Paper Fix Gliserin

30
TUGAS “Gliserin” Disusun oleh : Brihatsama (131710101028) Shofi Mar’atul H (131710101107) Diyana Dwi C (131710101034) Rian Adi Putra (131710101004) FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER 2015

description

ini

Transcript of Paper Fix Gliserin

Page 1: Paper Fix Gliserin

TUGAS

“Gliserin”

Disusun oleh :

Brihatsama (131710101028)

Shofi Mar’atul H (131710101107)

Diyana Dwi C (131710101034)

Rian Adi Putra (131710101004)

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

UNIVERSITAS JEMBER

2015

Page 2: Paper Fix Gliserin

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semakin banyak populasi manusia, maka akan semakin banyak kebutuhan

yang harus dipenuhi oleh setiap populasi manusia. Indonesia memiliki beberapa

produk komoditi perkebunan yang besar, salah satunya ialah kelapa. Tanaman kelapa

merupakan tanaman yang memiliki beragam manfaat, hampir setiap bagian dari

kelapa dapat dimanfaatkan menjadi produk yang berguna(andi,2005).

Setiap bagian yang ada didalam kelapa dapat dimanfaatkan menjadi produk

yang bermanfaat, salah satu bagian yang dimanfaatkan yaitu buah kelapa. Banyak

sekali produk produk turunan yang berasal dari kelapa, terdapat lebih dari 50 produk

turunan derivat yang dapat dibuat hanya dari buah kelapa. Salah satu produk turunan

yang dapat dibuat yaitu gliserin.

Gliserin merupakan nama komersial dari gliserol yang dijual dipasaran.

Gliserol merupakan senyawa kimia yang banyak digunakan pada industry farmasi

dan kosmestik. Pembuatan gliserol dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu

transesterifikasi, hidrolisis, dan saponifikasi(rahayu dkk, 2005). Gliserol juga dapat

diperoleh dari pengolahan minyak goreng bekas.

Pengolahan gliserin dari minyak goreng bekas memiliki beberapa aspek

keuntungan yang didapat. Aspek yang pertama dari segi ekonomi, pengolahan

gliserin menambah nilai ekonomi dari produk minyak goreng bekas. Gliserin banyak

dimanfaatkan sebagai bahan baku didunia farmasi dan kosmetik. Aspek yang kedua

ialah ramah lingkungan, pengolahan gliseril dari minyak goreng bekas membuat

minyak goreng yang tidak bias dipakai menjadi gliseril yang masih dapat

dimanfaatkan sehingga minyak goreng bekas tidak dibuang secara percuma.

Page 3: Paper Fix Gliserin

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Minyak Kelapa

Minyak kelapa merupakan bagian yang berharga dari buah kelapa dan banyak

sebagai bahan baku industri atau sebagai minyak goreng. Minyak kelapa dapat

diekstrasi dari daging buah kelapa yang dikeringkan. Kandungan minyak pada kopra

umumnya 60-65%, sedangkan daging buah kelapa sekitar 43% (suhardiman, 1999).

Minyak kelapa merupakan ester dari gliserol dan asam lemak.

Gambar 1.1 Reaksi pembentukan Trigliserida

Berdasarkan kandungan asam lemaknya, minyak kelapa digolongkan kedalam

asam laurat karena kandungan asam lauratnya paling besar jika dibandingkan dengan

asam lemak lainnya. Adapun komposisi asam lemak minyak kelapa dapat dilihat pada

table 1.1.

Asam lemak Rumus kimia Jumlah (%)

Asam lemak jenuh:

Asam kaproat C5H11COOH 0-0,8

Asam kaprilat C7H15COOH 5,5-9,5

Asam kaprat C9H19COOH 4,5-9,5

Asam laurat C11H23COOH 44-52

Asam palmitat C13H27COOH 7,5-10,5

Asam stearate C17H35COOH 1-3

Page 4: Paper Fix Gliserin

Asam arachidat C19H39COOH 0-0,4

Asam lemak tak jenuh:

Asam palmitoleat C15H29COOH 0-1,3

Asam oleat C17H33COOH 5-8

Asam linoleat C17H31COOH 1,5-2,5

Sumber : Ketaren (1986)

2.2 Gliserol

Gliserol ialah suatu trihidroksi alkohol yang terdiri atas 3 atom karbon. Jadi

tiap atom karbon mempunyai gugus –OH. Satu molekul gliserol dapat mengikat satu,

dua, tiga molekul asam lemak dalam bentuk ester, yang disebut monogliserida,

digliserida dan trigliserida.

