Paper Kelompok 3

25
TUGAS MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KEIMANAN DAN KETAKWAAN NAMA KELOMPOK : DHIKA RINO P 26020210130115 ANNISA TAKARINA S 26020210130078 MOCHAMAD IQBAL HERWATA PUTRA 26020210110066 THESYANDRA MIRA ANISSABELLA RIG 26020210120061 EKO YULIAN SETIAWAN 26020210130094 PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Transcript of Paper Kelompok 3

Page 1: Paper Kelompok 3

TUGAS MATA KULIAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

KEIMANAN DAN KETAKWAAN

NAMA KELOMPOK :

DHIKA RINO P 26020210130115

ANNISA TAKARINA S 26020210130078

MOCHAMAD IQBAL HERWATA PUTRA 26020210110066

THESYANDRA MIRA ANISSABELLA RIG 26020210120061

EKO YULIAN SETIAWAN 26020210130094

PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI

JURUSAN ILMU KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2013

Page 2: Paper Kelompok 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara etimologis, iman merupakan suatu keadaan sikap seseorang. Sedangkan secara

umum iman dikatakan percaya. Maksudnya percaya yang menunjukan sikap yang terdapat

di dalam hati. Orang yang percaya kepada Allah SWT dan lainnya yang tersebut di dalam

rukum iman, walaupun dalam sikap keseharian tidak mencerminkan ketaatan atau kepatuhan

(taqwa) kepada yang telah dipercayainya, masih bisa disebut dengan orang yang beriman.

Hal ini disebabkan karena keyakinan setiap manusia yang mengetahui urusan hatinya hanya

Allah SWT yang mengetahui isi hatinya. Yang penting bagi mereka, mereka sudah

mengucapkan dua kalimat syahadat dan telah menjadi Islam.

Di dalam surat Al – Baqoroh : 165 dikatakan bahwa orang yang beriman adalah orang

yang amat sanagt cinta kepada Allah SWT beserta ajaran – Nya (asyaddu hubban lillah).

Oleh karena itu, orang yang beriman kepada Allah SWT berarti orang yang sangat amat

rindu terhadap ajaran Allah SWT, yaitu yang terdapat dalam Al – Quran dan sunnah Rosul.

Sedangkan dalam hadits yang diriwayatkan menurut Ibnu Majah Atthabrani, iman

merupakan tambatan hati yang diikrarkan dengan lisan dan dilanjutkan dengan amal

perbuatan (Al – iimaanu ’aqdun bil qalbi waiqraarun bilisaani wa’amalun bil arkaan).

1.2 Rumusan Masalah

1. Pengertian, wujud, dan pengaruh keimanan.

2. Terbentuknya iman dan tanda orang beriman.

3. Pengertian dan fungsi takwa.

4. Peran iman dan takwa dalam menjawab problem modern.

1.3 Tujuan

1. Mahasiswa diharapkan mengetahui pengertian keimanan dan ketakwaan.

2. Mahasiswa diharapkan mengetahui fungsi dari keimanan dan ketakwaan dalam

menjawab problem modern.

Page 3: Paper Kelompok 3

BAB II

ISI

1.1 Pengertian Keimanan

Berbicara tentang iman, tentu berbicara tentang keyakinan. Maka secara mutlak

orientasi pembahasan dititik beratkan pada jiwa seseorang atau lazimnya di

sebut “qalbu”. Hati merupakan pusat dari satu keyakinan, kita semua sepakat bahwa dalam

diri manusia terdapat dua unsur pokok kejadian, terbentuknya jazad dan rohani, apabila

keduanya pincang atau salah satu di antaranya kurang, maka secara mutlak tidak mungkin

terbentuk makhluk yang bernama manusia.

