Paper Safrole -Rizky Ade- Fix

20
1 | SAFROLE KATA PENGANTAR Tiada kata yang pantas kami ucapkan, hanya puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan ridha-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan, serta salawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW yang syafaatnya kita harapkan di kemudian hari. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi bagi para pembaca mengenai suatu senyawa yaitu Safrole dan wawasan tambahan mengenai efek karsinogen serta efek toksisitas Safrole. Dengan terselesainya makalah ini, kami ingin berterima kasih dan penghargaan yang setingginya untuk Dr. Rer nat Budiawan selaku dosen mata kuliah KS Biokimia III (Biomonitoring) yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan dorongan, bimbingan dan saran dalam penulisan makalah ini. Pepatah mengatakan tak ada gading yang tak retak. Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya, baik dari segi isi ataupun strukturnya. Dengan rendah hati, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun, demi tercapainya karya yang lebih baik. Depok, Mei 2013 PENULIS

Transcript of Paper Safrole -Rizky Ade- Fix

Page 1: Paper Safrole -Rizky Ade- Fix

1 | S A F R O L E

KATA PENGANTAR

Tiada kata yang pantas kami ucapkan, hanya puji dan syukur kehadirat

Allah SWT, atas segala rahmat dan ridha-Nya sehingga makalah ini dapat

terselesaikan, serta salawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW yang

syafaatnya kita harapkan di kemudian hari.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi bagi para

pembaca mengenai suatu senyawa yaitu Safrole dan wawasan tambahan mengenai

efek karsinogen serta efek toksisitas Safrole.

Dengan terselesainya makalah ini, kami ingin berterima kasih dan

penghargaan yang setingginya untuk Dr. Rer nat Budiawan selaku dosen mata

kuliah KS Biokimia III (Biomonitoring) yang dengan penuh perhatian dan

kesabaran telah memberikan dorongan, bimbingan dan saran dalam penulisan

makalah ini.

Pepatah mengatakan tak ada gading yang tak retak. Kami menyadari

bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya, baik dari segi isi ataupun

strukturnya. Dengan rendah hati, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang

sifatnya membangun, demi tercapainya karya yang lebih baik.

Depok, Mei 2013

PENULIS

Page 2: Paper Safrole -Rizky Ade- Fix

2 | S A F R O L E

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................................................... 1

Daftar Isi................................................................................................................................ 2

Bab I : Pendahuluan

I.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 3

I.2 Tujuan ............................................................................................................................. 4

I.3 Perumusan Masalah ......................................................................................................... 4

I.4 Manfaat ........................................................................................................................... 4

I.5 Metode Penulisan ............................................................................................................. 4

Bab II : Safrole

II.1 Pendahuluan ................................................................................................................... 5

II.2 Efek Akut dan Kronis Safrole ........................................................................................ 6

II.3 Biomarker dan Metabolisme Safrole .............................................................................. 7

II.4 Karsinogenitas Safrole.................................................................................................... 9

II.5 Metode Sampling dan Analisa Biomarker .................................................................... 10

Bab III : Sumber Paparan Safrole

III.1 Sassafras Tea ................................................................................................................ 12

III.2 Soft Drink ..................................................................................................................... 15

Bab VI : Penutup

VI.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 17

VI.2 Saran ............................................................................................................................. 18

Daftar Pustaka ..................................................................................................................... 19

Page 3: Paper Safrole -Rizky Ade- Fix

3 | S A F R O L E

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Kondisi kota-kota besar sangat rawan menebarkan bibit-bibit penyakit atau

gangguan pada kesehatan. Polusi dari kendaraan bermotor, industri, asap rokok,

mesin foto copy, pendingin ruangan, dan makanan yang tidak sehat, merupakan

sumber radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh manusia. Selain itu, proses alami

respirasi dan fungsi metabolisme yang buruk di dalam tubuh, juga menjadi

penyebab internal meningkatkan radikal bebas dalam tubuh.

Berdasarkan hasil penelitian Universitas Indonesia bekerjasama dengan

United States Agency for International Development (USAID) United States-Asia

Environmental Partnership (US-AEP) dan Swisscontact tahun 2008, ternyata lalu-

lintas jalan raya di kota-kota besar, termasuk Jakarta, merupakan penyumbang

terbesar pencemaran udara, mencapai 70% dari total pencemaran yang terjadi.

Dengan tingkat polutan termasuk particulares matter (PM 10), kondisi

pencemaran udara kota-kota besar tersebut melebihi standar yang ditetapkan

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yaitu 50 mikrograms per kubik meter

(mg/m3). Radikal bebas ini dapat menyebabkan penyakit jangka panjang dan

jangka pendek. Penyakit jangaka panjang yang dapat terjadi adalah kanker dan

jantung koroner. Sedangkan untuk jangka pendek, akan menyebabkan kerusakan

sel-sel dalam tubuh sehingga seseorang mudah sakit.

Asupan makanan sehat secara rutin dapat menangkal resiko radikal bebas

yang terlanjur masuk kedalam tubuh. Namun, beberapa makanan yang berasal

dari alam pun, diketahui mengandung senyawa yang berbahaya untuk tubuh

apabila dikonsumsi rutin. Salah satu senyawa itu adalah Safrole yang terkandung

dalam beberapa natural product. Safrole diindikasikan menjadi salah satu

penyebab kanker setelah diuji cobakan dalam tikus. Dalam makalah ini akan

dibahas secara detail mengenai Safrole, biomarker dan metabolismenya dalam

tubuh, efek kanker dan toksisitasnya, sampai sumber paparan Safrole dalam bahan

alam.

Page 4: Paper Safrole -Rizky Ade- Fix

4 | S A F R O L E

I.2 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk memberikan informasi mengenai

apa itu sebenarnya Safrole, biomarker dan metabolisme Safrole dalam tubuh, efek

akut dan kronis Safrole, karsinogenitas Safrole, metode sampling dan analisa

biomarker, serta mengetahui sumber paparan Safrole dalam bahan alam.

I.3 Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam makalah ini antara lain:

Apa itu senyawa Safrole dan biomarker-nya?

Bagaimana metabolisme Safrole dalam tubuh sehingga dapat memberikan

efek karsinogen?

Bagaimana efek toksik dan efek kronis Safrole?

Bagaimana metode sampling dan analisa biomarker dari senyawa Safrole?

I.4 Manfaat

Manfaat dari penulisan makalah ini, diharapkan pembaca mendapakan informasi

dengan jelas mengenai Safrole dan dapat memberikan arahan untuk mengolah

beberapa bahan alam yang mengandung Safrole dengan baik dan bijaksana. Selain

itu diharapkan makalah ini dapat menjadi sumber reverensi dikemudian hari untuk

mengembangkan obat anti kanker.

I.5 Metode Penulisan

Dalam makalah yang kami susun, metode penulisan yang dilakukan adalah

metode literatur dari jurnal, internet dan buku.

Page 5: Paper Safrole -Rizky Ade- Fix

5 | S A F R O L E

BAB II

SAFROLE

II.1 Pendahuluan

Safrole (5-(2-propenyl)-1,3-benzodioxole) adalah senyawa fenil propana

salah satu golongan dari senyawa aromatik fenilpropanoid. Untuk itu Safrole

mempunyai cincin benzena yang diapit oleh cincin dioxolane dan gugus metilen

terminal yang sangat reaktif.

Struktur Safrole

Safrole tidak larut dalam air tapi dapat bercampur baik dalam cloroform,

eter dan senyawa nonpolar lainnya (Budavaris 1989; Burdock 1997). Banyak

cincin aromatik menyebabkan bau dan rasa yang khas. Hal ini dikarenakan

metabolisme fenil propanoid melalui jalur asam sikimik (Dewick 1997; Wink

2010). Fenilpropanoid senyawa sekunder yang terkait dengan rasa dan bau

tanaman dan karenanya digunakan sebagai pencegah terhadap herbivora yang

menghindar dari metabolit sekunder yang kuat. Safrole ditemukan dalam jumlah

sedikit pada kayu manis, jahe, pala, coklat, dan lain-lain.

Senyawa ini juga melindungi terhadap radiasi ultraviolet, jamur, dan

bakteri, dan dapat bertindak sebagai atraktan penyerbuk (Hahlbrock 1989).

Metabolit sekunder ini meningkatkan aktivitas senyawa dalam tanah miskin

humus, itulah sebabnya Sassafras, dikenal karena kemampuannya untuk tumbuh

dipinggir jalan dan ladang yang kurang subur, akan memiliki kecenderungan

allelopati dan pertahanan yang tinggi di lokasi tersebut dan karena mempunyai

aktifitas metabolit sekunder yang kuat dan akan melindungi tanaman terhadap

ultraviolet radiasi, jamur, dan bakteri, dan dapat bertindak sebagai atraktan

penyerbuk (Ibrahim 2001).

Minyak sassafras dapat digunakan sebagai bahan umum (sampai 20 ppm)

dalam bahan makanan, produk pembersih, dan kosmetik sebagai agen penyedap

Page 6: Paper Safrole -Rizky Ade- Fix

6 | S A F R O L E

dan aroma (Carlson dan Thompson 1997). Kemudian pada tanggal 3 Desember

1960, US FDA melarang kehadiran safrol, minyak sassafras, isosafrol, dan

dihydrosafrole dalam makanan setelah percobaan menunjukkan efek

hepatocarcinogenic (kanker liver) pada tikus laboratorium (CFR, Sec. 189).

Minyak safrol masih diimpor ke Eropa, Jepang, dan Amerika Serikat dari

Brasil dan negara-negara di Pasifik Selatan. Tumbuhan yang kaya akan safrole di

Cinnamomum dan Ocotea genera dipanen untuk disintesis menjadi piperonil

butoksida, digunakan dalam pestisida, dan piperonal, penyedap dan bahan parfum

(Miglierini 2008;. Oltramari et al, 2004). Safrol juga merupakan unsur penting

dalam produksi obat MDMA ilegal, juga dikenal sebagai ekstasi (Rasch 1998).

II.2 Efek Akut dan Kronik Safrole

Indeks HERP (Human Exposure/Rodent Potency) tingkat harian konsumsi

safrol sebesar 1,4 mg / kg bb per hari untuk 60 kg orang. Berbagai rempah-

rempah yang mengandung safrol seperti lada hitam, adas bintang, jintan, kayu

manis, dan jahe (HERP.2011). Komisi Eropa memperkirakan asupan harian

(dengan jumlah safrol yang ditambahkan pada makanan oleh industri) menjadi 0,3

mg / hari, atau 0,005 mg / kg bb untuk 60 kg orang (SCF 2002). WHO

memperkirakan range harian asupan safrol sebagai 4-569 mg untuk Amerika dan

antara 0,6 dan 879 ug bagi mereka di Uni Eropa, berdasarkan isi rempah-rempah

dan volume tahunan dikonsumsi oleh negara (WHO 2009). Dosis toksik median

(TD50) dari safrol, menurut Indeks HERP, untuk tikus adalah 51 mg / kg bb per

hari (Herp 2011). Segelman et al. memperkirakan dosis 0,66 mg / kg bb dapat

menjadi racun bagi manusia, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Epstein

et al. (1970) yang menemukan 66 mg / kg bb safrol diberikan selama periode 21

hari untuk menjadi karsinogenik pada mencit jantan. Dalam penelitian dengan

subyek manusia, Benedetti et al. (1977) mengamati efek dari konsumsi manusia

safrol dengan dua dosis (0,163 mg dan 1.655 mg). Mereka menyimpulkan kedua

jumlah safrol benar-benar dihilangkan dalam 24 jam dengan sedikit kemungkinan

safrole terakumulasi pada jaringan otot. Dalam subyek manusia, safrole telah

dieliminasi dalam jumlah kecil dan metabolit safrole, khususnya 1,2-dihidroksi-4-

Page 7: Paper Safrole -Rizky Ade- Fix

7 | S A F R O L E

allylbenzene, eugenol, dan isomer dari eugenol. Metabolit 3'-hydroxylisosafrole

dan 1'-hydroxysafrole (metabolit yang paling beracun) tidak terdeteksi.

II.3 Biomarker dan Metabolisme Safrole

Biomarker Safrole dapat berupa 1’-hidroxysafrole. Biomarker ini dapat di

ambil dari contoh hati dan urin tikus percobaan ditreatment oleh safrole. Selain itu

biomarker dan hasil metabolisme safrole dapat berupa dihydrosafrole (p-n-propil-

methylenedioxybenzene), isosafrol (1-propenil-3,4methylene dioxy benzene), dan

eugenol (4-alil-2-metoksifenol) (Heikes 1994). Tes genotosisitas konvensional,

termasuk pertukaran kromatit dan tes mikronukleus, menyatakan toksisitas safrol

positif in vitro, dan dalam tes in vivo safrole sudah dapat ditetapkan dosis

karsinogeniknya, baik melalui menggabungkan safrol ke diet dan injeksi (Jin et

al., 2011; SCF 2002). Safrole diserap secara pasif dari saluran pencernaan, tetapi

diperkirakan bahwa safrole tidak beracun dalam bentuk tetapnya.

Aktivitas metabolik safrole untuk turunan karsinogenik yang dapat

disederhanakan menjadi empat transformasi yang berbeda. Transformasi yang

pertama, melibatkan oksidasi rantai samping alil dalam sitokrom P450 oleh enzim

CYP2A6 untuk membentuk 1'-hydroxysafrole. Senyawa ini dapat menjalani

sulfasi untuk membentuk 1'-hydroxysafrole sulfat (Daimon et al, 1997/8). Reaksi

elektrofilik, ester asam sulfat membentuk DNA adduct safrole pada sel hepatoma

manusia (HepG2) dan menginduksi formasi kanker (Liu et al, 1999). DNA adduct

safrole menginduksi pertukaran kromatid dan penyimpangan kromosom, yang

menyebabkan kesalahan dalam replikasi DNA dan mutasi yang memiliki

kemungkinan karsinogenesis, serta sitotoksisitas (Daimon et al., 1997).

Transformasi yang kedua berada dalam jalur yang berbeda dengan bahan

kimia karsinogenesis yaitu stres oksidatif, yang menyebabkan penggabungan

selama replikasi DNA. Safrol dapat menjalani pembelahan cincin dioxolane untuk

membentuk hydroxychavicol (4-alil-1,2-Dihydroxybenzene), yang ditunjukkan

dalam studi Benedetti terdapat pada metabolit tikus dan manusia.

Page 8: Paper Safrole -Rizky Ade- Fix

8 | S A F R O L E

Struktur Hydroxychavicol

Benedetti et al,meneliti efek safrole pada manusia dengan paparan oral

(Benedetti et al, 1977;Liu et al, 1999). Hydroxychavicol, dideteksi ada pada saat

menyirih, memiliki potensi untuk mengubah ke elecrophiles reaktif orto-kuinon

atau para-kuinon methide. Metabolit ini lebih lanjut dapat bertransformasi

menjadi spesies oksigen reaktif yang dapat menyebabkan kerusakan oksidatif.

Hydroxychavicol lebih beracun dari safrol dan telah terkait dengan disfungsi

mitokondria. Kerusakan diprakarsai oleh hydroxychavicol juga dapat dicegah

secara in vivo dengan antioksidan seperti vitamin E (Liu et al., 1999).

Transformasi ketiga melibatkan epoksidasi safrole dengan ikatan rangkap

dari kelompok propenil untuk membentuk safrol-2 ', 3'-epoksida (de Vries 1997).

Transformasi keempat adalah oksidasi gamma dari rantai samping alil mengarah

ke asam karboksilat, yang dapat konjugasi dengan glisin. DNA adduct safrole

yang berikatan dengan glisin ini adalah N2-(trans-isosafrol-3'-il) 2'-

deoxyguanosine dan N2-(safrol-1'-il) 2'-deoxyguanosine (Gupta et al., 1993).

II.4 Efek Karsinogen Safrole (DNA-Adduct)

Berdasarkan IARC, Dihydrosafrole merupakan senyawa karsinogen grup

2B, Isosafrole masuk dalam grup 3 dan Safrole masuk dalam grup 2B. Safrol dan

isosafrol bersifat karsinogenik pada mencit dan tikus, mereka menghasilkan tumor

hati setelah pemberian oral. Safrol juga menghasilkan tumor hati dan paru-paru

pada bayi mencit jantan setelah penyuntikan. Dihydrosafrole diberikan secara oral

bersifat karsinogenik pada tikus, di mana ia menghasilkan tumor esofagus.

Karsinogenitas safrole dimediasi melalui pembentukan 1’-hidroxysafrole,

dan diikuti oleh sulfonasi pada ester asam sulfat yang tidak stabil yang bereaksi

dan menjadi DNA adduct Safrole yang lebih stabil. 1’-Hidroxysafrole, dideteksi

pada hati, urine dan cairan empedu dari hewan yang diberikan safrole. Namun, 1’-

Page 9: Paper Safrole -Rizky Ade- Fix

9 | S A F R O L E

Hidroxysafrole tidak dideteksi pada manusia dengan 1,66 mg Safrole. Teknik

yang dapat digunakan adalah teknik 32

P-post-labeling, dengan teknik ini dapat

ditentukan adanya DNA adduct safrole pada jaringan oral pengguna daun sirih.

Safrol hadir dalam bunga Piper betle, digunakan dalam tradisi mengunyah

sirih (mirip dengan mencelupkan tembakau di Amerika Serikat) umum di

kalangan penduduk laki-laki dari Taiwan.

Daun Sirih (Piper betle)

Sirih telah dikaitkan dengan tingginya tingkat kanker mulut karena

(15.000 mg / kg bahan tanaman) safrole terdapat dalam bunga, yang digunakan

dalam campuran sirih. Paparan safrole dalam air liur selama mengunyah

diperkirakan antara 70 mg / L untuk 68.120 mg / L (atau 420 µmol / L) (Chen et

al, 1999;.. Liu et al, 2000). Penelitian mengunyah sirih di India dan Asia Tenggara

menunjukkan adanya safrol dapat menyebabkan tingginya tingkat kanker mulut

dan penyakit lainnya dengan menghambat aktivitas bakterisida dan melepaskan

spesies oksigen reaktif (Hung et al., 2003). Sebuah studi meneliti mengenai

mengunyah sirih pada wanita hamil menemukan hasil kehamilan yang buruk,

termasuk berat badan bayi rendah, mati saat kelahiran, kelainan janin, dan

kelahiran prematur, adalah 2,8 kali lebih tinggi daripada wanita yang tidak

mengunyah sirih (Yang et al., 2001). Secara keseluruhan, sulit untuk

membandingkan mengunyah sirih dan mengkonsumsi teh sassafras karena jalan

yang berbeda untuk pengabsorban safrole (diserap melalui mulut dan air liur

dibandingkan penyerapan gastrointestinal) dalam berbagai dosis.

II.5 Metode Sampling dan Analisa Biomarker

Untuk metode sampling dan analisa metabolit safrole ini dilakukan dengan

hewan percobaan, yaitu tikus dan mencit. Penelitian dilakukan oleh Peter Borchert

Page 10: Paper Safrole -Rizky Ade- Fix

10 | S A F R O L E

dan rekan dari Universitas Wisconsin. Berikut adalah metode sampling dan

analisa biomarker safrole. Pertama, tikus dan mencit diperoleh dari Charles River

Breeding Laboratory, Wilmington, tikus disimpan dalam 5 kelompok dan tikus

dipasangankan. Tikus diberi makan sebagai bagian dari diet, makanan yang

diberikan adalah pelet Wayne Breeder Blox dan asupan air availablead libitum.

Semua hewan ditimbang minimal sekali per bulan.

Administrasi diet untuk tikus dan mencit, kelompok 12 sampai 18 tikus

jantan dengan bobot awal rata-rata 230-260 g yang diberi makan diet uji untuk 8,5

sampai 11 bulan, setelah itu mereka diberi diet yang sama tanpa derivatif safrol

untuk sisa percobaan. Derivatif safrole dilarutkan tanpa panas dalam minyak

jagung, yang kemudian ditambahkan ke diet biji-bijian sebanyak 5%, minyak

jagung 5% juga ditambahkan ke diet tikus kontrol. Diet disiapkan beberapa dan

disimpan dalam kaleng tertutup pada 5°C. Hewan-hewan diberi makan setiap 2

hari.

Pemeriksaan hati dilakukkan setelah 12 bulan, dan hewan yang masih

hidup dibunuh pada 16 bulan. Kelompok 25 sampai 50 ekor mencit jantan dengan

bobot awal rata-rata 27 hingga 29 g diberi pakan dibuat seperti yang dijelaskan di

atas untuk 7,5 sampai 13 bulan. Beberapa tikus diperiksa oleh laparotomi pada 10

bulan. Percobaan dihentikan pada 16 bulan. Analisis dari diet mengandung 0,55%

l'-hydroxysafrole dan 0,41% 1'-acetoxysafrole . Untuk analisis ini, 20 g diet

diekstraksi 5 kali dengan 100 ml etil eter, pelarut diuapkan, dan aliquot

dikromatografi pada silika pelat lapis tipis dengan etil etherhexane (2:1).

Tikus dibunuh untuk otopsi pada 12 sampai 14 bulan, dan hidup tikus

betina tewas pada 16 bulan. Otopsi rutin yang termasuk pemeriksaan kulit, daerah

penyuntikan, telinga jaringan kelenjar saluran, dan organ rongga perut dan dada.

Potongan yang dicurigai tumor difiksasi dalam formalin netral 10%, dibelah

dengan panjang 5 sampai 6 nm, dan diwarnai dengan hematoxylin dan eosin.

Untuk teknik sampling dan analisa biomarker pada manusia belum didapatkan

informasi lengkap. Namun dari paparan yang telah dijelaskan sebelumnya

kemungkinan besar orang yang terpapar safrole adalah orang yang mengunyah

daun sirih.

Page 11: Paper Safrole -Rizky Ade- Fix

11 | S A F R O L E

Bab III

SUMBER PAPARAN SAFROLE

Sumber paparan safrole secara umum yaitu melalui oral dan diserap tubuh

melalui saluran pencernaan (dalam usus). Berikut ini merupakan sumber paparan

safrole yang didapat dari bahan alam.

III.1 Sassafras Tea

Sassafras albidum adalah daun jenis pohon asli Timur Amerika Utara

dikenal memiliki warna khas pada musim gugur dan aroma yang berbeda. Daun

terang hijau tua di musim panas dan berubah menjadi merah, oranye, atau kuning

di musim gugur. Pohon itu memiliki heterophyllic dedaunan dengan tiga bentuk

daun: penuh, sarung tangan (baik kanan dan tangan kiri), dan trilobed.

Di Smoky Mountains, Sassafras biasanya berukuran sedang dengan

ketinggian mencapai 9 sampai 18 m (30 sampai 60 kaki) dengan habitat Sassafras

cenderung di semak. Sassafras adalah spesies dioecious dengan tanaman betina

menghasilkan tandan kecil bunga kuning Maret 7 atau April (Griggs 1990). Bau

dari akar adalah sangat berbeda, aroma telah digambarkan sebagai 'sweetshop'

atau pedas (Dugan 2011).

Sassafras ditemukan di sepanjang pantai Atlantik (zona 4 sampai dengan

9) dari Amerika Serikat dari Florida, Kanada, Michigan, Illinois, dan Arkansas.

Sassafras adalah spesies generalis, tumbuh baik dengan sinar matahari penuh.

Pesatnya pertumbuhan dicapai melalui akar tunggang yang dalam (Griggs 1990).

Banyak jenis burung (kalkun liar, burung pelatuk pileated, dan bobwhites utara)

dan beberapa mamalia kecil makan buah yang matang, buah berbiji mempunyai

Page 12: Paper Safrole -Rizky Ade- Fix

12 | S A F R O L E

nilai energi yang tinggi. Sassafras merupakan tanaman inang penting bagi banyak

spesies ngengat dan kupu-kupu, terutama kupu-kupu Spicebush Swallowtail.

Sassafras biasanya dianggap tidak toleran, meskipun dapat beradaptasi dengan

intensitas cahaya rendah dengan pH tanah sekitar 5 (Bazzaz et al., 1971).

Sassafras albidum biasanya subdominant tetapi dapat mencapai dominasi karena

dapat melakukan allelopati, yang meliputi pelepasan terpene dan

phenylpropanoids serta senyawa pertahanan sekunder lainnya yang mencegah

patogen dan herbivora (Bisset 1994). Kehadiran yang kuat dari senyawa

allelopati yang ditemukan di seluruh pohon tetapi terutama terkonsentrasi di akar.

Senyawa allelopati meliputi: 2-pinene, 3-phellandrene, eugenol, safrol, citrol, dan

s-kamper (Griggs 1990). The sassafras korteks akar mengandung 6-9% minyak

esensial, yang terdiri dari senyawa safrol (80-85% dari total minyak), safrol

kamper (3,25%), methoyleugenol (1,1%), tanin (sassafrid), resin, lilin , lendir,

gula, dan sitosterol. Satu persen dari minyak meliputi pinene, eugenol, apoil, 5-

methoxyeugenol, elemincine, estragol, dan miristisin (Rasch 1998).

Sassafras albidum adalah spesies Amerika Utara terutama dikenal untuk

teh yang terbuat dari akar dan kulit akar. Sassafras telah digunakan selama

berabad-abad oleh Cherokee, Chippewa, Creek, Delaware, Iroquois, Seminole,

dan suku-suku penduduk asli Amerika lain dalam rentang Pantai Timur pohon .

Banyak orang yang dibesarkan di Tenggara meminum teh sassafras. Keluarga di

daerah pegunungan masih membuat akar teh dan sirup setiap hari. Cherokee

Indian di barat Carolina adalah salah satu masyarakat yang telah sering

memanfaatkan Sassafras sebagai teh, bahkan dilakukn pengawetan.

Teh Sassafras

Page 13: Paper Safrole -Rizky Ade- Fix

13 | S A F R O L E

Untuk menghasilkan teh sassafras biasanya menggunakan daun dan akar

dari tanaman ini. Proses pembuatan dilakukan dengan mencuci akar hingga

bersih. Panjang dan diameter diukur dengan kaliper digital. Kemudian akar

dikeringkan selama 48 jam untuk mencegah agar tidak ditumbuhi jamur dan

disimpan dalam kantong kertas coklat sampai akan digunakan. Kantong disimpan

dalam ruangan dengan sirkulasi udara yang baik sampai akan digunakan menjadi

teh. Akar yang telah kering, akar ditimbang dan diukur lagi. Akar mempunyai

kelembaban rata-rata 61% saat udara kering, atau berkisar antara 51% sampai

67% kehilangan kelembaban.

Potongan Akar Sassafras

Setelah itu, akar direbus dua kali: sekali untuk rehydrate akar, yang kemudian

dibiarkan semalam, kemudian direbus lagi untuk membuat teh. Air dan akar

dipanaskan bersama sampai mendidih, yang menandai awal dari waktu mendidih.

Perebusan dilakukan selama 20 menit kemudian air disaring dan teh siap

disajikan.

III.2 Soft Drink

Safrole adalah salah satu komponen dari minyak 50 macam sayuran.

Biasanya digunakan untuk memberikan rasa dam salah satu minyak essensial

seperti sassafras, kamper, pala, lada hitam dan bunga sirih. Safrole dan isosafrole

diketahui merupakan salah satu penyebab tumor hati. Konsentrasi tinggi (0,5%)

safrole dan isosafrole dapat meninggkatkan laju tumor pada tikus. Toksisitas

safrole dan isosafrole datang saat senyawa ini teroksidasi. Safrole akan teroksidasi

menjadi 1-hydroxysafrole pada beberapa mamalia dan termasuk isosafrole dan

dihydrosafrole, dimana keduanya bersifat karsinogen. Sejak safrol dan isosafrol

bersifat karsinogen, menambahkan minyak sassafras dalam minuman ringan telah

Page 14: Paper Safrole -Rizky Ade- Fix

14 | S A F R O L E

telah dilarang di AS sejak tahun 1970, sementara itu sebagai bahan aditif makanan

dan diperlakukan sebagai elemen khusus di Republik Cina. Namun, dapat

digunakan hanya dalam minuman ringan dengan batas penggunaan di bawah 1

µg/mL, menurut peraturan aditif makanan.

Peneliti dari Taiwan yaitu Youk-Men Choong dan rekan, menggunakan

beberapa metode untuk analisis safrol dan isosafrol dalam soft drink antara lain

GC, HPLC, dll. Selain itu, AOAC adalah salah satu metode untuk menentukan

safrol dan isosafrol dalam minuman ringan. Prinsip AOAC adalah untuk

menyaring safrol dan isosafrol dengan uap, ekstrak dengan pelarut organik

misalnya penambahan CHCl3, dan kemudian menganalisa dengan kromatografi

gas (GC). Pretreatment sampel dengan AOAC rumit dan memakan waktu, dan

safrole kemungkinan menghilang karena rendahnya recovery. Oleh karena itu,

AOAC bukan metode yang baik untuk rutinitas analisis.

Selain itu, perlu untuk menggunakan CHCl3 diproses

ekstraksi, pelarut beracun yang hanya dapat digunakan

dalam batas-batas tertentu dan tidak tersedia dengan mudah.

Menurut National Soft Drink Association (NSDA),

konsumsi minuman ringan sekarang lebih dari 600 porsi 12

ons (12 oz.) per orang per tahun. Sejak tahun 1970-an

konsumsi minuman ringan di Amerika Serikat telah dua kali lipat untuk

perempuan dan tiga kali lipat untuk laki-laki. Konsumsi tertinggi adalah pada laki-

laki antara usia 12-29, rata-rata dapat mengkonsumsi 1/2 galon per hari atau 160

galon per tahun. Meningkatnya konsumsi soft drink ini dapat mengiindikasikan

meningkatnya resiko kanker, karena adanya zat-zat seperti safrole dan isosafrole

yang ditambahkan. Berdasarkan penelitian dari Youk-Meng Choong, beberapa

sampel soft drink dan diketahui beberapa soft drink mengandung safrole, cis

isosafrole dan trans isosafrole.

Page 15: Paper Safrole -Rizky Ade- Fix

15 | S A F R O L E

Page 16: Paper Safrole -Rizky Ade- Fix

16 | S A F R O L E

BAB IV

PENUTUP

VI.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari makalah ini antara lain:

Safrole merupakan salah satu senyawa golongan fenilpropanid yang

diklasifikasikan kedalam salah satu senyawa penyebab kanker lemah pada

tikus dan masuk kedalam senyawa karsinogen kelompok 2B.

Biomarker Safrole dapat berupa 1’-hidroxysafrole, dihydrosafrole (p-n-

propil-methylenedioxybenzene), isosafrol (1-propenil-3,4methylene dioxy

benzene), hydroxychavicol (4-alil-1,2-Dihydroxybenzene), dan eugenol

(4-alil-2-metoksifenol). Biomarker ini dapat diamati pada urin dan sampel

hati tikus.

Dalam tubuh, metabolisme Safrole dapat dibagi dalam 4 transformasi,

antara lain:

1. Transformasi pertama, melibatkan oksidasi rantai samping alil dalam

sitokrom P450 oleh enzim CYP2A6 untuk membentuk 1'-

hydroxysafrole.

2. Transformasi kedua, berada dalam jalur yang berbeda yaitu stres

oksidatif dimana Safrol dapat menjalani pembelahan cincin dioxolane

untuk membentuk hydroxychavicol (4-alil-1,2-Dihydroxybenzene).

3. Transformasi ketiga, melibatkan epoksidasi safrole dengan ikatan

rangkap dari kelompok propenil untuk membentuk safrol-2',3'-

epoksida.

4. Transformasi keempat, adalah oksidasi gamma dari rantai samping

allylic mengarah ke asam karboksilat, yang dapat berkonjugasi

dengan glisin.

Sumber paparan safrole secara umum yaitu melalui oral dan diserap tubuh

melalui mulut (saat mengunyah sirih) atau melalui saluran pencernaan

(dalam usus).

Page 17: Paper Safrole -Rizky Ade- Fix

17 | S A F R O L E

VI.2 Saran

Saran yang dapat penulis sampaikan mengenai makalah safrole ini yaitu:

Diperlukan penelitian lanjutan mengenai efek safrole pada manusia secara

tepat menggunakan metode yang lebih terbarukan karena selama ini belum

ditemukan kadar tepat seberapa besar Safrole bersifat toksik atau

karsinogen pada manusia.

Safrole merupakan suatu senyawa dalam banyak bahan alam, diperlukan

penelitian lanjut untuk mengolah bahan alam tersebut agar bahaya Safrole

dapat dikurangi dengan metode yang tepat.

Penelitian mengenai senyawa Safrole ini masih dimungkinkan untuk

berkembang, diharapkan ada penelitian lanjutan untuk mendayagunakan

Safrole sebagai obat (misalnya anti kanker) dengan mengubah sisi raktif

Safrole.

Page 18: Paper Safrole -Rizky Ade- Fix

18 | S A F R O L E

DAFTAR PUSTAKA

Bazzaz, F. A., V. Paape, and W. R. Boggess. 1971. Photosynthetic and

respiratory rates of Sassafras albidum. Forest Science 18: 218-222.

Benedetti, M.S., A. Malone, A.L. Broillet. 1977. Absorption, metabolism and

excretion of safrole in the rat and man. Toxicology 7(1): 69-83.

Budavaris, S. 1989. The Merck Index: An Encyclopedia of Chemicals, Drugs and

Biologicals. 11th ed. Merck & Co. Inc., Rahway, NJ.

Burdock, G. A. 1997. Encyclopedia of Food and Color Additives. Vol. 3. CRC

Press, Florida

Borchet, Peter et al. 1973. 1’-Hydrosafrole, a Proximate Carcinogen Metabolite

of Safrole in the Rat and Mouse. Cancer Research ;33:590-600.

Carlson, M. and R. D. Thompson. 1997. Liquid chromatographic determination of

safrole in sassafras-derived herbal products. Journal of AOAC International. Vol.

80, No. 5, p. 1023-8.

CFR, Sec. 172: Code of Federal Regulations, Title 21, Vol. 3, Ch. 1, Pt. 172.580

Safrole. Accessed 4 March 2011.

Chen, C.-L. C.-W. Chi, K.-W. Chang, and T.-Y. Liu. 1999. Safrole-like DNA

adducts in oral tissue from oral cancer patients with a betel quid chewing history.

Carcinogenesis 20 (12): 2331-2334.

Choon, Youk Meng et al. 2000. A Rapid and Simple Gas Chromatographic

Method for Direct Determination of Safrole in Sof Drinks. Journal of Food and

Drug Analysis, Vol. 9( 1):27-32

Daimon H., S. Sawada, S. Asakura & F. Sagami. 1997. Analysis of cytogenetic

effects and DNA adduct formation induced by safrole in Chinese hamster lung

cells. Teratogenesis Carcinogenesis Mutagenesis 17(1): 7-18.

De Vries, J. 1997. Food Safety and Toxicity. CRC Press, New York.

Dewick, P. M. 1997. Medicinal Natural Products: A Biosynthetic Approach. John

Wiley & Sons, New York.

Dugan, H. 2011. The Ephemeral History of Perfume: Scent and Sense in Early

Modern England. The John Hopkins University Press, Baltimore.

Page 19: Paper Safrole -Rizky Ade- Fix

19 | S A F R O L E

Gupta, K.P., K.L. van Golen, K.L. Putman and K. Randerath. 1993. Formation

and persistence of safrole-DNA adducts over a 10,000-fold dose range in mouse

liver. Carcinogenesis 14 (8): 1517–1521.

Griggs, M.M. 1990. Sassafras albidum (Nutt.) Nees. In: Burns, R.M.; Honkala,

B.H., Technical coordinators. Silvics of North America. Volume 2. Hardwoods.

Agricultural Handbook 654. Washington, DC: U.S. Department of Agriculture,

Forest Service: 773-777.

Hahlbrock K., and D. Scheel. 1989. Physiology and molecular biology of

phenylpropanoid metabolism. Annual Review of Plant Physiology and Plant

Molecular Biology 40: 347–69.

Heikes, D.L. 1994. SFE with GC and MS determination of safrole and related

allylbenzenes in sassafras teas. Journal of Chromatographic Science 32 (7): 253-

258.

HERP 2011. Ranking Possible Cancer Hazards from Rodent Carcinogens, Using

the Human Exposure/Rodent Potency Index (HERP).

http://potency.berkeley.edu/pdfs/herp.pdf. Accessed 4 December 2011.

Hung, S.-L., Y.-L. Chen, and Y.-T. Chen. 2003. Effects of safrole on the defensive

functions of human neutrophils. Journal of Periodontal Research 38: 130–134.

Ibrahim, R. K. 2001. Phenylpropanoid Metabolism. In Encyclopedia of Life

Sciences, John Wiley & Sons, NY.

Jin, M., A. Kijma, Y. Suzuki, D. Hibi, T. Inoue, Y. Ishii, T. Nohmi, A. Nishikawa,

K. Ogawa, and T. Umenura. 2011. Comprehensive toxicity study of safrole using

a medium-term animal model with gpt delta rats. Toxicology 290: 312-321.

Liu, C.J., C.L. Chen, K.W. Chang, C.H. Chu, and T.Y. Liu. 2000. Safrole in betel

quid may be a risk factor for hepatocellular carcinoma: case report. CMAJ

162(3): 359–360.

Miglierini, G. 2008. Sassafras oil, a key raw material now largely banned from

the market. Chemistry Today 26 (5): 59-62.

Nakagawa Y., T. Suzuki, K. Nakajima, H. Ishii, A. Ogata. 2009.

Biotransformation and cytotoxic effects of hydroxychavicol, an intermediate of

safrole metabolism, in isolated rat hepatocytes. Chemico-Biological Interactions

180: 89-97.

Ratsch, C. 1998. The Encyclopedia of Psychoactive Plants. Parkstreet Press,

Vermont.

Page 20: Paper Safrole -Rizky Ade- Fix

20 | S A F R O L E

SAFROLE, ISOSAFROLE, AND DIHYDROSAFROLE. http://www.inchem.org/documents/iarc/vol10/safrole.html. Diakses tanggal 17

Mei 2013 pukul 14.00 WIB

SCF. 2002. Scientific Committee on Food, European Commission: Opinion of the

Scientific Committee on Food on the safety of the presence of safrole (1-allyl-3,4-

methylene dioxy benzene) in flavourings and other food ingredients with

flavouring properties. (SCF/CS/FLAV/FLAVOUR/6 ADD3 Final).

Segelman, A.B., F.P. Segelman, J. Karliner, and D. Sofia. 1976. Sassafras and

herb tea: potential health hazards. Journal of American Medical Association 236

(5): 477.

Soft Drink Consumption: The Frightening Statistics and Associated Health Risks!. http://www.everyday-wisdom.com/soft-drink-consumption.html. Diakses tanggal

17 Mei 2013 pukul 13.00 WIB

WHO 2009. World Health Organization: WHO Food Additives Series: 60. Safety

evaluation of certain food additives. The 69th Meeting of Joint FAO/WHO Expert

Committee on Food Additives.

Wink, M. 2010. Biochemistry of Plant Secondary Metabolism. Wiley-Blackwell,

Iowa. Annual Plant Reviews, Vol. 40.

Yang, M.-S., T.-C. Chung, M.-J. Yang, T.-Y. Hsu, and Y.-C. Ko. 2001. Betel quid

chewing and risk of adverse birth outcomes among aborigines in Eastern Taiwan.

Journal of Toxicology and Environmental Health 64 (6): 465-472.