Paper Fabar Fix

38
TUGAS MATA KULIAH FARMAKOGNOSI BAHARI PAPER “SIMBIOTIK SPONS” OLEH : KELOMPOK 6 ADE ANDINI (N111 13 059) AULIA NILAWATI (N111 13 054) FADHILLAH FITRIAH (N111 13 047) EMILIANA DP DJAWA (N111 13 341) ERNAWATI (N111 13 321) HARDIYANTI (N111 13 062) MUKARRAMAH (N111 13 337) RIKA RIYANTI (N111 13 032) ERNAWATI (N111 13 321) FARMAKOGNOSI BAHARI KELAS A FAKULTAS FARMASI UNIVERVERSITAS HASANUDDIN

description

reference

Transcript of Paper Fabar Fix

TUGAS MATA KULIAHFARMAKOGNOSI BAHARI

PAPER SIMBIOTIK SPONS

OLEH : KELOMPOK 6ADE ANDINI (N111 13 059)AULIA NILAWATI (N111 13 054)FADHILLAH FITRIAH (N111 13 047)EMILIANA DP DJAWA (N111 13 341)ERNAWATI(N111 13 321)HARDIYANTI(N111 13 062)MUKARRAMAH (N111 13 337)RIKA RIYANTI (N111 13 032)ERNAWATI(N111 13 321)

FARMAKOGNOSI BAHARI KELAS AFAKULTAS FARMASI UNIVERVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR2015

BAB IPENDAHULUANIndonesia merupakan negara kepulauan terbesar didunia dengan garis pantai sepanjang lebih dari 95.000 km dan memiliki kurang lebih 17.000 pulau, tak mengherankan apabila Indonesia kaya akan berbagai macam biodiversitas laut, termasuk didalamnya keanekaragaman hewan dan tumbuhan laut yang unik dan tidak biasa ditemukan diperairan lain. Dalam beberapa tahun terakhir, penelitian mengenai mikroorganisme laut seperti cyanobacteria, jamur dan actinomycetes menjadi perhatian para peneliti karena besarnya potensi keanekaragaman hayati laut dalam penemuan maupun pengembangan obat baru. Berbeda dengan struktur kimia produk alam di darat yang kebanyakan berstruktur sederhana, struktur kimia produk alam kelautan lebih kompleks akan tetapi memiliki aktivitas biologis yang cakupannya lebih luas dikarenakan seluruh bentuk kehidupan di dalamnya adalah subyek dari kompetisi yang berkelanjutan.Spons merupakan hewan laut berpori yang memungkinkan mikroorganisme lain untuk hidup dan bersarang di dalam tubuhnya karena sifatnya sebagai filter feeder. Mikroorganisme yang hidup di dalam spons ini disebut sebagai mikroba simbion dan diperkirakan hingga 40% dari biomassa spons terdiri dari mikroba simbion dan diperkirakan mengandung metabolit sekunder yang menjadi sumber untuk berbagai produk dari bahan alam. Penelitian mengenai antibakteri harus terus dikembangkan seiring dengan berkembangnya permasalahan global mengenai resistensi antibakteri. Melihat adanya permasalahan diatas dan dikaitkan dengan potensi yang cukup tinggi dari mikroba simbion spons sebagai penghasil antibakteri maka penelitian ini dilakukan.

BAB IITINJAUAN PUSTAKAII.1 Mikroba Simbion SponsSpons merupakan biota laut yang tersebar mulai dari perairan laut dangkal hingga kedalaman 5,5 km. Spons atau Porifera termasuk hewan multi sel yang mana fungsi jaringan dan organnya masih sangat sederhana. Hewan ini hidupnya menetap pada suatu habitat pasir, batu batuan atau juga pada karangkarang mati di dalam laut. Adapun karakteristik spons secara umum adalah memiliki bentuk tubuh yang tidak simetris, tubuh terdiri atas banyak sel, sedikit jaringan dan tidak ada organ tubuh.Sel dan jaringan mengelilingi suatu ruang yang berisi air tetapi sebenarnya tidak memiliki rongga tubuh, dan tidak memiliki sistem saraf. Semua spesies spons bersifat sesil sebagai organisme dewasa, sedangkan pada tahap larva bersifat planktonik.(16)Spons adalah hewan berpori yang termasuk filter feeder yaitu hewan dalam mencari makanan aktif menghisap dan menyaring air yang melalui seluruh permukaan tubuhnya.Hal ini dapat dicontohkan pada pada bentuk spons yang memiliki kanal internal yang paling sederhana (Gambar 1), dimana dinding luarnya (pinakodermis) mengandung pori-pori (ostia). Melalui ostia inilah air dan materi-materi kecil yang terkandung di dalamnya dihisap dan disaring oleh sel-sel berbulu cambuk atau sel kolar (choanocytes), kemudian air tersebut dipompakan keluar melalui lubang tengah (oskulum).Sistem pengisapan dan penyaringan air terjadi juga pada spons yang memiliki kanal internal yang lebih rumit, dimana sistem aliran air tersebut melalui beberapa sel kolar sebelum keluar melalui oskulum. (17)

