PBL Blok 30 Sken2 Goips
-
Upload
giannaoshin -
Category
Documents
-
view
239 -
download
0
description
Transcript of PBL Blok 30 Sken2 Goips
Pembunuhan Anak Sendiri
Inge Pradita
10.2010.234
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 06 Jakarta 11510
No Telp (021)5694-2051 Email : [email protected]
Pendahuluan
Pembunuhan Anak Sendiri (PAS) adalah merupakan suatu bentuk kejahatan terhadap
nyawa yang unik sifatnya. Unik dalam arti si pelaku pembunuhan haruslah ibu kandungnya
sendiri, dan alasan atau motivasi untuk melakukan kejahatan tersebut adalah karena si ibu
takut ketahuan bahwa ia telah melahirkan anak.1 Pembunuhan bayi atau secara umum disebut
dengan infanticide yaitu sebuah istilah hukum yang menggambarkan tentang pembunuhan
anak dengan usia di bawah 1 tahun oleh ibu sang anak. Di Jakarta dilaporkan bahwa 90-95%
dari sekitar 30-40 kasus PAS per tahundilakukan dengan cara asfiksia mekanik. Bentuk
kekerasan lainnya adalah kekerasantumpul di kepala (5-10%) dan kekerasan tajam pada leher
atau dada (1 kasus dalam 6-7tahun). Cara yang paling sering digunakan dalam kasus PAS
adalah membuat keadaan asfiksia mekanik yaitu pembekapan, pencekikan, penjeratan dan
penyumbatan.1
Pembunuhan Anak sendiri (PAS) menurut undang-undang di Indonesia
adalah pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu atas anaknya pada ketika dilahirkan
atau tidak berapa lama setelah dilahirkan, karena takut ketahuan bahwa ia melahirkan anak.
Pada Tindak pidana pembunuhan anak, faktor psikologik ibu yang baru melahirkan
diperhitungkan sebagai faktor yang meringankan, keadaan tersebut menyebabkan si ibu
melakukan pembunuhan tidak dalam keadaan sadar yang penuh, dan belum sempat timbul
rasa kasih sayang.
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 1
Pembahasan
Skenario :
Sesosok mayat bayi lahir ditemukan di suatu tempat sampah. Masyrakat
melaporkannya kepada polisi. Mereka juga melaporkan bahwa semalam melihat seorang
perempuan yang mengehentikan mobilnya didekat sampah tersebut dan berada disana cukup
lama. Seorang dari anggota masyarakat sempat mencatat nomor mobil perempuan tersebut.
Polisi mengambil mayat bayi tersebut dan menyerahkannya kepada anda sebagai
dokter direktur rumah sakit. Polisi juga mengatakan bahwa sebentar lagi si perempuan yang
dicurigai sebagai pelakunya akan dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa. Anda harus
mengatur segalanya agar semua pemeriksaan dapat berjalan dengan baik dan akan
membriefing para dokter yang akan menjadi pemeriksa.
Pembunuhan Anak Sendiri.1
Menurut undang-undang di Indonesia, pembunuhan anak sendiri adalah pembunuhan
yang dilakukan oleh seorang ibu atas anaknya pada ketika dilahirkan atau tidak berapa saat
setelah dilahirkan karne atkut ketahuan bahwa ia melahirkan anak.
Aspek hukumnya tercantum didalam :
1. Pasal 341 : seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak pada saat
anak dilahirkan atau tidak lema kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya,
diancam karena membunuh anak sendiri dengan pidana penjara paling lama 7 tahun.
2. Pasal 342 : seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut
akan ketahuan melahirkan anak pada saat anak dilahirkan atau tidak lema kemudian,
dengan sengaja merampas nyawa anaknya, diancam karena membunuh anak sendiri
dengan rencana pidana penjara paling lama 9 tahun.
3. Pasal 343 : bagi orang lain yang turut campur dalam kejahatan yang diterangan dalam
pasal 341 dan 342 dianggap kejahatan itu sebagai pembunuhan atau pembunuhan
dengan rencana.
4. Pasal 181: barang siapa mengubur, menyembunyikan, membawa lari atau
menghilangkan mayat dengan maksud menyembunyikan kematian atau kelahirannya,
diancam dengan pidana menjara selama 9 bulan atau pidana denda paling banyak
4500 rupiah.
5. Pasal 304 : Barang siapa dengan sengaja menempatkan atau membiarkan seorang
dalam keadaan sengsara, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena
persetujuan dia wajib memberi kehidupan, perawatan atau pemeliharaan kepada orang
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 2
itu, diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana
denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
6. Pasal 305 : Barang siapa menempatkan anak yang umurnya belum tujuh tahun untuk
ditemukan atau meninggalkan anak itu dengan maksud untuk melepaskan diri
daripadanya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.
7. Pasal 306 :
(1) Jika salah satu perbuatan berdasarkan pasal 304 dan 305 mengakibatkan luka-luka
berat, yang bersalah diancamdengan pidana penjara paling lama tujuh tahun enam
bulan.
(2) Jika mengakibatkan kematian pidana penjara paling lama sembilan tahun.
8. Pasal 307 : Jika yang melakukan kejahatan berdasarkan pasal 305 adalah bapak atau
ibu dari anak itu, maka pidana yang ditentukan dalam pasal 305 dan 306 dapat
ditambah dengan sepertiga.
9. Pasal 308 : Jika seorang ibu karena takut akan diketahui orm t t lahiran anaknya, tidak
lama sesudah melharkan, menempatkan anaknya untuk ditemukan atau
meninggalkannya dengan maksud untuk melepaskan diri daripadanya, maka
maksimum pidana tersebut dalam pasal 305 dan 306 dikurangi separuh.
Prosedur Medikolegal.1,2
Prosedur medikolegal adalah tata cara atau prosedur penatalaksanaan dan berbagai
aspek yang berkaitan dengan pelayanan kedokteran untuk kepentingan hukum, yang secara
garis besar mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia dan pada
beberapa bidang juga mengacu kepada sumpah dokter dan etika kedokteran.
Adapun prosedur mediko legal ialah sebagai berikut :
1. Penemuan
2. Pelaporan
3. Penyelidikan
4. Penyidikan meminta pendapat ahli
5. Berkas perkara
6. Penuntutan
7. Persidangan
8. Vonis
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 3
Dalam prosedur medikolegal terdapat peraturan perundang-undangan mengenai
kewajiban dokter membantu peradilan yaitu:
Pasal 133 KUHAP
(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik
luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak
pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran
kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara
tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
(3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit
harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut
dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan yang
dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.
Pasal 134 KUHAP
(1) Dalam hal sangat diperlukan dimana untuk keperluan pembuktian bedah mayat tidak
mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada
keluarga korban.
(2) Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib menerangkan dengan sejelas-jelasnya
tentang maksud dan tujuan perlu dilakukannya pembedahan tersebut.
(3) Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga atau pihak
yang diberi tahu tidak diketemukan, penyidik segera melaksanakan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat (3) undang-undang ini.
Pasal 179 KUHAP
(1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau
dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.
(2) Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang
memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah
atau janji akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan yang sebenarnya
menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya.
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 4
Pasal 181 KUHAP
(1) Hakim ketua sidang memperlihatkan kepada terdakwa segala barang bukti dan
menanyakan kepadañya apakah Ia mengenal benda itu dengan memperhatikan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 undang-undang ini.
(2) Jika perlu benda itu diperlihatkan juga oleh hakim ketua sidang kepada saksi.
(3) Apabila dianggap perlu untuk pembuktian, hakim ketua sidang membacakan atau
memperlihatkan surat atau berita acara kepada terdakwa atau saksi dan selanjutnya
minta keterangan seperlunya tentang hal itu.
Pasal 184 KUHAP
(1) Alat bukti yang sah ialah:
a.keterangan saksi;
b.keterangan ahli;
c.surat;
d.petunjuk;
e.keterangan terdakwa.
(2) Hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu dibuktikan.
Pasal 185 KUHAP
(1) Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa yang saksi nyatakan di sidang
pengadilan.
(2) Keterangan seorang saksi saja tidak cukup untuk membuktikan bahwa terdakwa
bersalah terhadap perbuatan yang didakwakan kepadanya.
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak berlaku apabila disertai
dengan suatu alat bukti yang sah lainnya.
(4) Keterangan beberapa saksi yang berdiri sendiri-sendiri tentang suatu kejadian atau
keadaan dapat digunakan sebagai suatu alat bukti yang sah apabila keterangan saksi
itu ada .hubungannya satu dengan yang lain sedemikian rupa, sehingga dapat
membenarkan adanya suatu kejadian atau keadaan tertentu.
(5) Baik pendapat maupun rekàan, yang diperoleh dari hasil pemikiran saja, bukan
merupakan keterangan saksi.
