Otitis Media Efusi

29
BAGIAN ILMU KESEHATAN THT-KL FAKULTAS KEDOKTERAN Referat UNIVERSITAS HASANUDDIN Januari 2015 OTITIS MEDIA EFUSI Oleh: Nurhayati Binti Yacob C111 10876 Muh. Ridwan Hasbi C111 10275 Pembimbing: dr. Dewi Sinta DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

description

omsk

Transcript of Otitis Media Efusi

Page 1: Otitis Media Efusi

BAGIAN ILMU KESEHATAN THT-KL

FAKULTAS KEDOKTERAN Referat

UNIVERSITAS HASANUDDIN Januari 2015

OTITIS MEDIA EFUSI

Oleh:

Nurhayati Binti Yacob C111 10876

Muh. Ridwan Hasbi C111 10275

Pembimbing:

dr. Dewi Sinta

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ILMU KESEHATAN THT-KL

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2015

Page 2: Otitis Media Efusi

LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa:

1. Nama: Nurhayati Binti Yacob

Nim : C111 10876

2. Nama : Muh. Ridwan Hasbi

Nim : C111 10275

Telah menyelesaikan tugas referat dalam Rangka Kepaniteraan Klinik pada

Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Makassar, Desember 2014

Pembimbing,

dr. Dewi Sinta

Page 3: Otitis Media Efusi

DAFTAR ISI

1. Halaman pengesahan………………………………………………………..

2. Daftar isi……………………………………………………………………..

3. Pendahuluan…………………………………………………………………

4. Anatomi telinga dan fisiologi pendengaran…………………………………

5. Otitis media efusi…………………………………………………………....

a. Definisi……………………………………………………………...

b. Epidemiologi………………………………………………………..

c. Etiopatogenesis……………………………………………………..

d. Manifestasi klinis……………………………………………………

e. Diagnosis……………………………………………………………

f. Diagnosis banding…………………………………………………..

g. Penatalaksanaan…………………………………………………….

h. Komplikasi…………………………………………………………..

i. Prognosis…………………………………………………………….

6. DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….

Page 4: Otitis Media Efusi

BAB 1

PENDAHULUAN

Telinga merupakan salah satu panca indera dalam tubuh manusia yang memiliki

peranan yang sangat penting karena memilki fungsi sebagai alat pendengaran dan

keseimbangan.1

Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba

eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media merupakan salah satu

penyebab utama gangguan pendengaran dan ketulian, bahkan dapat menimbulkan

penyulit yang mengancam jiwa, terutama di negara berkembang. Namun demikian oleh

sebagian masyarakat masih dianggap hal biasa, sehingga tidak segera mencari

pertolongan saat menderita otitis media. Saat pendengarannya mulai berkurang, tidak

mampu mengikuti pelajaran di sekolah, tidak mampu beraktifitas dengan baik ataukah

setelah terjadi komplikasi barulah mereka mencari pertolongan medis.1,6

Gangguan pendengaran yang disebabkan oleh kelainan sistim konduksi telinga

tengah pada anak penting diketahui sedini mungkin, mengingat dampak yang dapat

timbul dikemudian hari, berupa gangguan bicara dan gangguan bahasa yang berpengaruh

pada tingkat intelegensia anak. Otitis media ini merupakan salah satu masalah besar bagi

anak-anak. Di perkirakan bahwa hampir sekitar 70% anak-anak pernah menderita 1 atau

lebih episode otitis media dalam 3 tahun pertama.6

Otitis media yang berlangsung tanpa disedari dan terjadinya secara bertahap, ini

dapat berpengaruh terhadap fungsi pendengaran, yang dalam perkembangannya dapat

juga disertai adanya perubahan status mental, kemampuan berbicara dan proses belajar

dari seorang anak. Setelah beberapa waktu menderita otitis media, maka dapat terjadi

penumpukan cairan ditelinga tengah sehingga dapat mencetuskan terjadinya tuli

konduktif pada seseorang.6

Banyak ahli membuat pembagian klasifikasi otitis media. Secara mudah, otitis

media terbagi atas otitis media supuratif dan otitis media supuratif non supuratif (otitis

media serosa, otitis media sekretoria, otitis media musinosa dan otitis media efusi).1

Page 5: Otitis Media Efusi

Otitis media non supuratif memilki nama lain yaitu otitis media musinosa, otitis

media efusi, otitis media serosa, otitis media sekretoria, otitis media mukoid (glue ear).

