Indeks Broca adalah:

Usia <40 tahun, BBI = TB (cm) – 100 – 10%

Usia ≥ 40 tahun, BBN = TB (cm) – 100

Jika TB < 150 dan usia <40 tahun, BBI = TB - 100

Status gizi kurang BB < BBN (BB Normal)

Status gizi lebih BB > BBN (BB normal)

Jadi pada skenario, didapatkan BBN = 150 cm – 100 = 50 kg, sedangkan pasien berat

badannya 80 kg. Karena BB os > BBN, maka status gizi pasien adalah lebih.

2. Klinis. Penilaian Status Gizi secara klinis sangat penting sebagai langkah pertama untuk

mengetahui keadaan gizi penduduk. Karena hasil penilaian dapat memberikan gambaran

9

Page 10: pbl blok 27

masalah gizi yang nyata. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut dan

mukosa oral.

3. Biokomia. Pemeriksaan ini diuji secara labotaroris yang menggunakan berbagai macam

jaringan tubuh antara lain darah, urin, tinja, dll.

4. Biofisik. Penilaian dengan metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi

jaringan dan perubahan struktur jaringan.

Kebutuhan energi

Makanan yang kita konsumsi tidak dapat langsung digunakan oleh tubuh, melainkan

harus dicerna terlebih dahulu oleh sistem pencernaan baik secara mekanis maupun secara

kimiawi, kemudian mengalami metabolise dalam tubuh dan akhirnya menghasilkan zat-zat gizi

yang terkandung dalam makanan itu. 6 jenis zat gizi yang terdapat dalam makanan yaitu

karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air. Karbohidrat, protein dan lemak merupakan

makronutrien yang sangat berperan penting dalam tubuh. karbohidrat dan lemak adalah zat gizi

yang merupakan sumber energi yang diperlukan untuk bergerak, bekerja, berjalan dan aktivtas

jasmani lainnya. Bahan makanan yang menghasilkan karbohidrat adalah nasi, jagung, sagu, ubi,

singkong, roti, mie. Gula termasuk juga dalam golongan karbohidrat. Satu gram karbohidrat

menghasilkan 4 kalori.3-5

Ada dua jenis lemak yaitu lemak hewani dan lemak nabati. Lemak hewani berasal dari

hewan ternak yaitu jaringan lemak yang berwarna putih yang biasanya merupakan lapisan di

bawah kulit dan di rongga perut. Lemak nabati berasal dari tumbuh-tumbuhan, biasanya

berbentuk cair dan disebut minyak. Satu gram lemak menghasilkan 9 kalori. Karbohidrat dan

lemak merupakan sumber tenaga.

Bahan makanan yang banyak mengandung protein nabati adalah semua kacang-kacangan

yaitu kacang tanah, kacang hijau, kacang merah, kedelai dan olahannya yaitu tempe, tahu, tauco

dan oncom. Adapun sumber protein hewani misalnya daging, telur, ayam, ikan, dan hasil

olahannya. Satu gram protein menghasilkan 4 kalori. Walaupun protein menghasilkan energi,

namun dalam keadaan normal, protein terutama berfungsi untuk membangun jaringan tubuh dan

10

Page 11: pbl blok 27

menggantikan jaringan tubuh yang telah aus. Orang dewasa pada umumnya membutuhkan

sebanyak 1 gr/kgBB.

Karbohidrat, protein, dan lemak merupakan sumber energi yang dibutuhkan setiap

harinya. Tubuh membutuhkan protein 0,8-1gr/kgBB per hari, lemak 20-35% dari total kalori per

hari, dan karbohidrat 60-70% dari total kalori/hari, karena sumber energi utama aadalah

karbohidrat. Kebutuhan energi tiap orang berbeda-beda dan bergantung kepada beberapa

komponen. Komponen utama yang menentukan kebutuhan energi adalah angka metabolisme

basal (AMB) atau basal metabolic rate (BMR) dan aktifitas fisik. Cara menentukan AMB

dibawah ini dipengaruhi oleh umur, gender, berat badan dan tinggi badan, yaitu menggunakan

rumus Harris Benedict:6

Laki-laki = 66,4 + (13,7 x BB) + (5 x TB) – (6,8 x U)

Perempuan = 665 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) – (4,7 x U)

Cara selanjutnya yaitu menentukan kebutuhan energi berdasarkan aktifitas fisik.