Gambar1. Struktur sel spons yang paling sederhana; a) oskulum; b) sel penutup; c) sel amoebosit; d) sel pori (porosity); e) pori saluran masuk (ostia); f) telur; g) spikula triaxon; h) mesohil; i) sel mesenkin; j) bulu cambuk (flagella); k) sel kolar (choanocytes); l) sklerosit; dan m) spikula monoaxon. (18)Morfologi luar spons sangat dipengaruhi oleh faktor fisik, kimiawi dan biologis lingkungannya.Spesimen yang berada di lingkungan yang terbuka dan berombak besar cenderung pendek pertumbuhannya atau juga merambat.Sebaliknya spesimen dari jenis yang semua pada lingkungan yang terlindung atau pada perairan yang lebih dalam dan berarus tenang.Pertumbuhannya cenderung tegak dan tinggi (19).Spons tumbuh melekat pada terumbu karang dan dasar laut.Binatang lunak dengan variasi warna, bentuk, dan ukuran ini tidak dapat berpindah seperti halnya ikan dan binatang laut lainnya. Untuk mempertahankan diri dari predator,6 spons memiliki senjata perisai berupa senyawa kimia membentuk metabolit sekunder, yang ditakuti dan dihindari predator karena beracun. Lokasi yang lebih terlindung memiliki spesies yang jumlahnya lebih rendah dibandingkan dengan lokasi yang lebih terbuka pada daerah karang yang dikarenakan tingginya jumlah pasir pada daerah lereng karang yang menawarkan sedikit substrat yang layak bagi spons.Kebanyakan spons memiliki cakupan distribusi yang luas mengarah ke shelf, sedangkan beberapa spesies terbatas spesifik pada daerah karang dan kedalaman tertentu (19).Organisme laut dalam hidupnya sangat tergantung kepada faktor lingkungan yang sering sekali menjadi faktor pembatas kehidupannya, seperti: cahaya, nutrisi, oksigen, dan pesaing (kompetitor). Dalam rangka mempertahankan kehidupannya, organisme ini melakukan serangkaian mekanisme adaptasi secara morfologis, anatomis, fisiologis dan kemis. Senyawa bioaktif yang dihasilkan oleh sponges secara ekologis dapat dipandang sebagai salah satu cara dari organisme ini untuk mempertahankan diri dari predator dan mengurangi resiko akibat ekspose radiasi sinar matahari. Dikemukakan oleh Jadulco (2002) bahwa sponge dari Indonesia,Jaspis splendens,menghasilkan senyawa-senyawa bioaktif yang memiliki aktifitas antiproliferasi. Disamping itu, para peneliti bioteknologi kelautan Jepang, seperti Namikoshi menyimpulkan bahwa distribusi fungi laut yang hidup bersimbiosis dengan sponge cukup besar, dengan sebaran 82,7% sponge yang hidup di perairan pulau Palau, dan 98% sponge yang hidup di perairan pulau Bunaken. (20)Menurut Lik Tong Tenet al.(2000) simbiosis spongeSigmadocia symbioticadengan alga merahCeratodictyon spongiosummenghasilkan senyawa bioaktif berupa metabolit sekunder siklik heptapeptida yang bersifat toksik terhadap Artemia salina(uji BSLT). Hasil-hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa biota laut sponge memiliki potensi signifikan sebagai sumber senyawa bioaktif yang dapat dikembangkan lebih jauh menjadi komoditi yang bernilai ekonomi tinggi. (20)Kelompok peneliti bioteknologi di Pusat Riset Pengolahan Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Badan Riset Kelautan dan Perikanan, kini sedang aktif melakukan proses ekstraksi dan isolasi senyawa aktif dari berbagai jenis makroalga dan sponge serta uji-uji bioaktivitasnya sebagai anti-bakteri, anti-oksidan, toksisitas terhadapArtemia salinadan sitotoksisitas sebagai anti-kanker terhadap beberapa jenis sel lestari (cell line). Saat ini koleksi sponge yang telah dimiliki sekitar 60 jenis dari perairan Karimunjawa, semua sampel tersebut diambil dari berbagai kondisi lokasi perairan (habitat) dan dari berbagai kedalaman. (21)Sebagian besar sponge mengandung alkaloid, lalu terpenoid,kemudian steroid. Setiap spons tidak selalu memiliki kandungan metabolit sekunder yang sama dengan spons lainnya demikian pula golongannya ada yang mengandung hanya alkaloid saja, atau steroid saja, atau terpenoid saja, ataupun dua