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 5
(6) Dalam menilai kebenaran keterangan seorang saksi, hakim harus dengan sungguh-
sungguh memperhatikan
a. persesuaian antara keterangan saksi satu dengan yang lain;
b. persesuaian antara keterangan saksi dengan alat bukti lain;
c. Alasan yang mungkin dipergunakan oleh saksi untuk memberi keterangan
yang tertentu;
d. Cara hidup dan kesusilaán saksi serta segala sesuatu yang pada umumnya
dapat mempengaruhi dapat tidaknya keterangan itu dipercaya.
(7) Keterangan dari saksi yang tidak disumpah meskipun sesuai satu dengan yang lain
tidak merupakan alat bukti namun apabila keterangan itu sesuai dengan keterangan
dari saksi yang disumpah dapat dipergunakan sebagai tambahan alat bukti sah yang
lain.
Pasal 186 KUHAP
Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di suatu sidang pengadilan.
Faktor penting dalam kasus pembunuhan.3
Ada 3 faktor penting dalam kasus pembunuhan anak sendiri yaitu :
1. Ibu : hanya ibu kandung yang dapat dihukum karena melakukan pembunuhan anak
sendiri, sedangkan jika orang lain yang melakukan atau turut ikut melakukan,
hukumannya lebih berat yaitu penjara 15tahun (pasal 338 : tanpa rencana) atau 20
tahun, seumur hidup atau hukuman mati (pasal 339 dan 340 : dengan rencana).
2. Waktu
3. Psikis : biasanya ibu yang membunuh anaknya karena ada dorongan rasa takut akan
diketahui orang lain bahwa ia telah melahirkan dan biasanya anak yang dibunuh
adalah hasil dari hubungan yang tidak sah.
Pada pemeriksaan, yang perlu didiperhatikan beberapa hal yaitu:
1. Apakah bayi tersebut dilahirkan mati atau hidup
Untuk melihat apakah bayi dilahirkan mati atau hidup dapat dilihat seperti :
Tanda-tanda maserasi atau aseptic decomposition (8-10hari kematian) : adalah
proses pembusukan intrauterine yang berlangsung dari luar kedalam. Ditandai
dengan adanya bau ketuban, dada datar, tulang tengkorak overlapping, adanya
bula atau vesikel pada kulit (3-4hari), organ dalam keadaan basah, tidak
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 6
membusuk, sendi dan tungkai lunak sehingga adanya hiperekstensi, akan
terbentuk litopedion.
Lihat pengembangan dada : bila ia lahir mati, dada belum mengembang atau
masih datar dan letak diafrgma masih setinggi iga ke 3-4. Bila lahir hidup,
diafragma sudah turun sampai sela iga 4-5.
Pemeriksaan makroskopik paru : bila bayi lahir mati, paru-paru mungkin
masih tersembunyi dibelakang kandung jantung atau telah mengisi rongga
dada, peru-paru berwarna kelabu unggu merata seperti hati, konsistensi padat,
tidak teraba derik udara dan pleura yang longgar, berat paru 1/70xBB. Bila
lahir hidup, paru sudah mengisi rongga dada dan menutupi sebagian kandung
jantung, paru-paru berwarba merah muda dengan pleura yang tengang,
konsistensi seperti spons, teraba derik udara berat paru bertambah 2x atau
kira-kira 1/35xBB
Uji apung paru : bila bayi lahir hidup, uji apung paru mendapatkan hasil
positif, bila negative maka diperlukan pemerikasaan mikroskopik paru.
Pemerikasaan mikroskopik paru : pada bayi lahir hidup, alveoli paru
mengembang sempurna dan pada pewarnaan gomori atau ladewig, serabut
retikulin akan tampak menegang, kadang-kadang ditemukan edema yang luas
dalam jaringan paru, membrane duktus alveolaris yang tersebar dalam jaringan
paru atau atelektasis paru akibat adanya obstruksi.
Adanya udara dalam saluran cerna : bila ada udara dalam duodenum atau
saluran cerna menunjukkan telah hidup 6-12 jam, bila dalam usus berarti telah
hidup 12-24 jam, tetapi dapat menjadi positif palsu karena ada kemungkinan
adanya pernapasan buatan atau gas pembusukan.
2. Berapakah umur bayi tersebut(intra dan ekstrauterin).
3. Apakah bayi cukup bulan, premature atau nonviable.
4. Apakah ada tanda-tanda kekerasan : tanda-tanda kekerasan seperti tanda pembekapan
disekitar mulut dan hidung, memar pada mukosa bibir dan pipi, jejas jerat pada leher
atau pada tengkuk.
5. Apakah penyebab kematiannya
Penyebab tersering adalah karena adanya asfiksia atau mati lemas akibat pembekapan,
penyumbatan salruran nafas, pencekikan, penjeratan, penekanan pada dada,
pengenggelaman, kekerasan tumpul ataupun tajam. Jika disebabkan karena asfiksia
maka pada pemeriksaan bisa didapatkan adanya tardieu spot atau bintik perdarahan.
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 7
Selain itu dapat dikarenakan adanya trauma saat persalinan seperrti fraktur tulang
tengkorak, perdarahan subdural, perdarahan intracranial ataupun perdarahan epidural.
6. Apakah Golongan darahnya
7. Apakah bayi sudah dirawat atau belum
Tali pusat : bila bayi telah dirawat biasanya tali pusat yang digunting atau
dipisau akan telihat ujung yang terpotong rata, sedang bila belum dirawat atau
jika terjadi kematian akibat terjadinya partus presipitatus maka akan terputus
dekat perlekatannya pada uri atau pusat bayi dengan ujung tali pusatnya yg
terlihat tidak rata
Verniks kaseosa (lemak bayi) : pada bayi yang telah dirawat biasanya telah
bersih dari lemak bayi dan bekas-bekas darah, bila bayi belum dirawat maka
akan masih dapat ditemukan didaerah lipatan kulit.
Pakaian.
Langkah Pemeriksaan.2,3
1. Pemeriksaan Mayat Bayi
a. Pemeriksaan Luar
1) Bayi cukup bulan, prematur, atau non viable
2) Kulit, sudah dibersihkan atau belum, keadaan verniks kaseosa, warna, berkeriput atau
tidak
3) Tali pusat, sudah terputus atau masih melekat pada uri. Bila terputus periksa apakah
terpotong rata atau tidak (dengan memasukkan ujung potongan ke dalam air),
apakah sudah terikat dan diberi obat antiseptik, adakah tanda-tanda kekerasan pada
tali pusat, hematom atau Wharton’s Jelly berpindah tempat. Apakah terputusnya
dekat uri atau pusat bayi.
4) Kepala, apakah ada kaput seksedaneum, molase tulang tengkorak
5) Tanda kekerasan. Perhatikan tanda pembekapan di sekitar mulut dan hidung, serta
memar pada mukosa bibir dan pip, tanda pencekikan atau jerat pada leher, memar
atau lecet pada tengkuk, dan lain-lain.
6) Mulut, adakah benda asing yang menyumbat dan perhatikan palatum mole apakah
terdapat robekan.
b. Pemeriksaan Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 8
1) Leher, pada pembedahan adakah tanda-tanda penekanan, resapan darah pada kulit
sebelah dalam. Perhatikan apakah terdapat benda asing dalam jalan napas.
2) Rongga dada. Pengeluaran organ rongga mulut, leher dan dada dilakukan dengan
teknik tanpa sentuhan. Perhatikan makroskopik paru dan setelah itu sebaiknya satu
paru difiksasi dalam larutan formalin 10% untuk pemeriksaan histopatologik dan pada
paru yang lain dilakukan uji apung paru.
3) Tanda asfiksia berupa Tardieu’s spot pada permukaan paru, jantung, timus dan
epiglotis.
4) Tulang belakang, apakah terdapat tanda kekerasan dan kelainan kongenital.
5) Pusat penulangan pada femur, tibia, kalkaneus talus dan kuboid diperhatikan.
2. Untuk menentukan bayi lahir sudah dirawat atau belum dilihat dari :
1. Pakaian. Perawatan terhadap bayi antara lain adalah memberi pakaian atau penutup
tubuh bayi.
2. Verniks kaseosa (lemak bayi) telah dibersihkan, demikian pula bekas-bekas darah.
Pada bayi yang dibuang ke dalam air, verniks tidak akan hilang seluruhnya dan masih
dapat ditemukan di daerah lipatan kulit; ketiak, belakang telinga, lipat paha dan lipat
leher.
3. Tali pusat. Tali pusat telah terikat, diputuskan dengan gunting atau pisau lebih kurang
5 cm dari pusat bayi dan diberi obat antiseptik. Bila tali pusat dimasukkan ke dalam
air, akan terlihat ujungnya terpotong rata.
3. Untuk menentukan umur bayi intra dan ekstra-uterin
Penentuan umur janin/embrio dalam kandungan menggunakan rumus De Haase untuk
usia lebih dari 5 bulan yaitu (panjang badan/5)x4 minggu, sedangkan untuk usia kurang dari
5 bulan adalah √panjang badan
Untuk menentukan viable.3
Viable ialah keadaan bayi/janin yang dapat hidup di luar kandungan lepas dari ibunya.
