Paper Tjr Fix

58
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkerasan kaku adalah struktur perkerasan pada jalan raya yang terdiri dari plat beton semen yang bersambung (tidak menerus) dengan atau tanpa tulangan, atau menerus dengan tulangan. Perkerasan kaku ini terletak diatas lapis pondasi bawah, tanpa atau dengan peraspalan sebagai lapis permukaan. Perkerasan kaku biasanya digunakan pada jalan yang memiliki tanah dasar yang buruk. Contohnya tanah dasar mengandung tanah lempung yang memiliki kembang susut yang tinggi, dan apabila tanah dasar diganti dengan tanah yang baru maka biaya yang dikeluarkan akan sangat besar sehingga dipilihlah metode perkerasan kaku.Selain itu perkerasan kaku biasanya digunakan pada jalan yang dilewati oleh kendaraan berat karena perkerasan kaku memiliki kekuatan yang lebih besar dibanding jalan dengan aspal. Perkerasan beton dapat menanggung beban dari pejalan kaki hingga runway pesawat terbang 175 ton, dan dapat bertahan sampai 5,10,20 sampai 50 tahun. Namun perkerasan kaku juga memiliki beberapa kekurangan, antara lain permukaan perkerasan beton semen mempunyai riding comfort yang lebih jelek dari pada perkerasan aspal, sehingga akan sangat terasa melelahkan untuk perjalanan jauh, warna permukaan yang keputih-putihan

description

Teknik jalan Raya

Transcript of Paper Tjr Fix

Page 1: Paper Tjr Fix

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkerasan kaku adalah struktur perkerasan pada jalan raya yang terdiri dari plat

beton semen yang bersambung (tidak menerus) dengan atau tanpa tulangan, atau

menerus dengan tulangan. Perkerasan kaku ini terletak diatas lapis pondasi bawah, tanpa

atau dengan peraspalan sebagai lapis permukaan. Perkerasan kaku biasanya digunakan

pada jalan yang memiliki tanah dasar yang buruk. Contohnya tanah dasar mengandung

tanah lempung yang memiliki kembang susut yang tinggi, dan apabila tanah dasar

diganti dengan tanah yang baru maka biaya yang dikeluarkan akan sangat besar sehingga

dipilihlah metode perkerasan kaku.Selain itu perkerasan kaku biasanya digunakan pada

jalan yang dilewati oleh kendaraan berat karena perkerasan kaku memiliki kekuatan yang

lebih besar dibanding jalan dengan aspal. Perkerasan beton dapat menanggung beban

dari pejalan kaki hingga runway pesawat terbang 175 ton, dan dapat bertahan sampai

5,10,20 sampai 50 tahun.

Namun perkerasan kaku juga memiliki beberapa kekurangan, antara lain

permukaan perkerasan beton semen mempunyai riding comfort yang lebih jelek dari

pada perkerasan aspal, sehingga akan sangat terasa melelahkan untuk perjalanan jauh,

warna permukaan yang keputih-putihan menyilaukan di siang hari, dan marka jalan

(putih/kuning) tidak kelihatan secara kontras, perbaikan kerusakan seringkali merupakan

perbaikan keseluruhan konstruksi perkerasan sehingga akan sangat mengganggu lalu

lintas, pelapisan ulang / overlay tidak mudah dilakukan, ketidaksempurnaan hasil

pekerjaan akibat kurang telitinya pelaksanaan pekerjaan di lapangan tidak mudah

diperbaiki, perbaikan permukaan yang sudah halus (polished) hanya bisa dilakukan

dengan grinding machine atau pelapisan ulang dengan campuran aspal, yang kedua-

duanya memerlukan biaya yang cukup mahal.

1.2. Maksud dan Tujuan

Page 2: Paper Tjr Fix

Maksud disusunnya makalah ini adalah agar dapat mengetahui lebih mendalam tentang

perkerasan kaku, cara perencanaan dan pelaksanakannya dengan mempertimbangkan

dampak yang akan terjadi nantinya.

Sedangkan tujuan dari disusunnya makalah ini antara lain,

1. Untuk memenuhi syarat akademis dalam studi Teknik Jalan Raya II,

2. Memberikan pengetahuan tentang perkerasan kaku,

3. Menghasilkan sarjana teknik sipil yang dapat mengaplikasikan teori dilapangan.

1.3. Lingkup Pembahasan

Lingkup pembahasan dalam makalah ini adalah

1. Pengertian Pekerasan kaku

2. Perbedaan antara perkerasan kaku (rigid pavement) dan perkerasan lentur

(flexible pavement)

3. Klasifikasi tipe perkerasan beton

4. Tegangan tegangan yang timbul pada pelat beton perkerasan kaku

5. Beberapa cara perencanaan tebal perkerasan kaku

6. Bahan – Bahan Yang Digunakan Pada Perkerasan Kaku

7. Penyiapan Tanah Dasar dan Lapis Pondasi Bawah

8. Pembuatan Beton

9. Sambungan dan Tulangan

10. Pengendalian Mutu di Lapangan

11. Faktor yang Mempengaruhi Pekerjaan Perkerasan Kaku

Page 3: Paper Tjr Fix

BAB II

ISI

2.1. Pengertian Perkerasan Kaku

Perkerasan kaku adalah struktur perkerasan pada jalan raya yang terdiri dari plat beton

semen yang bersambung (tidak menerus) dengan atau tanpa tulangan, atau menerus

dengan tulangan. Perkerasan kaku ini terletak diatas lapis pondasi bawah, tanpa atau

dengan peraspalan sebagai lapis permukaan. Perkerasan kaku terdiri atas lapisan

pondasi dan lapisan permukaan. Lapisan pondasi (Subbase) berfungsi sebagai:

1. Menyediakan lapisan yang seragam, stabil, dan permanen.

2. Menaikkan harga modulus reaksi tanah dasar (Modulus of Sub Grade Reaction = K )

menjadi modulus komposit (modulus of composit reaction)

3. Mengurangi kerusakan sebagai akibat pembekuan ( Frost reaction)

4. Melindungi gejala “pumping” butiran – butiran halus tanah pada daerah sambungan ,

retakan , dan ujung samping perkerasan.

Pumping : proses pengocokan butiran – butiran sub-grade atau sub-base pada

daerah sambungan ( basah atau kering) akibat gerakan vertical pelat,

karena beban lalu lintas akibat kejadian ini mengakibatkan turunnya

daya dukung lapisan tersebut.

Page 4: Paper Tjr Fix

5. Mengurangi terjadinya bahaya retak.

6. Menyediakan lantai kerja untuk alat berat.

2.2. Perbedaan antara perkerasan kaku (rigid pavement) dan perkerasan lentur

(flexible pavement) :

NO

.

Perkerasan Kaku (rigid pavement) Perkerasan Lentur (flexible pavement)

1 Pada sambungan perlu

pertimbangan – pertimbangan

lebih teliti. Bermanfaat untuk

keadaan traffic yang tinggi.

Perencanaan sederhana.

Bermanfaat terhadap jalan untuk semua

jenis tingkat traffic.

2 Design job mix lebih mudah untuk

ditelit , dapat digunakan teori elastic

Modulus young untuk tiap lapisan

sangat berbeda.

Quality control untuk job mix lebih rumit

karena harus diuji di laboratorium dan

hasil mix hamparan.

3 Air void dalam beton tidak mampu

mengurangi tegangan yang timbul

akibat perubahan volume beton.

Air void dapat mengurangi tegangan

yang timbul akibat perubahan volume

aspal beton.

4 Umumnya diperlukan sambungan

(joints) untuk memperkecil tegangan

“termal”.

Tidak diperlukan sambungan kecuali “

long tudinal construction joint”

5 Lebih bertahan pada kondisi drain yang

buruk.

Sulit bertahan pada kondisi drainase yang

buruk.

6 Umur rencana dapat mencapai 15-40

tahun.

Umur rencana relative 5 – 10 tahun.

7 Jika terjadi kerusakan, maka kerusakan Kerusakan tidak bersifat merambat

Page 5: Paper Tjr Fix

akan terjadi dengan cepat dalam waktu

singkat.

8 Serviceability indeks cukup baik apabila

dikerjakan transverse joints dengan baik.

Service ability index hanya baik saat

sekitar pelaksanaan.

9 Biaya konstruksi tinggi Umumnya biaya konstruksi rendah, tapi

hamper sama untuk konstruksi jalan

dengan tingkat ketajaman traffic yang

tinggi.

10 Pelaksanaan relative sederhana kecuali

sambungan.

Pelaksanaan cukup rumit disebabkan

quality control. Banyaknya jumlah varian

termasuk control temperature.

11 Pemeliharaan terhadap sambungan secara

tetap.

Biaya pemeliharaan yang dilakukan,

hamper 2 kali lebih besar daripada rigid

pavement.

12 Apabila lapisan permukaan akan di

overlay untuk mencegah retaknya refleksi

biasanya perkerasan dibuat lebih tebal 10

cm

Overlay dapat dilakukan pada semua

tingkat ketebalan lapisan perkerasan

jalan.

13 Sulit menetapkan saat diperlukan overlay. Lebih mudah diperkirakan saat harus

menentukan overlay.

14 Kekuatan konstruksi perkerasan tegar

tergantung dari konstruksi perkerasan

beton itu sendiri ( tanah dasar tidak begitu

menentukan).