Otitis media efusi (OME) adalah keadaan terdapatnya sekret yang nonpurulen di telingah

tengah, sedangkan membran tympani utuh tanpa ada tanda-tanda infeksi. Apabila efusi

tersebut encer disebut otitis media serosa dan apabila efusi tersebut kental seperti lem

disebut otitis media mukoid (glue ear).1

BAB II

Page 6: Otitis Media Efusi

ANATOMI TELINGA DAN FISIOLOGI PENDENGARAN

1. ANATOMI TELINGA

Struktur yang terganggu pada otitis media adalah bagian telinga tengah.

Dimana telinga tengah itu sendiri terdiri dari :

a) Batas Luar : Membran timpani

b) Batas Depan : Tuba eustachius

c) Batas Bawah : Vena Jugularis

d) Batas Belakang : Aditus ad Antrum, Kanalis fasialis pars vertikalis

e) Batas Atas : Tegmen Timpani

f) Batas dalam : berturut-turut dari atas ke bawah yaitu kanalis semisirkularis

horizontal, kanalis fasialis, tingkap lonjong, tingkap bundar, dan promontorium.1

Dari batas-batas tersebut maka terbentuklah suatu ruangan/kavitas yang berisi

tulang-tulang pendengaran/osikula auditiva yang terdiri dari Maleus (yang

bersentuhan dengan membrane timpani), Inkus, lalu Stapes yang berlekatan

dengan tingkap lonjong.1

Membran Timpani merupakan suatu bagian yang terdiri dari 2 lapis yaitu

pars flaksid dan pars tensa. Untuk pars. Flaksid ini berada di bagian atas dan

hanya terdiri dari 2 lapis yaitu lanjutan dari epitel kulit telinga dan lapisan

mukosa yang terletak dibagian dalam.Oleh karena lapisannya tipis, maka daerah

ini yang sering mengalami retraksi jika terjadi tekanan negatif di telinga

tengah.2

Gambar 1 : Anatomi Membran timpanidikutip dari kepustakaan 2

Sedangkan untuk pars tensa merupakan bagian yang terletak dibawah

yang terdiri dari 3 lapis yaitu : lapisan kutaneous (Lapisan paling luar yang

terdiri dari berlapis kubis), lapisan mukosa (Lapisan paling dalam yang terdiri

dari epitel selapis kubis atau lanjutan dari mukosa saluran nafas, dan

Lamina propria (terletak di tengah dan terdiri dari lapisan sirkuler dan radier).

Page 7: Otitis Media Efusi

Fungsi dari membrane timpani ini adalah untuk mengubah gelombang suara

menjadi getaran yang akan diteruskan oleh tulang-tulang pendengaran.2

Pada kavum timpani terdapat 3 ruangan yaitu epitimpani, mesotimpani

dan hipotimpani. Pada epitimpani terdapat jaringan yang berguna untuk

mempertahan tulang-tulang pendengaran dan juga terdapat sedikit udara dan

terdapat pintu dari mastoid. Mastoid ini merupakan hasil pneumatisasi dari os.

Temporal. Sampai saat ini fungsi dari mastoid masih belum diketahui secara

pasti.2

Gambar 2 : Anatomi telinga tengah

dikutip dari kepustakaan 2

Sedangkan pada Hipotimpani, berbatasan dengan vena jugularis dan

terdapat tuba eustachius. Untuk tulang-tulang pendengaran/osikula auditiva,

terdiri dari Maleus (yang bersentuhan dengan membrane timpani), Inkus, lalu

Stapes yang berlekatan dengan tingkap lonjong. Fungsi dari tulang pendengaran

ini selain menghantarkan getaran dari membrane timpani juga untuk memperkuat

getaran tersebut sampai 17 kali.2

Tuba eustachius merupakan suatu saluran yang menghubungkan antara

cavum timpani dengan nasofaring yang bermuara di Ostium Pharyngeum Tuba

Auditifa (OPTA). Fungsi dari tuba eustasi ini sendiri adalah sebagai ventilasi dari