Adapun sifat fisik dari gliserol yaitu:

Merupakan cairan tidak berwarna

Tidak berbau

Cairan kental dengan rasa manis

Densitas 1,261

Titik lebur 18,2

Titik didih 290°C

Gliserol juga digunakan sebagai penghalus pada krim cukur, sabun, dalam obat batuk

dan syrup atau untuk pelembab (Hart, 1983).

Gliserol ialah suatu trihidroksi alkohol yang terdiri atas tiga atom karbon. Jadi

tiap karbon mempunyai gugus –OH. Gliserol dapat diperoleh dengan jalan penguapan

Page 5: Paper Fix Gliserin

hati-hati, kemudian dimurnikan dengan distilasi pada tekanan rendah. Pada umumnya

lemak apabila dibiarkan lama di udara akan menimbulkan rasa dan bau yang tidak

enak. Hal ini disebabkan oleh proses hidrolisis yang menghasilkan asam lemak

bebas.Di samping itu dapat pula terjadi proses oksidasi terhadap asam lemak tidak

jenuh yang hasilnya akan menambah bau dan rasa yang tidak enak.

Oksidasi asam lemak tidak jenuh akan menghasilkan peroksida dan

selanjutnya akan terbentuk aldehida. Inilah yang menyebabkan terjadinya bau dan

rasa yang tidak enak atau tengik. Gliserol yang diperoleh dari hasil penyabunan

lemak atau minyak adalah suatu zat cair yang tidak berwarna dan mempunyai rasa

yang agak manis. Gliserol larut baik dalam air dan tidak larut dalam eter.

Gliserol digunakan dalam industri farmasi dan kosmetika sebagai bahan

dalam preparat yang dihasilkan. Di samping itu gliserol berguna bagi kita untuk

sintesis lemak di dalam tubuh. Gliserol yang diperoleh dari hasil penyabunan lemak

atau minyak adalah suatu zat cair yang tidak berwarna dan mempunyai rasa yang

agak manis, larut dalam air dan tidak larut dalam eter (Poedjiadi, 2006)

Secara tradisional gliserin didapatkan sebagai hasil samping dari minyak

tumbuhan atau hewan yang disaponifikasi pada pabrik sabun. Minyak sebagai bahan

utama pembuatan sabun dihidrolisis dalam basa. Saponifikasi (penyabunan)

merupakan suatu reaksi takreversible. Karena reaksi berlangsung dalam suasana

basa, hasil penyabunan ialah garam karboksilat dan basa OH- disini merupakan

pereaksi,bukan katalis dalam reaksi berikut. (Fessenden, Kimia Organik II).

2.3 Bahan Yang Ditambahkan

Page 6: Paper Fix Gliserin

A. Methanol

Metanol juga dikenal sebagai metil alcohol atau wood alcohol dengan rumus

kimia CH3OH. Metanol memiliki sifat-sifat antara lain :

1. Rumus Molekul : CH3OH

2. Berat Molekul : 32.04 gr/mol

3. Massa jenis : 0.7918 g/cm³, liquid

4. Titik Beku : –97 0C

5. Titik Nyala : 11 0C

6. Temperatur Penyalaan : 464 0C

7. Titik Didih : 64.7 0C 8. HHV : 726 KJ/mol atau 22,7 KJ/g LHV: 638

KJ/mol atau 19,9 KJ/g (Subroto,2014)

Jenis alkohol yang selalu dipakai pada proses transesterifikasi adalah metanol

dan etanol. Metanol merupakan jenis alkohol yang paling disukai dalam

pembuatan biodiesel karena metanol (CH3OH) mempunyai keuntungan lebih

mudah bereaksi atau lebih stabil dibandingkan dengan etanol (C2H5OH) karena

metanol memiliki satu ikatan carbon sedangkan etanol memiliki dua ikatan

carbon, sehingga lebih mudah memperoleh pemisahan gliserol dibanding

dengan etanol.