Kriteria untuk itu adalah umur kehamilan lebih dari 28 minggu dengan panjang badan
(kepala-tumit) lebih dari 35 cm, panjang badan (kepala-tungging) lebih dari 23 cm, berat
badan lebih dari 1000 gram, lingkar kepala lebih dari 32 cm dan tidak ada cacat bawaan yang
fatal.
Untuk menentukan bayi cukup bulan atau tidak
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 9
1. Bayi cukup bulan bila umur kehamilan > 36 minggu dengan panjang badan
kepala-tumit lebih dari 48 cm, panjang badan kepala-tungging 30-33 cm, berat badan 2500-
3000 gram dan lingkar kepala 33 cm.
2. Ciri-ciri lain bayi cukup bulan adalah
a. Lanugo sedikit, terdapat pada dahi, punggung dan bahu
b. Pembentukan tulang rawan telinga telah sempurna
c. Diameter tonjolan susu 7 mm atau lebih
d. Kuku-kuku jari telah melewati ujung-ujung jari
e. Garis-garis telapak kaki telah terdapat melebihi 2/3 bagian depan kaki
f. Testis sudah turun ke dalam skrotum; labia minora sudah tertutup oleh labia
mayora yang telah berkembang sempurna
g. Kulit berwarna merah muda (pada kulit putih) atau merah kebiru-biruan (pada
kulit berwarna), yang setelah 1-2 minggu berubah menjadi lebih pucat atau coklat
kehitam-hitaman
h. Lemak bawah kulit cukup merata sehingga kulit tidak berkeriput
d Lahir Mati atau Lahir Hidup
Lahir Mati (still birth) adalah kematian hasil konsepsi sebelum keluar atau
dikeluarkan dari ibunya, tanpa mempersoalkan usia kehamilan (baik sebelum ataupun setelah
kehamilan berumur 28 minggu dalam kandungan). Kematian ditandai oleh janin yang tidak
bernapas atau tidak menunjukkan tanda kehidupan lain, seperti denyut jantung, denyut nadi
tali pusat atau gerakan otot rangka.
Tanda maserasi adalah proses pembusukan intrauterin yang berlangsung dari luar ke
dalam dan baru terlihat setelah 8-10 hari kematian inutero. Bila kematian baru 3 atau 4
hari, hanya terlihat perubahan kulit saja, berupa vesikel atau bula yang berisi cairan
kemerahan.
Dada belum mengembang. Iga masih datar dan diafragma setinggi iga ke -4. Sukar dinilai
bila mayat telah membusuk.
Pemeriksaan makroskopik paru
Paru-paru mungkin masih tersembunyi di belakang kandung jantung atau telah
mengisi rongga dada. Paru-paru berwarna kelabu ungu merata seperti hati, konsistensi padat,
tidak teraba derik udara dan pleura longgar (slack pleura). Berat paru kira-kira 1/70 x berat
badan.
Uji apung paru
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 10
Uji ini harus dilakukan dengan teknik tanpa sentuh (no touch technique), paru-paru
tidak disentuh untuk menghindari kemungkinan timbulnya artefak pada sediaan
histopatologik jaringan paru akibat manipulasi berlebihan. Paru bayi yang lahir mati masih
dapat mengapung oleh karena kemungkinan adanya gas pembusukan. Bila pada potongan
kecil paru tetap mengapung, letakkan di antara 2 karton dan ditekan untuk mengeluarkan gas
pembusukan yang terdapat pada jaringan interstisial paru, lalu masukkan kembali ke dalam
air. Bila masih mengapung berarti masih berisi udara residu yang tidak akan keluar. Pada
bayi lahir mati akan memberikan hasil uji apung paru negatif (tenggelam)
Mikroskopik paru-paru
Setelah paru-paru dikeluarkan dengan teknik tanpa sentuh, dilakukan fiksasi dengan
larutan formalin 10%. Sesudah 12 jam, dibuat irisan-irisan melintang untuk memungkinkan
cairan fiksatif meresap dengan baik ke dalam paru. Setelah di fiksasi selama 48 jam,
kemudian dibuat sediaan histopatologik. Biasanya digunakan pewarnaan HE dan bila paru
telah membusuk digunakan pewarnaan Gomori atau Ladewig. Tanda khas untuk paru bayi
belum bernapas adalah adanya tonjolan (projection), yang berbentuk seperti bantal (cushion-
like) yang kemudian akan bertambah tinggi dengan dasar menipis sehingga tampak seperti
gada (club-like). Pada permukaan ujung bebas projection tampak kapiler yang berisi banyak
darah.
Lahir Hidup (live birth) adalah keluar atau dikeluarkannya hasil konsepsi yang
lengkap, yang setelah pemisahan, bernapas atau menunjukkan tanda kehidupan lain, tanpa
mempersoalkan usia gestasi, sudah atau belumnya tali pusat dipotong dan uri dilahirkan.
Dada sudah mengembang dan diafragma sudah turun sampai sela iga 4-5,
terutama pada bayi yang telah lama hidup.
Pemeriksaan makroskopik paru
Paru sudah mengisi rongga dada dan menutupi sebagian kandung jantung. Paru
berwarna merah muda tidak merata dengan pleura yang tegang (taut pleura), dan
menunjukkan gambaran mozaik karena alveoli sudah terisi udara. Apeks paru
kanan paling dulu atau jelas terisi karena halang-an paling minimal. Konsistensi
seperti spons, teraba derik udara. Berat paru bertambah hingga dua kali atau kira-
kira 1/35 x berat badan karena berfungsinya sirkulasi darah jantung-paru.
Uji apung paru memberikan hasil positif (Hasil negatif harus dilanjutkan dengan
pemeriksaan mikroskopik paru).
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 11
Pemeriksaan mikroskopik paru menunjukkan alveoli paru yang mengembang
sempurna dengan atau tanpa emfisema obstruktif, serta tidak terlihat adanya
projection. Pada pewarnaan Gomori atau Ladewig, serabut retikulin akan tampak
tegang.
Adanya udara dalam saluran cerna dapat dilijat dengan foto rontgen.
Tanatologi 1,4
Tanatologi berasal dari kata thanatos (yang berhubungan dengan kematian) dan logos
(ilmu). Tanatologi adalah bagian dari ilmu kedokteran forensic yang memperlajari kematian
dan perubahan yang terjadi setelah kematian serta factor yang mempengaruhi perubahan
tersebut.
Dalam tanatologi dikenal beberapa istilah tentang mati, yaitu mati somatic (mati
klinis), mati suri, mati seluler, mati sereberal dan mati otak (mati batang otak).
Mati somatic (mati klinis) terjadi akibat terhentinya fungsi ketiga system penunjang
kehidupan, yaitu susunan saraf pusat, system kardiovaskular dan system pernafasan, yang
menetap (irreversibel). Secara klinis tidak ditemukan refleks-refleks, EEG mendatar, nadi
tidak teraba, denyut jantung tidak terdengar, tidak ada gerak pernafasan dan suara nafas tidak
terdengar pada auskultasi.
Mati suri (suspended animation, apparent death) adalah terhentinya ketiga system
kehidupandi atas yang ditentukan dengan alat kedokteran sederhana. Dengan peralatan
kedokteran canggih masih dapat dibuktikan bahwa ketiga system tersebut masih berfungsi.
Mati suri sering ditemukan pada kasuskeracunan obat tidur, tersenggat aliran listrik dan
tenggelam.
Mati seluler (mati molekuler) adalah kematian organ atau jaringan tubuh yang timbul
beberapa saat setelah kematian somatic. Daya tahan hidup masing-masing organ atau jaringan
berbeda-beda, sehingga terjadinya kematian seluler pada tiap organ atau jaringan tidak
bersamaan. Pengetahuan ini penting dalam transplantasi organ.
Sebagai gamabaran dapat dikemukakan bahwa susunan saraf pusat mengalami mati
seluler dalam waktu 4 menit; otot masih dapat dirangsang (listrik) kira-kira 2 jam pasca mati,
dan mengalami mati seluler setelah 4 jam; dilatasi pupil masih terjadi pada pemberian
adrenalin 0,1 % kedalam kamera okuli anterior, pemberian pilokarpin 1% atau fisostigmin
0,5 % akan mengakibatkan miosis hingga 20n jam pasca mati.
Kulit masih dapat berkeringat sampai lebih dari 8 jam paca mati dengan cara
menyuntikkan subkutan pilokarpin 2 % atau asetilkolin 20 %; spermatozoa masih bertahan
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 12
hidup beberapa hari dalam epididimis; kornea masih dapat ditransplantasikan dan darah
masih dapat dipakai untuk transfusi sampai 6 jam pasca mati.
Mati serebral adalah kerusakan kedua hemisfer otak yang ireversibel kecuali batang
otak dan serebelum, sedangkan kedua sistem lainnya yaitu system pernafasan dan
kardiovaskular masih berfungsi dengan bantuan alat.
