PBL 30 part 1

36
Kematian Tidak Wajar dengan Kemungkinan Penjeratan atau Kekerasan Tajam Dynastiani 10 2008 143 Kelompok D 5 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 [email protected] Skenario (PBL 1) Seorang laki-laki ditemukan di sebuah sungai kering yang penuh batu-batuan dalam keadaan mati tertelungkup. Ia mengenakan kaos dalam (oblong) dan celana panjang yang di bagian bawahnya di gulung hingga setengah tungkai bawahnya. Lehernya terikat lengan baju (yang kemudian diketahui sebagai baju miliknya sendiri) dan ujung lengan baju lainnya terikat kesebuah dahan pohon perdu setinggi 60 cm. posisi tubuh relatif mendatar, namun leher memang terjerat oleh baju tersebut. Tubuh mayat tersebut telah membusuk, namun masih dijumpai adanya satu luka terbuka di daerah ketiak kiri yang memperlihatkan pembuluh darah ketiak yang putus, dan beberapa luka terbuka di daerah tungkai bawah kanan dan kiri yang memiliki cirri-ciri yang sesuai dengan akibat kekerasan tajam. Perlu diketahui bahwa rumah terdekat dari TKP adalah kira-kira 2 km. TKP adalah suatu daerah perbukitan yang berhutan cukup lebat. Pendahuluan [Blok 30 EMERGENCY MEDICINE II] Page 1

description

blok 30

Transcript of PBL 30 part 1

Kematian Tidak Wajar dengan KemungkinanPenjeratan atau Kekerasan TajamDynastiani 10 2008 143Kelompok D 5Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJl. Arjuna Utara No.6, Jakarta [email protected] (PBL 1)Seorang laki-laki ditemukan di sebuah sungai kering yang penuh batu-batuan dalam keadaan mati tertelungkup. Ia mengenakan kaos dalam (oblong) dan celana panjang yang di bagian bawahnya di gulung hingga setengah tungkai bawahnya. Lehernya terikat lengan baju (yang kemudian diketahui sebagai baju miliknya sendiri) dan ujung lengan baju lainnya terikat kesebuah dahan pohon perdu setinggi 60 cm. posisi tubuh relatif mendatar, namun leher memang terjerat oleh baju tersebut. Tubuh mayat tersebut telah membusuk, namun masih dijumpai adanya satu luka terbuka di daerah ketiak kiri yang memperlihatkan pembuluh darah ketiak yang putus, dan beberapa luka terbuka di daerah tungkai bawah kanan dan kiri yang memiliki cirri-ciri yang sesuai dengan akibat kekerasan tajam.Perlu diketahui bahwa rumah terdekat dari TKP adalah kira-kira 2 km. TKP adalah suatu daerah perbukitan yang berhutan cukup lebat.PendahuluanDalam era ini dibutuhkan penentuan saat kematian secara tepat. Untuk itu akan telah dilakukan suatu penelitian dasar untuk mendapat suatu indikator bebas. Indikator ini akan dipakai untuk dasar kerja sebuah slat banal yang mampu mendeteksi perubahan yang hanya objektif dan akurat setelah kematian terjadi. Otak sebagai organ yang relatif terlindung maksimal dengan batok kepala diperkirakan mengalami proses kimiawi yang relatif cepat dan tidak dipengaruhi lingkungan. Proses kimiawi akibat terhentinya suplai zat asam / oksigen mengakibatkan jaringan otak yang sangat sensitif terhadap kekurangan zat asam itu akan lebih cepat mengalami disintegrasi kimiawi, yang diamati melalui perubahan konduktivitas listrik yang terjadi. Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang melalui pengamatan terhadap perubahan yang terjadi pada tubuh mayat. Perubahan itu akan terjadi dari mulai terhentinya suplai oksigen. Manifestasinya akan dapat dilihat setelah beberapa menit, jam dan seterusnya. Dalam kasus tertentu, salah satu kewajiban dokter adalah membantu penyidik menegakan keadilan.Pembahasan I. Identifikasi ForensikPeran ilmu kedokteran forensic dalam identifikasi terutama pada jenazah yang tidak dikenal, jenazah yang telah membusuk, rusak, hangus terbakar, dan pada kecelakaan missal, bencana alam atau huru hara yang menyebabkan banyak korban, serta potongan tubuh manusia atau kerangka. Selain itu, identifikasi forensic juga berperan dalam berbagai kasus lain, seperti penculikan anak, bayi yang tertukar, atau diragukan orang tuanya. Identitas seseorang dipastikan bila paling sedikit dua metode yang digunakan memberikan hasil positif.1 Pemeriksaan sidik jariDengan membandingkan sidik jari jenazah dengan sidik jari antemortem. Metode visual Dengan memperlihatkan jenazah pada orang orang yang merasa kehilangan anggota keluarganya atau temannya. Perlu diperhatikan adanya faktor emosi yang berperan membenarkan identitas. Pemeriksaan dokumen Menggunakan dokumen dokumen seperti KTP, SIM, Paspor, atau sebagainya yang melekat pada tubuh korban. Hati hati dengan kecelakaan missal, karena mungkin dokumen tersebut belum tentu miliknya jika hanya tergeletak dekat korban. Pemeriksaan pakaian dan perhiasan Identifikasi medikMenggunakan data tinggi badan, berat badan, warna rambut, warna mata, cacat/kelainan khusus, tatu (rajah). Melelui metode ini, diperoleh data mengenai data tentang jenis kelamin, ras, perkiraan umur dan tinggi badan, kelainan tulang, dan yang lainnya.