ataupun ketigatiganya. Hal ini dapat dimengerti karena pembentukan metabolit sekunder dalam spons sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya . (21)Kandungan metabolit sekunder dalam spons jenis tertentu ada yang lebih kuat (more intens) daripada di dalam jenis lainnya yang ditandai dengan warna yang timbul pada uji kualitatif. (21)Kalau dilihat dari kandungan metabolit sekundernya Sponge dari Indonesia memiliki potensi yang tinggi untuk menghasilkan bioaktif ini terlihat dari kandungan alkaloid, terpenoid, dan steroidnya.Sejumlah terpenoid memiliki sifat antikanker (AOKIet al.2001).Sedangkan steroid dan alkaloid memiliki khasiat lebih luas tergantung substituentnya. (21)Sebelum adanya penelitian mendalam tentang pemanfaatan sponge, tumbuhan laut ini hanya dimanfaatkan untuk busa mandi karena Sponge adalah hewan bersel banyak (metazoa) paling sederhana, kumpulan sel-selnya belum terorganisir dengan baik dan belum mempunyai organ maupun jaringan sejati. Walaupun Porifera tergolong hewan, namun kemampuan geraknya sangat kecil dan hidupnya bersifat menetap.Pada awalnya Porifera dianggap sebagai tumbuhan, baru pada tahun 1765 dinyatakan sebagai hewan setelah ditemukan adanya aliran air yang terjadi di dalam Porifera (Suwignyo, 2002).Untuk karakterisasi dan identifikasi dari sponge filum Porifera telah dilakukan peneliti sebelumnya.Telah banyak senyawa metabolit sekunder yang berhasil diisolasi dari sponge yaitu alkaloida, diterpenoida, sesquiterpenoida, asam-asam amino dan karotenoida. (22) (23)Karena adanya senyawa bioaktif tersebut maka sponge mempunyai aktivitas sebagai antelmentik, anti virus, anti tumor, anti kanker, anti malaria, anti abkteri dan anti jamur (24).Sponge saat ini juga tengah gencar diteliti di berbagai negara untuk diambil senyawa bioaktifnya, seperti sponge dari spesiesPetrosiacontegnattauntuk obat anti kanker,Cymbacelauntuk obat antiasma,Xestospongia spuntuk antelmentik danCallyspongia spmengandung alkaloida yang berkhasiat sebagai antioksidan. Senyawa boiaktif sponge yang juga digunakan untuk industri farmasi adalah bastadin, okadaic acid dan monoalide. Senyawa bioaktif monoalide yang diperoleh dari spongeLuffariella variabilismerupakan senyawa yang memiliki nilai jual tinggi dibandingkan dengan senyawa bioaktif dari spesies sponge lainnya, yaitu 20,360 dollar Amerika Serikat per milligram. Peneliti dari Universitas Missisipi, Amerika memanfaatkan sponge sebagai obat alternative terhadap penyakit malaria dan TBC. (24)Proksch (2002) menyebutkan hampir 40-50% dari bobot tubuh spons merupakan mikroba simbion. Pada dasarnya, mikroorganisme yang hidup di dalam tubuh spons melakukan suatu asosiasi yaitu suatu kontak fisik yang erat tanpa memperhatikan pengaruhnya terhadap masing-masing pihak. Selanjutnya, mikroorganisme tersebut melakukan suatu proses interaksi dengan spons inang yang terjadi secara kompleks dan melibatkan berbagai faktor fisiologis, anatomis, perilaku dan lainnya. Hal itu terjadi dalam rangka untuk menciptakan suatu keseimbangan untuk menjamin keberlangsungan hidupnya. Interaksi diantara spons dan mikroorganisme tersebut kemudian disebut sebagai simbiosis. Simbiosis antara spons dengan mikroba simbionnya tersebut dapat meningkatkan kemampuan spons untuk bersaing dengan organisme lain. Setelah diteliti lebih dalam, senyawa-senyawa yang terisolasi dari spons diperkirakan merupakan produk dari mikroba simbion spons dimana mikroba simbion mampu menghasilkan beragam metabolit sekunder yang kemudian dikembangkan sebagai dasar penemuan berbagai senyawa aktif farmakologis. Simbiosis antara mikroorganisme dengan spons dapat terjadi baik di dalam inti sel (simbiosis intranukleus), di dalam sitoplasma sel tubuh spons (simbiosis intraseluler), di sisi dalam tubuh spons (endosimbiosis ekstraseluler), maupun di bagian luar tubuh spons (eksosimbiosis ekstraseluler).1. simbion ekstraseluler merupakan