Mati otak (mati batang otak) adalah bila telah terjadi kerusakan seluruh isi neural
intracranial yang ireversibel, termasuk batang otak dan serebelum. Dengan diketahuinya mati
otak (mati batang otak) maka dapat dikatakan seseorang secara keseluruhan tidak dapat
dinyatakan hidup lagi, sehingga alat bantu dapat dihentikan.
Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang berupa
tanda kematian, yaitu perubahan yang terjadi pada tubuh mayat. perubahan tersebut dapat
timbul dini pada saat meninggal atau beberapa menit kemudian, misalnya kerja jantung dan
peredaran darah berhenti, pernafasan berhenti, refleks cahaya dan refleks kornea mata hilang,
kulit pucat dan relaksasi otot. Setelah beberapa waktu timbul perubahan pasca mati yang jelas
yang memungkinkan diagnosis kematian lebih pasti. Tanda-tanda tersebut dikenal sebagai
tanda pasti kematian berupa lebam mayat (hipostasis atau lividitas pasca mati), kaku mayat
(rigor mortis), penurunan suhu tubuh, pembusukan, mumifikasi dan adiposera.
A. Tanda kematian tidak pasti
1. Pernafasan berhenti, dinilai selama lenih dari 10 menit (inspeksi, palpasi, auskultasi).
2. Terhentinya sirkulasi, dinilai selama15 menit, nadi karotis tidak teraba.
3. Kulit pucat, tetapi bukan merupakan tanda yang dapat dipercaya, karena mungkin
terjadi spasme agonal sehingga wajah tampak kebiruan.
4. Tonus otot menghilang dan relaksasi. Relaksasi daro otot-otot wajah mrnyebabkan
kulit menimbul sehingga kadang-kadang membuat orang tampak lebih muda.
Kelemasan otot sesaat setelah kematian disebut relaksasi primer. Hal ini
mengakibatkan pendataran daerah-daerah yang tertekan, misalnya daerahbelikat dan
bokong pada mayat yang terlentang.
5. Pembuluh darah retina mengalami segmentasi beberapa menit setelah kematian.
Segmen-segmen tersebut bergerak ke arah tepi retina dan kemudian menetap.
6. Pengeringan kornea menimbulkan kekeruhan dalam waktu 10 menit yang masih dapat
dihilangkan dengan meneteskan air.
B. Tanda pasti kematian
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 13
a. Lebam mayat (livor mortis). Setelah kematian klinis maka eritrosit akan menempati
tempat terbawah akibat gaya tarik bumi (gravitasi), mengisi vena dan venula,
membentuk bercak berwarna merah ungu (livide) pada bagian terbawah tubuh,
kecuali pada bagian tubuh yang tertekan alas keras. Darah tetap cair karena adanya
aktivitas fibrinolisis yang berasal dari endotel pembuluh darah. Lebam mayat
biasanya mulai tampak 20-30 menit pasca mati, makin lama intensitasnya bertambah
dan menjadi lengkap dan menetap setelah 8-12 jam. Setelah waktu ini, lebam mayat
masih hilang (memucat) Pada penekanan dan dapat berpindah jika posis mayat
diubah. Memucatnya lebam akan lebih cepat dan lebih sempurna apabila penekanan
atau perubahan posisi tubuh tersebut dilakukan dalam 6 jam pertama setelah mati
klinis. Tetapi, walaupun setelah 24 jam darah masih tetap cukup cair sehingga
sejumlah darah masih cukup mengalirdan membentuk lebam mayat di tempat
terendah yang terbaru. Kadang-kadang dijumpai bercak perubahan warna biru
kehitaman akibat pecahnya pembuluh darah. Menetapnya lebam mayat disebabkan
oleh bertimbunnya sel-sel darah merah dalam jumlah yang cukup banyaksehingga
sulit untuk berpindah lagi. Selain itu kekakuan otot-otot dinding pembuluh darah ikut
mempersulit perpindahan tersebut.
Lebam mayat dapat digunakan untuk tanda pasti kematian; memperkirakan
sebab kematian, misalnya lebam berwarna merah terang pada keracunan CO atau
CN, warna kecoklatan pada keracunan anilin, nitrit, nitrat, sulfonal; mengetahui
perubahan posisi mayat yang dilakukan perubahan posisi menjadi telungkup, maka
setelah beberapa saat akan terbentuk labam mayat baru di daerah dada dan perut.
Apabila pada mayat terlentang yang telah timbul lebam mayat belum menetap
dilakukan perubahan posisi menjadi telungkup, maka setelah beberapa saat akan
terbentuk lebam mayat baru di daerah dada dan perut.
Lebam mayat yang belum menetap atau masih hilang pada penekanan
menunjukkan saat kematian kurang dari 8-12 jam sebelum saat pemeriksaan.
Mengingat pada lebam mayat darah terdapat di dalam pembuluh darah, maka keadaan
ini digunakan untuk membedakannya dengan resapan darah akibat trauma
(ekstravasasi). Bila pada daerah tersebut dilakukan irisan dan kemudian disiram
dengan air, maka warna merah darah akan hilang atau pudar pada lebam mayat,
sedangkan pada resapan darah tidak menghilang.
b. Kaku mayat (rigor mortis). Kelenturan otot setelah kematian masih dipertahankan
karena metabolisme tingkat seluler masih berjalan berupa pemecahan cadangan
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 14
glikogen otot yang menghasilkan energi. Energi ini digunakan untuk mengubah ADP
menjadi ATP. Selama masih terdapat ATP maka serabut aktin dan miosin tetap lentur.
Bila cadangan glikogen dalam otot habis, maka energi tidak terbentuk lagi, aktin dan
miosin menggumpal dan otot menjadi kaku.
Kaku mayat dibuktikan dengan memeriksa persendian. Kaku mayat mulai
tampak kira-kira 2 jam setelah mati klinis, dimulai dari bagian luar tubuh (otot-otot
kecil) ke arah dalam (sentripetal). Teori lama menyebutkan bahwa kaku mayai ini
menjalar kraniokaudal. Setelah mati klinis 12 jam kaku mayat menjadi lengkap,
dipertahankan selama 12 jam dan kemudian menghilang dalam urutan yang sama.
Kaku mayat umumnya tidak disertai pemendekan serabut otot, tetapi jika sebelum
terjadi kaku mayat otot berada dalam posisi teregang, maka saat kaku mayat terbentuk
akan terjadi pemendekkan otot.
Faktor-faktor yang mempercepat terjadinya kaku mayat adalah aktivitas fisik
sebelum mati, suhu tubuh yang tinggi, bentuk badan tubuh kurus dengan otot-otot
kecil dan suhu lingkungan tinggi.
Kaku mayat dapat dipergunakan untuk menunjukkan tanda pasti kematian dan
memperkirakan saat kematian.
Terdapat kekakuan pada mayat yang menyerupai kaku mayat:
1. Cadaveric spasm(instantaneous rigor), adalah bentuk kekakuan otot yang terjadi
pada saat kematian dan menetap. Cadaveric spasm sesungguhnya merupakan kaku
mayat yang timbul dengan intensitas sangat kuat tanpa didahului oleh ralaksasi
primer. Penyebabnya adalah akibat habisnya cadangan glikogen dan ATP yang
bersifat setempat pada saat mati klinis karena kelelahan atau emosi yang hebat
sesaat sebelum meninggal. Cadaveric spasm ini jarang dijumpai, tetapi sering
terjadi pada masa perang. Kepentingan medikolegalnya adalah menunjukkan
sikap terakhir masa hidupnya. Misalnya, tangan yang menggenggam erat benda
yang diraihnya pada kasus tenggelam, tangan yang menggenggam senjata pada
kasus bunuh diri.
2. Heat stiffening, yaitu kekakuan otot akibat koagulasi protein oleh panas. Otot-otot
berwarna merah muda, kaku, tetapi rapuh (mudah robek). Keadaan ini dapat
dijumpai pada korban mati terbakar. Pada heat stiffening serabut-serabut ototnya
memendek sehingga menimbulkan flexi leher, siku, paha, dan lutut, membentuk
sikap petinju (pugilistic attitude). Perubahan sikap ini tidak memberikan arti
tertentu bagi sikap semasa hidup, intravitalitas, penyebab dan cara kematian.
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 15
3. Cold stiffening, yaitu kekakuan tubuh akibat lingkungan dingin, sehingga terjadi
pembekuan cairan tubuh, termasuk cairan sendi, pemadatan jaringan lemak
subkutan dan otot, sehingga bila sendi ditekuk akan terdengar bunyi pecahnya es
dalam rongga sendi.
c. Penurunan suhu tubuh (algor mortis). Penurunan suhu tubuh terjadi karena proses
pemindahan panas dari suatu benda ke benda yang lebih dingin, melalui cara radiasi,
konduksi, evaporasi, dan konveksi.