Iman menurut bahasa adalah membenarkan dengan hati atau percaya, sedangkan

menurut syara’ iman itu bukanlah suatu angan-angan akan tetapi apa yang telah mantap

dalam hati dan dibuktikan lewat amal perbuatan. Hal ini tercermin dalam salah satu hadis

Nabi yang berikut ini:

Terjemahnya:

“Iman itu bukanlah dengan angan-angan tetapi apa yang telah mentap di dalam hatimu

dan dibuktikan kebenarannya dengan amal”.

Dalam Ensiklopedia Nasional Indonesia dikatakan bahwa:

“Iman secara bahasa berasal dari kata anamah yang berarti menganugrahkan rasa aman

dan ketentraman, dan yang kedua masuk ke dalam suasana aman dan tentram, pengertian

pertama ditunjukkan kepada Tuhan, karena itu salah satu sifat Tuhan yakni, al-

Makmun, yaitu Maha Memberi keamanan dan ketentraman kepada manusia melalui agama

yang diturunkan lewat Nabi. pengertian kedua dikaitkan dengan manusia. Seorang mukmin

(orang yang beriman) adalah mereka memasuki dalam suasana aman dan tentram menerima

prinsip yang telah ditetapkan Tuhan”.

Iman secara bahasa berarti at-tashdiiq (pembenaran), sebagaimana firman Allah ta’al

Artinya: ”Mereka berkata: "Wahai ayah kami, sesungguhnya kami pergi berlomba-lomba

dan kami tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami, lalu dia dimakan serigala; dan

kamu sekali-kali tidak akan percaya kepada kami, sekalipun kami adalah orang-orang yang

benar."

Page 4: Paper Kelompok 3

Kebanyakan orang menyatakan bahwa kata iman berasal dari kata kerja amina-

yu’manu-amanan yang berarti percaya.Oleh karena itu, iman yang berarti percaya menunjuk

sikap batin yang terletak dalam hati.Akibatnya, orang yang percaya kepada Allah dan

selainnya seperti yang ada dalam rukun iman, walaupun dalam sikap kesehariannya tidak

mencerminkan ketaatan dan kepatuhan (taqwa) kepada yang telah dipercayainya, masih

disebut orang yang beriman.Hal itu disebabkan karena adanya keyakinan mereka bahwa

yang tahu tentang urusan hati manusia adalah Allah dan dengan membaca dua kalimah

syahadat telah menjadi Islam.

Dalam surah al-Baqarah ayat 165 dikatakan bahwa orang yang beriman adalah orang

yang amat sangat cinta kepada Allah (asyaddu hubban lillah).

Artinya: “Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-

tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun

orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah.Dan jika seandainya orang-

orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat),

bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya

(niscaya mereka menyesal).”

Oleh karena itu beriman kepada Allah berarti amat sangat rindu terhadap ajaran Allah,

yaitu Al-Quran menurut Sunnah Rasul. Hal itu karena apa yang dikehendaki Allah, menjadi

kehendak orang yang beriman, sehingga dapat menimbulkan tekad untuk mengorbankan

segalanya dan kalau perlu mempertaruhkan nyawa.

Dari beberapa keterangan di atas, maka dapatlah ditarik kesimpulan sebagai bahan

referensi bahwa pengertian bahwa iman adalah keyakinan yang kuat dan kepercayaan penuh

terhadap suatu subjek, gagasan dan doktrin. Dengan kata lain, tidaklah sempurna iman

seseorang kalau hanya menyakini dengan hati tanpa dibarengi dengan amal perbuatan.

1.2 Wujud Keimanan

Akidah Islam dalam al-Qur’an disebut iman. Iman bukan hanya berarti percaya,

melainkan keyakinan yang mendorong seorang muslim untuk berbuat. Oleh karena itu

lapangan iman sangat luas, bahkan mencakup segala sesuatu yang dilakukan seorang muslim

yang disebut amal saleh.