Pemeriksaan gigi Pemeriksaan ini meliputi pencatatan data gigi (odontogram) dan rahang yang dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan manual, sinar-X, dan pencetakkan gigi serta rahang. Odontogram memuat data tentang jumlah, bentuk, susunan, tambalan, protesa gigi, dan sebagainya. Pemeriksaan ini dilakukan dengan membandingkan dengan data antemortem. Pemeriksaan serologikUntuk mengetahui golongan darah jenazah. Penentuan golongan darah pada jenazah yang telah membusuk dapat dilakukan dengan memeriksa rambut, kuku, dan tulang. Metode eksklusi Dengan mengeliminasi daftar korban yang diketahui identitasnya dengan melakukan pemeriksaan identifikasi forensic. Identifikasi potongan tubuh manusia (mutilasi) Untuk memastikan bahwa potongan tubuh berasal dari manusia dapat digunakan beberapa pemeriksaan seperti pengamatan jaringan secara makroskopik, mikroskopik, dan pemeriksaan serologic berupa reaksi antigen-antibodi.Penentuan jenis kelamin dilakukan dengan pemeriksaan makroskopik dan diperkuat dengan pemeriksaan mikroskopik yang bertujuan menemukan kromatin seks wanita seperti drum stick pada leukosit dan barr body pada sel epitel.Melalui metode ini, diperoleh data mengenai data tentang jenis kelamin, ras, perkiraan umur dan tinggi badan, kelainan tulang, dan yang lainnya. Identifikasi kerangkaUpaya identifikasi kerangka bertujuan membuktikan bahwa kerangka tersebut adalah kerangka manusia, ras, jenis kelamin, perkiraan umur, tinggi badan, ciri cirri khusus, deformitas, dan bila memungkinkan dapat dilakukan rekonstruksi wajah. Dicari pula tanda kekerasan pada tulang. Perkiraan saat kematian dapat dilakukan dengan memperhatikan keadaan kekeringan tulang.Selain itu bisa dilakukan pembandingan dengan data antemortem, yakni dengan metode superimposisi. Metode tersebut dilakukan dengan jalan menumpukkan foto rontgen tengkorak di atas foto wajah yang dibuat berukuran sama dan diambil dari sudut pemotretan yang sama. Dengan demikian dapat dicari adanya titik titik persamaan.Pemeriksaan anatomic dapat memastikan bahwa kerangka adalah kerangka manusia. Kesalahan penafsiran dapat timbul bila hanya terdapat sepotong tulang saja, dalam hal ini perlu dilakukan pemeriksaan serologic dan histologik.Penentuan ras mungkin dilakukan dengan pemeriksaan antropologik pada tengkorak, gigi geligi, dan tulang panggul atau tulang lainnya. Arkus zigomatikus dan gigi insisivus atas pertama yang berbentuk seperti sekop member petunjuk kea rah ras mongoloid.Penentuan jenis kelamin dilakukan dengan pemeriksaan tulang panggul, tulang tengkorak, sternum, tulang panjang, serta scapula dan metacarpal. Pada panggul, index ischio-pubic (panjang pubis dikali seratus dibagi panjang ischium) merupakan ukuran yang paling sering dipakai. Nilai laki laki sekitar 83,6 dan wanita 99,5. 1

II. Aspek Hukum Dan Prosedur Medikolegal1,2,3,41. Kewajiban dokter membantu peradilanPasal 133 (ayat 1-3) KUHAP Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter ahli lainnya. Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat. Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan yang dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.Pasal 134 (ayat 1-3) KUHAP Dalam hal sangat diperlukan di mana untuk keperluan pembuktian bedah mayat tidak mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada keluarga korban. Dalam hal kekeluarga keberatan, penyidik wajib menerangkan sejelas jelasnya tentang maksud dan tujuan perlu dilakukannya pembedahan tersebut. Apabila dlaam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga atau pihak yang perlu diberitahu tidak diketemukan, penyidik segera melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat (3) undang-undang ini.

Pasal 135 KUHAPDalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan perlu melakukan penggalian mayat, dilaksanakan menurut ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat (2) dan pasal 134 ayat (1) undang-undang ini.Pasal 179 (ayat 1-2) KUHAP Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedoteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan. Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah atau janji akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya.

2. Upaya dokter menolak sebagai saksi/ahliPasal 120 (ayat 1-2) KUHAP1) Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat minta pendapat orang ahli atau orang yang memiliki keahlian khusus.2) AhIi tersebut mengangkat sumpah atau mengucapkan janji di muka penyidik bahwa ia akan memberi keterangan menurut pengetahuannya yang sebaik-baiknya kecuali bila disebabkan karena harkat serta martabat, pekerjaan atau jabatannya yang mewajibkan ia menyimpan rahasia dapat menolak untuk memberikan keterangan yang diminta.

