Paper Koloid kelompok III

27
PAPER “KOLOID” OLEH: Astriani Ch. Moong Daniel B. De A. Dapa Dwi Rahmawati Elisabet I. L. Pintu Frederikus Manehat Helmiyanti Ahmad Oktaviana K. Ullu Petronela Y. Koten Roy Felix Diru Titorino Lakapu Yetri seran Yohanes lanor POLTEKKES KEMENKES KUPANG JURUSAN ANALIS KESEHATAN

Transcript of Paper Koloid kelompok III

Page 1: Paper Koloid kelompok III

PAPER“KOLOID”

OLEH:

Astriani Ch. MoongDaniel B. De A. DapaDwi RahmawatiElisabet I. L. PintuFrederikus ManehatHelmiyanti Ahmad

Oktaviana K. UlluPetronela Y. KotenRoy Felix DiruTitorino LakapuYetri seranYohanes lanor

POLTEKKES KEMENKES KUPANGJURUSAN ANALIS KESEHATAN

2014

Page 2: Paper Koloid kelompok III

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangPada Kehidupan Sehari-hari, vsering kita temui beberapa produk yang merupakan campuran dari beberapa zat, tetapi zat tersebut tidak dapat tercampur secara merata/ homogen. Misalnya saja membuat susu untuk diminum, serbuk/tepung bercampur secara merata dalam air panas. Produk-produk seperti itu adalah sistem koloid. Udara juga mengandung sistem koloid, misalnya polutan padat yang terdispersi (tercampur) dalam udara, yaitu asap dan debu. Juga air yang terdispersi dalam udara yang disebut kabut merupakan sistem koloid. Mineral –mineral yang terdispersi dalam tanah yang dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan juga merupakan koloid. Penggunaan sabun untuk mandi dan mencuci berfungsi untuk membuat koloid antara air dan kotoran yang melekat (minyak). Campuran logam selenium dengan kaca lampu belakang mobil yang menghasilkan cahaya warna merah merupakan sistem koloid.Koloid mudah dijumpai dimana-mana: susu, agar-agar, shampo, serta awan merupakan contoh-contoh koloid yang dijumpai sehari-hari. Sitoplasma dalam sel juga merupakan contoh sistem koloid.

B. Rumusan masalah1. Apakah yang dimaksud dengan sistem koloid?

2. Apa sajakah jenis-jenis sistem koloid?

3. Apa saja sifat-sifat koloid?

4. Bagaimana cara membuat koloid?

C. Tujuan

Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sistem koloid beserta sifat-sifatnya

sehingga dapat diterapkan dalam dunia industri.

Untuk mengidentifikasi jenis-jenis sistem koloid sehingga mampu menerapkan

masing-masing jenis sistem koloid tersebut dengan tepat.

Page 3: Paper Koloid kelompok III

BAB II

ISI

A. Pengertian

Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua atau lebih dimana

partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/ yang dipecah) tersebar

secara merata dalam zat lain (medium pendispersi/ pemecah). Dimana diantara

campuran homogen dan heterogen terdapat sistem pencampur yaitu koloid, atau bisa

juga disebut bentuk (fase) peralihan homogen menjadi heterogen.

Campuran homogen adalah campuran yang memiliki sifat sama pada setiap bagian

campuran tersebut, misalnya larutan gula dan hujan. Sedangkan campuran heterogen

adalah campuran yang memiliki sifat tidak sama pada setiap bagian campuran,

contohnya air dan minyak, juga pasir dan semen. Contoh lain dari sistem koloid

adalah tinta, yang terdiri dari serbuk-serbuk warna (padat) dengan cairan (air).

Selain tinta, masih banyak sistem koloid lainnya, seperti mayones, es krim, jelly, dll.

Ciri-ciri Koloid:

Dua fase

Keruh

Antara homogen dan heterogen

Tidak dapat disaring dengan penyaring biasa, tetapi dengan penyaring ultra

Tidak terpisah jika didiamkan.