B. H3PO4

Nama : Asam fosfat

Rumus molekul : H3PO4

Berat molekul : 98 g/mol

Sifat fisis :

- wujud cair

- tidak berwarna, transparan

- larut dalam alkohol dan air

- densitas = 1,8334 g/cm3

- titik didih = 2130C

Page 7: Paper Fix Gliserin

- titik leleh = 42,350C

Impuritis : 0,02% (maksimal)

Sifat kimia :

a. Merupakan asam tribasa, pelepasan ion hidrogen yang pertama adalah

ionisasi yang paling hemat. Ionisasi kedua adalah sedang dan yang ketiga sudah

lemah. Hal ini bisa dilihat dari ketetapan penguraian ionisasi:

H3PO4 + H2O H2PO4- + H3O + k1 = 7,1.10-3

H2PO4- + H2O HPO42- + H3O + k2 = 6,3.10-8

HPO42- + H2O HPO43- + H3O + k3 = 4,4.10-13

Asam fosfat lebih kuat dari asam asetat, asam oksalat, dan asam boraks, tetapi

lebih lemah dibandingkan asam nitrat, asam sulfat, dan asam klorida. Asam

fosfat dapat dibuat garam dengan mudah melalui satu atau lebih atom hidrogen.

b. Pada saat pemanasan, disodium phosphat akan membentuk sodium

pyrophosphat:

2Na2HPO4 Na4P2O7 + H2O

c. Pada saat pemanasan, sodium dihidrogen phosphat akan membentuk sodium

metaphosphat. NaH2PO4 NaPO3 + H2O

d. Pembentukan sodium phosphat dengan penambahan natrium hidroksida.

Na2HPO4 + NaOH Na3PO4 + H2O

e. Phosphorus pentasulfida dihidrolisa akan menghasilkan asam fosfat.

P2S5 + 8H2O 2H3PO4 + 5H2S

Page 8: Paper Fix Gliserin

2.4 Reaksi Pemisahan Gliserol

2.4.1 Proses Alkoholis

Alkoholis minyak dan lemak dengan alkohol mono hidroksi alifatik seperti

methanol dapat dikatalisa dengan asam atau alkali akan tetapi reaksi dengan katalis

alkali (misalnya sodium) pada umumnya laju reaksinya lebih cepat, lebih sempurna

dan temperaturnya lebih rendah. Gliserol dapat dihasilkan dengan cara

interesterifikasi trigliserida dengan methanol yang mengikuti persamaan berikut:

Pada proses diatas, reaksi 1 mol trigliserida dengan 3 mol metanol dihasilkan 1 mol

gliserol tanpa air. Minyak diinteresterifikasi menjadi gliserol pada temperatur 800C

dengan menggunakan katalis natrium hidroksida dalam reaktor. Gliserol dan metanol

kemudian dipisahkan dari metal ester. Larutan metanol dapat dipisahkan dalam

kolom separator sedangkan gliserol yang terbentuk dimurnikan secara penyulingan

(destilasi), sehingga dihasilkan gliserol dengan kemurnian 90% (bailey’s,1982).

Kelemahan dari proses ini adalah diperlukan biaya untuk mengadakan reaktor

metanol dan katalis NaOH, dan reaksi yang terjadi relatif lebih lambat dibandingkan

dengan proses hidrolisa serta diperlukan tambahan peralatan, yang kesemuanya itu

mengakibatkan membengkaknya biaya produksi.

2.4.2 Proses Enzimatis

Sejak awal 80-an telah dimulai pengembangan proses pengolahan minyak nabati

secara enzimatis. Proses ini disamping memerlukan energi relatif rendah karena

Page 9: Paper Fix Gliserin

bekerja pada suhu yang relatif rendah (30-600C) dan tekanan 1 atm. Kerusakan

reaktan maupun produk dapat dihindari serta limbah yang dihasilkan relatif lebih

sedikit. Enzim yang digunakan sebagai biokatalis pada proses pengolahan minyak

nabati adalah enzim lipase yang dapat diisolasi dari tumbuhan, hewan dan yang

paling potensial adalah yang berasal dari mikroorganisme penghasil enzim lipase

adalah kapang, bakteri dan ragi (khamir). Sesuai dengan spesifikasi kerjanya enzim

lipase dibagi 3 yaitu:

• Lipase non spesifik, yaitu lipase yang dapat mengkatalis seluruh ikatan trigliserida;

