Paper Kelompok 1 SKP - Public Goods - ERP

59
EVALUASI RENCANA PENERAPAN ELECTRONIC ROAD PRICING (ERP) DI JAKARTA Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Seminar Keuangan Publik Oleh: Kelompok 1 Ade Robbani Setiawan (01) Agus Tubels Nainggolan (02)

description

Seminar keuangan publik

Transcript of Paper Kelompok 1 SKP - Public Goods - ERP

Contents

EVALUASI RENCANA PENERAPANELECTRONIC ROAD PRICING (ERP) DI JAKARTA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Seminar Keuangan PublikOleh:

Kelompok 1Ade Robbani Setiawan(01)

Agus Tubels Nainggolan(02)

Ari Widyastuti(04)

Rayendra Hari Saputra(26)

Kelas VII B D-IV STARSEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA2014

AbstrakPublic goods merupakan fasilitas yang disediakan oleh Pemerintah untuk mendukung aktivitas masyarakat. Public goods bersifat Non-Rivalry dan Non-Excludable hingga titik tertentu. Pada titik tertentu public goods tersebut dapat menjadi bersifat Rivalry karena banyaknya pengguna. Dalam paper ini dibahas mengenai peran Jalan sebagai public goods yang utama dalam transportasi darat, namun telah mencapai titik Rivalry berupa kemacetan sehingga mengakibatkan ketidakefektifan dan ketidakefisienan bagi penggunanya. Pemerintah Provinsi Jakarta berusaha mengatasi permasalahan kemacetan melalui rencana penerapan ERP (Electronic Road Pricing). Namun strategi penerapan ERP sendiri perlu dianalisis secara mendalam agar Jakarta tidak menjadi contoh Provinsi yang gagal menerapkan ERP.Keywords: ERP, Jalan, Public Goods, Kemacetan

