Patofisiologi Sistem Muskuloskeletal.revisi

10
PATOFISIOLOGI SISTEM MUSKULOSKELETAL KASUS: Tn. A berusia 45 tahun masuk Rumah Sakit karena mengalami kecelakaan kendaraan bermotor dan menyebabkan fraktur terbuka pada ekstremitas bawah bagian tibia dekstra. Terjadi perdarahan hebat. Pasien terlihat Tanda dan Gejala Definisi dan Klasifika Etiolo gi Komplikasi Penatalaksan aan/terapi

Transcript of Patofisiologi Sistem Muskuloskeletal.revisi

Page 1: Patofisiologi Sistem Muskuloskeletal.revisi

PATOFISIOLOGI SISTEM MUSKULOSKELETAL

KASUS:

Tn. A berusia 45 tahun masuk Rumah Sakit karena mengalami kecelakaan kendaraan bermotor dan menyebabkan fraktur terbuka pada ekstremitas bawah bagian tibia dekstra. Terjadi perdarahan hebat. Pasien terlihat pucat dan mengerang kesakitan.

Definisi dan Klasifikasi

Etiologi

Komplikasi

Tanda dan Gejala

Penatalaksanaan/terapi

Page 2: Patofisiologi Sistem Muskuloskeletal.revisi

DEFINISI DAN KLASIFIKASI FRAKTUR

Definisi:

Fraktur: Terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya.

Klasifikasi Fraktur

ur

Secara Umum

Simpleks (tertutup) : Fragmen tulang tidak menembus kulit.

Compound (terbuka): Fragmen tulang menembus kulit.

Inkompleta (parsial): Komunitas tulang belum terputus seluruhnya.

Kompleta (total): Kontinuitas tulang sudah terputus seluruhnya.

Berdasarkan Posisi Fragmen

Kominutivatulang pecah menjadi sejumlah potongan kecil-kecil

Impaktasalah satu fragmen fraktur terdorong ke dalam fragmen yang lain.

Angulata kedua fragmen fraktur berada pada posisi yang membentuk sudut terhadap yang lain.

Dislokata fragmen fraktur saling terpisah dan menimbulkan deformitas.

Nondislokata kedua potongan tulang tetap mempertahankan kelurusan yang pada dasanya masih normal.

Overridingfragmen fraktur saling menumpuk sehingga keseluruhan panjang tulang memendek.

Segmentalfraktur terjadi pada dua daerah yang berdekatan dengan segmen sentral yang terpisah.

Avulse fragmen fraktur tertarik dari posisi normal karena kontraksi otot atau resistensi ligamen.

Berdasarkan Garis Fraktur

Linier: garis fraktur berjalan sejajar dengan sumbu tulang

Longitudinal: garis fraktur membentang dalam arah longitudinal (tetapi tidak sejajar) disepanjang sumbu tulang

Oblik: garis fraktur menyilang tulang pada sudut sekitar 45° terhadap sumbu tulan

Spiral: garis fraktur menyilang tulang pada sudut yang oblik sehingga menciptakan pola spiral

Transversal: garis fraktur membentuk sudut tegak lurus terhadap sumbu tulang

Page 3: Patofisiologi Sistem Muskuloskeletal.revisi

Klasifikasi Fraktur

ur Menurut Salter – Harris :

Tipe I : fraktur transversal melalui sisi metafisis dari lempeng pertumbuhan, prognosis sangat baik setelah dilakukan reduksi tertutup.

Tipe II : fraktur melalui sebagian lempeng pertumbuhan, timbul melalui tulang metafisis, prognosis juga sangat baik denga reduksi tertutup.

Tipe III : fraktur longitudinal melalui permukaan artikularis dan epifisis dan kemudian secara transversal melalui sisi metafisis dari lempeng pertumbuhan. Prognosis cukup baik meskipun hanya dengan reduksi anatomi.

Tipe IV : fraktur longitudinal melalui epifisis, lempeng pertumbuhan dan terjadi melalui tulang metafisis. Reduksi terbuka biasanya penting dan mempunyai resiko gangguan pertumbuhan lanjut yang lebih besar.

Tipe V : cedera remuk dari lempeng pertumbuhan, insidens dari gangguan pertumbuhan lanjut adalah tinggi.

