Paper Kelompok 7 ASP Kelas B

19
AKUNTANSI RUMAH SAKIT 1. AKUNTANSI DANA RUMAH SAKIT Aplikasi akuntansi dana juga dapat kita lihat dalam praktik akuntansi di rumah sakit. Namun, harus disadari bahwa tidak semua rumah sakit adalah organisasi yang bersifat nirlaba. Beberapa rumah sakit dioperasikan sebagai layaknya perusahaan yang mencari laba, bahkan beberapa diantaranya melakukan penjualan sahamnya di pasar modal. Dalam kasus rumah sakit yang berorientasi laba, standar akuntansi yang diikuti adalah standar akuntansi keuangan yang digunakan untuk sektor komersial. Dalam hal ini dibahas bagaimana aturan dan prinsip-prinsip penggunaan akuntansi dana dalam rumah sakit di Amerika Serikat (AS). Dalam mengatur rumah sakit dibedakan menjadi dua, yaitu: a. Rumah Sakit yang Dikelola Pihak Swasta ( Private Hospital ) Dalam hal ini, pelaksanaan akuntansi yang dikembangkan oleh Financial Accounting Standards Board – FASB (Dewan Standar Akuntansi Keuangan) khususnya dalam pernyataan no.117 tentang Laporan Keuangan untuk Organisasi Nirlaba. b. Rumah Sakit yang Dikelola Pihak Pemerintah ( Public Hospital ) Dalam hal ini, pelaksanaan akuntansi dilaksanakan berdasarkan standar akuntansi yang dikembangkan oleh Govermenttal Accounting Standards Board – GASB (Dewan Standar Akuntansi Pemerintah). c. Rumah Sakit Sebagai BLU Standar Pelayanan dan Tarif Layanan Rumah Sakit Pelanggan baik eksternal maupun internal mempunyai keinginan- keinginan ataupun harapan terhadap jasa yang disediakan oleh rumah sakit. Mereka mempunyai persyaratan-persyaratan yang diharapkan dapat dipenuhi oleh rumah sakit. Namun demikian pelanggan eksternal sebagai pengguna jasa pelayanan

description

huivfinidhfuhvuhdcfhfhni

Transcript of Paper Kelompok 7 ASP Kelas B

Page 1: Paper Kelompok 7 ASP Kelas B

AKUNTANSI RUMAH SAKIT

1. AKUNTANSI DANA RUMAH SAKIT

Aplikasi akuntansi dana juga dapat kita lihat dalam praktik akuntansi di rumah sakit. Namun,

harus disadari bahwa tidak semua rumah sakit adalah organisasi yang bersifat nirlaba. Beberapa

rumah sakit dioperasikan sebagai layaknya perusahaan yang mencari laba, bahkan beberapa

diantaranya melakukan penjualan sahamnya di pasar modal. Dalam kasus rumah sakit yang

berorientasi laba, standar akuntansi yang diikuti adalah standar akuntansi keuangan yang digunakan

untuk sektor komersial.

Dalam hal ini dibahas bagaimana aturan dan prinsip-prinsip penggunaan akuntansi dana

dalam rumah sakit di Amerika Serikat (AS). Dalam mengatur rumah sakit dibedakan menjadi dua,

yaitu:

a. Rumah Sakit yang Dikelola Pihak Swasta (Private Hospital)

Dalam hal ini, pelaksanaan akuntansi yang dikembangkan oleh Financial Accounting

Standards Board – FASB (Dewan Standar Akuntansi Keuangan) khususnya dalam

pernyataan no.117 tentang Laporan Keuangan untuk Organisasi Nirlaba.

b. Rumah Sakit yang Dikelola Pihak Pemerintah (Public Hospital)

Dalam hal ini, pelaksanaan akuntansi dilaksanakan berdasarkan standar akuntansi

yang dikembangkan oleh Govermenttal Accounting Standards Board – GASB (Dewan

Standar Akuntansi Pemerintah).

c. Rumah Sakit Sebagai BLU

Standar Pelayanan dan Tarif Layanan Rumah Sakit Pelanggan baik eksternal maupun

internal mempunyai keinginan-  keinginan ataupun harapan terhadap jasa yang disediakan

oleh rumah sakit. Mereka mempunyai persyaratan-persyaratan yang diharapkan dapat

dipenuhi oleh rumah sakit. Namun demikian pelanggan eksternal sebagai pengguna jasa

pelayanan mengharapkan apa yang diinginkan dapat dipuaskan (customer satisfaction),

sedangkan tenaga profesi mengajukan persyaratan agar pelayanan yang disediakan

memenuhi standar profesi, sedangkan pihak manajemen menghendaki pelayanan yang

efektif dan efisien. Jadi mutu dapat dipandang dari berbagai sudut pandang

Pemerintah Daerah yang telah menjadi BLU/BLUD menggunakan standar pelayanan

minimum yang ditetapkan oleh menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota sesuai

dengan kewenangannya, harus mempertimbangkan kualitas layanan, pemerataan dan

kesetaraan layanan, biaya serta kemudahan untuk mendapatkan layanan. Dalam hal rumah

sakit pemerintah di daerah (RSUD) maka standar pelayanan minimal ditetapkan oleh kepala

daerah dengan peraturan kepala daerah. Standar pelayanan minimal tersebut harus

memenuhi persyaratan, yaitu :