simbion yang berada pada lapisan luar spons sebagai exosymbionts. Contohnya : Theonella spons swinhoei2. simbion mesohyl merupakan simbion yang berada pada bagian mesofil (tengah) spons sebagai endosymbionts. Contohnya : Pseudomonas sp3. simbion Intraseluler atau intranuklear simbion adalah simbion yang berada di sel host atau inti. Contohnya : VerongiaGambar 1. Skema simbiosis antara spons dan mikroba simbion spons (A) Eksosimbiosis ekstraseluler (B) Endosimbiosis ekstraseluler (C) Simbiosis intraseluler (D) Simbiosis intranukleus (Lee, 2001).II.2 Penggunaan Mikroba SimbionEksplorasi spons sebagai penghasil senyawa bioaktif juga telah banyak dipublikasikan tetapi penggunaan produk alami laut yang bersifat antibiotik dan antifungi sebagai hasil metabolit sekunder dari bakteri yang bersimbiosis dengan spons, lebih menguntungkan dibandingkan dengan mengisolasi dari inangnya. Pertumbuhan spons yang relatif lamban, selanjutnya membawa implikasi pada keterbatasan pasokan biomassa untuk mengekstraksi senyawa metabolit sekundernya. Penggunaan bakteri yang hidupnya berasosiasi dengan spons dalam bentuk simbion lebih baik karena dapat dimurnikan dan dikultur dalam skala laboratorium sehingga tidak perlu mengoleksinya dari alam, dapat diperbanyak dalam waktu yang cepat dan mudah dimanipulasi dengan menggunakan teknologi molekuler.(5)II.3 Mengapa mikroorganisme hidup didalam sponsPermukaan atau ruang internal dari spons laut terdiri dari banyam nutrisi-dan Sedimen. Oleh karena itu, spons dapat dijadikan sebagai bahan makanan dan habitat habiatat untuk simbion mereka. Di sisi lain, simbiosis mikroorganisme membantu dalam proses nutrisi, baik oleh pencernaan intraseluler atau translokasi metabolit termasuk fiksasi nitrogen, nitrifikasi dan fotosintesis. Mikroorganisme juga menstabilkan kerangka spons dan berpartisipasi dalam sistem pertahanan terhadap berbagai predator. Bakteri dikumpulkan dari spons telah memungkinkandiisolasinya senyawa antimicrobioal, yang menunjukkan bahwa bakteri ini dapat memainkan peran dalam mekanisme pertahanan invertebrata ini. (8)II.4 Bagaimana mikroorganisme hidup dalam sponsProses spons-mikroorganisme simbiosis belum terungkap . Webster dan Hill menyarankan beberapa kemungkinanyang ada yaitu, spons selektif menyerap simbion tertentu, dimana simbion tertentu tumbuh lebih cepat daripada setiap mikroorganisme simbiosis lainnya atau spons mengakuisisi simbion tertentu melalui penularan vertical. Spons tampaknya mendapatkan simbiosis mikroorganisme melalui rute makan. Menurut pengamatan, mikroorganisme simbiotik jarang tampak dicerna oleh spons.Mikroorganisme dapat menolak proses pencernaan dapat hidup dalam jaringan spons. Hal ini belum jelas bagaimana spons membedakan antara simbion dan makanan. Beberapa data eksperimen menyarankan keterlibatan lektin dalam sistem pengenalan ini. spons dapat memperoleh simbion dari induknya. beberapacyanobacteria ditularkan secara vertikal melalui telur pons host.II.5 Bagaimana proses simbiosis:Dasar molekul hubungan simbiosis antara spons dan mikroorganisme tidak cukup dipahami. Kita bisa menganalogikan hal ini dari hubungan simbiosis antara organisme laut lainnya dan mikroorganisme simbiotik. Dalam kasus squidluminescent bakteri simbiosis, bakteri memainkan peran aktif dalam proses inokulasi. Setelah bakteri yang tepat tiba di titik tertentu pada organism laut, Spoms harus menunjukkan kondisi yang memungkinkan mikroorganisme simbiotik untuk mengenali situs ini dan menjadi ditahan di sana. Proses selektif mungkin akan dimediasi oleh interaksi reseptor-ligan spesifik, ada bukti bahwa fungsi glycans pada permukaan dapat mengenali mikroorganisme simbiosis tertentu dan memudahkan pemeliharaan mereka. Setelah bakteri yang tepat telah membentuk diri dalam jaringan target mereka. Bakteri menyebabkan renovasi yang signifikan jaringan termasuk apoptosis diinduksi oleh lipopolisakarida.