Keadaan koloid atau sistem koloid atau suspensi koloid atau larutan koloid adalah

suatu campuran berfase dua yaitu fase terdispersi dan fase pendispersi dengan ukuran

partikel terdispersi berkisar antara 10-7 sampai dengan 10-4 cm. Partikel dapat terdiri

atas atom, molekul besar, atau molekul kecil.

B. Jenis-jenis Koloid

Sistem koloid terdiri atas fase terdispersi yang tersebar merata dalam medium

pendispersi. Fase terdispersi dan medium pendispersi dapat berupa zat padat, cair,

atau gas. Berdasarkan pada fase terdispersi dan medium pendispersinya, sistem koloid

dapat digolongkan seperti dalam tabel berikut.

Page 4: Paper Koloid kelompok III

Fase terdispersi Fase Pendispersi Jenis Koloid Contoh

Padat Gas Aerosol Padat Asap, debu di

udara

Padat Cair Sol Sol emas, tinta, cat

Padat Padat Sol padat Kaca berwarna,

gabumgan logam,

Cair Gas Aerosol cair Kabut (fog), spray

serangga, awan

Cair Cair Emulsi Susu, santan, es

krim, minyak ikan,

kecap

Cair Padat Emulsi padat Jelly, mayones,

mutiara, mentega

Gas Cair Buih Buih sabun, krim

kocok

Gas Padat Buih padat Karet busa, batu

apaung

1)  Koloid Sol

Koloid sol merupakan koloid yang terbentuk dari fase zat terdispersi padat. Koloid sol

ada tiga jenis, yaitu:                 

a. Sol padat (padat-padat)           

      Sol padat adalah jenis koloid dengan fase zat padat terdispersi dan fase zat

pendispersi padat. Contoh sol padat adalah logam paduan, kaca berwarna, intan

hitam, dan baja.

b. Sol cair (padat-cair )

      Sol cair atau biasa disebut sol saja adalah jenis koloid dengan fase zat padat

terdispersi dan fase zat pendispersi cair. Contoh: cat, tinta, dan kanji.     

c. Sol gas (padat-gas)       

      Sol gas atau biasa disebut aerosol padat adalah jenis koloid dengan zat fase padat

terdispersi dalam zat fase gas. Contoh: asap dan debu.Berdasarkan sifat adsorbsi

yang dimiliki oleh koloid sol, koloid sol dibedakan menjadi 2, yaitu sol liofil dan

Page 5: Paper Koloid kelompok III

sol liofob.       

a. Sol Liofil           

      ol liofil adalah sol yang zat terdispersinya akan menarik dan mengadsorpsi

molekul mediumnya. Bila sol tersebut menggunakan air sebagai mediumnya,

maka disebut hidrofil.. Contoh sol hidrofil adalah kanji, protein, sabun, agar-

agar, detergen, dan gelatin.

a. b. Sol Liofob         

  Sol liofil adalah sol yang zat terdispersinya tidak menarik dan tidak

mengadsorpsi molekul mediumnya. Bila sol tersebut menggunakan air

sebagai mediumnya, maka disebut hidrofob. Contoh sol hidrofob adalah

sol sulfida, sol logam, sol belerang, dan sol Fe(OH)3.

Sol liofil lebih kental daripada mediumnya dan tidak terkoagulalsi jika

ditambah sedikit elektrolit. Oleh karena itu, koloid liofil lebih stabil jika

dibandingkan koloid liofob. Untuk mtnggumpalkan koloid liofil

diperlukan elektrolit dalam jumlah banyak sebab selubung molekul-

molekul cairan yang berfungsi sebagai pelindung harus dipecahkan

terlebih dahulu. Untuk memisahkan mediumnya dari koloid liofil dapat

kita lakukan dengan cara pengendapan atau penguapan. Akan tetapi, jika

zat mediumnya ditambah lagi, maka akan terbentuk koloid liofil lagi.

Dengan kata lain, koloid liofil bersifat reversibel. Koloid liofob

mempunyai sifat yang brelawanan dengan koloid liofil          

sifat liofob:           

1. Menarik dan mengadsorpsi molekul mediumnya. Tidak menarik dan

tidak mengadsorpsi molekul mediumnya.     

