Paper Safrole -Rizky Ade- Fix
-
Upload
arfan-fahmi -
Category
Documents
-
view
115 -
download
5
Transcript of Paper Safrole -Rizky Ade- Fix
1 | S A F R O L E
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang pantas kami ucapkan, hanya puji dan syukur kehadirat
Allah SWT, atas segala rahmat dan ridha-Nya sehingga makalah ini dapat
terselesaikan, serta salawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW yang
syafaatnya kita harapkan di kemudian hari.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi bagi para
pembaca mengenai suatu senyawa yaitu Safrole dan wawasan tambahan mengenai
efek karsinogen serta efek toksisitas Safrole.
Dengan terselesainya makalah ini, kami ingin berterima kasih dan
penghargaan yang setingginya untuk Dr. Rer nat Budiawan selaku dosen mata
kuliah KS Biokimia III (Biomonitoring) yang dengan penuh perhatian dan
kesabaran telah memberikan dorongan, bimbingan dan saran dalam penulisan
makalah ini.
Pepatah mengatakan tak ada gading yang tak retak. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya, baik dari segi isi ataupun
strukturnya. Dengan rendah hati, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
sifatnya membangun, demi tercapainya karya yang lebih baik.
Depok, Mei 2013
PENULIS
2 | S A F R O L E
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ...................................................................................................................... 1
Daftar Isi................................................................................................................................ 2
Bab I : Pendahuluan
I.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 3
I.2 Tujuan ............................................................................................................................. 4
I.3 Perumusan Masalah ......................................................................................................... 4
I.4 Manfaat ........................................................................................................................... 4
I.5 Metode Penulisan ............................................................................................................. 4
Bab II : Safrole
II.1 Pendahuluan ................................................................................................................... 5
II.2 Efek Akut dan Kronis Safrole ........................................................................................ 6
II.3 Biomarker dan Metabolisme Safrole .............................................................................. 7
II.4 Karsinogenitas Safrole.................................................................................................... 9
II.5 Metode Sampling dan Analisa Biomarker .................................................................... 10
Bab III : Sumber Paparan Safrole
III.1 Sassafras Tea ................................................................................................................ 12
III.2 Soft Drink ..................................................................................................................... 15
Bab VI : Penutup
VI.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 17
VI.2 Saran ............................................................................................................................. 18
Daftar Pustaka ..................................................................................................................... 19
3 | S A F R O L E
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kondisi kota-kota besar sangat rawan menebarkan bibit-bibit penyakit atau
gangguan pada kesehatan. Polusi dari kendaraan bermotor, industri, asap rokok,
mesin foto copy, pendingin ruangan, dan makanan yang tidak sehat, merupakan
sumber radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh manusia. Selain itu, proses alami
respirasi dan fungsi metabolisme yang buruk di dalam tubuh, juga menjadi
penyebab internal meningkatkan radikal bebas dalam tubuh.
Berdasarkan hasil penelitian Universitas Indonesia bekerjasama dengan
United States Agency for International Development (USAID) United States-Asia
Environmental Partnership (US-AEP) dan Swisscontact tahun 2008, ternyata lalu-
lintas jalan raya di kota-kota besar, termasuk Jakarta, merupakan penyumbang
terbesar pencemaran udara, mencapai 70% dari total pencemaran yang terjadi.
Dengan tingkat polutan termasuk particulares matter (PM 10), kondisi
pencemaran udara kota-kota besar tersebut melebihi standar yang ditetapkan
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yaitu 50 mikrograms per kubik meter
(mg/m3). Radikal bebas ini dapat menyebabkan penyakit jangka panjang dan
jangka pendek. Penyakit jangaka panjang yang dapat terjadi adalah kanker dan
jantung koroner. Sedangkan untuk jangka pendek, akan menyebabkan kerusakan
sel-sel dalam tubuh sehingga seseorang mudah sakit.
Asupan makanan sehat secara rutin dapat menangkal resiko radikal bebas
yang terlanjur masuk kedalam tubuh. Namun, beberapa makanan yang berasal
dari alam pun, diketahui mengandung senyawa yang berbahaya untuk tubuh
apabila dikonsumsi rutin. Salah satu senyawa itu adalah Safrole yang terkandung
dalam beberapa natural product. Safrole diindikasikan menjadi salah satu
penyebab kanker setelah diuji cobakan dalam tikus. Dalam makalah ini akan
dibahas secara detail mengenai Safrole, biomarker dan metabolismenya dalam
tubuh, efek kanker dan toksisitasnya, sampai sumber paparan Safrole dalam bahan
alam.
4 | S A F R O L E
I.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk memberikan informasi mengenai
apa itu sebenarnya Safrole, biomarker dan metabolisme Safrole dalam tubuh, efek
akut dan kronis Safrole, karsinogenitas Safrole, metode sampling dan analisa
biomarker, serta mengetahui sumber paparan Safrole dalam bahan alam.
