Pandangan Alkitab Dan Gereja Katolik Terhadap Kesetaraan Gender

11
PANDANGAN ALKITAB DAN GEREJA KATOLIK TERHADAP KESETARAAN GENDER Makalah ini disusun untuk memenuhi syarat penilaian mata kuliah Seminar Pendidikan Agama Katolik. Disusun oleh: Moses William Yuwono 1100494

description

Seminar Pendidikan Agama Katolik

Transcript of Pandangan Alkitab Dan Gereja Katolik Terhadap Kesetaraan Gender

Page 1: Pandangan Alkitab Dan Gereja Katolik Terhadap Kesetaraan Gender

PANDANGAN ALKITAB DAN GEREJA KATOLIK TERHADAP KESETARAAN GENDER

Makalah ini disusun untuk memenuhi syarat penilaian mata kuliah Seminar Pendidikan Agama Katolik.

Disusun oleh:Moses William Yuwono

1100494

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTURFAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA2013

Page 2: Pandangan Alkitab Dan Gereja Katolik Terhadap Kesetaraan Gender

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tidak dapat dipungkiri bahwa di zaman dengan gelora semangat rasionalisme

dan universalisme ini, masih sering ditemukan paradigma kuno tentang

kedudukan gender. Pada dasarnya gender adalah kesepakatan peran, hak, dan

kewajiban antara pria dan wanita, gender bukanlah suatu hal yang meresahkan

bila tersepakati dengan baik. Namun gender akan menjadi masalah apabila terjadi

ketidaksetaraan dan ketidakadilan antara pria dan wanita dalam pembagian peran,

tanggung jawab, hak, kewajiban, serta fungsi sebagai anggota keluarga maupun

masyarakat sehingga merugikan salah satu pihak.

Ketidakadilan gender menghadirkan akibat negatif seperti:

penomorduaan/subordination, peminggiran/marginalisation, beban ganda/double

burden, kekerasan/violence, dan pelabelan negatif/stereotype (PMII LIGA UM,

2006). Kisah klasik seperti wanita pelayan pria, pria meguasai wanita, atau wanita

yang dipandang rendah adalah produk ketimpangan gender yang sedikit banyak

masih melekat di kehidupan manusia modern.

Gender dalam perspektif gereja katolik pun mengalami perjalanan

pemahaman yang panjang hingga tersepakati sebagaimana hari ini. Kitab

perjanjian lama memandang Allah sebagai laki-laki melalui penggambaran Bapa

yang maha kuasa, suka marah, dan menghukum (Dolong, 2006). Sementara kitab

perjanjian baru membawa pandangan terhadap Allah sebagai Tuhan yang keibuan

melalui penggambaran Bapa yang penuh kasih, Maha pengampun, dan panjang

sabar; terlebih lagi dengan munculnya sosok Bunda Maria sebagai Ibu seluruh

umat katolik.

Sebab gender sekali lagi adalah sebuah kesepakatan manusia, tidak seperti

jenis kelamin yang adalah kodrat Tuhan, maka pemahaman manusia yang terbatas

sering tergoyahkan oleh teori dunia. Makalah eksposisi hortatori ini hendak

memperkuat posisi pandangan pembaca terhadap gender, merujuk pada apa yang

dikatakan alkitab maupun gereja katolik bukan pada apa yang dikatakan manusia.

Page 3: Pandangan Alkitab Dan Gereja Katolik Terhadap Kesetaraan Gender

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis menegakkan rumusan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana pandangan Alkitab terhadap kesetaraan gender?

2. Bagaimana pandangan gereja Katolik terhadap kesetaraan gender?

C. Metode Pemecahan Masalah

Secara sederhana kedua rumusan masalah di atas akan terjawab melalui studi

pustaka. Penulis memulai dengan mengumpulkan perikop alkitab dan dokumen

gereja yang berkaitan dengan gender, kemudian data pustaka tersebut dibahas dan

dibandingkan hingga tercapai satu argumen yang kuat untuk ditegakkan sebagai

saran makalah ini.