• Lipase spesifik 1, 3, dan 2 yaitu lipase yang hanya dapat mengkatalis trigliserida

pada ikatan 1, 3, dan 2;

• Lipase spesifik fatty acid, yaitu lipase yang hanya dapat mengkatalis jenis asam

lemak tertentu saja. Proses hidrolisa minyak nabati dengan menggunakan biokatalis

enzim lipase memerlukan waktu selama 5 hari. Laju hidrolisis tidak berubah pada

rentang suhu 24460C dan optimum pada rentang pH 4,8-7,2 sedangkan enzim

menjadi kurang aktif pada suhu diatas 500C. Keunggulan proses enzimatis

dibandingkan secara kimia antara lain:

• Reaksi yang dilakukan pada suhu rendah, sehingga kualitas produksi lebih

meningkat;

• Dengan menggunakan enzim lipase yang spesifik produk yang diinginkan dapat

ditingkatkan, sedangkan produk samping dapat dukurangi.

• Beberapa reaksi umumnya lambat, hal ini berarti kinetika reaksinya sangat mudah

dikontrol, sehingga mendapatkan hasil dalam skala besar yang karakteristiknya dapat

diatur sesuai dengan jenis produk yang diinginkan.

• Menghemat energi dan keamanan dalam lingkungan kerja.

• Investasi peralatan lebih rendah

Page 10: Paper Fix Gliserin

• Tidak menghasilkan limbah yang berbahaya dan beracun. Kelemahan dari proses ini

adalah waktu yang relatif lebih lama (5hari) dibandingkan dengan proses kimia.

2.4.3 Proses Hidrolisa

Gliserol dan asam lemak adalah senyawa organik yang merupakan penyusun lemak

dan minyak, baik nabati maupun hewani. Untuk mengkonversikan atau mengubah

minyak atau lemak menjadi gliserol dan asam lemak dapat dilakukan dengan proses

hidrolisa dengan tekanan tinggi. Proses hidrolisa biasanya dijaga pada suhu 240 –

2600C dan tekanan 45 – 60 atm. Pada umunya derajat pemisahan bias mencapai 95%

(Bailey’s,1982).

Dalam hal ini proses hidrolisa yang terjadi adalah :

Proses Hidrolisa mempunyai keunggulan lebih cepat dalam proses pemisahan gliserol

dan asam lemak serta hasil yang diperoleh lebih maksimal. Minyak kelapa

merupakan bahan pembuatan gliserol ini dihidrolisa dalam reaktor hidrolisa yang

biasa disebut spilitting, secara kontinu dan berlawanan arah pada temperatur dan

tekanan tinggi sehingga menghasilkan asam lemak dan gliserol yang berupa sweet

water. System berlawanan arah paa temperature 240 – 2600C dan tekanan 45 – 60

atm akan mempercepat reaksi hidrolisa.

Minyak dipompakan dari bagian menara kira-kira 90 cm. Dari dasar menara,

sedangkan air dialirkan melalui puncak menara. Perbandingan antara minyak dan air

yang reaksi adalah 40 – 50% berarti minyak. Minyak disemburkan menembus

Page 11: Paper Fix Gliserin

campuran gliserin yang terakumulasi dibagian bawah menara, selanjutnya menembus

campuran air dan minyak hingga mencapai hidrolisa yang sempurna. Sistem yang

kontinu dan berlawanan arah dengan temperatur dan tekanan tinggi akan

menghasilkan derajat hidrolisa yang tinggi.

2.4.4 Proses saponifikasi

Pada umumnya proses pembuatan sabun dilakukan dengan reaksi saponifikasi lemak

merupakan reaksi esterifikasi dimana asam karbosilat direaksikan dengan basa kuat

menghasilkan ester dan garam karbosilat, tetapi suatu perbandingan yang harus

dipertimbangkan adalah pertama kali menghidrolisa lemak menjadi asam lemak yang

mengandung lemak dan gliserol. Selanjutnya saponifikasi asam lemak, proses mudah

yang sering dilakukan adalah proses “proses dingin” dimana lemak dicampur dengan

kaustik yang telah ditentukan perbandingannya sebelumnya proses, dan selanjutnya

emulsi dialirkan ke suatu tempat dimana dilakukannya proses saponifikasi dengan

pemberian sedikit panas untuk mempercepat reaksi.