Page 2: Paper Kelompok 7 ASP Kelas B

1.         Fokus pada jenis pelayanan, dalam arti mengutamakan kegiatan pelayanan yang

menunjang terwujudnya tugas dan fungsi BLU/BLUD;

2.         Terukur, merupakan kegiatan yang pencapaiannya dapat dinilai sesuai dengan standar

yang telah ditetapkan;

3.         Dapat dicapai, merupakan kegiatan nyata yang dapat dihitung tingkat pencapaiannya,

rasional sesuai kemampuan dan tingkat pemanfaatannya;

4.         Relevan dan dapat diandalkan, merupakan kegiatan yang sejalan, berkaitan dan dapat

dipercaya untuk menunjang tugas dan fungsi BLU/BLUD;

5.         Tepat waktu, merupakan kesesuaian jadwal dan kegiatan pelayanan yang telah

ditetapkan.

Rumah Sakit Pemerintah Daerah yang telah menjadi BLU/BLUD dapat memungut

biaya kepada masyarakat sebagai imbalan atas barang/jasa layanan yang diberikan. Imbalan

atas barang/jasa layanan yang diberikan tersebut ditetapkan dalam bentuk tarif yang disusun

atas dasar perhitungan biaya per unit layanan atau hasil per investasi dana. Tarif layanan

diusulkan oleh rumah sakit kepada menteri keuangan/menteri kesehatan/kepala SKPD sesuai

dengan kewenangannya, dan kemudian ditetapkan oleh menteri keuangan/kepala daerah

dengan peraturan menteri keuangan/peraturan kepala daerah. Tarif layanan yang diusulkan

dan ditetapkan tersebut harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

1.                  kontinuitas dan pengembangan layanan;

2.                  daya beli masyarakat;

3.                  asas keadilan dan kepatutan; dan

4.                  kompetisi yang sehat.

Penentuan tarif harus berdasar unit cost dan mutu layanan. Dengan demikian rumah

sakit pemerintah harus mampu melakukan penelusuran (cost tracing) terhadap penentuan

segala macam tarif yang ditetapkan dalam layanan. Selama ini  aspek penentuan tarif masih

berbasis anggaran ataupun subsidi pemerintah sehingga masih terdapat suatu cost

culture yang tidak mendukung untuk peningkatan kinerja atau mutu layanan. Penyusunan

tarif rumah sakit seharusnya berbasis pada unit cost, pasar (kesanggupan konsumen untuk

membayar dan strategi yang diipilih. Tarif tersebut diharapkan dapat menutup semua biaya,

diluar subsidi yang diharapkan. Yang perlu diperhatikan adalah usulan tarif jangan berbasis

pada prosentase tertentu namun berdasar pada kajian yang dapat dipertanggungjawabkan.

Secara umum tahapan penentuan tarif harus melalui mekanisme usulan dari setiap divisi

dalam rumah sakit dan aspek pasar dan dilanjutkan kepada pemilik. Pemilik rumah sakit

pemerintah adalah pemerintah daerah dan DPRD

•         Pengelolaan Keuangan

Adanya desentralisasi dan otonomi daerah dengan berlakunya UU tentang

Pemerintahan Daerah (UU No. 32 Tahun 2004, terakhir diubah dengan UU No. 12 Tahun

2008), UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, serta

Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 tentang Pedoman Umum Penyusunan APBD, kemudian

Page 3: Paper Kelompok 7 ASP Kelas B

PP No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, PP No. 24

Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, dan Permendagri No. 61 Tahun 2007

tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah, membuat

rumah sakit pemerintah daerah harus melakukan banyak penyesuaian khususnya dalam

pengelolaan keuangan maupun penganggarannya, termasuk penentuan biaya.

Dengan terbitnya PP No. 23 Tahun 2005, rumah sakit pemerintah daerah mengalami

perubahan menjadi BLU. Perubahan ini berimbas pada pertanggungjawaban keuangan tidak

lagi kepada Departemen Kesehatan tetapi kepada Departemen Keuangan, sehingga harus

mengikuti standar akuntansi keuangan yang pengelolaannya mengacu pada prinsip-prinsip

akuntabilitas, transparansi dan efisiensi. Anggaran yang akan disusun pun harus berbasis

kinerja (sesuai dengan Kepmendagri No. 29 Tahun 2002).