II.6 Keuntunga Mikroba Simbion Dari Laut Dibandingkan Dengan Mikroba Di DaratUmumnya struktur kimia produk laut seringdari metabolit sekunder daratan terutama pada halogenasi dengan bromin dan atau klorin.Perbedan ini dipengaruhi olehlingkungan laut yang unik.Ada 3 fakta yang membuktikan bahwa lingkungan laut unik.Pertama, air laut mengandung bermacam-macam substansi yang aktif secara biologi seperti vitamin, dan banyak mikrorganisme laut berkemampuan untuk menghasilkan vitamin. Kedua, air laut mengandungagen inhibitor yang aktif untuk organisme. Beberapa faktor yang mengambarkan kenyatan ini adalah air laut mempunyai kemampuan menghambat bakteri grampositf, air laut dari alam lebih menghambat daripadaair laut buatan, air laut yang telah diberi perlakuan panas menunjukkan pengurangan aktivitas inhibitor dibandingkan dengan air laut yang segar, aktivitas inhibitor air laut idak disebabkan oleh faga atau salinitas tapi karena ada agen antibakteri dalam air laut. Ketiga,beberapa mikrorganisme yang disolasi dari air laut menunjukan aktivitas antibakteri.(7)II.7 Produk Metabolit Sekunder Mikroba Simbion SponsDari berbagai penelitian ditemukan bahwa banyak mikroba simbion spons yang memiliki aktivitas farmakologis antara lain antikanker, antivirus, anti-inflamasi, juga antibakteri. Fakta membuktikan bahwa spons merupakan organisme yang kaya akan metabolit sekunder potensial diantara organisme laut lainnya. Oleh sebab itu, potensi dari mikroba simbion spons terus dikembangkan terutama dalam hal penemuan-penemuan obat baru.Sebagian bakteri yang bersimbiosis dengan spons adalah proteobacteria, bacteroidetes, firmicutes dan actinomycetes. Salah satu senyawa aktif yang dihasilkan oleh mikroba simbion spons, actniomycetes micromonospora, adalah manzamine yang merupakan senyawa antimalaria. Senyawa antibakteri jenis quinolone ditemukan pada bakteri Pseudomonas yang diisolasi dari spons Homoplysia sp. Adanya aktivitas hambatan terhadap bakteri Gram positif dan bakteri patogen pada manusia juga ditemukan dari metabolit yang dihasilkan oleh actinomycetes yang berasosiasi dengan spons Dendrilla nigra dan Callyspongia diffusa. Contoh lain simbiosis antara spons dengan mikroba simbionnya kemudian menghasilkan senyawa potensial sebagai antibakteri adalah simbion Vibrio sp. dapat memproduksi senyawa antibakteri yaitu anti-Bacillus peptide-andrimid yang ditemukan dalam ekstrak spons Hyatella sp. (Oclarit, dkk., 1994). Selain simbiosis antara spons Hyatella sp. dan mikroba simbionnya Vibrio sp. dilaporkan bahwa terdapat senyawa diketopiperazinklorina yang dihasilkan oleh Oscillatoria spongeliae suatu mikroorganisme yang hidup pada spons Dysidea herbacea.Senyawa-senyawa penghasil antibakteri yang berasal dari mikroba simbion spons antara lain phenazine-1-carboxylic acid dan phenazine-1-carboxamide. Senyawa ini ditemukan pada bakteri Pseudomonas aeruginosa yang merupakan isolat dari spons Isodictya setifera dan memiliki aktivitas hambatan terhadap bakteri Bacillus cereus, Micrococcus luteus dan Staphylococcus aureus. Senyawa antibakteri lain yang ditemukan dari mikroba simbion spons antara lain 3,6-diisopropylpiperazine-2,5-dione, 3-benzyl-3-isopropylpiperazine-2,5-dione, dan 3,6-bis-(2-methylpropyl)-diperazine-2,5-dione, merupakan senyawa diketopiperazin yang ditemukan dari mikroba simbion kode NJ6-3-1 hasil isolasi dari spons Himeniacidon parleve. Senyawa antibakteri lain yaitu hydroxyquinone SS-228Y berhasil ditemukan di dalam Chainia sp. yang merupakan turunan dari actinomycetes. Senyawa SS-228Y memiliki kadar hambat minimal (KHM) sebesar 12 g/mL terhadap bakteri Gram positif, disamping itu senyawa ini juga menunjukkan adanya aktivitas penghambatan terhadap sel kanker dan dopamine--hydroxylase.Adanya senyawa bioaktif yang dihasilkan oleh mikroba simbion yang berasal dari spons sangat dipengaruhi oleh like-protein rekombinan yang terdapat pada biota inang. Like-protein rekombinan merupakan suatu fenomena dimana protein yang terdapat dalam spons inang merupakan gabungan dari protein yang terdapat pada mikroba simbionnya. Hal ini kemungkinan dapat terjadi karena mikroba dapat hidup di dalam inti sel dari spons inangnya (simbiosis intranukleus). Penelitian ini menegaskan adanya hubungan timbal balik dalam biosintesa metabolit sekunder antara mikroba simbion dan spons. Karakteristik dan habitat dari mikroorganisme laut mempengaruhi metabolit sekunder yang dihasilkannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi karakteristik dari mikroorganisme laut antara lain seperti suhu, tekanan hidrostatik, salinitas, PH, nitrat dan fosfat dan bahan organik total.II.8 Identifikasi MikroorganismeBeberapa metode yang digunakan untuk mengidentifikasi mikroorganisme antara lain dengan pengamatan morfologi koloni yang meliputi pengamatan bentuk dan morfologi koloni, pengamatan mikroskopi dengan prosedur pewarnaan mikroba seperti pewarnaan sederhana, pewarnaan diferensial dan pewarnaan khusus, serta pengamatan molekuler melalui penentuan komposisi dasar DNA, sekuensing rRNA, sidikjari DNA, PCR, dan hibridisasi asam nukleat.Sebelum sampai pada tahap pengujian aktivitas antibakteri, pencarian sumber-sumber antibakteri baru dilakukan dengan cara skrining untuk menemukan mikroorganisme penghasil senyawa yang memiliki aktivitas antibakteri. Proses skrining terdiri dari dua tahap yang meliputi skrining primer dan skrining sekunder. Dapat dilakukan dengan uji difusi menggunakan media padat dan diamati zona hambat pada medium yang terbentukII.9 Senyawa Bioaktif SponsInvertebrata laut yang merupakan organisme sessile seperti spons memiliki potensi metabolit sekunder yang besar terutama dibidang farmakologi sebagai obat-obatan alami, meskipun banyak kesulitan dalam mempelajari hubungan simbiosis antara spons dengan bakteri simbion yang memproduksi metabolit sekunder alami. (26) Pembentukan senyawa bioaktif pada spons sangat ditentukan oleh prekursor berupa enzim, nutrien serta hasil simbiosis dengan biota lain yang mengandung senyawa bioaktif seperti bakteri, kapang dan beberapa jenis dinoflagellata yang dapat memacu pembentukan senyawa bioaktif pada hewan tersebut. Senyawa terpenoid dan turunannya pada berbagai jenis invertebrata termasuk spons atau beberapa spesies dinoflagellata dan zooxanthelae yang memiliki senyawa senyawa yang belum diketahui, yang kemudian diubah melalui biosintesis serta fotosintesis menghasilkan senyawa bioaktif yang spesifik pada hewan tersebut. (27)Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suryati et al (2000), terhadap sejumlah spesies spons yang hidup di perairan Spermonde, Sulawesi Selatan, kelimpahan kapang dan bakteri yang bersimbiosis cukup bervariasi pada spons sperti diperlihatkan pada Tabel 1. Tabel 1 : Identifikasi Bakteri Yang Berasal dari SponsNoNama SponsSpesies bakteri

