Paper Psikiatri Fix

29
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepribadian umumnya digunakan sebagai label deskriptif global untuk akan perilaku seseorang yang dapat diamati secara objektif serta pengalaman interna yang secara subjektif dapat ia laporkan. Individu yang utuh yang digambarkan dengan cara ini menunjukkan aspek public da pribadi kehidupannya. Kata “kepribadian” dapat dibubuhkan pada kata sifat yang member sifat tertentu, dengan kebermaknaan psikiatrik, seperti “pasif” atau “agresif”, atau kata-kata tanpa konotasi patologis, seperti “ambisius” atau “religious” atau “ramah”. 1 Serangkaian kualifikasi yang sesuai tersebut menghasilkan diagnosis gagguan kepribadian yang berdampak adanya perkiraan tertentu mengenai bagaimana seseorang akan bersikap di bawah serangkaian keadaan tertentu. Hal ini memberi petunjuk bagi klinisi mengenai ketidakmampuan seseorang dan cara mendekatinya untuk tujuan terapi (yaitu, apakah terapi terutama harus dilakukan melalui penggunaan obat, pembedahan, atau wawancara). Baik digunakan sebagai istilah diagnostic atau sebagai gambaran umum, label

description

paper.psikiatrigangguan kepribadian

Transcript of Paper Psikiatri Fix

Page 1: Paper Psikiatri Fix

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kepribadian umumnya digunakan sebagai label deskriptif global

untuk akan perilaku seseorang yang dapat diamati secara objektif serta

pengalaman interna yang secara subjektif dapat ia laporkan. Individu yang

utuh yang digambarkan dengan cara ini menunjukkan aspek public da

pribadi kehidupannya. Kata “kepribadian” dapat dibubuhkan pada kata

sifat yang member sifat tertentu, dengan kebermaknaan psikiatrik, seperti

“pasif” atau “agresif”, atau kata-kata tanpa konotasi patologis, seperti

“ambisius” atau “religious” atau “ramah”.1

Serangkaian kualifikasi yang sesuai tersebut menghasilkan

diagnosis gagguan kepribadian yang berdampak adanya perkiraan

tertentu mengenai bagaimana seseorang akan bersikap di bawah

serangkaian keadaan tertentu. Hal ini memberi petunjuk bagi klinisi

mengenai ketidakmampuan seseorang dan cara mendekatinya untuk

tujuan terapi (yaitu, apakah terapi terutama harus dilakukan melalui

penggunaan obat, pembedahan, atau wawancara). Baik digunakan

sebagai istilah diagnostic atau sebagai gambaran umum, label

kepribadian bernilai bagi dokter yang harus menghadapi individu yang

digambarkan tersebut.1

1.1 Tujuan Masalah

1. Mengetahui konsep Skizofrenia Paranoid meliputi : Definisi, Etiologi,

Tanda dan gejala, Patofisiologi, Manifestasi klinis, Komplikasi,

Prognosis

2. Mengetahui penanganan pasien dengann Skizofrenia Paranoid

meliputi : Pengkajian, Diagnosa, Perencanaan, Implementasi, dan

Evaluasi.

Page 2: Paper Psikiatri Fix

2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Gangguan Kepribadian

2.1.1 Pengertian

Pengertian Gangguan Kepribadian Menurut beberapa ahli :

Koswara (1991) dalam pengertian sehari-hari kepribadian

adalah bagaimana individu menampilkan dan menimbulkan

kesan bagi individu lain.2

Maramis (1999) kepribadian adalah keseluruhan pola pikiran,

perasaan, dan perilaku yang sering digunakan oleh seseorang

dalam usaha adaptasi yang terus menerus terhadap

hidupnya.2

Rusdi Malim (1998) yang merujuk pada PPGDJ-III (Pedoman

Penggolongan diagnose Gangguan Jiwa III) adalah paranoid,

schizoid, emosional tak stabil tipe implusif dan ambang,

historic, anankastik, cemas (menghindar), dependen, khas

lainnya yang tidak tergolongkan. Gangguan Kepribadian

adalah istilah umum untuk suatu jenis penyakit mental di mana

cara berpikir, memahami situasi, dan berhubungan dengan

orang lain tidak berfungsi.3

Kaplan dan Saddock adalah suatu varian dari sifat karakter

tersebut yang diluar rentang yang ditemukan pada sebagian

besar orang. Kaplan dan Saddock mendefinisikan kepribadian

sebagai totalitas sifat emosional dan perilaku yang menandai

kehidupan seseorang dari hari ke hari dalam kondisi yang

biasanya, kepribadian relatif stabil dan dapat diramalkan.1

Page 3: Paper Psikiatri Fix

3

Hanya jika sifat kepribadian tidak fleksibel dan maladaptif dan

dapat menyebabkan gangguan fungsional yang bermakna atau

penderitaan subyektif maka dimasukkan sebagai kelas gangguan

kepribadian. Orang yang mengalami kepribadian biasanya memiliki

tingkah laku yang kompleks dan berbeda-beda berupa :