cavum timpani, menyeimbangkan tekanan di kavum timpani dan di atmosfir

(diluar), sebagai barrier terhadap infeksi asending. Pada anak-anak tuba eustasi ini

lebih horizontal dan lebih pendek daripada orang dewasa. Hal inilah yang dapat

mencetuskan mudahnya anak-anak menderita otitis media.2

Page 8: Otitis Media Efusi

Gambar 3 : Anatomi tuba eustasi

dikutip dari kepustakaan 2

2. FISIOLOGI PENDENGARAN

Suara atau bunyi yang masuk ditangkap oleh daun telinga, kemudian

diteruskan kedalam liang telinga luar yang akan menggetarkan gendang telinga.

Getaran ini akan diteruskan dan diperkuat oleh tulang-tulang pendengaran yang

saling berhubungan yaitu malleus, incus dan stapes. Stapes akan menggetarkan

tingkap lonjong (oval window) pada rumah siput yang berhubungan dengan scala

vestibuli sehingga cairan didalamnya yaitu perilimfe ikut bergetar. Getaran

tersebut akan dihantarkan ke rongga dibawahnya yaitu scala media yang berisi

endolimfe sepanjang rumah siput. Didalam scala media terdapat organ corti yang

berisi satu baris sel rambut dalam (Inner Hair Cell) dan tiga baris sel rambut luar

(Outer Hair Cell) yang berfungsi mengubah energi suara menjadi energi listrik

yang akan diterima oleh saraf pendengaran yang kemudian menyampaikan atau

meneruskan energi listrik tersebut kepusat sensorik mendengar di otak sehingga

kita bisa mendengar suara atau bunyi tersebut dengan sadar.1,2

Page 9: Otitis Media Efusi

BAB III

OTITIS MEDIA EFUSI

I. DEFINISI

Otitis media dengan efusi adalah adanya cairan di telinga tengah tanpa

tanda-tanda atau gejala infeksi telinga akut. Apabila efusi tersebut encer disebut

otitis media serosa dan apabila efusi tersebut kental seperti lem disebut otitis

media mukoid (glue ear). Otitis media serosa terjadi terutama akibat adanya

transudat atau plasma yang mengalir dari pembuluh darah ke telinga tengah yang

sebagian besar terjadi akibat adanya perbedaan tekanan hidrostatik, sedangkan

Page 10: Otitis Media Efusi

pada otitis media mukoid, cairan yang ada di telinga tengah timbul akibat sekresi

aktif dari kelenjar dan kista yang terdapat di dalam mukosa telinga tengah, tuba

eustachius dan rongga mastoid. Faktor yang berperan utama adalah

terganggunya fungsi tuba eustachius. Faktor lain yang dapat berperan sebagai

penyebab adalah adenoid hipertrofi, adenoitis, sumbing palatum (cleft-palate),

tumor di nasofaring, barotrauma, sinusitis, rinitis, defisiensi imunologik atau

metabolik. Keadaan alergik sering berperan sebagai faktor tambahan dalam

timbulnya cairan di telinga tengah (efusi telinga tengah).1

II. EPIDEMIOLGI

Di Amerika Serikat, infeksi telinga tengah adalah masalah kesehatan

utama yang ditemukan pada bayi dan anak. Suatu survei yang melakukan skrining

pada anak-anak yang sehat usia bayi sampai 5 tahun menunjukkan sebanyak 15-

40% memiliki efusi pada telinga tengah. Studi lain, pada anak yang diperiksa

secara berkala selama 1 tahun, 50-60% peserta dan 25% anak usia sekolah

ditemukan efusi pada telinga tengah, dengan puncak insiden pada musim dingin.3

Sekitar 80% anak-anak mengalami episode otitis media dengan efusi saat berusia

kurang dari 10 tahun. Lima persen dari anak-anak usia 2-4 tahun mengalami

hilangnya pendengaran karena efusi telinga tengah yang menetap selama 4 bulan

atau lebih. Prevalensi otitis media dengan efusi didapatkan paling tinggi pada

kelompok usia 2 tahun ke bawah dan menurun secara drastis pada anak di

atas 6 tahun.3

III. ETIOPATOGENESIS

Pada dasarnya otitis media efusi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu otitis