Penyusunan anggaran rumah sakit harus berbasis akuntansi biaya yang didasari dari

indikator input, indikator proses dan indikator output, sebagaimana diatur berdasarkan PP

No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, PMK No.

76/PMK.05/2008 tentang Pedoman Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan Badan Layanan

Umum, dan khusus untuk RSUD, pengelolaan keuangannya harus mengacu dan berdasarkan

Permendagri Permendagri No. 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan

Keuangan Badan Layanan Umum Daerah.

•         Pelaporan dan Pertanggungjawaban

BLU sebagai instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan

pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa

mengutamakan mencari keuntungan merupakan organisasi pemerintahan yang bersifat

nirlaba. Sesuai dengan Pasal 26 ayat (2) PP No. 23 Tahun 2005 yang menyebutkan bahwa

“Akuntansi dan laporan keuangan BLU diselenggarakan sesuai dengan Standar Akuntansi

Keuangan yang diterbitkan oleh asosiasi profesi akuntansi Indonesia”. Ketentuan ini

menimbulkan inkonsistensi, karena BLU merupakan badan/unit atau organisasi

pemerintahan yang seharusnya menggunakan PSAP atau Standar Akuntansi Pemerintahan

sebagaimana diatur menurut PP No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan, namun dalam PP No. 23 Tahun 2005 menggunakan PSAK (Standar

Akuntansi Keuangan) yang berasal dari IAI. Sebagai organisasi kepemerintahan yang

bersifat nirlaba, maka rumah sakit pemerintah daerah semestinya juga menggunakan SAP

bukan SAK.

Laporan keuangan rumah sakit pemerintah daerah merupakan laporan yang disusun

oleh pihak manajemen sebagai bentuk penyampaian laporan keuangan suatu entitas. Laporan

keuangan tersebut merupakan penyampaian informasi kepada pihak-pihak yang

berkepentingan terhadap entitas tersebut, sehingga isi pelaporan keuangan rumah sakit

pemerintah daerah harus mengikuti ketentuan untuk pelaporan keuangan sebagaimana diatur

menurut SAK, yaitu sebagai organisasi nirlaba (PSAK No. 45) dan menyanggupi untuk

laporan keuangannya tersebut diaudit oleh auditor independen. Laporan keuangan rumah

sakit yang harus diaudit oleh auditor independen.

Page 4: Paper Kelompok 7 ASP Kelas B

Adapun Laporan Keuangan rumah sakit pemerintah daerah sebagai BLU yang

disusun harus menyediakan informasi untuk:

1.    Mengukur jasa atau manfaat bagi entitas yang bersangkutan;

2.    Pertanggungjawaban manajemen rumah sakit (disajikan dalam bentuk laporan

aktivitas dan laporan arus kas);

3.    Mengetahui kontinuitas pemberian jasa (disajikan dalam bentuk laporan posisi

keuangan);

4.    mengetahui perubahan aktiva bersih (disajikan dalam bentuk laporan aktivitas).

Sehingga, laporan keuangan rumah sakit pemerintah daerah mencakup sebagai

berikut:

1. Laporan posisi keuangan (aktiva, utang dan aktiva bersih, tidak disebut neraca).

Klasifikasi aktiva dan kewajiban sesuai dengan perusahaan pada umumnya.

Sedangkan aktiva bersih diklasifikasikan aktiva bersih tidak terikat, terikat

kontemporer dan terikat permanen. Yang dimaksud pembatasan permanen adalah

pembatasan penggunaan sumber daya yang ditetapkan oleh penyumbang. Sedangkan

pembatasan temporer adalah pembatasan penggunaan sumber daya oleh penyumbang

yang menetapkan agar sumber daya tersebut dipertahankan sampai pada periode

tertentu atau sampai dengan terpenuhinya keadaan tertentu;

2.     Laporan aktivitas (yaitu penghasilan, beban dan kerugian dan perubahan dalan

aktiva bersih);

3.      Laporan arus kas yang mencakup arus kas dari aktivitas operasi, aktivitas investasi

dan aktivitas pendanaan;

4.   Catatan atas laporan keuangan, antara lain sifat dan jumlah pembatasan permanen

atau temporer, dan perubahan klasifikasi aktiva bersih.

