PBL Blok 30 Sken2 Goips

50
Pembunuhan Anak Sendiri Inge Pradita 10.2010.234 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No. 06 Jakarta 11510 No Telp (021)5694-2051 Email : [email protected] Pendahuluan Pembunuhan Anak Sendiri (PAS) adalah merupakan suatu bent uk kejahatan terhadap nyawa yang unik sifatnya. Unik dalam arti si pelaku pembunuhan haruslah ibu kandungnya sendiri, dan alasan atau motivasi untuk melakukan kejahatan tersebut adalah karena si ibu takut ketahuan bahwa ia telah melahirkan anak. 1 Pembunuhan bayi atau secara umum disebut dengan infanticide yaitu sebuah istilah hukum yang menggambarkan tentang pembunuhan anak dengan usia di bawah 1 tahun oleh ibu sang anak. Di Jakarta dilaporkan bahwa 90-95% dari sekitar 30-40 kasus PAS per tahundilakukan dengan cara asfiksia mekanik. Bentuk kekerasan lainnya adalah kekerasantumpul di kepala (5-10%) dan kekerasan tajam pada leher atau dada (1 kasus dalam 6-7tahun). Cara yang paling sering digunakan dalam kasus PAS adalah membuat keadaan asfiksia mekanik yaitu pembekapan, pencekikan, penjeratan dan penyumbatan. 1 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 1

description

blok 30

Transcript of PBL Blok 30 Sken2 Goips

Page 1: PBL Blok 30 Sken2 Goips

Pembunuhan Anak Sendiri

Inge Pradita

10.2010.234

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No. 06 Jakarta 11510

No Telp (021)5694-2051 Email : [email protected]

Pendahuluan

Pembunuhan Anak Sendiri (PAS) adalah merupakan suatu bentuk kejahatan terhadap

nyawa yang unik sifatnya. Unik dalam arti si pelaku pembunuhan haruslah ibu kandungnya

sendiri, dan alasan atau motivasi untuk melakukan kejahatan tersebut adalah karena si ibu

takut ketahuan bahwa ia telah melahirkan anak.1 Pembunuhan bayi atau secara umum disebut

dengan infanticide yaitu sebuah istilah hukum yang menggambarkan tentang pembunuhan

anak dengan usia di bawah 1 tahun oleh ibu sang anak. Di Jakarta dilaporkan bahwa 90-95%

dari sekitar 30-40 kasus PAS per tahundilakukan dengan cara asfiksia mekanik. Bentuk

kekerasan lainnya adalah kekerasantumpul di kepala (5-10%) dan kekerasan tajam pada leher

atau dada (1 kasus dalam 6-7tahun). Cara yang paling sering digunakan dalam kasus PAS

adalah membuat keadaan asfiksia mekanik yaitu pembekapan, pencekikan, penjeratan dan

penyumbatan.1

Pembunuhan Anak sendiri (PAS) menurut undang-undang di Indonesia

adalah pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu atas anaknya pada ketika dilahirkan

atau tidak berapa lama setelah dilahirkan, karena takut ketahuan bahwa ia melahirkan anak.

Pada Tindak pidana pembunuhan anak, faktor psikologik ibu yang baru melahirkan

diperhitungkan sebagai faktor yang meringankan, keadaan tersebut menyebabkan si ibu

melakukan pembunuhan tidak dalam keadaan sadar yang penuh, dan belum sempat timbul

rasa kasih sayang.

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 1

Page 2: PBL Blok 30 Sken2 Goips

Pembahasan

Skenario :

Sesosok mayat bayi lahir ditemukan di suatu tempat sampah. Masyrakat

melaporkannya kepada polisi. Mereka juga melaporkan bahwa semalam melihat seorang

perempuan yang mengehentikan mobilnya didekat sampah tersebut dan berada disana cukup

lama. Seorang dari anggota masyarakat sempat mencatat nomor mobil perempuan tersebut.

Polisi mengambil mayat bayi tersebut dan menyerahkannya kepada anda sebagai

dokter direktur rumah sakit. Polisi juga mengatakan bahwa sebentar lagi si perempuan yang

dicurigai sebagai pelakunya akan dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa. Anda harus

mengatur segalanya agar semua pemeriksaan dapat berjalan dengan baik dan akan

membriefing para dokter yang akan menjadi pemeriksa.

Pembunuhan Anak Sendiri.1

Menurut undang-undang di Indonesia, pembunuhan anak sendiri adalah pembunuhan

yang dilakukan oleh seorang ibu atas anaknya pada ketika dilahirkan atau tidak berapa saat

setelah dilahirkan karne atkut ketahuan bahwa ia melahirkan anak.

Aspek hukumnya tercantum didalam :

1. Pasal 341 : seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak pada saat

anak dilahirkan atau tidak lema kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya,

diancam karena membunuh anak sendiri dengan pidana penjara paling lama 7 tahun.

2. Pasal 342 : seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut

akan ketahuan melahirkan anak pada saat anak dilahirkan atau tidak lema kemudian,

dengan sengaja merampas nyawa anaknya, diancam karena membunuh anak sendiri

dengan rencana pidana penjara paling lama 9 tahun.

3. Pasal 343 : bagi orang lain yang turut campur dalam kejahatan yang diterangan dalam

pasal 341 dan 342 dianggap kejahatan itu sebagai pembunuhan atau pembunuhan

dengan rencana.

4. Pasal 181: barang siapa mengubur, menyembunyikan, membawa lari atau

menghilangkan mayat dengan maksud menyembunyikan kematian atau kelahirannya,

diancam dengan pidana menjara selama 9 bulan atau pidana denda paling banyak

4500 rupiah.

5. Pasal 304 : Barang siapa dengan sengaja menempatkan atau membiarkan seorang

dalam keadaan sengsara, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena

persetujuan dia wajib memberi kehidupan, perawatan atau pemeliharaan kepada orang

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 2

Page 3: PBL Blok 30 Sken2 Goips

itu, diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana

denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

6. Pasal 305 : Barang siapa menempatkan anak yang umurnya belum tujuh tahun untuk

ditemukan atau meninggalkan anak itu dengan maksud untuk melepaskan diri

daripadanya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.

7. Pasal 306 :

(1) Jika salah satu perbuatan berdasarkan pasal 304 dan 305 mengakibatkan luka-luka

berat, yang bersalah diancamdengan pidana penjara paling lama tujuh tahun enam

bulan.

(2) Jika mengakibatkan kematian pidana penjara paling lama sembilan tahun.

8. Pasal 307 : Jika yang melakukan kejahatan berdasarkan pasal 305 adalah bapak atau

ibu dari anak itu, maka pidana yang ditentukan dalam pasal 305 dan 306 dapat

ditambah dengan sepertiga.

9. Pasal 308 : Jika seorang ibu karena takut akan diketahui orm t t lahiran anaknya, tidak

lama sesudah melharkan, menempatkan anaknya untuk ditemukan atau

meninggalkannya dengan maksud untuk melepaskan diri daripadanya, maka

maksimum pidana tersebut dalam pasal 305 dan 306 dikurangi separuh.

Prosedur Medikolegal.1,2

Prosedur medikolegal adalah tata cara atau prosedur penatalaksanaan dan berbagai

aspek yang berkaitan dengan pelayanan kedokteran untuk kepentingan hukum, yang secara

garis besar mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia dan pada

beberapa bidang juga mengacu kepada sumpah dokter dan etika kedokteran.

Adapun prosedur mediko legal ialah sebagai berikut :

1. Penemuan

2. Pelaporan

3. Penyelidikan

4. Penyidikan meminta pendapat ahli

5. Berkas perkara

6. Penuntutan

7. Persidangan

8. Vonis

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 3

Page 4: PBL Blok 30 Sken2 Goips

Dalam prosedur medikolegal terdapat peraturan perundang-undangan mengenai

kewajiban dokter membantu peradilan yaitu:

Pasal 133 KUHAP

(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik

luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak

pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran

kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.

(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara

tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau

pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.

(3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit

harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut

dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan yang

dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.

Pasal 134 KUHAP

(1) Dalam hal sangat diperlukan dimana untuk keperluan pembuktian bedah mayat tidak

mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada

keluarga korban.

(2) Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib menerangkan dengan sejelas-jelasnya

tentang maksud dan tujuan perlu dilakukannya pembedahan tersebut.

(3) Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga atau pihak

yang diberi tahu tidak diketemukan, penyidik segera melaksanakan ketentuan

sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat (3) undang-undang ini.

Pasal 179 KUHAP

(1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau

dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.

(2) Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang

memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah

atau janji akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan yang sebenarnya

menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya.

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 4

Page 5: PBL Blok 30 Sken2 Goips

Pasal 181 KUHAP

(1) Hakim ketua sidang memperlihatkan kepada terdakwa segala barang bukti dan

menanyakan kepadañya apakah Ia mengenal benda itu dengan memperhatikan

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 undang-undang ini.

(2) Jika perlu benda itu diperlihatkan juga oleh hakim ketua sidang kepada saksi.

(3) Apabila dianggap perlu untuk pembuktian, hakim ketua sidang membacakan atau

memperlihatkan surat atau berita acara kepada terdakwa atau saksi dan selanjutnya

minta keterangan seperlunya tentang hal itu.