2. Afinitas fase terdispersi terhadap medium pendispersi besar Afinitas

fase terdispersi terhadap medium pendispersi kecil

3. Jika mediumnya air disebut hidrofil Jika mediumnya air disebut

hidrofob      

4. Lebih kental daripada mediumnya Medium lebih kental         

5. Tidak terkoagulasi jika ditambah sedikit elektrolit Terkoagulasi jika

ditambah sedikit elektrolit.

6. Lebih stabil Kurang stabil         

7. Reversibel Irreversibel  

Page 6: Paper Koloid kelompok III

2)  Koloid Emulsi      

      Koloid emulsi merupakan koloid yang terbentuk dari fase zat terdispersi cair.

Koloid emulsi ada tiga jenis, yaitu:

a. Emulsi padat (cair-padat)        

      Emulsi padat atau biasa disebut gel adalah jenis koloid dengan fase zat cair

terdispersi dalam fase zat pendispersi padat. Gel (dari bahasa Latin gelu -

membeku, dingin, es atau gelatus - membeku) adalah campuran koloidal antara dua

zat berbeda fase padat dan cair. Penampilan gel seperti zat padat yang lunak dan

kenyal (seperti jelly), namun pada rentang suhu tertentu dapat berperilaku seperti

fluida (mengalir). Berdasarkan berat, kebanyakan gel seharusnya tergolong zat

cair, namun mereka juga memiliki sifat seperti benda padat. Contoh gel adalah

gelatin, agar-agar, mentega, mutiara, dan, gel rambut

Nasi merupkan salah satu contoh koloid emulsi padat. Komponen nasi adalah beras

dan air. Seblum dicampur, beras merupakan fase padat dan air fase cair. Setelah

dicampur melalui proses memasak, diperoleh nasi yang merupakan koloid dan

fasenya padat. Dari pengertian fasek continue dan discontinue tersebut, maka fase

padat merupakan fase continue dan fase cair merupakan fase discontinue.      

Biasanya gel memiliki sifat tiksotropi (Ing.: thyxotropy), yaitu menjadi cairan

ketika digoyang, tetapi kembali memadat ketika dibiarkan tenang. Beberapa gel

juga menunjukkan gejala histeresis. Dengan mengganti cairan dengan gas

dimungkinkan pula untuk aerogel ('gel udara'), yang merupakan bahan dengan

sifat-sifat yang khusus, seperti massa jenis rendah, luas permukaan yang sangat

besar, dan isolator panas yang sangat baik.

b. Emulsi cair (cair-cair)  

       Emulsi cair merupakan emulsi di dalam medium pendispersi cair. Emulsi cair

melibatkan campuran dua zat cair yang tidak dapat saling melarutkan jika

dicampurkan yaitu zat cair polar dan zat cair non-polar. Biasanya salah satu zat cair

ini adalah air dan zat lainnya seperti minyak. Contohnya adalah pada susu, minyak

ikan, dan santan kelapa.

c. Emulsi Gas (cair-gas)  

      Emulsi gas atau biasa disebut aerosol cair adalah jenis koloid dengan zat fase

cair terdispersi dalam zat fase pendispersi gas. Contoh: obat-obat insektisida

(semprot), kabut, awan, dan hair spray.

Page 7: Paper Koloid kelompok III

3)   Koloid Buih         

Koloid buih merupakan koloid yang terbentuk dari fase zat terdispersi gas. Koloid

emulsi ada dua jenis, yaitu:      

a. Buih padat (gas-padat)

      Buih padat adalah jenis koloid dengan fase zat gas terdispersi dalam fase zat

pendispersi padat. Kestabilan buih ini dapat diperoleh dari zat pembuih juga

(surfaktan).        

Contoh-contoh buih padat yang mungkin kita ketahui:  

1) Roti Proses peragian yang melepas gas karbondioksida (CO2) terlibat dalam

proses pembuatan roti. Zat pembuih protein gluten dari tepung kemudian akan

membentuk lapisan tipis mengelilimgi gelembung-gelembung karbondioksida (CO2)

untuk membentuk buih padat.

2) Batu apung terbentuk dari proses solidifikasi gelas vulkanik.

3) Busa jok           

C. Sifat-sifat Koloid

a. Efek Tyndal

Adalah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel koloid.

Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek tyndal

ini ditemukan oleh John Tyndal (1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Efek

Tyndal adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan

sejati disinari dengan cahaya, maka cahaaya akan diteruskan. Sedangkan jika

sistem koloid disinari dengan cahaya, cahaya tersebut akan dihamburkan.

b. Gerak brown

Adalah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus tetapi tidak

menentu (gerak acak/ tidak beraturan). Jika kita amati sistem koloid dibawah

mikroskop ultra, maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan

bergerak membentuk zigzag. Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak.

Gerakan tersebut dapat bersifat acak, seperti pada zat cair dan gas atau hanya

bervibrasi ditempat seperti pada zat padat. Untuk sistem koloid dengan medium

pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel akan menimbulkan tumbukan

antar partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah.

Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung

Page 8: Paper Koloid kelompok III

tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang menyebabkan

perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak brown.

Semakin kecil ukuran suatu partikel koloid, semakin cepat gerak brown terjadi.

Demikian pula sebaliknya, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat

gerak brown yang terjadi.

Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu sistem koloid,

maka semakin besar energi kinetik yang dimiliki partikel-partikel medium

pendispersinya sehingga gerak brown dari partikel-partikel fase terdispersinya

semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu sistem koloid,

maka gerak brown semakin lambat.

c. Adsorpsi Koloid

Adalah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada permukaan

partikel koloid yang disebabkan karena luasnya permukaan partikel

koloid.Adsorpsi harus dibedakan dari absorpsi yang artinya penyerapan yang

terjadi didalam suatu partikel). Apabila partikel-partikel sol padat ditempatkan

dalam suatu zat cait atau gas, maka partikel zat cair atau gas tersebut akan

terakumulasi pada permukaan zat tersebut.

d. Muatan Koloid sol

Sifat koloid terpenting adalah muatan partikel koloid. Semua partikel koloid pasti

mempunyai muatan patikel sejenis (positif atau negatif). Oleh karena muatannya

sejenis, maka terdapat gaya tolak menolak antar partikel koloid. Hal ini

mengakibatkan partikel-partikel tersebut tidak mau bergabung sehingga

memberikan kestabilan pada sistem koloid. Namun demikian, sistem koloid secara

keseluruhan bersifat netral karena partikel-partikel koloid yang bermuatan ini akan

menarik ion-ion dengan muatan berlawanan dalam medium pendispersinya.

Berikut adalah penjelasanya:

1. Sumber muatan koloid sol

Partikel-partikel koloid mendapat muatan listrik melalui dua cara yaitu,

dengan proses adsorpsi dan dengan ionisasi gugus permukaan partikel.

Proses Adsorpsi

Proses adsorpsi ini meruoakan peristiwa dimana partikel koloid menyerap

partikel bermuatan dari fase pendispersinya, sehingga partikel koloid

Page 9: Paper Koloid kelompok III

menjadi bermuatan. Jenis muatannya tergantung pada jenis partikel

bermuatan yang diserap apakah anion atau kation.

Proses Ionisasi Gugus permukaan Partikel

Beberapa partikel koloid memperoleh muatan dari proses ionisasi gugus

yang ada pada permukaan partikel koloid. Contohnya adalah koloid

protein dan koloid sabun/ deterjen.

e. Kestabilan Koloid

Partikel-partikel koloid ialah bermuatan sejenis. Maka terjadi gaya tolak menolak

yang mencegah partikel-partikel koloid bergabung dan mengendap akibat gaya

gravitasi. Oleh karena itu, selain gerak Brown, muatan koloid juga berperan besar

dalam menjaga kestabilan koloid.

Terdapat beberapa gaya dalam sistem koloid yang menentukan kestabilan koloid,

yaitu sebagai berikut:

Gaya pertama adalah gaya tarik menarik yang dikenal dengan gaya London-van

der Walls. Gaya ini menyebabkan partikel-partikel koloid berkumpul membentuk

agregat dan akhirnya mengendap.