Page 4: Pandangan Alkitab Dan Gereja Katolik Terhadap Kesetaraan Gender

BAB IIPANDANGAN ALKITAB DAN GEREJA KATOLIK TERHADAP

KESETARAAN GENDER

A. Landasan Alkitabiah yang Tidak Mendukung Kesetaraan Gender

Berikut adalah beberapa perikop dalam alkitab baik dalam perjanjian lama

maupun perjanjian baru yang tidak mendukung kesetaraan gender:

1. Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-

Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu.

(Kejadian 2:22)

2. Firman-Nya kepada perempuan itu: "Susah payahmu waktu mengandung

akan Kubuat sangat banyak; dengan kesakitan engkau akan melahirkan

anakmu; namun engkau akan berahi kepada suamimu dan ia akan

berkuasa atasmu." (Kejadian 3:16)

3. Puji-pujian untuk isteri yang cakap. (Amsal 31:10-31)

4. Aku tidak mengizinkan perempuan mengajar dan juga tidak

mengizinkannya memerintah laki-laki; hendaklah ia berdiam diri. Karena

Adam yang pertama dijadikan, kemudian barulah Hawa. Lagipula bukan

Adam yang tergoda, melainkan perempuan itulah yang tergoda dan jatuh

ke dalam dosa. (1 Timotius 2:12-14)

B. Landasan Alkitabiah yang Mendukung Kesetaraan Gender

Berikut adalah beberapa perikop dalam alkitab baik dalam perjanjian lama

maupun perjanjian baru yang mendukung kesetaraan gender:

1. Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut

gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-

Nya mereka. (Kejadian 1:27)

2. Lalu kata Maria: "Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira

karena Allah, Juruselamatku, sebab Ia telah memperhatikan kerendahan

Page 5: Pandangan Alkitab Dan Gereja Katolik Terhadap Kesetaraan Gender

hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan

menyebut aku berbahagia. (Lukas 1:46-48)

3. Ketika Yesus masih berbicara, berserulah seorang perempuan dari antara

orang banyak dan berkata kepada-Nya: "Berbahagialah ibu yang telah

mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau." Tetapi Ia

berkata: "Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah

dan yang memeliharanya." (Lukas 11:27-28)

4. Maka kata perempuan Samaria itu kepada-Nya: "Masakan Engkau,

seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?" (Sebab orang

Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria.). Jawab Yesus kepadanya:

"Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata

kepadamu: Berilah Aku minum! niscaya engkau telah meminta kepada-

Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup." (Yohanes 4:9-10)

C. Pandangan Gereja Katolik terhadap Kesetaraan Gender

Pandangan gereja terhadap kesetaraan gender terwakili melalui dokumen

Familiaris Consortio (FC) dan katekismus gereja katolik, diantaranya:

1. Perempuan dinyatakan sederajat dengan laki-laki, seperti diwahyukan

dalam sejarah keselamatan sejak awal. (FC 22)

2. Perempuan diakui mempunyai martabat manusia yang sama dengan laki-

laki, maka mereka mempunyai hak untuk berperan dalam masyarakat.

(FC 23)

3. Peranan isteri dalam keluarga harus diakui dan dihargai. (FC 24)

4. Cinta suami-isteri bersifat subur, baik dalam arti biologis maupun

spiritualitas. Artinya, membuahkan kekayaan moral, religiusitas, dan budi

pekerti yang baik. (FC 28)

5. Allah memberkati laki-laki dan perempuan dengan martabat yang sama

sebagai manusia. (Katekismus)

Page 6: Pandangan Alkitab Dan Gereja Katolik Terhadap Kesetaraan Gender

D. Hasil Diskusi

1. Bagaimana pendapat anda tentang hirarki gereja yang masih dipegang oleh

pria dan murid-murid Yesus pun seluruhnya pria?

Permasalahan hirarki gereja yang hanya boleh dipegang oleh laki-laki

memang telah menjadi perdebatan yang selalu hangat dibicarakan dunia,

namun hasil penelusuran saya mengenai masalah ini, terpantau bahwa

umat katolik di seluruh dunia nyatanya masih nyaman dengan tradisi ini,

namun tidak menutup kemungkinan di kemudian hari ada perempuan yang

menjadi imam. Sementara mengenai murid yang diangkat Yesus,

sebenarnya tidak seluruhnya laki-laki, terlihat dari perikop yang

menceritakan saat Maria dan Marta melayani Yesus, disana Yesus

menyatakan Maria sebagai muridNya.