1. Pengenalan (Introduction)Public goods bersifat unik dan menarik karena pada hakekatnya hampir mustahil untuk mengalokasikan public goods murni via mekanisme pasar. Untuk jenis barang lain, mekanisme pasar sudah menjadi metode yang dominan dalam mengalokasikan barang dan jasa. Bahkan, Republik Rakyat Tiongkok, notabene penganut setia marxisme, mengadopsi mekanisme pasar melalui mekanisme pasar bergaya sosialisme. Hanya public goods yang konsisten dialokasikan tidak melalui mekanisme pasar. Adapun sifat public goods adalah Non-Rivalry dan Non-Excludable. Non-Rivalry berarti semua orang dapat menikmati barang yang sama tanpa mengurangi kenikmatan orang lain, sedangkan Non-Excludable berarti semua orang memiliki akses terhadap public goods tanpa harus membayar secara langsung. Inilah yang menyebabkan mekanisme pasar tidak dapat digunakan untuk public goods. Contoh dari public goods adalah perlindungan terhadap negara oleh TNI, jembatan penyeberangan, dan jalan. Jalan sebagai salah contoh public goods merupakan prasarana utama transportasi darat. Penggunaan jalan sebagai prasarana transportasi lebih besar dibandingkan penggunaan Kereta Api. Hal tersebut dibuktikan berdasarkan data Polda Metro Jaya pada tahun 2007, dimana jumlah kendaraan yang melaju di jalanan Jakarta yang panjangnya hanya 5.621,5 km mencapai empat juta unit per hari. Sedangkan pada tahun 2014, berdasarkan data Polda Metro Jaya, dua belas juta kendaraan bermotor rata-rata masuk dan melintas di Jakarta setiap hari. Terjadi peningkatan kendaraan bermotor yang melaju di jalanan Jakarta tiga kali lipat hanya dalam 7 tahun. Padahal berdasarkan data Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya, pertumbuhan rata-rata ruas jalan di Jakarta hingga tahun 2012 adalah 0,01%. Ketimpangan antara pertumbuhan ruas jalan dan peningkatan jumlah kendaraan bermotor yang melaju menyebabkan bertambahnya lokasi kemacetan dan durasi kemacetan di Jakarta. Oleh karena itu merupakan hal yang wajar apabila kemacetan selalu ditemui di jalan-jalan utama Jakarta seperti Jl. MH Thamrin, Jl. Sudirman, Jl. HR. Rasuna Said, dan Jl. Gatot Subroto.Solusi terbaru yang ditempuh Pemerintah Provinsi Jakarta dalam mengatasi kemacetan adalah melalui penerapan Electronic Road Pricing (ERP). Jalan yang merupakan public goods dan bersifat Non-Rivalry dan Non-Excludable diubah menjadi collective goods dengan sifat Non-Rivalry dan Excludable. ERP sendiri memiliki contoh sukses di Negara Singapura yang sudah melaksanakan road pricing secara manual sejak tahun 1975, dan secara elektronik sejak tahun 1998. Namun tidak semua negara yang melaksanakan ERP meraih sukses dan mengatasi kemacetan. Beberapa negara seperti Thailand (Bangkok), dan Hongkong gagal untuk melaksanakan penerapan ERP. Oleh karena itu, belajar dari contoh sukses dan gagal di negara-negara lain, Jakarta perlu menerapkan strategi yang tepat dalam penerapan ERP. 2. Metodologi (Methodology)Metode yang digunakan dalam analisis ini adalah metode kualitatif. Analisis dilakukan dengan membaca data baik secara angka maupun teks kemudian penulis melakukan uraian dan penafsiran. Pengumpulan data mengambil baik dari dokumen tertulis maupun data sekunder yang diperoleh dari internet. 3. Landasan Teoria. Penjelasan Barang PublikKata barang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bermakna 1. benda umum (segala sesuatu yg berwujud atau berjasad); 2. semua perkakas rumah, perhiasan, dsb; 3. bagasi; muatan (kereta api dsb); 4. muatan selain manusia atau ternak. Sedangkan kata publik bermakna orang banyak (umum); semua orang yg datang (menonton, mengunjungi, dsb). Barang publik secara literal dapat dimaknai sebagai barang yang dapat dipakai oleh banyak orang.Barang yang pemakaiannya atau keuntungannya tidak dapat dibatasi dari pihak yang tidak membayar dan tersedia untuk seluruh konsumen adalah barang publik. Lawan dari barang publik adalah barang privat, yaitu barang yang penggunaannya menguntungkan satu pihak. Kebanyakan barang yang tersedia oleh pasar merupakan barang privat.Ada dua definisi atas barang publik, yang pertama secara kasual, barang publik merupakan barang dan jasa yang disediakan melalui sektor publik (Holcombe, 1996; Heikkila, 2000; Ulbrich, 2003). Definisi ini biasanya benar, namun terkadang terdapat kasus dimana pemerintah selain menyediakan barang publik, juga menyediakan barang privat kepada individu, contohnya adalah jasa transportasi, listrik, dan air minum.Definisi yang kedua yaitu secara abstrak, barang publik merupakan barang dan jasa yang bersifat non-rival dalam pemanfaatannya dan non-excludable (Anderson, 2003; Bruce, 2001; Holcombe, 1996; Hyman, 2002; Mikesell, 1995; Stiglitz, 2000; Ulbrich, 2003; Weimer and Vining, 1999). Definisi ini lebih tepat, namun membutuhkan penjelasan terlebih dahulu atas dua konsep utamanya yaitu rivalry dan excludability sebelum dapat dimengerti.Barang bersifat rival atau saingan terjadi ketika, apabila seseorang mengonsumsinya maka menghalangi orang lain untuk ikut mengonsumsinya (Stiglitz, 2000; Weimer and Vining, 1999). Barang publik bersifat non-rival dalam pengonsumsiannya. Sejumlah barang publik dapat dinikmati oleh lebih dari satu konsumen tanpa mengurangi jumlah yang dinikmati konsumen lainnya.Barang bersifat excludable atau dapat dikecualikan terjadi ketika terdapat kemungkinan untuk mengecualikan seseorang menikmati barang tersebut kecuali apabila seseorang tersebut membayar (Stiglitz, 2000; Weimer and Vining, 1999). Barang publik bersifat non-exclusion maksudnya bahwa biaya untuk mengecualikan pengguna yang tidak bersedia membayar terlalu tinggi, sehingga barang pun dibiarkan dapat dinikmati oleh semua konsumen. Barang publik di seluruh dunia disediakan oleh pemerintah. Bahkan menurut Adam Smith, pendiri ekonomi klasik yang pertama menyampaikan argumennya atas pasar bebas pun berpendapat bahwa penyediaan barang publik adalah oleh pemerintah, bukan oleh pasar. Menurut Smith, dua fungsi dasar pemerintah adalah menyediakan dua barang publik, yaitu ketahanan nasional dan sistem hukum. Smith kemudian menyarankan kedua hal tersebut dibiayai melalui perbendaharaan publik (Smith, {1776} 1991).b. Jenis Barang PublikSecara taksonomi, barang publik dan barang privat dibedakan berdasarkan tingkat rivalry dan excludability-nya. Barang yang bersifat non-rivalry dan non-excludable merupakan public goods atau barang publik. Barang yang bersifat non-rivalry namun excludable merupakan collective/club goods. Barang yang bersifat non-excludable namun rivalry merupakan common goods/common pool resources. Barang yang bersifat rivalry serta excludable merupakan private goods atau barang privat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:RIVALNON-RIVAL