Pasal 184 KUHAP

(1) Alat bukti yang sah ialah:

a.keterangan saksi;

b.keterangan ahli;

c.surat;

d.petunjuk;

e.keterangan terdakwa.

(2) Hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu dibuktikan.

Pasal 185 KUHAP

(1) Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa yang saksi nyatakan di sidang

pengadilan.

(2) Keterangan seorang saksi saja tidak cukup untuk membuktikan bahwa terdakwa

bersalah terhadap perbuatan yang didakwakan kepadanya.

(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak berlaku apabila disertai

dengan suatu alat bukti yang sah lainnya.

(4) Keterangan beberapa saksi yang berdiri sendiri-sendiri tentang suatu kejadian atau

keadaan dapat digunakan sebagai suatu alat bukti yang sah apabila keterangan saksi

itu ada .hubungannya satu dengan yang lain sedemikian rupa, sehingga dapat

membenarkan adanya suatu kejadian atau keadaan tertentu.

(5) Baik pendapat maupun rekàan, yang diperoleh dari hasil pemikiran saja, bukan

merupakan keterangan saksi.

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 5

Page 6: PBL Blok 30 Sken2 Goips

(6) Dalam menilai kebenaran keterangan seorang saksi, hakim harus dengan sungguh-

sungguh memperhatikan

a. persesuaian antara keterangan saksi satu dengan yang lain;

b. persesuaian antara keterangan saksi dengan alat bukti lain;

c. Alasan yang mungkin dipergunakan oleh saksi untuk memberi keterangan

yang tertentu;

d. Cara hidup dan kesusilaán saksi serta segala sesuatu yang pada umumnya

dapat mempengaruhi dapat tidaknya keterangan itu dipercaya.

(7) Keterangan dari saksi yang tidak disumpah meskipun sesuai satu dengan yang lain

tidak merupakan alat bukti namun apabila keterangan itu sesuai dengan keterangan

dari saksi yang disumpah dapat dipergunakan sebagai tambahan alat bukti sah yang

lain.

Pasal 186 KUHAP

Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di suatu sidang pengadilan.

Faktor penting dalam kasus pembunuhan.3

Ada 3 faktor penting dalam kasus pembunuhan anak sendiri yaitu :

1. Ibu : hanya ibu kandung yang dapat dihukum karena melakukan pembunuhan anak

sendiri, sedangkan jika orang lain yang melakukan atau turut ikut melakukan,

hukumannya lebih berat yaitu penjara 15tahun (pasal 338 : tanpa rencana) atau 20

tahun, seumur hidup atau hukuman mati (pasal 339 dan 340 : dengan rencana).

2. Waktu

3. Psikis : biasanya ibu yang membunuh anaknya karena ada dorongan rasa takut akan

diketahui orang lain bahwa ia telah melahirkan dan biasanya anak yang dibunuh

adalah hasil dari hubungan yang tidak sah.

Pada pemeriksaan, yang perlu didiperhatikan beberapa hal yaitu:

1. Apakah bayi tersebut dilahirkan mati atau hidup

Untuk melihat apakah bayi dilahirkan mati atau hidup dapat dilihat seperti :

Tanda-tanda maserasi atau aseptic decomposition (8-10hari kematian) : adalah

proses pembusukan intrauterine yang berlangsung dari luar kedalam. Ditandai

dengan adanya bau ketuban, dada datar, tulang tengkorak overlapping, adanya

bula atau vesikel pada kulit (3-4hari), organ dalam keadaan basah, tidak

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 6

Page 7: PBL Blok 30 Sken2 Goips

membusuk, sendi dan tungkai lunak sehingga adanya hiperekstensi, akan

terbentuk litopedion.

Lihat pengembangan dada : bila ia lahir mati, dada belum mengembang atau

masih datar dan letak diafrgma masih setinggi iga ke 3-4. Bila lahir hidup,

diafragma sudah turun sampai sela iga 4-5.

Pemeriksaan makroskopik paru : bila bayi lahir mati, paru-paru mungkin

masih tersembunyi dibelakang kandung jantung atau telah mengisi rongga

dada, peru-paru berwarna kelabu unggu merata seperti hati, konsistensi padat,

tidak teraba derik udara dan pleura yang longgar, berat paru 1/70xBB. Bila

lahir hidup, paru sudah mengisi rongga dada dan menutupi sebagian kandung

jantung, paru-paru berwarba merah muda dengan pleura yang tengang,

konsistensi seperti spons, teraba derik udara berat paru bertambah 2x atau

kira-kira 1/35xBB

Uji apung paru : bila bayi lahir hidup, uji apung paru mendapatkan hasil

positif, bila negative maka diperlukan pemerikasaan mikroskopik paru.

Pemerikasaan mikroskopik paru : pada bayi lahir hidup, alveoli paru

mengembang sempurna dan pada pewarnaan gomori atau ladewig, serabut

retikulin akan tampak menegang, kadang-kadang ditemukan edema yang luas

dalam jaringan paru, membrane duktus alveolaris yang tersebar dalam jaringan

paru atau atelektasis paru akibat adanya obstruksi.

Adanya udara dalam saluran cerna : bila ada udara dalam duodenum atau

saluran cerna menunjukkan telah hidup 6-12 jam, bila dalam usus berarti telah

hidup 12-24 jam, tetapi dapat menjadi positif palsu karena ada kemungkinan

adanya pernapasan buatan atau gas pembusukan.

2. Berapakah umur bayi tersebut(intra dan ekstrauterin).

3. Apakah bayi cukup bulan, premature atau nonviable.

4. Apakah ada tanda-tanda kekerasan : tanda-tanda kekerasan seperti tanda pembekapan

disekitar mulut dan hidung, memar pada mukosa bibir dan pipi, jejas jerat pada leher

atau pada tengkuk.

5. Apakah penyebab kematiannya

Penyebab tersering adalah karena adanya asfiksia atau mati lemas akibat pembekapan,

penyumbatan salruran nafas, pencekikan, penjeratan, penekanan pada dada,

pengenggelaman, kekerasan tumpul ataupun tajam. Jika disebabkan karena asfiksia

maka pada pemeriksaan bisa didapatkan adanya tardieu spot atau bintik perdarahan.

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 7

Page 8: PBL Blok 30 Sken2 Goips

Selain itu dapat dikarenakan adanya trauma saat persalinan seperrti fraktur tulang

tengkorak, perdarahan subdural, perdarahan intracranial ataupun perdarahan epidural.

6. Apakah Golongan darahnya

7. Apakah bayi sudah dirawat atau belum

Tali pusat : bila bayi telah dirawat biasanya tali pusat yang digunting atau

dipisau akan telihat ujung yang terpotong rata, sedang bila belum dirawat atau

jika terjadi kematian akibat terjadinya partus presipitatus maka akan terputus

dekat perlekatannya pada uri atau pusat bayi dengan ujung tali pusatnya yg

terlihat tidak rata

Verniks kaseosa (lemak bayi) : pada bayi yang telah dirawat biasanya telah

bersih dari lemak bayi dan bekas-bekas darah, bila bayi belum dirawat maka

akan masih dapat ditemukan didaerah lipatan kulit.

Pakaian.

Langkah Pemeriksaan.2,3

1. Pemeriksaan Mayat Bayi

a. Pemeriksaan Luar

1) Bayi cukup bulan, prematur, atau non viable

2) Kulit, sudah dibersihkan atau belum, keadaan verniks kaseosa, warna, berkeriput atau

tidak

3) Tali pusat, sudah terputus atau masih melekat pada uri. Bila terputus periksa apakah

terpotong rata atau tidak (dengan memasukkan ujung potongan ke dalam air),

apakah sudah terikat dan diberi obat antiseptik, adakah tanda-tanda kekerasan pada

tali pusat, hematom atau Wharton’s Jelly berpindah tempat. Apakah terputusnya

dekat uri atau pusat bayi.

4) Kepala, apakah ada kaput seksedaneum, molase tulang tengkorak

5) Tanda kekerasan. Perhatikan tanda pembekapan di sekitar mulut dan hidung, serta

memar pada mukosa bibir dan pip, tanda pencekikan atau jerat pada leher, memar

atau lecet pada tengkuk, dan lain-lain.

6) Mulut, adakah benda asing yang menyumbat dan perhatikan palatum mole apakah

terdapat robekan.

b. Pemeriksaan Dalam

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 8

Page 9: PBL Blok 30 Sken2 Goips

1) Leher, pada pembedahan adakah tanda-tanda penekanan, resapan darah pada kulit

sebelah dalam. Perhatikan apakah terdapat benda asing dalam jalan napas.

2) Rongga dada. Pengeluaran organ rongga mulut, leher dan dada dilakukan dengan

teknik tanpa sentuhan. Perhatikan makroskopik paru dan setelah itu sebaiknya satu

paru difiksasi dalam larutan formalin 10% untuk pemeriksaan histopatologik dan pada

paru yang lain dilakukan uji apung paru.

3) Tanda asfiksia berupa Tardieu’s spot pada permukaan paru, jantung, timus dan

epiglotis.

4) Tulang belakang, apakah terdapat tanda kekerasan dan kelainan kongenital.

5) Pusat penulangan pada femur, tibia, kalkaneus talus dan kuboid diperhatikan.