media serosa dan otitis media mukoid. Apabila efusi tersebut encer disebut otitis

media serosa dan apabila efusi tersebut kental seperti lem disebut otitis media

mukoid.1

Otitis media serosa terutama terjadi akibat adanya transudat atau plasma

yang mengalir dari pembuluh darah ke telinga tengah yang sebagian besar terjadi

perbedaan tekanan hidrostatik, sedangkan pada otitis media mukoid,

cairan yang ada di telinga tengah timbul akibat sekresi aktif dari kelenjar dan kista

Page 11: Otitis Media Efusi

yang terdapat di dalam mukosa telinga tengah, tuba eustachius, dan rongga mastoid.

Faktor yang berperan utama dalam keadaan ini adalah terganggunya fungsi tuba

eustachius. Faktor lain yang dapat berperan sebagai penyebab barotrauma,

sinusitis, rinitis, defisiensi imunologik atau metabolik. Keadaan alergik sering

berperan sebagai faktor tambahan dalam timbulnya cairan di telinga tengah (efusi

di telinga tengah).1

Disfungsi tuba eustachius adalah prekursor yang utama. Jika tuba

eustachius tersumbat, maka akan tercipta keadaan vakum di dalam telinga tengah.

Sumbatan yang lama dapat mengarah pada peningkatan produksi cairan yang

semakin memperberat masalah. Gangguan pada tuba eustachius yang membuat

tuba eustachius tidak dapat membuka secara normal antara lain berupa

palatoskisis dan obstruksi tuba serta barotrauma.4

Palatoskisis dapat menyebabkan disfungsi tuba eustachius akibat hilangya

penambat otot tensor veli palatini. Pada palastokisis yang tidak dikoreksi, otot

menjadi terhambat dalam kontraksinya membuka tuba eustachius pada saat

menelan. Ketidakmampuan untuk membuka tuba ini menyebabkan ventilasi

telinga tengah tidak memadai, dan selanjutnya terjadi peradangan.4

Obstruksi tuba eustachius dapat disebabkan oleh berbagai keadaan

termasuk peradangan, seperti nasofaringitis atau adenoitis. Obstruksi juga

disebabkan oleh tumor nasofaring. Bila suatu tumor nasofaring menyumbat tuba

eustachius, temuan klinis pertama dapat berupa cairan dalam telinga tengah.

Obstruksi dapat pula disebabkan oleh benda asing, misalnya tampon posterior

untuk pengobatan epistaksis, atau trauma mekanis akibat adenoidektomi yang

terlalu agresif sehingga terbentuk parut dan penutupan tuba.10

Barotrauma adalah keadaan dengan terjadinya perubahan tekanan yang

tiba-tiba di luar telinga tengah sewaktu di pesawat terbang atau menyelam, yang

menyebabkan tuba gagal untuk membuka. Apabila perbedaan tekanan mencapai

90 cmHg, maka otot yang normal aktivitasnya tidak mampu membuka tuba. Pada

keadaan ini terjadi tekanan negatif di rongga telinga tengah, sehingga cairan

keluar dari pembuluh darah kapiler mukosa dan kadang-kadang disertai dengan

Page 12: Otitis Media Efusi

ruptur pembuluh darah, sehingga cairan di telinga tengah dan rongga mastoid

tercampur darah.1

Otitis media efusi dapat didahului dengan otitis media akut. Hal ini

disebabkan oleh sekresi cairan dari mukosa yang terinflamasi. Mukosa telinga

tengah tersensitisasi oleh paparan bakteri sebelumnya, dan melalui reaksi alergi

terus menerus memproduksi sekret. Tetapi otitis media dengan efusi tidak harus

selalu diawali dengan otitis media akut.3

IV. KLASIFIKASI

Pada dasarnya otitis media serosa dapat dibagi atas 2 jenis:

1. Otitis media serosa akut

Adalah keadaan terbentuknya sekret di telinga tengah secara tiba-tiba yang

disebabkan oleh gangguan fungsi tuba eustachius yang terjadi disebabkan oleh

infeksi saluran nafas bagian atas atau serangan alergik pada nasal.9

2. Otitis media serosa kronis

Pada keadaan kronis, terjadinya sumbatan pada tuba eustachius dalam

jangka waktu yang lama atau terbentuknya sekret yang lebih kental sehingga

sekret tidak dapat diserap dan tidak bisa disalurkan melalui tuba eustachius.9

V. MANIFESTASI KLINIS

Otitis media efusi seringkali muncul tanpa nyeri. Cairan yang terkumpul

dalam telinga tengah dapat mengurangi pendengaran. Gejala yang menonjol pada

otitis media efusi biasanya pendengaran berkurang. Selain itu pasien juga dapat

mengeluh rasa tersumbat pada telinga atau suara sendiri terdengar lebih nyaring

atau berbeda, pada telinga yang sakit (diplacusis binauralis). Umumnya orang

dewasa dapat menjelaskan gejala-gejala yang dialaminya secara lebih dramatis,

dapat berupa perasaan rasa penuh dalam telinga, menurunnya ketajaman

pendengaran dan tinitus. Masalah cairan dalam telinga tengah ini paling sering

ditemukan pada anak dan biasanya bermanifestasi sebagai tuli konduktif. Pada

Page 13: Otitis Media Efusi

kebanyakan anak, otitis media serosa terjadi secara asimptomatik terutama pada

anak-anak dibawah umur 2 tahun. Karena anak-anak memerlukan pendengaran

untuk belajar berbicara, maka hilangnya pendengaran akibat cairan di telinga

tengah dapat menyebabkan keterlambatan bicara, pemahaman pembicaraan,

gangguan perkembangan bahasa dan belajar.12,18

VI. DIAGNOSIS BANDING

Beberapa penyakit yang harus diperhatikan untuk menyingkirkan

diagnosis banding antara lain otitis media akut, adenoid hipertropi dan bening

nasopharyngeal masses.17,16

VII. DIAGNOSIS

Diagnosis otitis media efusi seringkali sulit ditegakkan karena prosesnya

sendiri yang kerap tidak bergejala, atau dikenal dengan silent otitis media. Otitis

media efusi sering tidak terdeteksi baik oleh orang tuanya, guru, bahkan oleh

anaknya sendiri. Selain dari anamnesis, terdapat beberapa pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis otitis

media efusi.11,13

1. Anamnesis

Anamnesis yang lengkap dan teliti mengenai keluhan yang dirasakan dan

riwayat penyakit sebelumnya harus ditanyakan misalnya:

a) Pendengaran berkurang atau terdengar suara sendiri lebih keras

b) Telinga rasa seperti tertutup/penuh dan tidak nyaman

c) Telinga berdengung(tinitus)

d) Ada nyeri yang dirasakan atau tidak terasa nyeri pada telinga

e) Pada anak-anak ditanyakan ada tidak gangguan bicara, penurunan prestasi

belajar dan masalah perilaku sejak akhir-akhir ini.

Page 14: Otitis Media Efusi

f) Riwayat alergi

g) Riwayat infeksi saluran napas bagian atas dan riwayat infeksi telinga

berulang.