EXCLUDABLEPrivate GoodsCollective / Club Goods

NON-EXCLUDABLECommon Goods / Common Pool ResourcesPublic Goods

Tabel 1. Taksonomi BarangSelain pembagian di atas, para ekonom juga membedakan jenis-jenis barang publik sebagai berikut:1) Barang publik murni (disediakan pemerintah dan swasta yang harus melakukan dan mengatur distribusi barang tersebut) adalah barang yang dari aspek penggunaanya non-rivalry yaitu tidak ada persaingan dan non-exclusive yaitu tidak ada pengorbanan untuk mendapatkannya. Misalnya jalan raya, pertahanan, peradilan, dan perlindungan.2) Barang semi publik (disediakan oleh pemerintah maupun swasta) adalah barang yang dari aspek penggunaanya non-rivalry tetapi biaya namun ketika konsumen mengkonsumsi secara berlebihan maka akan timbul kebosanan, misalnya laut, padang gembala taman, klub olah raga.3) Barang publik semi privat (disediakan oleh pemerintah maupun swasta) adalah barang yang penggunaannya bersifat rivalry, tetapi pemanfataan tidak bersifat exclusive. Misalnya rumah sakit, pemancar radio, rumah sakit swasta, sekolah swasta.4) Barang privat (disediakan oleh swasta murni) adalah bersifat rivalry yaitu adanya persaingan penggunaan (konsumsi) dan exclusive yaitu adanya pengorbanan untuk mendapatkannya. Misalnya mobil, pakaian.Jalan raya, jalan utama yang menghubungkan satu kawasan dengan kawasan yang lain, merupakan salah satu contoh barang publik murni dengan asumsi ceteris paribus. Penggunaan jalan raya oleh seseorang tidak menghilangkan kesempatan orang lain untuk menggunakannya juga. Tidak ada persaingan untuk dapat menggunakan jalan raya, dan seseorang tidak dapat menghalangi orang lain untuk melewati jalan raya.Pada kenyataannya, ketika asumsi ceteris paribus tidak digunakan, ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang dapat tidak secara maksimal menikmati fasilitas jalan raya, sehingga mengurangi kepuasan dalam mengkonsumsi barang publik murni ini, atau dalam kata lain, kemurnian barang publik murni ini berkurang. Misalnya, seseorang yang memiliki rumah di pinggir jalan dan tidak memiliki halaman luas, kadang mengadakan acara yang mengharuskan jalan di depan rumahnya ditutup. Akibatnya, orang-orang pun tidak bisa melewati jalan itu dengan leluasa meskipun hanya sehari atau beberapa hari. Ekslusivitas atas jalan tersebut terjadi meskipun hanya sementara.Contoh lain yang lebih signifikan adalah kemacetan. Kemacetan banyak terjadi di kota-kota besar di Indonesia. Fokus pembahasan akan diarahkan ke kemacetan di Provinsi Jakarta. Ketika kemacetan di jalan raya terjadi, muncul persaingan atau rivalry antar pengguna jalan raya. Jalan raya yang biasanya dapat dilewati dengan nyaman dengan kecepatan normal menjadi tidak nyaman waktu tempuh pun semakin lama karena kendaraan harus berdesak-desakan terlebih dahulu. Beberapa individu yang seharusnya dapat menikmati jalan raya dengan tingkat kepuasan maksimal yang merata dan sama dengan seluruh pengguna lainnya, terpaksa harus kehilangan tingkat kepuasan maksimalnya. Kemacetan di jalan raya mengganggu hak para pengguna jalan raya untuk menikmati barang publik secara maksimal.4. Pembahasana. Hasil PengamatanJalan raya sebagai barang publik seharusnya bebas dari sifat rival dan excludable. Pada kenyataannya sifat rival tidak dapat dihindari ketika terjadi kemacetan di jalan raya. Tingkat kemacetan yang terjadi di jalan raya di Provinsi Jakarta semakin tahun semakin bertambah. Hal ini terjadi karena berdasarkan data Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya, pertambahan ruas jalan tidak sebanding dengan pertambahan jumlah kendaraan baik secara pribadi dan umum dari tahun ke tahun. Lebih jelasnya dapat dilihat dalam grafik berikut.