Dalam hal konsolidasi laporan keuangan rumah sakit pemerintah daerah dengan

laporan keuangan kementerian negara/lembaga, maupun laporan keuangan pemerintah

daerah, maka rumah sakit pemerintah daerah sebagai BLU/BLUD mengembangkan sub

sistem akuntansi keuangan yang menghasilkan Laporan Keuangan sesuai dengan SAP (Pasal

6 ayat (4) PMK No. 76/PMK.05/2008 tentang Pedoman Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan

Badan Layanan Umum).

Berdasarkan PMK No. 76/PMK.05/2008 tentang Pedoman Akuntansi Dan Pelaporan

Keuangan Badan Layanan Umum dan sesuai pula dengan Pasal 27 PP No. 23 tahun 2005,

maka rumah sakit pemerintah daerah dalam rangka pertanggungjawaban atas pengelolaan

keuangan dan kegiatan pelayanannya, menyusun dan menyajikan:

1.    Laporan Keuangan; dan

2.     Laporan Kinerja.

Laporan Keuangan tersebut paling sedikit terdiri dari:

1.     Laporan Realisasi Anggaran dan/atau Laporan Operasional;

2.     Neraca;

Page 5: Paper Kelompok 7 ASP Kelas B

3.      Laporan Arus Kas; dan

4.      Catatan atas Laporan Keuangan

Laporan Keuangan rumah sakit pemerintah daerah tersebut sebelum disampaikan

kepada entitas pelaporan direviu oleh satuan pemeriksaan intern, namun dalam hal tidak

terdapat satuan pemeriksaan intern, reviu dilakukan oleh aparat pengawasan intern

kementerian negara/lembaga. Reviu ini dilaksanakan secara bersamaan dengan pelaksanaan

anggaran dan penyusunan Laporan Keuangan BLU. Sedangkan Laporan Keuangan tahunan

BLU diaudit oleh auditor eksternal.

Dalam akuntansi dana untuk rumah sakit, penyajian laporan informasi keuangan

mengharuskan pembentukan dana (fund) yang dibagi menjadi dua, yaitu:

Dalam akuntansi untuk rumah sakit, penyajian laporan informasi keuangan

mengharuskan pembentukan dana (fund) yang di bagi menjadi dua, yaitu :

Dana Tidak Terikat (Unrestricted Funds)

Dana Tidak Terikat (Unrestricted Funds) adalah dana yang tidak di batasi

penggunaannya pada suatu tujuan tertentu. Dana ini seperti halnya dana umum (General Fund)

di pemerintahan atau dana lancar tidak terikat (Unrestricted Current Fund) dalam akuntansi

universitas, yang di bentuk untuk menjalankan operasi organisasi sehari-hari.

Dana Terikat (Restricted Funds)

Dana Terikat (Restricted Funds) adalah dana yang di batasi penggunaannya pada suatu

tujuan tertentu yang biasanya muncul karena permintaan dari pihak ini di bedakan menjadi :

Dana Terikat Sementara Waktu (Temporarilly Restricted), yaitu dana dengan

pembatasan yang bersifat sementara.

Dana Terikat Permanen (Permanently Restricted Fund), yaitu dana dengan

pembatasan yang bersifat permanen.

Aktiva (asset) yang tergolong terikat dicatat pada dana Umum, sementara satu atau lebih

dana yang lain di gunakan untuk mencatat aktiva yang tercatat sementara waktu dan terikat

permanen. Tidak ada PSAK khusus yang mengatur standar akuntansi untuk rumah sakit. PSAK

yang paling cocok untuk sementara waktu digunakan adalah PSAK 45 tentang organisasi

nirlaba.

Berdasarkan PSAK 45, akuntansi RS tidak berdasarkan sistem dana, hanya dana tunggal.

Namun aktiva bersih RS dikategori berdasarkan tiga jenis:

1)   Dana tidak terikat

2)   Dana terikat sementara, yaitu dana dengan pembatasan yang bersifat sementara

3)   Dana terikat permanen, yaitu dana denga pembatasan yang bersifat permanen

Dana Umum

Dana umum (General fund) di gunakan untuk mencatat sumber daya/dana yang di

terima dan di belanjakan dalam menjalankan kegiatan operasional utama dari rumah

sakit. Dalam Dana Umum, direksi rumah sakit dapat menetapkan pembatasan berupa

penyisihan dana tersebut. Hal ini di sebabkan oleh karena dana yang di sisihkan berbeda

Page 6: Paper Kelompok 7 ASP Kelas B

dengan dana yang di batasi penggunanya. Penyisihan dana berasal dari inisiatif Internal

Direksi Rumah sakit, sedangkan pembatasan penggunaan dana berasal dari pihak

eksternal rumah sakit yang mensponsori dana tersebut.