Pasal 168 KUHAPKecuali ditentukan lain dalam undang-undang ini, maka tidak dapat didengar keterangannya dan dapat mengundurkan diri sebagai saksi:a. keluarga sedarah atau semenda dalam garis lurus ke atas atau ke bawah sarnpai derajat ketiga dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa.b. saudara dan terdakwa atau yang brsama-sama sebagal terdakwa, saudara ibu atau saudara bapak, juga mereka yang mempunyai hubungan karena perkawinan dari anak-anak saudara terdakwa sampal derajat ketigac. suami atau isteri terdakwa meskipun sudah bercerai atau yang bersama-sama sebagai terdakwa.

Pasal 170 (ayat 1-2) KUHAP1) Mereka yang karena pekerjaan, harkat martabat atau jabatannya diwajibkan menyimpan rahasia, dapat minta dibebaskan dari kewajiban untuk memberi keterangan sebagai saksi, yaitu tentang hal yang dipercayakan kepada mereka.2) Hakim menentukan sah atau tidaknya segala alasan untuk permintaan tersebut. 3. Bentuk bantuan dokter bagi peradilan dan manfaatnyaPasal 1791) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakirnan atau dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.2) Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah atau janji akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan yang sebenarnya menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya. Pasal 183 KUHAPHakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya ada alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.Pasal 184 KUHAP(1) Alat bukti yang sah adalah:a. Keterangan saksib. Keterangan ahlic. Suratd. Petunjuke. Keterangan terdakwa(2) Hal yang secara umum sudah diktahui tidak perlu dibuktikan

4. Sanksi bagi pelanggar kewajiban dokterPasal 216 (ayat 1-3) KUHAP1) Barang siapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat berdasarkan tugasnya, demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau memeriksa tindak pidana; demikian pula barang siapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan tindakan guna menjalankan ketentuan undang- undang yang dilakukan oleh salah seorang pejabat tersebut, diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau pidana denda puling banyak sembilan ribu rupiah.2) Disamakan dengan pejahat tersebut di atas, setiap orang yang menurut ketentuan undang-undang terus-menerus atau untuk sementara waktu diserahi tugas menjalankan jabatan umum.3) Jika pada waktu melakukan kejahatan belum lewat dua tahun sejak adanya pemidanaan yang menjadi tetap karena kejahatan semacam itu juga, maka pidananya dapat ditambah sepertiga.

Pasal 222 KUHAPBarang siapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan pemeriksaan mayat forensik, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

Pasal 224 (ayat 1-2) KUHAPBarang siapa dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru bahasa menurut undang-undang dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban berdasarkan undang-undang yang harus dipenuhinya, diancam:1. dalam perkara pidana, dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan;2. dalam perkara lain, dengan pidana penjara paling lama enam bulan. Pasal 522 KUHAPBarang siapa menurut undang-undang dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru bahasa, tidak datang secara melawan hukum, diancam dengan pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah. 5. Bedah mayat klinis, anatomis dan transplantasiPeraturan Pemerintah No18 tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi alat dan atau Jaringan tubuh manusia.

Pasal 70 UU kesehatanBedah mayat hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dengan memperhatikan norma yang berlaku dalam masyarakat.

6. Keterangan PalsuPasal 267 KUHP(1) Seorang dokter yang dengan sengaja memberi surat keterangan palsu tentang ada atau tidaknya penyakit, kelemahan atau cacat, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.(2) Jika keterangan diberikan dengan maksud untuk memasukkan seorang dalam rumah sakit gila atau untuk menahannya disitu dijatuhkan pidana penjara paling lama delapan tahun enam bulan.(3) Diancam dengan pidana yang sama, barangsiapa dengan sengaja memakai surat keterangan paslu itu seolah-olah isinya sesuai dengan kebenaran.Pasal 7 KODEKISeorang dokter hanya memberikan keterangan atau pendapat yang dapat dibuktikan kebenarannya.III. Tanatologi1.5Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang berupa tanda kematian,yaitu perubahan yang terjadi pada tubuh mayat. Perubahan tersebut dapat timbul dini pada saat meninggal atau beberapa menit kemudian dan seterusnya tanda pasti kematian. Antara tanda-tandanya adalah Tanda kematian dini :Pernafasan berhentiTonus otot menghilang dan relaksasiTerhentinya sirkulasiPembuluh darah retina mengalami segmentasiKulit pucatPengeringan korneaTanda pasti kematian : 1. Lebam mayat (livor mortis), tampak seperti bercak pada kulit yang mencerminkan darah. Ini terjadi akibat pengumpulan darah pada daerah yang terletak rendah.lebam mayat mulai tampak samar-samar 15 menit-20menit setelah mati somatis dan akan menetap dan makin nyata sekitar 12 jam setelah mati.2. Kaku mayat (rigor mortis), merupakan kekakuan otot setelah kematian disebabkan kelenturan otot yang tidak dapat dipertahankan karena cadangan glikogen dalam otot habis. Kekakuan mayat mulai tampak 2-4jam post mortal dan akan lengkap meliputi seluruh otot dalam waktu 8-10jam.3. Cadaveric spasm, merupakan kekakuan yang hampir sama dengan kaku mayat. Timbul dengan intensitas sangat kuat tanpa didahului oleh relaksasi primer. Penyebabnya adalah kehabisan glikogen dan ATP yang bersifat setempat pada saat mati.4. Penurunan suhu mayat (algor mortis), dipengaruhi oleh suhu sekeliling,aliran dan kelembapan udaraa,bentuk suhu,posisi tubuh dan pakaian. Suhu saat mati sangat penting untuk mengetahui saat kematian mayat.5. Pembusukan (decompositio), merupakan proses degradasi jaringan yang terjadi akibat autolisi dan kerja bakteri. Pembusukan awal akan tampak sebagai bercak kehijauan pada daerah perut kanan bawah sekitar 18jam postmortal. Pembusukan lebih mudah terjadi pada udara terbuka suhu lingkungan yang hangat/panas dan kelembaban tinggi. Bila penyebab kematiannya adalah penyakit infeksi maka pembusukan berlangsung lebih cepat.6. Adiposera, adalah proses terbentuknya bahan yang berwarna keputihan, lunak dan berminyak yang terjadi di dalam jaringan lunak tubuh postmortem. Lemak akan terhidrolisis menjadi asam lemak bebas karena kerja lipase endogen dan enzim bakteri.Faktor yang mempermudah terbentuknya adiposera adalah kelembaban dan suhu panas. Pembentukan adiposera membutuhkan waktu beberapa minggu sampai beberapa bulan.7. Mummifikasi, terjadi pada suhu panas dan kering sehingga tubuh akan terdehidrasi dengan cepat. Mummifikasi terjadi pada 12-14 minggu. Jaringan akan berubah menjadi keras, kering, warna coklat gelap, berkeriput dan tidak membusuk.IV. TraumatologiTraumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta hubungannya dengan berbagai kekerasan, sedangkan yang dimaksud dengan luka adalah suatu keadaan ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat kekerasan.2 Ada 3 pembagian traumatologi (kecederaan), yaitu :1. Mekanik: yaitu kekerasan oleh benda tajam,Kekerasan oleh benda tumpul, Tembakan senjata api.2. Fisik: yaitu Suhu, listrik dan petir, perubahan tekanan udara, akustik, radiasi.3. Kimia: terbagi atas asam kuat atau basa kuat.