Grafik 1. Perbandingan Pertumbuhan Jumlah Kendaraan dengan Pertumbuhan Luas JalanPemerintah Provinsi Jakarta telah melakukan berbagai upaya untuk mengurangi kemacetan. Langkah-langkah yang selama ini telah dilakukan seperti:a. Pembuatan jalan barub. Pembuatan jalan layangc. Pelaksanaan 3 in 1 di jalur-jalur dan jam-jam tertentud. Pembuatan jalur busway dengan armada Trans Jakartae. Pembatasan jumlah penduduk datang/urbanisasif. Pemaksimalan penggunaan kereta commuter lineg. Pembatasan parkirh. Pengaturan penggunaan jalani. Merestrukturisasi dan menertibkan angkutan umumLangkah terbaru yang sedang dalam proses mulai dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Jakarta adalah pengaplikasian ERP. ERP sendiri telah digunakan di kota-kota besar di beberapa negara guna mengatasi masalah di jalan raya. Contoh penerapannya dapat ditemui di kota London-Inggris, Stockholm-Swedia, serta di Singapura-Singapura. Menurut Eliasson dan Lundberg dalam artikelnya Road Pricing in Urban Areas (2002) tujuan utama ERP adalah untuk pendanaan atau mengatur lalu lintas dan diperluas lagi menjadi:a. Road pricing dapat digunakan untuk pembiayaan keuangan;b. Dapat untuk meningkatkan kualitas lingkungan;c. Dapat meningkatkan aksesibilitas.b. Kemacetan, Masalah Jalan Raya Sebagai Barang PublikSecara umum, masalah kemacetan memiliki berbagai dampak. Bisa dari segi sosial maupun ekonomi seperti hilangnya waktu dan jam kerja produktif, pemborosan biaya operasional kendaraan, pemborosan bahan bakar kendaraan, mengakibatkan stres masyarakat, menjadikan masyarakat sensitif dan individualis, dan sebagainya. Salah satu dampak yang mungkin tidak disadari masyarakat adalah menjadikan masyarakat kehilangan haknya dalam menikmati barang publik secara maksimal.Jalan raya dibangun untuk mempermudah transportasi masyarakat. Jalan raya dibangun oleh pemerintah, baik pemerintah pusat, provinsi, atau kabupaten/kota. Masyarakat umum tidak dapat menyediakan jalan raya dengan mekanisme pasar yang ada. Butuh sumber daya yang tinggi dalam menyediakan jalan raya. Karena hanya dapat disediakan oleh pemerintah, jalan raya merupakan barang publik, dan didesain untuk dapat digunakan oleh seluruh masyarakat tanpa membatasi seseorang untuk melaluinya.Sayangnya dengan terjadinya kemacetan, hak masyarakat untuk dapat menggunakan jalan raya tanpa dibatasi menjadi berkurang. Setiap terjadi kemacetan, seseorang dengan kendaraannya harus bersaing dengan kendaraan lain untuk mencapai tujuannya.c. Usaha Pemerintah Provinsi Jakarta Mengatasi KemacetanBerdasarkan penjelasan diatas, dapat kita ketahui bahwa sudah ada banyak cara yang ditempuh oleh Pemerintah Provinsi Jakarta dalam mengatasi masalah kemacetan. Sayangnya cara-cara tersebut masih berdiri sendiri-sendiri, belum terintegrasi. Karenanya Pemerintah Provinsi Jakarta pun pada akhirnya merombak kebijakan transportasinya, dengan merumuskan grand design Pola Transportasi Makro (PMT).PMT adalah sebuah sistem yang diciptakan secara komprehensif untuk menciptakan penataan sistem transportasi yang terintegrasi di Jakarta. Tujuan akhirnya yaitu membuat sebuah sistem lalu-lintas dan transportasi yang bisa memberikan kenyamanan kepada masyarakat dengan tingkat efektivitas dan efisiensi yang tinggi.Sebenarnya PMT bisa dibilang sudah dimulai sejak lama. Dapat ditandai dengan dibangunnya proyek Trans Jakarta Busway. Setelah itu munculah berbagai proyek perbaikan transportasi lainnya seperti Light Rail Transit atau Monorail/Monorel yang pada akhirnya terhambat, commuter line yang semakin hari pelayanannya semakin bagus, waterway yang akhirnya tidak terlaksana, dan terakhir Pemerintah Provinsi Jakarta mulai membatasi kendaraan yang melewati jalan atau jalur tertentu dengan membangun proyek Electronic Road Pricing System.d. Pelaksanaan ERP di Berbagai NegaraSingapuraDi tahun 1975, Singapura telah menerapkan suatu jenis sistem berbasis wilayah, yang dianggap merupakan sistem road pricing modern pertama di dunia. Pada tahun 1998, sistem tersebut mulai digunakan secara otomatis yang kemudian disebut sebagai ERP system. Latar belakang penerapan road pricing adalah karena tingginya pengeksploitasian tanah dan standar hidup yang cukup tinggi sehingga membutuhkan pembatasan lalu lintas.Tujuan sistem ini adalah untuk mengatur lalu lintas demi meningkatkan aksesibilitas. Dasar penarikan ongkosnya