Kekuatan konstruksi perkerasan lentur

ditentukan dari kemampuan penyebaran

tegangan tiap – tiap lapisan sehingga

ditentukan oleh tebal – tebal lapisan

tersebut, dan kekuatan tanah dasar yang

dipadatkan.

15 Perkerasan tegar adalah tebal lapisan

beton (tidak termasuk pondasi).

Tebal konstruksi perkerasan lentur adalah

tebal seluruh lapisan yang terdapat diatas

tanah dasar yang dipadatkan.

Page 6: Paper Tjr Fix

2.3. Klasifikasi tipe perkerasan beton :

Lapisan perkerasan beton diklasifikasikan atas empat type sebagai berikut :

1. Perkerasan beton tanpa tulangan dengan banyak menggunakan transverse joints.

2. Perkerasan beton bertulang dengan menggunakan secukupnya transverse joints.

3. Perkerasan beton bertulang menerus tanpa transverse joints kecuali pada sambungan

ke struktur lainnya.

4. Perkerasan beton pratekan dengan menggunakan beberapa transverse joints.

2.4. Tegangan tegangan yang timbul pada pelat beton perkerasan kaku :

1. Tegangan akibat pembebanan oleh roda lalu lintas.

Pembebanan ujung

Pembebanan pinggir

Pembebanan tengah

2. Tegangan akibat perubahan temperature dan kadar air.

Pengembangan

Penyusutan

Lipatan

3. Tegangan akibat perubahan volume pondasi akibat frost action.

4. Tegangan akibat timbulnya gejala “pumping”

Di Indonesia tegangan butir bisa diabaikan karena boleh dikatakan

frost action hamper tidak ada.

Tegangan butir akibat pumping dapat diatasi dengan sub base.

2.5. Beberapa cara perencanaan tebal perkerasan kaku :

1. Cara Portland Cement

Cara Portland cement berdasarkan teori Westeegard , dimana harga k

tidak mengalami koreksi terhadap kadar air.

Untuk menentukan kekuatan beton dimana ditentukan SF = Faktor

keamanan.

Bila ada gejala “pumping” , tebal sub-base disarankan 10 – 15 cm.

Page 7: Paper Tjr Fix

Bila ada gejala perubahan kerataan sub-grade maka disarankan tebal sub-

base 15-30 cm.

2. Cara Corps of Engineers

Cara – cara ini didasarkan pada pengalaman – pengalaman dan teori

Westegaard.

Harga K (Modulus Reaksi Tanah Dasar) diperoleh dari “ Plate Loading

Test” dan diadakan koreksi terhadap kadar air yang paling jelek.

Dengan mengetahui harga K, tegangan hancur beton, beban roda, maka

tebal pelat dapat dihitung.

Corps of Engineer juga telah menurunkan cara perencanaan tambahan

lapisan beton , sesuai dengan manual EM 110-45-303 , Engineering and

Design Rigid Arfield Pavement.

3. Cara NAVY

Cara ini hampir sama dengan cara Corps of Engineer

Harga K (Modulus Reaksi Terhadap Tanah Dasar) juga dikoreksi

terhadap kadar air.

Tebal sub base ditentukan berdasarkan “Loading Test” pada waktu

evaluasi subgrade (tanah dasar).

Untuk memudahkan perhitungan cara NAVY telah menurunkan grafik –

grafik perencanaan.

Dengan menentukan terlebih dahulu nilai – nilai K, tegangan hancur

beton, pembebanan, maka grafik – grafik dimaksud dapat digunakan

untuk perhitungan yang diinginkan.

4. Cara AASHTO

Cara ini juga diturunkan dari teori – teori DR.H.M. Westegaard .

Harga K ( Modulus of Subgrade Reaction) ditentukan dengan “Plate

Loading Test” tanpa koreksi terhadap kadar air.

Untuk memudahkan dalam perhitungan , telah disusun monogram –

monogram atas dasar analisa Traffic untuk Umur Rencana (UR=20

tahun).

Untuk beton ditentukan : Tegangan yang bekerja diambil sebesar 75%

dari Modulus Hancur Beton pada umur 28 hari.

Page 8: Paper Tjr Fix

Index permukaan ditentukan :

Pt =2,5 untuk Major Highway

Pt=2,0 untuk Secondary Highway

2.6. Bahan – Bahan Yang Digunakan Pada Perkerasan Kaku.

1. Semen

a.    Semen harus merupakan semen portland jenis I, II atau III sesuai dengan

AASHTO M 85.

b.    Kecuali diperkenankan lain, maka hanya produk dari satu pabrik atau satu

jenis merk semen portland tertentu yang harus digunakan di proyek.

2. Air

Air yang digunakan dalam pencampuran, perawatan atau penggunaan-

penggunaan tertentu lainnya harus bersih dan bebas dari bahan-bahan yang

merugikan seperti minyak, garam, asam, alkali, gula atau bahan-bahan

organik.Air harus diuji sesuai dengan dan harus memenuhi persyaratan

AASHTO T 26.

Air yang diketahui dapat diminum dapat dipakai dengan tanpa pengujian.

3. Persyaratan Gradasi Agregat

a.    Gradasi agregat kasar dan halus harus memenuhi persyaratan yang diberikan

dalam Tabel 2.1

Bahan-bahan yang tidak memenuhi persyaratan gradasi ini dapat tidak

ditolak asalkan Kontraktor dapat menunjukkan bahwa persyaratan yang

dirinci dalam Butir 7.5.3.

dapat dipenuhi jika menggunakan bahan-bahan tersebut.

Tabel 2.1.: Persyaratan Gradasi Agregat.

Ukuran Ayakan  Persentase Berat Yang Lolos 

Standar (mm)  Inch Agregat Halus  Pilihan Agregat Kasar

Page 9: Paper Tjr Fix

(in) 

50  2  -  100  -  -  - 

37  1,5  -  95-100  100  -  - 

25  1  -  -  95-100  100  - 

19  ¾  -  35-70  -  90-100  100 

13  ½  -  -  25-60  -  90-100 

10  3/8  100  10-30  -  20-55  40-70 

4,75  #4  95-100  0-5  0-10  0-10  0-15 

2,36  #8  -  -  0-5  0-5  0-5 

1,18  #16  45-80  -  -  -  - 

0,30  #50  10-30 -  -  -  - 

0,15  #100  2-10  -  -  -  - 

 

b.     Agregat kasar harus dipilih sedemikian rupa sehingga ukuran partikel

terbesar tidak lebih besar dari pada 3/4

jarak bersih minimum antara batang tulangan atau antara batang tersebut

dengan acuan atau antara batasan-batasan ruang lainnya dimana pekerjaan

beton harus ditempatkan.

c. Sifat Agregat

Agregat untuk pekerjaan beton harus terdiri dari partikel yang bersih dan

keras yang diperoleh dari pemecahan batu, atau dengan menyaring dan

mencuci (bila perlu) kerikil dan pasir sungai.

Agregat harus bebas dari bahan-bahan organik seperti yang dirinci dalam

AASHTO T21 dan seperti diberikan dalam Tabel 2.2.

bila diambil contoh dan diuji sesuai dengan ketentuan BS CP 114 dan

prosedur AASHTO yang relevan.

Page 10: Paper Tjr Fix

Agregat yang berupa bahan-bahan yang berukuran sama yang berasal dari

berbagai sumber harus ditimbun dalam timbunan terpisah dan hanya boleh

digunakan dalam struktur yang terpisah.

Tabel 2.2 .: Sifat Agregat Beton.

Sifat Pengujian

AASHTO 

Batas maksimum yang

diijinkan

Agregat

halus

Agregat

kasar

Kehilangan akibat abrasi pada 500

putaran dengan mesin Los Angeles.T 96  -  40 % 

Kehilangan akibat penentuan kualitas

dengan Sodium Sulfat setelah 5 siklus.T 104  10%  12 % 

Persentase gumpalan tanah liat dan

pertikel yang dapat pecah dalam agregat.T 112  0,50 %  0,25 % 

Bahan-bahan yang lolos ayakan #200. T 11  3 %  1 % 

 

4. Bahan Tambah (Additive)

Penggunaan plastisator, bahan-bahan tambah untuk mengurangi air

atau bahan tambah lainnya, harus mendapat persetujuan terlebih dahulu.Jika

digunakan, bahan yang bersangkutan harus memenuhi AASHTO M 154 atau

M 194.

Bahan tambahan yang bersifat mempercepat dan yang mengandung

Calcium Chlorida tidak boleh digunakan.

5. Membran Kedap Air

Lapisan bawah yang kedap air harus terdiri dari lembaran plastik yang

kedap setebal 125 mikron.Air tidak boleh tergenang di atas membran, dan

membran harus kedap air sepenuhnya waktu beton dicor.

Page 11: Paper Tjr Fix

Lapisan bawah yang kedap air tidak boleh digunakan di bawah

perkerasan jalan beton bertulang yang menerus.