Dana Terikat

Kelompok dana (Fund groups) yang di golongkan sebagai dana terikat di gunakan

untuk mencatat dana yang penggunaannya di batasi oleh donor atau pihak yang

mensponsori dana tersebut secara garis besar, seperti di jelaskan sebelumnya kelompok

dana terikat ini dapat di bagi menjadi dua yaitu :

yang pembatasannya bersifat sementara ini (temporary restricted)

yang pembatasannya yang bersifat tetap (permanently restricted).

2. LAPORAN KEUANGAN RUMAH SAKIT

Dalam laporan keuangan rumah sakit terdapat empat laporan keuangan utama yang dihasilkan

oleh proses akuntansi, yaitu:

1.    Neraca

Terdiri dari :

•        Aktiva dan utang diklasifikasi menjadi:

–                Aktiva lancar – aktiva tetap

–                Utang lancar – utang jangka panjang

•         Aktiva bersih (ekuitas) diklasifikasi berdasarkan:

–                Aktiva bersih tidak terikat

–                Aktiva bersih terikat temporer

–                Aktiva bersih terikat permanen

Neraca dalam rumah sakit tidak mempunyai perbedaan mendasar baik isi maupun proses

penyusunan dari sudut pandang ilmu akuntansi dibandingkan dengan neraca perusahaan yang

sering kita kenal disektor komersial namun demikian ada beberapa hal yang secara khusus

perlu diperhatikan antara lain:

a)      Kas

Jumlah kas yang tercatat dalam neraca tidak termasuk kas pada Dana Terikat yang tidak

dapat digunakan untuk kegiatan operasi.

b)      Piutang

Piutang harus dilaporkan pada jumlah yang diperkirakan dapat direalisasi.

c)      Investasi

Investasi awal dicatat pada harga perolehan pada saat pembelian, atau pada nilai wajar

pada saat penerimaan jika investasi diterima sebagai pemberian.

d)     Aktiva Tetap

Aktiva tetap dilaporkan bersama dengan akumulasi depresiasinya dalam Dana Umum.

Page 7: Paper Kelompok 7 ASP Kelas B

e)      Aktiva yang Disisihkan

Klasifikasi aktiva terikat (restricted assets) hanya diberikan pada dana yang

penggunaannya dibatasi oleh pihak eksternal rumah sakit yang mensponsori dana tersebut.

f)       Utang Jangka Panjang

Utang jangka panjang dilaporkan pada neraca.

g)      Saldo Dana

Sesuai dengan kaidah pembagian dana yang dijelaskan, saldo dana yang dimiliki oleh

rumah sakit dipisahkan menjadi tiga macam yaitu: terikat, terikat sementara waktu, dan

terikat permanen.

2.    Laporan Operasi

Untuk rumah sakit, hasil dari kegiatan operasinya dilaporkan dalam Laporan Operasi

(Statement of Operations). Laporan ini mencakup tentang pendapatan, beban, untung dan

rugi, serta transaksi lainnya yang mempengaruhi saldo dana selama periode berjalan. Dalam

laporan operasi harus dinyatakan suatu indikator kinerja seperti halnya laba bersih dalam

perusahaan, yang melaporkan hal kegiatan operasi rumah sakit selama periode berjalan.

Indikator kinerja ini harus mencakup baik laba ataupun rugi operasi selama periode berjalan

maupun laba langsung yang diperoleh selama operasi berjalan. Perubahan lain dari saldo dana

selama periode berjalan harus dilaporkan setelah indikator kinerja.

Berikut adalah pos-pos lain yng jga perlu menjadi perhatian:

a.         Pendapatan Jasa Pasien

Pendapatan jasa pasien dihitung dari jumlah bruto dengan menggunakan tarif standar.

Jumlah tersebut kemudian di kurangi dengan penyesuaian kontraktual (contractual

adjusments) menjadi Pendapatan Bersih Jasa Pasien. (Pendapatan Bersih jasa pasien =

pendapatan jasa pasien bruto – penyesuaian kontraktual)

b.        Penyesuaian Kontraktual

Penyesuaian kontraktual berasal dari keterlibatan pihak ketiga dalam proses penggantian

pembayaran medis. Perusahaan asuransi biasanya mengganti kurang dari jumlah tarif standar

penuh untuk jasa medis yang disediakan bagi pasien yang menjadi tanggunan asuransi.