2. Untuk menentukan bayi lahir sudah dirawat atau belum dilihat dari :

1. Pakaian. Perawatan terhadap bayi antara lain adalah memberi pakaian atau penutup

tubuh bayi.

2. Verniks kaseosa (lemak bayi) telah dibersihkan, demikian pula bekas-bekas darah.

Pada bayi yang dibuang ke dalam air, verniks tidak akan hilang seluruhnya dan masih

dapat ditemukan di daerah lipatan kulit; ketiak, belakang telinga, lipat paha dan lipat

leher.

3. Tali pusat. Tali pusat telah terikat, diputuskan dengan gunting atau pisau lebih kurang

5 cm dari pusat bayi dan diberi obat antiseptik. Bila tali pusat dimasukkan ke dalam

air, akan terlihat ujungnya terpotong rata.

3. Untuk menentukan umur bayi intra dan ekstra-uterin

Penentuan umur janin/embrio dalam kandungan menggunakan rumus De Haase untuk

usia lebih dari 5 bulan yaitu (panjang badan/5)x4 minggu, sedangkan untuk usia kurang dari

5 bulan adalah √panjang badan

Untuk menentukan viable.3

Viable ialah keadaan bayi/janin yang dapat hidup di luar kandungan lepas dari ibunya.

Kriteria untuk itu adalah umur kehamilan lebih dari 28 minggu dengan panjang badan

(kepala-tumit) lebih dari 35 cm, panjang badan (kepala-tungging) lebih dari 23 cm, berat

badan lebih dari 1000 gram, lingkar kepala lebih dari 32 cm dan tidak ada cacat bawaan yang

fatal.

Untuk menentukan bayi cukup bulan atau tidak

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 9

Page 10: PBL Blok 30 Sken2 Goips

1. Bayi cukup bulan bila umur kehamilan > 36 minggu dengan panjang badan

kepala-tumit lebih dari 48 cm, panjang badan kepala-tungging 30-33 cm, berat badan 2500-

3000 gram dan lingkar kepala 33 cm.

2. Ciri-ciri lain bayi cukup bulan adalah

a. Lanugo sedikit, terdapat pada dahi, punggung dan bahu

b. Pembentukan tulang rawan telinga telah sempurna

c. Diameter tonjolan susu 7 mm atau lebih

d. Kuku-kuku jari telah melewati ujung-ujung jari

e. Garis-garis telapak kaki telah terdapat melebihi 2/3 bagian depan kaki

f. Testis sudah turun ke dalam skrotum; labia minora sudah tertutup oleh labia

mayora yang telah berkembang sempurna

g. Kulit berwarna merah muda (pada kulit putih) atau merah kebiru-biruan (pada

kulit berwarna), yang setelah 1-2 minggu berubah menjadi lebih pucat atau coklat

kehitam-hitaman

h. Lemak bawah kulit cukup merata sehingga kulit tidak berkeriput

d Lahir Mati atau Lahir Hidup

Lahir Mati (still birth) adalah kematian hasil konsepsi sebelum keluar atau

dikeluarkan dari ibunya, tanpa mempersoalkan usia kehamilan (baik sebelum ataupun setelah

kehamilan berumur 28 minggu dalam kandungan). Kematian ditandai oleh janin yang tidak

bernapas atau tidak menunjukkan tanda kehidupan lain, seperti denyut jantung, denyut nadi

tali pusat atau gerakan otot rangka.

Tanda maserasi adalah proses pembusukan intrauterin yang berlangsung dari luar ke

dalam dan baru terlihat setelah 8-10 hari kematian inutero. Bila kematian baru 3 atau 4

hari, hanya terlihat perubahan kulit saja, berupa vesikel atau bula yang berisi cairan

kemerahan.

Dada belum mengembang. Iga masih datar dan diafragma setinggi iga ke -4. Sukar dinilai

bila mayat telah membusuk.

Pemeriksaan makroskopik paru

Paru-paru mungkin masih tersembunyi di belakang kandung jantung atau telah

mengisi rongga dada. Paru-paru berwarna kelabu ungu merata seperti hati, konsistensi padat,

tidak teraba derik udara dan pleura longgar (slack pleura). Berat paru kira-kira 1/70 x berat

badan.

Uji apung paru

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 10

Page 11: PBL Blok 30 Sken2 Goips

Uji ini harus dilakukan dengan teknik tanpa sentuh (no touch technique), paru-paru

tidak disentuh untuk menghindari kemungkinan timbulnya artefak pada sediaan

histopatologik jaringan paru akibat manipulasi berlebihan. Paru bayi yang lahir mati masih

dapat mengapung oleh karena kemungkinan adanya gas pembusukan. Bila pada potongan

kecil paru tetap mengapung, letakkan di antara 2 karton dan ditekan untuk mengeluarkan gas

pembusukan yang terdapat pada jaringan interstisial paru, lalu masukkan kembali ke dalam

air. Bila masih mengapung berarti masih berisi udara residu yang tidak akan keluar. Pada

bayi lahir mati akan memberikan hasil uji apung paru negatif (tenggelam)

Mikroskopik paru-paru

Setelah paru-paru dikeluarkan dengan teknik tanpa sentuh, dilakukan fiksasi dengan

larutan formalin 10%. Sesudah 12 jam, dibuat irisan-irisan melintang untuk memungkinkan

cairan fiksatif meresap dengan baik ke dalam paru. Setelah di fiksasi selama 48 jam,

kemudian dibuat sediaan histopatologik. Biasanya digunakan pewarnaan HE dan bila paru

telah membusuk digunakan pewarnaan Gomori atau Ladewig. Tanda khas untuk paru bayi

belum bernapas adalah adanya tonjolan (projection), yang berbentuk seperti bantal (cushion-

like) yang kemudian akan bertambah tinggi dengan dasar menipis sehingga tampak seperti

gada (club-like). Pada permukaan ujung bebas projection tampak kapiler yang berisi banyak

darah.

Lahir Hidup (live birth) adalah keluar atau dikeluarkannya hasil konsepsi yang

lengkap, yang setelah pemisahan, bernapas atau menunjukkan tanda kehidupan lain, tanpa

mempersoalkan usia gestasi, sudah atau belumnya tali pusat dipotong dan uri dilahirkan.

Dada sudah mengembang dan diafragma sudah turun sampai sela iga 4-5,

terutama pada bayi yang telah lama hidup.

Pemeriksaan makroskopik paru

Paru sudah mengisi rongga dada dan menutupi sebagian kandung jantung. Paru

berwarna merah muda tidak merata dengan pleura yang tegang (taut pleura), dan

menunjukkan gambaran mozaik karena alveoli sudah terisi udara. Apeks paru

kanan paling dulu atau jelas terisi karena halang-an paling minimal. Konsistensi

seperti spons, teraba derik udara. Berat paru bertambah hingga dua kali atau kira-

kira 1/35 x berat badan karena berfungsinya sirkulasi darah jantung-paru.

Uji apung paru memberikan hasil positif (Hasil negatif harus dilanjutkan dengan

pemeriksaan mikroskopik paru).

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 11

Page 12: PBL Blok 30 Sken2 Goips

Pemeriksaan mikroskopik paru menunjukkan alveoli paru yang mengembang

sempurna dengan atau tanpa emfisema obstruktif, serta tidak terlihat adanya

projection. Pada pewarnaan Gomori atau Ladewig, serabut retikulin akan tampak

tegang.

Adanya udara dalam saluran cerna dapat dilijat dengan foto rontgen.

Tanatologi 1,4

Tanatologi berasal dari kata thanatos (yang berhubungan dengan kematian) dan logos

(ilmu). Tanatologi adalah bagian dari ilmu kedokteran forensic yang memperlajari kematian

dan perubahan yang terjadi setelah kematian serta factor yang mempengaruhi perubahan

tersebut.

Dalam tanatologi dikenal beberapa istilah tentang mati, yaitu mati somatic (mati

klinis), mati suri, mati seluler, mati sereberal dan mati otak (mati batang otak).

Mati somatic (mati klinis) terjadi akibat terhentinya fungsi ketiga system penunjang

kehidupan, yaitu susunan saraf pusat, system kardiovaskular dan system pernafasan, yang

menetap (irreversibel). Secara klinis tidak ditemukan refleks-refleks, EEG mendatar, nadi

tidak teraba, denyut jantung tidak terdengar, tidak ada gerak pernafasan dan suara nafas tidak

terdengar pada auskultasi.

Mati suri (suspended animation, apparent death) adalah terhentinya ketiga system

kehidupandi atas yang ditentukan dengan alat kedokteran sederhana. Dengan peralatan

kedokteran canggih masih dapat dibuktikan bahwa ketiga system tersebut masih berfungsi.

Mati suri sering ditemukan pada kasuskeracunan obat tidur, tersenggat aliran listrik dan

tenggelam.

Mati seluler (mati molekuler) adalah kematian organ atau jaringan tubuh yang timbul

beberapa saat setelah kematian somatic. Daya tahan hidup masing-masing organ atau jaringan

berbeda-beda, sehingga terjadinya kematian seluler pada tiap organ atau jaringan tidak

bersamaan. Pengetahuan ini penting dalam transplantasi organ.