Gaya kedua adalah gaya tolak-menolak. Gaya ini terjadi karena

pertumpangtindihan lapisan ganda listrik yang bermuatan sama. Gaya tolak

menolak tersebut akan membuat dispersi koloid menjadi stabil.

Gaya ketiga adalah gaya tarik menarik antara partikel koloid dengan medium

pendispersinya. Terkadang, gaya ini dapat menyebabkan terjadinya agregasi

partikel koloid dan gaya ini juga dapat meningkatkan kestabilan sistem koloid

secara keseluruhan.

Salah satu faktor yang mempengaruhi kestabilan koloid ialah muatan partikel

koloid. Besarnya muatan pada partikel koloid dipengaruhi oleh konsentrasi

elektrolit dalam medium pendispersi. Penambahan kation pada permukaan partikel

koloid yang bermuatan negatif akan menetralkan muatan partikel tersebut dan

menyebabkan koloid menjadi tidak stabil.

Page 10: Paper Koloid kelompok III

f. Lapisan bermuatan Ganda

Pada awalnya partikel-partikel koloid mempunyai muatan yang sejenis yang

didapat dari ion yang diadsorpsi dari medium pendispersinya. Apabila kedalam

larutan ditambahkan larutan yang berbeda muatan dengan sistem koloid, maka

sistem koloid itu akan menarik muatan yang berbeda tersebut sehingga membentuk

lapisan ganda. Lapisan pertama ialah lapisan padat dimana muatan partikel koloid

menarik muatan berlawanan dari medium pendispersi. Lapisan kedua berupa

lapisan difusi dimana muatan dari medium pendispersi terdifusi ke partikel koloid.

g. Elektroforesis

Adalah suatu proses untuk menghitung berpindahnya ion atau partikel koloid

bermuatan dalam medium cair yang dipengaruhi oleh medan listrik. Yaitu,

pergerakan partikel-partikel koloid dalam medan listrik ke masing-masing

elektrode. Prinsip kerja elektroforesis digunakan untuk membersihkan asap hasil

industri dengan alat cottrell.

Oleh karena sol bermuatan listrik, maka partikel ini akan bergerak dalam medan

listrik. Pergerakan ini disebut elektroforesis.

h. Koagulasi

Adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya

koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koloid akan

mengalami koagulasi dengan cara:

Mekanik. Cara mekanik dilakukan dengan pemanasan, pendinginan atau

pengadukan cepat.

Kimia. Dengan penambahan elektrolit (asam, basa, garam).

Jika partikel-partikel koloid tersebut bersifat netral, maka akan terjadi

penggumpalan dan pengendapan karena adanya gaya gravitasi. Proses

penggumpalan dan pengendapan ini disebut koagulasi.

Penetralan partikel koloid dapat dilakukan dengan 4 cara, yaitu:

Menggunakan prinsip elektroforesis.

Proses elektroforesis adalah pergerakan partikel-partikel koloid yang

bermuatan ke elektrode dengan muatan berlawanan. Ketika partikel ini

mencapai elektrode, maka sistem koloid akan kehilangan muatannya dan

bersifat netral.

Page 11: Paper Koloid kelompok III

Penambahan koloid lain dengan muatan berlawanan

Ketika koloid bermuatan positif dicampur dengan koloid bermuatan negatif,

maka muatan tersebut akan saling menghilangkan dan bersifat netral.

Penambahan elektrolit

Jika suatu elektrolit ditambahkan pada sistem koloid, maka partikel koloid

yang bermuatan negatif akan mengadsorpsi muatan positif (kation) dari

elektrolit. Begitu juga sebaliknya, partikel positif akan mengadsorpsi ion

negativ (anion) dari elektrolit. Dari adsorpsi diatas maka akan terjadi proses

koagulasi.

Pendidihan

Kenaikan suhu sistem koloid menyebabkan jumlah tumbukan antara partikel-

partikel sol dengan molekul-molekul air bertambah banyak. Hal ini

menyebabkan elektrolit yang teradsorpsi pada permukaan koloid. Akibatnya,

partikel tidak bermuatan.

i. Koloid pelindung

Sistem koloid dimana partikel terdispersinya mempunyai daya adsorpsi relatif

besar disebut koloid liofil yang bersifat lebih stabil. Sedangkan jika partikel

terdispersinya mempunyai daya adsorpsi yang relatif kecil, maka disebut koloid

liofob yang bersifat kurang stabil. Yang berfungsi sebagai koloid pelindung adalah

koloid liofil.