Ketergantungan yang berlebihan

Ketakutan yang berlebihan dan intimitas

Kesedihan yang mendalam

Tingkah laku yang eksploitatif

Kemarahan yang tidak dapat dikontrol

Kalau masalah mereka tidak ditangani

Gangguan kepribadian merupakan suatu gangguan berat pada

karakter dan kecenderungan perilaku pada individu. Gangguan tersebut

melibatkan beberapa bidang kepribadian dan berhubungan dengan

kekacauan pribadi dan sosial. Gangguan itu dapat disebabkan oleh faktor

hereditas dan pengalaman hidup pada awal masa kanak-kanak.2

Diagnosa terjadinya gangguan kepribadian pada seseorang yang di

dasarkan pada bentuk perilaku, mood, sosial interaksi, impulsif, dapat

menjadi suatu hal yang kontroversial dan merugikan individu

bersangkutan, kebanyakan orang awam memberikan sebutan label atau

pelbagai stigma tertentu pada mereka. Akibatnya, individu tersebut

semakin enggan untuk berobat dan melakukan isolasi diri.2

Kemunculan gangguan kepribadian berawal kemunculan distres,

yang dilanjutkan pada penekanan perasaan-perasaan tersebut dan

berperilaku tertentu seperti orang mengalami distres pada umumnya.

Rendahnya fungsi interaksi sosial di lingkungan tempat tinggal dan

lingkungan kerja ikut memperburuk kondisi dan suasana emosi dengan

cara mendramatisir, menyimpan erat, mengulang atau mengingat kembali

suasana hati (obsesif), dan antisosial.2

Page 4: Paper Psikiatri Fix

4

Beberapa perilaku tersebut menganggu individu dan aktivitas sehari-

harinya, secara umum individu yang mengalami gangguan kepribadian

kesulitan untuk mempertahankan atau menlanjuti hubungan dengan orang

lain. Hal ini disebabkan oleh permasalahan interpersonal yang kronis, atau

kesulitan dalam mengenal perasaan-perasaan (emosi) sendiri yang

muncul dalam dirinya.2

Penderita gangguan kepribadian mempunyai karakteristik perilaku

yang kaku sulit menyesuaikan diri sehingga orang lain seperti bersikap

impulsif, lekas marah, banyak permintaan, ketakutan, permusuhan,

manipulatif, atau bahkan bertindak kasar. Problem ketergantungan pada

alkohol, gangguan mood, kecemasan dan gangguan makan, melakukan

hal-hal yang berbahaya terhadap diri sendiri.2

2.1.2 Klasifikasi

Kelompok A (cenderung berpikir atau berperilaku anehdan eksentrik/

tampak aneh) :

Paranoid

Gangguan kepribadian paranoid ditandai oleh ketidakpercayaan

kepada orang lain dan kecurigaan berlebih bahwa orang di

sekitarnya memiliki motif jahat. Orang dengan kelainan ini cenderung

memiliki kepercayaan yang berlebihan pada pengetahuan dan

kemampuan mereka sendiri dan biasanya menghindari hubungan

dekat. Mereka mencari makna tersembunyi dalam segala sesuatu

dan membaca niat bermusuhan ke dalam tindakanorang lain. Mereka

suka mengetest kesetiaan teman dan orang-orang terkasih dan

sering tampak dingin dan menjauh. Mereka biasanya suka

menyalahkan orang lain dan cenderung membawa dendam lama.1,2

Schizoid

Orang dengan gangguan kepribadian Schizoid menghindari

Page 5: Paper Psikiatri Fix

5

hubungan dengan orang lain dan tidak menunjukkan banyak emosi.