Seseorang dinyatakan iman bukan hanya percaya terhadap sesuatu, melainkan

kepercayaan itu mendorongnya untuk mengucapkan dan melakukan sesuatu sesuai dengan

Page 5: Paper Kelompok 3

keyakinan.Karena itu iman bukan hanya dipercayai atau diucapkan, melainkan menyatu

secara utuh dalam diri seseorang yang dibuktikan dalam perbuatannya.

Akidah Islam adalah bagian yang paling pokok dalam agama Islam.Ia merupakan

keyakinan yang menjadi dasar dari segala sesuatu tindakan atau amal. Seseorang dipandang

sebagai muslim atau bukan muslim tergantung pada akidahnya. Apabila ia berakidah Islam,

maka segala sesuatu yang dilakukannya akan bernilai sebagai amaliah seorang muslim atau

amal saleh. Apabila tidak beraqidah, maka segala amalnya tidak memiliki arti apa-apa,

kendatipun perbuatan yang dilakukan bernilai dalam pendengaran manusia.

Akidah Islam atau iman mengikat seorang muslim, sehingga ia terikat dengan segala

aturan hukum yang datang dari Islam. Oleh karena itu menjadi seorang muslim berarti

meyakini dan melaksanakan segala sesuatu yang diatur dalam ajaran Islam. Seluruh

hidupnya didasarkan pada ajaran Islam.

Wujud Iman menurut Hasan Al-Bana di antaranya:

1. Ilahiyah: Hubungan dengan Allah

2. Nubuwwah: Kaitan dengan Nabi, Rasul, kitab, dan mukjizat

3. Ruhaniyah: Kaitan dengan alam metafisik; Malaikat, Jin, Syetan, Ruh

4. Sam’iyah: Segala sesuatu yang bisa diketahui melalui sam’i

1.3 Pengaruh Keimanan dan Proses Terbentuknya Iman

Berbagai pengaruh terhadap seseorang akan mengarahkan iman/kepribadian

seseorang, baik yang datang dari lingkungan keluarga, masyarakat, pendidikan, maupun

lingkungan termasuk benda-benda mati seperti cuaca, tanah, dan lingkungan flora serta

fauna. Pengaruh pendidikan keluarga secara langsung maupun tidak langsung, baik

disengaja maupun yang tidak disengaja amat berpengaruh terhadap keimanan seseorang.

Pada dasarnya, proses pembentukan iman diawalin dengan proses perkenalan,

kemudian meningkat menjadi senang atau benci. Disamping proses pengenalan, proses

pembiasaan juga perlu diperhatikan, karena tanpa pembiasaan, seseorang bisa saja semula

benci berubah menjadi senang. Seseorang anak harus dibiasakan untuk melaksanakan apa

yang diperintahkan Allah dan menjauhi larangan-Nya, agar kelak dewasa nanti menjadi

senang dan terampil dalam meleksanakan ajaran-ajaran Allah.

Page 6: Paper Kelompok 3

Terbentuknya iman seseorang berasal dari prinsip engan mengemukakan implikasi

metodologinya,yaitu:

Prinsip pembinaan berkesinambungan.

Proses pembentukan iman adalah suatu proses yang penting, terus-menerus, dan

tidak berkesudahan. Belajar adalah suatu proses yang memungkinkan orang semakin

lama semakin bersikap selektif. Implikasinya ialah diperlukan motimasi sejak kecil

dan berlangsung seumur hidup.

Prinsip internalisasi dan individuasi.

Suatu nilai antara lain iman dapat lebih mantap terjelma dalam bentuk tingkah

laku tertentu, apabila anak didik diberi kesempatan untuk menghayati melalui suatu

peristiwa internalisasi dan individuasi. Melalui pengalaman penghayatan pribadi,

manusia secara lebih wajar dan amaliah, dibandingkan bilamana nilai tersebut

langsung ditanamkan pada anak didik sebagi suatu produk akhir semata-mata.