Kebutuhan energi untuk berbagai aktifitas fisik dinyatakan dalam kelipatan AMB. Penaksiran

kebutuhan energi menggunakan rumus Harris Benedict dan tentukan kebutuhan energi

berdasarkan aktifitas fisik. Penaksiran kebutuhan energi perhari pada skenario menggunakan

rumus Harris Benedict:

AMB = 665 + (9,6 x 50) + (1,8 x 150) – (4,7 x 41)

AMB = 1607,7 kkal (dibulatkan 1608 kkal)

Kebutuhan energi sangat dipengaruhi oleh aktivtas fisik. Aktivtas yang ringan sekali

memiliki kebutuhan energi sebesar 30% dari total kalori dari perhitungan MB. Jika aktivitasnya

ringan seperti pegawai kantor, ahli hukum, dokter dan guru kebutuhan energinya sebanyak 50%

dari total kalori pada MB, pada aktivtas yang sedang seperti pekerja industri ringan, mahasiswa,

pekerja rumah tangga kebutuhan energinya adalah 75% dari MB, pada aktivitas berat seperti

buruh kasar, penari balet, dan olahragawan membutuhkan 100% dari total kalori pada MB. Jika

11

Page 12: pbl blok 27

aktivitas berat sekali maka kebutuhan energinya adalah 125% dari total kalori pada MB.

Kebutuhan energi dirumuskan sebagai:

Kebutuhan energi = MB + Aktivitas+SDA

SDA adalah spesifik dynamic action yang dihitung dengan cara:

SDA= 10% ( MB + aktivitas)

Karena pada skenario didapatkan pasien mempunyai aktivitas yang ringan, jadi nilai aktivitas =

50% dari 1.608 kkal = 804 kkal. Jadi pada skenario didaptkan SDA = 10% (1608+804) = 241,2.

Jadi kebutuhan energi total per hari adalah 1608 + 840 + 241,2 = 2689,2 kkal/hari.

Penatalaksanaan obesitas

Sebagian besar kasus obesitas yang ditemukan dalam praktek, disebabkan karena

makanan yang berlebihan dan kurang gerak. Oleh karena itu inti dari program

penanggulangannya atau terapi utama terhadap obesitas adalah:3-5

1. Pengaturan pola makan

Untuk menanggulangi obesitas agar tubuh menjadi langsing, pada dasarnya adalah

dengan mengurangi nafsu makan jauh di bawah kebutuhan umum yang berarti masukan energi

lebih kecil daripada pengeluaran energi untuk aktivitas, sehingga tubuh kekurangan energi atau

mengalami defisit energi. Dalam kondisi defisit energi, tubuh akan menggunakan cadangan

energi dari glikogen dan jaringan lemak. Karena jaringan lemak akan diabakr menjadi energi,

maka berat badan akan turun dan tubuh menjadi langsing. Secara teori, jumlah kalori yang harus

dikurangi adalah 500-1000 kalori lebih rendah dari menu sehat dan seimbang untuk orang

dengan berat badan normal. Secara teori, kekurangan 500 kalori dalam satu hari akan

menghasilkan penurunan berat badan kurang lebih sebanyak ½ kg dalam seminggu. Sedangkan

pengurangan 1000 kalori sehari akan menurunkan BB kurang lebih sebanyak 1 kg dalam

seminggu. Penurunan berat badan dilakukan secara bertahap yaitu ½ kg dalam satu minggu atau

maksimal 1 kg dalam satu minggu. Penurunan BB yang berlebihan dan drastis tidak dianjurkan.

Dalam program penanggulangan obesitas, terdapat beberapa jenis diet dan diet energi

rendah dan seimbang merupakan diet paling utama dalam program penanggulangan obesitas

12

Page 13: pbl blok 27

karena paling aman, mudah dilaksanakan, banyak variasi, tidak membosankan, sehingga dapat

dilakukan dalam jangka waktu yang lama. Makanan yang kandungan energinya di bawah 1200

kalori tidak dapat disebut diet yang seimbang karena selain keurangan protein, juga keurangan

zat gizi vitamin dan mineral. Oleh karena itu yang termasuk diet energi rendah dan seimbang

adalah menu dengan kandungan energinya paling sedikit 1200-1600 kalori.4

Pada diet energi rendah dan seimbang ini yang harus dikurangi adalah energi yang

berasal dari karbohidrat dan lemak, sedangkan protein diberikan lebih tinggi. Vitamin dan

mineral diberikan lebih tinggi. Persentase yang dianjurkan adalah: KH ≥ 55% dari total kalori,

protein 15% dari total kalori dan lemak ≤30% dari total kalori, SAFA <7%, PUFA <10%, dan

MUFA <15%, kolesterol <300mg/d, serat 20-30 gr/d.