6. Tulangan Baja

a.     Tulangan baja untuk jalur kendaraan harus berupa anyaman baja atau batang

baja berulir sebagaimana diperlihatkan dalam Gambar Rencana.

b.    Baja tulangan harus merupakan batang baja polos atau berulir grade U24 atau

batang berulir grade U40 sesuai dengan persyaratan Sll 0136-84, kecuali jika

disetujui lain atau diperlihatkan lain dalam Gambar Rencana.

c.    Tulangan anyaman kawat baja harus memenuhi persyaratan-persyaratan

AASHTO M 55. Tulangan ini harus disediakan dalam bentuk lembaran-

lembaran datar dan merupakan jenis yang disetujui.

d.    Batang baja harus memenuhi persyaratan AASHTO M 54. Bagian-bagiannya

harus berukuran dan berjarak antara sebagaimana diperlihatkan dalam Gambar

Rencana.

e.    Batang baja untuk Ruji (Dowel) harus berupa batang bulat biasa sesuai

dengan AASHTO M 31. Batang dowel berlapis plastik yang memenuhi

AASHTO M 254 dapat digunakan.

f.    Batang pengikat (Tie bar) harus berupa batang baja berulir sesuai dengan

AASHTO M 31.

7. Bahan-bahan untuk Sambungan

a.      Bahan-bahan pengisi siar muai harus sesuai dengan persyaratan-

persyaratan AASHTO M 153 atau M 213. Bahan-bahan tersebut harus

dilubangi untuk dilalui dowel-dowel sebagaimana diperlihatkan dalam Gambar

Rencana. Bahan pengisi untuk setiap sambungan harus disediakan dalam

bentuk satu kesatuan utuh untuk tebal dan lebar penuh yang diperlukan untuk

sambungan yang bersangkutan kecuali jika diijinkan lain. Di mana ujung-

ujung yang berbatasan diperkenankan, maka ujung-ujung tersebut harus diikat

Page 12: Paper Tjr Fix

satu sama lainnya dan dipertahankan dengan kokoh dan tepat ditempatnya

dengan jepitan kawat (stapling) atau penyambung / pengikat yang baik

lainnya.

b.      Bahan penutup sambungan (joint sealant) harus berupa Expandite

Plastic, senyawa gabungan bitumen karet Grade 99 yang dituangkan dalam

keadaan panas, atau bahan serupa yang disetujui. Bahan sambungan harus

sebagaimana dianjurkan oleh pabrik pembuat bahan yang bersangkutan.

2.7. Penyiapan Tanah Dasar dan Lapis Pondasi Bawah

a) Pembentukan Permukaan

Persyaratan tanah dasar untuk perkerasan kaku sama dengan persyaratan tanah

dasar untuk perkerasan lentur, baik mengenai daya dukung, kepadatan maupun

kerataannya.

Lapis pondasi bawah untuk perkerasan kaku dapat berupa lean concrete (beton

kurus), atau bahan berbutir yang bisa berupa agregat atau lapisan pasir (sand bedding).

Lapis pondasi bawah tidak dimaksudkan untuk ikut menahan beban lalu lintas, tetapi

lebih berfungsi sebagai lantai kerja dan sebagai fasilitas drainase agar air dapat bebas

bergerak di bawah plat beton tanpa mengerosi butir-butir tanah yang membentuk

tanah dasar. Oleh karena itu biasanya lapis pondasi bawah dari bahan berbutir harus

memenuhi persyaratan sebagai filter material.

Persiapan penting yang harus dilakukan sebelum penghamparan plat beton

meliputi berbagai hal seperti membentuk, membuat penyesuaian-penyesuaian

seperlunya pada permukaan tanah dasar atau lapis pondasi bawah, dan bila perlu,

menambahkan air dan memadatkan kembali permukaan disesuaikan dengan

alinyemen dan potongan melintang seperti ditunjukkan dalam Gambar Rencana.

Pembentukan permukaan secara teliti sangat penting bagi pelaksanaan ditinjau dari

segi jumlah beton yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan.

Bila digunakan metode dengan acuan tetap (fixed form) dianjurkan agar lapis

pondasi bawah dibuat paling sedikit 30 cm lebih lebar dari pada lebar plat beton yang

akan dicor, pada masing-masing sisi memanjang hamparan, yang akan berguna

Page 13: Paper Tjr Fix

sebagai landasan acuan tetap. Bila digunakan metode dengan acuan gelincir (slip

form) hal tersebut tidak diperlukan, karena biasanya alat penghampar sudah

dilengkapi peralatan otomatis untuk mengatur ketinggian penghamparan sesuai

dengan yang direncanakan (string control).

Bagian-bagian permukaan yang menonjol harus dikupas.Bagian-bagian, yang

rendah harus diisi dan dipadatkan sesuai dengan persyaratan kepadatan. Bila alat

pengupas dilengkapi dengan sistem pengatur ketinggian otomatis, maka alat tersebut

dapat langsung dioperasikan di atas permukaan yang akan dibentuk.

b) Persyaratan dan Pemeriksaan Bentuk Akhir

Sebelum dilakukan penghamparan beton, tanah dasar atau lapisan pondasi

bawah diperiksa kepadatan dan bentuk penampang melintangnya.

Permukaan lapisan yang akan dicor beton harus senantiasa bebas dari benda-

benda asing, sisa-sisa beton, dan kotoran-kotoran lainnya.

c) Pemasangan Membran Kedap Air

Membran kedap air harus terdiri dari lembaran plastik yang kedap air setebal

125 micron yang berguna agar air semen dari plat beton yang dicor tidak meresap ke

dalam lapisan di bawahnya, dan juga untuk mencegah adanya ikatan antara plat beton

dengan lapis pondasi bawah yang akan mengakibatkan terjadinya retak-retak pada plat

beton setelah terjadinya penyusutan pada waktu pengerasan beton.

Membran kedap air tersebut dipasang di atas permukaan lapis pondasi bawah

yang telah siap. Lembar-lembar yang berdampingan dipasang overlap,

dengan lebar tumpang-tindih tidak kurang dari 10 cm pada arah lebar dan 30 cm pada

arah memanjang.

Pemasangan lembar kedap air harus dilakukan secara hati-hati untuk

mencegah sobeknya lembar-lembar tersebut, dan harus dipaku ke permukaan lapis

pondasi bawah agar tidak mudah tergulung akibat tiupan angin.

d) Acuan

Page 14: Paper Tjr Fix

Persyaratan

Acuan (bekisting / form) yang digunakan harus cukup kuat untuk menahan

beban-beban selama pelaksanaan. Kekuatan acuan yang terbuat dari baja lurus, harus

diuji, dan harus memenuhi persyaratan bahwa acuan harus tidak melendut lebih besar

dari 6,4 mm (1/4 inch) bila diuji sebagai balok biasa dengan bentang 3 m (10 ft) dan

beban yang sama dengan berat mesin penghampar atau peralatan pelaksanaan lainnya

yang mungkin akan bergerak di atasnya.

Tebal baja yang biasanya digunakan adalah 6,4 mm (1/4 inch) dan 8 mm (5/16

inch). Bila acuan harus mendukung alat penghampar beton yang berat, ketebalannya

tidak boleh kurang dari 8 mm (5/16 inch). Dianjurkan agar acuan mempunyai tinggi

yang sama dengan tebal rencana pelat beton dan lebar dasar acuan sama dengan 0,75

kali tebal pelat beton tapi kurang dari 200 mm (8 inch).

Acuan harus dipasang sedemikian rupa sehingga cukup kokoh, tidak melentur

atau turun akibat tumbukan dan getaran alat penghampar dan alat pemadat.Lebar flens

penguat yang dipasang pada dasar acuan harus menonjol keluar dari acuan tidak

kurang dari 2/3 tinggi acuan.

Dalam pemeriksaan kelurusan dan kerataan acuan variasi kerataan bidang atas

acuan tidak boleh lebih dari 0,32 cm (1/8 inch) untuk setiap 3 m (10 ft) panjang dan

kerataan bidang dalam acuan tidak boleh lebih dari 0,64 cm (1/4 inch) untuk setiap 3

m (10 ft) panjang.

Ujung-ujung acuan yang berdampingan harus mempunyai sistem penguncian

untuk menyambung dan mengikat erat acuan-acuan tersebut.Pada lengkungan dengan

jari-jari kecil dianjurkan untuk menggunakan acuan yang dapat dibengkokkan

(flexible form) atau acuan melengkung.

Untuk pekerjaan-pekerjaan yang relatif kecil, yang bersifat padat karya, maka

acuan dari kayu dapat digunakan, untuk alat perata dapat menggunakan vibrator

perata biasa (besi profil yang dilengkapi mesin penggetar dan ditarik tenaga manusia).

Kayu untuk keperluan ini dibuat dari kayu yang cukup kuat dengan baja siku dipasang

di atasnya, dengan angkur pemegang setiap 0,5 meter.

Page 15: Paper Tjr Fix

Pemasangan Acuan

Pemasangan acuan baja maupun kayu pada prinsipnya harus mengikuti

ketentuan-ketentuan di bawah ini.

Pondasi acuan harus dipadatkan dan dibentuk sesuai dengan alinyemen dan

ketinggian jalan yang bersangkutan sehingga acuan yang dipasang dapat disangga

secara seragam pada seluruh panjangnya dan terletak pada elevasi yang benar.

Pembuatan galian untuk meletakkan acuan pada ketinggian yang tepat,

sebaiknva dilakukan, dengan cara mengupas / mengeruk. Bekas galian di kiri dan

kanan pondasi acuan, harus diisi dan dipadatkan kembali.Alinyemen acuan baru harus

diperiksa dan bila perlu diperbaiki memanjang penghamparan beton.

Bila terdapat acuan yang rusak atau sesudah perbaikan pondasi yang tidak

stabil, acuan harus disetel kembali. Acuan harus dipasang cukup jauh di depan tempat

penghamparan beton sehingga memungkinkan pemeriksaan dan perbaikan acuan

tanpa mengganggu kelancaran penghamparan beton.