adalah untuk mencapai target-speed yang mampu meningkatkan aksesibilitas. Jika kecepatan rata-rata turun, maka ongkos akan naik, begitu pula sebaliknya. Ongkos tersebut di revisi setiap bulan ketiga dan ditampilkan di billboard elektronik di setiap gerbang. Ongkos tersebut berbeda untuk tempat, jenis kendaraan, dan jam tertentu. Pendapatan tersebut masuk ke dalam akun nasional dan tidak dibedakan dari pendapatan negara lainnya. Penerapan ERP di Singapura tergolong berhasil karena masyarakatnya sudah tertib untuk mengutamakan menggunakan transportasi public daripada transportasi pribadi sehingga jarang ditemui kondisi macet di jalanan raya Singapura.Oslo dan Bergen NorwegiaElectronic road toll system diperkenalkan pertama di Oslo pada tahun 1990. Latar belakang alasannya adalah meningkatnya kemacetan selama tahun delapan puluhan. Tujuan sistem tol adalah untuk membiayai investasi baru, karena kalau tidak akan butuh waktu yang sangat lama untuk pembiayaan tersebut. Parlemen Norwegia pun turut serta membiayai sebagaian pembiayaan tersebut. Pembiayaan tersebut utamanya untuk konstruksi jalan baru sehingga diharapkan dapat mentransfer lalu lintas.Pada tahun 2007, ongkos tol diubah yang kemudian dialokasikan untuk investasi dalam transportasi umum. Ini berarti sistem tol akan berlangsung lebih lama. Dalam suatu disekusi disebutkan bahwa salah satu alasan ditambah lamanya penggunaan sistem tol ini karena dana untuk menyelesaikan proyek yang lama tidak mencukupi sehingga pendanaan baru pun dibutuhkan.Di kota Bergen, pada tahun 1986, diberlakukan penarikan untuk penggunaan jalan rayanya. Tujuannya sama, untuk membiayai infrastruktur baru. 80% pendapatannya digunakan untuk mengembangkan jaringan jalan dan sisanya untuk meningkatkan sistem bus kota. Sistem ini awalnya direncanakan sampai tahun 2001/2002 namun akhirnya diperpanjang sampai tahun 2012.Penerapan ERP tergolong berhasil di Oslo dan Bergen- Norwegia. Penerapan ERP berhasil mendukung pembangunan pengembangan jaringan transportasi di Oslo dan Bergen- Norwegia sehingga tingkat kemacetan yang lebih tinggi dapat dicegah.London InggrisRencana kota London untuk melaksanakan road pricing system dimulai pada Februari 2003. Latar belakangnya adalah, moyor Ken Livingstone menganggap bahwa situasi lalu lintas kota London merupakan masalah utama dalam masa pemilihan. Dalam kampanyenya, ia mendukung proposal untuk melakukan penarikan biaya di dalam kota London untuk mengurangi lalu lintas dan membiayai investasi transportasi. Pelaksanaannya adalah di London tengah, antara pukul 07.00 sampai pukul 18.30. Ongkosnya sebesar 5 per hari untuk mobil dan 15 untuk truk. Penduduk sekitar mendapat kesempatan mendapatkan kartu mingguan yang didiskon. Bus, taksi, sepeda motor, dan ambulance merupakan yang tidak dikenakan tarif. Tidak ada gerbang tol, sehingga teknik yang digunakan adalah pemotretan seluruh kendaraan yang melewati daerah tersebut. Nomor pelat kendaraan kemudian akan dibandingkan dengan daftar kendaraan yang sudah membayar di muka. Penerapan ERP tergolong berhasil di London- Inggris karena berhasil menertibkan kendaraan di jalanan raya Kota London.Selain sukses di beberapa negara, ERP juga gagal untuk diaplikasikan di beberapa negara lain. Contohnya sebagai berikut:Hong KongPercobaan pertama Hong Kong dalam mengenalkan sistem otomatis dengan electronic charge demi mengontrol lalu lintas dimulai pada tahun delapan puluhan. Eksperimen menggunakan 2500 kendaraan dimulai tahun 1983, dengan melaksanakan sistem 3 daerah dengan ongkos berbeda 5 kali per hari. Idenya, sistem tersebut akan dilaksanakan secara penuh, namun ada ketakutan bahwa identitas pribadi seseorang akan terungkap ke umum sehingga pada akhirnya dicabut. Salah satu alasan kenapa isu ini begitu penting adalah karena adanya kesepakatan bahwa Hong Kong seharusnya bergabung dengan Tiongkong (China pada saat itu), yang ditakutkan akan digunakan untuk pengawasan. Alasan lainnya adalah pendapat negatif bahwa teknologi saat itu belum maju yang dikhawatirkan akhirnya tidak dapat berfungsi. Di tahun 2001 proposal terkait hal yang sama sudah disampaikan kembali, namun masih belum dapat dilaksanakan terkait isu yang sama dengan sebelumnya.BelandaBelanda telah memiliki rencana untuk menerapkan distance-based road charges untuk mengatur lalu lintas. Idenya adalah tarif berbasis