Ada 4 penyebab mekanik terjadinya trauma (kecederaan), yaitu :1. Kekerasan tumpul (blunt force injury).2. Kekerasan tajam.3. Senjata api.4. Bahan peledak / bom

Autopsi pada kasus dengan kelainan pada leher1,2,6Untuk dapat melihat kelainan pada leher dengan lebih baik maka perlu diusahakan agar daerh leher bersih dari kemungkinan terdapatnya genangan darah. Untuk itu dilakukan usaha agar darah yang terdapat dalam pembuluh darah leher dapat dialirkan ke tempat lain.Pemotonan kulit dimulai dari incisura jugularis ke arah simfisis pubis. Pembukaan rongga dada dan perut dilakuakan seperti autopsi rutin. Pengeluarahn alat leher ditangguhkan untuk sementara.Lakukanlah kini pemotongan kulit kepala, penggergarjian tengkorak seta pengeluaran otak. Pindahkan ginjal yang semula terdapat pada punggung/bahu ke daerah tengkuk sedemikian rupa ehingga daerah leher terletak paling tinggi. Dengan mengeuarkan otak dan alat dada denga jalan memotang trachea setinggi incisura jugularis, maka darah yang terdapat dalam pembuluh darah daerah leher dapat dialirkan ke arah kepala dan dada, dan lapangan leher menjadi bersih. Dengan demikian, keainan berupa resapan darah yang kecil pun dapat terlihat jelas.Autopsi pada kasus kematian akibat kekerasan1,2,6Pada kematian akibat kekerasan, pemeriksaan terhadap luka harus dapat mengungkapkan berbagai hal tersebut di bawah ini:a. Penyebab luka.Dengan memperhatikan morfologi luka, kekerasan penyebab luka dapat ditemukan. Pada kasus tertentu, gambaran luka seringkali dapat memberi petunjuk mengenai bentuk benda yang mengenai tubuh, misalnya luka yang disebabkan oleh benda tumpul berbentuk bulat panjang akan meninggalkan negative imprint oleh timbulkan marginal haemorrhage. Luka lecet jenis tekan memberika gambaran bentuk benda penyebab luka.b. Arah kekerasan.Pada luka lecet jenis geser dan luka robek, arah kekerasan dapat ditentukan. Hal ini sangat membantu pihak yang berwajib dalam melakukan rekonstruksi terjadinya perkara.c. Cara terjadinya lukaYang dimaksudkan dengan cara terjadinya luka adalah apakah luka yang ditemukan terjadi sebagai akibat kecelakaan, pembunuhan, atau bunuh diri.Luka-luka akbiat kecelakaan biasanya terdapat pada bagian tubuh yang terbuka. Bagian tubuh yang basanya terlindung jarang mendapat luka pasa suatu kecelakaan. Daerah terlndung ini misalnya adalah ketiak, daerah sisi depan leher, daerah lipat siku, dan sebagainya.Luka akibat pembunuhan dapat ditemukan tersebar pada seluruh bagian tubuh. Pada korban pembunuhan yang sempat mengadkan perlawanan, dapat ditemukan luka tangkis yang biasanya pada daerah ekstensor lengan bawah atau telapak tangan.Pada korban bunuh diri, luka biasanya menunjukkan sifat luka percobaan (tentative wounds) yang mengelompok dan berjalan kurang lebih sejajar.d. Hubungan antar luka yang ditemukan dengan sebab mati.Harus dapat dibuktikan bahwa terjadinya kematian semata-mata disebabkan oleh kekerasan yang menyebabkan luka. Untuk itu pertama-tama harus dapat dibuktikan bahwa luka yang ditemukan adaah benar-benar luka yang terjadi selama korban msasih hidup (luka intravital).Untuk itu, tanda intravitalitas luka berupa reaksi jaringan terhadap luka perlu mendapat perhatian. Tanda intravitalitas luka dapat bervariasi dari ditemukannya resapan darah, terdapatnya proses penyembuhan luka, serbukan sel radang, pemeriksaan histo-ensimatik sampai pemeriksaan kadar histamin bebas dan serotonin jaringan. Sekiranya di samping luka, ditemukan pula keadaan patologik lain, misalnya penyakit tertentu, maka harus diyakinkan bahwa kelainan yang lain tidaklah merupakan penyebab kematian.