h) Riwayat dalam keluarga dengan sakit yang sama

2. Pemeriksaan fisik

a) Otoskopi

Diagnosis otitis media efusi terutama didasarkan pada pemeriksaan

membran timpani. Otoskopi yang tepat memerlukan liang telinga yang

bersih dan pencahayaan dan pembesaran yang memadai. Pada kasus efusi

mucoid, pemeriksaan otoskopi dapat memperlihatkan membrane timpani

opaque, translusen, warna kusam dan tekstur tebal. Tekanan yang

disebabkan oleh efusi di telinga tengah dapat menyebabkan membrane

timpani sedikit menonjol. Pada efusi serosa kadang-kadang hanya mengisi

sebagian rongga timpani, ini memperlihatkan adanya air fluid level dan

gelembung udara yang terlihat melalui membran timpani.10,11,13

Gambar 4 : Otitis media dengan efusidikutip dari kepustakaan 8

b) Tes pendengaran dengan garpu tala

Pemeriksaan dilakukan sebagai salah satu langkah skrining ada

tidaknya penurunan pendengaran yang biasa timbul pada otitis media

Page 15: Otitis Media Efusi

efusi. Pada pasien dilakukan tes Rinne, Weber, dan Swabach. Pada otitis

media efusi didapatkan gambaran tuli konduktif.10,11

c) Pneumatic otoscope

Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai respon gendang telinga

terhadap perubahan tekanan udara. Gerakan gendang telinga yang

berkurang atau tidak ada sama sekali dapat dilihat dengan pemeriksaan

ini. Kehadiran efusi di telinga tengah terdeteksi oleh alat penumatic

otoscope. Gelembung udara dibelakang membrane timpani terlihat melalui

pneumatic otoscope sebagai gelebung udara yang bergerak dan merupakan

tanda klasik efusi serosa.10,13

3. Pemeriksaan penunjang

a) Impedance audiometry (tympanometry)

Pemeriksaan ini digunakan untuk mengukur perubahan impedans

akustik sistem membran timpani telinga tengah melalui perubahan tekanan

udara telinga luar. Timpanogram tipe A merupakan gambaran dimana

tekanan telinga tengah kurang lebih sama dengan tekanan atmosfer,

timpanogram tipe B adalah gambaran datar tanpa compliance dan

timpanogram tipe C menunjukkan negative pressure peak. Pada otitis

media efusi, biasanya didapatkan timpanogram tipe B.2,10,11

Gambar 5: Tipe-tipe timpanogramdikutip dari kepustakaan 18

b) Pure tone audiometry

Page 16: Otitis Media Efusi

PTA digunakan untuk menentukan derajat ketulian dan jenis

ketulian. Dalam kebanyakan kasus audiogram menunjukkan rata-rata

penurunan adalah 28 db. Perlu diingat bahwa dalam kasus-kasus ringan

sedikit atau tidak penurunan terlihat mungkin hadir. Variasi ini mungkin

berkaitan dengan jumlah dan jenis cairan (serous atau mucous) dan lokasi

yang tepat dalam telinga tengah. Perlu diketahui bahwa audiometri tidak

diperlukan untuk mendiagnosis otitis media efusi, tetapi hal ini tetap

berguna dalam mengungkapkan sejauh mana gangguan pendengaran yang

dialami dan dalam mengukur efektivitas pengobatan.10,11,13

VIII. PENATALAKSANAAN

1. Terapi non-bedah

Otitis media efusi biasanya sembuh tanpa diobati dalam jangka waktu 2-3

minggu. Jika gangguan pada telinga berterusan setelah 1-3 bulan, pembedahan

bisa dilakukan. Terapi medikamentosa dapat berupa decongestan, anti histamin,

antibiotik, perasat valsava bila tidak ada tanda-tanda infeksi jalan napas atas dan

hiposensitisasi alergi. Dekongestan dapat diberikan melalui tetes hidung, atau

kombinasi anti histamin dengan dekongestan oral. Namun kepustakaan lain

menuliskan bahwa antihistamin maupun dekongestan tidak berguna bila tidak ada

kongesti nasofaring. Untuk otitis media efusi itu sendiri, pemberian antibiotik

tidak disarankan. Dasar dari pemberian antibiotik adalah berdasarkan penelitian

dari hasil kultur bakteri cairan otitis media efusi. Cairan serosa dan mukoid yang