kilometer, menggantikan pajak kendaraan mulai tahun 2004 dan seterusnya. Namun pemilu Juli 2002 memenangkan pihak dengan pandangan politik yang berpendapat bahwa kebijakan road charges tersebut tidak dapat dilaksanakan sebelum kemudahan akses jalan dan transportasi umum ditingkatkan. Akhirnya rencana kebijakan atas sistem road charges tersebut pun belum dapat dilaksanakan.e. ERP Versi Pemerintah Provinsi JakartaERP di Provinsi Jakarta sudah dimulai uji cobanya pada bulan Juli 2014 lalu di Jalan Jenderal Sudirman. Uji coba dilaksanakan dengan sinkronisasi gerbang elektronik terhadap alat on board unit (OBU) yang dipasang di dua unit mobil milik Dinas Perhubungan DKI yang dijadikan sampel.Pada tahap awal, gerbang elektronik hanya dipasang di depan gedung Panin Bank, Jalan Sudirman. Uji coba dilakukan secara bertahap selama tiga bulan. Setelah tahap sinkronisasi dinilai beres, dilanjutkan pembagian acak 50 alat OBU kepada pengguna mobil yang berkantor di Jalan Sudirman.ERP resmi diberlakukan setelah uji coba rampung dan perusahaan pemenang tender dipilih. Nantinya ERP diterapkan berbarengan dengan sistem pendataan kendaraan bermotor yang berbasis elektronik, yaitu electronic registration and identification (ERI). Penegakan hukum lalu lintas yang akan dipakai juga berbasis elektronik, yaitu electronic law enforcement (ELE) sehingga tidak perlu ada penilangan di tempat.Jalan berbayar atau electronic road pricing rencananya diberlakukan mulai Januari 2015. Rencana tarif yang akan diberlakukan diperkirakan mencapai Rp30.000,00. Menurut Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakkarta, ada dua cara yang rencananya akan digunakan sebagai cara pembayaran ERP. Yang pertama dengan OBU, yang masih dalam masa uji coba. Dengan cara OBU ini, sudah ada kredit pembayaran atau saldo awal seseorang di bank sebesar kemampuan pengguna, yang nantinya ketika mobil dengan chip BOU milik seseorang tersebut melewati gerbang ERP, maka akan otomatis kena potong Rp30.000,00.Yang kedua dengan menggunakan rekening khusus, yang dibuat hanya untuk pembayaran ERP. Pemilik kendaraan akan mendapatkan identitas atau ID tersendiri dalam otodebit. Apabila saldo di rekening khusus tersebut habis, pemilik kendaraan dapat melakukan transfer langsung dari rekening lain ke rekening khusus ERP.Belum ada sanksi hukum yang jelas mengenai konsekuensi bagi pemilik kendaraan yang melintas di gate entry tanpa memiliki OBU. Kemungkinan alat pendeteksi akan merekam dan petugas langsung menelusuri pemilik kendaraan. Alamat pengendara dapat dicari melalui database yang dimiliki kepolisian dan dishub. Pemilik kendaraan kemudian akan dikirimkan surat denda, yang apabila diabaikan, maka Dishub bekerja sama dengan dinas pajak akan memblokir STNK mobil.f. EvaluasiRencana pelaksanaan ERP oleh Pemerintah Provinsi Jakarta secara umum sudah baik. Hal ini didukung dengan komitmen yang tinggi dari segala pihak dan didukung pula dengan sudah dilaksanakannya PMT secara terpadu. Meskipun begitu, masih terdapat celah yang dapat menghambat pelaksanaan ERP nantinya.1) Menurut Dewan Transportasi Kota Jakarta, standar pelayanan minimum (SPM) TransJakarta sampai saat ini belum terpenuhi. Padahal salah satu syarat ERP dapat dijalankan adalah angkutan umum harus dengan kondisi baik dan memenuhi SPM moda angkutan darat, salah satunya adalah TransJakarta. Oleh karena itu, Pemerintah Provinsi Jakarta sebaiknya segera memenuhi dokumen SPM ini.2) Masih terkait TransJakarta, jalur busway harus benar-benar steril. Selama ini masih terdapat kendaraan baik pribadi maupun umum yang masuk ke jalur busway meskipun sudah ada kebijakan denda/tilang. Apabila hal ini masih terjadi maka akan mengurangi kenyamanan maksimal yang ditawarkan ERP ketika menggunakan kendaraan umum.3) Penerapan ERP dari Jalan Sudirman hingga Thamrin, dan dari Mampang hingga Kuningan tidak akan efektif apabila tidak dibarengi dengan pemberlakuan hal yang sama di Jalan Gatot Subroto. Hal ini disebabkan saat ini Jalan Gatot Subroto merupakan salah satu titik kemacetan yang ada di Jakarta. Meskipun demikian, Pemerintah Provinsi DKI tidak punya wewenang menerapkan ERP di Jalan Gatot Subroto karena status jalan tersebut bukan merupakan jalan provinsi, melainkan jalan nasional yang berada di bawah wewenang Pemerintah Pusat. Karena itu diharapkan ada kebijakan khusus terhadap jalan tersebut.