1Acanthela cletheraFlavobacterium, Aeromonas sp

2Aplisina spAeromonas sp

3Callyspongia spPseudomonas sp

4Clathria bacilana Clathria reinwardhiAeromonas sp

5JaspisFlavobacterum

6Phakelia aruensisBacillus sp, Aeromonas sp

7Xestospongia spEnterobacteriabceae, Aeromonas sp

Kelimpahan jenis bakteri yang diisolasi dari spons pada umumnya didominasi oleh bakteri Aeromonas, Flavobacterium,Vibrio sp, Pseudomonas sp. Acinebacter dan Bacillus sp.Komunitas bakteri yang berasosiasi dengan spons sebagian besar adalah proteobacteria, bacteroidetes, firmicutes dan actinomycetes (20). Bakteri yang potensial sebagai target penghasil senyawa aktif adalah cyanobacteria, jamur dan actinomycetes. Senyawa aktif yang dihasilkan oleh Actinomycetes micromonospora dari spons adalah senyawa antimalaria manzamine.Senyawa peptida antibakteri telah diisolasi dari spons Hyatella sp. dan bakteri simbion Vibrio sp. Beberapa senyawa antibakteri jenis quinolone juga diisolasi dari bakteri simbion spons Homoplysia sp. yaitu bakteri Pseudomonas.Adanya hubungan antara produksi antibakteri oleh mikroba simbion dengan spons telah diteliti oleh NARSINHA & ANIL yang melaporkan bahwa senyawa antibakteri yang dihasilkan oleh bakteri simbion spons ( proteobacterium MBIC 3368, Idiomarina sp dan Pseudomonas sp.) sangat dipengaruhi oleh like-protein rekombinan yang terdapat pada biota inang Suberitas domuncula. Penelitian tersebut memperkuat adanya hubungan kerjasama dalam biosintesa metabolit sekunder antara bakteri simbion dengan spons.(28)II.10 Produk dari SponsProduk alam laut dikelompokkan atas: 1. Sumber biokimia yang mudah untuk mendapatkan dalam jumlah yang besar dan barangkali dapat dirubah ke bahan-bahan yang lebih berharga; 2. Senyawa bioaktif yang termasuk (a) senyawa antimikroba, (b) senyawa aktif secara fisiologi (sinyal kimia) (c) senyawa aktif secara farmakologi dan (d) senyawa sitotoksik dan antitumor; 3. Racun laut, dll.Spons adalah salah satu biota laut yang menghasilkan senyawa bioaktif.Senyawa bioaktif yang dihasilkan oleh spons laut telah banyak diketahui manfaatnya. Manfaat tersebut antara lain adalah :1. Senyawa antibakteri telah diisolasi dari spons laut jenis: Discodermia kiiensis, Cliona celata, lanthella basta, lanlhellcr ardis, Psammaplysila purpurea, Agelas sceptrum, Phakelia .flabellata. Senyawa antijamur telah diisolasi dari spons laut jenis: Jaspis sp, Jaspis johnstoni, Geodia sp. 2. Senyawa anti tumor/anti kanker telah diisolasi dari spons laut jenis: Aplysina fistularis, A. Aerophoba. Senyawa antivirus telah diisolasi dari spons laut jenis: Cryptotethya crypta, Ircinia variabilis. S3. senyawa sitotoksik diisolasi dari spons laut jenis: Axinella cannabina, Epipolasis kuslumotoensis, Spongia officinalis, Igernella notabilis, Tedania ignis, Axinella verrucosa, Ircinia sp. 4. Senyawa antienzim tertentu telah diisolasi dari spons laut jenis: Psammaplysilla purea.(29)Protesase adalah enzim yang menghindrolisis ikatan peptida pada protein. Sering kali protease dibedakan menjadi proteinase dan peptidase.Proteinase mengkatalisis hidrolisis molekul protein menjadi fragmen-fragmen besar, sedangkan peptidase mengkatalisis hidrolisis fragmen polipeptida menjadi asam amino. Protease memegang peranan utama di dalam banyak fungsi hayati, mulai dari tingkat sel, organ, sampai organisme, yaitu dalam melangsung reaksi metabolisme, fungsi regulasi dan reaksi-reaksi yang menghasilkan sistem berantai untuk menjaga keadaan normal homeostatis, maupun kondisi patofisiologis abnormal, serta proses kematian secara terencana.Kunitz dan Northrop pertama kali mengisolasi dan mengkristalisasi inhibitor kallikrein- tripsin.Sejak saat itu, berbagai penelitian menunjukkan bahwa inhibitor protease tersebar luas di alam, dan terdapat dalam berbagai bentuk pada sejumlah binatang dan sel tumbuhan, fungi, actiniomycetes, dan hanya diketahui beberapa bakteri saja yang memproduksi inhibitor. Aktivitas biologis dari komponen bioaktif sponde sangat beragam-, seperti cytotoxic, antibiotik, anti tumor, antifungal, antiviral dan inhibitor enzim merupakan komponen yang paling umum ditemukan. (29)Kimura mengisolasi garam 1 Methyherbipoline dari Halisulfate- 1 dan Suvanin sebagai inhibitor protease serin dari sponge jenis Coscinoderma mathewsi.Komponen bioaktif alami yang merupakan peptide makrosiklik berhasil diisolasi dari spons jenis Theonella swinhoei yang berasal dari perairan Jepang. Komponen ini dikenal denagn nama Cyclotheonamida A dan B yang menunjukkan aktivitas penghambatan terhadap serin proteaseseperti thrombin dan mempunyai dua bentuk utama yaitu cyclothonamida A (C36H45N9O81) serta cyclotheonamida B (C34H47N9O8) yang mengandung vinylogous tyrosine (V-Tyr) dan alpa ketoarginin residu yang merupakan jenis asam amino yang belum diketahui secara pasti di alam. (30)OKeefe et al. (1998) berhasil mengisolasi Adociavirin dari sponge adocia sp, ekstrak yang dilarutkan dalam air destilasi potensial sebagai antisitopatik dalam sel CEM-SS yang terinfeksi oleh HIV-1. Pemurnian protein aktif yang diberi nama adociavirin menggunkan isoelectric focusing, asam amino analisis, Maldi-Tof mass spectrometry dan N- terminal sequencing. Sponge Adocia sp yang disolasi komponen adociavirin berasal dari perairan Bay, New Zealand. (30)Matsunaga (1998) yang berasal dari jepang berhasil mengisolasi senyawaasam carboxymethylnicotinic dari sponge Antosigmella raromicroscera yang dipergunakan sebagai sistein inhibitor protease. (30)