Tidak seperti avoidants, schizoids benar-benar lebih suka menyendiri

dan tidak diam-diam menginginkan popularitas. Mereka cenderung

mencari pekerjaan yang memerlukan sedikit kontak sosial.

keterampilan sosial mereka lemah dan mereka tidak menunjukkan

perlunya perhatian atau penerimaan. Mereka dianggap tidak punya

selera humor dan jauh dan sering disebut sebagai “penyendiri.”1,2

Schizotypal

Banyak yang percaya bahwa gangguan kepribadian schizotypal

mewakili skizofrenia ringan. Gangguan ini ditandai oleh bentuk-

bentuk berpikir dan memahami dengan cara yang aneh, dan individu

dengan gangguan ini sering mencari isolasi dariorang lain . Mereka

kadang-kadang percaya untuk memiliki kemampuan indra yang

ekstra atau kegiatan yang tidak berhubungan berhubungan dengan

mereka dalam beberapa cara penting. Mereka umumnya berperilaku

eksentrik dan sulit berkonsentrasi untuk waktu yang lama. pidato

mereka sering lebih rumit dan sulit untuk diikuti.1,2

Kelompok B (cenderung emosi dalam berpikir dan berperilaku) :

Antisosial

Banyak yang salah paham bahwa gangguan kepribadian antisosial

mengacu pada orang yang memiliki keterampilan sosial yang buruk.

Sebaliknya, gangguan kepribadian antisosial ditandai oleh kurangnya

hati nurani. Orang dengan gangguan ini rentan terhadap perilaku

kriminal, percaya bahwa korban-korban mereka lemah dan pantas

dimanfaatkan. Antisocials cenderung suka berbohong dan mencuri.

Sering kali, mereka tidak hati-hati dengan uang dan mengambil

tindakan tanpa berpikir tentang konsekuensinya . Mereka sering

Page 6: Paper Psikiatri Fix

6

agresif dan jauh lebih peduli dengan kebutuhan mereka sendiri

daripada kebutuhan orang lain.1,2

Ambang/ Borderline

Merupakan suatu gangguan kepribadian yang menyebabkan

penderita tidak memiliki rasa diri yang jelas dan konsisten serta tidak

pernah memiliki kepastian dalam nilai – nilai, loyalitas, dan pilihan

karier mereka. Mereka tidak tahan berada dalam kesendirian,

memiliki rasa takut di abaikan, dan menuntut perhatian. Mudah

mengalami perasaan depresi dan perasaaan kosong yang kronis,

mereka seringkali mencoba bunuh diri dan melakukan tindakan

memutilasi diri sendiri (Davidson, Neale, Kring, 2004).1,2

Histrionic

Orang dengan gangguan kepribadian Histrionicadalah pencari

perhatian konstan. Mereka perlu menjadi pusat perhatian setiap

waktu, sering menggangguorang lain untuk mendominasi

pembicaraan. Mereka menggunakan bahasa muluk-muluk untuk

menggambarkan kejadian sehari-hari dan mencari pujian konstan.

Mereka suka berpakaian ”yang memancing” atau melebih-lebihkan

kelemahannya untuk mendapatkan perhatian. Mereka juga

cenderung membesar-besarkan persahabatan dan hubungan,

percaya bahwa setiaporang menyukai mereka. Mereka sering

manipulatif.1,2

Narcissistic

Gangguan kepribadian Narcissistic dicirikan oleh keterpusatan diri.

Seperti gangguan Histrionic, orang-orang dengan gangguan ini

senang mencari perhatian dan pujian. Mereka membesar-besarkan

prestasi mereka, mengharapkan orang lain untuk mengakui mereka

sebagai superior. Mereka cenderung teman, karena mereka percaya

Page 7: Paper Psikiatri Fix

7

bahwa tidak sembarang orang yang layak menjadi teman mereka.

Narsisis cenderung membuat kesan pertama yang baik, namun

mengalami kesulitan menjaga hubungan jangka panjang. Mereka

umumnya tidak tertarik pada perasaan orang lain dan dapat

mengambil keuntungan dari mereka.1,2

Kelompok C (cenderung tampak cemas dan ketakutan) :

Avoidant

Gangguan kepribadian yang ditandai dengan kegelisahan sosial

yang ekstrim. Orang dengan gangguan ini sering merasa ”tidak

cukup”, menghindari situasi sosial, dan mencari pekerjaan dengan

sedikit kontak dengan orang lain. Avoidant takut ditolak dan khawatir

jika mereka memalukan diri mereka sendiri di depan orang lain.

Mereka membesar-besarkan potensi kesulitan pada situasi baru

untuk membuat orang berpikir agar menghindari situasi itu. Sering

kali, mereka akan menciptakan dunia fantasi untuk pengganti yang

asli. Tidak seperti gangguan kepribadian skizofrenia, avoidant

merindukan hubungan sosial, tetapi belum merasa merekabisa

mendapatkannya. Mereka sering mengalami depresi dan memiliki

kepercayaan diri yang rendah.1,2

Dependent

Gangguan kepribadian ini ditandai dengan kebutuhan untuk dijaga.