Proses pembuatan sabun dengan proses dingin masih dilakukan dalam skala kecil.

Metode lain yang jarang digunakan adalah proses “semi pemanasan” dimana lemak

dicampurkan dengan kaustik dengan perbandingan tertentu dan dilakukan dengan

proses selanjutnya. Pada proses ini tidak ada gliserol yang dikembalikan (recovery)

ke reaktor. Untuk produksi dalam jumlah besar dapat dilakukan dengan menggunakan

proses pemanasan. Sebab produk (sabun dan gliserol) yang dihasilkan memilki

kualitas tinggi, zat pewarna dan pengotor lainnya dan dibersihkan pada saat

pemanasan serta sebagian lemak yang terkandung dalam gliserol dapat direkoveri

(Miner & Dalton 1953). Reaksi saponifikasi dapat ditulis sebagai berikut :

Page 12: Paper Fix Gliserin

Proses saponifikasi ini berada dengan proses yang lain, dimana dalam proses ini

dilakukan dengan beberapa tahap yang dirancang untuk saponifikasi lemak,

pemisahan gliserol dilakukan dalam komposisi 63% asam lemak. Kelemahan dari

proses ini adalah diperlukan biaya untuk pengadaan reaktan NaOH dan diperlukan

tambahan peralatan sehingga mengakibatkan pembengkakan biaya produksi.

Page 13: Paper Fix Gliserin

BAB 3. METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

Beaker glass

Gelas ukur

Water batch

Rotary evaporator

Oven

Corong pisah

Pipet tetes

Pengaduk

Erlenmeyer

Thermometer

Buret

pH meter

3.1.2 Bahan

Minyak goreng bekas

Metanol

KOH

H3PO4

Air

Karbon aktif

3.2 Skema

Page 14: Paper Fix Gliserin

3.2.1 Pembuatan Gliserol

BAB 4. KARAKTERISTIK PRODUK

Minyak goring bekas

+ metanol dan KOH

Penyaringan

Pemanasan 1100C

Pengadukan selama 1 jam

Crude glyserol

Pendiaman selam 8 jam

biodesel

Pengadukan

Pemisahan Gliserol

Pengadukan

Pendiaman 24 jam

evaporasi

filtrasi

gliserin

+ H3PO4, 5%

+ Air 2:3

+ Karbon aktif

Page 15: Paper Fix Gliserin

4.1 Gliserin

Gliserin adalah suatu trihidroksi alkohol yang terdiri atas 3 atom karbon. Jadi,

setiap atom karbon mempunyai gugus –OH. Satu molekul gliserol dapat mengikat

satu, dua, tiga molekul asam lemak dalam bentuk ester, yang disebut monogliserida,

digliserida dan trigliserida. Adapun rumus molekul gliserin dapat ditunjukkan pada

Gambar 1 :

CH2OH

|

CHOH

|

CH2OH

Gambar 1. Rumus Molekul Gliserin

Nama lain dari gliserin adalah Croderol; E422; glycerine; Glycon G-100;

Kemstrene; Optim; Pricerine; 1,2,3 propanetriol; trihydroxypropane; glycerol.

Sifat fisik dari gliserol :

Merupakan cairan tidak berwarna (jernih)

Tidak berbau

Cairan kental dengan rasa yang manis

Higroskopis (perlu diperhatikan dalam penyimpanannya)

Larut baik dalam air dan tidak larut dalam eter.

Densitas 1,261

Titik lebur 18,2°C

Titik didih 290 °C

Membentuk kristal pada suhu sangat rendah

Gliserin dapat meledak jika dicampur dengan zat pengoksidasi yang kuat seperti

chromium trioxide, potassium chlorate atau potassium permanganate (Rowe,

2006).

Page 16: Paper Fix Gliserin

Gliserol alami pada dasarnya diperoleh sebagai produk samping dari produksi

asam lemak, ester lemak atau sabun dari minyak atau lemak. Di Malaysia, gliserol

dihasilkan melalui pemecahan minyak sawit atau minyak inti sawit dengan

menggunakan metode berikut :

- Penyabunan (Saponifikasi) minyak / lemak dengan NaOH untuk membentuk

sabun dan larutan alkali sabun. Larutan alkali sabun yang terbentuk mengandung

4 – 20 % gliserol dan juga diketahui sebagai sweetwater atau gliserin. Lemak dan

minyak bisa disaponifikasi melalui proses perebusan. Terjadi sabun dari hasil

saponifikasi dan sisanya terdiri 8-12% gliserin. Proses saponifikasi bisa secara

singkat seperti di atas.