Sebagai gamabaran dapat dikemukakan bahwa susunan saraf pusat mengalami mati

seluler dalam waktu 4 menit; otot masih dapat dirangsang (listrik) kira-kira 2 jam pasca mati,

dan mengalami mati seluler setelah 4 jam; dilatasi pupil masih terjadi pada pemberian

adrenalin 0,1 % kedalam kamera okuli anterior, pemberian pilokarpin 1% atau fisostigmin

0,5 % akan mengakibatkan miosis hingga 20n jam pasca mati.

Kulit masih dapat berkeringat sampai lebih dari 8 jam paca mati dengan cara

menyuntikkan subkutan pilokarpin 2 % atau asetilkolin 20 %; spermatozoa masih bertahan

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 12

Page 13: PBL Blok 30 Sken2 Goips

hidup beberapa hari dalam epididimis; kornea masih dapat ditransplantasikan dan darah

masih dapat dipakai untuk transfusi sampai 6 jam pasca mati.

Mati serebral adalah kerusakan kedua hemisfer otak yang ireversibel kecuali batang

otak dan serebelum, sedangkan kedua sistem lainnya yaitu system pernafasan dan

kardiovaskular masih berfungsi dengan bantuan alat.

Mati otak (mati batang otak) adalah bila telah terjadi kerusakan seluruh isi neural

intracranial yang ireversibel, termasuk batang otak dan serebelum. Dengan diketahuinya mati

otak (mati batang otak) maka dapat dikatakan seseorang secara keseluruhan tidak dapat

dinyatakan hidup lagi, sehingga alat bantu dapat dihentikan.

Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang berupa

tanda kematian, yaitu perubahan yang terjadi pada tubuh mayat. perubahan tersebut dapat

timbul dini pada saat meninggal atau beberapa menit kemudian, misalnya kerja jantung dan

peredaran darah berhenti, pernafasan berhenti, refleks cahaya dan refleks kornea mata hilang,

kulit pucat dan relaksasi otot. Setelah beberapa waktu timbul perubahan pasca mati yang jelas

yang memungkinkan diagnosis kematian lebih pasti. Tanda-tanda tersebut dikenal sebagai

tanda pasti kematian berupa lebam mayat (hipostasis atau lividitas pasca mati), kaku mayat

(rigor mortis), penurunan suhu tubuh, pembusukan, mumifikasi dan adiposera.

A. Tanda kematian tidak pasti

1. Pernafasan berhenti, dinilai selama lenih dari 10 menit (inspeksi, palpasi, auskultasi).

2. Terhentinya sirkulasi, dinilai selama15 menit, nadi karotis tidak teraba.

3. Kulit pucat, tetapi bukan merupakan tanda yang dapat dipercaya, karena mungkin

terjadi spasme agonal sehingga wajah tampak kebiruan.

4. Tonus otot menghilang dan relaksasi. Relaksasi daro otot-otot wajah mrnyebabkan

kulit menimbul sehingga kadang-kadang membuat orang tampak lebih muda.

Kelemasan otot sesaat setelah kematian disebut relaksasi primer. Hal ini

mengakibatkan pendataran daerah-daerah yang tertekan, misalnya daerahbelikat dan

bokong pada mayat yang terlentang.

5. Pembuluh darah retina mengalami segmentasi beberapa menit setelah kematian.

Segmen-segmen tersebut bergerak ke arah tepi retina dan kemudian menetap.

6. Pengeringan kornea menimbulkan kekeruhan dalam waktu 10 menit yang masih dapat

dihilangkan dengan meneteskan air.

B. Tanda pasti kematian

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 13

Page 14: PBL Blok 30 Sken2 Goips

a. Lebam mayat (livor mortis). Setelah kematian klinis maka eritrosit akan menempati

tempat terbawah akibat gaya tarik bumi (gravitasi), mengisi vena dan venula,

membentuk bercak berwarna merah ungu (livide) pada bagian terbawah tubuh,

kecuali pada bagian tubuh yang tertekan alas keras. Darah tetap cair karena adanya

aktivitas fibrinolisis yang berasal dari endotel pembuluh darah. Lebam mayat

biasanya mulai tampak 20-30 menit pasca mati, makin lama intensitasnya bertambah

dan menjadi lengkap dan menetap setelah 8-12 jam. Setelah waktu ini, lebam mayat

masih hilang (memucat) Pada penekanan dan dapat berpindah jika posis mayat

diubah. Memucatnya lebam akan lebih cepat dan lebih sempurna apabila penekanan

atau perubahan posisi tubuh tersebut dilakukan dalam 6 jam pertama setelah mati

klinis. Tetapi, walaupun setelah 24 jam darah masih tetap cukup cair sehingga

sejumlah darah masih cukup mengalirdan membentuk lebam mayat di tempat

terendah yang terbaru. Kadang-kadang dijumpai bercak perubahan warna biru

kehitaman akibat pecahnya pembuluh darah. Menetapnya lebam mayat disebabkan

oleh bertimbunnya sel-sel darah merah dalam jumlah yang cukup banyaksehingga

sulit untuk berpindah lagi. Selain itu kekakuan otot-otot dinding pembuluh darah ikut

mempersulit perpindahan tersebut.

Lebam mayat dapat digunakan untuk tanda pasti kematian; memperkirakan

sebab kematian, misalnya lebam berwarna merah terang pada keracunan CO atau

CN, warna kecoklatan pada keracunan anilin, nitrit, nitrat, sulfonal; mengetahui

perubahan posisi mayat yang dilakukan perubahan posisi menjadi telungkup, maka

setelah beberapa saat akan terbentuk labam mayat baru di daerah dada dan perut.

Apabila pada mayat terlentang yang telah timbul lebam mayat belum menetap

dilakukan perubahan posisi menjadi telungkup, maka setelah beberapa saat akan

terbentuk lebam mayat baru di daerah dada dan perut.

Lebam mayat yang belum menetap atau masih hilang pada penekanan

menunjukkan saat kematian kurang dari 8-12 jam sebelum saat pemeriksaan.

Mengingat pada lebam mayat darah terdapat di dalam pembuluh darah, maka keadaan

ini digunakan untuk membedakannya dengan resapan darah akibat trauma

(ekstravasasi). Bila pada daerah tersebut dilakukan irisan dan kemudian disiram

dengan air, maka warna merah darah akan hilang atau pudar pada lebam mayat,

sedangkan pada resapan darah tidak menghilang.

b. Kaku mayat (rigor mortis). Kelenturan otot setelah kematian masih dipertahankan

karena metabolisme tingkat seluler masih berjalan berupa pemecahan cadangan

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 14

Page 15: PBL Blok 30 Sken2 Goips

glikogen otot yang menghasilkan energi. Energi ini digunakan untuk mengubah ADP

menjadi ATP. Selama masih terdapat ATP maka serabut aktin dan miosin tetap lentur.

Bila cadangan glikogen dalam otot habis, maka energi tidak terbentuk lagi, aktin dan

miosin menggumpal dan otot menjadi kaku.

Kaku mayat dibuktikan dengan memeriksa persendian. Kaku mayat mulai

tampak kira-kira 2 jam setelah mati klinis, dimulai dari bagian luar tubuh (otot-otot

kecil) ke arah dalam (sentripetal). Teori lama menyebutkan bahwa kaku mayai ini

menjalar kraniokaudal. Setelah mati klinis 12 jam kaku mayat menjadi lengkap,

dipertahankan selama 12 jam dan kemudian menghilang dalam urutan yang sama.

Kaku mayat umumnya tidak disertai pemendekan serabut otot, tetapi jika sebelum

terjadi kaku mayat otot berada dalam posisi teregang, maka saat kaku mayat terbentuk

akan terjadi pemendekkan otot.

Faktor-faktor yang mempercepat terjadinya kaku mayat adalah aktivitas fisik

sebelum mati, suhu tubuh yang tinggi, bentuk badan tubuh kurus dengan otot-otot

kecil dan suhu lingkungan tinggi.

Kaku mayat dapat dipergunakan untuk menunjukkan tanda pasti kematian dan

memperkirakan saat kematian.

Terdapat kekakuan pada mayat yang menyerupai kaku mayat:

1. Cadaveric spasm(instantaneous rigor), adalah bentuk kekakuan otot yang terjadi

pada saat kematian dan menetap. Cadaveric spasm sesungguhnya merupakan kaku

mayat yang timbul dengan intensitas sangat kuat tanpa didahului oleh ralaksasi

primer. Penyebabnya adalah akibat habisnya cadangan glikogen dan ATP yang

bersifat setempat pada saat mati klinis karena kelelahan atau emosi yang hebat

sesaat sebelum meninggal. Cadaveric spasm ini jarang dijumpai, tetapi sering

terjadi pada masa perang. Kepentingan medikolegalnya adalah menunjukkan

sikap terakhir masa hidupnya. Misalnya, tangan yang menggenggam erat benda

yang diraihnya pada kasus tenggelam, tangan yang menggenggam senjata pada

kasus bunuh diri.

2. Heat stiffening, yaitu kekakuan otot akibat koagulasi protein oleh panas. Otot-otot

berwarna merah muda, kaku, tetapi rapuh (mudah robek). Keadaan ini dapat

dijumpai pada korban mati terbakar. Pada heat stiffening serabut-serabut ototnya

memendek sehingga menimbulkan flexi leher, siku, paha, dan lutut, membentuk

sikap petinju (pugilistic attitude). Perubahan sikap ini tidak memberikan arti

tertentu bagi sikap semasa hidup, intravitalitas, penyebab dan cara kematian.