I.3 Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam makalah ini antara lain:
Apa itu senyawa Safrole dan biomarker-nya?
Bagaimana metabolisme Safrole dalam tubuh sehingga dapat memberikan
efek karsinogen?
Bagaimana efek toksik dan efek kronis Safrole?
Bagaimana metode sampling dan analisa biomarker dari senyawa Safrole?
I.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini, diharapkan pembaca mendapakan informasi
dengan jelas mengenai Safrole dan dapat memberikan arahan untuk mengolah
beberapa bahan alam yang mengandung Safrole dengan baik dan bijaksana. Selain
itu diharapkan makalah ini dapat menjadi sumber reverensi dikemudian hari untuk
mengembangkan obat anti kanker.
I.5 Metode Penulisan
Dalam makalah yang kami susun, metode penulisan yang dilakukan adalah
metode literatur dari jurnal, internet dan buku.
5 | S A F R O L E
BAB II
SAFROLE
II.1 Pendahuluan
Safrole (5-(2-propenyl)-1,3-benzodioxole) adalah senyawa fenil propana
salah satu golongan dari senyawa aromatik fenilpropanoid. Untuk itu Safrole
mempunyai cincin benzena yang diapit oleh cincin dioxolane dan gugus metilen
terminal yang sangat reaktif.
Struktur Safrole
Safrole tidak larut dalam air tapi dapat bercampur baik dalam cloroform,
eter dan senyawa nonpolar lainnya (Budavaris 1989; Burdock 1997). Banyak
cincin aromatik menyebabkan bau dan rasa yang khas. Hal ini dikarenakan
metabolisme fenil propanoid melalui jalur asam sikimik (Dewick 1997; Wink
2010). Fenilpropanoid senyawa sekunder yang terkait dengan rasa dan bau
tanaman dan karenanya digunakan sebagai pencegah terhadap herbivora yang
menghindar dari metabolit sekunder yang kuat. Safrole ditemukan dalam jumlah
sedikit pada kayu manis, jahe, pala, coklat, dan lain-lain.
Senyawa ini juga melindungi terhadap radiasi ultraviolet, jamur, dan
bakteri, dan dapat bertindak sebagai atraktan penyerbuk (Hahlbrock 1989).
Metabolit sekunder ini meningkatkan aktivitas senyawa dalam tanah miskin
humus, itulah sebabnya Sassafras, dikenal karena kemampuannya untuk tumbuh
dipinggir jalan dan ladang yang kurang subur, akan memiliki kecenderungan
allelopati dan pertahanan yang tinggi di lokasi tersebut dan karena mempunyai
aktifitas metabolit sekunder yang kuat dan akan melindungi tanaman terhadap
ultraviolet radiasi, jamur, dan bakteri, dan dapat bertindak sebagai atraktan
penyerbuk (Ibrahim 2001).
Minyak sassafras dapat digunakan sebagai bahan umum (sampai 20 ppm)
dalam bahan makanan, produk pembersih, dan kosmetik sebagai agen penyedap
6 | S A F R O L E
dan aroma (Carlson dan Thompson 1997). Kemudian pada tanggal 3 Desember
1960, US FDA melarang kehadiran safrol, minyak sassafras, isosafrol, dan
dihydrosafrole dalam makanan setelah percobaan menunjukkan efek
hepatocarcinogenic (kanker liver) pada tikus laboratorium (CFR, Sec. 189).
Minyak safrol masih diimpor ke Eropa, Jepang, dan Amerika Serikat dari
Brasil dan negara-negara di Pasifik Selatan. Tumbuhan yang kaya akan safrole di
Cinnamomum dan Ocotea genera dipanen untuk disintesis menjadi piperonil
butoksida, digunakan dalam pestisida, dan piperonal, penyedap dan bahan parfum
(Miglierini 2008;. Oltramari et al, 2004). Safrol juga merupakan unsur penting
dalam produksi obat MDMA ilegal, juga dikenal sebagai ekstasi (Rasch 1998).