Meskipun rumah sakit memiliki tarif standar untuk jasa yang diberikan, namun rumah sakit

menjalin kontrak dengan pembayar pihak ketiga di mana rumah sakit menerima jumlah

pembayaran yang lebih rendah untuk jasa tersebut.

c.         Pendapatan dari Kegiatan Lainnya

Pendapatan dari kegiatan lain mencerminkan pendapatan dari sumber-sumber bukan

pasien, seperti kantin dan sewa parkir. Pendapaatan ini biaaanya mencerminkan jumlah

bersih dari operasinya, jadi bukan jumlah brutonya.

d.        Transfer Antar dana

Tidaklah tepat untuk tetap mengelola aktiva dalam Dana Terikat ketika persyaratan

yang ditetapkan oleh pihak sponsor atau donor sudah terpenihi. Dalam hal ini aktiva tersebut

harus ditransfer dari Dana Terikat ke Dana Tidak Terikat. Untuk tujuan pelaporan keuangan,

Page 8: Paper Kelompok 7 ASP Kelas B

transfer antar dana ini dilaporkan dalam Laporan Operasi sebagai “Pelepasan Saldo Dana”

dan ditunjukkan sebagai penambahan atas Dana Tidak Terikat.

Contoh Pendapatan:

1.    Pendapatan operasioal rawat jalan: karcis umum dan karcis spesialis.

2.    Pendapatan operasional rawat inap: akomodasi dan visite.

3.    Pendapatan tindakan medis: tindakan medik, dan tindakan keperawatan

4.    Pendapatan operasional unit penunjang: rasiologi, laboratorium, fisioterapi, farmasi, dan

rehab medik.

e.    Beban Dana Umum

Beban-beban dalam Dana Umum diakui secara akrual, seperti halnya pada entitas

komersial.

Contoh beban :

•        Biaya pelayanan: bahan, jasa pelayanan, pegawai, penyusutan, pemeliharaan,

asuransi, langganan dan daya, pelatihan, dan penelitian.

•         Biaya umum dan administrasi: pegawai, administrasi kantor, penyusutan,

pemelihataan, langganan dan daya, pelatihan, dan penelitian

f.     Sumbangan

Sumbangan (donasi) dibagi menjadi donasi yang terbentuk jasa dan berbentuk aktiva.

Karena sering kali sulit untuk menetapkan nilai dari donasi yang berbentuk jasa, maka nilai

dari donasi ini biasanya tidak dicatat. Namun, jika terdapat kebutuhan untuk melakukan

pencatatan, maka perkiraan nilai dari donasi jasa dicatat sebagai sumbangan yang langsung

diikuti dengan beban dalam jumlah yang sama. Sedangkan donasi yang berbentuk aktiva

dilaporkan pada nilai wajar pada tanggal diterimanya sebagai sumbangan jika donasi aktiva

ini penggunaannya dibatasi oleh pihak sponsor atau donor maka dilaporkan dalam Dana

Terikat Sementara atau Dana Terikat Permanen. Ketika pembatasannya sudah tidak berlaku

lagi, maka dilakukan transfer dari Dana Terikat ke Dana Umum.

3.    Laporan Perubahan Aktiva Bersih

Laporan ini menyajikan perubahan dalam ketiga kategori aktiva bersih yang Tidak Terikat,

Terikat Sementara, dan terikat Permanen.

4.    Laporan Arus Kas

Format dari laporan ini serupa dengan yang digunakan untuk entitas komersial. Laporan

arus kas terdiri dari:

1.      Aktivitas operasi

2.      Aktivitas investasi

3.      Aktivitas pendanaan

5.    Catatan Atas Laporan Keuangan

Terdiri dari :

1.    Gambaran umum RS

2.    Iktisar kebijakan akuntansi

3.    Penjelasan pos-pos laporan keuangan

Page 9: Paper Kelompok 7 ASP Kelas B

Ditjen Pelayanan Medit Depkes membuat ketentuan akuntansi, khususnya bagi RS yang

sudah menjadi BLU (Badan Layanan Umum). Pedoman akuntansi RS ini berisi 10 bab:

1.    Pendahuluan

2.    Laporan Keuangan

3.    Akuntansi Aktiva

4.    Akuntansi Kewajiban

5.    Akuntansi Aktiva Bersih (Ekuitas)

6.    Akuntansi Perubahan Aktiva Bersih

7.    Laporan Arus Kas

8.    Catatan Atas Laporan Keuangan

9.    Ilustrasi Laporan Keuangan

10.  Rasio Keuangan

1. SIKLUS TRANSAKSI RUMAH SAKIT

Siklus transaksi rumah sakit, yaitu siklus pendapatan, siklus pengeluaran, siklus pelayanan,

dan siklus keuangan, dan siklus pelaporan keuangan, seperti tergambar dalam ilustrasi di bawah ini.

•         Siklus pendapatan terkait dengan pemberian jasa pelayanan rumah sakit kepada pasien atau

pihak lain dan penerimaan pembayaran pasien atau tagihan dari pihak lain.

•         Siklus pengeluaran terkait dengan pengadaan barang dan/atau jasa dari pihak lain dan

pelunasan utang dan kewajibannya.