Orang dengan kelainan ini cenderung dependen pada orang dan

merasa takut kehilangan mereka. Mereka mungkin menjadi bunuh

diri ketika berpisah dengan orang yang dicintai. Mereka cenderung

untuk membiarkan orang lain mengambil keputusan penting bagi

mereka dan sering melompat dari hubungan satuke hubungan yang

lainnya. mereka sering bertahan dalam suatu hubungan, walaupun

Page 8: Paper Psikiatri Fix

8

sering dikasari atau disakiti. kepekaan berlebih terhadap penolakan

umum. Mereka sering merasa tak berdaya dan tertekan.1,2

Obsesif-Kompulsif

Nama gangguan kepribadian Obsesif-Kompulsif (OCDP) mirip

dengan kecemasan obsesif-kompulsif, namun keduanya sangat

berbeda. Orang dengan gangguan kepribadian obsesif-kompulsif

terlalu fokus pada keteraturan dan kesempurnaan. Mereka harus

melakukan segalanya “benar” sering mengganggu produktivitas

mereka. Mereka cenderung untuk terjebak dalam halhal yang detil,

namun kehilangan gambaran yang lebih besar. Mereka menetapkan

standar yang tinggi tidak masuk akal untuk diri mereka sendiri dan

orang lain, dan cenderung sangat kritis terhadap orang lain ketika

mereka tidak hidup sampai saat ini standar yang tinggi. Mereka

menghindari bekerja dalam tim, percaya orang lain terlalu ceroboh

atau tidak kompeten. Mereka menghindari membuat keputusan

karena mereka takut membuat kesalahan dan jarang murah hati

dengan waktu atau uang. Mereka sering mengalami kesulitan

mengekspresikan emosi.1,2

2.1.3 Etiologi

Faktor Penyebab Gangguan Kepribadian

1. Faktor Genetika

Satu buktinya berasal dari penelitian gangguan psikiatrik pada

15.000 pasangan kembar di Amerika Serikat. Diantara kembar

monozigotik, angka kesesuaian untuk gangguan kepribadian adalah

beberapa kali lebih tinggi dibandingkan kembar dizigotik. Selain itu

menurut suatu penelitian, tentang penilaian multiple kepribadian dan

temperamen, minat okupasional dan waktu luang, dan sikap social,

Page 9: Paper Psikiatri Fix

9

kembar monozigotikyang dibesarkan terpisah adalah kira-kira sama

dengan kembar monozigotik yang dibesarkan bersama-sama.1

2.      Faktor Temperamental

Faktor temperamental yang diidentifikasi pada masa anak-anak

mungkin berhubungan dengan gangguan kepribadian pada masa

dewasa. Contohnya, anak-anak yang secara temperamental

ketakutan mungkin mengalami kepribadian menghindar.1

3.      Faktor Biologis

Hormon, orang yang menunjukkan sifat impulsive seringkali

juga menunukkan peningkatan kadar testosterone, 17-

estradiol dan estrone.

Neurotransmitter , penilaian sifat kepribadian dan system

dopaminergik dan serotonergik, menyatakaan suatu fungsi

mengaktivasi kesadaran dari neurotransmitter tersebut.

Meningkatkan kadaar serotonin dengan obat seretonergik

tertentu seperti fluoxetine dapat menghasilkan perubahan

dramatik pada beberapa karakteristik kepribadian. Serotonin

menurunkan depresi, impulsivitas.