Dalam diet ini, sayuran dan buah-buahan dianjurkan lebih banyak dikonsumsi, karena

selain merupakan sumber vitamin dan mineral, juga mengandung serat makanan yang tinggi.

Kebutuhan air sesuai dengan yang dianjurkan yaitu 1,5-2 liter atau 7 sampai delapan gelas per

hari termasuk cairan yang diperoleh dari minuman, bahan makanan seperti buah-buahan,

masakan berkuah dan lain-lain.

Diet secara ketat adalah terapi obesitas cara lama, dengan cara ini terjadi penurunan berat

badan secara cepat namun dengan cepat akan kembali pada keadaan semula. pengaturan diet

yang tepat adalah efektif untuk jangka panjang. Prinsip dasarnya adalah diet makanan sehat dan

seimbang. Kombinasi Low Calorie Diet (LCD) 1000-1500 kcal/day dan melakukan kegiatan

fisik adalah hal yang dianjurkan untuk mempertahankan penurunan berat badan, selain itu

mengurangi lemak di perut dan meningkatkan kesehatan jantung-paru. Kombinasi diet dan obat

dapat membantu menurunkan berat badan jangka lama.

Low Calorie Diet (LCD) adalah suatu aturan diet 1000-1500 kcal/hari. Diharapkan dapat

menurunkan berat badan sebanyak 8-15% selama 3-12 bulan. Manfaat diet secara LCD adalah

mengurangi lemak perut. LCD direkomendasikan bagi penderita overweight atau obese.

Very Low Calorie Diet (VLCD), dapat menurunkan berat badan secara capat, yaitu 1-1,5

kg per minggu atau 20 kg lebih setiap periode 3 bulan. VLCD lebih besar daripada LCD, namun

setelah 1 tahun atau lebih penurunan berat badan tidak akan terlihat secara signifikan, berbeda

dengan LCD. VLCD ini dapat digunakan bagi penderita yang memiliki BMI >30, dan harus

13

Page 14: pbl blok 27

dibawah pengawasan dokter. Diet yang dilakukan adalah 400-800 kcal/hari, meskipun demikian

diet di bawah 800 kcal/hari tidak direkomendasikan digunakan jangka panjang karena

berpotensial memiliki efek samping.3

2. Aktivitas fisik atau olahraga

Dalam program penanggulangan obesitas, yang dimaksud dengan peningkatan aktivitas

jasmani adalah olahraga. Olahraga yang dilakukan secara teratur dan kontinyu dan terukur

merupakan aktivitas jasmani yang sangat cocok, aman dan efektif untuk menurunkan berat

badan. Jenis olahraga dalam program penanggulangan obesitas adalah olahraga yang bersifat

aerobik misalnya jalan kaki, jalan cepat, lari, naik tangga, bersepeda, renang dan senam aerobic.

Untuk mempertahankan massa otot lengan dan tangan, dianjurkan melakukan latihan beban

dengan mengangkat barbell ringan dengan jumlah berulang kali. Sebelum latihan sebaiknya

melakukan pemanasan dan peregangan terlebih dahulu.

Berdasarkan hasil penelitian, untuk melangsingkan badan, durasi latihan sebaiknya

berlangsung sekitar 30-60 menit sekali latihan, termasuk pemanasan dan pendinginan. Hasil

penelitian juga mengungkapkan bahwa frekuensi latihan 5 kali per minggu adalah yang paling

ideal karena paling efekif. Efek latihan yang sama dapat dicapai dalam 4 kali per minggu asal

durasi latihannya harus ditambah 10-15 menit setiap kali. Sebaiknya untuk seseorang yang

tadinya tidak pernah berolahraga, memulai latihannya secara bertahap misalnya dengan jalan

santai dulu 30 menit.4

3. Farmakoterapi

Dalam program penanggulangan obesitas, obat-obatan hanya merupakan terapi

penunjang, sedangkan terapi utamanya tetap terapi diet, olaharag dan perubahan gaya hidup.