2. Apakah anda setuju dengan pemimpin wanita?

Ya; justru disinilah letak keunggulan kita dimana kita diberi kebebasan

untuk menduduki setiap jabatan, tak jarang kita menemukan pemimpin

wanita yang gemilang seperti bunda Theresa, atau nabi Hana dari

perjanjian lama.

Page 7: Pandangan Alkitab Dan Gereja Katolik Terhadap Kesetaraan Gender

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Alkitab perjanjian lama menghadirkan paradigma bahwa perempuan adalah

makhluk kedua dan sumber dosa. Perempuan adalah makhluk yang diciptakan

dari rusuk laki-laki sehingga ia semestinya tunduk pada laki-laki. Hawa adalah

yang menyebabkan Adam memakan buah pengetahuan sehingga ia disebut-sebut

sebagai sumber dosa. Akhirnya terjadi ketidaksetaraan gender dalam kehidupan

umat Tuhan yang bertahan sebagai tradisi selama 1500 tahun sampai saat Yesus

datang ke dunia.

Dalam kitab perjanjian baru, Bunda Maria muncul sebagai sosok Ibu yang

panjang sabar dan penuh kasih. Kehadiran Yesus seolah merombak pemahaman

umat terhadap hukum taurat, Yesus tidak menjauhi perempuan sundal, Yesus

bercakap dengan wanita Samaria, yang menurut tradisi Yahudi adalah tabu.

Martabat perempuan diangkat dan dimuliakan oleh ajaran Yesus.

Perjanjian baru atau ajaran Kristus kemudian menjadi titik tolak gereja

Katolik dalam menentukan pandangannnya terhadap kesetaraan gender. Sifat

gereja yang apostolik berusaha meneruskan semangat kerasulan sebagaimana

terjadi sejak 2000 tahun lalu. Tertuang dalam berbagai dokumen, gereja

menerjemahkan ajaran Yesus untuk senantiasa memuliakan dan menjunjung

kesetaraan harkat, martabat, hak, kewajiban, peran, serta fungsi pria dan wanita

dalam kehidupan spiritual maupun sekular.

B. Saran

Hingga hari ini, umat Katolik di seluruh dunia hidup dalam keharmonisan dan

damai karena dipersatukan oleh gereja. Sifat percaya umat Katolik terhadap ajaran

gereja yang universal membuat kita tetap diberkati Tuhan. Satu yang pasti adalah

setiap ajaran gereja tidak akan pernah bertentangan dengan ajaran Yesus, juga

telah dipikirkan secara matang oleh penyusun-penyusun yang hidup kudus.

Page 8: Pandangan Alkitab Dan Gereja Katolik Terhadap Kesetaraan Gender

Begitu pula terhadap kesetaraan gender, hal yang perlu kita lakukan adalah

percaya pada ajaran gereja yang juga merupakan ajaran Kristus. Sebagai umat

Katolik, kapanpun dan dimanapun kita berkarya, Tuhan Yesus mengutus kita

untuk mengasihi sesama tanpa membedakan suku, ras, agama, dan gender.

Page 9: Pandangan Alkitab Dan Gereja Katolik Terhadap Kesetaraan Gender

DAFTAR PUSTAKA

Alkitab Deuterokanonika. (2006). Jakarta: LAI.

Dolong, B. (2006). Kesetaraan dan Keadilan Gender dalam Keluarga (Pandangan Gereja Katolik). Penguatan Pemahaman Dan Sikap Keagamaan Yang Adil Gender (p. 1). Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.

Paul II, John. (1981). Familiaris Consortio. Vatican: Apostolic Exhortation.

PMII LIGA UM. (2006, October 9). Gender dan Jenis Kelamin. Retrieved September 11, 2013, from PMII LIGA UM: http://pmiiliga.wordpress.com/2006/10/09/nikmatus-sholihah-gender-dan-jenis-kelamin/

YOUCAT Indonesia - Katekismus Populer. (2012). Yogyakarta: Kanisius.