II.2 Efek Akut dan Kronik Safrole
Indeks HERP (Human Exposure/Rodent Potency) tingkat harian konsumsi
safrol sebesar 1,4 mg / kg bb per hari untuk 60 kg orang. Berbagai rempah-
rempah yang mengandung safrol seperti lada hitam, adas bintang, jintan, kayu
manis, dan jahe (HERP.2011). Komisi Eropa memperkirakan asupan harian
(dengan jumlah safrol yang ditambahkan pada makanan oleh industri) menjadi 0,3
mg / hari, atau 0,005 mg / kg bb untuk 60 kg orang (SCF 2002). WHO
memperkirakan range harian asupan safrol sebagai 4-569 mg untuk Amerika dan
antara 0,6 dan 879 ug bagi mereka di Uni Eropa, berdasarkan isi rempah-rempah
dan volume tahunan dikonsumsi oleh negara (WHO 2009). Dosis toksik median
(TD50) dari safrol, menurut Indeks HERP, untuk tikus adalah 51 mg / kg bb per
hari (Herp 2011). Segelman et al. memperkirakan dosis 0,66 mg / kg bb dapat
menjadi racun bagi manusia, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Epstein
et al. (1970) yang menemukan 66 mg / kg bb safrol diberikan selama periode 21
hari untuk menjadi karsinogenik pada mencit jantan. Dalam penelitian dengan
subyek manusia, Benedetti et al. (1977) mengamati efek dari konsumsi manusia
safrol dengan dua dosis (0,163 mg dan 1.655 mg). Mereka menyimpulkan kedua
jumlah safrol benar-benar dihilangkan dalam 24 jam dengan sedikit kemungkinan
safrole terakumulasi pada jaringan otot. Dalam subyek manusia, safrole telah
dieliminasi dalam jumlah kecil dan metabolit safrole, khususnya 1,2-dihidroksi-4-
7 | S A F R O L E
allylbenzene, eugenol, dan isomer dari eugenol. Metabolit 3'-hydroxylisosafrole
dan 1'-hydroxysafrole (metabolit yang paling beracun) tidak terdeteksi.
II.3 Biomarker dan Metabolisme Safrole
Biomarker Safrole dapat berupa 1’-hidroxysafrole. Biomarker ini dapat di
ambil dari contoh hati dan urin tikus percobaan ditreatment oleh safrole. Selain itu
biomarker dan hasil metabolisme safrole dapat berupa dihydrosafrole (p-n-propil-
methylenedioxybenzene), isosafrol (1-propenil-3,4methylene dioxy benzene), dan
eugenol (4-alil-2-metoksifenol) (Heikes 1994). Tes genotosisitas konvensional,
termasuk pertukaran kromatit dan tes mikronukleus, menyatakan toksisitas safrol
positif in vitro, dan dalam tes in vivo safrole sudah dapat ditetapkan dosis
karsinogeniknya, baik melalui menggabungkan safrol ke diet dan injeksi (Jin et
al., 2011; SCF 2002). Safrole diserap secara pasif dari saluran pencernaan, tetapi
diperkirakan bahwa safrole tidak beracun dalam bentuk tetapnya.
Aktivitas metabolik safrole untuk turunan karsinogenik yang dapat
disederhanakan menjadi empat transformasi yang berbeda. Transformasi yang
pertama, melibatkan oksidasi rantai samping alil dalam sitokrom P450 oleh enzim
CYP2A6 untuk membentuk 1'-hydroxysafrole. Senyawa ini dapat menjalani
sulfasi untuk membentuk 1'-hydroxysafrole sulfat (Daimon et al, 1997/8). Reaksi
elektrofilik, ester asam sulfat membentuk DNA adduct safrole pada sel hepatoma
manusia (HepG2) dan menginduksi formasi kanker (Liu et al, 1999). DNA adduct
safrole menginduksi pertukaran kromatid dan penyimpangan kromosom, yang
menyebabkan kesalahan dalam replikasi DNA dan mutasi yang memiliki
kemungkinan karsinogenesis, serta sitotoksisitas (Daimon et al., 1997).
Transformasi yang kedua berada dalam jalur yang berbeda dengan bahan
kimia karsinogenesis yaitu stres oksidatif, yang menyebabkan penggabungan
selama replikasi DNA. Safrol dapat menjalani pembelahan cincin dioxolane untuk
membentuk hydroxychavicol (4-alil-1,2-Dihydroxybenzene), yang ditunjukkan
dalam studi Benedetti terdapat pada metabolit tikus dan manusia.
8 | S A F R O L E
Struktur Hydroxychavicol
Benedetti et al,meneliti efek safrole pada manusia dengan paparan oral
(Benedetti et al, 1977;Liu et al, 1999). Hydroxychavicol, dideteksi ada pada saat
menyirih, memiliki potensi untuk mengubah ke elecrophiles reaktif orto-kuinon
atau para-kuinon methide. Metabolit ini lebih lanjut dapat bertransformasi
menjadi spesies oksigen reaktif yang dapat menyebabkan kerusakan oksidatif.
Hydroxychavicol lebih beracun dari safrol dan telah terkait dengan disfungsi
mitokondria. Kerusakan diprakarsai oleh hydroxychavicol juga dapat dicegah
secara in vivo dengan antioksidan seperti vitamin E (Liu et al., 1999).
Transformasi ketiga melibatkan epoksidasi safrole dengan ikatan rangkap
dari kelompok propenil untuk membentuk safrol-2 ', 3'-epoksida (de Vries 1997).