Grafik penurunan suhu tubuh ini hampir berbentuk kurvas sigmoid atau seperti
huruf S. Kecepatan penurunan suhu dipengaruhi oleh suhu keliling, aliran, dan
kelembapan udara, bentuk tubuh, posis tubuh, pakaian. Selain itu suhu saat mati perlu
diketahui untuk perhitungan perkiraan saat kematian. Penurunan suhu tubuh akan
lebih capat pada suhu keliling yang rendah, lingkungan berangin dengan kelembapan
rendah, tubuh yang kurus, posisi terlentang, tidak berpakaian atau berpakaian tipis,
dan pada umumnya orang tua serta anak kecil.
Berbagai rumus kecepatan penurunan suhu tubuh pasca mati ditemukan
sebagai hasil dari penelitian di negara barat, namun ternyata sukar dipakai dalam
praktek karena faktor-faktor yang berpengaruh di atas berbeda pada setiap kasus,
lokasi, cuaca, dan iklim.
Meskipun demikian dapat dikemukakan di sini formula Marshall dan Hoare
(1962) yang dapat dibuat dari hasil penelitian terhadap mayat telanjang dengan suhu
lingkungan 15,5 derajat celcius, yaitu penurunan suhu dengan kecepatan 0,55 derajat
celcius tiap jam pada 3 jam pertama pasca mati, 1,1 derajat celcius tiap jam pada 6
jam berikutnya, dan kira-kira 0,8 derajat celcius tiap jam pada periode selanjutnya.
Kecepatan penurunan suhu ini menurun hingga 60% bila mayat berpakaian.
Penggunaan formula ini harus dilakukan deng hati-hati mengingat suhu lingkungan di
Indonesia biasanya lebih tinggi (kurva penurunan suhu lebih landai).
Penelitian akhir-akhir ini cenderung untuk memperkirakan saat mati melalui
pengukuran suhu tubuh pada lingkungan yang menetap di Tempat Kejadian Perkara
(TKP), Caranya adalah dengan melakukan 4-5 kali penentuan suhu rektal dengan
interval waktu yang sama (minimal 15 menit). Suhu lingkungan diukur dan dianggap
konstan karena faktor-faktor lingkungan dibuat menetap, sedangkan suhu saat mati
dianggap 37 derajat celcius bila tidak ada penyakit demam. Penelitian membuktikan
bahwa perubahan suhu lingkungan kurang dari 2 derajat celcius tidak mengakibatkan
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 16
perubahan yang bermakna. Dari angka-angka diatas, dengan menggunakan rumus
atau grafik dapat ditentukan waktu antara saat mati dengan saat pemeriksaan. Saat ini
telah tersedia program komputer guna pengitungan saat mati melalui cara ini.
d. Pembusukan (decomposition, putrefaction). Pembusukan adalah proses degradasi
jaringan yang terjadi akibat autolisis dan kerja bakteri. Autolisis adalah pelunakkan
dan pencairan jaringan yang terjadi dalam keadaaan steril. Autolisis timbulk akibat
kerja digestif oleh enzim yang dilepaskan sel pasca mati dan hanya dapat dicegah
dengan pembekuan jaringan.
Setelah seseorang meninggal, bakteri yang normal hidup dalam tubuh segera
masuk ke jaringan. Darah merupakan media terbaik bagi bakteri tersebut untuk
bertumbuh. Sebagian besar bakteri berasal dari usus dan yang terutama adalah
Clostridium welchii. Pada proses pembusukan ini terbentuk gas-gas alkana, H2s, dan
HCN serta asam amino dan asam lemak.
Pembusukan baru tampak kira-kira 24 jam pasca mati berupa warna kehijauan
pada perut kanan bawah, yaitu daerah sekum yang isinya lebih cair dan penuh dengan
bakteri serta terletak dengan dinding perut. Warna kehijauan ini disebabkan oleh
terbentuknya sulf-met-hemoglobin. Secara bertahap warna kehijauan ini akan
menyebar ke seluruh perut dan dada, dan bau busukpun mulai tercium. Pembuluh
darah bawah kulit akan tampak seperti melebar dan berwarna hijau kehitaman.
Selanjutnya kulit ari akan terkelupas atau membentuk gelembung berisi cairan
kemerahan berbau busuk.
Pembentukkan gas di dalam tubuh, dimulai di dalam lambung dan usus, akan
mengakibatkan tegangnya perut dan keluarnya cairan kemerahan dari mulut dan
hidung. Gas yang terdapat di dalam jaringan dinding tubuh akan mengakibatkan
terabanya derik (krepitasi). Gas ini akan menyebabkan pembengkakan tubuh yang
menyeluruh, tetapi ketegangan terbesar terdapat di daerah dengan jaringan longggar,
seperti skrotum dan payudara. Tubuh berada dalam sikap seperti petinju (pugilistic
atitude), yaitu kedua lengan dan tungkai dalam sikap setengah fleksi akibat
terkumpulnya gas pembusukan di dalam rongga sendi.
Selanjutnya, rambut dengan mudah dicabut dan kuku mudah terlepas, wajah
menggembung dan berwarna ungu kehijauan, kelopak mata membengkak, pipi
tembem, bibir tebal, lidah membengkan dan sering terjulur diantara gigi. Keadaan
seperti ini sangat berbeda dengan wajah asli korban, sehingga tidak dapat lagi dikenali
oleh keluarga.
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 17
Hewan pengerat akan merusak tubuh mayat dalam beberapa jam pasca mati,
terutama bila mayat dibiarkan tergeletak di daerah rumpun. Luka akibat gigitan
binatang pengerat khas berupa lubang-lubang dangkal dengan tepi bergerigi.
Larva lalat akan dijumpai setelah pembentukkan gas pembusukan nyata, yaitu
kira-kira 36-48 jam pasca mati. Kumpulan telur lalat telah dapat ditemukan beberapa
jam pasca mati, di alis mata, sudut mata, lubang hidung, dan diantara bibir. Telur lalat
tersebut kemudian akan menetas menjadi larva dalam waktu 24 jam. Dengan
identifikasi spesies lalat dan mengukur panjang larva, maka dapat diketahui usia larva
tersebut, yang dapat dipergunakan untuk memperkirakan saat mati, dengan asumsi
bahwa lalat secepatnya meletakkan telur setelah seseorang meninggal (dan tdak lagi
dapat mengusir lalat yang hinggap).
Alat dalam tubuh akan mengalami pembusukan dengan kecepatan yang
berbeda. Perubahan warna yang terjadi pada lambung terutama di daerah fundus,
usus, menjadi ungu kecoklatan. Mukosa saluran napas menjadi kemerahan,
endokardium dan intima pembuluh darah juga kemerahan, akibat hemolisis darah.
Difusi empedu dari kandung empedu mengakibatkan warna coklat kehijauan di
jaringan sekitarnya. Otak melunak, hati menjadi berongga seperti spons, limpa
melunak dan m udah robek. Kemudian alat dalam akan mengerut. Prostat dan uterus
non gravid merupakan organ padat yang paling lama bertahan terhadap perubahan
pembusukan.
Pembusukan akan timbul lebih cepat bila suhu keliling optimal (26,5 derajat
celcius hingga sekitar suhu normal tubuh), kelembapan dan udara yang cukup, banyak
bakteri pembusuk, tubuh gemuk atau menderita penyakit infeksi dan sepsis. Media
tempat mayat dapat juga berperan. Mayat yang terdapat di udara akan lebih cepat
membusuk dibandingkan dengan yang terdapat dalam air atau dalam tanah.
Perbandingan kecepatan pembusukan mayat yang berada dalam tanah : air : udara
adalah 1 : 2 : 8. Bayi baru lahir umumnya lebih lambat membusuk, karena hanya
memiliki sedikit bakteri dalam tubuhnya dan hilangnya panas tubuh yang cepat pada
bayi akan menghambat pertumbuhan bakteri.
e. Adiposera atau lilin mayat. Adiposera adalah terbentuknya bahan yang berwarna
keputihan, lunak, atau berminyak, berbau tengik yang terjadi di dalam jaringan lunak
tubuh pasca mati. Dulu disebut sebagai saponifikasi, tetapi istilah adiposera lebih
disukai karena menunjukkan sifat-sifat diantara lemak dan lilin.
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 18
Adiposera terutama terdiri dari asam-asam lemak tak jenuh yang terbentuk
oleh hidrolisis lemak dan mengalami hidrogenisasi sehingga terbentuk asam lemak
jenuh pasca mati yang tercampur dengan sisa-sisa otot, jaringan ikat, jaringan saraf
yang termumifikasi (Mant dan Furbank, 1957) dan kristal-kristal sferis dengan
gambaran radial (Evans,1962). Adiposera terapung di air, bila dipanaskan mencair
dan terbakar dengan nyala kuning, larut di dalam alkohol panas dan eter.