Acuan dipasang pada posisi yang benar, dan tanah dasar atau lapis pondasi

bawah pada kedua sisi luar dan dalam harus dipadatkan dengan baik menggunakan

alat pemadat mesin atau manual.Acuan harus disangga pada tempatnya, paling sedikit

setiap 3 m (10 ft).

Pembongkaran Acuan

Acuan harus tetap dipasang selama paling sedikit 8 jam setelah penghamparan

beton. Setelah acuan dibongkar, permukaan beton yang terbuka harus segera dirawat.

2.8. PEMBUATAN BETON

a. Pencampuran dan Penakaran

Perbandingan bahan dan berat penakaran harus menggunakan cara yang

ditetapkan dalam BS CP 114.

Page 16: Paper Tjr Fix

Proporsi bahan dan berat penakaran harus sesuai dengan batas-batas yang

diberikan dalam Tabel 5.1.

b. Campuran Percobaan

Kontraktor harus memastikan perbandingan campuran dan bahan-bahan yang

diusulkan dengan membuat dan menguji campuran-campuran percobaan dengan

menggunakan instalasi dan peralatan yang sama seperti yang akan digunakan nanti.

Campuran percobaan dapat dianggap dapat diterima asal memenuhi semua

persyaratan sifat campuran yang ditetapkan dalam Butir 7.5.3.

di bawah ini.

c. Persyaratan Sifat Campuran

a. Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi kuat tekan

dan "slump" yang dibutuhkan seperti yang disyaratkan dalam Tabel 5.3,

bila pengambilan contoh, perawatan dan pengujian sesuai dengan SNI 03-1974-19

90 (AASHTO T22), Pd M-16-1996-03 (AASHTO T23), SNI 03-2493-1991

(AASHTO T126), SNI 03-2458-1991 (AASHTO T141).

b.      Kuat tekan karateristik beton harus sesuai dengan persyaratan-persyaratan

.Tabel 5.3. Dengan menggunakan cara pengujian "the third point" kuat lentur

karakteristik harus tidak kurang dari 45 kg/cm2

c.     Beton tersebut harus merupakan jenis yang memiliki sifat kemudahan

pengerjaan yang sesuai untuk mencapai pemadatan penuh dengan instalasi yang

digunakan dengan tanpa pengaliran yang tak semestinya. Slump optimum

sebagaimana diukur dengan cara pengujian AASHTO T 199 harus tidak kurang

dari 20 mm dan tidak lebih besar dan 60 mm. Slump tersebut harus dipertahankan

dalam batas toleransi ± 20 mm dari slump optimum yang disetujui. Beton yang

tidak memenuhi persyaratan-persyaratan slump tersebut tidak boleh digunakan

untuk plat beton perkerasan.

e.      Bilamana pengujian beton berumur 7 hari menghasilkan kuat beton di bawah

kekuatan yang disyaratkan dalam Tabel 5.3.,

Page 17: Paper Tjr Fix

maka Kontraktor tidak diperkenankan mengecor beton lebih lanjut sampai

penyebab dari hasil yang tidak memenuhi persyaratan tersebut dapat diketahui

dengan pasti dan sampai telah diambil tindakan-tindakan yang menjamin bahwa

produksi beton memenuhi ketentuan yang disyaratkan. Kuat tekan beton berumur

28 hari yang tidak memenuhi ketentuan harus diperbaiki sebagaimana

disyaratkan.Kekuatan beton dianggap lebih kecil dari yang disyaratkan bilamana

hasil pengujian serangkaian benda uji dari suatu bagian pekerjaan lebih kecil dari

kuat tekan karakteristik yang diperoleh dari rumus.yang diuraikan dalam Butir

7.6.2.c.

Tabel 2. 8.1.: Batasan proporsi takaran campuran

Mutu

Beton 

Ukuran Agregat

Maksimum

(mm) 

Rasio Air / Semen

(terhadap berat)

Kadar Semen

Minimum

(kg/m3 dari

campuran) 

K500  -  0,375  450 

K400 

37

25

19 

0,45

0,45

0,45 

356

370

400 

K350 

37

25

19 

0,45

0,45

0,45 

315

335

365 

K300 

37

25

19 

0,45

0,45

0,45 

300

320

350 

K250  37 0,50 290

Page 18: Paper Tjr Fix

25

19 

0,50

0,50 

310

340 

K175  -  0,57  300

K125  -  0,60  250 

 

Tabel 2.8.2 .: Ketentuan sifat campuran

Mutu Beton 

Kuat Tekan Karakteristik min. (kg/cm2)  Slump (cm) 

Benda Uji Kubus

15 x 15 x 15 cm 

Benda Uji Silinder

15 cm x 30 cm  Digetarkan  Tidak Digetarkan 

7 hari  28 hari  7 hari  28 hari 

K600 390  600  325  500  20 – 50  - 

K500  325  500  260  400  20 – 50  - 

K400  285  400  240  330  20 – 50  - 

K350  250  350  210  290  20 – 50  50 – 100 

K300  215  300  180  250  20 – 50  50 – 100 

K250  180  250  150  210  20 – 50  50 – 100 

K225  150  225  125  190  20 – 50  50 – 100 

K175  115 175  95  145  30 – 60  50 – 100 

K125  80  125  70  105  20 – 50  50 – 100 

 

Catatan : bila menggunakan concrete pump, slump bisa berkisar antara 75 ± 25mm

f.      Pekerjaan dapat pula dihentikan dan atau memerintahkan Kontraktor

mengambil tindakan perbaikan untuk meningkatkan mutu campuran atas dasar

hasil pengujian kuat tekan beton berumur 3 hari. Dalam keadaan demikian,

Page 19: Paper Tjr Fix

Kontraktor harus segera menghentikan pengecoran beton yang dipertanyakan

tetapi dapat memilih menunggu sampai hasil pengujian kuat tekan beton berumur

7 hari diperoleh, sebelum menerapkan tindakan perbaikan.

g.      Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi ketentuan dapat

mencakup pembongkaran dan penggantian seluruh beton tidak boleh berdasarkan

pada hasil pengujian kuat tekan beton berumur 3 hari saja, perlu analisis teknis.

d. Kekuatan beton

Beton harus mempunyai kekuatan lentur karakteristik sebesar 45 kg/cm2 pada

umur 28 hari bila diuji sesuai dengan ASSHTO T 97.

Bila pengujian dilakukan pada kubus 15 cm, kekuatan tekan karakteristik

harus sebesar 350 kg/cm2 pada umur 28 hari.

Kekuatan beton 7 hari harus sebesar 0,7 x kekuatan lentur karakteristik.

e. Penyesuaian campuran

a.     Penyesuaian sifat kelecakan (workability)

Bilamana sulit memperoleh sifat kelecakan beton dengan proporsi

yang semula dirancang, maka Kontraktor akan melakukan perubahan pada

berat agregat sebagaimana diperlukan, asalkan dalam hal apa pun kadar

semen yang semula dirancang tidak berubah, juga rasio air / semen yang

telah ditentukan berdasarkan pengujian kuat tekan yang menghasilkan kuat

tekan yang memenuhi, tidak dinaikkan.

Pengadukan kembali beton yang telah dicampur dengan cara

menambah air atau cara lain tidak diperkenankan. Bahan tambah (aditiv)

untuk meningkatkan sifat kelecakan hanya diijinkan bila secara khusus telah

disetujui.

b.     Penyesuaian kekuatan

Page 20: Paper Tjr Fix

Bilamana beton tidak mencapai kekuatan yang disyaratkan atau

disetujui, kadar semen harus ditingkatkan.

c.     Penyesuaian untuk bahan-bahan baru

Perubahan sumber bahan atau karakteristik bahan tidak boleh

dilakukan tanpa mendapat persetujuan terlebih dahulu.

f. Penakaran agregat

a.      Seluruh komponen beton harus ditakar menurut beratnya. Bila

digunakan semen kemasan dalam zak, kuantitas penakaran harus sedemikian

sehingga kuantitas semen yang digunakan adalah setara dengan satu satuan

atau pembulatan dari jumlah zak semen. Agregat harus diukur beratnya

secara terpisah.Ukuran setiap penakaran tidak boleh melebihi kapasitas alat

pencampur.

b.      Sebelum penakaran, agregat harus dibasahi sampai jenuh dan

dipertahankan dalam kondisi lembab, pada kadar yang mendekati keadaan

jenuh-kering permukaan, dengan menyemprot tumpukan agregat dengan air

secara berkala. Pada saat penakaran, agregat harus telah dibasahi paling

sedikit 12 jam sebelumnya untuk menjamin pengaliran yang memadai dari

tumpukan agregat.

g. Pencampuran

a.     Beton harus dicampur dalam mesin yang dijalankan secara mekanis

dari jenis dan ukuran yang disetujui sehingga dapat menjamin campuran

yang merata dari seluruh bahan.

b.      Pencampur harus dilengkapi dengan tangki air yang memadai dan alat

ukur yang akurat untuk mengukur dan mengendalikan jumlah air yang

digunakan dalam setiap penakaran.

Page 21: Paper Tjr Fix

c.      Pertama-tama alat pencampur harus diisi dengan agregat dan semen

yang telah ditakar, dan selanjutnya alat pencampur dijalankan sebelum air

ditambahkan.

d.      Waktu pencampuran harus diukur pada saat air mulai dimasukkan ke

dalam campuran bahan kering. Seluruh air yang diperlukan harus

dimasukkan sebelum waktu pencampuran berlangsung seperempat bagian.