dikumpulkan pada miringotomi untuk diteliti, hasilnya ditemukan biakan kultur

positif pada 40% spesimen. Hasil biakan kultur tersebut mengandung organisme

yang identik dengan organisme yang didapat dari timpanosentesis otitis media

akut. Maka, pemilihan antibiotik pada otitis media serosa dan mukoid serupa

dengan otitis media akut . Hasil penelitian terkini, membuktikan bahwa

penggunaan antibiotik terbukti efektif hanya pada sejumlah kecil pasien, dan

efeknya cenderung bersifat jangka pendek. Oleh karena itu, penggunaannya tidak

selalu mutlak, mengingat efek sampingnya yang tidak sebanding dengan

keefektifannya. Hiposensitisasi alergi hanya dilakukan pada kasus-kasus yang

Page 17: Otitis Media Efusi

jelas memperlihatkan alergi dengan tes kulit. Bila terbukti alergi makanan, maka

diet perlu dibatasi. Tatalaksana lain yang masih kontroversial keefektifannya

antara lain penggunaan steroid dan mucolytik. Bagi kasus berulang, disarankan

untuk melakukan drainage.10,14,17

Selain terapi medikamentosa, terdapat valsalva maneuver yang dapat

dilakukan untuk mengurangi gejala. Selama politzerization dan autoinflation,

udara dipaksa melalui tuba eustachius ke telinga tengah. Prosedur ini sering

mengakibatkan peningkatan pendengaran langsung, kemungkinan besar dengan

menggeser efusi di telinga tengah. Sayangnya, perbaikan biasanya berlangsung

sebentar, hanya berlangsung 40 menit sampai satu jam, dan tidak mengubah

perjalanan penyakit. Bagaimanapun, mungkin memiliki efek menggembirakan

pada pasien, yang menyadari bahwa gangguan pendengarannya bisa dikurangi.10

2. Terapi pembedahan

Beberapa pilihan untuk tatalaksana bedah antara lain paracentesis,

miringotomi, pemasangan tuba timpanostomi, adenoidektomi. Satu-satunya

pengobatan yang efektif pada pasien dengan otitis media efusi adalah evakuasi

cairan di telinga tengah dengan pembedahan. Evakuasi dari efusi oleh

paracentesis harus diikuti dengan upaya untuk menjaga aperture paracentesis

tetap terbuka untuk jangka waktu yang relatif lama untuk memfasilitasi masuknya

udara ke dalam telinga tengah dan memungkinkan silia untuk mengevakuasi efusi

melalui tabung eustachius. Aerasi tersebut dapat dicapai dengan pengenalan

tabung ventilasi ke dalam telinga tengah, sehingga secara fisik mencegah

penutupan. Meskipun penyisipan tabung ventilasi adalah prosedur yang relatif

kecil, tetapi memiliki dampak besar pada Otology modern. Ditemukan bahwa

penyisipan tabung ventilasi merupakan cara yang paling efisien untuk

menganginkan telinga dalam kasus otitis media efusi seperti pada pasien otitis

media efusi dengan atelektasis. Sebuah tabung ventilasi juga membantu untuk

meringankan gejala di episode berulang otitis media akut dan mungkin

mengurangi jumlah mereka.10,11,17

Tabung ventilasi ditoleransi biasanya dengan baik. Jika dimasukkan

dengan benar, biasanya akan menetap di tempat selama sekitar 6 bulan sebelum

Page 18: Otitis Media Efusi

terlepas keluar secara spontan pada saat mukosa sembuh dan tidak perlu ventilasi

lebih lanjut. Sesetengah pasien bisa mengalami rekuren, bagaimanapun, ini

memerlukan pemasangan tabung ventilasi kembali. Ttubes menetap di tempat

untuk waktu yang lama, tapi semakin lama mereka tetap dalam telinga, besar

kemungkinan terjadinya komplikasi lokal. Membran timpani yang terinfeksi di

sekitar tabung ventilasi dapat diobati dengan pembersihan lokal, biasanya

dilakukan dengan alat hisap. Ini merupakan cara yang terbaik dilengkapi dengan

penyemprotan lokal dengan asam borat. Pemberian antibiotik adalah tidak

berpengaruh.10,14,18

Setelah insisi dilakukan, tabung ventilasi bisa ditempatkan di beberapa

bagian membran timpani, tetapi harus waspada dalam menempatkan tabung

karena menempatkan tabung ventilasi pada kuadran posterosuperior ditakuti

merusak sendi Incudostapedial. Setelah tabung ditempatkan, aksi dari sistem

mukosiliar akan membersihkan efusi serosa, lendir, atau mucopus pada telinga

tengah melalui tabung eustachius. Setelah melakukan pemasangan tabung, harus

segera dilakukan aspirasi cairan untuk menghindari penyumbatan dari tabung

ventilasi.10,11,15

Gambar 6: Tuba miringotomi ditempatkan di anteroinferior

dikutip dari daftar pustaka 2

IX. KOMPLIKASI

Page 19: Otitis Media Efusi

Otitis media efusi yang tidak diobati dapat menyebabkan komplikasi

berupa atelektasi membran timpani, adhesive otitis media, tympano/

myringosclerosis dan ankilosis tulang pendengaran yang bisa menyebabkan

pembentukan kolesteatoma.9,10

X. PROGNOSIS

Meskipun kebanyakan pasien dengan otitis media efusi akhirnya sembuh

dengan baik, dan cukup cepat pada saat itu, sejumlah kasus refrakter terus

berlanjut bahkan setelah berulang melakukan pemasangan tabung ventilasi.