V. Pemeriksaan Luka TusukPemeriksaan luka tusuk penting untuk mencatat posisi dan jumlah tusukan atau luka-luka yang terjadi dengan teliti sebelum tubuh dibuka. Hal itu sangat dapat diterima untuk meninggalkan hal tersebut sampai autopsi sudah diselesaikan dan tubuh direkonstruksi. Deskripsi mengenai lokasi tiap-tiap luka harus dibuat sesuai referensi untuk memastikan letak anatomi seperti midline, klavikula atau sisi luar pinggul dan tiap luka harus di beri nomor di dalam laporannya. Kualifikasi Luka1,2,5Ada 3 kualifikasi luka pada korban hidup, yaitu : 1. Luka ringan / luka derajat I / luka golongan C / penganiayaan ringan.Luka derajat I apabila luka tersebut tidak menimbulkan penyakit atau tidak menghalangi pekerjaan korban.2. Luka sedang / luka derajat II / luka golongan B / penganiayaan sedang.Luka derajat II apabila luka tersebut menyebabkan penyakit atau menghalangi pekerjaan korban.3. Luka berat / luka derajat III / luka golongan A / penganiayaan berat.Luka derajat III menurut KUHP pasal 90 ada 6, yakni : 1. Luka atau penyakit yang tidak dapat sembuh atau membawa bahaya maut. 2. Luka atau penyakit yang menghalangi pekerjaan korban selamanya. 3. Hilangnya salah satu panca indera korban.4. Cacat besar.5. Terganggunya akal selama lebih 4 minggu.6. Gugur atau matinya janin dalam kandungan ibu.Dokter tidak boleh menulis luka ringan, luka sedang atau luka berat pada bagian kesimpulan visum et repertum sebab ketiganya merupakan istilah hukum. Melainkan dokter akan menulis antara lain : luka ini menyebabkan halangan pekerjaan selama 6 hari, atau luka ini menyebabkan kehilangan salah satu panca indera.VI. Karekteristik Luka Tusuka) Kedalaman lukaPemakaian istilah luka penetrasi ditunjukkan bahwa kedalaman luka yang diakibatkan oleh instrument itu lebih besar daripada panjangnya yang tampak pada permukaan kulit. Hal ini terlatak dalam perbedaan yang jelas yang akan dipertimbangkan lagi dimana panjang permukaan luka kemungkinan lebih besar dari pada dalamnya. Keduanya biasanya dapat dibedakan dengan jelas, ada saat-saat ketika suatu luka sudah mulai memotong kulit dengan cara sayatan tetapi kemudian terus menembus kedalam lapisan yang lebih dalam. Hal itu merupakan aksi kombinasi dan pemeriksaan yang teliti diwajibkan untuk mencari unsur apakah yang penting dari sayatan atau tusukan itu dan biasanya dapat diidentifikasi tanpa banyak kesulitan.

b) Internal injurySuatu luka tusuk hampir selalu menyebabkan kerusakan luas pada struktur-struktur yang ada dibawahnya. Kematian sering terjadi cepat sebagai akibat perdarahan yang terjadi atau emboli udara yang mungkin diakibatkan oleh terbukanya vena yang ada dibawahnya dengan udara luar. Beberapa luka tusuk mempunyai potensi untuk menyebabkan luka internal injury yang luas, biasanya dalam bentuk perdarahan massif. Bahaya itu ditambah dengan kenyataan bahwa kebanyakan dari darah yang keluar dari organ atau pembuluh darah yang rusak mengisi kedalam salah satu rongga-rongga tubuh yang utama dan kemungkinan ada sedikit cara melepaskan darah untuk mengetahui keparahan luka yang disebabkannya.