Koloid liofil (suka cairan) adalah koloid dimana terdapat gaya tarik menarik

yang cukup besar antara fase terdispersi dan medium pendispersi.

Koloid liofob (tidak suka cairan) adalah koloid dimana terdapat gaya tarik

menarik yang lemah atau bahkan tidak ada sama sekali antara fase terdispersi

dan medium pendispersinya.

D. Pembuatan Koloid

Ada 2 dasar metode pembentukan koloid sol, yaitu metode kondensasi dan metode

dispersi.

Page 12: Paper Koloid kelompok III

a. Metode Kondensasi

Metode dimana partikel-partikel kecil larutan sejati bergabung membentuk

partikel-partikel berukuran koloid. Proses ini melibatkan penggabungan partikel-

partikel larutan (atom, ion). Hal ini dilakukan melalui beberapa reaksi kimia,

yaitu dekomposisi rangkap, hidrolisis, redoks, dan penggantian larutan.

v  Reaksi Redoks

Reaksi redoks adalah reaksi yang disertai perubahan bilangan oksidasi.

Contoh : pembuatan sol belerang dari reaksi kimia antara hidrogen sulfida

(H2S) dengan belerang dioksida (SO2), yaitu dengan mengalirkan gas H2S

kedalam larutan SO2.

2H2S + SO2 2H2O + 3S (koloid)

Misalnya:

- Sol emas atau sol Au dapat dibuat dengan mereduksi larutan garamnya

dengan melarutkan AuCl3 dalam pereduksi organik formaldehida HCOH;

2AuCl3 (aq) + HCOH(aq) + 3H2O(l) 2Au(s) + HCOOH(aq) + 6HCl(aq)

- Sol belerang dapat dibuat dengan mereduksi SO2 yang terlarut dalam air

dengan mengalirnya gas H2S:

2H2S(g) + SO2 (aq) 3S(s) + 2H2O(l)

v Hidrolisis

Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Contoh : pembuatan sol

Fe(OH)3 dari hidrolisis FeCl3. apabila ke dalam air mendidih ditambahkan

larutan FeCl3 akan terbentuk sol Fe(OH)3.

FeCl3 + 3H2O Fe(OH)3 (koloid) + 3HCl

Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Misalnya:

- Sol Fe(OH3) dapat dibuat dengan hidrolisis larutan FeCl3 dengan

memanaskan larutan FeCl3 atau reaksi hidrolisis garam Fe dalam air

mendidih;

FeCl3 (aq) + 3H2O(l) Fe(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)

(Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+)

- Sol Al(OH)3 dapat diperoleh dari reaksi hidrolisis garam Al dalam air

mendidih;

AlCl3 (aq) + 3H2O(l) Al(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)

v  Dekomposisi Rangkap

Sol As2S3 dapat dibuat dari reaksi antara larutan H3AsO3 dengan larutan

Page 13: Paper Koloid kelompok III

H2S

2H3AsO3 + 3H2S As2S3 (koloid) + 6H2O

Misalnya:

- Sol As2S3 dibuat dengan gaya mengalirkan H2S dengan perlahan-lahan

melalui larutan As2O3 dingin sampai terbentuk sol As2S3 yang berwarna

kuning terang;

As2O3 (aq) + 3H2S(g) As2O3 (koloid) + 3H2O(l)

(Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2-)

- Sol AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO3 encer dan larutan

HCl encer;

AgNO3 (ag) + HCl(aq) AgCl (koloid) + HNO3 (aq)

v  Penambahan (percikan) pelarut yang sukar larut

Apabila larutan jenuh kalsium asetat dicampur dengan alkohol akan

terbentuk suatu koloid berupa gel.