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 15

Page 16: PBL Blok 30 Sken2 Goips

3. Cold stiffening, yaitu kekakuan tubuh akibat lingkungan dingin, sehingga terjadi

pembekuan cairan tubuh, termasuk cairan sendi, pemadatan jaringan lemak

subkutan dan otot, sehingga bila sendi ditekuk akan terdengar bunyi pecahnya es

dalam rongga sendi.

c. Penurunan suhu tubuh (algor mortis). Penurunan suhu tubuh terjadi karena proses

pemindahan panas dari suatu benda ke benda yang lebih dingin, melalui cara radiasi,

konduksi, evaporasi, dan konveksi.

Grafik penurunan suhu tubuh ini hampir berbentuk kurvas sigmoid atau seperti

huruf S. Kecepatan penurunan suhu dipengaruhi oleh suhu keliling, aliran, dan

kelembapan udara, bentuk tubuh, posis tubuh, pakaian. Selain itu suhu saat mati perlu

diketahui untuk perhitungan perkiraan saat kematian. Penurunan suhu tubuh akan

lebih capat pada suhu keliling yang rendah, lingkungan berangin dengan kelembapan

rendah, tubuh yang kurus, posisi terlentang, tidak berpakaian atau berpakaian tipis,

dan pada umumnya orang tua serta anak kecil.

Berbagai rumus kecepatan penurunan suhu tubuh pasca mati ditemukan

sebagai hasil dari penelitian di negara barat, namun ternyata sukar dipakai dalam

praktek karena faktor-faktor yang berpengaruh di atas berbeda pada setiap kasus,

lokasi, cuaca, dan iklim.

Meskipun demikian dapat dikemukakan di sini formula Marshall dan Hoare

(1962) yang dapat dibuat dari hasil penelitian terhadap mayat telanjang dengan suhu

lingkungan 15,5 derajat celcius, yaitu penurunan suhu dengan kecepatan 0,55 derajat

celcius tiap jam pada 3 jam pertama pasca mati, 1,1 derajat celcius tiap jam pada 6

jam berikutnya, dan kira-kira 0,8 derajat celcius tiap jam pada periode selanjutnya.

Kecepatan penurunan suhu ini menurun hingga 60% bila mayat berpakaian.

Penggunaan formula ini harus dilakukan deng hati-hati mengingat suhu lingkungan di

Indonesia biasanya lebih tinggi (kurva penurunan suhu lebih landai).

Penelitian akhir-akhir ini cenderung untuk memperkirakan saat mati melalui

pengukuran suhu tubuh pada lingkungan yang menetap di Tempat Kejadian Perkara

(TKP), Caranya adalah dengan melakukan 4-5 kali penentuan suhu rektal dengan

interval waktu yang sama (minimal 15 menit). Suhu lingkungan diukur dan dianggap

konstan karena faktor-faktor lingkungan dibuat menetap, sedangkan suhu saat mati

dianggap 37 derajat celcius bila tidak ada penyakit demam. Penelitian membuktikan

bahwa perubahan suhu lingkungan kurang dari 2 derajat celcius tidak mengakibatkan

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 16

Page 17: PBL Blok 30 Sken2 Goips

perubahan yang bermakna. Dari angka-angka diatas, dengan menggunakan rumus

atau grafik dapat ditentukan waktu antara saat mati dengan saat pemeriksaan. Saat ini

telah tersedia program komputer guna pengitungan saat mati melalui cara ini.

d. Pembusukan (decomposition, putrefaction). Pembusukan adalah proses degradasi

jaringan yang terjadi akibat autolisis dan kerja bakteri. Autolisis adalah pelunakkan

dan pencairan jaringan yang terjadi dalam keadaaan steril. Autolisis timbulk akibat

kerja digestif oleh enzim yang dilepaskan sel pasca mati dan hanya dapat dicegah

dengan pembekuan jaringan.

Setelah seseorang meninggal, bakteri yang normal hidup dalam tubuh segera

masuk ke jaringan. Darah merupakan media terbaik bagi bakteri tersebut untuk

bertumbuh. Sebagian besar bakteri berasal dari usus dan yang terutama adalah

Clostridium welchii. Pada proses pembusukan ini terbentuk gas-gas alkana, H2s, dan

HCN serta asam amino dan asam lemak.

Pembusukan baru tampak kira-kira 24 jam pasca mati berupa warna kehijauan

pada perut kanan bawah, yaitu daerah sekum yang isinya lebih cair dan penuh dengan

bakteri serta terletak dengan dinding perut. Warna kehijauan ini disebabkan oleh

terbentuknya sulf-met-hemoglobin. Secara bertahap warna kehijauan ini akan

menyebar ke seluruh perut dan dada, dan bau busukpun mulai tercium. Pembuluh

darah bawah kulit akan tampak seperti melebar dan berwarna hijau kehitaman.

Selanjutnya kulit ari akan terkelupas atau membentuk gelembung berisi cairan

kemerahan berbau busuk.

Pembentukkan gas di dalam tubuh, dimulai di dalam lambung dan usus, akan

mengakibatkan tegangnya perut dan keluarnya cairan kemerahan dari mulut dan

hidung. Gas yang terdapat di dalam jaringan dinding tubuh akan mengakibatkan

terabanya derik (krepitasi). Gas ini akan menyebabkan pembengkakan tubuh yang

menyeluruh, tetapi ketegangan terbesar terdapat di daerah dengan jaringan longggar,

seperti skrotum dan payudara. Tubuh berada dalam sikap seperti petinju (pugilistic

atitude), yaitu kedua lengan dan tungkai dalam sikap setengah fleksi akibat

terkumpulnya gas pembusukan di dalam rongga sendi.

Selanjutnya, rambut dengan mudah dicabut dan kuku mudah terlepas, wajah

menggembung dan berwarna ungu kehijauan, kelopak mata membengkak, pipi

tembem, bibir tebal, lidah membengkan dan sering terjulur diantara gigi. Keadaan

seperti ini sangat berbeda dengan wajah asli korban, sehingga tidak dapat lagi dikenali

oleh keluarga.

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 17

Page 18: PBL Blok 30 Sken2 Goips

Hewan pengerat akan merusak tubuh mayat dalam beberapa jam pasca mati,

terutama bila mayat dibiarkan tergeletak di daerah rumpun. Luka akibat gigitan

binatang pengerat khas berupa lubang-lubang dangkal dengan tepi bergerigi.

Larva lalat akan dijumpai setelah pembentukkan gas pembusukan nyata, yaitu

kira-kira 36-48 jam pasca mati. Kumpulan telur lalat telah dapat ditemukan beberapa

jam pasca mati, di alis mata, sudut mata, lubang hidung, dan diantara bibir. Telur lalat

tersebut kemudian akan menetas menjadi larva dalam waktu 24 jam. Dengan

identifikasi spesies lalat dan mengukur panjang larva, maka dapat diketahui usia larva

tersebut, yang dapat dipergunakan untuk memperkirakan saat mati, dengan asumsi

bahwa lalat secepatnya meletakkan telur setelah seseorang meninggal (dan tdak lagi

dapat mengusir lalat yang hinggap).

Alat dalam tubuh akan mengalami pembusukan dengan kecepatan yang

berbeda. Perubahan warna yang terjadi pada lambung terutama di daerah fundus,

usus, menjadi ungu kecoklatan. Mukosa saluran napas menjadi kemerahan,

endokardium dan intima pembuluh darah juga kemerahan, akibat hemolisis darah.

Difusi empedu dari kandung empedu mengakibatkan warna coklat kehijauan di

jaringan sekitarnya. Otak melunak, hati menjadi berongga seperti spons, limpa

melunak dan m udah robek. Kemudian alat dalam akan mengerut. Prostat dan uterus

non gravid merupakan organ padat yang paling lama bertahan terhadap perubahan

pembusukan.

Pembusukan akan timbul lebih cepat bila suhu keliling optimal (26,5 derajat

celcius hingga sekitar suhu normal tubuh), kelembapan dan udara yang cukup, banyak

bakteri pembusuk, tubuh gemuk atau menderita penyakit infeksi dan sepsis. Media

tempat mayat dapat juga berperan. Mayat yang terdapat di udara akan lebih cepat

membusuk dibandingkan dengan yang terdapat dalam air atau dalam tanah.

Perbandingan kecepatan pembusukan mayat yang berada dalam tanah : air : udara

adalah 1 : 2 : 8. Bayi baru lahir umumnya lebih lambat membusuk, karena hanya

memiliki sedikit bakteri dalam tubuhnya dan hilangnya panas tubuh yang cepat pada

bayi akan menghambat pertumbuhan bakteri.

e. Adiposera atau lilin mayat. Adiposera adalah terbentuknya bahan yang berwarna

keputihan, lunak, atau berminyak, berbau tengik yang terjadi di dalam jaringan lunak

tubuh pasca mati. Dulu disebut sebagai saponifikasi, tetapi istilah adiposera lebih

disukai karena menunjukkan sifat-sifat diantara lemak dan lilin.