c) Panjang lukaKebanyakan luka tusuk akan menganga bukan karena sifat instrument yang menyisip tetapi sebagai akibat kekenyalan yang alami dari kulit. Banyak luka yang akan nampak, oleh karena itu, seperti luka terbuka berbentuk oval pada kulit dan mungkin juga sebagai luka berbentuk bulat. Pada bagian tertentu pada tubuh, dimana terdapat dasar berupa tulang atau serat otot yang penting, luka itu mungkin nampak berbentuk seperti kurva. Foto dari suatu luka akan menunjukkan dengan jelas sifatnya yang menganga, tetapi ketika suatu luka tusuk diukur, sisi lukanya harus dirapatkan terlebih dahulu sehingga luka itu sekarang akan menyerupai garis linear yang memotong kulit. Hal ini akan memberikan ukuran yang tepat dari luka.d) Bentuk lukaBentuk luka merupakan gambaran yang penting dari luka tusuk karena karena hal itu akan sangat membantu dalam membedakan berbagai jenis senjata yang mungkin telah dikumpulkan oleh polisi dan dibawa untuk diperiksa oleh ahli patologi.e) PakaianPakaian sering sangat menolong jika ahli patologi diberi kesempatan untuk memeriksa pakaian sebelum mempertimbangkan luka-luka pada kulit dan sebelum beberapa pemeriksaan yang lebih dalam dilakukan. Ia dikonsentrasikan untuk menentukan dengan tepat jumlah luka pada pakaian karena hal itu memungkinkan untuk mengetahui beberpa luka sayatan yang bisa ditemukan pada pakaian yang tidak ada pada tubuh atau kemungkinan terdapat lebih banyak sayatan pada benda itu dari pada yang akan ditemukan pada tubuh jika pakaian itu telah dilipat, yang dilipat atau yang kusut dibeberpa bagian. Hal itu mungkin mempunyai nilai yang nyata jika telah terdapat perkelahian dan jika pisau pisau hanya merobek pakaian tanpa merusak kulit. Jika posisi lubang pada pakaian tidak sesuai dengan luka-luka pada tubuh, hal itu kemungkinan disebabkan pakaian sudah dilepas sebagai contoh, ketika lengan diangkat pakaian itu sudah dibawa oleh penyerang dan dipindahkan dari posisi normalnya pada korban; pakaian sering direbut oleh pihak yang dihadapi dalam perkelahian kemungkinan sebagian sudah dilepas sebelum pisau telah menyerang korban.VII. Interpretasi TemuanKorban yang meninggal adalah seorang laki-laki. Mayat ditemukan memakai kaus dalam (oblong) dan memakai celana panjang yang digulung hingga setengah tungkai bawah. Posisi mayat saat ditemukan adalah posisi tubuh tertelungkup dan relatif mendatar dengan leher terjerat oleh lengan bajunya sendiri. Mayat ditemukan telah membusuk, waktu kematian diperkirakan antara 24 sampai 36 jam yang lalu. Mengenai penyebab kematian, ada 3 kemungkinan penyebab kematian korban, yaitu akibat terjerat lengan baju, akibat kekerasan tajam, dan akibat kehabisan darah karena terdapat pembulucah darah yang terputus.Tempat Kejadian PerkaraTempat dimana mayat korban ditemukan adalah di daerah perbukitan yang berhutan cukup lebat, tepatnya pada sebuah sungai yang telah kering dan penuh batu-batuan. Rumah terdekat dari tempat korban ditemukan kira-kira sejauh 2 kilometer.Cara Mendeteksi Kematian1,2,5Melalui fungsi sistem saraf, kardiovaskuler, dan pernapasan, kita bisa mendeteksi hidup matinya seseorang.