Transformasi keempat adalah oksidasi gamma dari rantai samping alil mengarah
ke asam karboksilat, yang dapat konjugasi dengan glisin. DNA adduct safrole
yang berikatan dengan glisin ini adalah N2-(trans-isosafrol-3'-il) 2'-
deoxyguanosine dan N2-(safrol-1'-il) 2'-deoxyguanosine (Gupta et al., 1993).
II.4 Efek Karsinogen Safrole (DNA-Adduct)
Berdasarkan IARC, Dihydrosafrole merupakan senyawa karsinogen grup
2B, Isosafrole masuk dalam grup 3 dan Safrole masuk dalam grup 2B. Safrol dan
isosafrol bersifat karsinogenik pada mencit dan tikus, mereka menghasilkan tumor
hati setelah pemberian oral. Safrol juga menghasilkan tumor hati dan paru-paru
pada bayi mencit jantan setelah penyuntikan. Dihydrosafrole diberikan secara oral
bersifat karsinogenik pada tikus, di mana ia menghasilkan tumor esofagus.
Karsinogenitas safrole dimediasi melalui pembentukan 1’-hidroxysafrole,
dan diikuti oleh sulfonasi pada ester asam sulfat yang tidak stabil yang bereaksi
dan menjadi DNA adduct Safrole yang lebih stabil. 1’-Hidroxysafrole, dideteksi
pada hati, urine dan cairan empedu dari hewan yang diberikan safrole. Namun, 1’-
9 | S A F R O L E
Hidroxysafrole tidak dideteksi pada manusia dengan 1,66 mg Safrole. Teknik
yang dapat digunakan adalah teknik 32
P-post-labeling, dengan teknik ini dapat
ditentukan adanya DNA adduct safrole pada jaringan oral pengguna daun sirih.
Safrol hadir dalam bunga Piper betle, digunakan dalam tradisi mengunyah
sirih (mirip dengan mencelupkan tembakau di Amerika Serikat) umum di
kalangan penduduk laki-laki dari Taiwan.
Daun Sirih (Piper betle)
Sirih telah dikaitkan dengan tingginya tingkat kanker mulut karena
(15.000 mg / kg bahan tanaman) safrole terdapat dalam bunga, yang digunakan
dalam campuran sirih. Paparan safrole dalam air liur selama mengunyah
diperkirakan antara 70 mg / L untuk 68.120 mg / L (atau 420 µmol / L) (Chen et
al, 1999;.. Liu et al, 2000). Penelitian mengunyah sirih di India dan Asia Tenggara
menunjukkan adanya safrol dapat menyebabkan tingginya tingkat kanker mulut
dan penyakit lainnya dengan menghambat aktivitas bakterisida dan melepaskan
spesies oksigen reaktif (Hung et al., 2003). Sebuah studi meneliti mengenai
mengunyah sirih pada wanita hamil menemukan hasil kehamilan yang buruk,
termasuk berat badan bayi rendah, mati saat kelahiran, kelainan janin, dan
kelahiran prematur, adalah 2,8 kali lebih tinggi daripada wanita yang tidak
mengunyah sirih (Yang et al., 2001). Secara keseluruhan, sulit untuk
membandingkan mengunyah sirih dan mengkonsumsi teh sassafras karena jalan
yang berbeda untuk pengabsorban safrole (diserap melalui mulut dan air liur
dibandingkan penyerapan gastrointestinal) dalam berbagai dosis.
II.5 Metode Sampling dan Analisa Biomarker
Untuk metode sampling dan analisa metabolit safrole ini dilakukan dengan
hewan percobaan, yaitu tikus dan mencit. Penelitian dilakukan oleh Peter Borchert
10 | S A F R O L E
dan rekan dari Universitas Wisconsin. Berikut adalah metode sampling dan
analisa biomarker safrole. Pertama, tikus dan mencit diperoleh dari Charles River
Breeding Laboratory, Wilmington, tikus disimpan dalam 5 kelompok dan tikus
dipasangankan. Tikus diberi makan sebagai bagian dari diet, makanan yang
diberikan adalah pelet Wayne Breeder Blox dan asupan air availablead libitum.
Semua hewan ditimbang minimal sekali per bulan.
Administrasi diet untuk tikus dan mencit, kelompok 12 sampai 18 tikus
jantan dengan bobot awal rata-rata 230-260 g yang diberi makan diet uji untuk 8,5
sampai 11 bulan, setelah itu mereka diberi diet yang sama tanpa derivatif safrol
untuk sisa percobaan. Derivatif safrole dilarutkan tanpa panas dalam minyak
jagung, yang kemudian ditambahkan ke diet biji-bijian sebanyak 5%, minyak
jagung 5% juga ditambahkan ke diet tikus kontrol. Diet disiapkan beberapa dan
disimpan dalam kaleng tertutup pada 5°C. Hewan-hewan diberi makan setiap 2
hari.