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 18

Page 19: PBL Blok 30 Sken2 Goips

Adiposera terutama terdiri dari asam-asam lemak tak jenuh yang terbentuk

oleh hidrolisis lemak dan mengalami hidrogenisasi sehingga terbentuk asam lemak

jenuh pasca mati yang tercampur dengan sisa-sisa otot, jaringan ikat, jaringan saraf

yang termumifikasi (Mant dan Furbank, 1957) dan kristal-kristal sferis dengan

gambaran radial (Evans,1962). Adiposera terapung di air, bila dipanaskan mencair

dan terbakar dengan nyala kuning, larut di dalam alkohol panas dan eter.

Adiposera dapat terbentuk di sembarang lemak tubuh, bahkan di dalam hati,

tetapi lemak superfisial yang pertama kali terkena. Biasanya perubahan berbentuk

bercak, dapat terlihat di pipi, payudara, atau bokong, bagian tubuh atau ekstremitas.

Jarang seluruh lemak tubuh berubah menjadi adiposera.

Adiposera akan membuat gambaran permukaan luar tubuh dapat bertahan

hingga bertahun-tahun, sehingga identifikasi mayat dan perkiraan sebab kematian

masih dimungkinkan.

Faktor-faktor yang mempermudah terbentuknya adiposera adalah kelembapan

dan lemak tubuh yang cukup, sedangkan yang menghambat adalah air yang mengalir

yang membuang elektrolit.

Udara yang dingin menghambat pembentukan, sedangkan suhu yang hangat

akan mempercepat. Invasi bakteri endogen ke dalam jaringan pasca mati juga akan

mempercepat pembentukannya.

Pembusukan akan terhambat oleh adanya adiposera, karena derajat keasaman

dan dehidrasi jaringan bertambah. Lemak segar hanya mengandung kira-kira 0,5%

asam lemak bebas, tetapi dalam waktu 4 minggu pasca mati dapat naik menjadi 20%

dan setelah 12 minggu menjadi 70% atau lebih. Pada saat ini adiposera menjadi jelas

secara makroskopis sebagai bahan berwarna putih kelabu yang menggantikan atau

menginfiltrasi bagian-bagian lunak tubuh. Pada stadium awal pembentukannyaa

sebelum makroskopik jelas, adiposera paling baik dideteksi dengan analisis asam

palmitat.

f. Mummifikasi. Mumifikasi adalah proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan

yang cukup cepat sehingga terjadi pengeringan jaringan yang selanjutnya dapat

menghentikan pembusukan. Jaringan berubah menjadi keras dan kering, berwarna

gelap, berkeriput, dan tidak membusuk karena kuman tidak dapat berkembang pada

lingkungan yang kering. Mumifikasi terjadi bila suhu hangat, kelembapan rendah,

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 19

Page 20: PBL Blok 30 Sken2 Goips

aliran udara yang baik, tubuhyang dehidrasi dan waktu yang lama (12-14 minggu).

Mumifikasi jarang dijumpai pada cuaca yang normal.

C. Perkiraan saat kematian

Selain perubahan pada mayat tersebut di atas, beberapa perubahan lain dapat digunakan

untuk memperkirakan saat mati.

1. Perubahan pada mata. Bila mata terbuka pada atmosfer yang kering, sklera di kiri-

kanan kornea akan berwarna kecoklatan dalam beberapa jam berbentuk segitiga

dengan dasar di tepi kornea (taches noires sclerotiques). Kekeruhan kornea terjadi

lapis demi lapis. Kekeruhan yang terjadi pada lapis terluar dapat dihilangkan dengan

meneteskan air, tetapi kekeruhan yang telah mencapai lapisan lebih dalam tidak dapat

dihilangkan dengan tetesan air. Kekeruhan yang menetap ini terjadi sejak kira-kira 6

jam pasca mati.

Baik dalam keadaan mata tertutup maupun terbuka, kornea menjadi keruh kira-kira

10-12 jam pasca mati dan dalam beberapa jam saja fundus tidak tampak jelas.

Setelah kematian tekanan bola mata menurun, memungkinkan distorsi pupil

pada penekanan bola mata. Tidak ada hubungan antara diameter pupil dengan

lamanya mati.

Perubahan pada retina dapat menunjukkan saat kematian hingga 15 jam pasca

mati. Hingga 30 menit pasca mati tampak kekeruhan makula dan mulai memucatnya

diskus optikus. Kemudian hingga 1 jam pasca mati, makula lebih pucat dan tepinya

tidak tajam lagi.

Selama 2 jam pertama pasca mati, retina pucat dan daerah sekitar diskus

menjadi kuning. Warna kuning juga tampak di sekitar makula yang menjadi lebih

gelap. Pada saat itu pola vaskular koroid yang tampak sebagai bercak-bercak dengan

latar belakang merah dengan pola segmentasi yang jelas, tetapi pada kira-kira 3 jam

pasca mati menjadi kabur dan setelah 5 jam menjadi homogen dan lebih pucat.

Pada kira-kira 6 jam pasca mati, batas diskus kabur dan hanya pembuluh-

pembuluh besar yang mengalami segmentasi yang dapat dilihat dengan latar belakang

kuning-kelabu.

Dalam waktu 7-10 jam pasca mati akan mencapai tepi retina dan batas diskus

akan sangat kabur. Pada 12 jam pasca mati diskus hanya dapat dikenali dengan

adanya konvergensi beberapa segmen pembuluh darah yang tersisa. Pada 15 jam

pasca mati tidak ditemukan lagi gambaran pembuluh darah retina dan diskus, hanya

makula saja yang tampak berwarna coklat gelap.

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 20

Page 21: PBL Blok 30 Sken2 Goips

2. Perubahan dalam lambung. Kecepatan pengosongan lambung sangat bervariasi,

sehingga tidak dapat digunakan untuk memberi petunjuk pasti waktu antara makan

terakhir dan saat mati. Namun keadaan lambung dan isinya mungkin membantu

dalam membuat keputusan. Ditemukannya makanan tertentu (pisang, kulit tomat, biji-

bijian) dalam isi lambung dapat digunakan untuk menyimpulkan bahwa korban

sebelum meninggal telah makan makanan tersebut.

3. Perubahan rambut. Dengan mengingat bahwa kecepatan tumbuh rambut 0,4mm/hari,

panjang rambut kumis dan jenggot dapat digunakan untuk memeprkirakan saat

kematian. Cara ini hanya dapat digunakan bagi pria yang mempunyai kebiasaan

mencukur kumis atau jenggotnya dan diketahui saat terakhir ia mencukur.

4. Pertumbuhan kuku. Sejalan dengan hal rambut tersebut di atas, pertmbuhan kuku

yang diperkirakan sekitar 0,1mm/ hari dapat digunakan untuk memperkirakan saat

kematian bila diketahui saat terakhir yang bersangkutan memotong kuku.

5. Perubahan dalam cairan serebrospinal. Kadar nitrogen asam amino kurang dari 14 mg

% menunjukkan kematian belum lewat 10 jam, kadar nitrogen non-protein kurang

dari 80 mg% menunjukkan kematian belum 24 jam, kadar kreatin kurang dari 5 mg%

dan 10 mg% masing-masing menunjukkan kematian belum mencapai 10 jam dan 30

jam.

6. Dalam cairan vitreus terjadi peningkatan kadar Kalium yang cukup akurat untuk

memperkirakan saat kematian antara 24 jam hingga 100 jam pasca mati.

7. Kadar semua komponen darah berubah setelah kematian, sehingga analisis darah

pasca mati tidak memberikan gambaran konsentrasi zat-zat tersebut semasa hidupnya.

Perubahan tersebut diakibatkan oleh aktivitas enzim dan bakteri, serta gangguan

permeabilitas dari sel yang telah mati.

Selain itu gangguan fungsi tubuh selama proses kematian dapat menimbulkan

perubahan dalam darah yang dapat digunakan untuk memperkirakan saat mati dengan

lebih tepat.

8. Reaksi supravital yaitu reaksi jaringan tubuh sesaat pasca mati klinis yang masih sama

dengan reaksi tubuh seseorang yang hidup.

Beberapa uji dapat dilakukan terhadap mayat yang masih segar, misalnya

rangsang listrik masih dapat menimbulkan kontraksi otot mayat hingga 90-120 menit

pasca mati dan mengakibatkan sekresi kelenjar keringat sampai 60-90 menit pasca

mati, sedangkan trauma masih dapat menimbulkan perdarahan bawah kulit sampai 1

jam pasca mati.

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 21

Page 22: PBL Blok 30 Sken2 Goips

Asfiksia Mekanik.1

Asfiksia mekanik adalah mati lemas yang terjadi bila udara pernapasan terhalang

memasuki saluran pernapasan oleh berbagai kekerasan (yang bersifat mekanik), misalnya : 1

Penutupan lubang saluran pernapasan bagian atas :

Pembekapan (smothering)

Penyumbatan (Gagging dan choking)

Penekanan dinding saluran pernapasan :

Penjeratan (strangulation)

Pencekikan (manual strangulation, throttling)

Gantung (hanging)

Penekanan dinding dada dari luar (asfiksia traumatik)

Saluran pernapasan terisi air (tenggelam, drowning)

Karena mekanisme kematian pada kasus tenggelam bukan murni disebabkan oleh

asfiksia, maka ada sementara ahli yang tidak lagi memasukkan tenggelam ke dalam

kelompok asfiksia mekanik, tetapi dibicarakan tersendiri.

