Patofisiologi strokeeeeeeeee3

1
Patofisiologi Lesi pada korteks motorik primer akan menimbulkan paralysis kontra-lateral yang lengkap. Sedangkan Lesi pada girus frontalis inferior kiri (area broca) menyebabkan kehilangan kemam-puan berbicara ekspresif tetapi pasien masih mampu memikirkan kata- kata, dapat menuliskan kata-kata, masih mengerti tulisan dan juga mendenggarkan kata-kata (Wahyuddin, 2008). Data menunjukan bahwa stroke hemoragik menyebabkan kematian sebanyak 40% dan yang selamat dari kematian mengalami kecacatan. Stroke ini dapat terjadi karena gangguan pembuluh darah seperti hipertensif, angiopati, amiloid, malformasi arteriovena, aneurisma, neoplasia, angioma kavernosa atau koagulopati yang akan mengganggu aliran darah (lyrawati, 2008). Stroke merupakan kelainan yang diakibatkan karena ada pendarahan spontan di otak. Lokasi perdarahan stroke hemoragik yang paling sering adalah putamen dan kapsula interna sekitar 50% dari semua kasus stroke hemoragik ( Parinding, 2015). Perdarahan subarachnoid mengakibatkan sekitar 10% dari semua stroke yang ada di masyarakat dan memiliki tingkat kematian sekitar 50% selama 30 hari. Mereka yang bertahan hidup akan mengalami cedera sekunder dan menderita jangka panjang cacat kognitif (Caffes, 2015). Stroke hemoragik merupakan kejadian yang paling umum dari segala jenis stroke. Beberapa studi menunjukkan bahwa polimorfisme genetik pada APOE, ACE dan AT1R gen terkait dengan stroke hemoragik (zhang, 2015). Resiko terkena stroke hemoragik juga dapat diperbesar oleh hal yang terlihat sepele bagi masyarakat yaitu migraine (ornelo, 2015).

description

Patofisiologi strokeeeeeeeee3

Transcript of Patofisiologi strokeeeeeeeee3

Page 1: Patofisiologi strokeeeeeeeee3

Patofisiologi

Lesi pada korteks motorik primer akan menimbulkan paralysis kontra-lateral yang lengkap. Sedangkan Lesi pada girus frontalis inferior kiri (area broca) menyebabkan kehilangan kemam-puan berbicara ekspresif tetapi pasien masih mampu memikirkan kata-kata, dapat menuliskan kata-kata, masih mengerti tulisan dan juga mendenggarkan kata-kata (Wahyuddin, 2008).

Data menunjukan bahwa stroke hemoragik menyebabkan kematian sebanyak 40% dan yang selamat dari kematian mengalami kecacatan. Stroke ini dapat terjadi karena gangguan pembuluh darah seperti hipertensif, angiopati, amiloid, malformasi arteriovena, aneurisma, neoplasia, angioma kavernosa atau koagulopati yang akan mengganggu aliran darah (lyrawati, 2008).

Stroke merupakan kelainan yang diakibatkan karena ada pendarahan spontan di otak. Lokasi perdarahan stroke hemoragik yang paling sering adalah putamen dan kapsula interna sekitar 50% dari semua kasus stroke hemoragik ( Parinding, 2015).

Perdarahan subarachnoid mengakibatkan sekitar 10% dari semua stroke yang ada di masyarakat dan memiliki tingkat kematian sekitar 50% selama 30 hari. Mereka yang bertahan hidup akan mengalami cedera sekunder dan menderita jangka panjang cacat kognitif (Caffes, 2015).

Stroke hemoragik merupakan kejadian yang paling umum dari segala jenis stroke. Beberapa studi menunjukkan bahwa polimorfisme genetik pada APOE, ACE dan AT1R gen terkait dengan stroke hemoragik (zhang, 2015).

Resiko terkena stroke hemoragik juga dapat diperbesar oleh hal yang terlihat sepele bagi masyarakat yaitu migraine (ornelo, 2015).