Pemeriksaan hati dilakukkan setelah 12 bulan, dan hewan yang masih
hidup dibunuh pada 16 bulan. Kelompok 25 sampai 50 ekor mencit jantan dengan
bobot awal rata-rata 27 hingga 29 g diberi pakan dibuat seperti yang dijelaskan di
atas untuk 7,5 sampai 13 bulan. Beberapa tikus diperiksa oleh laparotomi pada 10
bulan. Percobaan dihentikan pada 16 bulan. Analisis dari diet mengandung 0,55%
l'-hydroxysafrole dan 0,41% 1'-acetoxysafrole . Untuk analisis ini, 20 g diet
diekstraksi 5 kali dengan 100 ml etil eter, pelarut diuapkan, dan aliquot
dikromatografi pada silika pelat lapis tipis dengan etil etherhexane (2:1).
Tikus dibunuh untuk otopsi pada 12 sampai 14 bulan, dan hidup tikus
betina tewas pada 16 bulan. Otopsi rutin yang termasuk pemeriksaan kulit, daerah
penyuntikan, telinga jaringan kelenjar saluran, dan organ rongga perut dan dada.
Potongan yang dicurigai tumor difiksasi dalam formalin netral 10%, dibelah
dengan panjang 5 sampai 6 nm, dan diwarnai dengan hematoxylin dan eosin.
Untuk teknik sampling dan analisa biomarker pada manusia belum didapatkan
informasi lengkap. Namun dari paparan yang telah dijelaskan sebelumnya
kemungkinan besar orang yang terpapar safrole adalah orang yang mengunyah
daun sirih.
11 | S A F R O L E
Bab III
SUMBER PAPARAN SAFROLE
Sumber paparan safrole secara umum yaitu melalui oral dan diserap tubuh
melalui saluran pencernaan (dalam usus). Berikut ini merupakan sumber paparan
safrole yang didapat dari bahan alam.
III.1 Sassafras Tea
Sassafras albidum adalah daun jenis pohon asli Timur Amerika Utara
dikenal memiliki warna khas pada musim gugur dan aroma yang berbeda. Daun
terang hijau tua di musim panas dan berubah menjadi merah, oranye, atau kuning
di musim gugur. Pohon itu memiliki heterophyllic dedaunan dengan tiga bentuk
daun: penuh, sarung tangan (baik kanan dan tangan kiri), dan trilobed.
Di Smoky Mountains, Sassafras biasanya berukuran sedang dengan
ketinggian mencapai 9 sampai 18 m (30 sampai 60 kaki) dengan habitat Sassafras
cenderung di semak. Sassafras adalah spesies dioecious dengan tanaman betina
menghasilkan tandan kecil bunga kuning Maret 7 atau April (Griggs 1990). Bau
dari akar adalah sangat berbeda, aroma telah digambarkan sebagai 'sweetshop'
atau pedas (Dugan 2011).
Sassafras ditemukan di sepanjang pantai Atlantik (zona 4 sampai dengan
9) dari Amerika Serikat dari Florida, Kanada, Michigan, Illinois, dan Arkansas.
Sassafras adalah spesies generalis, tumbuh baik dengan sinar matahari penuh.
Pesatnya pertumbuhan dicapai melalui akar tunggang yang dalam (Griggs 1990).
Banyak jenis burung (kalkun liar, burung pelatuk pileated, dan bobwhites utara)
dan beberapa mamalia kecil makan buah yang matang, buah berbiji mempunyai
12 | S A F R O L E
nilai energi yang tinggi. Sassafras merupakan tanaman inang penting bagi banyak
spesies ngengat dan kupu-kupu, terutama kupu-kupu Spicebush Swallowtail.
Sassafras biasanya dianggap tidak toleran, meskipun dapat beradaptasi dengan
intensitas cahaya rendah dengan pH tanah sekitar 5 (Bazzaz et al., 1971).
Sassafras albidum biasanya subdominant tetapi dapat mencapai dominasi karena
dapat melakukan allelopati, yang meliputi pelepasan terpene dan
phenylpropanoids serta senyawa pertahanan sekunder lainnya yang mencegah
patogen dan herbivora (Bisset 1994). Kehadiran yang kuat dari senyawa
allelopati yang ditemukan di seluruh pohon tetapi terutama terkonsentrasi di akar.
Senyawa allelopati meliputi: 2-pinene, 3-phellandrene, eugenol, safrol, citrol, dan
s-kamper (Griggs 1990). The sassafras korteks akar mengandung 6-9% minyak
esensial, yang terdiri dari senyawa safrol (80-85% dari total minyak), safrol
kamper (3,25%), methoyleugenol (1,1%), tanin (sassafrid), resin, lilin , lendir,
gula, dan sitosterol. Satu persen dari minyak meliputi pinene, eugenol, apoil, 5-
methoxyeugenol, elemincine, estragol, dan miristisin (Rasch 1998).