Kasus refrakter ini bisa berlanjut menjadi kondisi atelektasis, kerusakan tulang

pendengaran dan kolesteatoma. Untuk kasus kronis otitis media efusi, aerasi

jangka panjang yang buruk pada telinga tengah, bisa mengarah pada komplikasi

yang disebutkan di atas. Disebabkan komplikasi ini dapat menyebabkan

kerusakan permanen pada struktur telinga tengah pasien, harus dilakukan

pemantauan untuk beberapa jangka waktu yang cukup setelah sembuh untuk

memastikan bahwa tidak ada atelektasis, saku retraksi, atau bahkan kolesteatoma

berkembang tanpa gejala.10

DAFTAR PUSTAKA

1. Djaafar ZA, Helmi, Restuti RD. Kelainan Telinga Tengah. In: Soepardi EA, et all,

editors. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher.

6th ed. Jakarta : Badan Penerbit FKUI. 2007. p. 64-74

2. Probost R, Grevers G, Iro H. Middle ear. In: Probost R, Grevers G, Iro H, editors.

Basic Otorhinolaryngology. Stutgart : Thieme.; 2006. p. 228-249

3. American Academy of Pediatric. 2004. Otitis Media with Effusion.

Office Journal of The American Academy of Pediatrics. Volume

113 No 5. p. 1412-29

Page 20: Otitis Media Efusi

4. Paparella,MM., Adams, GL., Levine, SC. Penyakit telinga tengah

dan mastoid. Dalam: Adams, GL., Boies,LR., Higler, PA. BOIES

Buku Ajar Penyakit THT. Ed. 6. Jakarta:EGC. 1997. P. 90-9

5. Putz, R., Pabst, R. 2007. Sobotta Anatomie des Menschen Der

komplette. 22th A ed. München: Elsevier.p.1045

6. Muhammad F, Pratiwi S, Pieter N. Otitis Media Prevalence in Primary School

Children in Makassar. The Indonesian Journal of Medical Science. 2010. Volume

1 no 7. p. 385-391

7. Chronic Suppurative Otitis Media Burden of Illness and management Options.

WHO: Swiss. 2004

8. Healy GB, Rosbe K. Otitis Media and Middle ear Effusions. In: Snow B,

Ballenger J, editors. Ballenger’s Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery.

16th ed. Ontario : BC Decker.; 2003. p. 249-253

9. David L.S, Ear, Nose and throat disorders: serous otitis media,

Netwellness; 2008

10. Trabajos cientificos, Diagnosis and treatment of secretory

otitis media, IORL, 22(1); 1989:1-4

11. Farida khan, Muhammad A, G.H. Faroqi, S.A. shah, T.sajid,

Management outcome of secretory otitis media, Departement of

ENT, Ayub medical college 18(1);2006

12. Otitis media with effusions (fluid behind the eardrum),

Departement of surgery, the University of Arizona.

13. Otitis media with effusion, American academy of pediatrics,

13(5); 2004:1412-1429.

14. Guidelines & protocols, Otitis media: Acute otitis

media(AOM) & Otitis media with effusion(OME), British columbia

medical association, 2010

15. Nancy D. Berkman, Ina F.wallace, Michael J. Steiner, Otitis

media with effusion: Comparative effectiveness of treatment,

AHRQ, no.13, 2013

Page 21: Otitis Media Efusi

16. Guidelines & protocols advisory committee,Otitis media

with effusion(OME), British columbia medical association, 2004

17. Udayan K.Shah, Secretory otitis media in children, The

merck manual home edition, 2014

18. Surgical management of otitis media with effusion in

children, NICE, 2008