Ada 5 cara mendeteksi tidak berfungsinya sistem saraf, yaitu:1,2,5 1. Areflex 2. Relaksasi 3. Pergerakan tidak ada 4. Tonus tidak ada 5. Elekto Ensefalografi (EEG) mendatar / flat Ada 6 cara mendeteksi tidak berfungsinya sistem kardiovaskuler, yaitu: 1. Denyut nadi berhenti pada palpasi. 2. Detak jantung berhenti selama 5-10 menit pada auskultasi. 3. Elektro Kardiografi (EKG) mendatar / flat. 4. Tes magnus: tidak adanya tanda sianotik pada ujung jari tangan setelah jari tangan korban kita ikat. 5. Tes Icard: daerah sekitar tempat penyuntikan larutan Icard subkutan tidak berwarna kuning kehijauan.6. Tidak keluarnya darah dengan pulsasi pada insisi arteri radialis. Ada 5 cara mendeteksi tidak berfungsinya sistem pernapasan, yaitu:1,2,51. Tidak ada gerak napas pada inspeksi dan palpasi. 2. Tidak ada bising napas pada auskultasi. 3.Tidak ada gerakan permukaan air dalam gelas yang kita taruh diatas perut korban pada tes Winslow. 4. Tidak ada uap air pada cermin yang kita letakkan didepan lubang hidung atau mulut korban. 5. Tidak ada gerakan bulu burung yang kita letakkan didepan lubang hidung atau mulut korban. Perkiraan saat Kematian1,2,5Selain perubahan pada mayat tersebut di atas, beberapa perubahan lain dapat digunakan untuk memperkirakan saat mati.1. Perubahan pada mataKekeruhan kornea terjadi lapis demi lapis. Kekeruhan yang terjadi pada lapis terluar dapat dihilangkan dengan meneteskan air, tetapi kekeruhan yang telah mencapai lapisan lebih dalam tidak dapat dihilangkan dengan tetesan air. Kekeruhan yang menetap ini terjadi sejak kira-kira 6 jam pasca mati.Baik dalam keadaan mata tertutup maupun terbuka, kornea menjadi keruh kira-kira 10-12 jam pasca mati dan dalam beberapa jam saja fundus tidak tampak jelas.Setelah kematian tekanan bola mata menurun, memungkinkan distorsi pupil pada penekanan bola mata. Tidak ada hubungan antara diameter pupil dengan lamanya mati.Perubahan pada retina dapat menunjukkan saat kematian hingga 15 jam pasca mati. Hingga 30 menit pasca mati tampak kekeruhan makula dan mulai memucatnya diskus optikus. Kemudian hingga 1 jam pasca mati, makula lebih pucat dan tepinya tidak tajam lagi.Selama dua jam pertama pasca mati, retina pucat dan daerah sekitar diskus menjadi kuning. Warna kuning juga tampak di sekitar makula yang menjadi lebih gelap.Pada saat itu pola vaskular koroid yang tampak sebagai bercak-bercak dengan latar belakang merah dengan pola segmentasi yang jelas, tetapi pada kira-kira 3 jam pasca mati menjadi kabur dan setelah 5 jam menjadi homogen dan lebih pucat.Pada kira-kira 6 jam pasca mati, batas diskus kabur dan hanya pembuluh-pembuluh besar yang mengalami segmentasi yang dapat dilihat dengan latar belakang kuning kelabu.Dalam waktu 7-10 jam pasca mati akan mencapai tepi retina dan batas diskus akan sangat kabur. Pada 12 jam pasca mati diskus hanya dapat dikenal dengan adanya konvergensi beberapa segmen pembuluh darah yang tersisa. Pada 15 jam pasca mati tidak ditemukan lagi gambaran pembuluh darah retina dan diskus, hanya makula saja yang tampak berwarna coklat gelap.2. Perubahan pada lambungKecepatan pengosongan lambung sangat bervariasi, sehingga tidak dapat digunakan untuk memberikan petunjuk pasti waktu antara makan terakhir dan saat mati. Namun keadaan lambung dan isinya mungkin membuat dalam membuat keputusan. Ditemukannya makanan tertentu (pisang, kulit tomat, biji-bijian) dalam isi lambung dapat digunakan untuk menyimpulkan bahwa korban sebelum meninggal telah makan makanan tersebut.3. Perubahan rambutDengan mengingat bahwa kecepatan tumbuh rambut rata-rata 0,4 mm/hari, panjang rambut kumis dan jenggot dapat digunakan bagi pria yang mempunyai kebiasan mencukur kumis atau jenggotnya dan diketahui saat terakhir ia mencukur. 4. Pertumbuhan kukuSejalan dengan hal rambut tersebut di atas, pertumbuhan kuku yang diperkirakan sekitar 0,1 mm per hari dapat digunakan untuk memperkirakan saat kematian bila dapat digunakan untuk memperkirakan saat kematian bila dapat diketahui saat terakhir yang bersangkutan memotong kuku.5. Perubahan dalam cairan serebrospinalKadar nitrogen asam amino kurang dari 14 mg% menunjukkan kematian belum lewat 10 jam, kadar nitrogen non-protein kurang dari 80 mg% menunjukkan kematian belum 24 jam, kadar kreatin kurang dari 5 mg% dan 10 mg% masing-masing menunjukkan kematian belum mencapai 10 jam dan 30 jam.6. Dalam cairan vitreusDalam cairan vitreus terjadi peningkatan kadar kalium yang cukup akurat untuk memperkirakan saat kematian antara 24 hingga 100 jam pasca mati.7. Kadar semua komponenKadar semua komponen darah berubah setelah kematian, sehingga analisis darah pasca mati tidak memberikan gambaran konsentrasi zat-zat tersebut semasa hidupnya. Perubahan tersebut diakibatkan oleh aktivitas enzim dan bakteri, serta gangguan permeabilitas dari sel yang telah mati.Selain itu gangguan fungsi tubuh selama proses kematian dapat menimbulkan perubahan dalam darah bahkan sebelum kematian itu terjadi.8. Reaksi supravitalYaitu reaksi jaringan tubuh sesaat pasca mati klinis yang masih sama seperti reaksi jaringan tubuh pada seseorang yang hidup.Beberapa uji dapat dilakukan terhadap mayat yang masih segar, misalnya rangsang listrik masih dapat menimbulkan kontraksi otot mayat hingga 90-120 menit pasca mati dan mengakibatkan sekresi kelenjar keringat sampai 60-90 menit pasca mati, sedangkan trauma masih dapat menimbulkan perdarahan bawah kulit sampai 1 jam pasca mati. VIII. Laporan Hasil Pemeriksaan4,7Visum et repertum adalah keterangan yang dibuat oleh dokter atas permintaan penyidik yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medic terhadap manusia, baik hidup atau mati ataupun bagian atau diduga bagian dari tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan di bawah sumpah, untuk kepentingan peradilan.Visum et repertum dibuat secara tertulis, sebaiknya dengan mesin ketik, di atas sebuah kertas putih dengan kepala surat instuisi kesehatan yang melakukan pemeriksaan, dalam bahasa Indonesia tanpa memuat singkatan, dan sedapat mungkin tanpa istilah asing, bila terpaksa digunakan agar diberi penjelasan bahasa Indonesia.Apabila penulisan sesuatu kalimat dalam visum et repertum berakhir tidak pada tepi kanan format, maka sesudah tanda titik diberi garis hingga ke tepi kanan format.Visum et repertum terdiri dari 5 bagian tetap, yaitu:1. Kata Pro justitia, diletakan di bagian atas, menjelaskan bahwa khusus dibuat untuk tujuan peradilan.2. Bagian Pendahuluan, menerangkan nama dokter pembuat visum et repertum dan instuisi kesehatannya, instansi penyidik pemintanya berikut nomor dan tanggal surat permintaannya, tempat dan waktu pemeriksaan, serta identitas korban yang diperiksa.3. Bagian Pemberitaan, berisi hasil pemeriksaan medic tentang keadaan kesehatan atau sakit atau luka korban yang berkaitan dengan perkaranya, tindakan medic yang dilakukan serta keadaannya selesai pengobatan/perawatan. Bila korban meinggal dan dilakukan autopsy, maka diuraikan keadaan seluruh alat dalam yang berkaitan dengan perkara dan matinya orang tersebut.4. Bagian Kesimpulan, berisi pendapat dokter berdasarkan keilmuannya, mengenai jenis perlukaan/cedera yang ditemukan dan jenis kekerasan atau zat penyebabnya, serta derajat perlukaan atau sebab kematiannya.5. Bagian Penutup, berisikan kalimat baku Demikianlah visum et repertum ini saya buat dengan sesungguhnya berdasarkan keilmuan saya dan dengan mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana, Ada 3 tujuan pembuatan visum et repertum, yaitu :a. Memberikan kenyataan (barang bukti) pada hakim. b. Menyimpulkan berdasarkan hubungan sebab akibat. c. Memungkinkan hakim memanggil dokter ahli lainnya untuk membuat kesimpulan visum et repertum yang lebih baru.