Penggantian Pelarut

Cara ini dilakukan dengan mengganti medium pendispersi sehingga fasa

terdispersi yang semulal arut setelah diganti pelarutanya menjadi berukuran

koloid. Misalnya;

untuk membuat sol belerang yang sukar larut dalam air tetapi mudah larut

dalam alkohol seperti etanol dengan medium pendispersi air, belarang harus

terlebih dahulu dilarutkan dalam etanol sampai jenuh. Baru kemudian

larutan belerang dalam etanol tersebut ditambahkan sedikit demi sedikit ke

dalam air sambil diaduk. Sehingga belerang akan menggumpal menjadi

pertikel koloid dikarenakan penurunan kelarutan belerang dalam air.

Sebaliknya, kalsium asetat yang sukar larut dalam etanol, mula-mula

dilarutkan terlebih dahulu dalam air, kemudianbaru dalam larutan tersebut

ditambahkan etanol maka terjadi kondensasi dan terbentuklah koloid

kalsium asetat.

b. Metode Dispersi

Metode dimana partikel-partikel besar dipecah menjadi partikel-partikel

berukuran koloid yang kemudian didispersikan dalam medium pendispersinya.

Caranya dapat berupa cara mekanik, cara peptisasi, atau dengan loncatan bunga

listrik (cara busur Bredig).

Page 14: Paper Koloid kelompok III

Cara Dispersi

Prinsip : Partikel Besar —————-> Partikel Koloid

ü  Cara Mekanik

Menurut cara ini butir-butir kasar digerus dengan lumpang atau penggiling

koloid sampai diperoleh tingkat kehalusan tertentu, kemudian diaduk

dengan medium dispersi.               

Contoh : sol belerang dapat dibuat dengan menggerus serbuk belerang

bersama-sama dengan suatu zat inert (seperti gula pasir), kemudian

mencampur serbuk halus itu dengan air.      

Cara mekanik adalah penghalusan partikel-partikel kasar zat padat dengan

proses penggilingan untuk dapat membentuk partikel-partikel berukuran

koloid. Alat yang digunakan untuk cara ini biasa disebut penggilingan

koloid, yang biasa digunakan dalam:  

- industri makanan untuk membuat jus buah, selai, krim, es krim,dsb.

- Industri kimia rumah tangga untuk membuat pasta gigi, semir sepatu,

deterjen, dsb.

- Industri kimia untuk membuat pelumas padat, cat dan zat pewarna.

- Industri-industri lainnya seperti industri plastik, farmasi, tekstil, dan

kertas.

Alat penggilingan koloid terdiri dari 2 pelat baja dengan arah rotasi

berlawanan. Partikel kasar akan dimasukkan ke ruang antara kedua pelat

tersebut dan selanjutnya digiling. Partikel berukuran koloid yang

terbuntuk kemudian didispersikan dalam medium pendispersinya untuk

membuat system koloid. Contoh koloid yang dibuat dalam proses ini ialah

koloid grafit untuk pelumas, tinta cetak, cat, dan sol belerang.

ü  Cara Busur Bredik

Cara busur Bredig digunakan untuk membuat sol-sol logam. Logam yang

akan dijadikan koloid digunakan sebagai elektrode yang dicelupkan dalam

medium dispersi, kemudian diberi loncatan listrik di antara kedua

ujungnya. Mula-mula atom-atom logam akan terlempar ke dalam air, lalu

atom-atom tersebut mengalami kondensasi sehingga membentuk partikel

koloid. Jadi cara busur ini merupakan gabungan cara dispersi dan cara

kondensasi.

Page 15: Paper Koloid kelompok III

Cara busur Bredig ini biasanya digunakan untuk membuat sol-sol logam,

sperti Ag, Au, dan Pt. Dalam cara ini, logam yang akan diubah menjadi

partikel-partikel kolid akan digunakan sebagai elektrode. Kemudian kedua

logam dicelupkan ke dalam medium pendispersinya (air suling dingin)

sampai kedua ujungnya saling berdekatan. Kemudian, kedua elektrode

akan diberi loncatan listrik. Panas yang timbul akan menyebabkan logam

menguap, uapnya kemudian akan terkondensasi dalam medium

pendispersi dingin, sehingga hasil kondensasi tersebut berupa pertikel-

pertikel kolid. Karena logam diubah jadi partikel kolid dengan proses uap

logam, maka metode ini dikategorikan sebagai metode dispersi.