Elektrofisiologi, perubahan konduktansi elektrik pada

elektroensefalogram telah ditemukaan pada beberaapa

pasien dengan gangguan kepribadian, paling sering pada

tipe antisocial dan ambang, dimana ditemukan aktivitas

gelombang lambat.1

4.      Faktor Psikoanalitik

Sigmund Freud menyatakan bahwa sifat kepribadian

berhubungan dengan fiksasi pada salah satu stadium perkembangan

psikoseksual. Fiksasi pada stadium anal, yaitu anakyang berlebihan

Page 10: Paper Psikiatri Fix

10

atau kurang pada pemuasan anal dapat menimbulkan sifat keras

kepala, kikir dan sangat teliti. 1

Mekanisme Defensi: Untuk membantu penderita gangguan

kepribadian,psikiater harus menghargai pertahanan pasien yang

mendasari,proses ,mental yang tidak disadari yang digunakan ego

untuk menyelesaikan konflik diantara empat pedoman kehidupan

interna:insting,realitas,orang yang penting dan ketelitian.1

Khayalan: banyak orang yang sering dicap skizoid ,mereka eksentrik,

kesepian atau ketakutan , mencari penghiburan dan kepuasan

didalam diri mereka dengan menciptakan kehidupan khayalan ,

terutama teman khayalan. Mengenali rasa takut pasien akan

kedekatan dan menghargai cara eksentrik mereka, akan bernilai

terapeutik dan bermanfaat.1

Disosiasi: Disosiasi atau penyangkalan adalah penggantian mirip-

pollyanna terhadap terhadap afek yang tidak menyenangkan dengan

yang menyenangkan.Berempati terhadap afek yang disangkal tanpa

secara langsung mengofrontasi pasien dengan fakta, memungkinkan

mereka memunculkan sediri topik aslinya.1

Isolasi: Isolasi adalah ciri khas orang yang terkendali dan

teratur,sering dicap sebagai kepribadian obsesif-kompulsif mengingat

kebenaran dengan perincian yang baik tetapi tanfa afek. Kapanpun

memungkinkan, terapis harus mengizinkan pasien seperti ini untuk

mengendalikan mereka sendiri dan tidak terlibat didalam perdebatan.1

Proyeksi: Pasien mengaitkan perasaan mereka yang tidak sadari

kepada orang lain. Pencarian kesalahan yang berlebihan oleh pasien

serta sensitivitas terhadap kritik dapat tampak pada terapis sebagai

penumpahan yang tidak adil dan menuduh,sebaiknya tidak dilawan

dengan pertahanan dan argument. Bahkan , klinisi secara terus

Page 11: Paper Psikiatri Fix

11

terang harus mengakui kesalahan ada padanya dirinya meskipun kecil

dan harus mendiskusikan kemungkinan masalah dimasa mendatang.1

Pemisahan: Didalam pemisahan ,pasien membagi orang-orang

menjadi orang baik dan orang jahat berdasarkan perasaan pasien

yang ambivalen mengenai orang-orang tersebut .1

Agresi Pasif: Orang dengan pertahanan pasif – agresif mengarahkan

kemarahan mereka pada diri sendiri. Didalam istilah

psikoanalitik,fenomena ini disebut masokisme dan mencakup, perilaku

konyol atau provokatif yang gagal dan tertunda,perilaku “ membadut “

yang merendahkan diri, serta tindakan yang jelas merusak diri.1

Acting Out : Pasien secara langsung mengekpresikan keinginan atau

konflik yang tidak disadari melalui tindakan untuk mencegah

kesadaran akan gagasan atau afek yang menyertainya.1

Identifikasi Proyektif : Mekanisme defense identifikasi proyektif

terutama tampak pada gangguan kepribadian ambang dan terdiri atas

tiga tahap: aspek diri diproyeksikan pada orang lain, perilaku proyeksi

mencob memaksa orang lain untuk mengidentifikasi apa yang tela

diproyeksikan, dan menerima proyeksi serta pelaku proyeksi merasa

menyatu atau membentuk kesatuan.1

2.1.4 Kriteria Diagnostik Umum DSM-IV-TR Gangguan Kepribadian

A. Pola pengalaman interna dan perilaku ysangat jeas menyimpang

pemanjangan dari harapan budaya seseorang.

Pola ini ditunjukkan dengn satu (atau lebih) hal berikut:

(1) Kognisi yaitu cara menerima dan menginterpretasikan diri,

orang lain, dan peristiwa)

(2) Afektivitas (yaitu kisaran, intensitas, labilitas, dan kesesuaian

respons emosi)

(3) Fungsi interpersonal

Page 12: Paper Psikiatri Fix

12

(4) Pengendalian impuls

B. Pola yang berlangsung lama ini tidak fleksibel dan pervasive

menembus kisaran luas stuasi dan social

C. Pola yang berlangsung lama ini menimbulkan penderitaan yang

secara klinis bermakna atau hendaya fungsi social, pekerjaan, atau

area fungsi penting lain.

D. Pola ini stabil dan berlangung lama, dan onsetnya dapat dilacak

kembali setidaknya sampai masa remaja atau dewasa awal.

E. Pola yang berlangsung lama ini sebaiknya tidak disebabkan oleh

manifestasi atau akibat gangguan jiwa lain.

F. Pola yang berlangsung lama ini tidak disebabkan oleh efek

fisiologis langusng suatu zat (contoh: penyalahgunan obat, suatu

obat) atau keadaan medis umum (contoh: trauma kepala).1

2.2 Gangguan Kepribadian Dependen

Orang dengan gangguan kepribadian dependen menganggap

kebutuhan mereka sendiri tidak sepenting kebutuhan orag lain, membuat

orang lain bertanggung jawab terhadap hal penting di dalam

kehidupannya, tidak memiliki kepercayaan diri, dan mengaami

ketidaknyamanan yang hebat jika sendirian untuk periode lama.