Waktu pencampuran untuk mesin berkapasitas 3/4

m3 atau kurang haruslah 1,5 menit; untuk mesin yang lebih besar waktu harus

ditingkatkan 15 detik untuk tiap penambahan 0,5 m3.

2.9. SAMBUNGAN DAN TULANGAN

a) Sambungan Memanjang dan Melintang

Sambungan (joint) dipasang pada perkerasan beton semen untuk mengendalikan

penyebaran retakan akibat susut serta untuk menampung lenting pelat beton akibat

perubahan suhu siang dan malam hari dan kelembaban.

Sambungan melintang dapat berupa sambungan susut, sambungan muai dan juga

sambungan pelaksanaan.

Sambungan melintang dipasang tegak lurus sumbu jalan.

a.     Semua sambungan memanjang dan melintang harus dibuat sesuai dengan

detail dan letak pada Gambar Rencana.

b.     Semua sambungan melintang harus dibuat segaris untuk seluruh lebar

perkerasan. Bidang-bidang permukaan sambungan harus diusahakan tegak lurus

terhadap bidang permukaan perkerasan.

c.     Dalam pembuatan sambungan, perhatian khusus perlu diberikan, guna

menghindari ketidakrataan permukaan pada sambungan tersebut. Apabila pada

Page 22: Paper Tjr Fix

sambungan diperlukan, maka harus digunakan mistar 3 m (10 ft) untuk menjamin

kerataan pada sambungan tersebut. Pembentukan sambungan yang ditempatkan di

depan perata (screed) dapat dibuat tenggelam (tip), sedangkan apabila

ditempatkan di belakang perata dapat dipasang menonjol pada permukaan.

d.     Sambungan dengan lidah-alur, harus dicetak secara teliti dengan bahan

cetakan yang cukup kuat agar didapat bentuk lidah-alur yang sempurna.

Sambungan lidah-alur, dapat juga dibentuk secara sempurna dengan

menggunakan mesin penghampar acuan gelincir.

e.     Apabila sambungan melintang dilakukan dengan cara menggergaji, maka

penggergajian sambungan melintang harus diusahakan sebelum retak awal terjadi.

1.Sambungan Memanjang (Longitudinal Joints)

Batang baja ulir (deformed bar), sebagai batang pengikat (tie bars),

dengan panjang, ukuran, dan jarak seperti yang ditentukan harus diletakkan tegak

lurus sambungan memanjang memakai alat mekanik atau dipasang dengan besi

dudukan (chair), untuk mencegah perubahan tempat.

Batang pengikat tersebut tidak boleh di cat atau dilapisi aspal atau material

lain atau dimasukkan tabung, kecuali untuk keperluan pelebaran nantinya.

Bila tertera dalam Gambar Rencana dan bila lajur perkerasan yang berdekatan

dilaksanakan terpisah, acuan baja harus digunakan untuk membentuk keyway

(takikan) sepanjang sambungan memanjang.

Tie bar dapat dibengkokkan dengan sudut tegak lurus acuan dari lajur yang

dilaksanakan dan diluruskan kembali sampai posisi tertentu sebelum beton lajur yang

berdekatan dihamparkan atau sebagai pengganti tie bar yang dibengkokkan dapat

digunakan 2 batang tie bar yang disambung (two-piece connectors).

Sambungan memanjang acuan (longitudinal form joint) terdiri dari takikan /

alur ke bawah memanjang pada permukaan jalan.Sambungan tersebut harus dibentuk

dengan alat mekanis atau dibuat secara manual dengan ukuran dan garis sesuai

Gambar Rencana sewaktu beton masih mudah dibentuk. Alur ini harus diisi dengan

Page 23: Paper Tjr Fix

kepingan (filler) material yang telah tercetak sebelumnya (premolded) atau dicor

(poured) dengan material penutup sesuai yang disyaratkan.

Sambungan memanjang tengah (longitudinal centre joint) harus dibuat

sedemikian rupa sehingga ujungnya berhubungan dengan sambungan melintang

(transverse joint), bila ada.

Sambungan memanjang

gergajian (longitudinal sawn joint) harus dibuat dengan pemotong beton dengan

gergaji beton yang disetujui sampai kedalaman, lebar dan garis sesuai Gambar

Rencana. Untuk menjamin pemotongan sesuai dengan garis pada Gambar Rencana,

harus digunakan alat bantu atau garis bantu yang memadai. Sambungan memanjang

ini harus digergaji sebelum berakhimya masa perawatan beton, atau segera

sesudahnya sebelum peralatan atau kendaraan diperbolehkan memasuki perkerasan

beton baru tersebut. Daerah yang akan digergaji harus dibersihkan dan sambungan

harus segera diisi dengan material penutup (sealer) sesuai dengan yang disyaratkan.

Sambungan memanjang tipe sisip permanen (longitudinal permanent insert

type joints) harus dibentuk dengan menempatkan lembaran plastik yang tidak akan

bereaksi secara kimiawi dengan bahan beton. Lebar lembaran ini harus cukup untuk

membentuk bidang yang diperlemah dengan kedalaman sesuai Gambar Rencana.

Sambungan dengan bentuk bidang lemah (weaken plane type joint) tidak perlu

dipotong (digergaji). Ketebalan kepingan tidak boleh kurang dari 0,5 mm dan harus

disisipkan memakai alat mekanis sehingga dijamin tetap berada pada posisi yang

tepat. Ujung atas lembaran ini harus berada di bawah permukaan akhir (finished

surface) perkerasan sesuai yang tertera pada Gambar Rencana.

Kepingan sisipan ini tidak boleh rusak selama pemasangan atau karena

pekerjaan finishing pada beton.Garis sambungan harus sejajar dengan garis sumbu

(centre line) jalan dan jangan terlalu besar perbedaan kerataannya.Alat pemasangan

mekanis harus menggetarkan beton selama kepingan itu disisipkan sedemikian rupa

agar beton yang terganggu kembali rata sepanjang pinggiran kepingan tanpa

menimbulkan segregasi.

Page 24: Paper Tjr Fix

2.Sambungan Ekspansi Melintang (Transverse Expansion Joints)

Filler (bahan pengisi) untuk sambungan ekspansi (expansion joint filler) harus

menerus dari acuan ke acuan, dibentuk sesuai dengan tanah dasar,

dan takikan sepanjang acuan. Filler sambungan pracetak (preform joint filler) harus

disediakan dengan panjang yang sama dengan lebar jalan atau sama dengan lebar satu

lajur. Filler yang rusak atau yang sudah diperbaiki tidak boleh digunakan, kecuali bila

disetujui.

Filler sambungan ini harus ditempatkan pada posisi vertikal. Alat bantu atau

pemegang yang disetujui harus digunakan untuk menjaga agar filler tetap pada garis

dan alinyemen yang semestinya selama penghamparan dan finishing beton. Perubahan

posisi akhir sambungan tidak boleh lebih dari 5 mm pada alinyemen horisontalnya

menurut garis lurus.Bila filler dipasang berupa bagian-bagian, maka di antara unit-unit

yang berdekatan tidak boleh ada celah.

Pada sambungan ekspansi itu tidak boleh ada sumbatan atau gumpalan beton.

3.    Sambungan Kontraksi Melintang (Transverse Contraction Joints)

Sambungan ini terdiri dari bidang-bidang yang diperlemah dengan membuat

takikan / alur dengan penggergajian permukaan perkerasan, disamping itu bila tertera

pada Gambar Rencana juga harus mencakup pasangan alat transfer beban (load

transfer assembly).

a.    Sambungan Kontraksi Kepingan Melintang (Transverse Strip Contraction

Joints)

Sambungan ini harus dibentuk dengan memasang kepingan sebagaimana

tertera pada Gambar Rencana.

b.     Takikan / Alur (Formed Grooves)

Takikan ini harus dibuat dengan menekankan alat ke dalam beton yang masih

plastis.Alat tersebut harus tetap di tempat sekurang-kurangnya sampai beton

mencapai pengerasan awal, dan kemudian harus dilepas tanpa merusak beton di

Page 25: Paper Tjr Fix

dekatnya, kecuali bila alat itu memang didesain untuk tetap terpasang pada

sambungan.

c.    Sambungan Gergajian (Sawn Contraction Joints)

Sambungan ini harus dibuat dengan membuat alur dengan gergaji pada

permukaan perkerasan dengan lebar, kedalaman, jarak dan garis sesuai yang

tercantum pada Gambar Rencana, dengan gergaji beton yang disetujui.Setelah

sambungan digergaji, bekas gergajian dan permukaan beton yang berdekatan harus

dibersihkan.