•         Siklus produksi/pelayanan terkait dengan transformasi sumber daya rumah sakit menjadi

jasa pelayanan rumah sakit.

•         Siklus keuangan terkait dengan perolehan dan pengelolaan capital fund (dana modal),

seperti modal kerja (sumber dana kas atau dana likuid lainnya) dan sumber dana jangka

panjang.

•         Siklus pelaporan keuangan tidak terkait dengan siklus operasi (operating cycle) sebagaimana

empat siklus pertama di atas. Siklus ini memperoleh data operasi dan akuntansi dari siklus

yang lain dan memprosesnya menjadi laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi

berterima umum.

A.    Siklus Pendapatan

Siklus pendapatan (revenue cycle) di RSUD A terdiri dari beberapa fungsi seperti

pemberian jasa pelayanan rumah sakit kepada pasien, penerimaan kas, dan pengelolaan piutang.

a)   Pemberian Pelayanan

Fungsi pemberian pelayanan rumah sakit (usaha) terdiri dari sub fungsi pelayanan medis dan

pelayan non medis dan uraiannya sebagai berikut:

Pelayanan medis yang terbagi lagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu:

1.   pelayanan medis yaitu jasa yang terkait langsung dengan pelayanan dokter kepada masyarakat.

2.   pelayanan keperawatan yaitu jasa yang terkait langsung dengan pelayanan keperawatan kepada

masyarakat.

3.   penunjang medis yaitu jasa yang berfungsi sebagai pendukung di dalam peningkatan mutu

pelayanan kesehatan kepada masyarakat, yaitu:

penunjang medis yang berhubungan dengan pasien

a)         Farmasi

b)         Laboratorium

c)         Fisioterapi

Page 10: Paper Kelompok 7 ASP Kelas B

d)         Radiologi

e)         Pemulasaran jenazah

f)          Central Sterile Supply Department (CSSD)

g)         Operatie Khamer (OK)

h)         Hemodialisis

  penunjang medis yang tidak berhubungan dengan pasien

a)       Instalasi Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit (IPSRS)

b)       Sistem Informasi Manajemen

c)       Laundry

Pelayanan non-medis yaitu jasa yang berfungsi di dalam peningkatan mutu kinerja rumah

sakit, namun tidak terkait secara langsung dengan pelayanan kesehatan kepada masyarakat,

misalnya administrasi.

1.   Penerimaan Kas

Sumber penerimaan kas rumah sakit yang terkait dengan operasi rumah sakit terdiri dari tiga

bagian, yaitu:

Penerimaan hasil usaha rumah sakit

Pendapatan operasional

pendapatan rawat jalan;

pendapatan rawat inap;

pendapatan tindakan medis;

pendapatan penunjang medis;

pendapatan operasional lainnya.

Penghasilan non operasional

pendapatan jasa lembaga keuangan;

pendapatan kerja sama operasi (KSO);

pendapatan sewa

Penerimaan hibah

Penerimaan anggaran APBN/D

2.      Pengelolaan Piutang

Fungsi pengelolaan piutang tidak terlepas dari fungsi pemberian jasa pelayanan dan mencakup

sub fungsi penerimaan kas dari pencairan piutang, penagihan, dan sub fungsi piutang usaha itu

sendiri yang bertugas memelihara informasi piutang pasien/ pihak lain secara berkelanjutan.

B.     Siklus Pengeluaran

Siklus pengeluaran (expenditure cycle) di RSUD A mencakup fungsi-fungsi yang terkait

dengan pengadaan barang dan atau jasa yang digunakan oleh rumah sakit dalam menjalankan

usahanya. Fungsi dalam siklus ini terdiri dari proses seleksi pemasok (vendor selection),

permintaan pembelian (requisitioning), pembelian (purchasing), utang usaha (accounts payable),

dan akuntansi pengupahan (payroll accounting).

Page 11: Paper Kelompok 7 ASP Kelas B

a.)    Pembelian

Pembelian/pengadaan barang dan jasa di rumah sakit mengacu pada Peraturan Presiden Nomor

54 tahun 2010 dan peraturan perubahannya, serta Peraturan Bupati A nomor XX tahun 20XX.

Pengadaan barang dan jasa yang sumber dananya berasal dari:

a.       APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah);

b.      APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara).

Menggunakan dasar Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010, sedangkan pengadaan barang

dan jasa yang sumber dananya dari:

a.       Pendapatan jasa layanan/ operasional;

b.      Hibah tidak terikat;

c.       Hasil kerjasama/ KSO dengan pihak lain; dan

d.      Pendapatan lain-lain RSUD A yang sah.

Menggunakan dasar Peraturan Bupati nomor XX tahun 20XX yang berdasarkan ketentuan

pasal XXX, Permendagri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan

BLUD.