Spons laut menghasilkan ekstrak kasar dan fraksi yang bersifat antibakteri, antijamur, antibiofouling dan ichtyotoksik. Bioaktifitas antibakteri ekstrak kasar spons laut terdapat pada beberapa jenis, seperti: Halichondria sp, Callyspongia pseudoreticulata, Callyspongia sp dan Auletta sp. Beberapa spons yang belum diketahui jenisnya, yang aktif terhadap bakteri Staphylococcus aures, Bacillussubtilis dan Vibrio cholerae Eltor. (10) Bioaktifitas antijamur ekstrak kasar spons laut terdapat pada beberapa jenis, seperti: Auletta spp., yang aktif terhadap jamur Aspergillus fumigatus, Clathria spp., yang aktif terhadap Aspergillus spp., Aspergillus fumigatus dan Fusarium spp., Theonella cylindrica, yang aktif terhadap Aspergillus spp., 12 Aspergillus fumigatus dan Fusarium spp dan Fusarium solani. (32)Bioaktifitas antibiofouling ekstrak kasar spons laut terdapat pada beberapa jenis, seperti: Asterospus sarasinorum, Callyspongia sp., Clathria sp., Clathria jaspis, yang keaktifannya tinggi terhadap teritip (Balanus amphirit) ; Echynodicum sp., Gelliodes sp., Pericarax sp., Xestopongia sp., yang keaktifannya rendah terhadap teritip (Balanus amphirit) (10).Bioaktivitas ichtyotoksik ekstrak kasar spons laut terdapat pada beberapa jenis, seperti: Auletta spp, Callyspongia sp, Callyspongia pseudoreticulata, yang toksik terhadap nener bandeng (Chanos chanos) (28).

BAB IIIPENUTUPIII.1 KesimpulanPemanfaatan kekayaan alam perlu terus dilakukan, karena masih sangat banyak sumber dari laut yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup kita. Oleh karena itu, penelitian tentang simbion dari spon perlu dikembangkan lagi untuk memperoleh sumber-sumber pengobatan baru terlebih sebagai antibakteri mengingat resistensi antibiotik kerap kali terjadi sehingga penggunaan obat-obatan yang ada menjadi terbatas.

DAFTAR PUSTAKA1. Benson, 2001., Microbiological Application, Laboratory manual in General Microbiology, Ed ke8, McGraw-Hill Companies, New York.2. Brown, J.H., 1999., Antibiotics Their Use and abuse in Aquaculture, Aquaculture 20, 122-1363. Bugni, T.S and Ireland, C.M., 2004, Marine Derived Fungi : A Chemical and Biologically Diverse Group of Microorganism, J. Nat. Product. Rep., 21:143-1634. Caraan, G.B., Lazaro, J.E., Concepsio, G.P., 1994,. Biological Assay for Screening of Marine Sampels, Second Marine Natural Product Workshop, Marine Science Institute and Institute of Chemistry, Univerity of the Philippines.5. Daloze, D. and J. C. Braekman, 1994. Separation Methods: Application to The Isolation of Spons Metabolites. In: Soest, R. W. M. van, Th. M. G. van Kempen, and J. C. Braekman. (Eds.), Sponss in Time and Space. Proc. 4thInt. Porifera Congr. Rotterdam: Balkema.6. Riseley, R.A., 1971., Tropical Marine Aquaria, The Natural System., Ruskin House Museum Street London. 7. Thiel. V, and Imhoff J.F, 2003., Phylogenetik Identification of Bacteria with Antimicrobial Activity Isolated from Mediterranian Sponge., J. Microbiol., 38 : 369-380.