Pada orang yang mengalami asfiksia akan timbul gejala yang dapat dibedakan dalam

4 fase, yaitu :

1. Fase dispnea

Penurunan kadar oksigen sel darah merah dan penimbunan CO2 dalam plasma akan

merangsang pusat pernapasan di medula oblongata, sehingga amplitudo dan frekuensi

pernapasan akan meningkat, nadi cepat, tekanan darah meninggi dan mulai tampak tanda-

tanda sianosis terutama pada muka dan tangan.

2. Fase konvulsi

Akibat kadar CO2 yang naik maka akan timbul rangsangan terhadap susunan saraf

pusat sehingga terjadi konvulsi (kejang), yang mula-mula berupa kejang klonik tetapi

kemudian menjadi kejang tonik, dan akhirnya timbul spasme opistotonik. Pupil mengalami

dilatasi, denyut jantung menurun, tekanan darah juga menurun. Efek ini berkaitan dengan

paralisis pusat yang lebih tinggi dalam otak akibat kekurangan O2.

3. Fase apnea

Depresi pusat pernapasan menjadi lebih hebat, pernapasan melemah dan dapat

berhenti. Kesadaran menurun dan akibat relaksasi sfingter dapat terjadi pengeluaran cairan

sperma, urin dan tinja.

4. Fase akhir

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 22

Page 23: PBL Blok 30 Sken2 Goips

Terjadi paralisis pusat pernapasan yang lengkap. Pernapasan berhenti setelah

kontraksi otomatis otot pernapasan kecil pada leher. Jantung masih berdenyut beberapa saat

setelah pernapasan berhenti.

Masa dari saat asfiksia timbul sampai terjadinya kematian sangat bervariasi.

Umumnya berkisar antara 4-5 menit. Fase 1 dan 2 berlangsung lebih kurang 3-4 menit,

tergantung dari tingkat penghalangan oksigen, bila tidak 100% maka waktu kematian akan

lebih lama dan tanda-tanda asfiksia akan lebih jelas dan lengkap.

Pemeriksaan Jenazah.5

Pada pemeriksaan luar jenazah dapat ditemukan sianosis pada bibir, ujung-ujung jari

dan kuku. Perbendungan sistemik maupun pulmoner dan dilatasi jantung kanan merupakan

tanda klasik pada kematian akibat asfiksia.

Warna lebam mayat merah-kebiruan gelap dan terbentuk lebih cepat. Distribusi lebam

lebih luas akibat kadar CO2 yang tinggi dan aktivitas fibrinolisin dalam darah sehingga darah

sukar membeku dan mudah mengalir. Tingginya fibrinolisin ini sangat berhubungan dengan

cepatnya proses kematian.

Terdapat busa halus pada hidung dan mulut yang timbul akibat peningkatan aktivitas

pernapasan pada fase 1 yang disertai sekresi selaput lendir saluran napas bagian atas. Keluar

masuknya udara yang cepat dalam saluran sempit akan menimbulkan busa yang kadang-

kadang bercampur darah akibat pecahnya kapiler.

Gambaran perbendungan pada mata berupa pelebaran pembuluh darah konjungtiva

bulbi dan palpebra yang terjadi pada fase 2. Akibatnya tekanan hidrostatik dalam pembuluh

darah meningkat terutama dalam vena, venula dan kapiler. Selain itu, hipoksia dapat merusak

endotel kapiler sehingga dinding kapiler yang terdiri dari selapis sel akan pecah dan timbul

bintik-bintik perdarahanyang dinamakan sebagai Tardieu’s spot.

Kapiler yang lebih mudah pecah adalah kapiler pada jaringan ikat longgar, misalnya

pada konjungtiva bulbi, palpebra dan subserosa lain. Kadang-kadang dijumpai pula di kulit

wajah.

Pemeriksaan Bedah Jenazah.5

Kelainan yang umum ditemukan pada pembedahan jenazah korban mati asfiksia

adalah:

1. Darah berwarna lebih gelap dan encer, karena fibrinolisin darah yang meningkat pasca

mati.

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 23

Page 24: PBL Blok 30 Sken2 Goips

2. Busa halus di dalam saluran pernapasan.

3. Perbendungan sirkulasi pada seluruh organ dalam tubuh sehingga menjadi lebih berat,

berwarna lebih gelap dan pada pengirisan banyak mengeluarkan darah.

4. Petekie dapat ditemukan pada mukosa usus halus, epikardium pada bagian belakang

jantung daerah aurikuloventrikular, subpleura viseralis paru terutama di lobus bawah

pars diafragmatika dan fisura interlobaris, kulit kepala sebelah dalam terutama daerah

otot temporal, mukosa epiglotis dan daerah sub-glotis.

5. Edema paru sering terjadi pada kematian yang berhubungan dengan hipoksia.

6. Kelainan-kelainan yang berhubungan dengan kekerasan, seperti fraktur laring langsung

atau tidak langsung, perdarahan faring terutama bagian belakang rawan krikoid (pleksus

vena submukosa dengan dinding tipis).

Visum et Repertum.2

Visum et repertum adalah keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter atas permintaan

penyidik yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medik terhadap manusia, baik hidup

atau mati ataupun bagian atau diduga bagian tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan di

bawah sumpah, untuk kepentingan peradilan.

Visum et repertum terdiri dari 5 bagian yang tetap, yaitu :

1. Kata Pro justitia yang diletakkan di bagian atas. Kata ini menjelaskan bahwa visum et

repertum khusus dibuat untuk tujuan peradilan. Visum et repertum tidak membutuhkan

materai untuk dapat dijadikan sebagai alat bukti di depan sidang pengadilan yang

mempunyai kekuatan hukum.

2. Bagian Pendahuluan. Kata “Pendahuluan” sendiri tidak ditulis di dalam visum et

repertum, melainkan langsung dituliskan berupa kalimat-kalimat di bawah judul. Bagian

ini menerangkan nama dokter pembuat visum et repertum dan institusi kesehatannya,

instansi penyidikpemintanya berikut nomor dan tanggal surat permintaannya, tempat dan

waktu pemeriksaan, serta identitas korban yang diperiksa.

3. Bagian Pemberitaan, Bagian ini berjudul “Hasil pemeriksaan: dan berisi hasil

pemeriksaan medik tentang keadaan kesehatan atau sakit atau luka korban yang berkaitan

dengan perkaranya, tindakan medik yang dilakukan serta keadaannya selesai

pengobatan/perawatan. Bila korban meninggal dan dilakukan autopsi, maka diuraikan

keadaan seluruh alat-dalam yang berkaitan dengan perkara dan matinya orang tersebut.

4. Bagian Kesimpulan. Bagian ini berjudul “Kesimpulan” dan berisi pendapat dokter

berdasarkan keilmuannya, mengenai jenis perlukaan/cedera yang ditemukan dan jenis

kekerasan atau zat penyebabnya, serta derajat perlukaan atau sebab kematiannya.

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 24

Page 25: PBL Blok 30 Sken2 Goips

5. Bagian Penutup. Bagian ini tidak berjudul dan berisikan kalimat baku “Demikianlah

visum et repertum ini saya buat dengan sesungguhnya berdasarkan keilmuan saya dan

dengan mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana.” 1

Pembahasan kasus

A. Pemeriksaan Terhadap Mayat Bayi dan Interpretasi Temuan

Bayi ditemukan pagi hari dalam keadaan meninggal, di tempat pembuangan sampah,

di dalam kardus, ditutupi kain panjang berwarna coklat.

Pemeriksaan luar

o Ukur panjang bayi

Dengan menggunakan rumus De Haase dapat memperkirakan usia bayi dalam

kandungan.

Diukur Panjang Bayi = 51 cm. (Panjang Bayi/5) x 4 minggu = (51 cm/5) x 4

minggu = 40 minggu. Bayi sudah cukup bulan dalam kandungan.

o Berat Badan bayi

2800 gram. Bayi lahir dengan berat badan normal.

o Panjang kepala–tumit 49 cm

o Lingkar kepala fronto–occipital 33 cm.

o Batas rambut depan dan belakang sudah terbentuk.

o Rawan telinga sudah terbentuk sempurna.

o Puting susu sudah berbatas tegas dengan diameter 7 mm.

o Kuku jari tangan sudah melewati ujung jari.

o Garis tapak tangan dan kaki sudah melebihi 2/3 bagian.

o Testis sudah turun sempurna.

o Rambut kepala, masing–masing helai terpisah satu sama lain dan tampak

mengkilat.

o Jaringan lemak bawah kulit cukup tebal dengan ketebalan 2 cm.

o Processus xyphoideus membengkok ke dorsal.

o Alis mata sudah lengkap, bagian lateralnya sudah jelas.

Kesimpulannya bahwa mayat bayi ini lahir viable (keadaan bayi yang dapat hidup di

luar kandungan lepas dari ibunya) dengan cukup bulan dan matur.

o Bayi tidak berpakaian, hanya ditutupi dengan kain panjang berwarna coklat.

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 25

Page 26: PBL Blok 30 Sken2 Goips

o Berlumuran darah dan lendir.

o Terdapat vernix caseosa/lemak bayi pada lipat leher, ketiak, lipat lengan dan

paha, belakang telinga.

o Tali pusat masih berhubungan dengan plasenta.

o Terdapat meconium.