Gambar 2. Reaksi Pembentukan Gliserol dari Proses Saponifikasi

- Splitting atau hidrolisis minyak inti sawit dibawah tekanan dan temperature yang

tinggi untuk menghasilkan asam lemak dan sweetwater. Sweetwater ini

mengandung 10–20 % gliserol. Reaksinya ditunjukkan pada Gambar 3 :

Page 17: Paper Fix Gliserin

Gambar 3. Reaksi Pembentukan Gliserol dari Proses Hidrolisis

- Proses transesterifikasi terjadi dengan mereaksikan antara minyak kelapa dengan

metanol dan katalis. Katalis yang digunakan adalah katalis basa dan asam.

Katalis basa yang umum digunakan adalah potasium hidroksida (KOH), sodium

hidroksida (NaOH), dan sodium metilat (NaOCH3), sedangkan katalis asam

adalah H2SO4. Katalis yang lebih umum digunakan adalah katalis basa, karena

katalis basa tidak bersifat korosif dan reaksi transesterifikasi berlangsung lebih

cepat Jika alkohol yang digunakan adalah metanol, maka akan menghasilkan

metil ester yang biasa disebut biodiesel yang ramah lingkungan. Hasil samping

dari proses transesterifikasi ini adalah gliserin dalam jumlah sekitar 40% dari

total produk. Tahapan reaksi transesterifikasi merupakan salah satu tahapan yang

penting untuk mempercepat jalannya produksi metil ester dan gliserin. (Darmoko

dan Munir, 2000). Reaksinya ditunjukkan pada Gambar 4 :

Gambar 3. Reaksi Pembentukan Gliserol dari Proses Transesterifikasi

Kegunaan Gliserin:

Tabel 1. Perkiraan Penggunaan Gliserin

No Kegunaan Persentase

(%)

1 Alkid 25 %

Page 18: Paper Fix Gliserin

2 Tembakau 13 %

3 Peledak 5 %

4 Kertas 17 %

5 Obat-obatan dan kebutuhan kamar mandi termasuk pasta

gigi

16 %

6 Monogliserida dan makanan 7 %

7 Urethan foams 3 %

8 Lain-lain 14 %

Gliserin mudah dicerna dan tidak beracun dan dirmetabolisme bersama

karbohidrat. Untuk produk makanan dan pembungkus makanan yang langsung

dikonsumsi oleh konsumen, tidak beracun adalah syarat utama. Gliserin, sejak 1959

diakui sebagai satu diantara bahan yang aman oleh Food and Drug Administration.

Kegunaan sebagai :

1. Pelarut untuk pemberian rasa (seperti vanilla) dan pewarnaan makanan

2. Agen pengental dalam sirup

3. Pemanis

4. Pencegah kristalisasi gula pada permen dan es

5. Medium transfer panas yang kontak langsung dengan makanan saat pendinginan

cepat

6. Pelumas pada mesin yang digunakan untuk pengolahan dan pengemasan

makanan.

7. Penggunaannya dalam makanan, khususnya mentega dan lemak.

Dosis gliserin yang digunakan adalah 1,0 g sampai 1,5 g/kg berat badan untuk

menghasilkan tekanan intraocular. Dosis yang besar dapat menyebabkan sakit kepala,

rasa haus, nausea, dan hyperglycemia.

Selama ini gliserin jarang dimurnikan, namun langsung dijual dengan harga

yang murah. Jika gliserin diolah terlebih dahulu hmngga memperoleh kemurnian

Page 19: Paper Fix Gliserin

minimal 97%, maka akan meningkatkan nilai jualnya. Gliserin merupakan senyawa

yang memegang peranan penting dalam perkembangan industri obat-obatan,

makanan, kosmetik, pelumas, tembakau, dll. Industri ini memerlukan gliserin yang

murni untuk proses produksinya.