ü  Cara Peptisasi

Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari

suatu endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah). Zat

pemeptisasi memecahkan butir-butir kasar menjadi butir-butir koloid.

Istilah peptisasi dikaitkan dengan peptonisasi, yaitu proses pemecahan

protein (polipeptida) yang dikatalisis oleh enzim peptin.

Contoh : agar-agar dipeptisasi oleh air, nitroselulosa oleh aseton, karet

oleh bensin, dan lain-lain. Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S dan endapan

Al(OH)3 oleh AlCl3.

Cara peptisasi adalah pembuatan koloid / sistem koloid dari butir-butir

kasar atau dari suatu endapan / proses pendispersi endapan dengan

bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah). Zat pemecah tersebut dapat

berupa elektrolit khususnya yang mengandung ion sejenis ataupun pelarut

tertentu.

Contoh:

- Agar-agar dipeptisasi oleh air; karet oleh bensin.

- Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S ; endapan Al(OH) 3 oleh AlCl3.

- Sol Fe(OH) 3 diperoleh dengan mengaduk endapan Fe(OH) 33 yang

baru terbentuk dengan sedikit FeCl3. Sol Fe(OH) 3 kemudian dikelilingi

Fe+3 sehingga bermuatan positif

- Beberapa zat mudah terdispersi dalam pelarut tertentu dan membnetuk

sistem kolid. Contohnya; gelatin dalam air.

Cara peptisasi adalah proses dispersinya endapan menjadi system koloid

dengan penambahan zat pemecah. Zat pemecah yang dimaksud adalah

Page 16: Paper Koloid kelompok III

elektrolit, terutama yang mengandung ion sejenis, atau pelarut tertentu.

Sebagai contoh: Jika pada endapan Fe(OH)3 ditambahkan elektrolit FeCl3

(mempunyai ion Fe3+ yang sejenis) maka Fe(OH)3  maka Fe(OH)3  akan

mengadsorpsi ion-ion Fe3+  tersebut. Sehingga, endapan menjadi

bermuatan positif dan memisahkan diri untuk membentuk partikel-partikel

koloid.

Beberapa contoh lain :

- Sol NiS dibuat dengan penambahan H2S kedalam endapan NiS

-     Sol AgCl dibuat dengan penambahan HCl ke dalam endapan AgCl

-     Sol  Al(OH)3 dibuat dengan penambahan AlCl3 ke dalam endapan

Al(OH)3

.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan:

Page 17: Paper Koloid kelompok III

Sistem koloid adalah merupakan suatu bentuk campuran (sistem

dispersi) dua atau lebih zat yang bersifat homogen.

Sistem Koloid ada tiga jenis, yaitu:

Koloid Sol (fase terdispersi padat):

1) Sol padat (padat-padat), contoh intan hitam, kaca berwarna,

dan baja.

2) Sol cair (padat Cair), contohnya adalah cat, tinta, dan kanji.

3) Sol gas (padat-gas), contohnya adalah asap dan debu.

Koloid Emulsi (fase terdispersi cair):

1) Emulsi padat (cair padat), contohnya adalah nasi, agar-agar,

mentega, mutiara.

2) Emulsi cair (cair-cair), contohnya adalah susu, minyak ikan,

dan santan

kelapa.

3) Emulsi gas (cair-gas), contohnya adalah kabut, awan, dan hair

spray.

Koloid buih (fase terdispersi gas):

1) Buih padat (gas-padat), contohnya contohnya adalah kerupuk,

roti, Styrofoam, dan busa jok.

2) Buih cair (padat-cair), contohnya adalah Buih hasil kocokan

putih telur, Buih hasil akibat pemadam kebakaran Alat pemadam

kebakaran, buih sabun, soda, pasta, dank rim kocok.

Koloid dibuat dengan dua metode yaitu metide Kondensasi ( reaksi

redoks, hidrolisis, dekomposisi rangkap, dan penambahan pelarut

yang sukar larut). Dan metode Dispersi (cara mekanik, cara Busur

Bredik, dan cara peptisasi).