Kesimpulannya mayat bayi ini setelah dilahirkan tidak ada terdapat tanda–tanda

perawatan.

o Mayat bayi ditemukan sianosis pada bibir, ujung–ujung jari, dan kuku.

o Terdapat busa halus pada hidung dan mulut.

o Terdapat memar pada mukosa bibir dan pipi.

Kesimpulannya mekanisme kematian pada bayi ini adalah asfiksia (mati lemas)

dengan sebab kematian pembekapan.

Pemeriksaan dalam

o Ditemukan dada sudah mengembang dan diafragma sudah turun sampai sela iga 5.

o Pemeriksaan makroskopik paru ditemukan paru sudah mengisi rongga dada dan

menutupi sebagian kandung jantung. Terdapat petekiae/ Tardieu’s spot di

subpleura viseralis paru terutama di lobus bawah pars diafragmatika.

o Uji apung paru memberikan hasil positif.

o Pemeriksaan mikroskopik paru menunjukkan alveoli paru yang mengembang

sempurna.

o Udara dalam saluran cerna terdapat di dalam usus halus.

Kesimpulannya mayat bayi ini lahir hidup.

Pemeriksaan Terhadap Wanita yang Dicurigai Sebagai Pelaku Pembunuhan Anak

Sendiri dan Interpretasi Temuan.6

Pemeriksaan yang membuktikan bahwa wanita ini memang baru saja melahirkan.

o Buah dada wanita membesar.

o Rahim masih membesar.

o Keluar cairan kemerahan dari vagina (lochia).

o Adanya tanda–tanda nifas.

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 26

Page 27: PBL Blok 30 Sken2 Goips

o Dipemeriksaan laboratorium, hCG masih diatas normal sampai 4 minggu setelah

melahirkan.

Pemeriksaan Untuk Membuktikan Ada atau Tidaknya Hubungan Antara Mayat Bayi

Dengan Wanita

Pemeriksaan yang membuktikan adanya hubungan antara wanita tersebut dengan mayat

bayi yang diketemukan.1

o Pemeriksaan golongan darah mayat bayi: didapatkan hasil golongan darah B

o Pemeriksaan golongan darah wanita tersangka: didapatkan hasil golongan darah O

Pemeriksaan golongan darah ini tidak bermakna bila tidak diperiksa juga golongan

darah dari laki–laki yang menyebabkan kehamilan pada wanita ini.

Pemeriksaan DNA.1

Dari hasil DNA didapatkan bahwa mayat bayi ini memiliki kecocokan pita dengan

pita DNA wanita yang dicurigai sebagai pelakunya.

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN

Bagian Ilmu Kedokteran Forensik

Fakultas Kedokeran Universitas Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara no.6 Jakarta Barat Telp 021 56942061

Nomor : 3456-SK III/2345/16/10 Jakarta, 18 Desember 2014

Lamp. : Satu sampul tersegel----------------------------------------------------------------------

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 27

Page 28: PBL Blok 30 Sken2 Goips

Perihal : Hasil Pemeriksaan Pembedahan---------------------------------------------------------

atas bayi X----------------------------------------------------------------------------------

PROJUSTITIA

Visum Et Repertum

Yang bertanda tangan di bawah ini dr. Inge Pradita.SpF, dokter ahli kedokteran

forensik pada Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Krida

Wacana Jakarta Barat, menerangkan bahwa atas permintaan tertulis dari Kepolisian Resort

Polisi Jakarta No.Pol : B/789/VR/IX/08/Serse tertanggal 18 desember 2014, maka pada

tanggal delapan belas desember dua ribu empat belas, pukul sebelas pagi Waktu Indonesia

bagian Barat, bertempat di ruang bedah jenazah Bagian Forensik Fakultas Kedokteran

Universitas Krida Wacana telah melakukan pemeriksaan atas jenazah yang menurut surat

permintaan tersebut adalah:

Nama : bayi X----------------------------------------------------------------------------

Jenis kelamin : Laki-laki-------------------------------------------------------------------------

Umur : ------------------------------------------------------------------------------------

Kebangsaan : ------------------------------------------------------------------------------------

Agama

:-------------------------------------------------------------------------------------

Alamat

:-------------------------------------------------------------------------------------

Mayat telah diidentifikasi dengan sehelai label berwarna merah muda, dengan materai

lak merah, terikat pada ibu jari kaki kanan.-------------------------------------------------------------

Hasil Pemeriksaan

----------------------------------------------------------------------------------------

I. Pemeriksaan Luar-------------------------------------------------------------------------------

1. Mayat di dalam kardus ditutupi dengan sehelai kain panjang berwarna coklat dalam

keadaan meninggal, tidak berpakaian, adanya meconium yang keluar dan tali pusat

masih terhubung dengan ari–ari bayi-----------------------------------------------------------

2. Pemeriksaan antropometrik mayat didapatkan panjang bayi adalah lima puluh satu

sentimeter, berat badan bayi adalah dua ribu delapan ratus gram, panjang kepala

sampai tumit adalah empat puluh Sembilan sentimeter, dan lingkar kepala adalah tiga

puluh tiga sentimeter------------------------------------------------------------------------------

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 28

Page 29: PBL Blok 30 Sken2 Goips

3. Pemeriksaan luar ditemukan batas rambut depan dan belakang sudah terbentuk, rawan

telinga sudah terbentuk sempurna, puting susu sudah berbatas tegas dengan diameter

tujuh milimeter, kuku jari tangan sudah melewati ujung jari, garis tapak tangan dan

kaki sudah melebihi dua pertiga bagian, buah zakar sudah turun sempurna, rambut

kepala masing–masing helai terpisah satu sama lain dan tampak mengkilat, jaringan

lemak bawah kulit cukup tebal dengan ketebalan dua sentimeter, taju pedang

membengkok ke dalam, alis mata sudah lengkap, bagian ujungnya sudah jelas----------

4. Ditemukan bibir yang berwarna biru, ujung–ujung jari dan kuku yang berwarna biru--

5. Terdapat memar pada mukosa bibir dan pipi--------------------------------------------------

II. Pemeriksaan Dalam-----------------------------------------------------------------------------

Pada pemeriksaan dalam, ditemukan dada sudah mengembang dan diafragma sudah

turun sampai sela iga lima, paru sudah mengisi rongga dada dan menutupi sebagian

kandung jantung, terdapat bintik–bintik perdarahan di kantong paru terutama di

bagian bawah paru dekat diafragma, uji apung paru memberikan hasil positif,

pemeriksaan mikroskopik paru menunjukkan alveoli paru yang mengembang

sempurna, terdapat udara di dalam usus halus-------------------------------------------------

III. Pemeriksaan Laboratorium--------------------------------------------------------------------

Golongan darah mayat bayi adalah B----------------------------------------------------------

Pemeriksaan DNA menunjukkan kecocokan pada salah satu pita DNA antara ibu dan

bayi laki-laki tersebut.----------------------------------------------------------------------------

Kesimpulan

Pada pemeriksaan mayat bayi laki–laki ini didapatkan bergolongan darah B, cukup

bulan dalam kandungan, hidup pada saat dilahirkan, dan tidak ditemukan tanda-tanda

perawatan setelah dilahirkan------------------------------------------------------------------------------

Berdasarkan pemeriksaan luar, pemeriksaan dalam, pemeriksaan laboratorium dan

penunjang yang dilakukan pada mayat bayi bahwa penyebab kematian adalah pembekapan

yang mengakibatkan asfiksia------------------------------------------------------------------------------

Demikianlah saya uraikan dengan sebenar-benarnya berdasarkan keilmuan saya yang

sebaik-baiknya mengingat sumpah sesuai dengan KUHAP------------------------------------------

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 29

Page 30: PBL Blok 30 Sken2 Goips

Dokter Pemeriksa,

d r. Inge Pradita,SpF

NIP 102010234

Kesimpulan

Pada kasus ini, dapat disimpulkan bahwa terdapat tanda-tanda pasti kematian

pada bayi laki-laki tersebut. Setelah pemeriksaan lebih lanjut, yaitu pemeriksaan luar dan

pemeriksaan dalam, menunjukkan bayi sempat hidup sekitar 2 jam setelah dilahirkan dan

ditemukan adanya tanda-tanda pembekapan. Kematian diperkirakan kurang lebih 11 jam

sebelum pemeriksaan dilakukan. Hal ini mengarahkan pada kasus pembunuhan anak sendiri.

Daftar Pustaka :

1. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Mun’im TWA, Sidhi, Hertian S, et all. Ilmu

Kedokteran Forensik. 1st ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 1997. p. 1, 8-11, 25-36,55-

70,165-76.

2. Bagian Kedokteran Forensik FKUI. Peraturan Perundang-Undangan Bidang

Kedokteran. 1st ed. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia; 1994. p. 11-25, 40.

3. Afandi D, Swasti D, dkk. Pembunuhan Anak Sendiri (PAS) dengan Kekerasan

Multipel. Maj Kedokt Indon 2008, Vol 5, No.9.p.25

4. Idries AM, Tjiptomartono AL. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik Dalam Proses

Penyidikan. Jakarta : CV.Sagung Seto. 2008. pg: 168-71

5. Bagian Kedokteran Forensik FKUI. Teknik Autopsi Forensik. Jakarta: Bagian

Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2000. p. 55.

6. Benson RC, Pernoll ML. BS obstetri dan ginekologi ed 9. Jakarta: EGC; 2009.h.655-

65

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 30