Implikasi metodologinya ialah pendekatan unyuk membentuk tingkah laku yang

mewujudkan nilai-nilai iman tidak dapat hanya mengutamakan nilai-nilai itu dalam

bentuk tetapi juga harus mementingkan proses dan cara pengenalan nilai hidup

tersebut.

Prinsip sosialisasi.

Pada umumnya nilai-nilai hidup baru benar-benar mempunyai arti apabila telah

memperoleh dimensi sosial. Oleh karena itu bentuk tingkah laku terpola baru teruji

secara tuntas bilamana sudah diterima secara sosial.

Implikasi metodologinya ialah bahwa usaha pembentukkan tingkah laku

mewujudkan nilai iman hendaknya tidak diukur dari keberhasilan terbatas pada tingkat

individualbya.

Prinsip konsistensi dan koherensi.

Nilai iman lebih mudah tumbuh terakselerasi, apabila sejak semula ditangani

secara konsisten, yaitu secara tetap dan konsekuen, serta secara koheren,yaitu tanpa

mengendung pertentanagn antara nilai yang satu dengan nilai lainnya.

Implikasi metodologinya bahwa usaha yang dikembangkan untuk mempercepat

tumbuhnya tingkah laku yang mewujudkan nilai iman hendaknya selalu konsisten dan

koheren.

Page 7: Paper Kelompok 3

Prinsip integrasi

Hakikat kehidupan sebagai totalitas, senantiasa menghadapkan setiap pada

problematika kehidupan yang menuntut pendekatan yang luas dan menyeluruh. Begitu

pula dengan setiap bentuk nilai hidup yang berdimensi sosial. Oleh karena itu tingkah

laku yang dihubungkan dengan nilai iman tidak dapat dibentuk terpisah-pisah. Makin

integral pendekatan seseorang terhadap kehidupan , makin fungsional pula hubungan

setiap bentuk tinghah laku yang berhubungan dengan nilai iman yang dipelajari.

Implikasi metodologinya ialah agar nilai iman hendaknya dapat dipelajari

seseorang tidak sebagai ilmu dan keterampilan tingkah laku yang terpisah-pisah, tetapi

melalui pendekatan yang integratif, dalam kaitan problematik kehidupan yang nyata.

1.4 Tanda Orang Beriman

Al-Qur’an menjelaskan tanda-tanda orang yang beriman sebagai berikut:

1. Jika disebut nama Allah, maka hatinya bergetar dan berusaha agar ilmu Allah tidak

lepas dari syaraf memorinya, serta jika dibacakan ayat al-Qur’an, maka bergejolak

hatinya untuk segera melaksanakannya (al-Anfal: 2). Dia akan memahami ayat yang

tidak dia pahami.

2. Senantiasa tawakal, yaitu bekerja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah, diiringi

dengan doa, yaitu harapan untuk tetap hidup dengan ajaran Allah menurut Sunnah

Rasul (Ali Imran: 120, al-Maidah: 12, al-Anfal: 2, at-Taubah: 52, Ibrahim: 11,

Mujadalah: 10, dan at-Taghabun:13).

3. Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu menjaga pelaksanaannya (al-Anfal: 3

dan al-Mu’minun: 2, 7). Bagaimanapun sibuknya, kalau sudah masuk waktu shalat,

dia segera shalat untuk membina kualitas imannya.

4. Menafkahkan rezki yang diterimanya (al-Anfal: 3 dan al-Mukminun:4). Hal ini

dilakukan sebagai suatu kesadaran bahwa harta yang dinafkahkan di jalan Allah

merupakan upaya pemerataan ekonomi, agar tidak terjadi ketimpangan antara yang

kaya dengan yang miskin.

5. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan (al-

Mukminun: 3,5). Perkataan yang bermanfaat atau yang baik adalah yang berstandar

ilmu Allah, yaitu al-Qur’an menurut Sunnah Rasulullah.

Page 8: Paper Kelompok 3

6. Memelihara amanah dan menepati janji (al-Mukminun: 6). Seorang mu’min tidak

akan berkhianat dan dia akan selalu memegang amanah dan menepati janji.