1.Jenis pengadaan barang/jasa

1.Pengadaan barang/jasa yang memerlukan penyedia barang/ jasa

Pengadaan Barang

Pengadaan Jasa Pemborongan

Pengadaan Jasa Konsultasi

Pengadaan Jasa Lainnya

2.Pelaksanaan pengadaan barang/jasa dengan swakelola

2.Metoda pemilihan penyedia barang/jasa pemborongan/jasa lainnya terdiri dari

1.pelelangan umum

2.pelelangan terbatas

3.pemilihan langsung,

4.penunjukan langsung.

b.)    Pengelolaan Utang

Fungsi pengelolaan utang bertugas untuk melakukan pembayaran kepada rekanan/pemasok.

Untuk dapat memastikan bahwa pelunasan utang sesuai dengan dokumen-dokumen yang

terkait dengan pembelian, perlu dilakukan matching process, yaitu semua dokumen

dikumpulkan, diverifikasi, dan ditelaah sebelum dilakukan pembayaran.

c.)    Pengupahan

Sistem pengupahan melibatkan seluruh payroll process dan personnel reporting dan

menyajikan informasi terkait dengan personalia, seperti ketrampilan pegawai, pajak, dan

potongan-potongan karyawan. Sistem pengupahan RSUD A mencakup pegawai tetap yang

sekaligus merupakan Pegawai Negeri Sipil dan pegawai tidak tetap (honorer daerah dan

kontrak) dengan remunerasi dalam bentuk gaji, insentif, dan/atau honor.

Page 12: Paper Kelompok 7 ASP Kelas B

B.     Siklus Produksi/Pelayanan

Di dalam perusahaan manufaktur salah satu siklus akuntansi adalah siklus produksi,

sedangkan dalam bidang jasa siklus ini identik dengan siklus pelayanan. Siklus pelayanan di

RSUD A mencakup pengelolaan pelayanan, pengelolaan persediaan, akuntansi biaya, dan

akuntansi aset.

1.      Pengelolaan Pelayanan

Pengelolaan pelayanan dalam rumah sakit terkait sekali dengan sistem akuntansi biaya.

Khusus untuk RSUD A, unit cost (sistem biaya per unit) menjadi pilihan dalam penerapan sistem

akuntansi biaya. Dalam unit cost ini, biaya yang terjadi di rumah sakit didistribusikan ke setiap

pelayanan yang diberikan kepada pasien.

2.      Pengelolaan Persediaan

Pengelolaan persediaan di RSUD A berfokus pada serangkaian pencatatan persediaan dan

laporannya terkait dengan penggunaan persediaan, saldo akhir persediaan, dan tingkat

persediaan minimum ataupun maksimum. Untuk itu, penentuan saat pemesanan kembali barang

untuk menjaga ketersediaan barang (reorder point) dan prosedurnya disusun agar biaya

penyimpanan persediaan dapat diminimalkan.

3.Pengelolaan Aset Tetap

Pengelolaan aset tetap terkait dengan 1) pencatatan yang memadai mengenai deskripsi aset,

biaya perolehan, dan lokasi penempatan aset tersebut; 2) penghitungan penyusutan untuk

keperluan akuntansi dan pajak; 3) dan manajemen laporan terkait dengan rencana dan

pengendalian untuk setiap jenis aset.

C.    Siklus Keuangan

Sebagaimana telah diuraikan di sub bab sebelumnya, siklus keuangan terkait dengan

perolehan dan pengelolaan capital fund (dana modal), seperti modal kerja (sumber dana kas atau

dana likuid lainnya) dan sumber dana jangka panjang.

·         Pengelolaan Kas Masuk

Kas di RSUD A merupakan harta rumah sakit yang paling likuid dan memerlukan

pengendalian yang sangat ketat. Pengelolaan kas masuk mencakup fungsi penyetoran penerimaan,

sentralisasi penanganan kas, dokumentasi bukti pendukung, dan pemisahan fungsi pencatatan dan

penyimpanan kas.

·         Pengelolaan Kas Keluar

Pengelolaan kas keluar memfokuskan pada pemeriksaan bukti kas keluar dan pemisahan

fungsi otorisasi dan pembayaran.

D.    Siklus Pelaporan Keuangan

Sebagaimana dijelaskan di sub bab di awal, siklus pelaporan keuangan tidak terkait dengan

siklus operasi yang terdiri dari keempat siklus di atas. Laporan keuangan, yang merupakan

bentuk pertanggungjawaban pengelolaan keuangan di RSUD A, dihasilkan dari siklus ini

menjadi sebuah rerangka (framework) dalam melakukan analisis terhadap usaha rumah sakit.