Sampai sekarang terdapat berbagai obat penekan nafsu makan (obat anorektik), namun demikian

obat-obatan itu tidak dapat digunakan untuk semua penderita kegemukan. Hal ini disebabkan

karena adanya efek samping obat yang merugikan terhadap fungsi jantung dan otak dan dapat

menyebabkan ketergantungan. Oleh karena itu, pengguna harus berhati-hati dan menggunakan

obat tersebut untuk sementara waktu saja dan di bawah pengawasan dokter.

14

Page 15: pbl blok 27

Obat-obatan obesitas ada yang penggunaannya jangka pendek dan ada yang dapat

digunakan jangka panjang. Orsilat merupakan obat yang relative baru dan digunakan dalam

jangka panjang yaitu sekitar 52 minggu atau satu tahun. orsilat bekerja menghambat enzim

lipase. Sebagaimana kita ketahui bahwa enzim lipase bertugas mencerna lemak sehingga diserap

oleh usus, kemudian mengalami metabolism menjadi energi. Karena lipase dihambat maka

sekitar 30% dari lemak tidak dapat dicerna dengan akibat masukan energi berkurang. Lemak

yang tidak dicerna akan dikeluarkan langsung melalui tinja. Keuntungan lain dari orsilat adalah

aman bagi penderita diabete mellitus dan penderita penyakit jantung, hanya jika dikonsumsi

maka efeknya yaitu inkontinensia alvi. Farmakoterapi biasanya diindikasikan jika penderita

dengan obesitas 1 sudah teratur melaksanakan terapi dietnya namun tidak terjadi penurunan BB

yang signifikan dalam waktu 4 minggu, atau penderita dengan obesitas II.4,7

Pada skenario, didapatkan bahwa pasien adalah penderita obesitas tipe 2, jadi terapi yang

diberikan kepada pasien adalah langsung diberikan terapi obat namun tetap didukung dengan diet

yang seimbang dan aktivitas fisik yang rutin. Jika pasien penderita obesitas tipe satu atau hanya

berisiko, maka penanganan awal yang diberikan adalah dengan melakukan pengaturan pola

makan dan aktivitas fisik selama kurang lebih 4 minggu, apabila setelah 4 minggu dari sejak

dimulainya terapi pasien mengalami penurunan BB 2-5 kg, maka terapi tetap dilanjutkan dan

tidak perlu diberikan obat. Apabila penurunan BB setelah 4 minggu <2 kg, maka terapi obat bisa

diajurkan untuk pasien namun tetap yang terutama adalah pengaturan pola makan dan aktivitas

fisik yang seimbang.

Biasanya, pada pasien dengan obesitas II, untuk mencapai BB normal seperti semula

agak sulit, namun indikator keberhasilan terapi obesitas bukan hanya itu saja. Indikator

keberhasilan dari terapi obesitas adalah:

1. Penurunan BB 5-6 kg/10% dari BB awal.

2. BMI <23 kg/m2

3. Tekanan darah menurun dari yang tadinya tinggi

4. Glukosa darah menurun

5. Hba1c mengalami perbaikan

6. Faktor resiko lain menurun.

15

Page 16: pbl blok 27

Komplikasi

Dampak obesitas meliputi faktor resiko terjadinya penyakit degeneraitf. Penelitian

mengungkapkan bahwa angka kesakitan pada penderita kegemukan lebih tinggi daripada orang

dengan berat badan normal, yang berarti penderita kegemukan lebih sering terkena penyakit.

demikian juga angka kematian pada penderita obesitas lebih tinggi dibandingkan dengan angka

kematian pada orang dengan berat badan normal. Adapun penyakit degenerative yang dapat

timbul akibat kegemukan adalah:3,4

a. Tekanan darah tinggi (hipertensi)

Pada hipertensi, nilai sistol menjadi lebih tinggi dari 140 mmHg dan diatol lebih tinggi

dari 90 mmHg. Beberapa hasil survey membuktikan bahwa penderita kegemukan 10x lebih

sering menderita hipertensi dibandingkan dengan yang memiliki berat badan normal. Menurut

beberapa kepustakaan, penurunan BB 1 kg akan menurunkan tekanan darah sistol sebanyak 2,5

mmHg dan diastole 1,5 mmHg. Mekanisme bagaimana obesitas dapat menyebabkan hipertensi

masih belum pasti, tetapi resistensi vaskuler perifer biasanya normal saat volume darah

meningkat. Pengurangan BB menyebabkan penurunan tekanan darah sistemik yang tidak

tergantung dari perubahan keseimbangan natrium.