7. Berjihad di jalan Allah dan suka menolong (al-Anfal:74). Berjihad di jalan Allah

adalah bersungguh-sungguh dalam menegakkan ajaran Allah, baik dengan harta

benda yang dimiliki maupun dengan nyawa.

8. Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin (an-Nur: 62). Sikap seperti itu

merupakan salah satu sikap hidup seorang mukmin, orang yang berpandangan

dengan ajaran Allah menurut Sunnah Rasul.

1.5 Pengertian Takwa

Taqwa berasal dari kata waqa, yaqi, wiqayah, yang berarti takut, menjaga,

memelihara, dan melindungi. Sesuai dengan makna etimologis tersebut, maka takwa dapat

diartikan sikap memelihara keimanan yang diwujudkan dalam pengalaman ajaran agama

Islam secara utuh dan konsisten. Seperti firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah, 2:177.

Ayat tersebut menjelaskan tentang karakteristik orang-orang yang bertakwa, yang secara

umum dapat dikelompokkan ke dalam lima kategori atau indicator ketakwaan, antara lain:

1. Iman kepada Allah, para malaikat, kitab-kitab dan para nabi

2. Mengeluarkan harta yang dikasihinya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin,

orang-orang yang terputus di perjalanan, orang-orang yang meminta-minta dana, orang-

orang yang tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban memerdekakan

hamba sahaya.

3. Mendirikan salat dan menunaikan zakat, atau dengan kata lain, memelihara ibadah

formal.

4. Menepati janji, yang dalam pengertian lain adalah memelihara ibadah formal.

5. Sabar disaat kepayahan, kesusahan dan di waktu perang, atau dengan kata lain memiliki

semangat perjuangan.

1.6 Fungsi Takwa

1. Akan menjadi manusia yang paling mulia di sisi Allah

2. Akan menjadi bekal dunia-akhirat

3. Akan di beri jalan keluar dari segala permasalahan dan diberi rizqi yang tidak terduga

4. Akan menjadi pakaian bathin

5. Akan menjadi manusia yang dapat membedakan (furqon)

Page 9: Paper Kelompok 3

1.7 Peran Iman dan Takwa dalam Menjawab Problem Modern

Peran Iman dan Taqwa dalam menjawab problem modern. Pengaruh Iman dan Taqwa

sangat berpengaruh besar. Antara Iman dan Taqwa adalah kemuliaan yang telah dijelaskan

dalam Al-Qur’an. Al-Qur’an menjelaskan bahwa manusia yang paling mulia di sisi

Allah.SWT adalah orang-orang yang Taqwa. Iman adalah syarat sedangkan Taqwa adalah

tujuan.

Mantapnya pemahaman agama, adat dan budaya dalam perilaku sehari-hari menjadi

landasan dasar. Pengembangan melalui program pendidikan, pelatihan, pembinaan keluarga,

institusi serta lingkungan harus sejalin dengan pemantapan Aqidah Agama pada generasi

saat ini atau mendatang. Kebangkitan masa depan tidak bisa hanya dengan membanggakan

kejayaan masa lalu (glory of the past) melainkan dengan mengangkat derajat umat melalui

kualitas iman dan ilmu.

Problem manusia dalam kehidupan modern, dalam pandangan Islam:

Penemuan teknologi yang menyebabkan pencemaran lingkungan

Hutan gundul (illegal logging)

Habitat hewan menjadi rusak

Pemanasan global akibat efek rumah kaca

Polusi

Manusia yang konsumtif, materialistic, ekspoloitatif (dalam bidang ekonomi)

Korupsi

Melemahnya jati diri

Dunia sedang berubah, apalagi diera globalisasi saat ini. Komunikasi antar manusia

menjadi tanpa batas dan bisa diakses oleh siapa saja, secara terbuka atau pun tersamar.