Sassafras albidum adalah spesies Amerika Utara terutama dikenal untuk
teh yang terbuat dari akar dan kulit akar. Sassafras telah digunakan selama
berabad-abad oleh Cherokee, Chippewa, Creek, Delaware, Iroquois, Seminole,
dan suku-suku penduduk asli Amerika lain dalam rentang Pantai Timur pohon .
Banyak orang yang dibesarkan di Tenggara meminum teh sassafras. Keluarga di
daerah pegunungan masih membuat akar teh dan sirup setiap hari. Cherokee
Indian di barat Carolina adalah salah satu masyarakat yang telah sering
memanfaatkan Sassafras sebagai teh, bahkan dilakukn pengawetan.
Teh Sassafras
13 | S A F R O L E
Untuk menghasilkan teh sassafras biasanya menggunakan daun dan akar
dari tanaman ini. Proses pembuatan dilakukan dengan mencuci akar hingga
bersih. Panjang dan diameter diukur dengan kaliper digital. Kemudian akar
dikeringkan selama 48 jam untuk mencegah agar tidak ditumbuhi jamur dan
disimpan dalam kantong kertas coklat sampai akan digunakan. Kantong disimpan
dalam ruangan dengan sirkulasi udara yang baik sampai akan digunakan menjadi
teh. Akar yang telah kering, akar ditimbang dan diukur lagi. Akar mempunyai
kelembaban rata-rata 61% saat udara kering, atau berkisar antara 51% sampai
67% kehilangan kelembaban.
Potongan Akar Sassafras
Setelah itu, akar direbus dua kali: sekali untuk rehydrate akar, yang kemudian
dibiarkan semalam, kemudian direbus lagi untuk membuat teh. Air dan akar
dipanaskan bersama sampai mendidih, yang menandai awal dari waktu mendidih.
Perebusan dilakukan selama 20 menit kemudian air disaring dan teh siap
disajikan.
III.2 Soft Drink
Safrole adalah salah satu komponen dari minyak 50 macam sayuran.
Biasanya digunakan untuk memberikan rasa dam salah satu minyak essensial
seperti sassafras, kamper, pala, lada hitam dan bunga sirih. Safrole dan isosafrole
diketahui merupakan salah satu penyebab tumor hati. Konsentrasi tinggi (0,5%)
safrole dan isosafrole dapat meninggkatkan laju tumor pada tikus. Toksisitas
safrole dan isosafrole datang saat senyawa ini teroksidasi. Safrole akan teroksidasi
menjadi 1-hydroxysafrole pada beberapa mamalia dan termasuk isosafrole dan
dihydrosafrole, dimana keduanya bersifat karsinogen. Sejak safrol dan isosafrol
bersifat karsinogen, menambahkan minyak sassafras dalam minuman ringan telah
14 | S A F R O L E
telah dilarang di AS sejak tahun 1970, sementara itu sebagai bahan aditif makanan
dan diperlakukan sebagai elemen khusus di Republik Cina. Namun, dapat
digunakan hanya dalam minuman ringan dengan batas penggunaan di bawah 1
µg/mL, menurut peraturan aditif makanan.
Peneliti dari Taiwan yaitu Youk-Men Choong dan rekan, menggunakan
beberapa metode untuk analisis safrol dan isosafrol dalam soft drink antara lain
GC, HPLC, dll. Selain itu, AOAC adalah salah satu metode untuk menentukan
safrol dan isosafrol dalam minuman ringan. Prinsip AOAC adalah untuk
menyaring safrol dan isosafrol dengan uap, ekstrak dengan pelarut organik
misalnya penambahan CHCl3, dan kemudian menganalisa dengan kromatografi
gas (GC). Pretreatment sampel dengan AOAC rumit dan memakan waktu, dan
safrole kemungkinan menghilang karena rendahnya recovery. Oleh karena itu,
AOAC bukan metode yang baik untuk rutinitas analisis.
Selain itu, perlu untuk menggunakan CHCl3 diproses
ekstraksi, pelarut beracun yang hanya dapat digunakan
dalam batas-batas tertentu dan tidak tersedia dengan mudah.
Menurut National Soft Drink Association (NSDA),
konsumsi minuman ringan sekarang lebih dari 600 porsi 12
ons (12 oz.) per orang per tahun. Sejak tahun 1970-an
konsumsi minuman ringan di Amerika Serikat telah dua kali lipat untuk
perempuan dan tiga kali lipat untuk laki-laki. Konsumsi tertinggi adalah pada laki-
laki antara usia 12-29, rata-rata dapat mengkonsumsi 1/2 galon per hari atau 160
galon per tahun. Meningkatnya konsumsi soft drink ini dapat mengiindikasikan
meningkatnya resiko kanker, karena adanya zat-zat seperti safrole dan isosafrole
yang ditambahkan. Berdasarkan penelitian dari Youk-Meng Choong, beberapa
sampel soft drink dan diketahui beberapa soft drink mengandung safrole, cis
isosafrole dan trans isosafrole.