Pemurnian gliserin dapat dillakukan dengan penambahan asam. Penambahan

asam pada gliserol kotor tidak terlalu mempengaruhi warna gliserol yang dihasilkan.

Hal ini disebabkan masih banyaknya zat pengotor lain yang tidak mampu dipisahkan

oleh penambahan asam, sehingga warnanya tetap coklat kemerahan. Diketahui bahwa

gliserol murni tidak berwarna (bening). Untuk menarik zat pengotor lain yang masih

terdapat dalam gliserol maka digunakan karbon aktif sebagai adsorben. Pemilihan

karbon sebagai adsorben disebabkan karena karbon aktif mempunyai daya adsorbsi

yang cukup tinggi. Selain itu dari segi ekonomi harganya juga lebih murah

dibandingkan dengan adsorben lain dan mudah di dapat. Penambahan karbon aktif

secara langsung kedalam gliserol kotor menyebabkan sebagian besar gliserol

menempel pada karbon aktif karena viskositas gliserol cukup tinggi. Untuk itu

sebelum karbon aktif ditambahkan, gliserol kotor diencerkan dulu dengan

penambahan air sehingga memudahkan proses adsorbsi. Penambahan air ini

membawa dampak terhadap kadar gliserol yang dihasilkan yaitu kadarnya menjadi

turun. Untuk menghilangkan air dari gliserol maka dilakukan proses penguapan

menggunakan rotary evaporator. Sholehah (2008), melakukan pemurnian minyak

nabati yaitu yang digunakan adalah minyak kelapa dan didapatkan pH optimum

adalah 7. Perbedaan sumber bahan baku ternyata dapat menyebabkan perbedaan

kondisi proses pemurnian (pH) dalam proses pemurnian crude glyserol (gliserol

mentah).

Page 20: Paper Fix Gliserin

DAFTAR PUSTAKA

Andi, N.A. (2005). Virgin Coconut oil Minyak penakluk Aneka Penyakit. Tangerang:

PT Agro Media Pustaka. hal. 5

Bailey. 1982. Methods of Social Research. Edisi ke-2. Newyork: The Free Press

Darmoko, D. dan Munir, C. 2000. Kinetics of Palm Oil Transesterification in a Batch

Reactor. Urbana: Department of Food Science and Human Nutrition,

Agricultural Bioprocess Laboratory,University of Illinois.

Endang Susiantini, Indra Suryawan. 2011. Kajian Perkembangan Alat pemisah

Zirkonium-Hafnium, dengan Kontinyu Annular Kromatografi. Batan:

Yogyakarta.

Fessenden, Ralph J. dan Joan S. Fessenden, “Kimia Organik Jilid II’ 3rd edition,

Penerbit Erlangga, Jakarta, 1986.

Harold Hart. 1983. Organic Chemistry, a Short Course, Sixth Edition, Michigan State

University. Houghton Mifflin Co.

Ketaren, s. 1986.”pengantar teknologi minyak dan lemak pangan”.jakarta :ui press

Poedjiadi, A. 2006. Dasar – Dasar Biokimia. Edisi Revisi. Jakarta: UI - Press.

MSDS, 2011. Properties of Phosphoric Acid. 25 April 2011.

MSDS, 2011. Properties of Sodium Carbonate. 25 April 2011.

MSDS, 2011. Propeties of Sodium Hidrokside. 25 April 2011.

MEG Global Group, 2008, Rthylene Glycol Product Guide. Kanada: MEG Global

Group Co

Page 21: Paper Fix Gliserin

Miner & Dalton, 1953. Chemical Properties and derivtes of glycerols. Reinhold

Publishing corp. New York

Rahayu, S.S., Bendiyasa I.M., Muhandis & Purwandaru, U., 2005, Hidrolisis Minyak

Sawit : Katalitik dan Non Katalitik, Forum Teknik, 29: 182-189

Sholehah, Miftah. 2008. Pemisahan Gliserin dari Hasil Samping Pembuatan

Biodiesel. Jakarta : Prodi Kimia, FST, UIN Syarif Hidayatullah.

Suhardiman, D. 1999. “Bertanam Kelapa Hibrida”. Jakarta: penebar swadaya

Rowe, R.C., P.J. Sheskey, dan S.O. Owen. 2006. Handbook Of Pharmaceutical

Excipients 5th ed. London: Pharmaceutical Press.