Adiposera dapat terbentuk di sembarang lemak tubuh, bahkan di dalam hati,
tetapi lemak superfisial yang pertama kali terkena. Biasanya perubahan berbentuk
bercak, dapat terlihat di pipi, payudara, atau bokong, bagian tubuh atau ekstremitas.
Jarang seluruh lemak tubuh berubah menjadi adiposera.
Adiposera akan membuat gambaran permukaan luar tubuh dapat bertahan
hingga bertahun-tahun, sehingga identifikasi mayat dan perkiraan sebab kematian
masih dimungkinkan.
Faktor-faktor yang mempermudah terbentuknya adiposera adalah kelembapan
dan lemak tubuh yang cukup, sedangkan yang menghambat adalah air yang mengalir
yang membuang elektrolit.
Udara yang dingin menghambat pembentukan, sedangkan suhu yang hangat
akan mempercepat. Invasi bakteri endogen ke dalam jaringan pasca mati juga akan
mempercepat pembentukannya.
Pembusukan akan terhambat oleh adanya adiposera, karena derajat keasaman
dan dehidrasi jaringan bertambah. Lemak segar hanya mengandung kira-kira 0,5%
asam lemak bebas, tetapi dalam waktu 4 minggu pasca mati dapat naik menjadi 20%
dan setelah 12 minggu menjadi 70% atau lebih. Pada saat ini adiposera menjadi jelas
secara makroskopis sebagai bahan berwarna putih kelabu yang menggantikan atau
menginfiltrasi bagian-bagian lunak tubuh. Pada stadium awal pembentukannyaa
sebelum makroskopik jelas, adiposera paling baik dideteksi dengan analisis asam
palmitat.
f. Mummifikasi. Mumifikasi adalah proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan
yang cukup cepat sehingga terjadi pengeringan jaringan yang selanjutnya dapat
menghentikan pembusukan. Jaringan berubah menjadi keras dan kering, berwarna
gelap, berkeriput, dan tidak membusuk karena kuman tidak dapat berkembang pada
lingkungan yang kering. Mumifikasi terjadi bila suhu hangat, kelembapan rendah,
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 19
aliran udara yang baik, tubuhyang dehidrasi dan waktu yang lama (12-14 minggu).
Mumifikasi jarang dijumpai pada cuaca yang normal.
C. Perkiraan saat kematian
Selain perubahan pada mayat tersebut di atas, beberapa perubahan lain dapat digunakan
untuk memperkirakan saat mati.
1. Perubahan pada mata. Bila mata terbuka pada atmosfer yang kering, sklera di kiri-
kanan kornea akan berwarna kecoklatan dalam beberapa jam berbentuk segitiga
dengan dasar di tepi kornea (taches noires sclerotiques). Kekeruhan kornea terjadi
lapis demi lapis. Kekeruhan yang terjadi pada lapis terluar dapat dihilangkan dengan
meneteskan air, tetapi kekeruhan yang telah mencapai lapisan lebih dalam tidak dapat
dihilangkan dengan tetesan air. Kekeruhan yang menetap ini terjadi sejak kira-kira 6
jam pasca mati.
Baik dalam keadaan mata tertutup maupun terbuka, kornea menjadi keruh kira-kira
10-12 jam pasca mati dan dalam beberapa jam saja fundus tidak tampak jelas.
Setelah kematian tekanan bola mata menurun, memungkinkan distorsi pupil
pada penekanan bola mata. Tidak ada hubungan antara diameter pupil dengan
lamanya mati.
Perubahan pada retina dapat menunjukkan saat kematian hingga 15 jam pasca
mati. Hingga 30 menit pasca mati tampak kekeruhan makula dan mulai memucatnya
diskus optikus. Kemudian hingga 1 jam pasca mati, makula lebih pucat dan tepinya
tidak tajam lagi.
Selama 2 jam pertama pasca mati, retina pucat dan daerah sekitar diskus
menjadi kuning. Warna kuning juga tampak di sekitar makula yang menjadi lebih
gelap. Pada saat itu pola vaskular koroid yang tampak sebagai bercak-bercak dengan
latar belakang merah dengan pola segmentasi yang jelas, tetapi pada kira-kira 3 jam
pasca mati menjadi kabur dan setelah 5 jam menjadi homogen dan lebih pucat.
Pada kira-kira 6 jam pasca mati, batas diskus kabur dan hanya pembuluh-
pembuluh besar yang mengalami segmentasi yang dapat dilihat dengan latar belakang
kuning-kelabu.
Dalam waktu 7-10 jam pasca mati akan mencapai tepi retina dan batas diskus
akan sangat kabur. Pada 12 jam pasca mati diskus hanya dapat dikenali dengan
adanya konvergensi beberapa segmen pembuluh darah yang tersisa. Pada 15 jam
pasca mati tidak ditemukan lagi gambaran pembuluh darah retina dan diskus, hanya
makula saja yang tampak berwarna coklat gelap.
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 20
2. Perubahan dalam lambung. Kecepatan pengosongan lambung sangat bervariasi,
sehingga tidak dapat digunakan untuk memberi petunjuk pasti waktu antara makan
terakhir dan saat mati. Namun keadaan lambung dan isinya mungkin membantu
dalam membuat keputusan. Ditemukannya makanan tertentu (pisang, kulit tomat, biji-
bijian) dalam isi lambung dapat digunakan untuk menyimpulkan bahwa korban
sebelum meninggal telah makan makanan tersebut.
3. Perubahan rambut. Dengan mengingat bahwa kecepatan tumbuh rambut 0,4mm/hari,
panjang rambut kumis dan jenggot dapat digunakan untuk memeprkirakan saat
kematian. Cara ini hanya dapat digunakan bagi pria yang mempunyai kebiasaan
mencukur kumis atau jenggotnya dan diketahui saat terakhir ia mencukur.
4. Pertumbuhan kuku. Sejalan dengan hal rambut tersebut di atas, pertmbuhan kuku
yang diperkirakan sekitar 0,1mm/ hari dapat digunakan untuk memperkirakan saat
kematian bila diketahui saat terakhir yang bersangkutan memotong kuku.
5. Perubahan dalam cairan serebrospinal. Kadar nitrogen asam amino kurang dari 14 mg
% menunjukkan kematian belum lewat 10 jam, kadar nitrogen non-protein kurang
dari 80 mg% menunjukkan kematian belum 24 jam, kadar kreatin kurang dari 5 mg%
dan 10 mg% masing-masing menunjukkan kematian belum mencapai 10 jam dan 30
jam.
6. Dalam cairan vitreus terjadi peningkatan kadar Kalium yang cukup akurat untuk
memperkirakan saat kematian antara 24 jam hingga 100 jam pasca mati.
7. Kadar semua komponen darah berubah setelah kematian, sehingga analisis darah
pasca mati tidak memberikan gambaran konsentrasi zat-zat tersebut semasa hidupnya.
Perubahan tersebut diakibatkan oleh aktivitas enzim dan bakteri, serta gangguan
permeabilitas dari sel yang telah mati.
Selain itu gangguan fungsi tubuh selama proses kematian dapat menimbulkan
perubahan dalam darah yang dapat digunakan untuk memperkirakan saat mati dengan
lebih tepat.
8. Reaksi supravital yaitu reaksi jaringan tubuh sesaat pasca mati klinis yang masih sama
dengan reaksi tubuh seseorang yang hidup.
Beberapa uji dapat dilakukan terhadap mayat yang masih segar, misalnya
rangsang listrik masih dapat menimbulkan kontraksi otot mayat hingga 90-120 menit
pasca mati dan mengakibatkan sekresi kelenjar keringat sampai 60-90 menit pasca
mati, sedangkan trauma masih dapat menimbulkan perdarahan bawah kulit sampai 1
jam pasca mati.
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 21
Asfiksia Mekanik.1
Asfiksia mekanik adalah mati lemas yang terjadi bila udara pernapasan terhalang
memasuki saluran pernapasan oleh berbagai kekerasan (yang bersifat mekanik), misalnya : 1
Penutupan lubang saluran pernapasan bagian atas :
Pembekapan (smothering)
Penyumbatan (Gagging dan choking)
Penekanan dinding saluran pernapasan :
Penjeratan (strangulation)
Pencekikan (manual strangulation, throttling)
Gantung (hanging)
Penekanan dinding dada dari luar (asfiksia traumatik)
Saluran pernapasan terisi air (tenggelam, drowning)
Karena mekanisme kematian pada kasus tenggelam bukan murni disebabkan oleh
asfiksia, maka ada sementara ahli yang tidak lagi memasukkan tenggelam ke dalam
kelompok asfiksia mekanik, tetapi dibicarakan tersendiri.
Pada orang yang mengalami asfiksia akan timbul gejala yang dapat dibedakan dalam
4 fase, yaitu :
1. Fase dispnea
Penurunan kadar oksigen sel darah merah dan penimbunan CO2 dalam plasma akan
merangsang pusat pernapasan di medula oblongata, sehingga amplitudo dan frekuensi
pernapasan akan meningkat, nadi cepat, tekanan darah meninggi dan mulai tampak tanda-
tanda sianosis terutama pada muka dan tangan.