15 | S A F R O L E
16 | S A F R O L E
BAB IV
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini antara lain:
Safrole merupakan salah satu senyawa golongan fenilpropanid yang
diklasifikasikan kedalam salah satu senyawa penyebab kanker lemah pada
tikus dan masuk kedalam senyawa karsinogen kelompok 2B.
Biomarker Safrole dapat berupa 1’-hidroxysafrole, dihydrosafrole (p-n-
propil-methylenedioxybenzene), isosafrol (1-propenil-3,4methylene dioxy
benzene), hydroxychavicol (4-alil-1,2-Dihydroxybenzene), dan eugenol
(4-alil-2-metoksifenol). Biomarker ini dapat diamati pada urin dan sampel
hati tikus.
Dalam tubuh, metabolisme Safrole dapat dibagi dalam 4 transformasi,
antara lain:
1. Transformasi pertama, melibatkan oksidasi rantai samping alil dalam
sitokrom P450 oleh enzim CYP2A6 untuk membentuk 1'-
hydroxysafrole.
2. Transformasi kedua, berada dalam jalur yang berbeda yaitu stres
oksidatif dimana Safrol dapat menjalani pembelahan cincin dioxolane
untuk membentuk hydroxychavicol (4-alil-1,2-Dihydroxybenzene).
3. Transformasi ketiga, melibatkan epoksidasi safrole dengan ikatan
rangkap dari kelompok propenil untuk membentuk safrol-2',3'-
epoksida.
4. Transformasi keempat, adalah oksidasi gamma dari rantai samping
allylic mengarah ke asam karboksilat, yang dapat berkonjugasi
dengan glisin.
Sumber paparan safrole secara umum yaitu melalui oral dan diserap tubuh
melalui mulut (saat mengunyah sirih) atau melalui saluran pencernaan
(dalam usus).
17 | S A F R O L E
VI.2 Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan mengenai makalah safrole ini yaitu:
Diperlukan penelitian lanjutan mengenai efek safrole pada manusia secara
tepat menggunakan metode yang lebih terbarukan karena selama ini belum
ditemukan kadar tepat seberapa besar Safrole bersifat toksik atau
karsinogen pada manusia.
Safrole merupakan suatu senyawa dalam banyak bahan alam, diperlukan
penelitian lanjut untuk mengolah bahan alam tersebut agar bahaya Safrole
dapat dikurangi dengan metode yang tepat.
Penelitian mengenai senyawa Safrole ini masih dimungkinkan untuk
berkembang, diharapkan ada penelitian lanjutan untuk mendayagunakan
Safrole sebagai obat (misalnya anti kanker) dengan mengubah sisi raktif
Safrole.
18 | S A F R O L E
DAFTAR PUSTAKA
Bazzaz, F. A., V. Paape, and W. R. Boggess. 1971. Photosynthetic and
respiratory rates of Sassafras albidum. Forest Science 18: 218-222.
Benedetti, M.S., A. Malone, A.L. Broillet. 1977. Absorption, metabolism and
excretion of safrole in the rat and man. Toxicology 7(1): 69-83.
Budavaris, S. 1989. The Merck Index: An Encyclopedia of Chemicals, Drugs and
Biologicals. 11th ed. Merck & Co. Inc., Rahway, NJ.
Burdock, G. A. 1997. Encyclopedia of Food and Color Additives. Vol. 3. CRC
Press, Florida
Borchet, Peter et al. 1973. 1’-Hydrosafrole, a Proximate Carcinogen Metabolite
of Safrole in the Rat and Mouse. Cancer Research ;33:590-600.
Carlson, M. and R. D. Thompson. 1997. Liquid chromatographic determination of
safrole in sassafras-derived herbal products. Journal of AOAC International. Vol.
80, No. 5, p. 1023-8.
CFR, Sec. 172: Code of Federal Regulations, Title 21, Vol. 3, Ch. 1, Pt. 172.580
Safrole. Accessed 4 March 2011.
Chen, C.-L. C.-W. Chi, K.-W. Chang, and T.-Y. Liu. 1999. Safrole-like DNA
adducts in oral tissue from oral cancer patients with a betel quid chewing history.
Carcinogenesis 20 (12): 2331-2334.
Choon, Youk Meng et al. 2000. A Rapid and Simple Gas Chromatographic
Method for Direct Determination of Safrole in Sof Drinks. Journal of Food and
Drug Analysis, Vol. 9( 1):27-32
Daimon H., S. Sawada, S. Asakura & F. Sagami. 1997. Analysis of cytogenetic
effects and DNA adduct formation induced by safrole in Chinese hamster lung
cells. Teratogenesis Carcinogenesis Mutagenesis 17(1): 7-18.