VISUM ET REPERTUMBagian Ilmu Kedokteran ForensikFakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Nomor: 1234- SK.I/5678/9-10 Jakarta, 4 Januari 2013Lamp.: Satu sampul tersegel------------------------------------------------------------------------Perihal: Hasil Pemeriksaan Pembedahan---------------------------------------------------------- Atas jenasah Tn. B ---------------------------------------------------------------------------PROJUSTITIA

Visum et RepertumYang bertanda tangan di bawah ini, dr. Dynastiani, dokter ahli kedokteran forensik pada Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta, menerangkan bahwa atas permintaan tertulis dari kepolisian Resort Polisi Jakarta Barat No. Pol: B/123/VR/I/11/Serse tertanggal 4 Januari 2013, maka pada tanggal empat Januari tahun dua ribu tigabelas, pukul dua siang waktu Indonesia bagian barat, bertempat di ruang bedah jenasah Bagian Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta telah melakukan pemeriksaan atas jenasah yang menurut permintaan tersebut adalah:Nama: Tn. B ----------------------------------------------------------------------------------Jenis Kelamin: Laki-laki ----------------------------------------------------------------------------Umur: 27 tahun -------------------------------------------------------------------------------Kebangsaan: Indonesia ------------------------------------------------------------------------------Agama: Islam -----------------------------------------------------------------------------------Pekerjaan: Swasta ---------------------------------------------------------------------------------Alamat: Jalan Arjuna Selatan, Jakarta Barat -----------------------------------------------

I. Pemeriksaan Luar1. Mayat tidak terbungkus. ------------------------------------------------------------------------2. Mayat berpakaian sebagai berikut: ------------------------------------------------------------i. Kaos dalam oblong. -------------------------------------------------------------------------ii. Celana panjang dengan bagian bawah di gulung hingga setengah tungkai bawah.3. Pada tubuh terdapat luka-luka sebagai berikut: ---------------------------------------------i. pada daerah ketiak kiri ditemukan luka terbuka, pembuluh darah ketiak tampak putus. ------------------------------------------------------------------------------------------ii. pada tungkai kanan dan kiri ditemukan luka terbuka akibat benda tajam. ----------KesimpulanPada mayat laki-laki ditemukan luka terbuka pada ketiak kiri dan luka beberapa luka terbuka di tungkai bawah kanan dan kiri akibat kekerasan benda tajam. -------------------------Sebab mati orang ini adalah kekerasan tajam pada ketiak kiri yang menyebabkan putusnya pembuluh darah ketiak kiri. ---------------------------------------------------------------Demikianlah saya uraikan dengan sebenar-benarnya berdasarkan keilmuan saya yang sebaik-baiknya mengingat sumpah sesuai dengan KUHAP. -------------------------------------

Dokter yang memeriksa,

dr. DynastianiNIP. 102008143

Daftar Pustaka1. Budyanto A, Wibisana W, dan Sudiono S dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Cetakan kedua. Jakarta: Bagian ilmu kedokteran forensik FKUI. 2000. 2. Staf pengajar ilmu kedokteran forensik FKUI. Teknik Autopsi Forensik. Cetakan ke-4. Jakarta : bagian kedokteran Forensik FKUI, 2000.3. Sampurna, B, Syamsu Z, Siswaja TD. Bioetik dan Hukum Kedokteran. Cetakan kedua. Jakarta. 2007.4. Tindak Pidana Kekerasan. di unduh dari www.focalpointgender.kejaksaan.go.id 30 Desember 20125. Idries AM, Tjiptomartono AL. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan. Cetakan Pertama Edisi Revisi. Jakarta : Sagung Seto, 2008.6. Autopsi forensik. Di unduh dari http://www.freewebs.com/reef_forensik/autopsi.htm. 30 Desember 20127. Visum et Repertum. Di unduh dari www.klinikindonesia.com. 31 Desember 2012

[Blok 30 EMERGENCY MEDICINE II]Page 23