Kemajuan ilmu teknologi, komunikasi, kebudayaan, ekonomi dan politik serta transportasi,

telah menjadikan dunia sebagai “desa besar”.

Semakin bertambahnya zaman pasti ada perubahan!. Baik dalam moral, agama dan

budaya maupun dalam segi social kehidupan di dalam masyarakat. Dan yang utama dalam

segi agama, kepercayaan dan keyakinan sehingga dalam segi iman dan taqwa pun

berkurang.

Page 10: Paper Kelompok 3

Adapun peran iman digunakan dalam era modern saat ini:

Iman sebagai filter informasi secara obyektif dan cerdas sesuai ajaran Islam.

Iman sebagai pertahanan dan adaptasi arus budaya globlal  yang kurang dengan

budaya local dan ajaran Islam.

Iman sebagai  alat untuk memilih dan menggunakan alat teknologi untuk

kepentingan diri sendiri, publik, dan kedepan.

Iman sebagai filter dan pegangan dalam bersosialisasi.

Iman sebagai alat untuk memilih dan dan menyaring system dan implementasi

perekonomian yang dijalani secara pribadi & lingkungan sesuai sejarah Islam.

Iman sebagai filter menjalankan fungsi dan aturan politik yang digunakan

Peran Iman dan Taqwa di dalam profesi yang di geluti oleh seseorang adalah suatu

profesi atau kedudukan yang dimiliki dengan di imbangi oleh Iman dan Taqwa kepada

Tuhan yang Maha Esa karena jika memiliki profesi harus di imbangi dengan ke imanan.

Etos kerja dapat diartikan sebagai pandangan bagaimana melakukan kegiatan yang

bertujuan mendapatkan hasil atau mencapai kesuksesan. Bagaimana umat Islam dapat

berhasil dan sukses dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Bekerja di dunia, bagi umat

Islam merupakan bekal di akhirat kelak. Hidup di surga merupakan tujuan dan impian

kesuksesan setiap umat Islam. Jadi ummat Islam tidak cukup hanya melakukan ibadah

kepada Allah dan Rasul saja, tetapi juga dituntut untuk melakukan amal perbuatan berupa

bekerja sebagaimana yang ditentukan Allah.SWT. Terkait dengan hal ini, Rasul bersabda:

“Yang dinamakan iman itu ialah apabila kau meyakini di dalam hati, menyatakan

dengan lidah, dan melaksanakannya dengan perbuatan” (Al hadits).

Iman kepada Allah tidak hanya yakin didalam hati dan mengucap dalam perkataan,

tetapi juga melaksanakan dalam perbuatan atau pekerjaan. Islam tidak menghendaki para

pemeluknya menjadi orang yang malas dan memandang bahwa bekerja, usaha untuk

mencari rejeki dan mencari kemakmuran merupakan perbuatan jelek dan mendatangkan

siksa.

Islam mendidik pengikutnya agar cinta bekerja sebagaimana firman Allah:

“Apabila telah ditunaikan sholat, maka beterbaranlah kamu di muka bumi, dan

carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung”

(QS Al-Jumuah:10).

Page 11: Paper Kelompok 3

 Terlihat jelas bahwa Allah menghendaki umat Islam untuk bekerja keras dalam

mencari karunia /rejeki dari Allah. Dan dalam ayat ini, Allah menghendaki supaya umat

Islam dalam bekerja mendapatkan untung, atau keberhasilan.

Islam memandang bahwa bekerja adalah bagian dari kewajiban dalam kehidupannya.

Dengan bekerja manusia dapat mengambil manfaat dari kehidupan dan manfaat dari

masyarakat. Islam benci pengangguran, kemalasan dan kebodohhan, karena hal tersebut

merupakan penyakit yang lambat laun dapat mematikan kemampuan fisik dan berfikir

manusia. Rasullah bersabda:

“Janganlah sekali-kali diantara kalian ada yang duduk-duduk engan mencari

karunia Allah, sambil berdoa, “Ya Allah, limpahkanlah karunia kepadaku”, padahal ia

telah mengetahui bahwa langit tidak pernah menurunkan hujan emas dan perak” (HR

Bukhari Muslim).