5. Kesimpulana. Public goods bersifat unik dan menarik karena pada hakekatnya hampir mustahil untuk mengalokasikan public goods murni via mekanisme pasar. Karakteristik umum pure public goods adalah non-rivalry dan non-excludable. b. Kata barang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bermakna 1. benda umum (segala sesuatu yg berwujud atau berjasad); 2. semua perkakas rumah, perhiasan, dsb; 3. bagasi; muatan (kereta api dsb); 4. muatan selain manusia atau ternak. Sedangkan kata publik bermakna orang banyak (umum); semua orang yg datang (menonton, mengunjungi, dsb). Barang publik secara literal dapat dimaknai sebagai barang yang dapat dipakai oleh banyak orang.c. Jenis barang publik berdasarkan tingkat rivalry dan excludability-nya adalah: Private goods, collective/club goods, common goods/common pool resources dan public goods.d. Jalan raya, jalan utama yang menghubungkan satu kawasan dengan kawasan yang lain, merupakan salah satu contoh barang publik murni dengan asumsi ceteris paribus. Penggunaan jalan raya oleh seseorang tidak menghilangkan kesempatan orang lain untuk menggunakannya juga. Tidak ada persaingan untuk dapat menggunakan jalan raya, dan seseorang tidak dapat menghalangi orang lain untuk melewati jalan raya.e. Jalan raya sebagai barang publik seharusnya bebas dari sifat rival dan excludable. Pada kenyataannya sifat rival tidak dapat dihindari ketika terjadi kemacetan di jalan raya.f. Tingkat kemacetan Jakarta semakin tahun semakin bertambah karena peningkatan kendaraan jauh lebih pesat daripada peningkatan ruas jalan.g. Langkah terbaru yang sedang dalam proses mulai dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Jakarta adalah pengaplikasian Electronic Road Pricing (ERP).h. Menurut Eliasson dan Lundberg dalam artikelnya Road Pricing in Urban Areas (2002) tujuan utama ERP adalah untuk pendanaan atau mengatur lalu lintas dan diperluas lagi menjadi:1) Road pricing dapat digunakan untuk pembiayaan keuangan;2) Dapat untuk meningkatkan kualitas lingkungan;3) Dapat meningkatkan aksesibilitas.i. ERP merupakan bagian dari Pola Transportasi Makro (PMT) yang terintegrasi di Jakarta. Tujuan akhirnya yaitu membuat sebuah sistem lalu-lintas dan transportasi yang bisa memberikan kenyamanan kepada masyarakat dengan tingkat efektivitas dan efisiensi yang tinggi. j. Penerapan ERP di Singapura sejak tahun 1998 karena tingginya pengeksploitasian tanah dan standar hidup yang cukup tinggi sehingga membutuhkan pembatasan lalu lintas. Tujuan sistem ini adalah untuk mengatur lalu lintas demi meningkatkan aksesibilitas. Penerapan ERP di Singapura tergolong berhasil karena masyarakatnya sudah tertib untuk mengutamakan menggunakan transportasi publik daripada transportasi pribadi sehingga jarang ditemui kondisi macet di jalanan raya Singapura.k. Penerapan ERP di Oslo dan Bergen- Norwegia sejak tahun 1990. Latar belakang alasannya adalah meningkatnya kemacetan selama tahun delapan puluhan. Tujuan sistem tol adalah untuk membiayai investasi baru, karena kalau tidak akan butuh waktu yang sangat lama untuk pembiayaan tersebut. Penerapan ERP tergolong berhasil di Oslo dan Bergen- Norwegia. Penerapan ERP berhasil mendukung pembangunan pengembangan jaringan transportasi di Oslo dan Bergen- Norwegia sehingga tingkat kemacetan yang lebih tinggi dapat dicegah.l. Penerapan ERP di London dimulai pada Februari 2003. Latar belakangnya adalah, moyor Ken Livingstone menganggap bahwa situasi lalu lintas kota London merupakan masalah utama dalam masa pemilihan. Tidak ada gerbang tol, sehingga teknik yang digunakan adalah pemotretan seluruh kendaraan yang melewati daerah tersebut. Nomor pelat kendaraan kemudian akan dibandingkan dengan daftar kendaraan yang sudah membayar di muka. Penerapan ERP tergolong berhasil di London- Inggris karena berhasil menertibkan kendaraan di jalanan raya Kota London.m. Penerapan sistem otomatis electronic charge di Hongkong dimulai tahun 1983. Penerapan sistem otomatis electronic charge dicabut karena dikuatirkan identitas pribadi seseorang yang melekat dengan kendaraannya akan terungkap ke umum. Pada saat itu Hongkong sedang mengalami situasi kurang baik dengan Tiongkok sehingga dikuatirkan identitas pribadi seseorang dimanfaatkan dengan tujuan tidak baik. Selain itu ada pendapat negatif bahwa teknologi saat itu belum maju yang dikhawatirkan akhirnya tidak dapat berfungsi.n. Belanda berencana untuk menerapkan distance-based road charges untuk mengatur lalu lintas. Namun Pemilu memenangkan pihak dengan pandangan politik yang berpendapat bahwa kebijakan road charges tersebut tidak dapat dilaksanakan sebelum kemudahan akses jalan dan transportasi umum ditingkatkan.o. Penerapan ERP di Jakarta mirip dengan penerapan ERP di London- Inggris karena menggunakan alat pendeteksi akan merekam dan petugas langsung menelusuri pemilik kendaraan. Alamat pengendara dapat dicari melalui database yang dimiliki kepolisian dan dishub.p. Rencana pelaksanaan ERP oleh Pemerintah Provinsi Jakarta secara umum sudah baik. Hal ini didukung dengan komitmen yang tinggi dari segala pihak dan didukung pula dengan sudah dilaksanakannya PMT secara terpadu.q. Celah yang dapat menghambat pelaksanaan ERP di Jakarta adalah:1) Standar Pelayanan Minimum (SPM) TransJakarta masih belum terpenuhi.2) Jalur busway TransJakarta masih belum belum steril dari kendaraan pribadi.3) Penerapan ERP di Jalan Sudirman hingga Thamrin, dan dari Mampang hingga Kuningan tidak akan efektif bila tidak dibarengi penerapan ERP di Jalan Gatot Subroto mengingat Jalan Gatot Subroto merupakan salah satu titik kemacetan juga di Jakarta.