Penggergajian harus dilakukan secepatnya setelah beton cukup keras agar

penggergajian tidak menimbulkan keretakan, dan jangan lebih dari 18 jam setelah

pemadatan akhir beton. Sambungan harus dibuat / dipotong sebelum terjadi retakan

karena susut. Bila perlu, penggergajian dapat dilakukan pada waktu siang atau

malam hari dalam cuaca apa pun. Penggergajian harus ditangguhkan bila di dekat

tempat sambungan ada retakan. Penggergajian harus dihentikan bila retakan terjadi

di depan gergajian. Bila retakan sulit dicegah ketika dimulai penggergajian, maka

pembuatan sambungan kontraksi harus dibuat dengan takikan / alur sebelum beton

mencapai pengeringan tahap awal sebagaimana dijelaskan di atas.Secara umum,

penggergajian harus dilakukan berurutan.

d.    Sambungan Kontraksi Acuan Melintang (Tranverse Formed Contraction

Joints)

Sambungan ini harus sesuai dengan ketentuan untuk sambungan acuan

longitudinal (longitudinal formed joints).

e.     Sambungan Konstruksi Melintang (Transverse Construction Joints)

Sambungan ini harus dibuat bila pengecoran beton berhenti lebih dari 30

menit.Sambungan konstruksi melintang tidak boleh dibuat pada jarak kurang dari 3

m dari sambungan ekspansi, sambungan kontraksi, atau bidang yang diperlemah

lainnya.

Page 26: Paper Tjr Fix

Bila dalam waktu penghentian itu campuran beton tidak cukup untuk membuat

perkerasan sepanjang minimum 3 m, maka kelebihan beton pada sambungan

sebelumnya harus dipotong dan dibuang sesuai instruksi.

4.    Sambungan Pelaksanaan (Construction Joint)

Sambungan pelaksanaan dengan lidah-alur biasanya digunakan pada

sambungan arah memanjang (di antara jalur-jalur penghamparan yang terpisah) dapat

dibentuk dengan cara acuan gelincir atau dengan baja cetakan standar.

Apabila digunakan lapis pondasi bawah dengan stabilisasi, maka sambungan

lidah alur dapat ditiadakan.

Pada sambungan pelaksanaan dengan lidah-alur perlu disediakan tempat untuk

pemasang batang pengikat.Apabila diperlukan atau diijinkan maka batang pengikat

dapat menggunakan batang berulir atau batang pengikat jadi.Apabila digunakan

batang pengikat yang dapat dibengkokkan dan diluruskan kembali, maka batang

tersebut harus mengikuti persyaratan ASTM untuk menjamin bahwa tulangan dapat

dibengkokkan dan diluruskan kembali tanpa mengalami kerusakan / pecah.

Dengan demikian, apabila metoda tersebut disyaratkan, maka harus dilakukan

langkah-langkah pencegahan untuk menjamin hasil yang baik. Salah satu cara untuk

mencegah kerusakan batang pengikat akibat pembengkokan dan pelurusan kembali

adalah sebagai berikut.

2.10. PENGENDALIAN MUTU Dl LAPANGAN

a) Pengujian untuk kelecakan (workability)

Satu atau lebih pengujian "slump", harus dilaksanakan pada setiap takaran beton yang

dihasilkan.

b) Pengujian kuat tekan

Page 27: Paper Tjr Fix

Kontraktor harus melaksanakan tidak kurang dari 1 pengujian kuat tekan untuk setiap

60 m3 beton yang dicor.Setiap pengujian harus termasuk 3 contoh yang identik untuk

diuji pada umur 3, 7 dan 28 hari.Tetapi bila jumlah beton yang dicor dalam satu hari

memberikan kurang dari 5 contoh untuk diuji, maka contoh-contoh harus diambil dari

5 takaran yang dipilih secara acak.Contoh pertama dari contoh-contoh ini harus diuji

pada umur 3 hari disusul dua oleh pengujian lebih lanjut pada umur 7 dan 28 hari.

c) Pengujian tambahan

Kontraktor harus melaksanakan pengujian tambahan yang diperlukan untuk

menentukan mutu bahan atau campuran atau pekerjaan beton akhir, pengujian

tambahan tersebut meliputi :

•     Pengujian yang tidak merusak menggunakan "sclerometer" atau perangkat

penguji lainnya.

•     Pengambilan dan pengujian benda uji inti (core) beton.

•     Pengujian lainnya sebagaimana ditentukan secara khusus.

2.11. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEKERJAAN PERKERASAN KAKU

Ada beberapa parameter yang harus diperhatikan dalam pekerjaan perkerasan kaku.

Bahan

1. Sumber Bahan

Bahan yang digunakan harus berasal dari sumber yang telah diketahui dan dibuktikan,

baik mutu maupun jumlahnya. Bahan yang digunakan harus mengikuti persyaratan

yang telah ditetapkan.

2. Bahan Tambah

Setiap bahan tambah yang digunakan harus memenuhi spesifikasi sebagai berikut:

a. ASTM C - 260/AASHTO M154- 79 Spesifikasi bahan tambah "air entraining".

b. ASTM C - 618 Spesifikasi untuk Fly Ash atau Calcined Natural Pozzolan yang

digunakan dalam Beton semen Portland.

c. ASTM D - 98/AASHTO M144 - 78 Spesifikasi untuk Calsium Chloride.

d. ASTM C - 49/AASHTOM194- 82 Spesifikasi untuk bahan tambah kimia.

Page 28: Paper Tjr Fix

3. Agregat

a) Persyaratan Muta dan Gradasi Agregat yang digunakan harus memenuhi persyaratan

1) Persyaratan Ukuran Agregat Kasar Agregat kasar terdiri dari kerikil atau batu

pecah yang mempunyai ukuran butir 10,20 dan 40 mm dengan perbandingan dan

berat ideal adalah sebagai berikut :

- Fraksi 10 min : Fraksi20 nmm = 1: 2

- Fraksi 10 mm : Fraksi 20 : Fraksi 40 mm = 1 : 1'/2 : 3.

2) Persyaratan Ukuran Maksimuin Agregat

Ukuran maksimum agregat harus lebih kecil atau sama dengan '/3 tebal pelat dan

lebih kecil atau sama dengan 3/4 jarak bersih minimum antara tulangan.

b) Cara Pengelolaan

Agregat harus dikelola sedemikian rupa sehingga dapat mencegah pemisahan

butir/agregat, penurunan mutu, pengotoran atau pencampuran antar fraksi dan jenis

yang berbeda.

Tiap fraksi agregat, harus disimpan secara terpisah. Apabila diperlukan pengoperasian

peralatan di atas tumpukan, maka seluruh jalan untuk peralatan yang melalui tumpukan harus

ditutup dengan terpal atau papan. Apabila ada bahan yang mengalami pemisahan butir,

penurunan mutu, atau pengotoran, maka sebelum digunakan bahan tersebut harus diperbaiki

dengan cara pencampuran dan pengayakan ulang, pencucian atau cara-cara lainnya. Pada

waktu agregat dimasukkan ke dalam mesin pengaduk, agregat tersebut harus mempunyai

kadar air yang seragam. Pembahasan agregat kering sebelum penimbangan yang kurang teliti

akan mengakibatkan varian kadar air. Bila pembasahan dilakukan secara teliti, maka variasi

kadar air serta penyerapan yang berlebihan akan dapat dikruangi.

4. Semen

Semen yang digunakan harus memenuhi persyaratan SII 0013-18 sebagaimana tercantum

pada Lampiran 11-2. Jenis semen, penggunaan dan komposisi kehalusannya dapat dilihat

pada Lampiran 11-3. Cara penyimpanan semen harus dilakukan sebagaimana tercantum pada

Lampiran 11-4.

5. Bahan Perawat

Bahan perawat harus memenuhi persyaratan di bawah ini:

Page 29: Paper Tjr Fix

a) Lembar penutup yang terbuat dari goni, pada wkatu digunakan harus dalam keadaan

baik, tidak berlobang, tidak kotor, tidak berlumpur atau tidak mengandung bahan

lain yang mengganggu daya serap terhadap air. Lembar penutup tersebut juga harus

tidak mengandung bahan-bahan yang dapat mengganggu merusak beton. Lembar

penutup yang tidak segera menyerap air (bisa disemprot atau direndam) atau yang

beratnya kurang dari 240 gram/M2(dalam keadaan bersih dan kering) tidak boleh

digunakan. Lembar penutup yang berbentuk jaringan kasar harus digunakan secara

hati-hati untuk menghindari cacat pada permukaan.

b) Kertas atau lembar yang kedap air harus dapat mencegah penguapan air dalam beton,

sesuai dengan ketentuan ASTM C-171/AASHTO M 171-79.

c) Selaput air (liquid membrance-forcing compounds) harus sesuai dengan persyaratan

ASTM C-309/AASHTO M 171-79.

Jenis 2, berwarna putih, umumnya digunakan untuk perkerasan kaku. Jenis 1, bening

atau tembus cahaya, dan Jenis 3, warna abu-abu muda, juga dapat digunakan.

6. Bahan Pengisi Sambungan Muai (Expansion Joint Filler)

Tergantung pada keperluannya bahan pengisi sambungan muai harus dari jenis yang

a) ditetapkan dan memenuhi salah satu spesifikasi di bawah ini: ASTM

D-1751/AASHTO M 213-81, spesifikasi untuk bahan pengisi sambungan muai yang

siap pakai.

b) ASTM D-1752, spesifikasi untukbahan pengisi sambungan-muai yangberbentuk tirus

dan karet berongga yang siap pakai (Preformed Sponge Rubber and Cork).

c) ASTM D-994/AASHTO M 33-81, spesifikasi untuk bahan pengisi sambungan muai

yang siap pakai (dari jenis aspal).