Gangguan ini disebut kepribadian pasif-dependen. Freud menggambarkan

dimensi kepribadian oral-dependen yng ditandai dengan ketergantungan,

pesimisme, takut akan seksualitas, ragu pada diri sendiri, pasif, mudah

tersugesti, dan tidak memiliki kekerasan hati; gambarannya serupa

dengan kategorisasi gangguan kepribadian dependen pada DSM-IV-TR.1

2.2.1. Epidemiologi

Gangguan kepribadian dependen lebih lazim ditemukan pada

perempuan disbanding laki-laki. Satu studi mendiagnosis 2,5 persen

gangguan kepribadian yang masuk ke dalam kategori ini. Gangguan ini

Page 13: Paper Psikiatri Fix

13

lebih lazim ditemukan pada anak kecil dibandingkan anak yang lebih tua.

Orang dengan penyakit fisik kronis pada masa kanak-kanak mungkin

paling rentan terhadap gangguan ini.1

2.2.2. Etiologi

Banyak teori yang berkembang mengenai penyebab gangguan

kepribadian dependen. Penelitian terdahulu mengenai sifat orang dengan

gangguan kepribadian dependen dilakukan melalui psikoanalisis

(Bornstein, 1992, 1996). Sifat ini dikaitkan dengan pemberian ASI dan

penyapihan. Seseorang yang terikat pada fase oral akan terus-menerus

dependen pada dukungan orang lain. Diperkirakan tingginya sifat

dependen ini disebabkan oleh rasa frustasi atau terlalu puas pada fase

oral, penelitian ini menunjukkan hasil yang meyakinkan. (Bornstein,

1996).4

Penelitian telah menyebutkan dua pola pengasuhan yang

mengakibatkan tingginya ketergantungan pada anak-anak. Pertama, pola

pengasuhan otoriter dapat menciptakan kepribadian dependen. Hal ini

diakibatkan oleh pola pengasuhan dimana anak-anak tidak dapat belajar

dari trial and error. Yang kedua. Pola pengasuhan yang overprotective

juga dapat menciptakan kepribadian dependen pada anak. Sama seperti

pola pengasuhan otoriter, orang tua yang terlalu mengekang membuat

anak-anak percaya bahwa mereka tidak dapat melakukan apa-apa tanpa

bantuan, tuntunan dan dukungan dari orang lain. 4

2.2.3 Gambaran Klinis

Gambaran kepribadian dependen ditandai dengan pola pervasive

perilaku dependen dan patuh. Orang dengan gangguan ini tidak dapat

membuat keputusan tanpa nasehat dan peykinan yang berlebihan dari

orang lain. Mereka menghindari peletakan tanggung jawab dan menjadi

Page 14: Paper Psikiatri Fix

14

cemas jika diminta untuk menjalankan peran pemimpin. Mereka lebih

memilih untuk patuh. Mereka merasa sulit untuk berpegang teguh pada

tugas untuk diri sendiri, tetapi merasa mudah melakukan tugas ini untuk

orang lain.1

Karena orang dengan gangguan ini tidak suka sendirian, mereka

mencari orang lain tempat mereka dapat dependen; kemudian hubungan

mereka terganggu karena hubungan mereka untuk melekat dengan orang

lain. Di dalam folie a deux (gangguan psikotik bersama), salah satu dari

pasangan menderita gangguan kepribadian dependen; pasangan yang

patuh menerima system waham dari pasangan yang lebih agresif dan

asertif yang menjadi tempatnya dependen.1

Pesimisme, keraguan pada diri sendiri, pasif, dan rasa takut untuk

mengekspresikan perasaan agresif dan seksual, semuanya menjadi cirri

perilaku pasien dengan gangguan kepribadian dependen. Pasangan yang

menyiksa, tidak setia, atau alkoholik dapat ditoleransi untuk waktu yang

lama agar tidak menganggu rasa pelekatan tersebut.1

2.2.4. Diagnosa Banding

Ciri ketergantungan ditemukan pada banyak gangguan psikiatrik

sehingga diagnosis banding menjadi sulit. Ketergantungan adalah factor

yang menonjol pada pasien dengan gangguan kepribadian dependen

biasanya memiliki hubungan jangka panjang dengan satu orang,

bukannya sejumlah orang tempat mereka dependen, dan lebih kecil

kemungkinannya untuk bersikap manipulatif dengan jelas. Pasien dengan

gangguan kepribadian schizoid dan skizotipal kemungkinan tidak dapat

dibedakan dengan pasien gangguan kepribadian menghindar. Perilaku

dependen dapat ditemukan pada pasien dengan agoraphobia, tetapi

pasen ini cenderung memiliki tingkat ansietas nyata yang tinggi atau

bahkan panik.1

2.2.5.Kriteria Diagnostik

Page 15: Paper Psikiatri Fix

15

Kriteria diagnostic gangguan kepribadian dependen

berdasarkan DSM-IV-TR:

Kebutuhan yang berlebihan dan pervasive untuk diurus yang

menghasilkan perilaku “lengket” dan patuh serta takut akan perpisahan,

dimulai pada masa dewasa awal dan muncul pada berbagai konteks,

seperti yang ditunjukkan dengan lima (atau lebih) hal berikut:

(1) Memiliki kesulitan untuk membuat keputusan sehari-hari tanpa

nasehat dan peyakinan yang berlebihn dari orang lain

(2) Membutuhkan orang lain untuk mengambil tanggung jawab untuk

sebagian besar area utama di dalam kehidupannya

(3) Memiliki kesulitan untuk mengungkapkan ketidaksetujuan dengan

orang lain karena takut kehilangan dukungan atau persetujuan.

Catatan: Tidak termasuk rasa takut yang realistic akan ganti rugi

(retribusi)

(4) Memiliki kesulitan untuk memulai suatu proyek atau melakukan

sesuatu atas keinginan sendiri (karena tidak percaya diri di dalam

penilaian atau kemampuan, bukannya tidak ada motivasi atau

energy)

(5) Berlama-lama untuk mendapatkan pengasuhan dan dukungan dari

orang lain, sampai pada tingkat sukarela melakukan sesuatu yang

tidak menyenangkan

(6) Merasa tidak nyaman atau tidak berdaya jika sendirian karena rasa

takut yang berlebihan tidak mampu mengurus dirinya sendiri

(7) Segera mencari hubungan lain sebagai sumber perhatian dan

dukungan jika suatu hubungan berakhir

(8) Memiliki preokupasi yang tidak realistic akan rasa takut ditinggalkan

untuk mengurus dirinya sendiri1

Kriteria Diagnostik Gangguan Kepribadian Dependen Menurut

PPGDJ III:

Page 16: Paper Psikiatri Fix

16

Gangguan Kepribadian dengan ciri-ciri:

a) Mendorong atau membiarkan orang lain untuk mengambil sebagian

besar keputusan penting untuk dirinya

b) Meletakkan kebutuhan sendiri lebih rendah dari orang lain kepada

siapa ia dependen, dan kepatuhan yang tidak semestinya terhadap

keinginan mereka

c) Keengganan untuk mengajukan permintaan yang layak kepada

orang dimana tempat ia dependen

d) Perasaan tidak enak atau tidak berdaya apabila sendirian, karena

ketakutan yang dibesar-besarkan tentang ketidak mampuan

mengurus diri sendiri

e) Preokupasi dengan ketakutan kan ditinggalkan oleh orang yang

dekat dengannya, dan dibiarkan untuk mengurus dirinya sendiri

f) Terbatasnya kemampuan untuk membuat keputusan sehari-hari

tanpa mendapat nasehat yang berlebihan dan dukungan dari orang

lain

Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas.3

2.2.6.Perjalanan Gangguan dan Prognosis

Hanya sedikit yang diketahui mengenai perjalanan gangguan

kepribadian dependen. Terdapat kecenderungan adanya hendaya fungsi

pekerjaan karena orang dengan gangguan ini tidak memiliki kemampuan

untuk bertindak mandiri dan tanpa pengawasan yang ketat. Hubungan

sosial terbatas pada orang-orang tempat mereka dependen, dan dapat

menderita penganiayaan fisik serta mental karena mereka tidak dapat

menegaskan diri mereka sendiri. Mereka memilik risiko terkena gangguan

depresif berat jika mereka mengalami kehilangan orang tempat mereka

dependen, tetapi dengan terapi prognosisnya baik.1

2.2.7. Terapi

Page 17: Paper Psikiatri Fix

17

Dalam mengobati seseorang dengan gangguan kepribadian

dependen, penting sekali mengingat beberapa hal berkaitan dengan

rencana pengobatan dan proses intervensi. Pertama, orang-orang ini

dependen pada orang lain sehingga mereka juga akan memandang

seorang terapis sebagai orang yang dapat mereka andalkan (Sperry,

2003). 4

Selain itu, untuk membangun hubungan yang baik, sangat penting

untuk menunjukkan dukungan dan penerimaan. Hal itu sangat membantu

dalam membuat permulaan yang baik secara langsung dan dengan tata

cara yang terstruktur dengan tujuan untuk membuat sesi yang terfokus.