b. Hiperkolesterolemia

Kolesterol adalah lemak yang sebagian dibentuk oleh tubuh sendiri dan sebagian lagi

diperoleh dari makanan. Fungsi kolesterol adalah sebagai bahan baku hormon pria, hormone

wanita, vitamin D dan bahan pembentuk garam empedu. Jika kadar kolesterol di dalam darah

terlalu tinggi maka dapat menyebabkan timbulnya aterosklerosis. Kebanyakan kolesterol plasma

bersirkulasi dalam fraksi lipoprotein berdensitas rendah (LDL) dan dalam keadaan puasa,

lipoprotein berdensitas sangat rendah (VLDL) kebanyakan mengandung trigliserida yang

bersirkulasi. Hubungan antara kegemukan dengan meningkatnya kadar LDL yang paling baik

adalah sedang, khususnya jika hubungan diperbaiki khususnya untuk faktor-faktor usia misalnya.

Kolesterol tubuh total meningkat pada obesitas, tetapi hal ini terutama dalam bentuk simpanan

kolesterol di jaringan lemak. Pembalikan kolesterol mungkin meningkat menimbulkan

peningkatan eksresi bilier dari kolesterol. Hal ini berperan dalam peningkatan insidensi

16

Page 17: pbl blok 27

pembentukan batu empedu. Hipertrigliseridemia pada obesitas dapat terjadi karena peningkatan

sekresi VLDL akibat hiperinsulinemia dan ketersediaan FFA yang berlebih.

Sebenarnya hiperkolestrolemia bukan suatu penyakit, melainkan suatu faktor resiko

untuk terjadinya penyakit lain terutama penyakit jantung dan otak. Hiperkolesterolemia tidak

memberi gejala atau keluhan apapun dan menyebabkan terjadinya aterosklerosis. Apabila

aterosklerosis terjadi di pembuluh nadi yang menyuplai darah ke dinding jantung, maka akan

menyebabkan penyakit jantung koroner. Apabila aterosklerosis terjadi di pembuluh darah otak,

maka aliran darah yang membawa oksigen dan zat gizi akan terganggu dengan akibat bagian

otak yang tidak menerima suplay oksigen dan zat gizi akan rusak dan dapat terjadi stroke

iskemik.

c. Penyakit jantung koroner dan stroke

Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa ada hubungan antara obesitas,

hiperkolesterolemia dan PJK serta stroke iskemik. Hubungan obesitas dengan PJK biasanya juga

disertai dengan faktor resiko lain misalnya hipertensi dan diabetes. Obesitas yang terjadi pada

usia dewasa muda mempunyau risiko lebih besar terhadap terjadinya PJK daripada kegemukan

pada usia yang lebih tua.

d. Dibetes melitus

Suatu penelitian mengungkapkan bahwa diabetes lebih banyak terdapat pada penderita

obesitas. Peningkatan sekresi insulin adalah gambaran umum dari kegemukan yang terjadi pada

keadaan basal. Resistensi insulin dapat disebabkan oleh suatu produk sel beta yang abnormal,

anatagonis insulin dalam sirkulasi dan insensitivitas jaringan insulin. Diperkirakan bahwa

terjadinya resistensi insulin pada orang yang obesitas disebabkan karena ketidakpekaan jaringan.

Obesitas sering menyebabkan penyakit diabetes tipe 2 yaitu karena ketidakpekaan

jaringan memproduksi insulin sehingga insulin kurang dan glukosa darah tidak seluruhnya

diubah menjadi energi dan glikogen yang akan digunakan oleh jaringan sehingga kadar glukosa

dalam darah meningkat. Sebaliknya penyakit diabetes juga dapat menimbulkan obesitas dan ini

bisa terjadi bila pengobatan penyakit diabetes itu kurang tepat, entah karena dosis OAD yang

terlalu tinggi sehingga menyebabkan hiperfungsi kelenjar pankreas. Penderita obesitas yang

17

Page 18: pbl blok 27

disertai dengan diabetes dianjurkan menurunkan berat badannya dengan cara pengaturan pola

makan yaitu diet energi rendah seimbang dan latihan jasmani teratur.

e. Penyakit kanker

Obesitas merupakan faktor resiko terhadap terjadinya penyakit kanker. Hasil peneliian

mengungkapkan bahwa laki-laki penderita obesitas mempunyai resiko lebih besar terkena kanker

usus besar dan kanker kelenjar prostat, bila dibandingkan dengan laki-laki berbobot normal.