7. Bahan Penutup Sambungan (Joint Sealers)

Spesifikasi bahan penutup sambungan yang berlaku dewasa ini, di antaranya:

a) ASTM D-1850, spesifikasi untuk bahan penutup sambungan-pelaksanaan dingin

(Cold Application Type).

b) ASTM D-1190/AASHTO M 173-60, spesifikasi untuk bahan pengisi sambungan

pelaksanaan panes (Hot Poured Elastic Type).

c) ASTM D-2628, spesifikasi untuk bahan penutup sambungan Polychloropren

Elastomeric dan ASTM D-2835, spesifikasi untuk pelumasan dalam pemasangan

Page 30: Paper Tjr Fix

bahan penutup jadi yang ditekan (Lubricant for Installation of Performed-

Compression Seal in Concrete Pavement).

8. Pita Polyethylene

Pengendalian retak pada sambungan memanjang atau sambungan lainnya dapat 4

dilakukan dengan mernasang pita polyethylene yang mempunyai tebal cukup. Pita

ditanam dengan menggunakan rnesin, lie dalam beton yang masih plastis sampai

kedalaman tertentu (lihat butir 6.7).

9. Kertas Penutup Tanah Dasar dan Pencegah Penguapan (Subgrade Paper and

Vapor Barriers)

Bila diperlukan kertas atau lembar kedap air yang harus dipasang di bawah plat, maka

lembar tersebut harus memenuhi spesifikasi ASHTO M-74 atau ASTM C171.

10. Air

Air yang digunakan untuk campuran atau perawatan harus bersih dan bebas dari

minyak, garam, asam, bahan nabati, lanau, lumpur atau bahan-bahan lain yang dalam

jumlah tertentu dapat membahayakan. Air harus berasal dari sumber yang telah terbukti

baik.

11. Bahan Tambab (Additive) dan Bahan Pencampur (Admixture).

Penggunaan bahan tambah dapat dilakukan, apabila pekerjaan tertentu memerlukan

perubahan sifat beton yang lebih cocok seperti :

a. Kemudahan pengerjaan (workability) yang lebih tinggi, atau

b. Pengikatan beton yang lebih cepat, sehingga penyelesaian akhir (finishing),

pembukaan acuan dan pembukaan jalur lalu lintas dapat dipercepat, atau

c. Pengikatan yang lebih lambat, misal pada pembetonan masal.

Berhubung bahan tambah sangat peka terhadap komponen beton lainnya, maka

sebelum bahan tersebut digunakan harus dilakukan percobaan/pengujian agar dapat

diperoleh proporsi campuran yang tepat.

Page 31: Paper Tjr Fix

2.12.TATA CARA PEMELIHARAAN PERKERASAN KAKU (RIGID

PAVEMENT)

Tanpa pemeliharaan dan perbaikan jalan secara memadai, baik rutin maupun berkala,

akan dapat mengakibatkan kerusakan yang besar pada jalan, sehingga jalan akan lebih cepat

kehilangan fungsinya.

Jalan beton semen atau perkerasan kaku terdiri dari slab dan lapis pondasi beton.

Apabila perkerasan kaku dipelihara dengan baik dan tetap dalam kondisi yang baik, maka

jalan beton semen tersebut akan mempunyai umur lebih lama dari pada jalan aspal. Tetapi

sekali jalan beton ini mulai rusak, maka kerusakan itu berlangsung sangat cepat. Oleh karena

itu sangat penting untuk melakukan pemeliharaan yang bersifat pencegahan seperti menutup

sambungan atau retak-retak dan memperbaiki kerusakan-kerusakan, yang timbul, dan

menemukan penyebab-penyebabnya dengan melakukan pemeriksaan (inspeksi) secara rutin.

PEMERIKSAAN RUTIN DALAM PEMELIHARAAN JALAN

Tujuan Pemeriksaan Rutin

Tiga hal yang menjadi tujuan pemeriksaan rutin dalam pemeliharaan jalan, adalah :

1) Menghilangkan penyebab kerusakan perkerasan jalan dan membuat langkah-

langkah pencegahan.

2) Menemukan lokasi kerusakan jalan pada tahap sedini mungkin, untuk dilakukan

penanganan sementara dan merencanakan perbaikan secepat mungkin.

3) Mempertimbangkan pengaruh pelaksanaan perbaikan terhadap lalu-lintas dan

lingkungan di sepanjang jalan.

Pemeriksaan Rutin

Pemeriksaan rutin yang dilakukan secara teratur oleh petugas Penilik Jalan sangat

penting dalam melakukan pemeliharaan jalan secara efektif.

Dalam Pemeriksaan Rutin antara lain juga termasuk :

1) Menemukan kelainan-kelainan dan kerusakan jalan.

Page 32: Paper Tjr Fix

2) Mencari hambatan-hambatan atau sesuatu yang dapat menjadi hambatan demi menjaga

kelancaran lalu-lintas.

3) Menerapkan jenis penanganan sementara dalam keadaan darurat.

KERUSAKAN PERKERASAN KAKU DAN PENYEBABNYA

Dalam melakukan pemeliharaan dan perbaikan perkerasan kaku.sangat penting

diketahui penyebab kerusakannya. Jalan beton dapat mengalami kerusakan pada slab, lapis

pondasi dan tanah dasarnya.

Definisi/pengertian kerusakan pada perkerasan kaku :

Kerusakan Disebabkan Oleh Karakteristik Permukaan

1) Retak setempat, yaitu retak yang tidak mencapai bagian bawah dari slab.

2) Patahan (faulting), adalah kerusakan yang disebabkan oleh tidak teraturnya susunan di

sekitar atau di sepanjang lapisan bawah tanah dan patahan pada sambungan slab, atau retak-

retak.

3) Deformasi, yaitu ketidakrataan pada arah memanjang jalan.

PEMERIKSAAN TERHADAP PERMUKAAN JALAN

Untuk mengetahui dengan saksama tentang keadaan permukaan jalan, perlu

ditentukan terlebih dahulu sasaran-sasaran yang akan diteliti, kondisi permukaan pada saat

penelitian dan membuat laporan mengenai tujuan penelitian. Pemeriksaan dapat dilakukan

secara efektif apabila sasaran penelitian sudah ditetapkan sesuai dengan klasifikasi jalan.

Sasaran pemeriksaan ditentukan dengan pertimbangan organisasi Cabang Dinas PU yang

menangani, keadaan daerah

dan kondisi lalulintas.

PENELITIAN PERMUKAAN JALAN

Permukaan jalan harus diteliti untuk mengetahui kondisi, proses serta sebab-sebab terjadinya

kerusakan permukaan jalan.

1) Retak-retak

Penyelidikan terhadap retak-retak mutlak diperlukan untuk mengetahui tingkat

kerusakan jalan dan untuk menetapkan waktu, metode dan ketebalan pelapisan ulang

(overlay) dan/atau untuk menggantikan bagian-bagian yang rusak.

Page 33: Paper Tjr Fix

2) Pelepasan Butir (Raveling)

Untuk mengukur Pelepasan Butir digunakan alat "Transverse Profilometer".

3) Kekasaran dan Gelombang Arah Memanjang.

Kekasaran dan gelombang pada arah memanjang jalan diukur dengan alat

"Longitudinal Profilometer.

METODE PERAWATAN

Perawatan digunakan guna memperbaiki kerusakan perkerasan jalan tanpa melakukan

perbaikan besar. Perawatan di klasifikasikan sebagai berikut :

1. Injeksi material penutup (sealant)

Injeksi material penutup ke dalam sambungan dan keretakan-keretakan.

Penggunaan metoda injeksi material penutup ini dilaksanakan pada sambungan dan

retak-retak yang disebabkan oleh lepasnya material penutup atau material tersebut

sudah waktunya diganti.

(1) Apabila pada injeksi material penutup terdapat berlebihan yang mengakibatkan tidak

ratanya permukaan jalan maka material tersebut harus diratakan sedemikian rupa sehingga

tidak terlepas akibat lindasan kendaraan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan

pekerjaan :

a. Bersihkan alur sambungan dan buanglah sisa-sisa material penutup dan material yang

lain. Apabila material penutup masih berfungsi dengan baik maka material tersebut

tidak perlu dibuang.

b. Sapu, sikat kawat, pahat, kompresor dan pembersih sambungan dapat dipergunakan

untuk membersihkan sambungan.

c. Sambungan harus dikeringkan sebelum diisi guna menjamin lekatan yang baik dari

material pengisi (sealing material).

(2) Injeksi Retak Proses injeksi ke dalam hampir sama dengan proses merekatkan

sambungan. Apabila penyebab kerusakan diketahui, sangat efektif bila menghilangkan

penyebab kerusakan dalam waktu yang sama, seperti merekatkan sambungan. Retak-retak

yang tidak berkembang yaitu dengan lebar kurang dari 0,5 mm, ditambal dengan

menggunakan latex berkekentalan rendah atau damar epoxy (epoxy resin) dengan kekentalan

rendah. Retak yang berkembang seharusnya ditambal dengan campuran perekat sambungan

sesudah membuat aluran sepanjang retak.

Page 34: Paper Tjr Fix

2. Penambalan Dengan Bahan Semen

Bahan semen adalah yang paling sering dipilih untuk perbaikan slab beton karena

campuran ini mudah ditangani dan dapat memenuhi hasil yang diharapkan, akan tetapi

mempunyai kerugian yaitu dalam meruncingkan sulit dan memerlukan waktu untuk

curing.