Hikmah dari sabda Rasul tersebut, bahwa untuk mencapai atau mendapatkan rezeki

dari Allah tidak cukup hanya duduk-duduk dan berdoa. Dalam mencapai kesuksesan, Islam

bukan hanya membenci orang yang malasdan menganggur, tetapi menghendaki umat Islam

untuk bekerja, bahkan bekerj    dengan keras. Islam tidak menghendaki umatnya menjadi

peminta-minta terhadap orang lain. Umat Islam mampu mandiri, mencukupi kebutuhan

dengan usaha keras.

Page 12: Paper Kelompok 3

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Iman adalah adalah pembenaran dengan segala keyakinan tanpa keraguan sedikitpun

mengenai yang datang dari Allah SWT dan rasulNya.

2. Wujud Iman ada 4, yakni:

Ilahiyah: Hubungan dengan Allah

Nubuwwah: Kaitan dengan Nabi, Rasul, kitab, dan mukjizat

Ruhaniyah: Kaitan dengan alam metafisik; Malaikat, Jin, Syetan, Ruh

Sam’iyah: Segala sesuatu yang bisa diketahui melalui sam’i

3. Prinsip-prinsip pembentukan iman adalah

Prinsip pembinaan berkesinambungan

Prinsip internalisasi dan individuasi

Prinsip sosialisasi

Prinsip konsistensi dan koherensi

Prinsip integrasi

4. Tanda-tanda orang yang beriman sebagai berikut:

Jika disebut nama Allah, maka hatinya bergetar.

Senantiasa tawakal

Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu menjaga

Menafkahkan rezki yang diterimanya

Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan

Memelihara amanah dan menepati janji

Berjihad di jalan Allah dan suka menolong

Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin

5. Taqwa adalah takut dan menghindari apa yang diharamkan Allah, dan menunaikan

apa-apa yang diwajibkan oleh Allah. Taqwa juga bererti kewaspadaan, menjaga benar-

benar perintah dan menjauhi larangan.

Page 13: Paper Kelompok 3

DAFTAR PUSTAKA

Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin. 2005. Dasar – Dasar Keimanan. Darul Ilmi

Azyumardi Azra, Prof, Dr, dkk. 2002. Pendidikan Agama Islam.

Barata, Mappasessu, Muhammadong. 2009. Pendidikan Agama Islam. Makassar: TimDosen

UNM

Dr. Abdullah Nashih Ulwan. 2007. Petunjuk Praktis Mencapai Derajat Taqwa.

Hamilton Sir A.R.Gibb.1949. Islam dalam lintasan sejarah, Bhratara karya aksara, Jakarta-New

York.

Srijonti, Purwanto S.K & Pramono Waahyudi. 2006. Etika membangun masyarakat islam

modern. Graha Ilmu.

Abu AL- Jauzaa’. Definisi Iman. http://abul-jauzaa.blogspot.com/2011/02/definisi-iman.html

diakses tanggal 24 September 2013 pukul 13:14

Mariana Ramadhani. Konsep Ketuhanan dalam Islam. http://marianaramadhani.wordpress.com/

coretan-kuliah/konsep-ketuhanan-dalam-islam/ diakses tanggal 24 September 2013 pukul 13:20

Muchamad Syihabulhaq. Definisi Takwa. http://pencerahqolbu.wordpress.com/2011/05/25/

definisi-taqwa/ diakses tanggal 24 September 2013 pukul 13:25

Page 14: Paper Kelompok 3

LAMPIRAN

Page 15: Paper Kelompok 3
Page 16: Paper Kelompok 3
Page 17: Paper Kelompok 3
Page 18: Paper Kelompok 3