Berdasarkan Lokasi Tulang Fisis

Page 4: Patofisiologi Sistem Muskuloskeletal.revisi

Tanda dan Gejala Fraktur Terbuka

Etiologi Fraktur Terbuka

Trauma ( pada anak-anak dan dewasa ) -> jatuh dan cedera olahraga.Anak-anak : penganiayaan

Kecelakaan kendaraan bermotor

Tumor tulang

Penyakit metabolik (seperti hipoparatiroidisme atau hiperparatiroidisme)

Obat-obat yang menyebabkan osteoporosis iatrogenik seperti preparat steroid

Deformitas (pergeseran fragmen), akibat kehilangan kelurusan (alignment) yang dialami.

Pembengkakan (edema) akibat vasodilatasi dan infiltrasi leukosit serta sel-sel mast.

Spasme otot

Nyeri tekan, akut dan berat

Kerusakan sensibilitas di sebelah distal lokasi fraktur akibat unsur-unsur neurovaskuler terjepit atau tertekan oleh trauma atau fragmen tulang.

Kisaran gerak yang terbatas.

Krepitasi atau bunyi “berderik” ketika bagian fraktur digerakkan; bunyi ini disebabkan oleh gesekan fragmen tulang.

Merah/perubahan warna

Panas pada daerah tulang yang patah.

Jika fraktur terjadi pada ekstremitas dan persendian, maka akan ditemui keterbatasan LGS (Lingkup Gerak Sendi), pseudoartrosis, dan gerakan abnormal.

Pemendekan tulang akibat kontraksi otot yang melekat di atas dan di bawah tempat fraktur.

Page 5: Patofisiologi Sistem Muskuloskeletal.revisi

Komplikasi Fraktur Tebuka

KOMPLIKASI UMUM

Shock karena perdarahan ataupun karena nyeri, koagulopati diffus dan gangguan fungsi pernafasandapat terjadi dalam 24 jam pertama pasca trauma, jika sampai beberapa minggu akan terjadi gangguan metabolisme. Komplikasi umum lain: trombosis vena dalam ,tetanus atau gas ganggren.

KOMPLIKASI LOKAL

Infeksi (di tulang), atritis suparatif, kerusakan kartilago sendi dan berakhir dengan degenerasi (di sendi dan tulang).

Pada jaringan lunak : kulit bisa melepuh akibat dari elevas kulit superfisial karena edema.

Pada pembuluh darah : pada robekan arteri akan terjadi perdarahan terus menerus sedangkan pembuluh darah bisa juga mengalami retraksi dan perdarahan berhenti secara spontaniskemik.

Pada saraf : dapat terjadi kompresi, neurofraksi, neurometsis ( saraf putus ), aksonomeksis (kerusakan akson).

Osteomielitis : menimbulkan delayed union ( proses penyembuhan lambat ) dan non union ( secara klinis dan radiologis sulit terjadi penyambungan).

KOMPLIKASI SPONTAN Dapat terjadi karena iatrogenik ( tindakan pengobatan ).

1. Perdarahan, syok septik sampai kematian2. Septikemia , toksemia oleh karena infeksi

piogenik3. Tetanus4. Gangren5. Perdarahan sekunder6. Osteomielitis kronik7. Kekakuan sendi

Page 6: Patofisiologi Sistem Muskuloskeletal.revisi

Penatalaksanaan Fraktur Terbuka

Beberapa prinsip dasar pengelolaan fraktur terbuka adalah1. Obati fraktur terbuka sebagai suatu kegawatan2. A d a k a n e v a l u a s i a w a l d a n d i a g n o s i s a k a n

a d a n y a k e l a i n a n y a n g d a p a t menyebabkan kematian

3. Berikan antibiotik dalam ruang gawat darurat,di kamar operasi dan setelah operasi

4. Segera dilakukan debridemen dan irigasi yang baik 5. Ulangi debridemen 24-72 jam berikutnya6. Stabilisasi fraktur 7. Biarkan luka terbuka antara 5-7 hari8. Lakukan bone graft autogenous secepatnya9. Rehabilitasi anggota gerak lainnya

Page 7: Patofisiologi Sistem Muskuloskeletal.revisi

PATOFLOW FRAKTUR TERBUKA

Page 8: Patofisiologi Sistem Muskuloskeletal.revisi

MAKALAH PATOFISIOLOGI

Tentang

SISTEM MUSKULOSKELETAL

“Fraktur Terbuka”

Disusun Oleh:

Ratna Zakia

Lily Camelia

Novitasari

Andri Septian

Awalia Bella

Dwi Restarina

Lia Sholehah

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH