Paper Pi Fix
-
Upload
teguh-sulistiyono -
Category
Documents
-
view
91 -
download
3
Transcript of Paper Pi Fix
Pendahuluan
Musim paceklik investasi di Indonesiaterlihat dari menurunnya arus
investasi sejak krisi moneter 1997. Arus investasi asing yang masuk ke Indonesia
diikuti dengan arus keluar yang jauh lebih tinggi. Data neraca pembayaran
Indonesia, terutama pos investasi asing langsung, mencatat angka negatif sejak
1998. Tahun 2005 net capital inflows mulai mencatat angka positif. Apakah ini
tanda akhir masa paceklik investasi di Indonesia?
Lembaga pemeringkat Fitch Ratings menempatkan Indonesia pada posisi
“Investment Grade” dengan rating BBB- , kenaikan yang cukup baik bagi
Indonesia. Indonesia meraih rangking 4 sebagai top destination for investment
versi UNCTAD. Apakah benar musim paceklik investasi di Indonesia telah
berakhir?
Kenaikan investasi langsung paska tahun 2004 dan perekonomian
ekonomi yang cukup stabil, bisakah Indonesia menjadi raksasa tujuan investasi di
tahun-tahun berikutnya?
1
Pembahasan
A. Iklim Investasi di Indonesia
Paska krisis moneter, iklim investasi di Indonesia memburuk dan tiba-tiba
mengalami kenaikan nilai pada tahun 2005 dengan nilai net inflow yang positif.
Menurut data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) , iklim investasi
Indonesia terus meningkat. Di pengujung tahun 2011 tepatnya tanggal 15
Desember 2011, lembaga pemeringkat Fitch Ratings menempatkan Indonesia
pada posisi “Investment Grade” dengan rating BBB- dan outlook stabil.
Pencapaian Indonesia tersebut melengkapi peringkat yang telah diberikan
sebelumnya dari Japan Credit Rating Agency. Alasan RI memperoleh peringkat
investment grade versi Fitch's Asia-Pacific Sovereign Ratings adalah:
1. Fitch memproyeksikan pertumbuhan PDB rata-rata (Indonesia) lebih dari
6,0 persen per tahun selama periode proyeksi sampai tahun 2013,
meskipun kondisi ekonomi global yang kurang kondusif.
2. Ekonomi Indonesia yang berorientasi domestik dan keberhasilannya
menciptakan pertumbuhah ekonomi yang relatif kuat tanpa menimbulkan
ketidakseimbangan eksternal, atau ketergantungan pada pendanaan
eksternal jangka pendek memperlihatkan bahwa prospek pertumbuhan
ekonomi akan tahan terhadap guncangan eksternal, sebagaimana terjadi
pada 2008.
3. Utang publik yang rendah dan suku bunga riil yang positif menyediakan
otoritas fleksibilitas kebijakan untuk merespons pelambatan.
2
4. Tingkat kepercayaan yang lebih tinggi atas kerangka kebijakan makro
menjadi kunci dari kenaikan peringkat ini.
5. Toleransi terhadap penguatan mata uang nominal dalam kerangka
kebijakan moneter, kesediaan untuk mengetatkan kebijakan jika inflasi
mencapai single digit yang tinggi, dan kebijakan fiskal yang hati-hati
memperkuat dasar untuk kenaikan peringkat.
6. Fitch berpendapat profil kredit ini memiliki toleransi pada tingkat
peringkat yang baru ini atas kenaikan defisit fiskal bila Undang Undang
Akuisisi Tanah mengarah kepada belanja infrastruktur publik yang lebih
tinggi.
7. Rasio utang pemerintah bruto terhadap PDB diperkirakan akan turun dari
26 persen pada akhir 2010 menjadi 25 persen pada akhir 2011, jauh
dibawah median BBB yaitu 36 persen.
8. Rasio utang atau pendapatan diproyeksikan turun dari 163 persen pada
akhir 2010 menjadi mendekati proyeksi median BBB 126 persen pada
2012, meskipun adanya kelemahan struktural fiskal berupa pendapatan
yang rendah, hanya 17 persen dari PDB dibandingkan median BBB 33
persen.
Pemerintah pun menargetkan akan mencapai peringkat A untuk tahun 2014
nanti. Menurut Prof.Mudrajad Kuncoro, Ph.d, Iklim investasi dapat didefinisikan
sebagai semua kebijakan , kelembagaan dan lingkungan , baik yang sedang
berlangsung maupun yang diharapkan terjadi di masa datang, yang bisa
mempengaruhi tingkat pengembalian dan risiko suatu investasi.
3
Terdapat beberapa indikator perekonomian makro yang berkaitan dengan
tingkat investasi di Indonesia. Investasi erat kaitannya dengan pertumbuhan
ekonomi. Mana kala pertumbuhan ekonomi tinggi maka investor akan tertarik
untuk menanamkan modalnya karena prospek keuntungan yang diharapkan tinggi.
Sedangkan hubungan indikator nilai ekspor dan nilai tukar rupiah menurut
Boediono (1997), apabila nilai rupiah terdepresiasi maka ekspor indonesia akan
naik dan impor turun (apabila permintaan ekspor dan penawaran ekspor elastis) ,
sebab di pasaran internasional barang kita menjadi kompetitif, dengan
meningkatnya nilai ekspor bersih akan berdampak pada meningkatnya investasi.
Hal ini akan mendorong investasi asing ke Indonesia.
Stabilitas ekonomi sangat berpengaruh pada tingkat investasi di Indonesia.
Pertumbuhan ekonomi di Indonesia relatif stabil. Data dari BPS menunjukkan
pada tahun 2004 pertumbuhan ekonomi sebesar 5,03% dengan inflasi sebesar
6,4%. Tahun 2005 pertumbuhan ekonomi sebesar 5,69% dengan inflasi 17,11%.
Inflasi pada tahun 2005 sangat tinggi karena ada kenaikan BBM pada saat itu
yang peningkatannya cukup signifikan. Tahun 2006 pertumbuhan ekonomi
4
sebesar 5,5% dengan inflasi 6,6% . Tahun 2007 pertumbuhan ekonomi mencapai
6,28% dengan inflasi 6,59%. Tahun 2008 pertumbuhan ekonomi mencapai 6,06%
dengan inflasi sebesar 11,39%. Tahun 2009 pertumbuhan ekonomi turun
mencapai 4,5% karena gejolak krisis ekonomi global dengan tingkat inflasi
mencapai 2,8% terendah dalam sejarah. Hal ini disebabkan pada tahun 2009
pemerintah tidak menaikkan tarif dasar listrik dan BBM sehingga harga cukup
stabil, juga terjadi panen beras dan cabe cukup besar di tahun itu. Dan tahun 2012
sampai kuartal III, pertumbuhan ekonomi mencapai 6,17%. Data tersebut
menunjukkan bahwa perekonomian indonesia relatif stabil sehingga iklim
investasi Indonesia dari sisi tersebut cukup memadai.
B. Faktor-faktor Utama Iklim Investasi Buruk di Indonesia
Menurut Prof. Mudrajat Kuncoro, Ph.d terdapat lima faktor iklim investasi buruk
di indonesia
1. Ketidakstabilan ekonomi makro
2. Ketidakpastian kebijakan
3. Korupsi multilevel
4. Perijinan usaha
5. Regulasi pasar tenaga kerja
5
Sedangkan menurut The Global Competitiveness Report 2011-2012 World
Economic Forum, setidaknya ada limabelas faktor investor ragu untuk
menanamkan modalnya di Indonesia. Faktor utama adalah tingkat korupsi yang
sangat tinggi mencapai 15,4%. Berdasarkan Corruption Perception Index/CPI
tahun 2011 Indonesia menempati rangking 100 dari 183 negara dengan tingkat
korupsi yang tinggi. Kedua adalah regulasi pemerintah. Prosedur , waktu, dan
biaya untuk memulai bisnis di Indonesia masih sulit. Berdasar data dari The
Global Competitiveness Report 2011-2012 Indonesia menempati rangking 121
untuk kategori waktu dalam memulai bisnis dengan lama 47 hari. Di posisi yang
sama terdapat negara spanyol dan dibawahnya Bolivia dan Ekuador.Untuk
prosedur dan birokrasi indonesia menempati rangking 94 bersama Malaysia,
Jerman dan Kolombia.
6
Sumber : The Global Competitiveness Report 2011-2012
Global Competitiveness Index, Kriteria utama yang dijadikan sebagai dasar
pemeringkatan daya saing tersebut mencakup: (1) kinerja perekonomian negara,
(2) efisiensi pemerintahan, (3) efisiensi dan produktifitas bisnis, (4) infrastruktur,
dan (5) teknologi. Selain itu, harus didukung oleh kebijakan pemerintah yang
terarah dan terfokus pada pemberdayaan SDM. Menurut Global Competitive
Report 2011-2012 untuk kategori Institustions mendapat rangking 71 dari 142
negara. Sedangkan untuk kategori Infrastructure mendapat rangking 76 dari 142
negara. Jika dibandingkan dengan data dari survey LPEM-FEUI Tahun 2005,
lingkungan adalah faktor utama penghambat investor menanamkan modalnya di
Indonesia. Kedua adalah pengembangan gedung, dalam hal ini infrastruktur.
Terjadi pergeseran indikator penghambat dari tahun ke tahun. Hal ini
7
membuktikan bahwa iklim investasi di Indonesia berubah-rubah dikarenakan
faktor non ekonomi, namun investor masih memberikan kepercayaannya melihat
trend investasi yang naik.
C. Pengertian
- Penanaman Modal Asing
Menurut Krugman (1991) yang dimaksud dengan penanaman modal
asing adalah arus modal internasional dimana perusahaan dari suatu negara
mendirikan atau memperluas perusahaannya di negara lain. Oleh karena
itu tidak hanya terjadi pemindahan sumber daya, tetapi juga terjadi
pemberlakuan control terhadap perusahaan di luar negeri.
Pengertian PMA menurut pasal 1 ayat 2 UU No.25 Tahun 2007
adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah
negara RI yang dilakukan sepenuhnya atau oleh penanaman modal asing
maupun yang berpatungan dengan modal dalam negeri. Berdasarkan
8
pengertian tersebut menjelaskan PMA harus berlokasi di wilayah RI dan
sumber modalnya bisa seluruhnya atau seratus persen modal asing dan
terdapat modal dalam negeri dengan besarannya tergantung dengan
kebutuhan serta kebijakan pemerintah yang diatur dalam Peraturan
Presiden No.36 Tahun 2010 tentang bidang usaha yang tertutup dan
terbuka dengan persyaratan bagi penanaman modal.
- Penanaman Modal Dalam Negeri
Penanaman Modal Dalam Negeri adalah kegiatan menanam modal
untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang
dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal
dalam negeri. jbs.co.id
Definisi penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebagaimana di
jelaskan dalam UU No.25 tahun 2007 pasal 1ayat 3 adalah kegiatan
menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara RI yang
dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal
dalam negeri. Berdasarkan definisi PMDN maka yang termasuk katagori
penanaman modal dalam negeri bila usahanya di wilayah Negara RI tidak
diluar negeri dan seluruh modal berasal dari dalam negeri.
9
D. Matriks Aliran Masuk PMA
Sumber : UNCTAD (2006)
United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) sejak 1988
membuat suatu matriks yang dibagi dalam empat bagian yaitu (1) front runner
yaitu negara dengan kinerja dan potensi PMA yang tinggi. (2) above potential
yaitu negara dengan potensi PMA yang rendah namun memiliki kinerja PMA
yang tinggi, (3) below potential yaitu negara dengan potensi PMA yang tinggi
namun memiliki kinerja PMA yang rendah. (4) Under performers yaitu negara
dengan potensial dan kinerja PMA yang rendah.
10
E. FDI Attraction Index vs FDI Potential Index Matrix, 2011 (Quartiles)
Source : World Investment Report 2012
Attrancation Index dihitung berdasarkan aliran dana FDI dalam
jangka beberapa tahun atau periode. Hal ini untuk mengukur kemampuan
sebuah negara untuk menarik investor asing ke negaranya. FDI Potential
Index terkait dengan empat kunci indikator yaitu (1) kekuatan di pasar
terkait ukuran pasar (dilihat dari GDP) dan tingkat pertumbuhan GDP, (2)
ketersediaan tenaga kerja murah, (3) sumber daya alam, dan (4)
infrastruktur, termasuk tranportasi, energi dan jaringan telepon.
Berdasarkan data dari World Investment Report 2012 di atas, Indonesia
masuk dalam kategori mendekati below expectation. Indonesia dinilai
11
memiliki potensi investasi yang tinggi dan attractive index yang cukup
tinggi pula. Indonesia bersama dengan Austria, Kanada, Jerman, Perancis
serta yang lain berada dalam posisi mendekati below expectation.
Indonesia dinilai belum memiliki kemampuan untuk menarik para investor
asing dengan gencar tetapi selalu mengalami perbaikan dalam iklim
investasinya sehingga potential index cukup tinggi.
F. Transaksi Finansial
Transaksi finansial mencakup semua transaksi yang terkait dengan
perubahan kepemilikan aset dan kewajiban finansial luar negeri suatu
ekonomi dalam suatu periode. Transaksi finansial diklasifikasikan
berdasarkan tipe investasinya, yaitu: investasi langsung, investasi
portofolio, investasi lainnya, dan cadangan devisa.
Investasi langsung merupakan investasi internasional yang dilakukan oleh
penduduk suatu negara (pemegang saham/direct investor) pada suatu
perusahaan investasi langsung (direct investment enterprise) di negara lain
untuk kepentingan jangka panjang.
Investasi langsung yang dilakukan penduduk Indonesia ke luar
negeri disebut investasi langsung ke luar negeri (direct investment abroad
atau outward direct investment) dan investasi yang dilakukan oleh investor
langsung di luar negeri pada perusahaan di Indonesia disebut investasi
langsung di Indonesia (direct investment in Indonesia) atau inward direct
investment).
12
Investasi portofolio merupakan investasi lintas batas (cross-border
investment) dalam bentuk surat berharga saham dan surat utang yang tidak
termasuk dalam investasi langsung atau cadangan devisa.
Karakteristik penting investasi portofolio adalah instrumennya
biasanya diterbitkan dan diperdagangkan di pasar finansial terorganisasi.
Investor portofolio terutama mempertimbangkan keamanan investasi,
kemungkinan adanya apresiasi nilai investasi, dan hasil investasi yang
diperoleh. Jika keadaan berubah, tidak seperti investor langsung, investor
portofolio dapat dengan mudahnya menggeser investasi mereka ke area
lain. Investasi lainnya merupakan kategori residual yang mencakup
transaksi yang tidak diklasifikasikan sebagai investasi langsung, investasi
portofolio, derivatif finansial, atau cadangan devisa. Investasi lainnya
meliputi utang dagang, pinjaman, uang dan simpanan, dan aset/kewajiban
finansial lainnya.
Investasi langsung mengalami fluktuasi nilai paska krisis moneter
hingga tahun 2004, tercatat net inflow negatif. Tahun 2005 investasi
langsung mengalami surplus senilai USD5,217,000,000. Tahun 2006,
2007, 2008 dan 2009 terjadi penurunan yang cukup stabil dan terjadi
lonjakan besar pada tahun 2010 dengan nilai investasi sebesar
USD11,106,000,000. Investasi portofolio cenderung stabil sampai pada
tahun 2008 terjadi penurunan mencapai USD1,753,000,000. Sedangkan
investasi lainnya mengalami net inflow sampai pada tahun 2012 di angka
13
USD618,000,000 karena Indonesia mendapatkan banyak pinjaman dari
luar negeri.
Sumber : BI, data diolah
Sumber : BI, data diolah
Investasi langsung terdiri dari dua komponen utama yaitu ke luar negeri
dan ke Indonesia. Arus investasi yang masuk ke Indonesia dapat
merepresentasikan penanaman modal asing, saham, laba ditahan maupun
pinjaman baik berupa penarikan maupun pembayaran. Sedangkan untuk ke luar
negeri merepresentasikan berbagai surat berharga terkait produk pasar keuangan.
Data dari Bank Indonesia di atas menunjukkan adanya trend peningkatan arus
investasi menuju Indonesia meski terjadi fluktuasi pada tahun 2004 sampai 2008.
14
Tahun 2009 tercatat nilai terendah selama lima tahun terakhir dengan nilai
USD4,877,000,000 karena pada saat itu terjadi krisis global dan pertumbuhan
ekonomi hanya mencapai 4,5%.
Selisih (Investasi Langsung)
Paska krisis 1997-1998, Indonesia mengalami penurunan investasi yang
disebut masa paceklik investasi Indonesia sampai tahun 2004 mengalami negative
inflow hal ini disebabkan karena arus keluar Indonesia lebih tinggi daripada
investasi yang masuk ke dalam negeri. Akibatnya dari tahun 1998 sampai 2004
net inflow negative, baru pada tahun 2005 net capital inflows menjadi positif
dapat dilihat sesuai data di atas. Terjadi fluktuasi nilai selisih antara arus investasi
masuk dan keluar dari tahun 2005 sampai 2011. Tercatat pada tahun 2005
investasi langsung pada neraca pembayaran senilai USD5,217,000,000 diikuti
penurunan investasi langsung pada tahun 2006 sampai 2009 lalu terdapat lonjakan
besar pada tahun 2010 senilai USD11,106,000,000 diperkirakan karena spekulasi
investor pada negara berkembang paska krisis global.
15
G. FDI Flows, Top 5 Host and Home Economies 2010-2011
(billions of dollars)
Source : World Investment Report 2012
Indonesia, menurut World Investment Report 2012, masuk ke
dalam lima besar top host untuk tahun 2010-2011 karena perbaikan birokrasi dan
infratruktur selama beberapa periode terakhir. Indonesia bersama dengan China,
Hongkong, Singapore dan Malaysia menjadi top host 2010-2011. Host country
sebagai negara dengan tujuan investasi asing, sedangkan home country adalah
negara investor yang menanamkan modalnya. Tujuan dari home country ada
beberapa macam, diantaranya efisiensi dengan mencari tenaga kerja yang lebih
murah atau mencari pasar yang lebih luas.
16
H. Survey UNTACD (Inflows dan Outflows)
Inflows
share in world
total
Outflows
share in world
total
Source : World Investment Report 2012
United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD)
mengadakan survey dari tahun 2005 sampai 2011 terkait realisasi investasi
di negara-negara asia timur dan asia tenggara. Hasilnya, negara asia timur
17
masih mendominasi regional asia timur raya dari tahun 2005 sampai 2011
karena ekspansi besar-besarannya dari industri teknologi dan otomotif
seperti Toyota, Honda, dan Samsung. Sedangkan asia tenggara mengalami
net inflow namun pada tahun 2008-2009 terjadi penurunan investasi yang
masuk karena krisis global. Asia timur juga sebagai home country
mengalami peningkatan investasi ke luar negeri. Persentasenya lebih besar
daripada kenaikan sebagai host country , berbanding terbalik dengan
Indonesia yang persentase kenaikan sebagai host country justru lebih besar
daripada home country.
I. TNCs’ Top 10 Prospective Host Economies 2012-2014 (Percentage of
respondents selecting economy as a top destination)
UNCTAD mengadakan survey dengan responden terpilih untuk
memilih negara tertentu sebagai top destination for investment. Indonesia
menduduki peringkat 4 yang sebelumnya berada di peringkat 6. Hal ini
membuktikan adanya kepercayaan para investor yang lebih dari
18
sebelumnya. Dari 10 negara tujuan hanya terdapat empat negara maju
yaitu Amerika Serikat, Australia, Inggris dan Jerman. Hal ini merupakan
fakta unik mengingat investor sekarang ini lebih memilih untuk
berinvestasi pada negara-negara berkembang seperti China, Indonesia,
India, Brasil, Rusia dan Thailand.
J. REALISASI PMA DAN PMDN DI INDONESIA
Pada saat ini iklim investasi sedang terus diperhatikan. Berbagai hal
menyebabkan investasi di Indonesia mengalami fluktuasi. Diantaranya karena
rumitnya birokrasi yang ada. Waktu untuk mengurus ijin investasi masih dirasa
terlalu lama (97 hari). Prosedur yang ada lamban dan kurang responsive sehingga
akan memicu kos yang lebih tinggi. Hal ini diperparah oleh tingginya tingkat
korupsi di Indonesia. Dariberbagai proyek yang ditangani terkadang realisasi yang
dihasilkan tidak sebanding. Berikut ini data yang dapat menunjukkan fluktuasi
pada Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri.
19
Sumber : BKPM (2009)
Dari tabel tersebut dapat diamati bahwa investasi di dapat dari dua sumber.
Yang pertama dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Dari data tersebut
dapat dilihat bahwa sejak tahun 1990 PMDN yang ada di Indonesia menunjukkan
kecenderungan menurun. Memasuki tahun 1991 PMDN Indonesia meingkat.
Jumlah proyek yang dilakukan meningkat menjadi 265 proyek. Namun pada
tahun berikutnya justru mengalami penurunan. Ditahun berikutnya PMDN
Indonesia mengalami kebangkitan, dan terus terjadi sampai pada tahun 1994
PMDN Indonesia mencapai kondisi yang sangat menggembirakan. Proyek yang
ditangani mencapai 582 proyek. Namun ironinya jumlah proyek yang ditangani
tidak selaras dengan nilai investasi yang didapat. Dibandingkan dengan tahun
2007, nilai investasi yang didapat dari penanaman modal di tahun 1994 sangat
jauh. Pada tahun 2007 jumlah proyek yang ditangani hanya sebesar 159 proyek
saja, namun justru nilai dari investasi ini mencapai 30 triliun. Kondisi ini mungkin
saja karena berbagai hal yang terjadi. Diantaranya karena adanya inflasi. Pada era
90an nilai tukar rupiah terhadap dollar sangat kuat misalnya pada tahun 1996,
nilai US$1 adalah Rp 2300 sedangkan pasca krisis tahun 1998 nilai tukar rupiah
mencapai Rp 17.000 per US$1. Namun esensinya sebuah pertumbuhan investasi
tidak dapat diukur berdasarkan nilainya. Hal ini karena nilai tukar rupiah yang
selalu berubah dari waktu ke waktu. Maka dari itu, jumlah proyek yang ditangani
menjadi indikator yang lebih valid untuk mengukur pertumbuhan investasi di
Indonesia.
20
Realisasi jumlah proyek untuk PMDN mengalami fluktuasi. Tahun 1990
sejumlah 253 proyek dapat terealisasi. Kemudian disusul pada tahun 1991 yang
meningkat menjadi 225 proyek. Sayangnya pada tahun berikutnya terjadi
penurunan hingga angka 225. Di tahun berikutnya terjadi peningkatan sebesar 74
proyek menjadi 304 proyek dan pada tahun 1994 Indonesia mencapai puncaknya
hingga mencapai angka 582 proyek. Angka tersebut masih menjadi rekor untuk
realisasi PMDN hingga saat ini. Pada tahun tahun berikutnya PMDN cenderung
menurun walaupun sempat mengalami peningkatan pada tahun 1996 sebesar 85
proyek, tahun 2000 sebesar 52 proyek, tahun 2004 hanya sebesar 10 proyek, tahun
2005 sebesar 85 proyek, dan pada 2008 sebesar 80 proyek. Ditahun yang lain
PMDN mengalami penurunan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tren dari tahun
1990 hingga 2008 untuk Realisas PMDN mengalami penurunan.
Sumber yang kedua adalah investasi asing melalui PMA. Investasi ini
menunjukkan kondisi yang positif. Hal ini ditunjukkan oleh data dari tahun ke
21
tahun. Jumlah realisasi proyek PMA mengalami peningkatan kecuali pada tahun
1995, 1997, 2001, 2002, 2004, 2006, dan 2008. Sejak 1990 proyek yang ditangani
hanya sekitar 100 proyek, ditahun 1994 jumlah proyek yang ditangani terus
meningkat hingga mencapai 392 proyek dengan nilai US$3771.2 juta . Sempat
menurun pada tahun 1995 menjadi 287 proyek, namun dapat kembali meningkat
di tahun 1996 hingga ke angka 357 proyek. Pada 1997 kembali terjadi penurunan
namun dapat kembali meningkat di tahun 1998 menjadi sebesar 412 proyek.
Realisasi proyek PMA terus mengalami peningkatan hingga pada tahun 2005
jumlah proyek yang ditangani mencapai angka 907 proyek dengan nilai US$85.
Kondisi Investasi PMA terus berfluktuasi hingga mencapai puncaknya pada tahun
2008, PMA di Indonesia dapat terealisasi sebesar 1138 proyek dengan nilai US$
14871.4 juta. Darena informasi yang kami temukan, menurut statistik BKPM pada
September 2012 nilai Realisasi PMA sudah mencapai nilai US$19474.2 juta.
Sebelum krisis PMDN lebih mendominasi dibandingkan PMA dibuktikan
dengan posisi grafik yang berada diatas grafik PMA. Namun setelah krisis,
perkembangan PMA jauh lebih baik dari perkembangan PMDN. Jumlah proyek
PMA selalu lebih tinggi daripada jumlah proyek PMDN hingga saat ini. Demikian
pula dengan nilai realisasi PMA yang selalu mengalami naik turun, pada tahun
1990 nilai Investasi di Indonesia bernilai US$706 juta dan pada tahun 2008 telah
mencapai US$ 14871.4 juta. Menurut statistik BKPM pada September 2012 nilai
Realisasi PMA sudah mencapai nilai US$19474.2 juta. (Dapat dilihat pada
Gambar dibawah ini)
22
Gambar di bawah menunjukkan perkembangan realisasi investasi PMA
berdasarkan lokasi. Dari diagram tersebut dapat dilihat bahwa Realisasi PMA di
Indonesia terpusat di Pulau Jawa. Realisasi investasi di Pulau Jawa tahun 2010
sebesar 71 % dari total investasi PMA yang masuk ke indonesia menurun di tahun
2011 menjadi sebesar 63%. Dan semakin menurun pada tahun 2012. Pada kuarter
pertama PMA di Pulau Jawa masih sebesar 56 %, pada kuarter kedua sebesar
55%, dan hingga kuarter ketuga hanya sebesar 46 %. Tujuan univestasi yang
kedua adalah Pulau Sumatera dan kemudian disusul Bali dan Nusa Ternggara.
Menurunnya investasi di Pulau Jawa mengindikasikan bahwa ada upaya
pemeratan investasi di Indonesia. Hal ini menandakan bahwa daerah-daerah lain
di Indonesia memiliki potensi yag menjanjikan bagi investor untuk berinvestasi.
Seperti Pulau Sumatra yang tiap tahunnya mengalami peningkatan. Sumatra dapat
23
dikatakan memiliki masa depan yang cukup menjanjikan dengan adanya poteni
investas yang lebih baik. Hal ini akan menunjang bagi pertumbuhan daerah di
Indonesia.
Sumber
: BKPM
(2012)
Yang
sangat
disayangkan adalah kurang meratanya persebaran investasi di Indonesia. Selain
hanya terpusat di pulau jawa, beberapa pulau bahkan tidak tersentuh investor
asing. Padahal pulau-pulau tersebut memiliki potensi yang sangat mungkin
dikembangkan. Seperti Pulau Maluku dan Sulawesi. Promosi dan adanya
kebijakan dari pemerintah sangat dibutuhkan oleh daerah-daerah yang jauh dari
investor.
24
Sumber : BKPM (2012)
Ditinjau dari sektor yang diinvestasikan, untuk PMDN pada kuartal ketiga
tahun 2012, sektor yang paling diminati adalah industri mineral non logam
sebesar 23,5% dari total investasi yang ada. Disusul dari sektor industri makanan
sebesar 18.2 %, industri tekstil 10.4% , tanaman pangan dan perkebunan sebesar 2
triliun atau sebesar 7.7%, kemudian konstruksi sebesar 7.6%, sedangkan sisanya
terdistribusi merata pada seluruh sektor.
Grafik di bawah ini menunjukkan jumlah proyek PMA dan PMDN tahun
2010–2012. Dapat diamati bahwa untuk proyek PMDN sektor sekunder
merupakan sektor yang paling diminati. Sektor sekunder meliputi industry
25
makanan, industry tekstil, industry kertas, industry mineral, logam, non logam ,
industry kendaraan bermotor, dan lain sebagainya. Disusul oleh sektor primer
yang mencakup tanaman pangan, peternakan, perkebunan, perikanan,
pertambangan, dan kehutanan. Sektor yang terakhir adalah sektor tersier yang
meliputi listrik, gas dan air, perdagangan dan reparasi, perumahan, dan lain
sebagainya.
Sumber : BKPM (2012)
26
Sedangkan untuk Realisasi investasi PMA, sektor yang paling diminati justru
sektor tersier yang mecapai 1986 proyek pada tahun 2011. Disusul oleh sektor
sekunder dan diposisi terakhir adalah sektor primer. Kecenderungan ini mungkin
muncul karena pola konsumtif orang Indonesia, dan kapabilitas investor. Investor
dari dalam negeri cenderung kekurangan sumber daya dan belum memiliki
teknologi yang cukup handal untuk memenuhi kebutuhan tersier. Maka kebutuhan
tersier sangat didominasi oleh investor asing karena kondisi sumber daya dan
teknologi yang lebih memadai.
27
Sumber : BKPM(2012)
Dari grafik diatas dapat kita lihat realisasi PMA berdasarkan negara, pada
kuarter ketiga 2012, investasi terbesar berasal dari Singapura yaitu sebesar US$
1.5 M atau sebesar 23.8%. Kemudian disusul oleh Inggris sebesar US$ 0.7 M atau
sebesar 10.8%. di posisi ketiga, Taiwan berinvestasi sebesar US$0.7M namun
dengan proporsi dibawah Inggris yaitu sebesar 10.5 % , kemudia Mauritius
sebesar US$0.6 M , dan sisanya sebesar 2.2 M berasal dari investasi negara lain
selain 4 negara yang sudah disebutkan.
28
Daftar Pustaka
Kuncoro, Mudrajad, (2011),Ekonomika Indonesia, Yogyakarta: UPP STIM
YKPN.
World Economic Forum (2012), World Investment Report: July 2012.
http://www.webforum.org. Diakses tanggal 7 November 2012.
Indonesia Investment Coordinating Board (2012), Statistic of direct investment
realization : February 2009. http://www.bkpm.go.id. Diakses tanggal 6
November 2012.
Indonesia Investment Coordinating Board (2012), Statistic of direct investment
realization 90-December 31 2008. http://www.bkpm.go.id. Diunduh
tanggal 6 November 2012.
Indonesia Investment Coordinating Board (2012), Realisasi penanaman modal
PMDN-PMA Triwulan I dan Januari-Juni 2012. http://www.bkpm.go.id.
Diunduh tanggal 6 November 2012.
Indonesia Investment Coordinating Board (2012), Realisasi penanaman modal
PMDN-PMA Triwulan II dan Januari-Juni 2012. http://www.bkpm.go.id.
Diunduh tanggal 6 November 2012.
Indonesia Investment Coordinating Board (2012), Realisasi penanaman modal
PMDN-PMA Triwulan III dan Januari-Juni 2012. http://www.bkpm.go.id.
Diunduh tanggal 6 November 2012.
Indonesia Investment Coordinating Board (2012), Statistic of Domestic Direct
Investment Realization Based On Capital Investment Activity by Sector Q3
2012. http://www.bkpm.go.id. Diunduh tanggal 6 November 2012.
29
Indonesia Investment Coordinating Board (2012), Statistic of Domestic Direct
Investment Realization Based On Capital Investment Activity Report by
Location Q3 2012. http://www.bkpm.go.id. Diunduh tanggal 6 November
2012.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (2012), Ringkasan perkembangan
perdagangan, investasi, dan kerjasama ekonomi internasional bulan
Februari 2012. http://www.bappenas.go.id. Diunduh tanggal 7 November
2012.
Adakah perubahan iklim investasi di indonesia catatan akhir tahun,
http://website.mudrajad.com. Diakses pada tanggal 8 November 2012.
Memahami NPI (6): Transaksi Modal dan Finansial, Januari 2010,
http://awalilrizky.blogspot.com . Diakses pada tanggal 9 November 2012.
Penanaman Modal Asing. http://wi-indonesia.blogspot.com/2011/08/penanaman-
modal-asing-oleh-firdaus_25.html. Diakses tanggal 8 November 2012.
Penanaman Modal Dalam Negeri.
http://wi-indonesia.blogspot.com/2011/09/penanaman-modal-dalam-
negeri-oleh.html . Diakses tanggal 8 November 2012
Peranan dan Lingkup Investasi .
http://ocw.gunadarma.ac.id/course/economics/management-s1/manajemen
-investasi/peranan-dan-lingkup-investasi . Diakses tanggal 8 November
2012
Global Competitiveness Report 2012-2013: Daya Saing Indonesia Menurun.
http://pena.gunadarma.ac.id/global-competitiveness-report-2012-2013-
daya-saing-indonesia-menurun/ . Diakses tanggal 8 November 2012
30
Currency Exchange.
http://www.kemendag.go.id/statistik_nilai_tukar_mata_uang_asing_terhad
ap_rupiah/ . Diakses tanggal 8 November 2012
Neraca Pembayaran. http://khairunnisafathin.wordpress.com/2011/03/10/neraca-
pembayaran/ . Diakses tangga 8 November 2012
31