DAFTAR REFERENSI

Agar, Jesse (2014). The difference between private and public goods. Retrieved from https://www.youtube.com/watch?v=E1v5eRs0_fw. Conservation Strategy Fund.

BacaTransportasi.com. Sekilas Pola Transportasi Makro Jakarta. Retreived from http://www.bacatransportasi.com/sekilas-pola-transportasi-makro-jakarta/

Dapurpacu.com (2012). Pertumbuhan ruas jalan di Jakarta 0,01% tiap tahun. Retrieved from http://dapurpacu.com/139317/pertumbuhan-ruas-jalan-di-jakarta-001-tiap-tahun/

Eliasson, Jonas and Mattias Lundberg (2002). Road Pricing in Urban Areas. Borlange: Swedish National Road Administration.

Hyman, David N. (2010). Public Finance: A Contemporary Application of Theory to Policy, Tenth Edition. Ohio: South-Western Cengage Learning.

Ilmusipil.com (2012). Cara Mengatasi Kemacetan Jalan di Jakarta Retreived from http://www.ilmusipil.com/cara-mengatasi-kemacetan-jalan-di-jakarta

Jakarta Online (2011). Jalan utama Kota Jakarta. Retrieved from http://jak-online.blogspot.com/2011/01/jalan-utama-kota-jakarta.html

Kompas.com (2014). Ini yang Harus Dipenuhi Pemprov DKI Sebelum Terapkan ERP. Retreived from http://megapolitan.kompas.com/read/2014/07/16/15083141/Ini.yang.Harus.Dipenuhi.Pemprov.DKI.Sebelum.Terapkan.ERP

Kompas.com (2014). Kadishub: Rencananya Ada Dua Cara Pembayaran Jalan ERP. Retreived from http://megapolitan.kompas.com/read/2014/07/15/19390571/Kadishub.Rencananya.Ada.Dua.Cara.Pembayaran.Jalan.ERP

Kompas.com (2014). Penerapan ERP Bisa Memaksa Warga Naik Angkutan Umum. Retreived from http://megapolitan.kompas.com/read/2014/07/16/09570911/Penerapan.ERP.Bisa.Memaksa.Warga.Naik.Angkutan.Umum

Kompas.com (2014). Soal ERP, Jakarta Juga Perlu Belajar dari Kota yang Gagal. Retrieved from http://megapolitan.kompas.com/read/2014/07/16/14261141/Soal.ERP.Jakarta.Juga.Perlu.Belajar.dari.Kota.yang.Gagal

Kompas.com (2014). Tanpa Jalan Gatot Subroto, ERP di Jakarta Takkan Efektif. Retreived from http://megapolitan.kompas.com/read/2014/08/19/20015311/Tanpa.Jalan.Gatot.Subroto.ERP.di.Jakarta.Takkan.Efektif

Metrotvnews.com. Dewan Transportasi Jakarta Khawatir Transjakarta Hambat ERP. Retreived from http://news.metrotvnews.com/read/2014/12/11/330501/dewan-transportasi-jakarta-kuatir-transjakarta-hambat-erp

Prijanto (2010). Mengurai Kemacetan di Jakarta. Retreived from http://kantongprijanto.wordpress.com/karya-tulis/mengurai-kemacetan-di-jakarta/

Robbins, Donijo. (2005). Handbook of Public Sector Economic. Michigan: Taylor & Francis Group.Tata Ruang (2009). Pembatasan kendaraan untuk mengurangi kemacetan Jakarta. Retrieved from http://penataanruang.pu.go.id/bulletin/index.asp?mod=_fullart&idart=165

Umar Mba, Ir. Bobby Gafur (2014). Banyak pemikir, praktisi dan pengamat yang sudah membuat hitung-hitungan bahwa Jakarta akan dihantam kemacetan sangat parah pada 2014. Retrieved from http://pii.or.id/harus-sim-sala-bim-atasi-macet-jakarta/Wikibuku (2014). Pembenahan Transportasi Jakarta/Transportasi Kota Jakarta. Retreived from http://id.m.wikibooks.org/wiki/Pembenahan_Transportasi_Jakarta/Transportasi_Kota_Jakarta