2. Fase konvulsi
Akibat kadar CO2 yang naik maka akan timbul rangsangan terhadap susunan saraf
pusat sehingga terjadi konvulsi (kejang), yang mula-mula berupa kejang klonik tetapi
kemudian menjadi kejang tonik, dan akhirnya timbul spasme opistotonik. Pupil mengalami
dilatasi, denyut jantung menurun, tekanan darah juga menurun. Efek ini berkaitan dengan
paralisis pusat yang lebih tinggi dalam otak akibat kekurangan O2.
3. Fase apnea
Depresi pusat pernapasan menjadi lebih hebat, pernapasan melemah dan dapat
berhenti. Kesadaran menurun dan akibat relaksasi sfingter dapat terjadi pengeluaran cairan
sperma, urin dan tinja.
4. Fase akhir
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 22
Terjadi paralisis pusat pernapasan yang lengkap. Pernapasan berhenti setelah
kontraksi otomatis otot pernapasan kecil pada leher. Jantung masih berdenyut beberapa saat
setelah pernapasan berhenti.
Masa dari saat asfiksia timbul sampai terjadinya kematian sangat bervariasi.
Umumnya berkisar antara 4-5 menit. Fase 1 dan 2 berlangsung lebih kurang 3-4 menit,
tergantung dari tingkat penghalangan oksigen, bila tidak 100% maka waktu kematian akan
lebih lama dan tanda-tanda asfiksia akan lebih jelas dan lengkap.
Pemeriksaan Jenazah.5
Pada pemeriksaan luar jenazah dapat ditemukan sianosis pada bibir, ujung-ujung jari
dan kuku. Perbendungan sistemik maupun pulmoner dan dilatasi jantung kanan merupakan
tanda klasik pada kematian akibat asfiksia.
Warna lebam mayat merah-kebiruan gelap dan terbentuk lebih cepat. Distribusi lebam
lebih luas akibat kadar CO2 yang tinggi dan aktivitas fibrinolisin dalam darah sehingga darah
sukar membeku dan mudah mengalir. Tingginya fibrinolisin ini sangat berhubungan dengan
cepatnya proses kematian.
Terdapat busa halus pada hidung dan mulut yang timbul akibat peningkatan aktivitas
pernapasan pada fase 1 yang disertai sekresi selaput lendir saluran napas bagian atas. Keluar
masuknya udara yang cepat dalam saluran sempit akan menimbulkan busa yang kadang-
kadang bercampur darah akibat pecahnya kapiler.
Gambaran perbendungan pada mata berupa pelebaran pembuluh darah konjungtiva
bulbi dan palpebra yang terjadi pada fase 2. Akibatnya tekanan hidrostatik dalam pembuluh
darah meningkat terutama dalam vena, venula dan kapiler. Selain itu, hipoksia dapat merusak
endotel kapiler sehingga dinding kapiler yang terdiri dari selapis sel akan pecah dan timbul
bintik-bintik perdarahanyang dinamakan sebagai Tardieu’s spot.
Kapiler yang lebih mudah pecah adalah kapiler pada jaringan ikat longgar, misalnya
pada konjungtiva bulbi, palpebra dan subserosa lain. Kadang-kadang dijumpai pula di kulit
wajah.
Pemeriksaan Bedah Jenazah.5
Kelainan yang umum ditemukan pada pembedahan jenazah korban mati asfiksia
adalah:
1. Darah berwarna lebih gelap dan encer, karena fibrinolisin darah yang meningkat pasca
mati.
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 23
2. Busa halus di dalam saluran pernapasan.
3. Perbendungan sirkulasi pada seluruh organ dalam tubuh sehingga menjadi lebih berat,
berwarna lebih gelap dan pada pengirisan banyak mengeluarkan darah.
4. Petekie dapat ditemukan pada mukosa usus halus, epikardium pada bagian belakang
jantung daerah aurikuloventrikular, subpleura viseralis paru terutama di lobus bawah
pars diafragmatika dan fisura interlobaris, kulit kepala sebelah dalam terutama daerah
otot temporal, mukosa epiglotis dan daerah sub-glotis.
5. Edema paru sering terjadi pada kematian yang berhubungan dengan hipoksia.
6. Kelainan-kelainan yang berhubungan dengan kekerasan, seperti fraktur laring langsung
atau tidak langsung, perdarahan faring terutama bagian belakang rawan krikoid (pleksus
vena submukosa dengan dinding tipis).
Visum et Repertum.2
Visum et repertum adalah keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter atas permintaan
penyidik yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medik terhadap manusia, baik hidup
atau mati ataupun bagian atau diduga bagian tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan di
bawah sumpah, untuk kepentingan peradilan.
Visum et repertum terdiri dari 5 bagian yang tetap, yaitu :
1. Kata Pro justitia yang diletakkan di bagian atas. Kata ini menjelaskan bahwa visum et
repertum khusus dibuat untuk tujuan peradilan. Visum et repertum tidak membutuhkan
materai untuk dapat dijadikan sebagai alat bukti di depan sidang pengadilan yang
mempunyai kekuatan hukum.
2. Bagian Pendahuluan. Kata “Pendahuluan” sendiri tidak ditulis di dalam visum et
repertum, melainkan langsung dituliskan berupa kalimat-kalimat di bawah judul. Bagian
ini menerangkan nama dokter pembuat visum et repertum dan institusi kesehatannya,
instansi penyidikpemintanya berikut nomor dan tanggal surat permintaannya, tempat dan
waktu pemeriksaan, serta identitas korban yang diperiksa.
3. Bagian Pemberitaan, Bagian ini berjudul “Hasil pemeriksaan: dan berisi hasil
pemeriksaan medik tentang keadaan kesehatan atau sakit atau luka korban yang berkaitan
dengan perkaranya, tindakan medik yang dilakukan serta keadaannya selesai
pengobatan/perawatan. Bila korban meninggal dan dilakukan autopsi, maka diuraikan
keadaan seluruh alat-dalam yang berkaitan dengan perkara dan matinya orang tersebut.
4. Bagian Kesimpulan. Bagian ini berjudul “Kesimpulan” dan berisi pendapat dokter
berdasarkan keilmuannya, mengenai jenis perlukaan/cedera yang ditemukan dan jenis
kekerasan atau zat penyebabnya, serta derajat perlukaan atau sebab kematiannya.
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 24
5. Bagian Penutup. Bagian ini tidak berjudul dan berisikan kalimat baku “Demikianlah
visum et repertum ini saya buat dengan sesungguhnya berdasarkan keilmuan saya dan
dengan mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana.” 1
Pembahasan kasus
A. Pemeriksaan Terhadap Mayat Bayi dan Interpretasi Temuan
Bayi ditemukan pagi hari dalam keadaan meninggal, di tempat pembuangan sampah,
di dalam kardus, ditutupi kain panjang berwarna coklat.
Pemeriksaan luar
o Ukur panjang bayi
Dengan menggunakan rumus De Haase dapat memperkirakan usia bayi dalam
kandungan.
Diukur Panjang Bayi = 51 cm. (Panjang Bayi/5) x 4 minggu = (51 cm/5) x 4
minggu = 40 minggu. Bayi sudah cukup bulan dalam kandungan.
o Berat Badan bayi
2800 gram. Bayi lahir dengan berat badan normal.
o Panjang kepala–tumit 49 cm
o Lingkar kepala fronto–occipital 33 cm.
o Batas rambut depan dan belakang sudah terbentuk.
o Rawan telinga sudah terbentuk sempurna.
o Puting susu sudah berbatas tegas dengan diameter 7 mm.
o Kuku jari tangan sudah melewati ujung jari.
o Garis tapak tangan dan kaki sudah melebihi 2/3 bagian.
o Testis sudah turun sempurna.
o Rambut kepala, masing–masing helai terpisah satu sama lain dan tampak
mengkilat.
o Jaringan lemak bawah kulit cukup tebal dengan ketebalan 2 cm.
o Processus xyphoideus membengkok ke dorsal.
o Alis mata sudah lengkap, bagian lateralnya sudah jelas.
Kesimpulannya bahwa mayat bayi ini lahir viable (keadaan bayi yang dapat hidup di
luar kandungan lepas dari ibunya) dengan cukup bulan dan matur.
o Bayi tidak berpakaian, hanya ditutupi dengan kain panjang berwarna coklat.
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 25
o Berlumuran darah dan lendir.
o Terdapat vernix caseosa/lemak bayi pada lipat leher, ketiak, lipat lengan dan
paha, belakang telinga.
o Tali pusat masih berhubungan dengan plasenta.
o Terdapat meconium.
Kesimpulannya mayat bayi ini setelah dilahirkan tidak ada terdapat tanda–tanda
perawatan.
o Mayat bayi ditemukan sianosis pada bibir, ujung–ujung jari, dan kuku.
o Terdapat busa halus pada hidung dan mulut.
o Terdapat memar pada mukosa bibir dan pipi.