Adapun wanita yang mengalami obesitas berisiko tinggi terkena kanker payudara dan kanker

ovarium terutama pasca menopause.

f. Osteoarthtritis dan gout

Penderita obesitas mempunyai resiko lebih tinggi terhadap penyakit osteoarthritis

daripada orang dengan berat badan normal. Osteoarthritis adalah radang di persendian tulang.

Pada obesitas, arthritis yang terjadi di sendi tungkai dan kaki akan memberi gejala-gejala yang

lebih parah karena sendi-sendi itu harus menyangga bobo badan yang berlebihan. Penderita

obesitas dengan gangguan asam urat dianjurkan menurunkan berat badan secara perlahan-lahan

dan bertahap, tidak boleh terlalu cepat dan drastis karena penurunan BB yang drastis akan

memecah jaringan otot, sedangkan jaringan otot adalah protein tubuh yang apabila dipecah akan

menghasilkan purin yang kemudian diubah menjadi asam urat. Akibatnya kadar asam urat

meningkat sehingga memperparah penyakitnya.

g. Sindroma metabolik

Obesitas merupakan komponen utama kejadian sindroma metabolik, namun mekanisme

yang jelas belum diketahui secara pasti. Obesitas yang diikuti dengan meningkatnya

metabolisme lemak akan menyebabkan produksi Reactive Oxygen Species (ROS) meningkat

baik di sirkulasi maupun di sel adiposa. Meningkatnya ROS di dalam sel adipose dapat

menyebabkan keseimbangan reaksi reduksi oksidasi (redoks) terganggu, sehingga enzim

antioksidan menurun di dalam sirkulasi. Keadaan ini disebut dengan stres oksidatif.

Meningkatnya stres oksidatif menyebabkan disregulasi jaringan adiposa dan merupakan awal

patofisiologi terjadinya sindroma metabolik, hipertensi dan aterosklerosis.

18

Page 19: pbl blok 27

Stres oksidatif sering dikaitkan dengan berbagai patofisiologi penyakit antara lain

diabetes tipe 2 dan aterosklerosis. Pada pasien diabetes melitus tipe 2, biasanya terjadi

peningkatan stress oksidatif, terutama akibat hiperglikemia. Stress oksidatif dianggap sebagai

salah satu penyebab terjadinya disfungsi endotel-angiopati diabetic, dan pusat dari semua

angiopati diabetik adalah hiperglikemia yang menginduksi stress oksidatif melalui 3 jalur, yaitu;

peningkatan jalur poliol, peningkatan auto-oksidasi glukosa dan peningkatan protein glikosilat.

Pada keadaan diabetes, stres oksidatif menghambat pengambilan glukosa di sel otot dan

sel lemak serta menurunkan sekresi insulin oleh sel-β pankreas. Stres oksidatif secara langsung

mempengaruhi dinding vaskular sehingga berperan penting pada patofisiologi terjadinya diabetes

tipe 2 dan aterosklerosis. Dari beberapa penelitian diketahui bahwa akumulasi lemak pada

obesitas dapat mengi metanduksi keadaan stress oksidatif yang disertai dengan peningkatan

ekspresi Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphatase (NADPH) oksidase dan penurunan

ekspresi enzim antioksidan,

Pada kultur sel adiposa, peningkatan kadar asam lemak meningkatkan stres oksidatif

melalui aktivasi NADPH oksidase sehingga menyebabkan disregulasi sitokin proinflamasi IL-6

dan MCP-1. Akumulasi peningkatan stres oksidatif pada sel adiposa dapat menyebabkan

disregulasi adipokin dan keadaan sindroma metabolik. Kadar adiponektin berhubungan terbalik

dengan stres oksidatif secara sistemik.