Seligman dan Reichenberg (2007) mencatat tujuan utamanya adalah

untuk mengembangkan kepercayaan diri, ekspresi diri serta kemampuan

mengatur diri sendiri di dalam konseling, agar kemudian karakter ini dapat

terwujud setelah terapi berakhir. Penghentian terapi akan sulit dan sangat

harus berhati-hati agar pasien tidak merasa terabaikan.4

Psikoterapi

Terapi gangguan kepribadian dependen sering dapat berhasil.

Terapi berorientasi tilikan memungkinkan pasien memahami akibat

perilaku mereka, dan dengan dukungan dari terapis, pasien dapat menjadi

mandiri, asertif, dan dapat mengandalkan diri sendiri. Terapi perilaku,

pelatihan ketegasan, terapi keluarga, dan terapi kelompok telah digunakan

semua, dengan hasil yang baik pada banyak kasus.1

Kesukaran terapi dapat timbul ketika terapis mendorong pasien

untuk mengubah dinamika hubungan patologis (contohnya, menyokong

istri yang dianiaya fisiknya untuk mencari pertolongan kepada polisi).

Pada saat ini, pasien dapat menjadi cemas dan tidak dapat bekerja sama

di dalam terapi; mereka dapat merasa terkoyak antara patuh dengan

terapis dan kehilangan hubungan eksternal yang patologis. Terapis harus

Page 18: Paper Psikiatri Fix

18

menunjukkan penghargaan yang besar terhadap perasaan pelekatan

pasien, tanpa memandang betapa patologisnya perasaan tersebut.1

Farmakoterapi

Farmakoterapi telah digunakan untuk menghadapi gejala

spesifik seperti ansietas dan depresi, yang merupakan gambaran yang

lazim ditemukan yang terkait dengan gangguan kepribadian

dependen. Pasien yang mengalami serangan panic atau memiliki

tingkat ansietas akan perpisahan yang tinggi dapat dibantu dengan

imipramine (trofanil). Benzodiazepin dan agen serotogenik juga telah

berguna. Jika depresi pasien atau gejala penarikan diri memberikan

respons terhadap pasikostimulan, obat tersebut dapat digunakan.1

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Gangguan kepribadian merupakan suatu gangguan berat pada

karakter dan kecenderungan perilaku pada individu. Gangguan tersebut

melibatkan beberapa bidang kepribadian dan berhubungan dengan

Page 19: Paper Psikiatri Fix

19

kekacauan pribadi dan sosial. Gangguan itu dapat disebabkan oleh faktor

hereditas dan pengalaman hidup pada awal masa kanak-kanak.

Salah satu jenis gangguan kepribadian adalah gangguan

kepribadian dependen. Gambaran kepribadian dependen ditandai dengan

pola pervasive perilaku dependen dan patuh. Orang dengan gangguan ini

tidak dapat membuat keputusan tanpa nasehat dan peykinan yang

berlebihan dari orang lain.

Terapi untuk gangguan kepribadian ini dapat berupa psikoterapi

dan juga farmakoterapi. Namun, hal yang paling mendasar adalah peran

dari orang-orang terdekat untuk mendukung perubahan pola perilaku

menjadi lebih baik.

3.2 Saran

1. Diharapkan para tenaga kesehatan baik yang di bidang pendidikan

maupun dilapangan secara langsung mampu melakukan dan menerapkan

ilmu diagnostik pada klien gangguan kepribadian dependen sesuai

dengan disiplin ilmu teori maupun praktik klinik secara komprehensif dan

berdasarkan evidence base .

2. Diharapkan para tenaga kesehatan dimanapun dan kapanpun

selalu bisa menjalian komunikasi dan koordinasi yang baik dengan klien,

keluarga dan tim medis lainnya demi tercapainya praktek kejiwaan yang

berkualitas dan dapat dipertanggung jawabkan

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan dan sadock. 2008. BUKU AJAR PSIKIATRI KLINIS.

Edisi 2. EGC : Jakarta (hal:366-370)

2. Erlina Sugi Haria dkk. 2012. GANGGUAN KEPRIBADIAN.

Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial. Bandung (Hal 5-14)

Page 20: Paper Psikiatri Fix

20

3. Rusdi Maslim. 2003. Buku Saku Diagnostik Gangguan Jiwa

Rujukan Ringkas PPDGJ-III. Nuh Jaya : Jakarta (hal:103)

4. Chasidy Faith. 2009. Dependent Personality Disorder: A Review

of Etiology and Treatment. (Hal 3-6)