De Vries, J. 1997. Food Safety and Toxicity. CRC Press, New York.
Dewick, P. M. 1997. Medicinal Natural Products: A Biosynthetic Approach. John
Wiley & Sons, New York.
Dugan, H. 2011. The Ephemeral History of Perfume: Scent and Sense in Early
Modern England. The John Hopkins University Press, Baltimore.
19 | S A F R O L E
Gupta, K.P., K.L. van Golen, K.L. Putman and K. Randerath. 1993. Formation
and persistence of safrole-DNA adducts over a 10,000-fold dose range in mouse
liver. Carcinogenesis 14 (8): 1517–1521.
Griggs, M.M. 1990. Sassafras albidum (Nutt.) Nees. In: Burns, R.M.; Honkala,
B.H., Technical coordinators. Silvics of North America. Volume 2. Hardwoods.
Agricultural Handbook 654. Washington, DC: U.S. Department of Agriculture,
Forest Service: 773-777.
Hahlbrock K., and D. Scheel. 1989. Physiology and molecular biology of
phenylpropanoid metabolism. Annual Review of Plant Physiology and Plant
Molecular Biology 40: 347–69.
Heikes, D.L. 1994. SFE with GC and MS determination of safrole and related
allylbenzenes in sassafras teas. Journal of Chromatographic Science 32 (7): 253-
258.
HERP 2011. Ranking Possible Cancer Hazards from Rodent Carcinogens, Using
the Human Exposure/Rodent Potency Index (HERP).
http://potency.berkeley.edu/pdfs/herp.pdf. Accessed 4 December 2011.
Hung, S.-L., Y.-L. Chen, and Y.-T. Chen. 2003. Effects of safrole on the defensive
functions of human neutrophils. Journal of Periodontal Research 38: 130–134.
Ibrahim, R. K. 2001. Phenylpropanoid Metabolism. In Encyclopedia of Life
Sciences, John Wiley & Sons, NY.
Jin, M., A. Kijma, Y. Suzuki, D. Hibi, T. Inoue, Y. Ishii, T. Nohmi, A. Nishikawa,
K. Ogawa, and T. Umenura. 2011. Comprehensive toxicity study of safrole using
a medium-term animal model with gpt delta rats. Toxicology 290: 312-321.
Liu, C.J., C.L. Chen, K.W. Chang, C.H. Chu, and T.Y. Liu. 2000. Safrole in betel
quid may be a risk factor for hepatocellular carcinoma: case report. CMAJ
162(3): 359–360.
Miglierini, G. 2008. Sassafras oil, a key raw material now largely banned from
the market. Chemistry Today 26 (5): 59-62.
Nakagawa Y., T. Suzuki, K. Nakajima, H. Ishii, A. Ogata. 2009.
Biotransformation and cytotoxic effects of hydroxychavicol, an intermediate of
safrole metabolism, in isolated rat hepatocytes. Chemico-Biological Interactions
180: 89-97.
Ratsch, C. 1998. The Encyclopedia of Psychoactive Plants. Parkstreet Press,
Vermont.
20 | S A F R O L E
SAFROLE, ISOSAFROLE, AND DIHYDROSAFROLE. http://www.inchem.org/documents/iarc/vol10/safrole.html. Diakses tanggal 17
Mei 2013 pukul 14.00 WIB
SCF. 2002. Scientific Committee on Food, European Commission: Opinion of the
Scientific Committee on Food on the safety of the presence of safrole (1-allyl-3,4-
methylene dioxy benzene) in flavourings and other food ingredients with
flavouring properties. (SCF/CS/FLAV/FLAVOUR/6 ADD3 Final).
Segelman, A.B., F.P. Segelman, J. Karliner, and D. Sofia. 1976. Sassafras and
herb tea: potential health hazards. Journal of American Medical Association 236
(5): 477.
Soft Drink Consumption: The Frightening Statistics and Associated Health Risks!. http://www.everyday-wisdom.com/soft-drink-consumption.html. Diakses tanggal
17 Mei 2013 pukul 13.00 WIB
WHO 2009. World Health Organization: WHO Food Additives Series: 60. Safety
evaluation of certain food additives. The 69th Meeting of Joint FAO/WHO Expert
Committee on Food Additives.
Wink, M. 2010. Biochemistry of Plant Secondary Metabolism. Wiley-Blackwell,
Iowa. Annual Plant Reviews, Vol. 40.
Yang, M.-S., T.-C. Chung, M.-J. Yang, T.-Y. Hsu, and Y.-C. Ko. 2001. Betel quid
chewing and risk of adverse birth outcomes among aborigines in Eastern Taiwan.
Journal of Toxicology and Environmental Health 64 (6): 465-472.