Patofisiologi sindroma metabolik masih menjadi kontroversi, namun hipotesis yang

paling banyak diterima adalah resistensi insulin. Parameter sindrom metabolik adalah:

Tabel 1.4 Kriteria diagnosis Sindrom metabolik menurut WHO (World Health Organization), NCEP-ATP III dan IDF2

KomponenKriteria diagnosis

WHO:Resistensi insulin plus :

Criteria diagnosis ATP III : 3

komponen di bawah ini

IDF

Obesitas abdominal/ sentral

Waist to hip ratio :Laki-laki : > 0,9Wanita : > 0,85 atauIMB >30 Kg/m

Lingkar perut :Laki-laki: 102 cm Wanita : >88 cm

Lingkar perut :Laki-laki: ≥90 cm Wanita : ≥80 cm

Hiper-trigliseridemia

≥150 mg/dl (≥ 1,7 mmol/L)

≥ 150 mg/dl (≥1,7 mmol/L)

≥ 150 mg/dl

Hipertensi TD ≥ 140/90 mmHg atau riwayat terapi anti

TD ≥ 130/85 mmHg atau riwayat terapi

TD sistolik ≥ 130 mmHgTD diastolik ≥ 85 mmHg

19

Page 20: pbl blok 27

hipertensif anti hipertensifKadar glukosa darah tinggi

Toleransi glukosa terganggu, glukosa puasa terganggu,resistensi insulin atau DM

≥ 110 mg/dl GDP ≥ 100mg/dl

Mikro-albuminuri Rasio albumin urin dan kreatinin 30 mg/g atau laju eksresi albumin 20 mcg/menit

Dari tabel di atas, 3 dari gejala terpenuhi makan sudah dapat dikatakan bahwa pasien

mengalami sindrom metabolik.

Kesimpulan

Untuk kebanyakan pasien, kegemukan adalah suatu gangguan makan dan harapan utama

dalam terapi jangka panjang yang efektif dari penyakit ini adalah mengetahui penyebab makanan

yang berlebihan. Tidak ada etiologi tunggal yang dapat menjelaskan semua kasus, dan ada

penyebab yang berbeda untuk tiap individu yang berbeda. Pada saat ini, berbagai teknik tersedia

untuk terapi penurunan BB awal. Sayangnya, penurunan BB awal bukanlah merupakan tujuan

terapeutik utama. Jadi masalahnya adalah kebanyakan pasien yang gemuk akhirnya kembali

menjadi gemuk. Cara yang efektif untuk mempertahankan penurunan BB adalah tantangan

utama dalam terapi kegemukan pada saat ini. Teknik modifikasi tingkah laku dan pola makan

yang didukung dengan aktivitas fisik yang seimbang dapat membantu tercapainya keberhasilan

terapi obesitas. Jadi wanita usia 41 tahun dengan keluhan sulit beraktivitas karena kelebihan

berat badan mengalami obesitas II disertai sindroma metabolik, dan terapi yang diberikan kepada

pasien ini adalah farmakoterapi disertai pengaturan pola makan dan aktivitas fisik yang seimbang

yang disesuaikan dengan kebutuhan energi per hari.

Prognosis

Obesitas merupakan penimbunan lemak yang berlebih di dalam tubuh yang dipengaruhi

oleh banyak faktor. Apabila pola makan dan aktivitas fisik diatur dengan baik, maka pasien

dengan obesitas dapat memiliki BB normal kembali dan resiko komplikasi lebih rendah. Pada

obesitas tipe 2, penurunan BB susah untuk mencapai berat badan normal, tetapi terapi akan tetap

20

Page 21: pbl blok 27

dikatakn berhasil dan komplikasi dapat diminimalisasi apabila TD, GDP, Hba1c yang tadinya

tinggi, mengalami penurunan selama terapi.

Daftar pustaka

1. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga;2007.h.147.

2. Gibney M J, Margets B M, Kearney J M, Arab L. Gizi kesehatan masyarakat. Jakarta:

EGC;2008.h.204-6.

3. Asdie A H (editor). Harrison: prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Edisi ke-13. Volume 1.

Jakarta: EGC;2012.h. 488-508.

4. Tirtawinata T C. Penanggulangan obesitas secara terpadu. Edisi ke-1. Jakarta: FKUI;2012.h.

1-30,57-65.

5. Hartono A. Terapi gizi dan diet rumah sakit. Edisi ke-2. Jakarta: EGC;2006.h.88-98.

6. Suhardjo, Kusharto C M. Prinsip-prinsip ilmu gizi. Yogyakarta: KANISIUS;2008.h.17-23.

7. Cahyono S B. Gaya hidup dan penyakit modern. Yogyakarta: KANISIUS;2008.h.73-4.

21

Page 22: pbl blok 27

22