(1)Material

Dengan mempertimbangkan kondisi lalu-lintas, semen yang paling cocok dipilih dari

mulai semen biasa,semen dengan kekuatan kekuatan awal yang tinggi, semen dengan

kekuatan awal yang super tinggi, semen alumina. Dalam hal dimana lapisan tipis yang akan

diterapkan, mortarlah yang seharusnya digunakan, sedangkan apabila hal ketebalan lapisan

agak besar, digunakan beton dengan ukuran agregat kasar lebih kecil dari sepertiga tebalnya.

Dalam mencampur mortar dan semen, harus diperhatikan agar kadar semen tidak terlalu

berlebihan dari yang diperlukan, akan tetapi keras. Suatu Bahan Tambah dapat digunakan

dalam pencampuran untuk mencegah masuknya udara guna mengurangi air, untuk

mempercepat atau memperlambat pengerasan beton, sesuai keperluan.

(2)Pelaksananan Penambalan

Pelaksanaan penambalan dilaksanakan sebagai berikut:

a) Buang bagian yang rusak dari slab, hancurkan konstruksi sambungan dengan pahat

dan jaga agar keadaannya basah, serta bersihkan bubuk beton. Dalam pelaksanaan

penghancuran, kalau terjadi pemotongan tulangan beton dan tulangan susut harus

dapat tersambung kembali.

b) Tebarkan adukan semen atau mortar selagi permukaan yang ditambal masih dalam

keaddaan jenuh air - keadaan kering.

c) Sebelum adukan semen atau mortar mengeras, bentuk dan tempatkan campuran

mortar yang sudah siap atau adukan, tanpa menambah air lagi.

d) Padatkan dan gelarkan mortar atau adukan serta ratakan dengan alat pengaci. Tinggi

akhir harus lebih tinggi dari yang direncanakan.

e) Sesudah 30 - 60 menit kemudian, padatkan lagi mortar atau adukan beton dan ratakan

sampai pada ketinggian yang diinginkan. Peraturan mengenai leveling senarusnya

digunakan dalam pekerjaan finishing demi menjamin kerataan. Tekstur permukaan

harus dibuat sedemikian rupa sehingga sama dengan tektur permukaan di sekitarnya

Page 35: Paper Tjr Fix

f) Perawatan (curing) basah dilaksanakan dengan menggunakan kain basah atau karung

basah . Jangka waktu perawatan tergantung dari jenis semen.

3. Perawatan permukaan jalan.

4. Pelaksanaan konstruksi sebagian.

5. Grouting

6. Lain-lain.

CARA-CARA PERBAIKAN

Pada dasarnya ada dua cara perbaikan yaitu :

1. Cara pelapisan (overlay).

2. Cara dengan penggantian.

Dalam hal diterapkan cara pelapisan, perbaikan yang dilakukan adalah kombinasi dari injeksi

dan pengontrolan retak refleksi sesuai dengan tingkat kerusakan slab. Metoda yang akan

digunakan harus ditentukan setelah dilakukan pemeriksaan secara teliti terhadap kondisi

kerusakannya.

- Metoda Pelapisan

Dalam hal kerusakan berupa retak-retak, kerusakan-kerusakan permukaan atau karena

keausan permukaan atau karena keausan permukaan terlalu banyak (stripping) maka umur

beton dapat diperpanjang dengan melakukan pelapisan, baik dengan campuran aspal

maupun dengan beton.

- Pencegahan Retak Refleksi

Apabila pelapisan tipis, retak refleksi sering kali muncul di permukaan aspal karena

sambungan-sambungan dan retakretak yang ada pada slab. Ada dua cara untuk mencegah

hal ini. Pertama dengan metoda lembaran (sheet methode). Kedua dengan menggunakan

gradasi terbuka sebagai lapis pengikat (binder course). Dengan metoda lembaran, aspal

dipoleskan pada kedua sisi bahan lembaran kain katun atau polypropylene sebagai bahan

pengikat guna meredam pergerakan/pergeseran antara slab beton dengan lapisan. Dalam

melaksanakan metoda ini lembaran harus benar-benar melekat pada permukaan yang

akan dilapis aspal, karena apabila tidak melekat dengan baik akan menyebabkan retak

pada waktu pemadatan lapisan overlay aspal.

SISTEM MANAJEMEN PEMELIHARAAN JALAN SECARA UMUM

Page 36: Paper Tjr Fix

Maksud dari sistem manajemen pemeliharaan perkerasan jalan adalah:

1. Untuk melaksanakan pemeliharaan jalan yang ada dengan penggunaan dana yang

terbatas dan seefektif mungkin.

2. Memberikan keamanan dan kenyamanan bagi pemakai jalan, serta biaya perkerasan

yang ekonomis.

3. Data Yang Diperlukan Untuk Suatu Sistem Manajemen Pemeliharaan.

Untuk membuat suatu Sistem Managemen Pemeliharaan, perlu penelitian kondisi

perkerasan dilapangan dan semua datadata ini dimasukkan ke dalam Bank Data. Pada

umumnya informasi yang disimpan dalam Bank Data perkerasan terdiri dari data-data

seperti di bawah ini (kemungkinan data yang disampaikan atau yang diperlukan dari

setiap daerah akan bervariasi).

a. Sifat-sifat dari permukaan perkerasan.

Hal ini meliputi ratio retak, kekasaran memanjang, ketahanan gesek, lendutan, adanya

patahan-patahan, dan catatan mengenai kecelakaan.

b. Data konstruksi perkerasan.

Meliputi tahun konstruksi, metoda konstruksi, tebal perkerasan, material yang

digunakan,

kekuatan tanah dasar dan data lalu-lintas yang kesemuanya itu diperlukan untuk

desain.

c. Data Sejarah.

Hal ini termasuk bulan dan tahun pemeliharaan dan perbaikan, metoda perbaikan,

bahan yang digunakan dan kondisi jalan sebelum diperbaiki.

d. Data-data lain (eksternal).

Meliputi volume lalu-lintas (persentase kendaraan berat, berat kendaraan dan

pertumbuhan), biaya dan keuntungan(cost and benefit) dari pemeliharaan dan biaya

perbaikan, biaya oprasi kendaraan serta.biayamkehilangan waktu.

4. Penyelidikan Perkerasan

Penyelidikan perkerasan diperlukan untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi

perkerasan sebagai masukan data bank.

5. Prakiraan Kemampuan Pelayanan Jangka Panjang Perkerasan

Untuk menyusun suatu program pemeliharaan dan perbaikan yang effektif perlu suatu

prakiraan kemampuan pelayanan perkerasan berdasarkan hasil-hasil penyelidikan untuk

memperkirakan waktu untuk melakukan perbaikan. Hasil ini digunakan untuk

Page 37: Paper Tjr Fix

menetapkan bagian-bagian yang mana yang mempunyai prioritas tertinggi untuk

perbaikan dengan

memperhatikan kepentingan secara keseluruhan dari setiap rute.

6. Pemilihan Cara Perbaikan

Perhitungan biaya total (life cycle cost) perkerasan diperlukan guna menentukan

metoda perbaikan. Parameter-parameter dalam menentukan biaya total adalah sebagai

berikut

a. Biaya Perencanaan.

b. Biaya Konstruksi.

c. Biaya Pemeliharaan.

d. Biaya Perbaikan, yang relatip berskala besar.

e. Biaya Pemakai Jalan.

Biaya-biaya yang dikeluarkan selama kendaraan bergerak melewati jalan dan kerugian-

kerugian waktu akibat adanya detour. Semakin besar kerusakan semakin tinggi biaya

yang dibutuhkan pemakai jalan.

f. Nilai Sisa

Hal ini menyangkut nilai sisa perkerasan setelah akhir umur rencananya. Nilai ini positip

apabila material perkerasan dapat didaur ulang, dan negatif apabila material tersebut tidak

dapat

digunakan lagi. Umumnya periode analisa untuk perhitungan biaya toal perkerasan jalan

adalah sekitar 20 sampai 40 tahun. Biaya total selama umur rencana ini dihitung berdasarkan

asumsi adanya pemeliharaan dan perbaikan dengan metodametoda tertentu. Modelmodel lain

tersedia untuk memilih suatu methode yang optimal, yang paling mudah di adopsi sebagai

pilihan optimum, yaitu metoda yang membuat biaya terendah malalui periode analisa.

Berbagai model telah tersedia untuk menentukan metoda yang paling optimum. Tetapi masih

perlu disusun petunjuk, standar, manual untuk melaksanakan Sistem Manajemen

Pemeliharaan Jalan sesuai dengan kondisi daerah.

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Page 38: Paper Tjr Fix

Jadi perkerasan kaku adalah suatu metode perencanaan perkerasan jalan yang

terdiri atas campuran agregat kasar dan halus yang dicampur dengan semen baik

dengan tulangan atau tanpa tulangan. Metode perkerasan kaku ini digunakan pada

jalan yang tanah dasarnya tidak bisa memenuhi daya dukung yang diinginkan, antara

lain jenis tanah dasarnya merupakan tanah lempung yang memiliki kembang susut

yang tinggi. Selain itu juga perkerasan ini digunakan pada jalan yang memiliki

kondisi lalu lintas yang cukup padat dan memiliki distribusi beban yang besar.

Perkerasan kaku juga tidak memerlukan perawatan berkala seperti halnya dengan

perkerasan lentur.

Page 39: Paper Tjr Fix

DAFTAR PUSTAKA

Manu, Agus Iqbal. 1995. Perkerasan Kaku (Rigid Pavement). Departemen Pekerjaan

Umum, Jakarta.

www.tekniksipil.com

www.ilmutekniksipil.com