SOAL :1. Sifat dari spons untuk makanan dengan menghisap dan menyaring air melalui seluruh permukaan tubuhnya disebut juga dengan a. Filter Feederb. Absorbtion feederc. Sucking Feederd. Taking feederJawaban : A. Filter feeder2. Istilah untuk simbion yang berada pada bagian mesofil (tengah) spons adalah a. Simbion intraselulerb. Simbion endoselulerc. Simbion mesophyld. Simbion ektraselulerJawaban : C. Simbion mesophyl3. Mikroorganisme hidup didalam spons dengan melakukan proses simbiosis yaitu .a. Simbiosis Amensalismeb. Simbiosis komensalismec. Simbiosis parasitismed. Simbiosis mutualismeJawaban : D. Simbiosis Mutualisme4. Organisme laut dalam hidupnya sangat tergantung kepada faktor lingkungan yang sering sekali menjadi faktor pembatas kehidupannya , kecuali .a. Cahayab. Kelembapanc. Oksigend. NutrisiJawaban : B. Kelembapan5. Dalam kasus squidluminescent bakteri simbiosis, bakteri memainkan peran aktif dalam proses .a. Delokasib. Inokulasic. Lokalisasid. PerlokasiJawaban : B. inokulasi6. Bakteri menyebabkan renovasi yang signifikan jaringan termasuk apoptosis diinduksi oleh .a. Lipoprotein b. Apolipoproteinc. Lipopolisakaridad. LiposomJawaban : C. Lipopolisakarida7. Bioaktivitas ichtyotoksik ekstrak kasar spons laut terdapat pada beberapa jenis spesies dibawah ini, kecuali ..a. Auletta sppb. Callyspongia pseudoreticulatac. nener bandeng (Chanos chanos)d. Auricularia auritaJawaban : D. Auricularia aurita8. Nama ilmuan yang menyarankan proses simbiosis spon-mikroorganisme adalaha. Webster dan Hillb. Aristotelesc. Albert Einsteind. Ibnu sinaJawaban: A. Webster dan Hill

9. Suatu fenomena dimana protein yang terdapat dalam spons inang merupakan gabungan dari protein yang terdapat pada mikroba simbionnya disebut .a. Like-protein rekombinanb. DNA rekombinanc. tRNA rekombinand. Like-lipid rekominanJawaban : A. Like-protein rekombinan10. Air dan materi-materi kecil yang terkandung di dalamnya dihisap dan disaring oleh sel-sel berbulu cambuk yang disebut jugaa. Oskulumb. Ostiac. Pori-porid. Sel kolarJawaban : D. sel kolar11. Pola hubungan interaksi spesifik antara mikroorganisme dan spons yaitu a. Transpor precursorb. Transpor electronc. Transport protornd. Transpor oksigenJawaban : A. Transpor precursor12. manzamine yang merupakan senyawa antimalaria a. Actynomicetes macromonosporab. Actynomicetes micromonosporac. Actynomicetes sporiumd. Actynomicetes nanomonosporaJawaban : B. Actynomicetes micromonospora

13. Senyawa SS-228Y memiliki kadar hambat minimal (KHM) sebesar a. 24 g/mLb. 56 g/mLc. 12 g/mLd. 34 g/mLJawaban : C. 12 g/mL14. Beberapa cyanobacteria ditularkan secara vertikal melalui.a. Inang pons hostb. Larva pons hostc. Benang pons hostd. Telur pos hostJawaban: D. Telur pons host15. Garam 1 Methyherbipoline dari Halisulfate- 1 dan Suvanin sebagai inhibitor protease serin dari sponge jenisa. Coscinoderma mathewsib. Hyatella sp.c. Vibrio sp.d. Hymhopsilia sp.Jawaban : A. Coscinoderma mathewsi16. Senyawa antienzim tertentu telah diisolasi dari spons laut jenis: a. Hymhopsilia spb. Psammaplysilla pureac. Vibrio sp.d. Coscinoderma mathewsiJawaban : B. Psammaplysilla purea

17. Antibakteri telah diisolasi dari spons Hyatella sp. dan bakteri simbion Vibrio sp. Beberapa senyawa antibakteri jenis quinolone juga diisolasi dari bakteri simbion spons Homoplysia sp. yaitu bakteri a. E. colib. Streptococcusc. Pseudomonasd. SalmonellaJawaban : C. Pseudomonas18. Salah satu contoh simbion Intraseluler atau intranuklear simbion yaitu simbion yang berada di sel host atau inti adalaha. E. colib. Verongiac. Salmonellad. PseudomonasJawaban : B. Verongia19. Biomassa spons terdiri dari mikroba simbion dan diperkirakan mengandung metabolit sekunder sebesar a. 50 %b. 60 %c. 70%d. 40%Jawaban : D. 40%20. Spons merupakan biota laut yang tersebar mulai dari perairan laut dangkal hingga kedalaman..a. 5,5 kmb. 6,5 kmc. 7,5 kmd. 8,5 kmJawaban : A. 5,5 km