Kesimpulannya mekanisme kematian pada bayi ini adalah asfiksia (mati lemas)
dengan sebab kematian pembekapan.
Pemeriksaan dalam
o Ditemukan dada sudah mengembang dan diafragma sudah turun sampai sela iga 5.
o Pemeriksaan makroskopik paru ditemukan paru sudah mengisi rongga dada dan
menutupi sebagian kandung jantung. Terdapat petekiae/ Tardieu’s spot di
subpleura viseralis paru terutama di lobus bawah pars diafragmatika.
o Uji apung paru memberikan hasil positif.
o Pemeriksaan mikroskopik paru menunjukkan alveoli paru yang mengembang
sempurna.
o Udara dalam saluran cerna terdapat di dalam usus halus.
Kesimpulannya mayat bayi ini lahir hidup.
Pemeriksaan Terhadap Wanita yang Dicurigai Sebagai Pelaku Pembunuhan Anak
Sendiri dan Interpretasi Temuan.6
Pemeriksaan yang membuktikan bahwa wanita ini memang baru saja melahirkan.
o Buah dada wanita membesar.
o Rahim masih membesar.
o Keluar cairan kemerahan dari vagina (lochia).
o Adanya tanda–tanda nifas.
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 26
o Dipemeriksaan laboratorium, hCG masih diatas normal sampai 4 minggu setelah
melahirkan.
Pemeriksaan Untuk Membuktikan Ada atau Tidaknya Hubungan Antara Mayat Bayi
Dengan Wanita
Pemeriksaan yang membuktikan adanya hubungan antara wanita tersebut dengan mayat
bayi yang diketemukan.1
o Pemeriksaan golongan darah mayat bayi: didapatkan hasil golongan darah B
o Pemeriksaan golongan darah wanita tersangka: didapatkan hasil golongan darah O
Pemeriksaan golongan darah ini tidak bermakna bila tidak diperiksa juga golongan
darah dari laki–laki yang menyebabkan kehamilan pada wanita ini.
Pemeriksaan DNA.1
Dari hasil DNA didapatkan bahwa mayat bayi ini memiliki kecocokan pita dengan
pita DNA wanita yang dicurigai sebagai pelakunya.
LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN
Bagian Ilmu Kedokteran Forensik
Fakultas Kedokeran Universitas Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara no.6 Jakarta Barat Telp 021 56942061
Nomor : 3456-SK III/2345/16/10 Jakarta, 18 Desember 2014
Lamp. : Satu sampul tersegel----------------------------------------------------------------------
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 27
Perihal : Hasil Pemeriksaan Pembedahan---------------------------------------------------------
atas bayi X----------------------------------------------------------------------------------
PROJUSTITIA
Visum Et Repertum
Yang bertanda tangan di bawah ini dr. Inge Pradita.SpF, dokter ahli kedokteran
forensik pada Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Krida
Wacana Jakarta Barat, menerangkan bahwa atas permintaan tertulis dari Kepolisian Resort
Polisi Jakarta No.Pol : B/789/VR/IX/08/Serse tertanggal 18 desember 2014, maka pada
tanggal delapan belas desember dua ribu empat belas, pukul sebelas pagi Waktu Indonesia
bagian Barat, bertempat di ruang bedah jenazah Bagian Forensik Fakultas Kedokteran
Universitas Krida Wacana telah melakukan pemeriksaan atas jenazah yang menurut surat
permintaan tersebut adalah:
Nama : bayi X----------------------------------------------------------------------------
Jenis kelamin : Laki-laki-------------------------------------------------------------------------
Umur : ------------------------------------------------------------------------------------
Kebangsaan : ------------------------------------------------------------------------------------
Agama
:-------------------------------------------------------------------------------------
Alamat
:-------------------------------------------------------------------------------------
Mayat telah diidentifikasi dengan sehelai label berwarna merah muda, dengan materai
lak merah, terikat pada ibu jari kaki kanan.-------------------------------------------------------------
Hasil Pemeriksaan
----------------------------------------------------------------------------------------
I. Pemeriksaan Luar-------------------------------------------------------------------------------
1. Mayat di dalam kardus ditutupi dengan sehelai kain panjang berwarna coklat dalam
keadaan meninggal, tidak berpakaian, adanya meconium yang keluar dan tali pusat
masih terhubung dengan ari–ari bayi-----------------------------------------------------------
2. Pemeriksaan antropometrik mayat didapatkan panjang bayi adalah lima puluh satu
sentimeter, berat badan bayi adalah dua ribu delapan ratus gram, panjang kepala
sampai tumit adalah empat puluh Sembilan sentimeter, dan lingkar kepala adalah tiga
puluh tiga sentimeter------------------------------------------------------------------------------
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 28
3. Pemeriksaan luar ditemukan batas rambut depan dan belakang sudah terbentuk, rawan
telinga sudah terbentuk sempurna, puting susu sudah berbatas tegas dengan diameter
tujuh milimeter, kuku jari tangan sudah melewati ujung jari, garis tapak tangan dan
kaki sudah melebihi dua pertiga bagian, buah zakar sudah turun sempurna, rambut
kepala masing–masing helai terpisah satu sama lain dan tampak mengkilat, jaringan
lemak bawah kulit cukup tebal dengan ketebalan dua sentimeter, taju pedang
membengkok ke dalam, alis mata sudah lengkap, bagian ujungnya sudah jelas----------
4. Ditemukan bibir yang berwarna biru, ujung–ujung jari dan kuku yang berwarna biru--
5. Terdapat memar pada mukosa bibir dan pipi--------------------------------------------------
II. Pemeriksaan Dalam-----------------------------------------------------------------------------
Pada pemeriksaan dalam, ditemukan dada sudah mengembang dan diafragma sudah
turun sampai sela iga lima, paru sudah mengisi rongga dada dan menutupi sebagian
kandung jantung, terdapat bintik–bintik perdarahan di kantong paru terutama di
bagian bawah paru dekat diafragma, uji apung paru memberikan hasil positif,
pemeriksaan mikroskopik paru menunjukkan alveoli paru yang mengembang
sempurna, terdapat udara di dalam usus halus-------------------------------------------------
III. Pemeriksaan Laboratorium--------------------------------------------------------------------
Golongan darah mayat bayi adalah B----------------------------------------------------------
Pemeriksaan DNA menunjukkan kecocokan pada salah satu pita DNA antara ibu dan
bayi laki-laki tersebut.----------------------------------------------------------------------------
Kesimpulan
Pada pemeriksaan mayat bayi laki–laki ini didapatkan bergolongan darah B, cukup
bulan dalam kandungan, hidup pada saat dilahirkan, dan tidak ditemukan tanda-tanda
perawatan setelah dilahirkan------------------------------------------------------------------------------
Berdasarkan pemeriksaan luar, pemeriksaan dalam, pemeriksaan laboratorium dan
penunjang yang dilakukan pada mayat bayi bahwa penyebab kematian adalah pembekapan
yang mengakibatkan asfiksia------------------------------------------------------------------------------
Demikianlah saya uraikan dengan sebenar-benarnya berdasarkan keilmuan saya yang
sebaik-baiknya mengingat sumpah sesuai dengan KUHAP------------------------------------------
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 29
Dokter Pemeriksa,
d r. Inge Pradita,SpF
NIP 102010234
Kesimpulan
Pada kasus ini, dapat disimpulkan bahwa terdapat tanda-tanda pasti kematian
pada bayi laki-laki tersebut. Setelah pemeriksaan lebih lanjut, yaitu pemeriksaan luar dan
pemeriksaan dalam, menunjukkan bayi sempat hidup sekitar 2 jam setelah dilahirkan dan
ditemukan adanya tanda-tanda pembekapan. Kematian diperkirakan kurang lebih 11 jam
sebelum pemeriksaan dilakukan. Hal ini mengarahkan pada kasus pembunuhan anak sendiri.
Daftar Pustaka :
1. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Mun’im TWA, Sidhi, Hertian S, et all. Ilmu
Kedokteran Forensik. 1st ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 1997. p. 1, 8-11, 25-36,55-
70,165-76.
2. Bagian Kedokteran Forensik FKUI. Peraturan Perundang-Undangan Bidang
Kedokteran. 1st ed. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 1994. p. 11-25, 40.
3. Afandi D, Swasti D, dkk. Pembunuhan Anak Sendiri (PAS) dengan Kekerasan
Multipel. Maj Kedokt Indon 2008, Vol 5, No.9.p.25
4. Idries AM, Tjiptomartono AL. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik Dalam Proses
Penyidikan. Jakarta : CV.Sagung Seto. 2008. pg: 168-71
5. Bagian Kedokteran Forensik FKUI. Teknik Autopsi Forensik. Jakarta: Bagian
Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2000. p. 55.
6. Benson RC, Pernoll ML. BS obstetri dan ginekologi ed 9. Jakarta: EGC; 2009.h.655-
65
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 30